Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

EduChemia Vol.1, No.

2, Juli 2016
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP LARUTAN


ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT SISWA
MENGGUNAKAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS
DEDUKTIF
Rosmaya Dewi1, F.M. Titin Supriyanti2, Gebi Dwiyanti2

STIKes Bakti Tunas Husada, Jl. Cilolohan No. 36 Tasikmalaya 46115


Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung 40154

E-mail: rosmayadewi34@yahoo.com

Abstract: This research has purpose to describe students concepts of electrolyte and non-
electrolite solutions by hypothesis deductive learning cycle. The research method was
descriptive with the subjects were 30 first class Senior High School students in Bandung
Barat. The students were categorized into high, medium, and low categories. Instruments of
this research were written test and interview. Based on this research, the students with high
and medium category had good concepts in all of learning indicators, but the concepts of low
category students were bad. The best students concepts was classification of electrolyte and
non-electrolyte solution in daily activity with a good criteria, while the less students
concepts was explanation about solute particles in strong electrolyte, weak electrolyte, and
non-electrolyte solutions. Hypothesis deductive learning cycle helps students to understand
concepts related to daily activity.
Keywords: Concepts; electrolyte and nonelectrolyte solutions; learning cycle

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penguasaan konsep siswa
pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan siklus belajar hipotesis
deduktif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan subyek penelitian
sebanyak 30 siswa kelas X salah satu SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat yang
dikategorikan ke dalam siswa kategori tinggi, sedang dan rendah. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah tes tertulis dan pedoman wawancara. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa penguasaan konsep siswa kategori tinggi dan sedang untuk seluruh indikator
pembelajaran tergolong baik, sedangkan siswa kategori rendah tergolong kurang. Dari
seluruh indikator pembelajaran, konsep yang paling dikuasai siswa adalah konsep dari
indikator mengklasifikasikan larutan dalam kehidupan sehari-hari ke dalam kelompok
larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan kriteria sangat baik sedangkan konsep yang
masih kurang dikuasai siswa adalah konsep dari indikator menjelaskan keadaan partikel-
partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit dengan
kriteria cukup. Pembelajaran dengan siklus belajar hipotesis deduktif dapat membantu siswa
dalam memahami konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: Konsep; larutan elektrolit dan nonelektrolit; siklus belajar

98
99 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Dewi, Supriyanti, dan Dwiyanti

PENDAHULUAN sangat erat kaitannya dengan kehidupan

Bangsa Indonesia dihadapkan pada sehingga penting untuk dipelajari dan

tiga tantangan besar, yaitu dampak krisis dipahami oleh siswa secara komprehensif

multi dimensi yang belum kunjung agar dapat diterapkan dalam kehidupan

tuntas, globalisasi di segala aspek sehari-hari, dijadikan solusi untuk

kehidupan, dan pelaksanaan kebijakan menyelesaikan berbagai permasalahan,

otonomi daerah. Untuk mengatasi serta dapat menjadi modal dalam

tantangan tersebut diperlukan menghadapi tantangan kemajuan ilmu

ketersediaan sumber daya manusia yang pengetahun dan teknologi.

sanggup menghadapi tantangan yang ada Berbagai upaya perlu dilakukan

(Syaodih 2009). untuk meningkatkan pemahaman siswa

Menurut Jalal dalam Syaodih (2009), terhadap ilmu kimia. Salah satu upaya

kondisi sumber daya manusia Indonesia tersebut adalah dengan memilih model

berdasarkan hasil penelitian The Third pembelajaran yang dapat melibatkan

Inernational Mathematic and Science siswa secara aktif, menuntut siswa untuk

Study Repeat tahun 1999, adalah berfikir kritis, serta memberikan

kemampuan siswa Indonesia di bidang pengalaman belajar yang dapat

IPA berada di urutan ke-32 dari 38 menanamkan konsep kimia secara

negara yang diteliti dan di bidang mendalam. Salah satu model

matematika berada di urutan ke 34 dari pembelajaran yang memiliki karakteristik

38 negara yang diteliti. Menurut laporan tersebut adalah model siklus belajar

UNDP tentang Human Development hipotesis deduktif.

