Pro13 61 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

AKTIVITAS PROLIFERASI SEL LIMFOSIT


MENCIT SECARA IN VITRO DARI EKSTRAK
BAWANG PUTIH (Allium sativum)
(Proliferation of Mice Lymphocyte Cells Activity
In Vitro of Garlic (Allium sativum) Extracts)
Ening Wiedosari

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114

ABSTRACT

Garlic (Allium sativum) is known as a traditional medicine with broad therapeutic properties ranging from
antibacterial, anticancer and anticoagulant. However, mechamisms of their actions are not sufficiently
elucidated. In this study it was examined the effects of garlic ethanolic extract on proliferation of mice
splenocytes by XTT assay, as one parameter to asses modulation of immune functions. This assay based on
the metabolism of the tetrazolium dye into formazan which are obyective indicators of the viability of living
cells present (proliferation of cells). Formazan levels are expressed as the mean absorbance at 450 nm
ofquadruplicate wells. Wells of cell culture plates were filled 10 x 10 4 cells in RPMI with foetal calf
serum,antibiotics and garlic extracts 2.5 g/ml, 25 g/ml dan 250 g/mlper well and incubating at 37C for 5
days in vitro. Wells as positif control (with Con A )and as negative control (cells only) were included each
plate. The result showed that the garlic extracts significantly modulate lymphocyte proliferation (P<0.05), the
effect was stronger when higher concentration of the extracts (250 g/ml) was used.
Key Words: Garlic, Lymphocyte Proliferation, Immunomodulation

ABSTRAK

Bawang putih dikenal bermanfaat sebagai obat tradisional yang berkhasiat antimikroba, antikanker dan
antikoagulan, tetapi mekanisme kerjanya belum dimengerti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
ekstrak etanol dari bawang putih terhadap aktivitas proliferasi sel limfosit mencit secara in vitro, sebagai
indikator sifat imunomodulator dengan menggunakan metode XTT. Metode ini berdasarkan kemampuan
enzim dalam sel untuk mentransformasi garam tetrazolium dari XTT menjadi produk berwarna biru yaitu
formazan. Jumlah produk formazan sebanding dengan jumlah sel yang hidup (proliferasi sel) dan
diekspresikan melalui nilai rataan serapan optik (optical dencity/OD) dari 4 ulangan pada 450 nm. Uji ini
menggunakan 10 x 104 sel/ml dalam media RPMI, antibiotik, serum janin sapi (SJS) dan konsentrasi ekstrak
bawang putih 2,5 g/ml, 25 g/ml dan 250 g/ml yang diinkubasi pada 37C selama 5 hari. Kontrol positif
(Con A) dan negatif (hanya sel) disertakan pada tiap lempeng kultur sel. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas proliferasi sel limfosit pada kelompok yang diberi ekstrak bawang putih dan
berbeda nyata (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok tanpa ekstrak bawang putih. Aktivitas tertinggi
ditunjukkan pada kelompok dengan konsentrasi bawang putih tertinggi yaitu 250 g/ml.
Kata Kunci: Bawang Putih, Proliferasi Limfosit, Imunomodulator

PENDAHULUAN mengandung khasiat antimikroba, antiradang


dan antitumor (Hageman et al. 1997; Pai et al.
Pemanfaatan obat-obatan tradisional yang 1995; Amagase, 2013). Selain itu, berbagai
berasal dari tanaman semakin diminati karena studi menunjukkan kemampuan bawang putih
tidak mempunyai efek samping seperti halnya dalam mencegah dan mengobati penyakit
obat-obatan dari bahan kimia atau diabetes dan sebagai antikoagulan (Simons et
sintetis.Bawang putih (Allium sativum ) adalah al. 1995 Spelman et al. 2006).Zat-zat bioaktif
salah satu tumbuhan yang banyak digunakan yang terdapat dalam bawang putih antara lain
dalam pengobatan tradisional. Tanaman ini vitamin A, B, C, kalsium, potasium, besi,

