Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 22

Penerapan Hasil Pelatihan melalui Revitalisasi MGMP PKn SMA

dalam Proses Pembelajaran dan Kinerja Profesional Guru PKn SMA


di Sulawesi Tengah

The Implementation of Training Result through Revitalization of MGMP Pkn SMA


in the Learning Process and Professional Performance of PKn Teachers at SMA
in Central Sulawesi

Hartati Haris
Widyaiswara LPMP Sulawesi Tengah

Abstract

This research was done on the context of teachers empowerment to a


qualified profession from the government through various activities. The
problems in this research were related to (1) how far is the implementation of
training result thorugh the revitalization of MGMP PKn SMA (Teacher
Working Group of Citizenship Education in senior high school) in the teaching
and learning process of PKn SMA; (2) how far is the professional
performance of PKn teachers; (3) the positive association between the
implementation of teacher training result through the revitalization of MGMP
PKn SMA in the learning process with the professional performance of the
PKn teachers at SMA; and (4) the positive functional relation from the
implementation of training result through revitalization of MGMP PKn SMA in
the learning process towards the professional performance of the PKn
teachers of SMA. Data were collected from 42 PKn teachers who were taken
random proportionally by using cluster sampling technique from 90 teachers
who had joined the revitalization activity for MGMP PKn SMA in Central
Sulawesi Province. Data were then analyzed by using t test for descriptive
hypothesis as well as correlation and regression tests for association
hypothesis and functional relation. Based on data analysis, it can be
concluded: (1) In general the implementation of training result through
revitalization of MGMP PKn SMA in learning process is the same as or more
than 60% or categorized as sufficient; (2) In general the professional
performance of the PKn teacher at SMA in Central Sulawesi is the same as
or more than 60% or categorized as sufficient; (3) There was a positive
association between the implementation of training result through
revitalization of MGMP PKn SMA in the learning process with the teachers
professional performance of the PKn teachers of SMA in Central Sulawesi;
and (4) There was a positive functional relation of the implementation of
training result through revitalization of MGMP PKn SMA in the leanring
process towards the professional performance of the PKn teachers at SMA
in Central Sulawesi. With those conclusions, it was suggested: (1) For the
related institutions in developing the teachers professional activity to make
this research as the feedback in taking a policy for teachers professional
performance and the teachers professional empowerment; (2) To the
institutions implementing a training, in order to improve the teachers
performance and achievement, training should be followed by a monitoring
and evaluation program for the training alumni, as well as a well-planned and
continuous training impact analysis for the training alumni; (3) School
headmasters should give opportunities to the teachers to join any training
program and give the chance for the teachers to implement what they have
received from the training into the world of work; (4) The committee of MGMP
and the members should use the working group as optimally as possible to
bring a better impact for the teachers themselves as well as the success in
the education world in general; and (5) This research needs to be developed
further towards other variables that might have influence the teachers
professional performance, to improve the teachers professional performance
to be able to identify the supporting and threatening factors.

Keywords: Revitalization, training, performance, learning process.

