Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

KORUPSI SEBAGAI BENTUK

KEJAHATAN TRANSNASIONAL TERORGANISIR


Dadang Siswanto
Fakultas Hukum Universitas Oiponegoro Semarang
JI. Prof. Soedarto, SH Tembalang, Semarang
email: dita.tirtana@yahoo.co.id

Abstract

Many corruption cases, both of which occur in developing countries and in developed countries, often
cause difficultiesin enforcement. This is because the perpetrators to escape and save the proceeds of
corruption to other countries. The establishment of the United Nations Convention against Corruption
2003 is an international effort to tackle the problem. Development of a crime that was once a crime of
corruption of national and derived from national law into international crime transnational organized,
because of corruption related to economic crime, money laundering as well as the joints can be fragile
democracy in a country. International cooperation is needed in order to combat crimes that are
transnational corruption. Various forms of cooperation carried out, which include the return of property
corruption that is stored in other countries and include several exceptions from the principle of
extradition. It is intended to faciNtate the enforcement of the law against corruption suspects who fled to
other countries, although the country has no extradition requested extradition treaty with the state
requested.

Key words: Corruption, international crime, transnational organized crime.

Abstrak

Maraknya kasus korupsi, baik yang terjadi di negara berkembang maupun di negara maju, seringkali
menimbulkan kesulitan dalam penegakan hukumnya. Hal ini dikarenakan pelaku melarikan diri dan
menyimpan harta hasil korupsinya ke negara lain. Dibentuknya United Nations Convention against
Corruption 2003 merupakan suatu upaya intemasional untuk menanggulangi persoalan tersebut.
Perkembangan kejahatan korupsi yang dulunya merupakan kejahatan nasional dan bersumber pada
hukum nasional menjadi kejahatan lntemasional yang bersifat transnasional terorganisir, karena tindak
pidana korupsi terkait dengan kejahatan ekonomi, money laundering serta dapat merapuhkan sendi
sendi demokrasi di suatu negara. Kerjasama internasional sangat diperlukan dalam rangka
memberantas kejahatan korupsi yang bersifat transnasional tersebut. Berbagai bentuk kerjasama
dilakukan, antara lain berupa pengembafian harta korupsi yang disimpan di negara lain dan termasuk
beberapa pengecuafian dari asas ekstradisi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penegakan
hukum terhadap tersangka korupsi yang melarikan diri ke negara lain, meskipun negara diminta
ekstradisi tidak mempunyai perjanjianekstradisi dengan negara diminta.

Kata Kunci: Korupsi, kejahatan internasional, kejahatan transnasional terorganisir.

A. Pendahuluan tidak jujur yang terkait dengan keuangan. 1 Secara


Korupsi berasal dari bahasa inggris umum korupsi merupakan prilaku pejabat publik,
"Corruption" dan dalam bahasa belanda disebut politikus atau pegawai negeri yang secara tidak
"corruptie" yang menunjuk pada perbuatan busuk, wajar dan tidak legal memperkaya diri atau

1 Chalrudin, 2008, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum tindak Pidana Korups/, Bandung, Refika Aditama, him 1