413
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

karoten, dan selenium. Tetapi yang paling sebagai dirigen-nya. Dengan kata lain,
dominan dalam memerangi kanker adalah suseptibilitas dan resistensi tubuhterhadap
komponen allyl sulfur seperti diallyl sulfide, infeksi mikroba sangat tergantung pada
diallyl disulfide, diallyl trisulfide (DATS), S- aktivasi dari sel limfosit ThCD4+ yang
allyl cysteine, S-allylmercaptocysteine, allicin, berdiferensiasi menjadi 2 kelompok
dan ajoene (Hageman et al. 1997; Amagase berdasarkan pola sekresi sitokin, yakni pola
2013). responsel limfosit Th1 dan Th2. Sitokin
Khasiat bawang putih dalam menghambat merupakan protein pembawa pesan kimiawi,
atau menghentikan sel-sel kanker secara in atau mediator komunikasi interseluler yang
vitro dan in vivo menunjukkan bahwa sangat penting berperan dalam mengendalikan
komponen aktif yang dikandungnya respon imun baik pada sistem imunitas seluler
kemungkinan memiliki sifat sebagai maupun humoral (Abbas et al. 1996). Sel
sitostatikadan sitotoksika. Komponen ini limfosit T akan teraktivasi, berdiferensiasi dan
terutama adalah fraksi protein yang berproliferasi bila dipicu oleh antigen atau
kemungkinan bekerja sebagai imunostimulator mitogen. Kemampuan sel ini untuk
dengan cara meningkatkan fungsi dan aktivitas berproliferasi atau membentuk klon
sel-sel imun seperti sel limfosit T, sel NK menunjukkan kemampuan respon imunologik.
(natural killer) maupun sel makrofag (Morioka Sel limfosit memberikan respon melalui
et al. 1993; Scharfenberg et al. 1994; Butt et al. reseptor permukaan secara langsung terhadap
2009).Namun demikian mekanisme kerjanya benda asing atau rangsangan mitogen tertentu
belum begitu dimengerti sehingga perlu seperti lektin yang merupakan salah satu
dilakukan penelitian yang lebih seksama. glikoprotein asal tanaman. Mitogen adalah zat
Penelitian ini bertujuan untuk melihat yang dapat merangsang terjadinya
pengaruh ekstrak bawang putih terhadap transformasi-blast populasi sel limfosit T
aktivitas proliferasi sel limfosit mencit secara (Tizard, 2000).Terdapat beberapa macam
in vitrosebagai indikator sifat imunomodulator. mitogen antara lain phytohemaglutinin (PHA)
Imunomodulator adalah substansi atau obat dan konkanavalin A (Con A),dalam penelitian
yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas ini yang digunakan adalah Con A. Uji aktivitas
sistem imun, dibagi menjadi 3 kelompok: i) proliferasi sel limfosit T dilakukan dengan cara
imunostimulator, berfungsi untuk menghitung jumlah sel limfosit pada kontrol
meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem negatif yang hanya terdiri kultur sel limfosit
imun, ii) imunoregulator, artinya dapat tanpa perlakuan dan untuk kontrol positif
meregulasi sistem imun, dan iii) mengandung mitogen Con A. Kemudian
imunosupresor yang dapat menghambat atau membandingkannya dengan jumlah sel limfosit
menekan aktivitas sistem imun. Kebanyakan dalam media yang diberi ekstrak senyawa yang
tanaman obat yang telah diteliti membuktikan diuji (bawang putih), maka dapat diketahui
adanya kerja imunostimulator, sedangkan aktivitas dari senyawa pemacu proliferasi sel
untuk imunosupresor masih jarang dijumpai. limfosit yang ada pada ekstrak tersebut
Pemakaian tanaman obat sebagai (Wiedosari, 2005).
imunostimulator bertujuan untuk menekan atau
mengurangi infeksi viral dan bakteri
intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi MATERI DAN METODE
atau untuk memicu pertumbuhan sel-sel
pertahanan tubuh dalam sistem imunitas. Pengukuran kadar air bawang putih
Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun
disebut biological response modifiers (BRM) Bawang putih segar sebanyak 25 g dikupas
(Block dan Mead 2003). dan dibersihkan, kemudian dibagi menjadi 4
Pada prinsipnya kerja sistem imun dalam kelompok dan ditimbang. Selanjutnya
menghadapi invasi bahan asing atau infeksi dikeringkan dalam oven selama 2-3 hari
penyakit dari luar tubuh bekerja secara sampai semua air menguap, akhirnya
serempak, ibaratnya seperti suatu konser musik ditimbang Tabel 1. Sehingga diperoleh kadar
dengansel limfosit T atau T-helper(Th)CD4+ air di dalam bawang putih.

