Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Perspektif Vol. 8 No. 2 / Desember 2008.

Hlm 65 - 73
ISSN: 1412-8004

Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana : Potensi dan Prospeknya dalam


Pengendalian Hama Tungau

DECIYANTO, S. dan I.G.A.A. INDRAYANI


Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
Indonesian Tobacco and Fibre Crops Research Institute
Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199, Malang 65152

Diterima tanggal 12 Juni 2009. Disetujui tanggal 26 Oktober 2009

ABSTRAK Richinus communis, tobacco, tea, coconut tree, and


sesame. The great reliance on chemical pesticides for
Tungau menyerang sejumlah besar tanaman, termasuk
controlling mites had its serious drawbacks,
beberapa komoditas perkebunan penting di Indonesia,
manifested in resistance problems and population
seperti: kapas, jarak pagar, jarak kepyar, tembakau,
outbreaks which is more difficult to solve. The effective
teh, kelapa, dan wijen. Pengendalian tungau sebagian
besar masih mengandalkan pestisida kimia yang and efficient non-chemical control method has not
seringkali malah mengakibatkan ledakan populasi available so far to decrease the plant damage. There is
yang semakin sulit dikendalikan. Hingga kini belum resistant variety that can be used to reduce mites
ada teknik pengendalian hama tungau secara non- population, in fact, however, some of these varieties
kimiawi yang efektif dan efisien. Penggunaan varietas are still developed. A number of insect species have
tahan mampu menekan populasi, tetapi kenyataannya been identified as predator of mites, however, most of
varietas-varietas tahan masih terbatas jumlahnya. these species have not been developed for bio-control
Beberapa spesies serangga juga telah berhasil of mites. The paper informs the potential use of
diidentifikasi sebagai predator tungau, tetapi belum entomopathogenic fungus B. bassiana as a promising
dikembangkan secara optimal dalam pengendalian. control method against mites. Besides broad spectrum
Tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan bio-pesticide, this fungus produces high pathogenicity
prospek pemanfaatan jamur entomopatogen B. bassiana against its hosts. Research studies showed that B.
dalam pengendalian hama tungau. B. bassiana bassiana effectively reduced both mites population and
mempunyai prospek cukup baik karena selain kisaran plant damage. Mortality of mites infected with the
inangnya luas, juga patogenisitasnya terhadap inang
fungus ranged in 80-100%. The possibility of using B.
tinggi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
bassiana in pest control would also be a better tool for
aplikasi B. bassiana efektif menurunkan populasi
control mites population. Several strains of B. bassiana
berbagai spesies tungau dan menekan kerusakan
isolate have been collected and might be able to use in
tanaman. Konidia B. bassiana mampu menyebabkan
mortalitas tungau hingga mencapai 80-100%. Oleh further green house and field tests. To achieve this
karena itu, peluang untuk meneliti lebih jauh dan goal, several studies need to be conducted, including
mengembangkan B. bassiana untuk dimanfaatkan appropriate production method and formulation, as
dalam pengendalian hama tungau terbuka luas, karena well as study to increase pathogenicity and stability of
koleksi isolat yang tersedia cukup banyak untuk the fungus.
dipilih. Untuk mencapai tujuan ini beberapa penelitian
Key words: Entomopathogen, Beauveria bassiana, mor-
masih perlu dilakukan, seperti teknik perbanyakan
tality, mites, pathogenicity
yang efisien dan formulasi yang tepat, serta penelitian
untuk meningkatkan patogenisitas dan stabilitas
jamur.
Kata kunci: Entomopatogen, Beauveria bassiana, morta-
PENDAHULUAN
litas, tungau, patogenisitas.

Tungau (Acarina) merupakan hama penting


ABSTRACT
pada sejumlah tanaman perkebunan, hortikultura
Entomopathogenic fungi Beauveria bassiana: maupun pertanian, seperti kapas, tembakau,
Its potency and prospects for mites control wijen, kopi, lada, apel, mangga, jeruk, anggur,
Mites attack large number of plants including several tomat, cabe, terong, jambu, pepaya, ketela pohon,
following estate crops, viz. cotton, Jatropha curcas, mentimun, dan sebagainya (Brown and Jones,

Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana : Potensi dan Prospeknya ...( DECIYANTO, S. dan I.G.A.A. INDRAYANI ) 65
1983). Serangan hama ini pada daun-daun muda Tentu ke depannya kondisi hama seperti ini akan
menyebabkan penampilan daun berubah karena semakin sulit dikendalikan. Terlebih lagi apabila
toksin yang dikeluarkan mengakibatkan daun sudah tidak tersedia pestisida kimia yang
melintir, mengeras, dan pertumbuhannya mampu mengatasi perkembangan strain tungau,
terhambat (Jovicich et al., 2004). Populasinya maka tingkat kerugian pada produk-produk
berkembang cepat terutama pada daerah pertanian maupun perkebunan akan semakin
beriklim panas sehingga dapat mengakibatkan besar. Di Indonesia, tingkat resistensi tungau
kerusakan berat dan merugikan, terutama jika terhadap pestisida kimia pada komoditas
menyerang pada tanaman yang nilai ekonominya perkebunan belum banyak dilaporkan. Hal ini
tinggi. Tanaman wijen dan jarak pagar diketahui karena hama tungau belum menimbulkan
terserang hama tungau Polyphagotarsonemus latus masalah serius pada kapas, tembakau, dan wijen.
Banks dan tungau merah (Prostigmata: Setelah diidentifikasi tungau merupakan salah
Tetranychidae) yang berpotensi menurunkan satu hama utama pada tanaman jarak pagar yang
produktivitas sekitar 50-75% (Subiyakto dan mulai dikembangkan secara nasional, maka
Harwanto, 1996; Tukimin et al., 2007). Serangan teknik pengendaliannya yang efektif dan efisien
hama tungau yang lebih parah mengakibatkan perlu disiapkan.
warna daun menguning, layu, dan akhirnya Salah satu alternatif pengendalian yang
gugur. Pada tanaman jarak pagar, jika serangan dapat digunakan adalah dengan patogen
tungau disertai dengan kekeringan, maka serangga, khususnya jamur entomopatogen B.
tanaman akan mengalami kerusakan total dan bassiana. Efektivitas B. bassiana sebagai
kehilangan seluruh daunnya karena gugur. pengendali sejumlah serangga hama sudah
Demikian pula pada tanaman jarak kepyar yang banyak dibuktikan melalui berbagai penelitian
terserang tungau merah, daun akan kehilangan (Sheeba et al., 2001; Townsend et al., 2003;
zat hijau daun, warna menjadi kekuningan dan Bednarek et al., 2004; Thungrabeab and Tongma,
pertumbuhan tanaman terganggu. 2007). Pemanfaatan B. bassiana dalam
Hingga saat ini teknik pengendalian hama pengendalian hama tungau di Indonesia masih
sangat terbatas karena lebih mengandalkan
tungau yang efektif belum ditemukan.
pestisida kimia, terutama untuk hama tungau
Penggunaan varietas tahan belum secara
yang menyerang tanaman hias di rumah kaca.
maksimal mampu mengurangi serangan hama
Sebaliknya untuk serangan tungau pada tanaman
ini, terutama jika populasi tungau sedang tinggi.
yang ada di lapang seperti, tomat, cabe, terong,
Untuk mengendalikan hama tungau tidak cukup
dan lain-lain lebih sering diabaikan atau tidak
dengan varietas tahan saja, namun dibutuhkan
dikendalikan karena dianggap hanya merusak
teknik pengendalian lain khususnya non-
daun yang tidak mempengaruhi hasil. Kerusakan
kimiawi, sehingga pengendalian dapat dilakukan akibat serangan hama tungau dapat lebih parah,
secara terpadu untuk meningkatkan efektivitas sebab hama tersebut dapat menularkan penyakit
pengendalian. virus daun karena beberapa spesies tertentu
Beberapa pestisida kimia, seperti akarisida tungau juga berperan sebagai vektor virus.
dan mitisida diketahui efektif mengendalikan Tulisan ini bertujuan untuk mengin-
hama tungau, namun penggunaannya secara formasikan prospek pemanfaatan jamur entomo-
intensif seringkali menyebabkan ledakan patogen B. bassiana dalam pengendalian hama
populasi sebagai akibat dari terjadinya resistensi tungau.
dan resurgensi. Herron et al. (1998) menyatakan
bahwa tingkat resistensi T. urticae pada kapas di EKOBIOLOGI TUNGAU
Australia telah mencapai 15-750 kali akibat
penggunaan akarisida berbahan aktif Tungau bukan serangga. Tungau berasal
organophosphat. Hal tersebut dikatakan dari klas Arachnida dan ordo Prostigmata yang
penyebabnya adalah terjadinya perkembangan beranggotakan laba-laba dan kutu-kutuan,
strain-strain tungau secara cepat mengikuti sedangkan serangga dari klas Insecta. Tungau
perkembangan generasi baru pestisida kimia. berukuran sangat kecil ( 0,5 mm), dan biasanya
hanya terlihat berupa titik merah pada

