Professional Documents
Culture Documents
Cadangan Reklamasi Pertambangan
Cadangan Reklamasi Pertambangan
Abstract: Ironic look messy mining face in this country and so much troublesome services of
government officials, especially in the mining region of area businesses amid rampant mining
minerals (Gold, Tin, Copper, Nickel, etc.) and coal were carried out by the Investor, the resultant
investment offers little value added contribution on state revenues, whereas post-exploitation or
post-mining closure leaves holes gaping tailings left just by miners, resulting in environmental
degradation, social inequality and other things that have a negative impact that brings enormous
material losses for the country and society, which never should have happened because of the
taxation aspects of the government actually had anticipated that the mining activities should be
facilitated by the provisioning cost of reclamation in mining production activities are underway, the
reserve for reclamation explicitly accommodated as accounts exclusion in Article 9, paragraph 1 of
Income Tax Law, that the taxation treatment is a cost that can be a deduction from gross income.
Keyword: Provisioning Cost of Reclamation, Reserve For Reclamation, Taxability-Deductibility
Principle.
Abstrak: Ironis melihat carut marut wajah pertambangan di negeri ini dan sebegitu repotnya
pelayanan aparat pemerintahan khususnya di daerah wilayah pertambangan di tengah maraknya
usaha penambangan mineral (Emas, Timah, Tembaga, Nikel, dll) dan batubara yang dilakukan oleh
para Investor, resultante investasinya hanya memberikan sedikit nilai tambah kontribusinya pada
penerimaan negara, padahal pascaeksploitasi atau penutupan pascatambang menyisakan lubang-
lubang sisa tambang yang menganga ditinggal begitu saja oleh petambang sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial dan hal-hal lain yang berdampak negatif yang
mendatangkan kerugian materiil yang sangat besar bagi negara dan masyarakat, yang sebenarnya
tidak perlu terjadi karena dari aspek perpajakan sebenarnya pemerintah sudah mengantisipasi
bahwa kegiatan penambangan tersebut perlu difasilitasi dengan pencadangan biaya reklamasi dalam
masa kegiatan produksi penambangan sedang berjalan, yang secara eksplisit pencadangan
reklamasinya tersebut diakomodir sebagai akun exclusion dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang
Pajak Penghasilan, yang dalam perlakuan perpajakannya merupakan biaya yang dapat menjadi
pengurang penghasilan bruto.
Kata Kunci: Provisioning Biaya Reklame, Cadangan untuk Reklame, Prinsip Taxability-
Deductibility
Indonesia dikenal sebagai negara yang Nusa Tenggara, Nikel di Sulawesi dan
dikaruniai sumber daya alam dan energi yang Kepulauan Indonesia Timur, dan mineral
melimpah. Indonesia menempati posisi lainnya yang masih tersebar di berbagai tempat
produsen terbesar kedua untuk komoditas (news.Okozone.com, 4 November 2010).
timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas Semakin disadari oleh para petinggi negeri ini
tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, bagaimana kecilnya persentase kontribusi non
posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas migas khususnya sektor pertambangan dalam
(Supramono, 2012: 2). Potensi sumber daya penerimaan negara padahal sedemikian
dan cadangan mineral metalik tersebar di 437 besarnya luas lahan pertambangan yang telah
lokasi di Indonesia bagian barat dan timur, dieksploitasi secara besar-besaran oleh para
seperti tembaga dan emas di Papua, emas di pengusaha-pengusaha pertambangan yang
181
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
182
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
184
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
Tabel-2: Taxability-Deductibility
TAXABILITY DEDUCTIBILITY
Taxable Non-Taxable Deductible Non-Deductible
PENGHASILAN
Pasal 4 ayat (1) Y
Pasal 4 ayat (2) Y (final)
Pasal 4 ayat (3) Y
BIAYA
Pasal 6 ayat (1) Y
Pasal 9 ayat (1) Y
185
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
186
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
negara yakni UUD 1945 hasil amandemen dan/atau hayati lingkungan yang
(perubahan keempat disahkan 10 Agustus mengakibatkan lingkungan itu kurang berfungsi
2002) dalam Pasal 33 ayat (3) yang lagi dalam menunjang pembangunan
menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam berkesinambungan. (SAK, 2009:33.10)
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Norma-norma yang terkandung dalam
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar konstitusi negara tersebut dijadikan menjadi
kemakmuran rakyat. Dan selanjutnya dalam prinsip dasar dalam penyusunan UU Minerba
Pasal yang sama ayat (4) ditegaskan, bahwa No. 4 Tahun 2009 yang menyatakan, bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan penguasaan mineral dan batubara oleh negara
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, pemerintah daerah. Pertambangan mineral dan
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, batubara dikelola berasaskan: a) manfaat,
kemandirian, serta dengan menjaga keadilan, dan keseimbangan; b) keberpihakan
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi kepada kepentingan bangsa; c) partisipatif,
nasional. transparansi, dan akuntabilitas; d) berkelanjutan
Pekerjaan penambangan umum merupakan dan berwawasan lingkungan. Selanjutnya,
kegiatan melakukan eksplorasi dan eksploitasi sebagai rambu-rambu dalam pendayagunaan
tanah/bumi untuk mengambil objek natural resources tersebut dalam rangka
penambangan (mineral atau batubara). Tidak mendukung pembangunan nasional yang
dapat dielakkan bahwa kegiatan pertambangan berkesinambungan, Undang-undang Minerba
sangat terkait dengan masalah lingkungan tersebut menetapkan tujuan pengelolaan
hidup. Oleh sebab itu, setelah eksploitasi mineral dan batubara sebagai berikut: a)
dilakukan, aktivitas penambangan tidak menjamin efektivitas pelaksanaan dan
berhenti sampai di situ. Masih ada kewajiban- pengendalian kegiatan usaha pertambangan
kewajiban formal dan materiil lainnya yang secara berdaya guna, berhasil guna, dan
harus dituntaskan oleh petambang, yakni pihak berdaya saing; b) menjamin manfaat
penambangan berkewajiban untuk pertambangan mineral dan batubara secara
mengembalikan kondisi tanah seperti keadaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
semula dan tidak membiarkan tanah-tanah hidup; c) menjamin tersedianya mineral dan
bekas penambangan yang berlubang-lubang batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai
begitu saja sehingga tanah-tanah tersebut tidak sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, yang pada d) mendukung dan menumbuhkembangkan
akhirnya menimbulkan kerusakan lingkungan kemampuan nasional agar lebih mampu
hidup sehingga ekosistem menjadi terganggu. bersaing di tingkat nasional, regional, dan
Dengan adanya kegiatan penambangan pada internasional; e) meningkatkan pendapatan
suatu daerah tertentu, maka akan menimbulkan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-
lokasi penambangan, melikputi tidak terbatas besar kesejahteraan rakyat; dan f) menjamin
pada: (a) pencemaran lingkungan, yaitu kepastian hukum dalam penyelenggaraan
Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, kegiatan usaha pertambangan mineral dan
zat, energi, dan komponen lain ke dalam batubara.