414
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Pembuatan ekstrak bawang putih Reagen XTT:(sodium 3-1-phenylamino-


carbonyl-3,4-tetrazolium)-bis (4-methoxy-6-
Dalam penelitian ini digunakan bahan nitro)benzene -sulfonic acid hydrate
rimpang bawang putih segar sebanyak 40 gram
yang dikupas dan digerus sampai halus. Dalam penelitian ini metode proliferasi sel
Selanjutnya dimasukkan dalam labu erlemeyer limfosit yang dilakukan menggunakan reagen
yang berisi etanol 96% sebanyak 80 ml, XTT-Menadion. Sejumlah 1 ml Menadion
ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan konsentrasi 10mg/ml dilarutkan dalam 9 ml
pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah itu, DMSO (Dimethylsulfoxide), selanjutnya
disaring dengan kertas saring, hasilnya diambil 100 l untuk dicampur dengan 25 l
diuapkan pada penangas air suhu 80C sampai reagen XTT konsentrasi 1 mg/ml (dalam
semua etanol menguap. Ekstrak diencerkan larutan PBS/Posphat Buffer Saline). Pada
menjadi 3 konsentrasi yaitu 2,5 g, 25 g dan prinsipnya metode ini berdasarkan pada
250 g, selanjutnya disaring dengan kapasitas enzim mitokondria suksinat
mikrofilter berukuran 0,2 mm dan disimpan dehidrogenase untuk mentransformasi garam
dalam refrigerator suhu 5C. tetrazolium dari XTT menjadi produk
berwarna biru yaitu formazan. Konversi XTT
hanya pada sel yang hidup dan jumlah
Pembuatan media RPMI (phenol red-free produksi formazan sebanding dengan banyak
Roswell Park Memorial Institute culture jumlah sel (sel yang berproliferasi). Untuk
media) hasil yang lebih bagus dikombinasikan dengan
Menadion (Roehm et al. 1991).
Media yang digunakan untuk kultur sel
limfosit adalah media RPMI 1640 sebanyak
10,42 g, diberi NaHCO3 2g/l medium, larutan Uji penetapan jumlah sel limfosit dan
penyangga organik hepes 20 mM/ml, antibiotik konsentrasi Con A optimum
gentamisin sulfat solution 0,1%, penicillin 100
g/ml, streptomisin 100 g/ml dan fungizone Untuk mengetahui jumlah sel limfosit dan
2,5 g/ml. Campuran ini diberi akuades konsentrasi Con A yang tepat digunakan pada
sehingga menjadi 1000 ml dan disaring dengan uji aktivitas proliferasi sel limfosit, maka
mikrofilter (0,45 m). Sebelum digunakan dilakukan uji pendahuluan. Uji ini
media dasar ini ditambah dengan serum janin menggunakan kultur sel limfosit sebesar 1x10 4
sapi (SJS) 5% yang selanjutnya disebut media sel/ml, 2x104 sel/ml, 4x104 sel/ml,dan
komplit. 10x104sel/ml. Sedangkan konsentrasi ConA
digunakan 10 g/ml, 25 g/ml, 50 g/ml, 75
g/ml dan 100 g/ml (Tabel 2). Uji
Isolasi sel limfosit menggunakan medium RPMI komplit dan
diinkubasi pada lempeng sel kultur selama 48
Sel limfosit untuk kultur sel diperoleh dari jam. Hasil yang memberikanrataan jumlah sel
organ limpa mencit yang berumur sekitar 2 limfosit tertinggi akan dipakai di penelitian
bulan, diperoleh dari Balai Besar Penelitian selanjutnya.
Veteriner Bogor. Setelah mencit dibunuh,
limpa dikeluarkan dan dicuci dengan aquades
steril, selanjutnya digerus dalam cawan petri Uji aktivitas proliferasi sel limfosit
yang berisi larutan media dasar 5 ml. Larutan
limfosit disentrifus dengan kecepatan 1500 Uji aktivitas proliferasi limfosit
rpm selama 10 menit. Jaringan yang menggunakan ekstrak bawang putih dilakukan
mengendap dibuang, suspensi selnya ditambah dengan cara yang aseptis. Terdapat 5 kelompok
larutan media dasar dan disentrifus lagi pada perlakuan dengan 4 ulangan pada masing-
2000 rpm selama 10 menit. Sel limfosit yang masing kelompok, yaitu: 3 kelompok kultur sel
mengendap diencerkan dengan 10 ml larutan limfosit masing-masing dengan ekstrak
media komplit. Uji viabilitasnya digunakan bawang putih konsentrasi 2,5 g/ml, 25 g/ml
tripanblue 0,4% dan penghitungannya dan 250 g/ml, dan 2 kelompok sebagai
menggunakan hemositometer. kontrol positif (con A) dan negatif (hanya