123
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

memperkaya orang lain dengan cara-cara yang 3. Korupsi Defensif yaitu prilaku korban korupsi
melawan hukum. dalam rangka mempertahankan diri pemerasan;
Pemberantasan tindak pidana korupsi di 4. Korupsi lnventif yaitu korupsi yang berawal dari
Indonesia didasarkan pada Undang-Undang No 20 tawaran yang merupakan investasi untuk
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana mengantisipasi adanya keuntungan di masa
Korupsi. yang merubah UU No31 Tahun 1999dalam mendatang;
Penjelasan undang-undang korupsi tersebut 5. Korupsi Nespotik yaitu korupsi yang terjadi
ditegaskan bahwa ; karena perlakuan khusus baik pengangkatan
"Ttndak pidana korupsi yang selama ini teryadi kantor publik maupun pemberian proyek-proyek
secara meluas, tidak hanya merugikan bagi keluarga dekat
keuangan negara, tetapi juga telah merupakan 6. Korupsi Ontogenik yaitu korupsi yang dilakukan
pelanggaran terhadap hakhak sosial dan secara sendiri, dengan kata lain suatu bentuk
ekonomi masyarakat secara /uas dan dilakukan korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan
secara sistematis, sehingga tindak pidana pelakunya secara individual;
korupsi per/u digolongkan sebagai kejahatan 7. Korupsi Supportive yaitu korupsi jenis ini tidak
yang pemberantasannya harus dilakukan secara secara langsung menyangkut uang atau imbalan
/uar biasa. (kursif penu/is). langsung dalam bentuk lain. Tindakan-tindakan
yang dilakukan adalah melindungi dan
Pemyataan tersebut menunjukan bahwa tindak memperkuatkorupsi yang sudah ada.
pidana korupsi di Indonesia cenderung dilakukan
secara sistematis dan meluas, sehingga Pemberantasan tindak pidana korupsi
pembertasanya harus dilakukan secara luar biasa. sebenamya bukanlah merupakan prioritas dari
Sehingga dapat dikatakan seakan-akan tindak hukum nasional saja namun telah menjadikan
pidana korupsi di Indonesia hampir mempunyai perhatian dari masyarakat internasional, dalam hal
kesamaan dengan pelanggaran HAM berat sebagai ini MU PBB yang kemudian menuangkan dalam
delik extraordinary crime, meskipun keduanya tidak instrumen intemasional berupa "UN Convention
dapat disamakan. Penegasan dalam pembukaan Against Co"uption 2003melalui Resolusi MU PBB
UU No 20 Tahun 2001 tersebut di atas bukanlah 5814 tgl 31 oktober 2003, yang telah diratifikasi
rangkaian huruf mati, namun memang Pemerintah Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 2006
mencerminkan kondisi Indonesia yang sarat dengan tentang Pengesahan United Nations Convention
korupsi. Sebagaimana diketahui di berbagai daerah against Corruption 2003. Padahal selama ini korupsi
Indonesia sekarang ini baik institusi kejaksaan dikenal sebagai bentuk kejahatan nasional yang
maupun KPK sedang sibuk menyidik korupsi yang bersumber pad a hukum nasional.
dilakukan oleh lembaga eksekutif, legislatif bahkan Perhatian masyarakat intemasional terhadap
yudikatif sampai ke tingkat RT seperti korupsi dana masalah korupsi menunjukan bahwa korupsi
sosial dengan pengajuan proposal fiktif. mempunyai dimensi global yang mengancam sendi
Sesuai dengan kriteria tersebut di atas secara ekonomi, dan perdagangan nasional maupun
krimonologi Syed Hussein Alatas , tipologi korupsi internasional, karena dewasa ini korupsi diyakini
dapat dibedakan dalam 7 jenis yaitu :2 sebagai sumber predicate crime (kejahatan asal)
1. Korupsi Transaktif yaitu menunjuk pada untuk memfasilitasi kejahatan seperti money
kesepakatan kedua belah pihak pemberi dan laundering. Pemberantasan korupsi yang hanya
penerima demi keuntungan kedua pihak dan didasarkan pada ketentuan hukum nasional,
dengan aktif diusahakan tercapainya seringkali memperoleh hambatan., sebagai contoh
keuntungan kedua-duanya; sejak rez.im orde baru banyak sekali harta negara
2. Korupsi Extorion yaitu pihak pemberi dipaksa yang telah dikorupsi dan disimpan di bank negara
untuk menyuap guna mencegah kerugian yang lain, kemudian kasus BLBI yang dilakukn oleh
sedang mengancam dirinya, kepentingannya adrian Kiki, kasus Gayus, Nunun dan Neneng, kasus
atau orang orang dan hal-hal yang dihargainya; Naz.arudin demikian pula yang teriadi di Filipina.