PENDAHULUAN
Dewasa ini para guru pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan
dituntut harus memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dan
profesional dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Para guru harus
mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dan efisien.
Para guru harus memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru sekolah dan berkontribusi langsung pada
peningkatan mutu tamatan/lulusan yang bermuara pada peningkatan mutu
pendidikan nasional.
Profesionalisme adalah sebuah kata yang tidak dapat dihindari dalam
era globalisasi dan internasionalisasi yang semakin menguat dewasa ini,
dimana persaingan yang semakin kuat dan proses transparansi di segala
bidang merupakan salah satu ciri utamanya. Guru sebagai sebuah profesi
yang sangat strategis dalam pembentukan dan pemberdayaan anak-anak
penerus bangsa, memliki peran dan fungsi yang akan semakin signifikan di
masa yang akan datang. Oleh sebab itu pemberdayaan dan peningkatan
kualitas guru sebagai tenaga pendidik, merupakan sebuah keharusan yang
memerlukan penangan lebih serius. Profesinalisme guru adalah sebuah
paradigma yang tidak dapat di tawar-tawar lagi.
Dalam konteks pemberdayaan guru menuju sebuah profesi yang
berkualitas diamana secara empiris dapat dipertanggungjawabkan,
memerlukan keterlibatan banyak pihak dan stakeholders, termasuk
pemerintah sebagai penyelengara negara. Diperlukan sebuah kondisi yang
dapat memicu dan memacu para guru agar dapat bersikap, berbuat serta
memiliki kapasitas yang sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat masih
meragukan terwujudnya peningkatan kinerja guru, baik dalam skala lokal
maupun skala nasional. Dengan perkataan lain, sebagian masyarakat masih
menilai guru belum memiliki kompetensi yang terstandar dan kurang
profesional. Guru dipandang kurang mampu melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya. Kekurangmampuan tersebut, antara lain dalam komponen:
wawasan umum, pengelolaan kegiatan belajar mengajar, penyelenggaraan
evaluasi, penelitian dan pengembangan profesi dan karir, serta penguasaan
materi (konten) sesuai spesialisasi guru. Hal ini dapat dimaklumi karena para
guru memiliki latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan pengalaman
yang berbeda. Hal ini juga berimplikasi pada keberagaman kompetensi yang
dimiliki guru.
Sejak tanggal 14 Mei 2007 pemerintah telah melakukan suatu
terobosan yang sangat berati dalam dunia pendidikan dengan ditetapkannya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) Nomor 16 tahun
2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kopetensi guru. Lahirnya
peraturan dapat mempercepat peningkatan kualitas dan profesionalisme
guru, karena tindakan peningkatan kompetensi dan kualitas guru yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait dapat dilaksankan sesuai kompetensi guru
yang perlu ditingkatkan.
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Tengah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Pusat di daerah menjadikan Permendiknas ini
sebagai tantangan untuk pengembangan tenaga pendidik melalui berbagai
kegiatan, baik kegiatan yang dirancang oleh LPMP Sulawesi Tengah sendiri
maupun kegiatan/program nasional yang di laksanakan bersama di daerah.
Melalui lembaga ini telah dilaksanakan berbagai kegiatan pengembangan
dan pelatihan bagi guru sebagai upaya peningkatan kualitas dan
profesionalisme guru.
Sejak tahun 2006 pemerintah pusat dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jederal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan telah meluncurkan suatu kegiatan yang langsung
menyentuh kepentingan, tugas pokok dan fungsi guru. Kegiatan ini langsung
dilaksanakan oleh guru sendiri melalui wadah profesional guru, yakni
merevitalisasi wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk guru
di tingkat SMP, SMA dan SMK juga wadah Kelompok Kerja Guru (KKG)
untuk guru di sekolah dasar.
Pelaksanaan revitalisasi MGMP dan KKG yang telah dilaksanakan
selang 2 (dua) tahun sejak tahun 2006 hingga tahun 2007 turut melibatkan
LPMP baik secara teknis maupun non teknis. Sebagai tenaga fungsional
yang turut terlibat dalam pelaksanan kegiatan ini, peneliti merasa perlu untuk
melakukan kajian tentang pelaksanaan kegiatan ini dan pengaruhnya
terhadap peningkatan kinerja profesional guru. Hal ini dipandang perlu
karena selama proses pelaksanaan peneliti melihat secara langsung animo
guru dalam setiap kegiatan. Banyak guru yang merasa terpacu untuk
beraktivitas dan terlibat dalam setiap kegiatan. Namun peneliti merasa perlu
untuk melakukan kajian apakah benar-benar kegiatan ini dapat memotivasi
serta meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan nyata di lapangan atau
hanya eforia semata ketika kegiatan dilakukan.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat penerapan hasil pelatihan melalui revitalisasi
MGMP yang diikuti oleh guru ke dalam proses pembelajaran PKn pada
SMA di Kota Palu;
2. Seberapa tinggi kinerja profesional guru PKn SMA di Kota Palu;
3. Apakah terdapat asosiasi positif antara penerapan hasil pelatihan yang
diikuti oleh guru melalui revitalisasi MGMP dengan kinerja profesional
guru PKn SMA di Kota Palu; dan
4. Apakah terdapat hubungan fungsional positif dari penerapan hasil diklat
yang diikuti oleh guru melalui revitalisasi MGMP terhadap kinerja
profesional guru PKn SMA di Kota Palu.

TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa tinggi Tingkat penerapan hasil
pelatihan yang diikuti oleh guru melalui revitalisasi MGMP ke
dalam proses pembelajaran PKn pada SMA di kota Palu;
2. Untuk mengetahui seberapa tinggi Kinerja profesional guru PKn
SMA di Kota Palu;
3. Untuk mengetahui apakah terdapat asosiasi positif antara
penerapan hasil pelatihan yang diikuti oleh guru melalui
revitalisasi MGMP dengan kinerja profesional guru PKn SMA di
Kota Palu; dan
4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan fungsional positif
dari penerapan hasil diklat yang diikuti oleh guru melalui
revitalisasi MGMP terhadap kinerja profesional guru PKn SMA di
Kota Palu.

MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat penelitian
sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya hasil pelatihan yang diikuti oleh guru melalui
revitalisasi MGMP terhadap kinerja profesional guru
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat:
2.1 Sebagai umpan balik bagi pihak yang berwewenang, dalam hal ini
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Tengah, dan
aparat pendidikan lainnya dalam mengambil kebijakan peningkatan
kinerja profesinal guru dan pemberdayaan wadah profesional guru.
2.2 Sebagai bahan informasi bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik
pada masalah serupa di masa mendatang.

TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan tugas dinyatakan berhasil
atau tidak dapat dilihat melalui kesesuaian antara hasil dengan kriteria dan
aturan yang ada. Tugas pekerjaan yang dibebankan pada guru memiliki
kriteria dan tujuan tertentu sehingga dalam melaksanakan tugas tersebut
guru harus taat pada kriteria dan aturan untuk dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Kesesuaian hasil pekerjaan dengan kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya merupakan prestasi kerja dari seseorang yang sering
juga diartikan sebagai kinerja.
Pidarta (1988:144) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil
pekerjaan apakah sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya
dan apakah sudah tepat penyelesaiannya sesuai waktu yang diberikan. Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja seseorang dapat dilihat
pada terselesaikannya tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan
harapan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta tepat waktu
sebagaimana yang dikehendaki.
Gibson et al. (1996:91) menyatakan bahwa kinerja seseorang dapat
dilihat apabila ada suatu kriteria. Menurut mereka, kriteria merupakan kaidah
atau standar yang digunakan untuk menentukan seberapa buruknya prestasi
seseorang. Dalam evaluasi prestasi, kriterianya adalah ukuran yang
bergantung atau prediktif (standar) untuk menimbang keefektifan seorang
karyawan.
Guru sebagai seseorang yang mengemban tugas pada pendidikan
formal, dalam melaksanakan tugas tentu memilki kriteria atau standar yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan pekerjaannya. Guru yang memiliki
kinerja yang baik diyakini dapat melaksanakan tugasnya di dalam
mengemban misi memberdayakan siswa memperoleh pengetahuan,
pengolahan sikap ke arah yang lebih baik, dan keterampilan.
Pengertian kinerja guru berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 025/0/1995, tentang petunjuk
teknis ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
adalah hasil kemajuan yang dicapai seorang guru dalam bidang tugasnya.
Biasanya seorang PNS (guru) standar kinerjanya dapat dilihat pada kegiatan
minimal yang wajib dilakukan dalam poses belajar mengajar, membimbing
dan melatih untuk kenaikan pangkatnya.
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang guru merupakan orang yang
harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki karisma atau wibawa
hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Uno (2007:15) menyatakan bahwa
guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbng peserta didik. Orang yang disebut guru
adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran
serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar
dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir
dari proses pendidikan. Sehingga beliau menyatakan bahwa guru adalah
suatu profesi karena jabatan guru memerlukan kehlian khusus sebagai guru
dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.
Kariman (dalam Uno, 2007:18) menyatakan keprofesionalan seorang
guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudakan sekolah berbasis
pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan
perkembangan manusia termasuk gaya belajar.
Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat melaksankan tugas mengajarnya
dengan berhasil. Kariman (dalam Uno, 2007:18) menyatakan pula bahwa
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdiri atas 3 (tiga), yaitu
kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh
ketiganya dengan menekankan pada kemampuan mengajar.
Sejalan dengan pendapat di atas pemerintah dalam hal ini
menyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa
standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari 4 (empat)
kompetensi utama, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional.
Peningkatan sumber daya manusia, khususnya guru, dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan.
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dalam mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas (Sikula
dalam Lesar 2003:41). Secara operasional Hamalik (2001:10) merumuskan
pelatihan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya)
yang dilaksankan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada
tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional untuk meningkatkan
kemampuan kerja. Dari apa yang dikemukankan di atas dapat dikatakan
bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan terorganisir yang diselenggarakan
secara sistematis seabagai upaya memberikan bantuan kepada seseorang
dalam upaya meningkatkan kemampuan kerjanya.
Pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja atau karyawan
(PNS) dapat dijelaskan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sastrohadiwiryo (2002:199) bahwa pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
merupakan salah satu kunci manajemen tenaga kerja, sekaligus merupakan
salah satu tugas dan tanggung jawab yang tidak dapat dilaksanakan secara
sembarangan. Di sisi lain Atmodiwiryo (1993:1) mengatakan pendidikan dan