lingkungan dan/atau berubahnya tatanan Sejauh mana sebenarnya kegiatan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses reklamasi tersebut, dapat kita ikuti selanjutnya
alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke dalam Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun
tingkat tertenntu yang menyebabkan 2010 mendefinisikan reklamasi sebagai
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. (b) menata kegunaan lahan yang terganggu akibat
pengrusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan kegiatan usaha pertambangan umum, agar
yang menimbulkan perubahan langsung atau dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat dengan peruntukannya. Reklamasi bertujuan
187
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
188
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
189
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
disusun berdasarkan dokumen lingkungan terdapat kelebihan jaminan dari biaya yang
hidup dan dimuat dalam rencana kerja dan diperlukan untuk penyelesaian reklamasi,
anggaran biaya eksplorasi; (2) Jaminan kelebihan biaya dapat dicairkan oleh
reklamasi ditempatkan pada bank pemerintah pemegang IUP atau IUPK setelah
dalam bentuk deposito berjangka; (3) mendapat persetujuan dari Menteri,
Penempatan jaminan reklamasi dilakukan gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kewenangannya. Pelaksanaan reklamasi wajib
kalender sejak rencana kerja dan anggaran dilaksanakan secepatnya untuk menghindari
biaya tahap eksplorasi disetujui oleh kerusakan lahan yang lebih parah dan untuk
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota efisiensi penggunaan peralatan, bahan, dan
sesuai dengan kewenangannya. sumber daya manusia. Jika perusahaan lari,
pilihan terakhir bagi pemda setempat dapat
Jaminan Reklamasi Tahap Produksi: (1)
menggunakan dana jaminan reklamasi untuk
Jaminan reklamasi tahap operasi produksi
bisa dipakai mereklamasi lahan bekas
ditetapkan sesuai dengan rencana reklamasi.
pertambangan.
Jaminan reklamasi dapat berupa: (a) rekening
bersama pada bank pemerintah, (b) deposito Kebocoran dalam Bidang Pertambangan
berjangka pada bank pemerintah, (c) bank Abrar Saleng dalam disertasinya
garansi pada bank pemerintah atau bank mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa
swasta nasional, (d) cadangan diketahui dua tipe investor asing dalam bidang
akuntansi(accounting reserve); (2) penempatan pertambangan, berkaitan dengan pengaturan
jaminan reklamasi dilakukan dalam jangka
pengusahaan galian (Nandang Sudrajat,
waktu paling lambat 30 hari kalender sejak 2013:185-198), yaitu: (1) Tipe I: Tidak mau
rencana reklamasi disetujui oleh Menteri, tahu Indonesia, artinya hukum harus
gubernur, atau bupati/walikota sesuai ditegakkan, seperti dinegara asalnya. Kelompok
dengan kewenangannya; (3) Penempatan ini sering mengalami hambatan birokrasi yang
jaminan reklamasi tidak menghilangkan menyebabkan kegiatan usahanya tertnda
kewajiban pemegang IUP dan IUPK untuk
bahkan gagal; (2) Tipe II: Sangat tahu
melaksanakan reklamasi. Indonesia, artinya mereka mengikuti budaya
Jaminan reklamasi harus menutupi seluruh hukum Indonesia. Kelompok ini mengakui
biaya pelaksanaan reklamasi. Biaya tidak ada hambatan yang berarti dalam
pelaksanaan reklamasi dihitung berdasarkan menjalankan usahanya, tetapi mereka harus
pelaksanaan reklamasi oleh pihak ketiga. menyediakan dana ekstra (khusus) yang jumlah
Reklamasi merupakan kewajiban perusahaan, tidak sedikit untuk mewujudkan keinginannya.