2 Syed HusseinAJatas, 1987, Korupsi: Sifat, Sebab dan Fungs/, Jakarta, LP3ES, hlrn 89

124
Dadang Siswanto, Korupsi Sebagai Bentuk Kejahatan Transnasional Terorganisir

Harta mantan mantan presiden Ferdinand Marcos politik dan pembangunan berkelanjutan negara
yang disimpan di Bank Swiss tidak dapat disita oleh negara tersebut.
pemerintah. Padahal kekayaan tersebut sangat Menyakini bahwa korupsi tidak lagi merupakan
dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan sosial masalah lokal tetapi merupakan fenomena
dan ekonomi yang terjadi sebelumnya, dan tidak lnternasional yang mempengaruhi seluruh
jarang akan menimbulkan dampak masyarakat ekonomi yang menjadikan
multidimensional. kerjasama internasional untuk mencegah dan
Fenomena ini menunjukan bahwa korupsi tidak mengendalikan sang at penting"
lagi merupakan kejahatan nasional yang terbatas
dalam suatu negara melainkan telah berubah Mendasarkan padaPreambule tersebut diatas
menjadi kejahatan transnasional yang terorganisir. menunjukkan bahwa alasan dikualifikasikannya
Korupsi yang selama ini merupakan tindak korupsi yang dulunya kejahatan nasional menjadi
pidana dalam lingkup hukum pidana nasional, kejahatan intemasional karena memenuhi unsur
ternyata ternyata dikualifikasikan sebagai kejahatan internasional : yaitu akibat korupsi dapat
internasional. Sehingga permasalahan yang mengancam perdamaian dan keamanan
diajukan adalah : internasional dan menggoyahkan rasa
1. Mengapa korupsi dikualifikasikan sebagai kemanusiaan internasional, contoh dana yang
kejahatan internasional yang bersifat dikorupsi mengakibatkan penderitaan bagi
transnasional terorganisir? masyarakat karena korupsi tersebut terhadap dana
2. Bagaimanakah bentuk pengaturan kerjasama bantuan bencana alam, hal ini memenuhi unsur
internasional dalam pemberantasan kejahatan internasional. Sedangkan unsur transnasionalnya
korupsi sebagai kejahatan intemasional yang hasil tindak pidana korupsi di simpan atau ditransfer
bersifat transnasional terorganisir? ke bank negara lain untuk seakan-akan menjadikan
sebagai dana yang halal. Dalam hal ini pelaku
8. Pembahasan melakukan tindak pidana money laundering.
1. Korupsi sebagai Kejahatan lnternasional Disamping itu bentuk money laundering dengan
yang bersifat Transnasional Terorganisir cara dana hasil korupsi digunakakan untuk
Korupsi sebagai kejahatan intemasional yang membuka usaha property di negara lain yang
bersifat transnasional terorganisir secara tegas melibatkan warganegara lain. Dengan demikian
dirumuskan dalam Preambule UN Convention dapat dikatakan bahwa tindak pidana korupsi
Against Corruption 2003 sebagai berikut :3 merupakan kejahatan yang bersifat sistematis serta
Negara-Negara Pihak Pad a Konvensi ini : menimbulkan dampak korban yang bersifat massal.
"Prihatin atas keseriusan masalah dan Selanjutnya unsur necessity dalam tindak pidana
ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi korupsi sehingga dijadikan kejahatan intemasional
terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat karena masing-masing negara mempunyai
yang merusak lembagalembaga dan nilainilai kepentingan yang sama untuk memberantas
demokrasi, nilainilai etika dan keadilan serta kejahatan korupsi dan seringkali pelakunya
mengacaukan pembangunan yang melarikan diri ke luar negeri, faktor ini memacu untuk
berke/anjutan dan penegakan hukum. dibentuknya KonvensiAnti Korupsi 2003.4
Prihatinjuga atas hubungan antara korupsi dan Lebih lanjut dalam Konvensi Palermo Tahun
bentukbentuk lain kejahatan khususnya 2000 tentang Transnational Organized Crime
kejahatan terorganisir dan kejahatan ekonomi, bahwa korupsi merupakan salah satu prioritas
termasuk pencucian uang. utama pemberantasan kejahatan transnasional
Prihatin lebih jauh atas kasuskasus korupsi terorganisir di samping money laundering.
yang melibatkan jumlah aset yang besar yang Pengaturan masalah korupsi ini ditegaskan dalam
dapat merupakan bagian penting dari sumber Article 8 Konvensi Palermo 2000 sebagai berikut:
sumber negara dan yang mengancam stabilftas 1. Each State Party shall adopt such legislative

3 lihat Preambule UN ConventlOfl Against ComJpbon 2003 alinea kesatu


4 M Chenf Bassiouni menentukan ukuran ~uatu perbualan d1Jad1kan sebagai kejahatan ,ntemasional karena memenuhi unsur intemasional, unsur
transnasional dan unsur necessity.