Index (HDI), pada tahun 1998 Indonesia Siklus belajar merupakan suatu

menempati peringkat 108, pada tahun strategi mengajar yang muncul pertama

1999 Indonesia menempati peringkat kali pada akhir tahun 1960 ketika Robert

109 dan pada tahun 2004 peringkat Kalbes dan rekan-rekannya

tersebut menurun lagi menjadi peringkat mengimplementasikan siklus belajar

111 dari 174 negara yang diteliti dalam kurikulum sains tingkat dasar.

(Mulyasa 2008). Untuk meningkatkan Model pembelajaran ini dikembangkan

kualitas sumber daya manusia Indonesia lebih lanjut pada awal tahun 1990 dalam

salah satunya adalah melalui peningkatan proyek biologi tingkat dasar oleh komite

kualitas pendidikan termasuk dalam studi sains dan menunjukkan hasil yang

bidang pendidikan kimia. Imu kimia baik. Sejak pertama muncul, model siklus

e-ISSN 2502-4787
Analisis Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit 100

belajar telah banyak diteliti yaitu Pemilihan materi larutan elektrolit


mengenai efektivitas model siklus dan non-elektrolit sebagai materi
belajar, seperti dalam pelatihan guru pembelajaran yang dilaksanakan dengan
sebelum dan selama penggunaan model model siklus belajar hipotesis deduktif
siklus belajar; dan efek pelaksanaannya didasarkan pada berbagai pertimbangan.
model siklus belajar pada hasil belajar Pertama, berdasarkan kompetensi dasar
seperti pemahaman konsep-konsep untuk materi larutan elektrolit dan non-
ilmiah siswa serta pemikiran dan sikap elektrolit, yaitu mengidentifikasi sifat
siswa terhadap pembelajaran sains. larutan non-elektrolit dan elektrolit
Dalam model siklus belajar terdapat tiga berdasarkan data hasil percobaan, maka
tahap yaitu tahap eksplorasi, pengenalan dalam pelaksanaan pembelajarannya
konsep, dan aplikasi konsep (Qarareh siswa dapat melakukan suatu percobaan
2012). Dalam penelitian lain, siklus untuk mengidentifikasi sifat larutan
belajar hipotesis deduktif dapat elektrolit dan non-elektrolit. Hal ini
memberikan pemahaman konsep sesuai apabila diterapkan dengan
pengaruh ion senama dan pH terhadap menggunakan model siklus belajar
kelarutan dengan menunjukkan kriteria hipotesis deduktif. Melalui percobaan ini,
sangat baik untuk semua indikator siswa dapat belajar untuk membuat
pembelajaran (Wartini 2010). hipotesis serta merancang percobaan
Pemikiran hipotesis deduktif sangat untuk menguji hipotesis tersebut. Kedua,
diperlukan dalam penguasaan konsep materi larutan elektrolit dan non-
(Yuliati 1995). Hal ini dikarenakan dalam elektrolit merupakan salah satu materi
siklus belajar hipotesis deduktif, siswa yang sangat erat kaitannya dengan
belajar untuk membuat hipotesis dengan kehidupan. Materi ini perlu dikuasai
menggunakan kata jika...maka..., konsepnya dengan baik agar siswa dapat
merancang dan melakukan eksperimen menerapkannya dalam kehidupan sehari-
untuk membuktikan hipotesis sehingga hari.
siswa memiliki pengalaman nyata dalam Berdasarkan rumusan masalah yang
memperoleh suatu konsep (bukan dari telah dikemukakan, maka penelitian ini
hapalan) dan siswa belajar untuk dapat dilakukan dengan tujuan memperoleh
menerapkan konsep tersebut dalam gambaran mengenai penguasaan konsep
situasi lain atau dalam kehidupan sehari- siswa yang dikategorikan ke dalam siswa
hari. kategori tinggi, sedang dan rendah untuk

e-ISSN 2502-4787
101 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Dewi, Supriyanti, dan Dwiyanti

beberapa indikator pembelajaran larutan belajar hipotesis deduktif.


elektrolit dan nonelektrolit dengan siklus

Gambar 1. Alur Penelitian

METODE hasil penelitian. Alur penelitian diberikan

Penelitian ini menggunakan metode pada Gambar 1.

penelitian deskriptif. Pelaksanaan Dalam penelitian ini, subyek yang

penelitian dilakukan melalui tiga tahap diteliti adalah siswa kelas X di salah satu

yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisis SMA Negeri di Kabupaten Bandung

e-ISSN 2502-4787
Analisis Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit 102