415
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

kultur sel limfosit).Masing-masing perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini


dimasukkan dalam lempeng sel kultur dengan mengandung air sekitar 64,97%. Dengan
96 lubang, dibuat 5 lempeng yang sama untuk demikian diharapkan akan diperoleh ekstrak
pengamatan selama 5 hari. Selanjutnya bawang putih yang efektif dalam
disimpan dalam inkubator dengan suhu 37C, meningkatkan proliferasi sel limfosit.
5% CO2 dengan kelembaban 95%. Setiap hari Untuk mengetahui jumlah sel limfosit dan
diambil 1 lempeng untuk mengetahui aktivitas konsentrasi Con A yang tepat digunakan pada
proliferasi limfosit dengan melihat serapannya uji aktivitas proliferasi limfosit, maka
(oprical dencity) menggunakan alat Elisa dilakukan uji pendahuluan danhasil
Readerpada 450 nm, setelah sebelumnya setiap pengamatannya seperti terlihat dalam Tabel 2.
lubang ditetesi dengan 40 l larutan XTT- Jumlah sel limfosit yang optimal digunakan
Menadion. pada uji aktivitas proliferasi sel limfosit yaitu
10x104 sel/ml, hal ini berdasarkan pada level
tersebut memberikan jumlah sel limfosit
Analisis statistik dengan rata-rata yang paling tinggi. Sedangkan
konsentrasi Con A yang digunakan adalah 25
Hasil penelitian dianalisis menggunakan g/ml, karena pada konsentrasi ini juga
Sidik Ragam (Analisis Varians) yang memperlihatkan peningkatan proliferasi sel
dilanjutkan uji Duncan pada P<0,05 (Program limfosit.
SPSS). Hasil uji aktivitas proliferasi sel limfosit
dari semua perlakuan disajikan pada Gambar 1,
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai rataan dari proliferasi sel limfosit
dinyatakan sebagai bentuk serapan(optical
Pada tahap awal telah dilakukan uji density/ 450 nm). Aktivitas proliferasi sel
pendahuluan untuk mengetahui kadar air dari limfosit pada kelompok sel yang ditambahkan
bawang putih yang dipakai dalam penelitian Con A (kontrol positif) menunjukkan respon
ini, hasilnya tercantum pada Tabel 1. Dari hasil lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
perhitungan kadar air, maka bawang putih kontrol (hanya sel). Hasil ini menunjukkan