dan bila perusahaan tidak melaksanakannya Ada beberapa hal menarik yang menjadi
mereka akan bisa dituntut secara pidana karena pelajaran dari tipe kedua kelompok investor
itu masuk ranah kejahatan lingkungan. Apabila asing ini, yaitu: (1) Praktik-praktik perdamaian,
berdasarkan hasil evaluasi terhadap laporan untuk menghilangkan kendala yuridis
pelaksanaan reklamasi menunjukkan merupakan petunjuk awal terjadinya KKN
pelaksanaan reklamasi tidak memenuhi kriteria dalam pengusahaan bahan galian Indonesia
keberhasilan, Menteri, gubernur, atau selama ini; (2) Tipe investor sangat tahu
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya Indonesia, akan sangat dengan mudah
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan ekspansi usahanya, karena sejak
melaksanakan kegiatan reklamasi sebagian atau tahap awal melaksanakan kegiatan usahanya
seluruhnya dengan menggunakan jaminan telah dilakukan melalui cara-cara perdamaian;
reklamasi. Dalam hal jaminan reklamasi (3) Dalam konteks pengusahaan bahan galian,
tidak menutupi untuk menyelesaikan ditengarai praktik itu bisa terjadi sejak
reklamasi, kekurangan biaya untuk pembicaraan dan/atau perundingan draft
penyelesaian reklamasi menjadi tanggung Kontrak Karya (KK) dan/atau Perjanjian Karya
jawab pemegang IUP atau IUPK. Dalam hal Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B);
190
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
(4) Terjadinya praktik KKN oknum pemerintah banyaknya kehilangan sumber pendapatan yang
dengan pelaku usaha pertambangan, seharusnya diterima negara; 3) Praktik
mendorong praktik-praktik KKN lanjutan, manipulasi dan/atau KKN pada tahap
yaitu: (a) Sejak tahapan kegiatan eksplorasi, pengangkutan/pengapalan dan penjualan, (a)
dapat berupa manipulasi luas lahan, kualitas, Memanipulasi dan KKN pada proses
monopoli area yang bermuara pada monopoli pengapalan dan penjualan di tempat pelabuhan
komoditas, (b) Pada saat berlangsungnya asal bahan galian. Bentuk-bentuk tahapan ini
kegiatan eksploitasi, (c) Manipulasi kualitas adalah: (1) Manipulasi jumlah penjualan
bahan galian, (d) Manipulasi kuantitas bahan dengan cara mengubah tinggi draft
galian, (e) Manipulasi harga pokok produksi, kapal/tongkang, (2). Manipulasi kadar bahan
(f) Manipulasi harga jual produk pertambangan. galian yang dijual, (3) Menggelapkan bahan
Nandang Sudrajat dalam bukunya Teori galian di tengah-tengah laut, (4) Merubah
dan Praktik Pertambangan seluruh isi dokumen transaksi bahan galian; (3)
Indonesia(2013:185-198) mengemukakan, Memanipulasi dan KKN pada proses penjualan
bahwa manfaat yang diperoleh negara tidak atau penerimaan di tempat pelabuhan tujuan
sebanding dengan nilai bahan galian yang bahan galian, (1) Tidak menerapkan sistem
dieksploitasi dari bumi Indonesia. Selain antrian pada proses un-loading atau bongkar
karena terletak pada aspek kelemahan hukum bahan galian; (2) Manipulasi kadar bahan
yang mengatur pengelolaan dan pengusahaan galian; (3) KKN pada saat proses penagihan;
pertambangan, juga karena banyaknya (c) Implikasi dari manipulasi atau KKN diatas
manipulasi yang berujung pada kebocoran adalah terjadinya kerugian bagi industri
penerimaan negara dalam setiap tahapan pemakai, dan terjadinya kerugian bagi supplier
kegiatan usaha pertambangan. Praktik karena harus menanggung beban biaya
manipulasi ini ditemukan pada: 1) Praktik ekonomi tinggi, serta terjadinya kerugian bagi
manipulasi dan KKN pada tahap eksplorasi: (a) negara. (Lebih lanjut tentang KKN ini dapat
meng-upgrade data kadar bahan galian yang dibaca pada buku Nandang Sudrajat tersebut
dieksploitasi, dengan cara melakukan mark-up diatas).