Barat sebanyak 1 kelas dengan jumlah Indikator 4: Memperkirakan derajat


siswa sebanyak 30 orang. Siswa tersebut ionisasi larutan elektrolit kuat,
kemudian dikategorikan ke dalam elektrolit lemah, dan nonelektrolit
kategori tinggi, sedang dan rendah Indikator 5: Mengklasifikasikan
berdasarkan perhitungan standar deviasi larutan dalam kehidupan sehari-hari
dari nilai ulangan harian kimia pada ke dalam kelompok larutan elektrolit
materi sebelumnya dan nilai kimia pada dan nonelektrolit
ulangan akhir semester sebelumnya.
Instrumen penelitian yang digunakan Penguasaan Konsep Seluruh Siswa
untuk Semua Indikator Pembelajaran
adalah tes tertulis berupa 9 butir soal dan
dan pedoman wawancara. Penggunaan Keseluruhan indikator pembelajaran

instrumen ini bertujuan untuk menggali diukur ketercapaiannya melalui tes


lebih dalam mengenai penguasaan tertulis sebanyak 9 butir soal. Berikut

konsep siswa. adalah data yang diperoleh dari hasil


penelitian:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Penguasaan Konsep Seluruh Siswa
Konsep larutan elektrolit dan non- untuk Semua Indikator Pembelajaran
elektrolit dikembangkan ke dalam lima Nomor Penguasaan
Indikator Kriteria
indikator pembelajaran yaitu: Soal Konsep (% )
1 1, 2, 9 71,13 Baik
Indikator 1: Membedakan larutan 2 3, 4 51,65 Cukup
3 5, 6 45 Cukup
elektrolit dan non-elektrolit 4 7, 8 56,65 Cukup
Sangat
berdasarkan percobaan hantaran 5 9, 1 88,35
Baik
Rata-rata 62,56 Baik
listrik.
Keterangan:
Indikator 2: Membedakan kekuatan Indikator 1: Membedakan larutan elektrolit
dan non-elektrolit berdasarkan percobaan
hantaran listrik pada larutan elektrolit hantaran listrik.
Indikator 2: Membedakan kekuatan hantaran
kuat, elektrolit lemah, dan non- listrik pada larutan elektrolit kuat, elektrolit
lemah, dan non-elektrolit.
elektrolit. Indikator 3: Menjelaskan keadaan partikel-
Indikator 3: Menjelaskan keadaan partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit
kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit.
partikel-partikel zat terlarut dalam Indikator 4: Memperkirakan derajat ionisasi
larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan
larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah non-elektrolit
Indikator 5: Mengklasifikasikan larutan dalam
dan non-elektrolit. kehidupan sehari-hari ke dalam kelompok
larutan elektrolit dan non-elektrolit

e-ISSN 2502-4787
103 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Dewi, Supriyanti, dan Dwiyanti

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa lebih yakin terhadap suatu hal daripada
penguasaan konsep siswa pada masing- hanya menerima dari guru, memperkaya
masing indikator pembelajaran pengalaman, mengembangkan sikap
menunjukkan hasil yang berbeda. Untuk ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan
melihat perbedaan penguasaan konsep lebih lama dalam ingatan siswa
tersebut dapat dipermudah dengan (Rustaman 2005).
melihat Gambar 2. Pada Gambar 1 diketahui bahwa
konsep yang masih kurang dikuasai siswa
adalah konsep dari indikator 3 yaitu
menjelaskan keadaan partikel-partikel zat
terlarut dalam larutan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan nonelektrolit yang
diukur ketercapaiannya melalui soal
nomor 5 dan 6. Berdasarkan hasil
Gambar 2. Persentase Penguasaan Konsep wawancara, dapat diketahui bahwa siswa
Seluruh Siswa untuk Semua Indikator
Pembelajaran masih belum faham mengenai gambaran
sub-mikroskopis. Gambaran sub-
Pada Gambar 2 diketahui bahwa
mikroskopis bersifat abstrak sehingga
konsep yang paling dikuasai siswa adalah
meskipun sudah divisualisasikan, siswa
konsep dari indikator 5 yaitu
masih kesulitan untuk memahaminya.
mengklasifikasikan larutan dalam
Secara keseluruhan, rata-rata
kehidupan sehari-hari ke dalam
penguasaan konsep siswa untuk seluruh
kelompok larutan elektrolit dan non-
indikator pembelajaran menunjukkan
elektrolit yang diukur ketercapaiannya
kriteria baik. Hal ini dikarenakan dalam
melalui soal nomor 1 dan 9. Penguasaan
model siklus belajar, terdapat tiga tahap
konsep siswa sangat baik dikarenakan
yaitu (1) eksplorasi, yaitu siswa
siswa dibantu oleh adanya data mengenai
memperoleh pengalaman langsung
hantaran listrik larutan berdasarkan nyala
mengenai fenomena sains; (2)
lampu alat uji. Selain itu, pada proses
pengenalan konsep, yaitu siswa
pembelajarannya dilakukan eksperimen
membangun pemahaman konsep sains;
dari mulai membuat hipotesis, merancang
dan (3) aplikasi konsep, yaitu siswa
eksperimen dan melaksanakan
dituntut untuk dapat menerapkan
eksperimen sehingga siswa akan menjadi
pemahaman konsepnya terhadap situasi