125
MMH, Ji/Ki 42 No. 1 Januari 2013

and other measures as may be necessary to organized Criminal Group: a structured group
established as criminal offences, when of three or more persons, existing for period of
community intentionally: time and acting in concert with offences,
(a) promise, offering or giving to a public official, established in accordance with these convention
directly or indirectly, of an undue advantage, in order to obtain, directly or indirectly a financial
for the official himself or herself or another or other material benefit.
persons or entity in order that the official act Sesuai dengan definisi tersebut di atas, maka yang
or refrain from acting in the exercise of his or dimaksud dengan kejahatan terorganisir adalah :
her official duties; 1. adanya suatu kelompok terstruktur dalam
(b) the solicitation or acceptance by public periode waktu tertentu yang terdiri dari tiga atau
official, directly or indirectly, of an undue lebih anggotanya;
advantage, for the official himself or herself 2. melakukan kejahatan sesuai dengan Konvensi
or another person or entity in order that ini;
official act or refrain from acting in the 3. mempunyai tujuan untuk memperoleh
exercise of his or her official duties' keuntungan finansial secara langsung atau tidak
2. Each State Party shall consider adopting such langsung.
legislative and other measures as may be Sedangkan yang dimaksud dengan Organized
necessary to establish as criminal offences Crime menurut Naples Political and Global Action
conduct referred to in paragraph 1 of this article Plan Against Organized Transnational Crime yang
involving a foreign public official or international disetujui oleh SU PBS tanggal 23 Oesember 1994
civil servant, Likewise, each, State Party shall adalah sebagai berikut:
consider establishing as criminal offences other .. Group organized to commit crime, hierarchical
forms of corruption. links or personal relationship with permit leaders
Dimasukkannya tindak pidana korupsi dalam to control the group: violence, intimidation and
Konvensi Palermo 2000 tentang Transnational corruption use the earn profits or control
Organized Crime, menunjukan bahwa tindak pidana territories or markets; laundering of illicit
korupsi merupakan kejahatan yang tidak saja proceeds both in furtherence of criminal activities
menimbulkan dampak secara nasional, tapi and beyond national borders; and cooperation
berdampak transnasional, karena selama ini korupsi with organized transnational criminal group
ini diidentifikasikan sebagai kejahatan asal Sesuai dengan uraian di atas, korupsi dapat
(predicate crime) yang berkaitan erat dengan money dikualifikasikan sebagai salah satu bentuk
laundering (pencucian uang). Di samping itu dalam kejahatan transnasional terorganisir khususnya
paragraf 2 menekankan bahwa negara wajib korupsi yang dilakukan dalam skala besar, karena
mengkriminalisasikan terhadap kejahatan korupsi korban akibat tindak pidana korupsi tidak hanya
yang berkaitan dengan pejabat publik asing atau terbatas dalam suatu negara saja, namun juga
pelayan civil internasional. Ketentuan ini merupakan melibatkan dan mengakibatkan kerugian pada
ketentuan baru dalam pengaturan tindak pidana negara lain. Hal ini akan lebih jelas terlihat dalam
korupsi. Oalam Konvensi ini disebutkan suatu pengaturan korupsi dalam Konvensi Korupsi 2003,
kejahatan dikatakan bersifat transnational terdapat ketentuan tentang pengaruh perdagangan
terorganisirapabila: internasional berkaitan dengan korupsi dan
( 1) it is committed in more than one state; pengaturan mengenai penyuapan lembaga publik
(2) it is preparation, planning, direction or control intemasional tennasuk pejabat diplomatik.
takes place in another state; Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam
(3) it is committed in one state but involves an article UN Convention against Corruption telah
organized in criminal activities in more than one mengindetifikasikan kejahatan korupsi merupakan
state or; kejahatan lnternasional yang bersifat transnasional
(4) it is committed in one state but has substantial terorganisir ,sebagaimana hal ini dapat dilihat dari
effect in another state. berbagai bentuk kejahatan korupsi yang diatur
Sedangkan unsur terorganisir dirumuskan dalam dalam United Nation Convention against coruption
Konvensi TOC 2000 ini yaitu sebagai berikut: 2003 antara lain sebagai berikut:

126
Dadang Siswanto, Korupsi Sebagai Bentuk Kejahatan Transnasional Terorganisir

a. memperluas cakupan terhadap tindakan indirectly, of an undue advantage to any


penyuapan dan penggelapan dana-dana public person who directs or works in an capacity
dengan mengkaitkan terhadap trading in for private sector entity, for the person
influence sebagaiamana tercantum dalam himself or herself or for another person, in
Article 18, yang berbunyi sebagai berikut: order that he or she act to refrain from acting
Committed intentionally: in breach of his or her duties;
(1) the promise, offering or giving to a public (b) the solicitation or acceptance, directly or
official or any other person, directly or indirectly of any undue advantage by any
indirectly of an undue advantage in order person who direct or works, in any capacity,
that the public official or the person abuse for private sector entity, for the person
his or her real or supposed influence with a himself or herself or for another person, in
view to obtaining from an administration or order that he or she act refrain from acting in
public authority of the State Party an undue breach of his or her duties
advantage for the original instigator or the Dengan demikian bahwa penggelapan di sektor
or for any other person; privat ini berl<aitan dengan kerangka aktivitas
(2) The solicitation or acceptance by public seseorang di bidang ekonomi, finansial dan
official or any other person, directly or komersial.
indirectly, of an undue advantage for himself c. Menegaskan kembali pengaturan The
or herself for another person in order that Convention on Combating Bribery of Foreign
the public official or the person abuse his or Public Official in International Business
her real supposed influence with a view to Transactions 1997, dengan mencantumkan
obtaining from an administration or public Bribery of foreign public official or official of
authority of the State Party an undue public international organization, termasuk
advantage" penyuapan terhadap pejabat diplomtik.
Perluasan ketentuan tersebut memang merupakan Penyuapan terhadap pejabat public organisasi
konsekuensi logis dari pengaruh korupsi terhadap intemasional asing tennasuk diplomatik ini,
perdagangan intemasional; dilakukan dengan sengaja, menjajikan atau
a. Penegasan kembali terhadap keterkaitan memberikan sesuatu dengan maksud agar
antara korupsi dengan kejahatan money pejabat publik dari organisasi intemasional
laundering sebagaimana yang diatur dalam melakukan perbuatan atau tidak melakukan
Konvensi Palermo 2000 tentang Transnational perbuatan yang bertentangan dengan
Organized Crime. tentang Laundering of kewajibannya untuk keuntungan si penyuap,
proceed of corruption dan illicit enrichment. yang berl<aitan dengan bisnis intemasional.
b. Menambahkan jenis kejahatan baru dalam Ketentuan ini merupakan pengaturan baru
korupsi yaitu Private sector Corruption (korupsi berl<aitan dengan hak immunitet dari para
di sektor privat), padahal selama ini tindak pejabat organisasi intemasional, yang selama
pidana korupsi dilakukan hanya di sektor publik. ini mereka tidak dapat diadili berdasarkan
Penyuapan di sektor privat ini dilakukan hukum nasional dari negara penerima.
terhadap seseorang yang bekerja dalam suatu d. Penegasan kembali tentang kriminalisasi
kapasitas baik untuk kepentingan lembaga obstruction of juctice, dalam Konvensi Palermo
privat tersebut, atau untuk din sendiri atau orang 2000 tentang TOC. Pengaturan tentang
lain, dengan maksud agar dia berbuat atau tidak Obtruction of justice ini mencakup perbuatan
berbuat yang melanggar kewajibannya yang secara sengaja dengan menggunakan
diaturdalamArticle 21: kekerasan, ancaman kekerasan atau
Each State Party shall such legislative and memberikan janji keuntungan yang tidak
other measures as may be necessary to selayaknya untuk membujuk terjadinya
establish as criminal offences; when kesaksian palsu atau mempengaruhi kesaksian
intentionally in the course of economic, financial atau penyediaan bukti-bukti dalam proses
or commercial international activities: peradilan tindak pidana korupsi. Ketentuan
(a) the promising, offering or giving, directly or tersebut diatur dalam Article 25 berbunyi