66 Volume 8 Nomor 2, Desember 2009 : 65 - 73


permukaan daun atau batang tanaman yang sangat potensial membatasi laju perkembangan
diserang, seperti tungau merah yang menyerang populasinya. Di Amerika Serikat dan beberapa
tanaman jarak kepyar. Tungau umumnya hidup negara di Eropa, pengendalian hama tungau
berkoloni di bawah permukaan daun, dan setiap untuk berbagai jenis tanaman rumah kaca cukup
koloni terdiri atas ratusan individu dengan berhasil memanfaatkan musuh alami, terutama
berbagai instar dan juga telur (Ohlendorf, 2000). predator dari kelompok Chrysopha spp. dan
Tungau dewasa memiliki empat pasang kaki dan kumbang Coccinellid. Predator dari spesies lain,
badan yang berbentuk lonjong dengan dua bintik seperti: Galendromus occidentalis, Phytoseiulus spp.,
mata berwarna merah di dekat kepala. Tungau Scolothrips sexmaculatus, Stethorus picipes, Feltiella
betina hanya memiliki panjang 0,5-1 mm dan acarivora (Ohlendorf, 2000), dan beberapa yang
terdapat becak hitam besar di kedua sisi telah dikomersialkan misalnya: Phytoseiulus
tubuhnya. Telur tungau berwarna bening dan persimilis, Amblyseius spp., Mesoseiulus longipes,
bentuknya bulat, kemudian berubah warna dan Neoseiulus californicus diketahui dapat
menjadi kecoklatan menjelang menetas. mengendalikan hama tungau (Liang, 2004;
Tungau berkembang biak pada cuaca panas Wikipedia, 2009). Di Indonesia pengendalian
dan populasinya meningkat secara cepat hama tungau menggunakan predator belum
terutama pada musim kemarau. Apabila sumber banyak dilakukan, selain karena tanaman inang
makanan melimpah siklus hidupnya dapat yang diserang kurang bernilai ekonomis tinggi,
diselesaikan dalam waktu satu minggu. seperti cabe, ketela pohon, atau tomat,
Perkembangan tungau sangat didukung oleh rekomendasi spesies predator yang potensial
kondisi lingkungan yang panas dan berdebu, untuk pengendalian tungau juga belum tersedia.
serta pada tanaman-tanaman inang yang Pengembangbiakan musuh alami hama
kekeringan. Penyebaran tungau dapat terjadi tungau di Indonesia terbilang masih langka,
melalui udara, yaitu apabila tanaman inang yang selain karena membutuhkan petugas penangkar
diserang sudah mulai kekeringan imago betina dengan keterampilan khusus di bidang
akan berpindah karena terbawa angin. pengembangbiakan serangga, juga memerlukan
Tungau menyerang dengan cara mengisap tempat penangkaran yang disesuaikan dengan
cairan sel daun. Pada populasi sangat rendah habitat alami serangganya. Penggunaan predator
(beberapa individu) kerusakan yang dalam pengendalian hama harus jelas sasaran
diakibatkannya tidak terlihat jelas, tetapi pada dan waktu aplikasinya. Hal tersebut ada
populasi sangat tinggi kerusakan tanaman sangat kaitannya dengan masalah perbanyakan massal
nyata. Serangan awal biasanya hanya berupa dan penyimpanan. Predator maupun parasitoid
bintik-bintik yang tidak merata pada permukaan tidak dapat disimpan dalam waktu lama, artinya
bawah daun, namun pada tingkat kerusakan harus segera dilepas ke lapang sesegera mungkin
lebih tinggi menyebabkan daun berkerut dan setelah dipanen. Bahkan parasitoid telur seperti
berwarna merah tua. Apabila serangan berlanjut, Trichogramma spp. harus sudah diaplikasikan ke
daun menjadi berwarna kuning kemudian gugur. lapang 1-2 hari sebelum muncul dari dalam telur
Kerusakan akan lebih parah bila disertai inangnya.
kekeringan. Serangan tungau pada daun tentu Apabila ditelusuri cukup banyak jenis-jenis
tidak berpengaruh langsung terhadap produksi, serangga hama pertanian maupun perkebunan
tetapi mengganggu proses fotosintesis di daun yang pengelolaan populasinya membutuhkan
yang berkontribusi pada perkembangan peran predator atau parasitoid. Memang
komponen-komponen produksi. diketahui telah tersedia penangkar predator dan
parasitoid, namun jumlahnya masih sedikit
PERKEMBANGAN TEKNIK dengan sasaran hama yang masih terbatas.
PENGENDALIAN HAMA TUNGAU Beberapa perkebunan besar juga secara intensif
telah mengembangbiakan musuh alami, namun
Hama tungau memiliki banyak faktor predator atau parasitoid yang diproduksi hanya
mortalitas, baik biotik maupun abiotik yang untuk kalangan sendiri.

Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana : Potensi dan Prospeknya ...( DECIYANTO, S. dan I.G.A.A. INDRAYANI ) 67
Pengendalian secara kultur teknis juga dalam pengendalian hama tungau adalah jamur
cukup efektif mengurangi serangan hama B. bassiana (Wekesa et al., 2005; El-Kady et al.,
tungau. Misalnya, mengalirkan air secara berkala 2007; Ihsan and Ibrahim, 2007). B. bassiana
pada lahan-lahan pertanian yang kandungan mempunyai kisaran inang yang luas, diharapkan
debunya tinggi cukup berhasil menekan laju jamur ini dapat mengendalikan serangan hama
peningkatan populasi tungau. Penyiraman yang tungau pada komoditas perkebunan. Telah
mengenai kanopi tanaman, khususnya bagian diketahui bahwa B. bassiana sangat potensial
bawah daun juga potensial mengurangi serangan sebagai agensi pengendali biologi pada berbagai
hama tungau serangga hama dan merupakan salah satu
Meskipun pengendalian tungau masih komponen dalam pengendalian hama terpadu
mengandalkan pestisida kimia, namun tidak (PHT). Saat ini B. bassiana dan spesies jamur
banyak tersedia pestisida kimia yang benar-benar lainnya sedang dikembangkan secara besar-
efektif mengendalikan tungau. Mitisida dan besaran di seluruh dunia untuk digunakan dalam
akarisida yang dilaporkan efektif mengendalikan pengendalian berbagai hama utama komoditas
hama tungau, hingga kini belum mampu pertanian dan perkebunan.
mengatasi serangan hama ini. Hal tersebut ada
hubungannya dengan perkembangan strain PROSPEK PEMANFAATAN Beauveria
tungau yang semakin resisten terhadap pestisida bassiana DALAM PENGENDALIAN
kimia dalam upaya adaptasi dengan generasi HAMATUNGAU
baru pestisida kimia. Akibatnya serangan tungau
semakin sulit dikendalikan. Jamur entomopatogen B. bassiana
Selain itu, tidak efektifnya mitisida memproduksi Beauvericin yang mengakibatkan
terhadap telur tungau menyebabkan interval gangguan pada fungsi hemolimfa dan inti sel
penyemprotan menjadi semakin pendek (10-14 serangga inang. Seperti umumnya jamur, B.
hari) (Stumpf and Nover, 2001) dan frekuensi bassiana menginfeksi serangga inang melalui
semakin tinggi. Disamping itu, tidak jarang pasca kontak fisik, yaitu dengan menempelkan konidia
pengendalian tungau dengan pestisida kimia pada integumen. Perkecambahan konidia terjadi
mengakibatkan ledakan populasi karena dalam 1-2 hari kemudian dan menumbuhkan
musnahnya musuh alami yang berpotensi miselianya di dalam tubuh inang. Serangga yang
mengatur populasi tungau. Bahkan pengaruh terinfeksi biasanya akan berhenti makan
pestisida kimia berpotensi memacu sehingga menyebabkan imunitasnya menurun, 3-
perkembangbiakan tungau menjadi lebih cepat. 5 hari kemudian mati dengan ditandai adanya
Contoh, aplikasi pestisida kimia berbahan aktif pertumbuhan konidia pada integumen.
carbaryl, senyawa organofosfat, dan piretroid Berkembangnya pengendalian secara
yang berpotensi meningkatkan kadar nitrogen biologi memberikan fenomena yang menarik
tanaman juga berpengaruh terhadap peningkatan dalam pemanfaatan B. bassiana untuk
serangan tungau. Penyemprotan pestisida kimia pengendalian hama tungau. Pena et al. (1996)
pada musim kemarau berpotensi meningkatkan menguji potensi pengendalian tiga spesies jamur
populasi tungau hanya dalam hitungan hari. entomopatogen, yaitu B. bassiana, H. thompsonii
Oleh karena itu, jika melakukan pengendalian dan P. fumosoroseus terhadap tungau P. latus.
hama tungau dengan pestisida kimia dianjurkan Hasilnya menunjukkan bahwa B. bassiana
untuk lebih selektif memilih bahan-bahan kimia memiliki kemampuan membunuh tungau lebih
ringan, seperti yang terbuat dari sabun atau banyak dibanding jamur lainnya. Sedangkan H.
minyak yang tidak terlalu berbahaya terhadap thompsonii dan P. fumosoroseus membunuh
perkembangan musuh alami. tungau lebih cepat (2-6 hari) dibanding B. bassiana
Sejalan dengan makin berkembangnya (> 6 hari).
pengendalian hama secara biologi, khususnya Hasil penelitian di rumah kaca
patogen serangga, maka salah satu menunjukkan bahwa patogenisitas dari 5 spesies
entomopatogen yang berpeluang dimanfaatkan jamur entomopatogen, B. bassiana paling efektif