e-ISSN 2502-4787
Analisis Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit 104

atau masalah baru (Hanuscin & Lee Indikator 2: Membedakan kekuatan hantaran
listrik pada larutan elektrolit kuat, elektrolit
2008). Siswa memperoleh suatu konsep lemah, dan nonelektrolit.
Indikator 3: Menjelaskan keadaan partikel-
berdasarkan pengalaman langsung partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit
sehingga melibatkan lebih banyak kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit.
Indikator 4: Memperkirakan derajat ionisasi
indera. Informasi yang masuk melalui larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan
nonelektrolit
beragam indera akan bertahan lebih lama Indikator 5: Mengklasifikasikan larutan dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam kelompok
dalam pikiran siswa (Muslich 2007). larutan elektrolit dan nonelektrolit

Penguasaan Konsep Setiap Kategori Untuk melihat perbedaan penguasaan


Siswa untuk Semua Indikator konsep setiap kategori siswa dapat
Pembelajaran
dipermudah dengan melihat Gambar 3.
Siswa dikategorikan ke dalam
kategori tinggi, sedang, dan rendah
berdasarkan penghitungan standar deviasi
nilai ulangan harian siswa dan nilai ujian
akhir semester sebelumnya. Penguasaan
konsep setiap kategori siswa dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Penguasaan Konsep Setiap Kategori


Siswa untuk Semua Indikator Pembelajaran Gambar 3. Persentase Penguasaan Konsep Setiap
Kategori Siswa untuk Semua Indikator
Persentase dan Tafsiran Pembelajaran
Penguasaan Konsep Setiap
Indikator
Kategori Siswa
Tinggi Sedang Rendah Penguasaan konsep setiap kategori
1 72,20% 77,16% 46,67%
(Baik) (Baik) (Cukup) siswa pada indikator 1 (membedakan
2 91,65% 47,40% 20%
(Sangat (Cukup) (Sangat larutan elektrolit dan nonelektrolit
Baik) Kurang)
berdasarkan percobaan hantaran listrik)
3 50% 42,10% 50%
(Cukup) (Cukup) (Cukup) diukur ketercapaiannya melalui soal
4 91,65% 52,65% 30%
(Sangat (Cukup) (Kurang) nomor 1, 2 dan 9. Pada soal nomor 1 dan
Baik)
5 91,65% 97,35% 50% 9, penguasaan konsep siswa kategori
(Sangat (Sangat (Cukup)
Baik) Baik) tinggi dan sedang menunjukkan kriteria
Rata-rata 79,43% 63,33% 39,33 sangat baik karena siswa memperoleh
(Baik) (Baik) (Kurang)
Keterangan: konsep melalui pengalaman langsung.
Indikator 1: Membedakan larutan elektrolit
dan nonelektrolit berdasarkan percobaan Menurut Rustaman (2005), dalam proses
hantaran listrik.