kadar hasil analisis bahan galian yang Keterlibatan pejabat teras di Kementerian
sebenarnya, (b) Kerugian negara terletak pada ESDM seperti yang diberitakan oleh berbagai
dua hal, yaitu melesetnya proyeksi pendapatan mass media akhir-akhir ini merupakan puncak
negara dan munculnya ketidakpercayaan gunung es masalah KKN/korupsi yang
investor terhadap negara, (c) me-reduce data terungkap di pertambangan dan ini menambah
kadar bahan galian, dengan cara mencantumkan daftar panjang kasus-kasus korupsi di tanah air
kadar hasil analisis lebih rendah dari kadar ini dalam birokrasi pemerintahan yang
sebenarnya, (d) Implikasi dari praktik ditangani oleh KPK. Mungkin akan lebih
manipulasi kadar rendah bahan galian adalah heboh lagi bila KPK juga dapat merambah
hilangnya sebagian pendapatan negara yang jangkauan investigasinya ke dunia
seharusnya diperoleh sebagai sumber pertambangan di daerah-daerah yang antara
pendapatan negara; dan menimbulkan KKN lain memiliki kasus-kasus reklamasi
lanjutan, yaitu praktik-praktik perhitungan pertambangan sebagai shock therapy agar
pajak, retribusi, dll; 2) Praktik manipulasi dan supaya law enforcement dalam regulasi
KKN pada tahap kegiatan eksploitasi: (a) pertambangan dapat ditegakkan.
Memanipulasi surat-surat kepemilikan lahan,
(b) Munculnya konflik atau sengketa permasalahan konsep deductibility dalam
lingkungan dengan masyarakat sekitar, (c) pembebanan biaya reklamasi
Sengketa ketenagakerjaan, (d) Manipulasi Perlakuan Pajak terhadap Cadangan Biaya
jumlah produksi, (e) Manipulasi dan KKN atas Reklamasi
jenis dan jumlah perolehan mineral yang
berujung pada praktik KKN antara pelaku Ketentuan perpajakan yang berlaku untuk
usaha dengan oknum aparat. Kerugian negara: pertambangan umum diatur dalam kontrak
karya yang berpegang kepada undang-undang
191
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
pajak yang sedang berlaku dengan Ketentuan perpajakan yang berlaku untuk
memperhatikan kekhususan-kekhususan dari pertambangan umum diatur dalam Kontrak
usaha pertambangan umum. Banyak ketentuan Karya (Kontrak Karya adalah perjanjian antara
dari generasi sebelumnya yang masih terdapat Pemerintah Republik Indonesia dengan
dalam generasi berikutnya, yaitu ketentuan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam
dalam undang-undang pajak tidak mengalami rangka Penanaman Modal Asing untuk
perubahan. (Mansury, 1999:107). Dalam melaksanakan usaha pertambangan bahan
penerapan prinsip konservatisme, laporan galian mineral, tidak termasuk minyak bumi,
keuangan komersil bersifat konservatif gas alam, panas bumi, radio aktif dan batubara),
terhadap sesuatu transaksi yang belum menjadi yang berpegang kepada undang-undang pajak
fakta. Berbeda dengan akuntansi komersial yang sedang berlaku dengan memerhatikan
yang menganut prinsip konservatisme dalam kekhususan-kekhususan dari usaha
menghadapi ketidakpastian, ketentuan pertambangan umum. Dari sekian banyak
perpajakan mengikuti pendekatan realisme. ketentuan dari generasi sebelumnya yang masih
Dalam akuntansi, sifat demikian direalisasikan terdapat dalam generasi berikutnya, sepanjang
dengan pembentukan penyisihan atas resiko ketentuan dalam undang-undang pajak tersebut
kerugian yang mungkin akan diderita (misalnya tidak mengalami perubahan, misalnya
penghapusan piutang dan cadangan kerugian), mengenai Pajak Penghasilan, pengertian
tanpa pengakuan atas suatu klaim atau potensi penghasilan berdasarkan undang-undang pajak
keuntungan yang belum terealisasi. Dalam penghasilan diikuti dalam kontrak karya,
kasus itu, administrasi pajak kurang tertarik demikian pula biaya-biaya yang boleh
pada estimasi dan perhitungan angka-angka dikurangkan atau deductible expenses. Jenis-
yang belum terjadi secara nyata, tetapi lebih jenis biaya penambangan yang pokok, baik
cenderung untuk menganut realitas (keadaan yang mempunyai hubungan langsung maupun
nyata) dengan meneliti secara seksama tiap tidak langsung dengan kegiatan produksinya
elemen pengurang basis pengenaan pajak adalah sebagai berikut: (a) pengupasan lapisan
(Gunadi, 2009: 27-28). Untuk menentukan tanah (stripping) selama masa produksi, (b)
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib pengambilan bahan galian dengan cara yang
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap sesuai dengan sifat dan karakteristik bahan
tidak boleh dikurangkan pembentukan atau galian tambang yang bersangkutan, (c)
pemupukan dana cadangan, kecuali enam Pencucian bahan galian, (d) Pengangkutan
macam cadangan biaya yang dimaksudkan bahan galian , (e) Pengelolaan lingkungan
sebagai pengecualian dalam Pasal 9 ayat (1) hidup (SAK, 2009:33.8).