127
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

sebagai berikut:
Each State Party shall adopt such legislative and 2. Pengaturan Kerjasama lnternasional
other measures as may be necessary to establish as Pemberantasan Korupsi Sebagai Kejahatan
criminal offences, when committed intentionally: lntemasional yang Bersifat Transnasional
(a) the use physical force, threats or intimidation or Terorganisir
the promise, offering or giving of an undue Penegakan hukum bagi pelaku kejahatan
advantage to induce false testimony or to intemasional maupun transnasional memerlukan
interfere in the giving of testimony or the adanya kerjasama intemasional, karena memang
production of evidence in a proceeding in kerjasama intemasional ini merupakan salah satu
relation to the commission of offences covered unsur dari adanya kejahatan internasional.
by this convention; Pengaturan kerjasama internasional dalam
(b) the use of physical force, threats or intimidation Konvensi Korupsi 2003 di samping dilakukan
to interfere with the exetcise of official duties by melalui Mutual assistance in criminal legal matter,
a justice or law enforcement official in relation to ekstradisi juga terdapat ketentuan yang sangat
the commission of offences covered by this mendasar yaitu tentang pengembalian asset hasil
Convention. Nothing in this subparagraph shall korupsi yang disimpan di negara lain.
prejudice the right of State Parties to have Pengembalian asset hasil korupsi merupakan
legislation that protects other categories of hal yang sangat penting bagi efektifitas
public official pemberantasan korupsi, karena penegakan hukum
Penegasan kembali tentang kriminalisasi bagi pelaku tindak pidana korupsi memang tidak
obstructionofjuctice, dalam Konvensi Palermo 2000 cukup hanya mengadili si pelaku saja, namun lebih
tentang TOC. Pengaturan tentang Obtruction of dari itu adanya pengembalian terhadap kekayaan
justice ini mencakup perbuatan secara sengaja negara yang disimpan di negara lain. Mengingat
dengan menggunakan kekerasan, ancaman selama ini terdapat persoalan yang selalu saja
kekerasan atau memberikan janji keuntungan yang muncul berkaitan dengan pengembalian asset di
tidak selayaknya untuk membujuk terjadinya negara lain.
kesaksian palsu atau mempengaruhi kesaksian Pengembalian asset korupsi dilakukan melalui
atau penyediaan bukti-bukti dalam proses peradilan tindakan penyitaan dan selanjutnya akan
tindak pidana korupsi. 5 diserahkan pada negara peminta, sedangkan hasil
Dengan demikian Obstruction of Justice tidak korupsi yang diperoleh dari sumber lain akan
hanya dilakukan dengan penggunaan kekerasan dikembalikan pada pihak yang dirugikan, dengan
atau ancaman kekerasan saja, melainkan melalui membuktikan terhadap harta kepemilikan tersebut.
janji pemberian sesuatu, dengan maksud untuk Namun persoalan yang muncul adalah apakah
adanya kesaksian palsu ataupun menghalangi terhadap tindakan korupsi yang dilakukan sebelum
penyediaan proses penyidikan. adanya Konvensi, maka asset hasil korupsi dapat
Secara keseluruhan dampak negatif korupsi dikembalikan pada negara peminta. Persoalan ini
bagi masyarakat intemasional adalah : memang sangat erat keterkaitannya dengan
1. korupsi mewakili serangan langsung terhadap berlakukanya asas non retroaktif, sehingga tidak
institusi demokrasi; dimungkinkan bahwa asset negara Indonesia yang
2. korupsi menyebabkan kerugian ekonomi yang ada di luar negeri , sebagai hasil korupsi dari rezim
besaratau; Orde Baru sangat sulit dijangkau oleh Konvensi
3. memberikan dampak pada hak asasi manusia tentang Korupsi 2003.
karena berkaitan dengan pelanggaran hak Lebih lanjut pengaturan yurisdiksi dalam UN
ekonomi, sosial dan budaya, termasuk hak sipil Convention against Corruption 2003
dan politik; mencantumkan personal pasif yang selama ini
4. korupsi berpengaruh terhadap lingkungan dan belum diaturdalam KUHP maupun Undang-Undang
budaya suatu komunitas.6 20 tahun 2001. Sebagaimana ditegaskan dalam

5 LlhatArticle 25 UN Convention against Coou~ 2003.


6 Llhat Peter Elgen, 2002, Com,ption in a Global W'*1, SAIS Review V~ XXJI No 1 (Winter Spnng), him 46-50.

128
Dadang Siswanto, Korupsi Sebagai Bentuk Kejahatan Transnasional Terotganisir

article 42 ayat (2) sub (a) tentang penerapan asas berikut:


personal pasif.7 Penerapan asas personal pasif ini Apabila permintaan untuk ekstradisi meliputi
memungkinkan bahwa hukum pidana nasional beberapa kejahatan yang berbeda sekurang
suatu Negara dapat digunakan untuk mengadili k u rang n ya satu daripadanya dapat
tindak pidana yang menyerang kepentingan warga diekstradisikan berdasarkan pasal ini dan
negaranya di luar negeri. Hal ini berbeda dengan beberapa tidak dapat diekstradisikan karena
asas nasional aktif atau personal aktif dalam arti jangka waktu penghukumannya, tetapi terkait
hukum pidana suatu negara dapat digunakan untuk dengan kejahtankejahatan yang ditetapkan
mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh warga sesuai dengan Konvensi ini, Negara Pihak yang
negaranya di luar wilayah territorialnya. diminta dapat juga menerapkan Pasal ini
Selanjutnya dalam kaitanya dengan ekstradisi berkenaan dengan kejahatan terse but.
atau suatu penyerahan terhadap sesorang pelaku Jadi sesuai dengan ketentuan di atas
tindak pidana yang melarikan diri keluar negeri untuk pengecualian penolakan permintaan ekstradisi
diserahkan pada negara yang mempunyai yurisdiksi terhadap kejahatan yang dimintakan ekstradisi
atau negara tempat ia melakukan tindak pidananya sudah daluwarsa, hanya dapat dilakukan apabila
dalam hal ini tindak pidana korupsi. Dalam Konvensi kejahatan korupsi yang dimintakan lebih dari satu
Anti Korupsi 2003 tersebut terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi dan ada satu jenis yang
pengecualian dari berlakunya asas double belum daluwarsa, maka terhadap jenis kejahatan
criminality dalam ekstradisi. Pengecualian asas korupsi lainnya tetap dapat diekstradisikan.
double criminality ini dapat dibaca dengan Selanjutnya berkaitan dengan persyaratan
membandingkan rumusan dalam Pasal 44 ayat (1) permintaan ekstradisi yang harus didasarkan
yang mencantumkan double criminality dengan adanya perjanjian bilateral lebih dahulu, maka bagi
Pasal 44 ayat (2) yang mengesampingkan asas negara yang belum mempunyai perjanjian ekstradisi
double criminality. Secara lengkap dapat dikutip berkaitan dengan permintaan ekstradisi untuk kasus
sebagai berikut: korupsi dapat menggunakan konvensi ini sebagai
Pasal44 dasar perjanjian ekstradisi. Seperti misalnya antara
( 1) Pasal ini berlaku bagi kejahatankejahatan Indonesia dengan Singapura yang belum
yang ditetapkan sesuai dengan konvensi di mempunyai perjanjian ekstradisi, maka konvensi ini
mana orang yang menjadi subyek permintaan dapat digunakan sebagai sumber perjanjian
ekstradisi berada di wilayah Negara Pihak yang ekstradisi apabila Singapura telah meratifikasi
diminta, dengan ketentuan bahwa kejahatan Konvensi Anti Korupsi 2003 ini. Pengaturan ini
untuk mana ekstradisi diminta dapat dihukum dirumuskan dalam Pasal 44 ayat (5) sebagai berikut:
berdasarkan hukum nasional dari kedua Apabila suatu Negara Pihak yang melakukan
Negara Pihak yang meminta dan Negara Pihak ekstradisi dengan syarat adanya suatu perjanjian
yangdiminta. menerima suatu permintaan ekstradisi dari
(2) Tanpa mengesampingkan dari ketentuan Negara Pihak lainnya di mana Negara Pihak
ketentuan ayat ( 1) Pasal ini suatu Negara Pihak tidak memiliki perjanjian ekstradisi, ia dapat
yang hukumnya membolehkannya dapat mempertimbangkan Konvensi ini sebagai dasar
memberikan ekstradisi seseorang untuk hukum bagi ekstradisi dengan kejahatan yang
kejahatan kejahatan apapun yang dicakup mana pasal ini diberlakukan.
dalam konvensi ini yang tidak dihukum Selanjutnya berkaitan dengan penolakan ekstradisi
berdasarkan hukum nasionalnya sendiri. karena yang dieskstradisikan adalah
Selanjutnya dalam Pasal 44 ayat (3) terdapat warganegaranya sendiri, dalam Pasal 44 ayat (11)
ketentuan yang mengesampingkan berlakunya ditegaskan sebagai berikut:
alasan penolakan ekstradisi karena kejahatan yang Suatu Negara Pihak yang dalam wilayahnya
dijadikan dasar permintaan sudah kadaluwarsa. seorang tersangka pelaku kejahatan
Adapun bunyi dari Pasal 44 ayat (3) adalah sebagai diketemukan, apabila ia tidak mengekstradisi

7 Pasal 42 ayat (2): Berdasatkan Pasal 4 Konvensiini suatuNegara Pihak dapatjuga menetapkan yunsdiksinya atas kejahatan apapun apabila
(a) Kejahatan dilakukanterhadap warganegaradari Negara Pihak ltu .....