e-ISSN 2502-4787
105 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Dewi, Supriyanti, dan Dwiyanti

belajar mengajar yang melibatkan melalui soal nomor 3 dan 4. Pada soal
eksperimen, siswa diberi kesempatan nomor 3, siswa diharapkan dapat
untuk mengalami sendiri atau melakukan membedakan kekuatan hantaran listrik
sendiri sehingga hasil belajar akan larutan HCN, CH2 O dan NaHSO 4
bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. berdasarkan pengamatan nyala lampu.
Pada soal nomor 2, penguasaan konsep Pada soal nomor 4, siswa diharapkan
siswa kategori tinggi dan sedang dapat menentukan larutan yang hantaran
menunjukkan kriteria kurang. listriknya lemah.
Berdasarkan hasil wawancara dapat Pada siswa kategori tinggi,
diketahui bahwa siswa menjawab salah penguasaan konsep untuk soal nomor 3
karena siswa belum mengetahui kekuatan dan 4 menunjukkan kriteria sangat baik.
nyala lampu alat uji beberapa larutan Pada siswa kategori sedang, penguasaan
yang terdapat dalam opsi soal. konsep untuk soal nomor 3 menunjukkan
Pada siswa kategori rendah, kriteria baik sedangkan untuk soal nomor
penguasaan konsep siswa untuk soal 4 menunjukkan kriteria kurang.
nomor 1 dan 2 menunjukkan kriteria Berdasarkan hasil wawancara diketahui
kurang serta untuk soal nomor 9 bahwa siswa belum mengetahui zat
menunjukkan kriteria cukup. Berdasarkan terlarut yang terdapat pada larutan-
hasil wawancara, dapat diketahui bahwa larutan yang ada pada opsi soal sehingga
pada soal nomor 1 dan 2, siswa siswa membuat perkiraan dalam
menganggap pada pengujian larutan menentukan larutan yang daya hantar
elektrolit, lampu alat uji hanya menyala listriknya lemah.
terang sedangkan apabila lampu menyala Pada siswa kategori rendah,
redup, tidak termasuk larutan elektrolit. penguasaan konsep untuk soal nomor 3
Pada soal nomor 9, siswa kategori rendah dan 4 menunjukkan kriteria sangat
sudah mengetahui bahwa pada pengujian kurang. Berdasarkan hasil wawancara
hantaran listrik larutan nonelektrolit, diketahui bahwa siswa belum bisa
lampu alat uji tidak menyala. menganalisis soal dengan teliti. Selain
Pada indikator 2 (membedakan itu, siswa juga belum memiliki
kekuatan hantaran listrik pada larutan pengetahuan dasar seperti arti lambang
elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan > adalah lebih dari. Menurut pendapat
nonelektrolit), penguasaan konsep setiap Yusuf (2009), salah satu faktor yang
kategori siswa diukur ketercapaiannya mempengaruhi keberhasilan individu

e-ISSN 2502-4787
Analisis Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit 106

dalam belajar adalah kualitas kecerdasan. partikelnya semakin memisah maka


Oleh karena itu, penguasaan konsep hantaran listriknya pun semakin lemah.
siswa kategori rendah sangat berbeda Menurut pendapat Wahyu (2007), model
dengan penguasaan konsep siswa sub-mikroskopis yang sama bisa saja
kategori tinggi dan sedang. ditafsirkan berbeda oleh siswa. Model
Penguasaan konsep siswa pada sub-mikroskopis menuntut kemampuan
indikator 3 (menjelaskan keadaan ruang yang lebih tinggi.
partikel-partikel zat terlarut dalam larutan Pada indikator 4 (memperkirakan
elektrolit kuat, elektrolit lemah dan derajat ionisasi larutan elektrolit kuat,
nonelektrolit) diukur ketercapaiannya elektrolit lemah, dan nonelektrolit),
melalui soal nomor 5 dan 6. Pada soal penguasaan konsep siswa kategori tinggi,
nomor 5, siswa diharapkan dapat sedang dan rendah diukur
menentukan gambaran partikel zat ketercapaiannya melalui soal nomor 7
terlarut pada larutan elektrolit kuat, dan 8. Pada soal nomor 7, siswa
elektrolit lemah dan nonelektrolit. Pada diharapkan dapat memperkirakan derajat
soal nomor 6, siswa diharapkan dapat ionisasi larutan berdasarkan pengamatan
menjelaskan fenomena pengujian nyala lampu alat uji hantaran listrik. Pada
hantaran listrik NH3 dalam air yang soal nomor 8, siswa diharapkan dapat
menghasilkan nyala lampu alat uji redup memperkirakan derajat ionisasi larutan
ditinjau dari aspek sub-mikroskopis. yang menghasilkan pengamatan nyala
Penguasaan konsep siswa kategori tinggi, lampu terang. Penguasaan konsep siswa
sedang dan rendah masing-masing kategori tinggi, sedang, dan rendah pada
menunjukkan kriteria cukup. Berdasarkan indikator pembelajaran ini masing-
hasil wawancara, diketahui bahwa siswa masing secara berurutan menunjukkan
kategori tinggi sudah menguasai konsep kriteria sangat baik, cukup, dan kurang.
mengenai gambaran sub-mikroskopis zat Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
terlarut pada larutan elektrolit kuat, bahwa siswa kategori rendah hanya
elektrolit lemah dan nonelektrolit dengan belajar hafalan sehingga pemahamannya
baik tetapi tidak teliti dalam membaca kurang. Menurut pendapat Arifin (2003),
soal. Siswa kategori rendah umumnya dalam belajar hafalan, proses tidak ada.
masih belum memahami gambaran sub- Secara keseluruhan, informasi baru yang
mikroskopis zat terlarut dengan diperoleh siswa dimasukan ke dalam
menganggap bahwa apabila gambaran memorinya. Dengan cara yang berkali-