huruf c UU PPh 1984 termasuk diantaranya Pembentukan atau Pemupukan Dana
adalah cadangan biaya reklamasi untuk usaha Cadangan yang Boleh Dikurangkan Sebagai
pertambangan. Perusahaan pertambangan dapat Biaya diatur lebih terperinci dalam Peraturan
membentuk cadangan reklamasi yang dihitung Menkeu Dalam Keputusan Menkeu No.
berdasarkan metode satuan produksi untuk 80/KMK.04/1995 tentang besarnya dana
pencadangan tiap tahunnya (Gunadi, cadangan yang boleh dikurangkan sebagai
2009:187). biaya yang kemudian peraturan ini dicabut
Pengertian cadangan biaya reklamasi untuk dengan Peraturan Menkeu (PMK) No.
usaha pertambangan sesuai Peraturan Menteri 81/PMK.03/2009 dan kemudian direvisi dengan
Keuangan No. 219/PMK.011/2012 Pasal 1 PMK No. 219/PMK.011/2012. Penetapan
huruf d, yaitu cadangan biaya untuk kegiatan cadangan biaya reklamasi yang melakukan
yang bertujuan memperbaiki atau menata usaha pertambangan diatur dalam Pasal 16
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat sebagai berikut (Waluyo, 2011:159): (1)
kegiatan usaha pertambangan agar dapat Besarnya cadangan biaya reklamasi untuk
berfungsi dan berdaya guna sesuai perusahaan yang melakukan usaha
peruntukannya. pertambangan adalah yang sebenarnya
dibebankan pada perkiraan cadangan biaya
192
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
reklamasi; (2) Cadangan biaya reklamasi untuk perolehan penghasilan kena pajak; (5) tidak
perusahaan yang melakukan usaha dalam bentuk natura atau kenuikmatan; (6)
pertambangan dihitung sesuai dengan peraturan dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai
perundang-undangan di bidang pertambangan dengan adat kebiasaan pedagang yang baik
energi dan sumber daya mineral; (3) Apabila (arms length price); (7) bukan pengeluaran
setelah berakhirnya masa kontrak atau pribadi; (8) Pajak-pajak selain PPh dan
selesainya penambangan terdapat selisih antara sanksi perpajakan (Gunadi, 2009:181).
jumlah cadangan biaya reklamasi dengan Kenapa biaya reklamasi tidak termasuk ke
jumlah biaya reklamasi yang sebenarnya dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh? Biaya
dikeluarkan, selisih tersebut merupakan reklamasi timbul setelah lahan tambang
penghasilan atau kerugian pada tahun yang dirusak dan dilakukan dalam rangka
bersangkutan. memperbaiki kembali atau menata kegunaan
Dalam penghitungan laba kena pajak, lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan
biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan pertambangan dan bukan merupakan biaya
memelihara penghasilan (deductible expense) rutin, namun kegiatan reklamasi tersebut
atau lazimnya disebut dengan biaya M3P diwajibkan bagi usaha pertambangan. Biaya
dapat dijadikan sebagai pengurang dari pengelolaan lingkungan dan biaya reklamasi
penghasilan yang diterima atau diperoleh. pembebanannya dilakukan melalui akun
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dengan cadangan biaya reklamasi.