Tabel 1. Kadar air bawang putih

Kelompok Berat basah (g) Berat kering (g) Kadar air (%)
1 5,82 2,09 64
2 5,68 2,06 63,9
3 2,70 0,97 64
4 6,45 2,32 64

Tabel 2. Konsentrasi sel limfosit dan Con A optimum

Konsentrasi Con A (g/ml)


Jumlah sel
0 10 25 50 75 100
10 x 1040,3 1,50 1,70 1,60 1,78 1,47
4 x 1040,29 1,59 1,26 1,1 1,47 1,2
2 x 1040,29 1,17 1,21 1,22 1,37 1,2
1 x 1040,32 1,04 1,04 1,20 1,10 1,05

bahwa sel limfosit yang digunakan pada uji in bawang putih, terlihat peningkatan aktivitas
vitro ini dalam keadaan hidup. Begitu pula proliferasi sel limfosit lebih tinggi dan berbeda
pada kelompok sel yang ditambahkan ekstrak nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok

416
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

kontrol. Secara keseluruhan pada kelompok g/ml dan berbeda nyata (P<0,05) apabila
perlakuan menunjukkan aktivitas proliferasi dibandingkan dengan kelompokyang diberi
mencapai puncaknya pada hari ke-4, kemudian bawang putih konsentrasi 2,5 g/ml dan 25
pada hari ke-5 mengalami penurunan. Hal ini g/ml Tabel 3. Selain itu, dari tabel tersebut
sesuai dengan pendapat Tizard (2000) bahwa menunjukkan bahwa semakin tinggi
puncak respons sel limfosit normal terjadi pada konsentrasi bawang putih, maka aktivitasnya
hari ketiga atau keempat setelah stimulasi, cenderung meningkat.Hal ini diduga dengan
sedangkan pada gangguan fungsi sel limfosit semakin tingginya konsentrasi bawang putih
responnya lebih lambat atau bahkan tidak ada maka kandungan bahan aktifnya juga
respons. meningkat.
Aktivitas proliferasi sel limfosit tertinggi
diperoleh pada konsentrasi bawang putih 250

2,5
2,5

22
kontrol
Optical dencity

1,5
1,5 con a
bp 2,5 ?g/ml
1 bp 25 ?g/ml

bp 250 ?g/ml
0,5
0,5

0
1 2 3 4 5

Hari

Gambar 1. Rataan aktivitas proliferasi sel limfosit mencit yang ditunjukkan dengan nilai serapan
(OD/optical dencity), pada kelompok kontrol, Con A, ekstrak bawang putih 2,5 g/ml, 25 g/ml
dan 250 g/ml

Tabel 3. Rataan aktivitas proliferasi sel limfosit (OD) antara kelompok kontrol, Con A dan ekstrak bawang
putih 2,5 g/ml, 25 g/ml, 250 g/ml. Angka dengan superscript berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata. hasil uji Duncan pada P<0,05

Perlakuan Rataan proliferasi sel limfosit (OD)


Kontrol 0,6606a
Con A 2,0815b
Bawang putih 2,5 g/ml 1,4001c
Bawang putih 25 g/ml 1,6591d
Bawang putih250 g/ml 1,7540e

Hasil penelitian ini mengukuhkan hasil pemberian ekstrak bawang putih berkhasiat
studi sebelumnya yang dilakukan oleh Lau et sebagai imunomodulator.Fraksi protein dari
al. 1991; Clement et al. 2010) bahwa ekstrak bawang putih dapat menstimulasi