pelatihan (training) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
sistem.
Pelatihan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berada dalam tugas pekerjaannya
terasa sangat penting dalam pelaksanaannya. Hal ini dikukuhkan dengan
berbagai teori dan penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitiannya
tentang dampak diklat terhadap kinerja pegawai, Tulong (2003:62)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung yang cukup berarti dari
dampak hasil diklat diklat terhadap kinerja, yang artinya tingginya
penguasaan dan penerapan hasil diklat yang diterima karyawan,
mempengaruhi penguasaan dan keahlian dalam melaksankan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Demikian juga Lesar
(2003:83) menyatakan terdapat hubungan fungsional positif dari penerapan
hasil pelatihan yang diikuti oleh guru kedalam proses pembelajaran terhadap
kinerja guru. Ini berarti bahwa tingginya penerapan hasil pelatihan yang
diikuti guru ke dalam program pembelajaran akan mempengaruhi positif
pada kinerja guru.
Dari kajian-kajian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan yang diikuti
oleh guru sebagai upaya penngkatan kompetensi dan keprofesionalannya
akan memberikan dampak pada peningkatan kinerjanya. Sehingga perlu
dilakukan kajian juga terhadap keikutsertaan guru dalam wadah profesional
guru (MGMP dan KKG) apakah sejalan dengan hasil kajian dan penelitian di
atas.
Dalam kegiatan revitalisasi MGMP dan KKG para guru melaksanakan
pelatihan sendiri secara bersama-sama dalam upaya memperbaharui dan
meningkatkan perolehan informasi tentang tugas pekerjaannya. Dalam
kegiatan ini para guru berupaya untuk saling tukar informasi antar mereka
atau berupaya menghadirkan narasumber dalam kegiatannya.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode survey. Hal ini didasarkan dari apa yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2007:12) bahwa metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan
perlakuan pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik menyangkut
pelatihan guru dan kinerja profesional semua guru PKn sekolah menengah
atas yang pernah mengikuti kegiatan revitalisasi Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) di provinsi Sulawesi Tengah sejumlah 90 orang. Jumlah
ini berdasarkan daftar hadir yang ada dalam kegiatan revitalisasi MGMP di
setiap kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Cluster
Sampling dengan pertimbangan letak geografis kabupaten/kota. Dari 11
kabupaten/kota yang ada, dipilih 6 kabupaten/kota yang terdiri atas 3 (tiga)
kabupaten mewakili kabupaten pecahan yang baru, 2 (dua) kota mewakili
perkotaan, 1 (satu) kabupaten yang jaraknya jauh dari pusat provinsi dan 1
(satu) kabupaten kepulauan, yakni
- Kabupaten Tojo Una-una
- Kabupaten Sigi Biromaru
- Kabupaten Morowali
- Kota Palu
- Kabupaten Buol
- Kabupaten Banggai Kepulauan
Dengan ketelitian 5% digunakan ukuran sampel sebesar 42 orang.
Variabel dalam penelitian ini adalah penerapan hasil pelatihan melalui
revitalisasi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) PKn SMA dalam
proses pembela-jaran sebagai variabel bebas (X) dan kinerja profesional
guru mata pelajaran PKn SMA di Sulawesi Tengah sebagai variabel terikat
(Y).
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah angket yang disusun
oleh peneliti sendiri berdasarkan definisi operasional variabel penelitian dan
indikator-indikatornya. Angket ini terdiri atas dua bagian pokok yaitu bagian
pertama untuk menjaring data variabel penerapan hasil pelatihan guru
melalui revitalisasi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) PKn SMA
dalam proses pembelajaran dan bagian kedua untuk menjaring data variabel
kinerja profesional guru-guru PKn SMA di Sulawesi Tengah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengumpulan data dimulai pada awal bulan Mei tahun 2008 dengan
menyebarkan angket kepada guru-guru di setiap kabupaten/kota dan
berakhir pada awal bulan Juni 2008. Angket yang disebarkan berjumlah 42
eksemplar sesuai dengan besar ukuran sampel yang telah ditetapkan.
Semua angket yang disebarkan kembali sesuai waktu yang diharapkan dan
data yang diperoleh dalam angket dinyatakan memenuhi syarat sebagai data
penelitian.
Data yang diperoleh dari angket ini disalin dalam tabel pembantu (lihat
lampiran kumpulan data) dengan variasi skor maksimal 4 sampai dengan
skor minimal 1 per item, kemudian data diolah secara statistik dengan
bantuan Aplikasi Komputer SPSS-16 for Windows baik untuk hipotesis
deskriptif, hipotesis asosiatif maupun hubungan fungsional.
Karena data yang diperoleh berdasarkan hasil uji normalitas
dinyatakan berdistribusi normal, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis
asosiatif dan hubungan fungsional dapat dilakukan. Hal ini didasarkan pada
pendapat bahwa hasil pengujian yang diperoleh dari data yang tidak
berdistribusi normal tidak dapat digunakan untuk menarik kesimpulan
terhadap populasi (Walpole, 1995:5). Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan rumus-rumus statistik dan dianalisis dengan analisis komputer
SPSS-16 for Windows, dan hasil pengujiannya dapat dilihat pada paparan
berikut:
Hipotesis deskriptif diuji dengan uji t satu sampel (Sugiyono,
2007:250). Hasil uji hipotesis deskriptif variabel X dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Hasil Statistik Uji T Satu Sampel Variabel X
One-Sample Statistics
N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
VAR00001 42 122.7143 9.87553 1.52383
Tabel 2. Hasil Uji T Satu Sampel Variabel X
One-Sample Test
Test Value =60
95% Convidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
VAR00001 41.156 41 .000 62.71429 59.6369 65.7917