129
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013

orang tersebut berkenaan dengan kejahatan 2. Pengaturan kerjasama internasional dalam


terhadap Pasal ini berlaku atas dasar bahwa ia pemberantasan kejahatan korupsi dilakukan
merupakan salah seorang warga negaranya, dalam berbagai bentuk baik berupa recovery
wajib atas permintaah Negara Pihak yang asset, mutual criminal legal matters dan terdapat
meminta esktradisi untuk menyerahkan kasus beberapa pengecualian penerapan asas-asas
tersebut tanpa penundaan yang semestinya ... dalam hukum ekstradisi.

Ketentuan Pasal 44 ayat (11) tersebut DAFTAR PUSTAKA


mengecualikan bahwa suatu negara diminta
ekstradisi yang pada umumnya dapat menolak Alatas, Syed Hussain, 1987, Korupsi: Sifat, Sebab
permintaan ekstradisi karena yang dimintakan dan Fungsi, Jakarta: LPES.
ekstradisi adalah warganegara, maka khusus untuk Atmamasasmita, Romli, 2000, Pengantar Hukum
kejahatan korupsi negara diminta tersebut tidak Pidana lntemasional, Bandung: PT. Eresco.
dapat menolak permintaan ekstradisi. Penolakan Bassiuni, M Cherif, 1986, International Criminal Law
permintaan ekstradisi terhadap warganegaranya Vol Ill Enforcement, New York:
sendlri oleh negara diminta ekstradisi bukan Transnational Publisher.
dimaksudkan untuk melindungi pelaku kejahatan ilu Bassiuni, M Cherif, 1986, International Criminal Law
sendiri karena negara diminta dapat mengadili Vol I Crimes, New York: Transnational
warganegaranya dengan penerapan asas nasional Publisher.
aktif a tau personal aktif. Bassiuni, M Cherif, 1986, lntemational Criminal Law
Sesuai dengan uraian-uraian lersebul di alas Vol II Procedures, New York: Transnational
maka beberapa aturan dalam hukum ekstradisi Publisher.
dapal dikecualikan guna memudahkan seorang BPHN, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
pelaku kejahatan korupsi bisa diadili di negara yang Chairudin, 2008, Strategi Pencegahan dan
mempunyai yurisdiksi lanpa terhambat dengan Penegakan Hukum tindak Pidana Korupsi,
keberadaannya di luar negeri. Pengecualian Bandung: RefikaAditama.
lerhadap asas ekslradisi lersebut adalah asas Muladi, Hukum Positif Indonesia dalam
double criminality, asas kadaluwarsa, asas tidak Penanggulangan Kejahatan Untas Negara,
menyerahkan warganegara sendiri dan dasar Majalah Masalah-Masalah Hukum FH
hukum ekslradisi yang tidak harus didasarkan pada Undip, Vol XXXI No 1 Januari-Maret 2002.
perjanjian bilateral, namun pada perjanjian Muladi, Substantive Highlight Dari Konvensi PPB
mulitilateral dalam hal ini UN Convention against untuk melawan Korupsi (2003), Makalah
Corruption 2003. dalam Seminar Aspek
Pertanggungjawaban Pidana Dalam
C. Simpulan Kebijakan Publik Dari Tindak Pidana
Sesuai dengan uraian singkat tersebut di alas, Korupsi, Semarang 6-7 Mei 2004.
maka hal-hal yang dapat disimpulkan antara lain: Peter Eigen, 2002, Corruption in a Global World,
1. Dikualifikasikannya kejahatan korupsi sebagai SAIS Review Vol XXII No 1 (Winter
kejahatan internasional yang bersifat Spring).
transnasional terorganisir, karena unsur-unsur
kejahatan korupsi rnemenuhi unsur kejahatan lnstrumen:
transnasional terorganisir sebagaimana UN ConventionAgainstCorruption 2003
dirumuskan dalam Konvensi Palermo 2000 Palermo Convention 2000 tentang Transnational
tentang Transnational Organize Crime. Organized Crime

130

You might also like