417
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

aktivitas proliferasi sel limfosit T terhadap bawang putih merupakan protein fraksi 14
mitogen phytohemaglutinin (PHA). Sel KDa dan 40 KDa. Fraksi ini terdiri dari gugus
limfosit T yang distimulasi akan memproduksi sulfihydril (SH) dan diperkirakan sebagai
sitokin berupa interferon- (IFN- ) dan senyawa organosulfur. Walaupun mekanisme
interlukin -2 (IL-2). IFN- akan berperan reaksi biologik dari protein tersebut belum
dalam aktivasi sel makrofag dan dapat diteliti, tetapi efek mikrobisidal dan
menginduksiekspresi molekul major tumorisidal dari bawang putih selalu dikaitkan
histocompatibility complex (MHC) kelas II dengan sulfihydril (Wagner et al. 1987;
pada sel makrofag, sehingga membantu fungsi Hageman et al. 1997).
sel makrofag pada folikel limfoid untuk Komponen lain dalam bawang putih yaitu
mengenali substansi asing. Sel makrofag juga ajoenes diduga tidak hanya bersifat sebagai
dapat melepas sitokin, yaitu IL-1 yang sitotoksik, tetapi juga memiliki sifat sebagai
berperan dalam memacu proliferasi sel Thdan sitostatika yang berarti menghambat atau
sel B. Sedangkan IL-2 tidak hanya berperan menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker
pada ekspansi klon sel limfosit T setelah (Schanfenberg et al. 1994). Hal ini berdasarkan
dikenal antigen, tetapi juga meningkatkan hasil penelitiannya bahwa ajoenes yang
proliferasi dan diferensiasi sel imun lain seperti diekstraksi dari bawang putih dapat
sel NK dan sel B (Tizard, 2000). menghambat pertumbuhan sel B limfoma dari
Selain itu, ekstrak bawang putih dapat sel lestari dengan cara meningkatkan aktivitas
meningkatkan respiratory burst dari sel antitumor melalui pelepasanreactive oxygen.
makrofag (Lau et al. 1991; Clement et al. Hasil serupa diperoleh Dirsch et al. (1998) dan
2010). Sel makrofag mempunyai peranan Borek (2001) bahwa mekanisme sitotoksisitas
penting dalam sistem imun non-spesifik terhadap sel tumor terutama melalui induksi
sebagai pertahanan awal terhadap invasi terhadap apoptosis atau programmed cell death
mikroorganisme maupun imunitas anti-tumor dimana faktor protein intraseluler seperti
dengan fungsinya sebagai sebagai fagosit nuclear factor (NF) kappa B, ROI (reactive
profesional untuk menghancurkan dan oxygenintermediates) dan RNI (reactive
menyajikan antigen kepada sel limfosit. Sel nitrogenintermediates) terlibat dalam proses
makrofag yang teraktivasi akan melaksanakan tersebut. Sedangkan Romano et al. (1997)
fungsi efektornya sebagai aktivator sel menggunakan ajoene untuk menstimulasi
limfosit, mikrobisidal dan tumorisidal. proliferasi sel limfosit manusia terhadap
Komponen bioaktif yang mempunyai sifat mitogen PHA dan phorbolmyristate (PMA).Zat
mengaktivasi sel makrofag atau bekerja aktif yang berupa senyawa sulfur yaitu DATS
sebagai imunomodulator bermanfaat sebagai yang terdapat dalam ekstrak bawang putih juga
terapi tambahan (ajuvan) bagi penderita kanker menunjukkan sifat imunomodulator(Feng et al.
dalam kaitan meningkatkan sistem imun non- 1994).
spesifik penderita melawan infeksi, Dari hasil penelitian ini dan dari beberapa
meningkatkan efektivitas terapi melalui sistem peneliti yang telah diuraikan di atas setidaknya
efektor tumorisidal. menggambarkan bahwa ekstrak bawang putih
Morioka et al. (1993) juga menggunakan maupun zak aktif yang dikandungnya seperti
fraksi protein dari bawang putih dan ternyata ajoene, DATS dan SH dapat berfungsi sebagai
dapat meningkatkan aktivitas sitotoksisitas sel imunomodulator secara in vitro dengan
limfosit darah tepi pada manusia yang meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun
potensinya tidak kalah dibandingkan dengan terutama terhadap sel limfosit T. Tetapi
aktivitas sitotoksisitas sel Natural Killer ( NK) kaitannya dengan kemungkinan dapatnya
dari sel lestari K 562 dan M 14, dan aktivitas bawang putih menjadi suatu obat yang dapat
sitotoksisitas sel limfosit T ini semakin kuat digunakan secara in vivo belum jelas
apabila distimulasi dengan interlukin 2 (IL-2). mekanisme kerjanya. Tetapi hasil penelitian
Seperti diketahui sel NK adalah sel yang Ghazanfari et al. (2000) menunjukkan bahwa
berperan sangat poten dalam sitotoksisitas ekstrak bawang putih sangat efektif dalam
alami melawan tumor. Wen et al. (1995) menanggulangi infeksi parasit darah
memperlihatkan bahwa diperkirakan 96% dari Leishmania major padamencit BALB/c dengan
total komponen protein yang dikandung respon imun cenderung berpolarisasi ke arah