Untuk hipotesis 1
H0 :Tingkat penerapan hasil pelatihan guru melalui revitalisasi MGMP PKn
SMA dalam proses pembelajaran di Sulawesi Tengah sama dengan atau
lebih dari 60% telah memadai.
Ha: Tingkat penerapan hasil pelatihan guru melalui revitalisasi MGMP PKn
SMA dalam proses pembelajaran di Sulawesi Tengah kurang dari 60%
telah memadai.
Hipotesis statistik:
H0 : x 60%
Ha : x < 60%
Dari hasil uji diperoleh t hitung sebesar 41.158 yang harganya lebih besar dari
ttabel 1.684, berarti harga thitung berada pada daerah penerimaan Ho.

daerah penerimaan Ha Daerah Penerimaan Ho

41.158

1.684

Gambar 1. Hasil uji hipotesis deskriptif variabel X

Dengan demikian hasil uji hipotesis menyatakan menerima H o dan menolak


Ha. Jadi hipotesis Tingkat penerapan hasil pelatihan melalui revitalisasi
MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran sama dengan atau lebih dari
60% telah memadai diterima.

Hasil uji hipotesis deskriptif variable Y dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Statistik Uji T Satu Sampel Variabel Y
One-Sample Statistics
Std. Std. Error
N Mean
Deviation Mean
varY 42 161.5714 11.97995 1.84855

Tabel 4. Hasil Uji T Satu Sampel Variabel Y


One-Sample Test
Test Value =60
95% Convidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
T df tailed) Difference Lower Upper
varY 54.947 41 .000 101.57143 97.8382 105.3046

Untuk hipotesis 2
H0 : Kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah sama dengan
atau lebih dari 60% telah memadai.
Ha : Kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah kurang dari 60%
telah memadai.
Hipotesis statistik:
H0 : y 60%
Ha : y < 60%
Dari hasil pengolahan diperoleh thitung sebesar 54.947 lebih besar dari ttabel
yang bernilai 1.684. hal ini berarti bahwa harga t hitung berada pada daerah
penerimaan Ho.