e-ISSN 2502-4787
107 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Dewi, Supriyanti, dan Dwiyanti

kali maka adakalanya informasi baru pembelajaran sains khususnya praktik


tersebut terkait dengan informasi lama, laboratorium dapat berguna bagi siswa.
namun tidak memadai untuk Dalam pembelajaran larutan
diaplikasikan kembali. Menurut Ditjen elektrolit dan non-elektrolit
dikdasmen dalam Komalasari (2010), menggunakan siklus belajar hipotesis
belajar semestinya tidak hanya sekedar deduktif, siswa dibantu dengan
menghafal, akan tetapi siswa harus pengamatan nyala lampu alat uji hantaran
mengkonstruksikan pengetahuan di listrik. Selain itu, pada saat pembelajaran,
benak mereka sendiri. siswa menerapkan konsep yang telah
Penguasaan konsep siswa pada diperolehnya pada tahap eksplorasi dan
indikator 5 (mengklasifikasikan larutan pengenalan konsep. Pada siswa kategori
dalam kehidupan sehari-hari ke dalam rendah, penguasaan konsep siswa untuk
kelompok larutan elektrolit dan soal nomor 1 menunjukkan kriteria
nonelektrolit) diukur ketercapaiannya kurang dan untuk soal nomor 9
melalui soal nomor 1 dan 9. Pada soal menunjukkan kriteria cukup. Berdasarkan
nomor 1, siswa diharapkan dapat hasil wawancara diketahui bahwa siswa
mengklasifikasikan larutan dalam masih keliru dalam mengelompokan
kehidupan sehari-hari yang termasuk larutan elektrolit karena siswa mengira
larutan elektrolit. Pada soal nomor 9, bahwa apabila larutan elektrolit diuji
siswa diharapkan dapat hantaran listriknya, pengamatan lampu
mengklasifikasikan larutan dalam alat uji hanya menyala terang sedangkan
kehidupan sehari-hari yang termasuk apabila lampu menyala redup tidak
larutan non-elektrolit. digolongkan ke dalam larutan elektrolit.
Siswa kategori tinggi dan sedang Pada siswa kategori rendah, pengalaman
dapat mengelompokan larutan dalam langsung untuk mengklasifikasikan
kehidupan sehari-hari yang terdapat pada larutan dalam kehidupan sehari-hari ke
soal dengan sangat baik. Menurut dalam kelompok larutan elektrolit dan
Nuhoglu dan Yalcin (2006), model non-elektrolit belum membantu siswa
pembelajaran siklus belajar dapat untuk menguasai konsep dengan baik.
membantu siswa menerapkan konsep dan Pada Tabel 2 diketahui bahwa rata-
pengetahuan siswa dapat bertahan lama. rata penguasaan konsep siswa kategori
Penerapan model siklus belajar dalam tinggi dan sedang untuk seluruh indikator
pembelajaran menunjukkan kriteria baik

e-ISSN 2502-4787
Analisis Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit 108