418
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Th1 melalui produksi sitokin yaitu interferon- Borek C. 2001.Antioxidant health effects of aged
(IFN- ) dan IL-2.Pola respon Th1berarti garlic extract. J Nutr. 131(3s):1010S-5S.
bawang putih sebagai imunostimulator, Butt MS, Sultan MT, Iqbal J. 2009. Garlic: natures
mekanismenya dalam memodulasi sistem imun protection against physiological threats. Crit.
adalah secara sitotoksisitas seluler yang sangat Rev Food Sci Nutr. 49(6):538-51.
penting dalam memerangi patogen intraseluler
Clement F, Pramod SN, Venkatesh YP. 2010.
seperti virus, beberapa jenis bakteri dan parasit. Identity of the immunomodulatory proteins
Oleh karenanya, untuk mengatakan bahwa from garlic (Allium sativum) with the major
bawang putih memiliki aktivitas garlic lectins or agglutinins. Int.
imunomodulator masih perlu dilakukan Immunopharmacol. 10(3):316-24.
penelitian terhadap fungsi sel limfosit termasuk
Dirsch VM, Gerbes AL, Vollmar AM. 1998. Ajone,
sitokin yang dihasilkannya(Spelman et al. a compound of garlic, induces apoptosis in
2006). Telah diketahui bahwa sel limfosit human promyeloleucemic cells, accompanied
ThCD4+ berdiferensiasi menjadi 2 subset by generation of reactive oxygen species and
berdasarkan pola sekresi sitokin setelah activation of nuclear factor kappaB. Mol.
distimulasi oleh antigen/mitogen. Subset sel Pharmacol. 53:402-7.
limfosit Th1 melalui produksinya yaitu Feng ZH, Zhang GM, Jiang ZY. 1994. Effect of
interferon- (IFN- ), IL-2 dan IL-12. diallyl trisulfide on the activation of T cell and
Sedangkan subset Th2 memproduksi IL-4, IL- macrophage-mediated cytotoxicity. J Tongji
5, IL-6, IL-9 dan IL-10. Sitokin yang Med Univ. 14:142-47.
dihasilkan sel Th1 menghambat kerja sel Th2,
Ghazanfari T, Hassan ZM, Azar A. 2000. Garlic
demikian pula sebaliknya sehingga respon
induces a shift in cytokine pattern in
imun cenderung memilih salah satu pola Leishmania major infected BALB/c mice.
respon, pola respon Th1 atau pola respon Th2. Scan. J. Immunol. 52:491-5.
(Tizard, 2000).
Hageman G, Krul C, Schilderman P, Kleinjans J.
1997. Assessment of the
KESIMPULAN anticarcinogenicpotential of raw garlic in
humans, Cancer Lett. 114:161-2.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Lau BH, Yamasaki T, Gridley DS, 1991. Garlic
ekstrak bawang putih dapat memicuaktivitas compounds modulate macrophage and T-
proliferasi sel limfosit mencit secara in vitro. lymphocyte function. Mol. Biother. 3:103-07.
Aktivitas proliferasi tertinggi terjadi pada Morioka N, Morton DL, Irie RF. 1993. A protein
ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 250 fraction from aged garlic extract enhances
g/ml. Untuk menyimpulkan bahwabawang cytotoxicity of human lymphocytes mediated
putih berpotensi sebagai imunomodulatormasih by interleukin 2 and concanavalin A. Cancer
perlu dilakukan penelitian terhadap fungsi dan Immunol. Immunother. 37:316-22.
aktivitas sistem imun lainnya, terutama Pai ST, Platt MW. 1995. Antifungal effects of
mengenai sitokinyang dihasilkan oleh sel Allium sativum (garlic) extract against the
tersebut. Aspergillus species involved in otomycosis.
Lett Appl Microbiol. 1:14-8.
DAFTAR PUSTAKA Roehm NW, Hatfield SM, Glaserbrook AL. 1991.
An improved colorimetric assay for cell
ABBAS AK, Murphy KM, Sher A. 1996. proliferation and viability utilizing the
Functional diversity of helper T lymphocytes. tetrazolium salt XTT. J. Immunol. Meth.
Nature. 383:787-793. 142:257-265.
Amagase H. 2013. Claryfying the real bioactive Romano EL, Montano RF, Gebran S, Soyano A.
constituents of Garlic. J Nutr. 7 Juli: 716S- 1997. Effects of Ajoene on macrophage
725S. membrane-dependent functions.
Immunopharmacol. Immunotoxicol. 19:15-36.
Block KI, Mead MN. 2003. Immune system effects
of Echinacea, Ginseng, and Astragalus: A Schanfenberg K, Wagner R, Wagner KG. 1994.
Review. Integrative cancer therapies. Injuries to cultivated BJA-B cells by ajoene, a
2(3):247-267. garlic derived natural compound cell viability,