daerah penerimaan Ha Daerah Penerimaan Ho

54.947
1.684

Gambar 2. Hasil uji hipotesis deskriptif variabel Y


Dengan demikian hasil pengujian menyatakan menerima H o dan menolak Ha.
Hal ini berarti bahwa Kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah
sama dengan atau lebih dari 60% telah memadai.
Hipotesis asosiatif diuji dengan Korelasi Product Moment (Pearson
Product Moment)
nxi yi (xi)(yi)
rxy
2 2 2 2
{nx (x ) }{ny (y )
i i i i
Dimana:
rxy = koefisien korelasi skor butir dengan skor total
x = skor butir item x
y = skor butir item y
n = jumlah sampel
(Arikunto, 2001:243)
Untuk hipotesis 3
H0 : Terdapat asosiasi positif antara penerapan hasil diklat melalui
revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran dengan
kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah.
Ha : Tidak terdapat asosiasi positif antara penerapan hasil diklat melalui
revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran dengan
kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah.
Hipotesis statistik:
H0 : > 0
Ha : y 0
Hasil uji hipotesis asosiatif dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Asosiatif
Correlation
VarX VarY
VarX Pearson Correlation 1.000 .714*
Sig. (2-tailed) .000
N 42.000 42
VarY Pearson Correlation .714* 1.000
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42.000
*
Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed)
Dari hasil pengolahan diperoleh nilai koefisien korelasi (r xy) sebesar
0.714* sementara r tabel untuk N=42 adalah 0.304. Terlihat bahwa nilai
koefisien korelasi yang diperoleh dalam pengujian lebih besar dari r tabel,
dengan demikian H0 tidak dapat ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif sebesar 0. 714 antara penerapan hasil diklat melalui
revitalisasi MGMP dengan kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi
Tengah.
Hipotesis hubungan fungsional diuji dengan analisis regresi menggunakan

persamaan:

= a + bx
dengan:
= nilai ramalan regresi
a = nilai ramalan intersep atau perpotongan garis
tegak
b = nilai kemiringan atau gradiennya
(Walpole, 1995:340)
Untuk hipotesis hubungan fungsional positif:
Ho : Terdapat hubungan fungsional positif dari penerapan hasil pelatihan
melalui revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran
terhadap kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah.
Ha : Tidak terdapat hubungan fungsional positif dari penerapan pelatihan
melalui revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran
terhadap kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah.
Hipotesis Statistiknya:
H0 : = a +bx
Ha : Kemungkinan lain
Hasil uji dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 6. Model Summary Regresi Linear Sederhana
Model Summary
R Adjusted R Std.Error of the
Model R Square Square Estimate
1 .714a .510 .498 6.99706
a. Predictors: (Constant)
Tabel 7. Anova Regresi Linear Sederhana
ANOVA
b
Sum of
Model Squres df Mean Square F Sig
1 Regression 2040.220 1 2040.220 41.67 .000a
Residual 1958.352 40 48.959 2
Total 3998.571 41
a. Predictors: (constant) varY
b. Dependent Variable: varX
Tabel 8. Koefisien Regresi Sederhana
Coefficients
a
Standardized
Understandized
Model Coefficients t. Sig
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (constant) 27.576 14.777 1.86 .069
VarY .589 0.91 .714 6 .000
6.45
5
a. Dependent Variabel: varX