sedangkan siswa kategori rendah yang paling dikuasai siswa adalah konsep
menunjukkan kriteria kurang. Umumnya dari indikator mengklasifikasikan larutan
siswa kategori rendah belum dapat dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
menganalisis soal dan belum mengetahui kelompok larutan elektrolit dan
pengetahuan dasar dengan baik. nonelektrolit yang menunjukkan kriteria
sangat baik sedangkan konsep yang
KESIMPULAN masih kurang dikuasai siswa adalah
Berdasarkan hasil penelitian dan konsep dari indikator menjelaskan
pembahasan yang telah diuraikan keadaan partikel-partikel zat terlarut
sebelumnya, maka dapat disimpulkan dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit
bahwa penguasaan konsep seluruh siswa lemah dan nonelektrolit yang
untuk seluruh indikator pembelajaran menunjukkan kriteria cukup.
larutan elektrolit dan nonelektrolit Penelitian ini harus dikembangkan
dengan siklus belajar hipotesis deduktif lebih lanjut karena model siklus belajar
menunjukkan kriteria baik. Adapun hipotesis deduktif memiliki tahapan-
penguasaan konsep siswa kategori tinggi tahapan pembelajaran yaitu eksplorasi,
dan sedang untuk seluruh indikator pengenalan konsep, dan aplikasi konsep
pembelajaran menunjukkan kriteria baik yang dapat membantu siswa dalam
sedangkan siswa kategori rendah memahami konsep yang berkaitan
menunjukkan kriteria kurang. Konsep dengan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR RUJUKAN

Anitah, S. dkk. 2007, Strategi Firman, H. 2008, Penelitian Pendidikan


Pembelajaran Kimia, Jakarta, Kimia, Bandung, Jurusan Pendidikan
Universitas Terbuka. Kimia FPMIPA UPI.
Arifin,M. dkk. 2003, Strategi Belajar Hanuscin, D.L. & Lee, M.H. 2008,
Mengajar Kimia, Bandung, Jurusan Using the Learning Cycle as a Model
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. for Teaching the Learning Cycle to
Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Preservice Elementary Teachers.
Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Journal of Elementary Science
PT Rineka Cipta. Education, vol. 20, no. 2, hh. 51-66.

e-ISSN 2502-4787
109 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Dewi, Supriyanti, dan Dwiyanti

Komalasari, K. 2010, Pembelajaran Pengembangan Sumber Daya


Kontekstual, Bandung, PT Refika Manusia yang Berkualitas, Bandung,
Aditama. UPI-Press.
Mulyasa, E. 2008, Standar Kompetensi Wahyu,W. dkk. 2007, Belajar dan
dan Sertifikasi Guru. Bandung, PT Pembelajaran Kimia, Bandung,
Remaja Rosdakarya. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Muslich, M. 2007, KTSP Dasar UPI.
Pemahaman dan Pengembangan, Wartini, E. 2010, Analisis Pemahaman
Jakarta, Bumi Aksara. Konsep Siswa Kelas XI pada
Nuhoglu, H. & Yalcin, N. 2006, The Pembelajaran Pengaruh Ion Senama
Effectiveness of The Learning Cycle dan pH terhadap Kelarutan dengan
Model to Increase Students Siklus Belajar Hipotesis Deduktif,
Achievement In The Physics Skripsi tidak diterbitkan, Bandung,
Laboratory. Journal of Turkish UPI.
Science Education, vol.3, no. 2, hh. Yuliati, L. 1995, Kemampuan Pemikiran
28-30. Hipotesis Deduktif Siswa dalam
Rafiuddin 2006, Siklus Belajar Hipotesis Penguasaan Konsep Fisika Pokok
Deduktif pada Praktikum Biokimia Bahasan Kapasitas Listrik, Tesis
untuk Meningkatkan Keterampilan tidak diterbitkan, Bandung, UPI.
Berfikir Kritis Mahasiswa Calon Qarareh, A.O. 2012, The Effect of Using
Guru, Tesis tidak diterbitkan, the Learning Cycle Method in
Bandung, Program Pascasarjana UPI. Teaching Science on the Educational
Rustaman, N. dkk. 2005, Strategi Belajar Achievement of the Sixth Graders.
Mengajar Biologi, Malang, UM International Journal of Education
Press. Science, vol. 4, no. 2, hh. 123-132.
Susiwi 2007, Siklus Belajar, Suatu
Model Dalam Pembelajaran Kimia.
Bandung, Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI.
Syaodih, E. 2009, Pendidikan Anak Usia
Dini Sebagai Fundasi

e-ISSN 2502-4787

You might also like