419
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

glutathione metabolism, and pools of acidic Wagner H, Wierer M, Fessler B. 1987. Effects of
amino acids. J Cell Physiol. 158:55-60. garlic constituents on arachidonate
metabolism. Planta Med. 53:305-6.
Simons LA, Simons J, Peters W. 1995. On the effect
of garlic on plasma lipids and lipoproteins in Wen GY, Malik MN, Kim KS. 1995. Light and
mild hypercholesterolaemia.Atherosclerosis electron microscopic immunocytochemical
113:219-25. localization of two major proteins in garlic
bulb. J Cell Biochem. 58:481-89.
Spelman K, Burns JJ, Tenborg M. 2006. Modulation
of cytokine expression by tradisional Wiedosari E. 2005. Perbedaan ekspresi mRNA
medicines: a review of herbal sitokin antara domba Ekor Tipis dan Merino
immunomodulators. Alternative Medicine terhadap infeksi Fasciola gigantica. Disertasi
Review. 11:128-146. IPB Bogor.
Tizard IR. 2000.Immunology: An Introduction. Ed
ke-6. New York: Saunders College
Publishing. p. 98-161.

DISKUSI

Pertanyaan:
Mengapa digunakan konsentrasi ekstrak bawang putih 2,5 g/ml, 25 g/ml dan 250 g/ml.

Jawaban:

Ada beberapa pertimbangan mengapa digunakan dosis dengan rentang yang tinggi:
a. Penghitungan konsentrasi dari ekstrak bawang putih yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan pengukuran kadar air bawang putih segar ( Tabel 1 ).
b. Penelitian ini masih awal dan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek
imunostimulator, dan ternyata dari dosis 2,5 g/ml-250 g/ml menunjukkan adanya efek
tersebut. Jadi untuk penelitian selanjutnya dengan alasan efisiensi bisa dipakai dosis
terendah.
c. Perlu diketahui obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman tidak mempunyai efek
samping seperti halnya obat-obatan dari bahan kimia.

420

You might also like