Interpretasi data:
- R2 (R Square) dari tabel model summary sebesar 0.510
menunjukkan bahwa 51,00% dari variabel X dapat dijelaskan oleh
perubahan variabel Y.
- Tabel ANOVA mengindikasikan bahwa regresi secara
statistik signifikan dengan nilai F = 41,47 untuk derajat kebebasan k-1 dan
n-k-1 = 42-1-1 = 40 dan P value = 0.000 yang jauh lebih kecil dari =
0.05.
- Persamaan regresi yang didapat adalah = 27.576 +
0.589X
- Dengan thitung = 6.455 jauh lebih besar dari t tabel = 1.684
dengan derajat kebebasan 40 dapat diartikan bahwa hubungan fungsional
yang terjadi adalah signifikan.
Sebelumnya telah dipaparkan hasil uji hipotesis deskriptif untuk
masing-masing variabel penelitian dengan hasil t hitung bernilai 41,158 untuk
variabel bebas dan 54,987 untuk varibel terikat. Dari hasil ini dapat dikatakan
bahwa tingkat penerapan hasil pelatihan melalui revitalisasi MGMP PKn SMA
dalam proses pembelajaran sama dengan atau lebih dari 60% telah
memadai. Demikian juga dengan kinerja profesional guru PKn SMA di
Sulawesi Tengah sama dengan atau lebih dari 60% telah memadai.
Ini berarti bahwa lebih dari atau sama dengan 60% guru-guru yang
menjadi anggota sampel penelitian ini telah menerapkan hasil pelatihan
melalui MGMP dalam proses pembelajaran disekolah. Demikian juga kinerja
profesional guru-guru yang menjadi anggota sampel dapat dikatakan telah
memadai lebih dari atau sama dengan 60%.
Hasil ini dapat dijadikan pijakan dalam mengembangkan kegiatan
dalam MGMP sebagai wadah profesional guru. Karena melalui hasil ini
terlihat manfaat kegiatan MGMP yang secara signifikan meningkatkan
kemampuan guru. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh
Danoesiswoyo dalam Pontianak Post (online) Selasa, 25 Maret 2008, bahwa
baik Kelompok Kerja Guru (KKG), MGMP maupun MGMD (Musyawarah
Guru Mata Diklat) mempunyai peranan penting dalam pengembangan
program pendidikan di sekolah. Kerena, melalui forum ini para guru dapat
mengadakan diskusi dan tukar pikiran mengenai masalah yang dihadapinya
di sekolah masing-masing. Selain itu, forum ini merupakan wadah
profesional guru dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan. Hal ini sejalan pula dengan apa yang dikemukakan oleh
Lawrence dalam Simangunsong (1995:73) mengenai 90 program pelatihan
guru, 80% diantaranya secara signifikan berhasil merubah perilaku guru ke
arah positif.
Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi (r xy) sebesar 0.714
yang signifikan pada taraf 0.05. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan
nilai r pada tabel sebesar 0.304. hal ini dapat diartikan bahwa ada korelasi
positif antara variabel X dan variabel Y.
Variabel penerapan hasil pelatihan melalui Revitalisasi MGMP PKn
SMA dalam proses pembelajaran memiliki daya determinasi sebesar 50.98%
pada variabel kinerja profesional guru. Ini berarti bahwa peningkatan pada
variabel penerapan hasil pelatihan melalui Revitalisasi MGMP PKn SMA
dalam proses pembelajaran akan disertai peningkatan pada variabel kinerja
profesional guru PKn SMA, dengan faktor penentu sebesar 50,98%,
sementara faktor yang lain belum diketahui.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sejenis yang
dilakukan oleh Lesar (2003: 79) bahwa peningkatan pada penerapan hasil
pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SMP Negeri di kota Palu akan disertai
oleh peningkatan kinerja guru. Demikian juga Tulong (2003:58) bahwa
adanya pengaruh diklat yang diikuti karyawan terhadap kinerja karyawan
pada UPTD Pusat Depdiknas di Sulawesi Utara. Hal ini sejalan pula dengan
Mitchel dalam Simangunsong (1995:26) yang mengemukakan bahwa
pelatihan adalah proses belajar yang dilakukan organisasi untuk mengubah
sikap dan perilaku anggota-anggotanya, agar dengan demikian keefektifan
kerja mereka meningkat.
Hasil yang diperoleh ini memberikan harapan baru bagi pengelola
program-program diklat. Dengan demikian yang dapat dilakukan adalah
peningkatan pada intesitas dan kualitas program pelatihan agar kinerja
profesional guru dapat mengalami peningkatan yang lebih signifikan.
Hasil analisi regresi tentang hubungan fungsional antara variabel
penerapan hasil pelatihan melalui revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses
pembelajaran terhadap kinerja profesional guru PKn SMA diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut: = 27.576 + 0.589X. Ini berarti bahwa
kinerja profesional guru sangat dipengaruhi oleh penerapan hasil pelatihan
melalui revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Simangunsong (1995:73) bahwa program pelatihan secara signifikan
berhasil merubah perilaku guru-guru jke arah lebih positif. Demikian juga hal
senada dihasilkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lesar (2003:81)
bahwa kinerja Guru SMP Negeri di Kota Manado sangat dipengaruhi oleh
penerapan hasil pelatihan yang diikuti oleh guru.

SIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah dikemukakan, maka diperoleh simpulan-simpulan berikut:
1) Secara umum penerapan hasil pelatihan melalui revitalisasi MGMP PKn
SMA dalam proses pembelajaran sama dengan atau lebih dari 60% telah
memadai.
Ini berarti bahwa ada keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan
revitalisasi MGMP PKn SMA, karena hasil pelatihan telah diterapkan
secara memadai dalam tugas pekerjaan guru di sekolah.
2) Secara umum kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah
sama dengan atau lebih dari 60% telah memadai.
Hal ini memberikan gambaran bahwa kinerja profesional guru PKn SMA
di provinsi Sulawesi Tengah telah memadai dengan prosentasi yang
cukup baik kulitas dan kuantitasnya.
3) Terdapat asosiasi positif antara penerapan hasil diklat melalui revitalisasi
MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran dengan kinerja profesional
guru PKn SMA di Sulawesi Tengah. Ini berarti jika terjadi perubahan
kenaikan pada variabel penerapan hasil diklat melalui revitalisasi MGMP
PKn SMA dalam proses pembelajaran maka akan terjadi perubahan
kenaikan pada variabel kinerja profesional guru PKn.
4) Terdapat hubungan fungsional positif dari penerapan hasil pelatihan
melalui revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran
terhadap kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah. Ini
berarti dengan mempertinggi tingkat penerapan hasil pelatihan melalui
revitalisasi MGMP PKn SMA dalam proses pembelajaran akan
mempertinggi kinerja profesional guru PKn SMA di Sulawesi Tengah.