penghasilan bruto menurut peraturan Dalam prinsip taxability-deductibility,
perundang-undangan perpajakan Indonesia kita mengenal dua macam biaya, yakni
diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh. (Siti deductible expenses dan non-deductible
Resmi, 2009: 102) Ketentuan perpajakan expenses. Deductible expenses merupakan
tidak membatasi pengeluaran-pengeluaran biaya-biaya yang mempunyai hubungan
yang akan dilakukan oleh Wajib Pajak untuk langsung dengan penghasilan yang diterima
mendapatkan atau memperoleh penghasilan. atau diperoleh Wajib Pajak, karena petentuan
Namun, ketentuan perpajakan juga mengatur perpajakan juga mengikuti pandangan yang
tentang biaya-biaya yang diperhitungkan harus lebih menitikberatkan pada substansi (hakikat)
mempunyai hubungan langsung dengan ekonomis yaitu untuk apa biaya tersebut
penghasilan yang diterima atau diperoleh dikeluarkan, dan bukan nama atau bentuk
Wajib Pajak. Pengeluaran biaya untuk formal tiap transaksi atau fakta bisnis
mendapatkan, menagih dan memelihara (substance over the form). Konsep deductible
penghasilan (biaya M3P) merupakan biaya expense terpenuhi ketika biaya yang timbul
atau pengeluaran yang memiliki kaitan sesuai dengan biaya mendapatkan, menagih
dengan kegiatan usaha antara lain memenuhi dan memelihara penghasilan. Biaya
karakteristik sebagai biaya rutin, diperlukan reklamasi sudah sesuai dengan konsep
sebagai revenue expenditure, dan jumlahnya deductible expense yang dalam hal ini biaya
wajar. Beberapa ketentuan umum kriteria reklamasi boleh dibebankan semuanya karena
kriteria biaya M3P termasuk: (1) biaya yang biaya tersebut benar-benar timbul dari adanya
mempunyai masa manfaat setahun atau kurang kegiatan reklamasi. Reklamasi merupakan
merupakan beban tahun yang bersangkutan, kewajiban besar bagi perusahaan kepada
sedang biaya yang mempunyai masa manfaat negara sebagai salah satu bentuk
lebih dari satu tahun dibebankan melalui pertanggungjawaban petambang dan karena
depresiasi atau amortisasi; (2) harus pengeluaran itu disyaratkan untuk kepentingan
mempunyai hubungan langsung maupun negara.
tidak langsung dengan kegiatan perolehan Konsep deductible expense diterapkan
penghasilan kena pajak; (3) bukan pada suatu transaksi pencadangan biaya yang
pengeluaran untuk memperoleh penghasilan terjadi yang nantinya akan disesuaikan dengan
tidak kena pajak; (4) bukan pengeluaran yang sebenarnya, dalam arti bila estimasi biayanya
tidak ada hubungannya dengan proses ketinggian, maka cadangannya akan
193
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
194
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
195
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
196
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162
kekurangan bayar pajak penghasilan badan hukum positif di tanah air kita bahwa hukum
yang lumayan besar sebagai penerimaan bisa dibeli. Ditinjau dari segi manajemen dan
pajak, namun dari sisi lain (Pemda) harus tidak perencanaan perpajakan, pencadangan biaya
mengabaikan tindakan-tindakan hukuman yang reklamasi pertambangan (dan dilanjutkan
pantas terhadap mereka baik perusahaan- dengan pemenuhan jaminan reklamasinya), bila
perusahaan pelanggar maupun oknum-oknum sudah dipenuhi dalam masa eksplorasi dan
di pemerintahan (koruptor) yang terlibat dalam produksi komersial secara teratur setiap