SARAN
Berikut disampaikan beberapa saran yang dapat ditindaklanjuti:
1) Bagi instansi terkait yang berwewenang dalam kegiatan pengembangan
profesional guru, agar dapat menjadikan hasil kajian ini sebagai umpan
balik dalam mengambil kebijakan peningkatan kinerja profesional guru
dan pemberdayaan wadah profesional guru.
2) Karena dengan mengetahui adanya hubungan antara penerapan hasil
pelatihan dalam proses pembelajaran dengan kinerja profesional guru
baik hubungan asosiasi maupun hubungan fungsional, kita dapat
mengefektifkan kegiatan pelatihan baik melalui wadah profesional guru
maupun melalui diklat yang dilakukan oleh lembaga yang berwewenang,
dalam hal ini LPMP, PPPPTK dan lembaga diklat guru lainnya.
3) Kepada instansi pelaksana pelatihan dalam rangka peningkatan kinerja
dan prestasi guru agar proses pelatihan dapat dilaksanakan hingga
proses monitoring dan evaluasi bagi alumni diklat, serta dilakukan
analisis dampak diklat secara terencana dan berkesinambungan agar
diketahui seberapa besar dampak pelatihan terhadap pelaksanaan
tupoksi alumni diklat. Karena melalui analisis dampak diklat atau
penelitian yang benar dapat dirancang kegiatan pengembangan
pelatihan berikutnya.
4) Kepada kepala sekolah, dalam rangka meningkatkan kinerja guru agar
senantiasa memberikan kesempatan yang baik bagi guru untuk
mengikuti program pelatihan dan memberi peluang bagi guru untuk
mengimplementasikan apa yang diperoleh dari program pelatihan
kedalam dunia kerjanya.
5) Kepada pengurus MGMP dan anggotanya, kiranya wadah yang ada ini
diselenggarakan dengan seoptimal mungkin agar dampak
penyelenggaraannya akan lebih terasa baik untuk guru sendiri maupun
untuk keberhasilan dunia pendidikan pada umumnya, karena ternyata
pelaksanaan MGMP memberikan kontribusi yang nyata terhadap diri
guru sendiri maupun terhadap siswa.
6) Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut terhadasp variabel-veriabel
lain yang mungkin mempengaruhi kinerja profesional guru, agar dalam
upaya meningkatkan kinerja profesional guru akan lebih mudah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan faktor penghambat.
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atmodiwiryo, S.1993. Manajemen Training: Pedoman Praktis Pelaksanaan


Training. Jakarta: Balai Pustaka.

Danoesiswoyo, S. 2008. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui


MGMP. Artikel. Pontianak Post Online. Selasa 8 April 2008.

Gibson, J.L. et al. 1994. Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Alih
Bahasa: Savitri Soekrisno dan Agus Darmawan. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, O. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen


Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi
Aksara.

Lesar, P. 2003. Persepsi Guru terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala


Sekolah, Hasil Pelatihan Guru, dan Kinerja Guru Pada SLTP Negeri
di Kota Manado. Thesis. Pascasarjana Universitas Negeri Manado.
Tidak diterbitkan.

Siagian, S.P.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Simangunsong, S. 1995. Pengaruh dari Dampak Pelatihan, Perilaku


Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Pengembangan Karier Guru STM di Kodya Surabaya. Thesis.
Pascasarjana IKIP Malang. Tidak diterbitkan.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tulong, P. 2003. Dampak Hasil Diklat terhadap Disiplin dan Kinerja Pegawai
UPT Pusat Depdiknas di Sulawesi Utara. Thesis. Pascasarjana
Universitas Negeri Manado. Tidak diterbitkan.

Uno, H.B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi


Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Walpole, E.R. 1995. Pengantar Statisti. Terjemahan oleh Bambang Sumantri.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

B. Dokumen
Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang Standar
Kwalifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang


Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

You might also like