terjadinya kerusakan lingkungan seperti yang tahunnya dengan baik, maka kepatuhan dan
diuraikan di atas. Setidaknya pengungkapan upaya semacam itu akan memberikan suatu
kasus dan tindak lanjut pemeriksaan pajak keringanan materiil (pajak, dll) yang sangat
tersebut terhadap kasus jaminan reklamasi dan banyak tekanannya terhadap financial
pencadangan biaya reklamasi pertambangan engineering perusahaan, karena pencadangan
tersebut akan memberikan efek jera (deterrent tersebut berarti sudah membentuk suatu
effect) bagi wajib pajak tersebut dan akumulasi dana reklamasi yang pada suatu
perusahaan-perusahaan pertambangan lainnya waktu tertentu ketika tambangnya sudah tidak
untuk tidak melakukan tindakan yang tidak dieksploitasi lagi, petambang dapat
terpuji tersebut. Siapa saja pelaku usaha yang menggunakan dana yang berasal dari akumulasi
melakukan usaha pertambangan yang pencadangan biaya reklamasi tersebut untuk
bertentangan dengan UU No. 4 Tahun 2009 menutup lahan-lahan yang menganga tadi,
indikasinya merupakan tindak pidana. sehingga lahan-lahan tersebut dapat digunakan
Berhubung hal ini merupakan delik khusus, untuk kepentingan tanaman lain yang dapat
bilamana pelakunya terbukti melakukan berproduksi dan bermanfaat bagi masyarakat
kejahatan tersebut, maka ia akan dipidana banyak di sekitarnya. Kerusakan lingkungan,
dengan hukuman penjara dan hukuman denda ketimpangan sosial dan hal-hal lain yang
sehingga memberatkan. Namun, bila pelakunya berdampak negatif yang mendatangkan
adalah perusahaan, hukuman tersebut dapat kerugian materiil yang sangat besar bagi negara
ditambah dengan hukuman berupa pencabutan dan masyarakat dapat dihindari, sehingga
izin usaha maupun pencabutan badan usaha pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
hukum perusahaan. Penegakan hukum (law development) tetap dapat terlaksana dengan
enforcement) semacam itu bertujuan agar baik. Melakukan Koreksi Fiskal atas reklamasi
supaya bisa menimbulkan efek jera (deterrent lahan yang nyata-nyata tidak pernah terealisir
effect) bagi para pelakunya sehingga tidak dan kewajiban penyetoran dana jaminan
mengulangi perbuatan tercela tersebut. reklamasinya tidak pernah dipenuhi
sebagaimana mestinya, namun dasar
Penutup hukum/regulasinya harus dibuat untuk
legitimasinya.
Manfaat yang diperoleh negara tidak
sebanding dengan nilai bahan galian yang
dieksploitasi dari bumi Indonesia. Indikasi DAFTAR PUSTAKA
banyaknya manipulasi yang berujung pada Gunadi. 2013. Panduan Komprehensif Pajak
kebocoran penerimaan negara dalam setiap Penghasilan. edisi 2013, Jakarta: Penerbit
tahapan kegiatan usaha pertambangan tidak Bee Media Indonesia.
terlepas dari aspek kelemahan hukum yang ______. 2009. Akuntansi Pajak. Edisi revisi
mengatur pengelolaan dan pengusahaan 2009, Jakarta: Grasindo.
pertambangan. Penegakan hukum (law
enforcement) yang bisa menimbulkan efek jera Ikatan Akuntan Indonesia.2009. Standard
(deterrent effect) bagi para pelakunya sehingga Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2009,
tidak mengulangi perbuatan mereka yang Jakarta: Salemba Empat. Mansury. 2000.
tercela perlu diperkuat di tingkat legislasi untuk Kebijakan Perpajakan. YP4.
menghilangkan stigma atau pencitraan negatif ______. 2006. Pajak Penghasilan atas
di tataran operasional terhadap penegakan Transaksi-transaksi Khusus. Jakarta: YP4.
197
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .
198