68 Volume 8 Nomor 2, Desember 2009 : 65 - 73


menekan populasi T. urticae. Selain itu, kombinasi kondisi lingkungan yang sesuai, seperti musim
antara satu kali penyemprotan B. bassiana dan penghujan, epizootik jamur akan berkembang
predator Phytoseiulus persimilis dan satu jenis dan konidia aktif akan menginfeksi inangnya
akarisida (fenbutatin oksida) dapat menekan baik serangga maupun bukan serangga, misalnya
populasi telur, nimfa, dan imago tungau hingga tungau. Oleh karena itu, pada musim penghujan
98% (Chandler et al., 2005a). De Faria dan cukup banyak ditemukan serangga yang
Wraight (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan terinfeksi jamur. Seperti yang terjadi pada
B. bassiana sebagai kombinasi bio-akarisida efektif Nomuraea rileyi dan nuclear polyhedrosis virus
membunuh inang hingga 33,9%, lebih banyak (NPV), kedua entomopatogen ini sering
dibanding jamur lainnya, seperti Isaria fumorosea ditemukan menginfeksi ulat H. armigera dan
(5,8%) dan Beauveria brongniartii (4,1%) (De Spodoptera litura di pertanaman kapas maupun
Oliveira and Neves, 2004). jagung di lapang. Hal ini menunjukkan bahwa
B. bassiana juga efektif sebagai ovisida, telah terjadi perkembangan epizootik
seperti yang diungkapkan oleh Shi dan Feng entomopatogen di alam yang pada kondisi
(2005) bahwa perlakuan B. bassiana strain SG8702 tertentu dapat menjadi faktor mortalitas inang.
pada telur T. cinnabarinus mengakibatkan Pengendalian hama tungau tanaman di
sebagian besar telur tidak menetas. Kemampuan rumah kaca, dengan menggunakan produk B.
B. bassiana mengendalikan seluruh stadia bassiana komersial, Naturalis-L, efektif
perkembangan tungau menunjukkan bahwa menurunkan populasi tungau T. cinnabarinus
jamur ini mempunyai prospek cukup baik hingga 97%. Sedangkan pada tanaman tomat,
sebagai pengendali hama tungau. Pada populasi T. urticae menurun hingga mencapai
pengendalian P. latus yang menyerang tanaman 98% setelah dikendalikan dengan Naturalis-L
cabe dengan tiga spesies jamur sekaligus, yaitu: (Chandler et al., 2005b). Di Perancis, serangan
B. bassiana, M. anisopliae, dan P. fumosoroseus tungau varroa pada lebah madu, Aphis mellifera L.
menunjukkan bahwa kombinasi B. bassiana dan P. dapat ditekan hingga 80% setelah koloni lebah
fumosoroseus menekan secara nyata populasi disemprot dengan B. bassiana. Menurut Ihsan dan
tungau ini sehingga sekitar 93,3% cabang Ibrahim (2004), B. bassiana lebih efektif
tanaman dapat diselamatkan untuk berproduksi membunuh imago tungau P. latus hingga 80,8%
(Ihsan and Ibrahim, 2007). dengan dosis 1x108 konidia/ml dibandingkan
Keberhasilan pengendalian tungau P. latus dengan jamur Metarhizium anisopliae. Pada
dengan B. bassiana pada cabe barangkali dapat penelitian lain, B. bassiana menyebabkan
diikuti oleh tanaman jarak pagar yang juga mortalitas tungau Tetranychus evansi yang
diserang oleh spesies tungau yang sama. menyerang tanaman tembakau dan tomat sebesar
Pengembangan B. bassiana untuk hama tungau 74,3% (Wekesa, 2003). Demikian pula terhadap
tanaman jarak pagar tampaknya cukup tungau T. cinnabarinus dan T. urticae yang
menawarkan tantangan, karena populasi hama menyerang cabe, tomat, dan tanaman hias dapat
ini muncul bersamaan dengan dimulainya ditekan serangannya setelah dikendalikan
musim kemarau yang kondisinya kurang tepat dengan B. bassiana (Shi et al., 2005; Chandler et al.,
bagi perkembangan jamur-jamur entomopatogen. 2005b; Shi and Feng, 2004). Di Brasil, serangan
Namun demikian, ketidaksesuaian periode hama tungau hijau, Mononychellus tanajoa
perkembangan tersebut mungkin dapat diatasi (Bondar) pada tanaman ketela pohon sangat
oleh infeksi dari deposit konidia B. bassiana di efektif dikendalikan dengan B. bassiana dengan
dalam tanah yang berasal dari penyemprotan tingkat mortalitas mencapai 97% (Barreto et al.,
saat musim penghujan. Sebab tanah adalah 2004).
habitat utama entomopatogen, termasuk B. Di Indonesia, pemanfaatan B. bassiana
bassiana. Konidia B. bassiana mampu bertahan dalam pengendalian hama tungau belum banyak
hidup di dalam tanah dalam kurun waktu cukup dilakukan karena pestisida kimia masih menjadi
lama dan akan menjadi inokulum sumber infeksi andalan dalam pengendalian, misalnya
bagi generasi inang berikutnya. Biasanya pada penggunaan akarisida abamectin atau bubur

Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana : Potensi dan Prospeknya ...( DECIYANTO, S. dan I.G.A.A. INDRAYANI ) 69
kalifornia (Asbani et al., 2006; Nurindah dan tungau perlu dipantau secara intensif. Sebab,
Sunarto, 2007). Untuk mengetahui tingkat kondisi lingkungan yang kering, sumber air yang
keberhasilan penggunaan B. bassiana dalam terbatas, dan penerapan pengendalian kimiawi,
pengendalian hama tungau, diperlukan akan berpotensi menjadi faktor penyebab
dukungan penelitian baik di laboratorium, rumah perubahan status hama dari yang semula bukan
kaca, maupun di lapang. Uji potensi dan hama penting kemudian menjadi hama penting.
patogenisitas terhadap strain isolat-isolat yang Epizootik jamur B. bassiana mudah
dikoleksi, perlu dilakukan untuk mengetahui berkembang pada semua jenis tanah karena
strain yang paling virulen. Disamping itu, upaya tanah merupakan habitat utamanya. Aplikasinya
pengembangannya perlu dukungan teknik tidak hanya dapat dilakukan melalui permukaan
perbanyakan yang efisien dengan memanfaatkan tanaman, tetapi juga melalui sistem irigasi
bahan-bahan lokal sebagai media perbanyakan bersama-sama dengan air irigasi. Deposit konidia
massal. di permukaan tanah yang terdistribusikan
melalui air irigasi kemungkinan akan menjadi
STRATEGI PEMANFAATAN B. bassiana sumber inokulum dan sumber infeksi bagi
DALAM PENGENDALIAN HAMA inangnya di lapang. Hal ini juga sebagai salah
TUNGAU satu upaya konservasi sumberdaya hayati untuk
meningkatkan perannya sebagai faktor mortalitas
Kondisi iklim kering di sebagian besar hama secara alami.
wilayah Indonesia, terutama pada saat musim Sebagaimana yang telah dicapai di berbagai
kemarau sangat mendukung perkembangan negara bahwa B. bassiana sangat efektif menekan
hama-hama pengisap daun, baik dari kelompok populasi dan serangan hama tungau pada
serangga, tungau, atau thrips. Beberapa kasus beberapa tanaman sayur-sayuran, seperti: terong,
terjadi ledakan populasi hama pengisap daun, cabe, dan tomat. Komponen-komponen lain pada
membuktikan bahwa pengaruh penggunaan pengendalian hama terpadu (PHT), khususnya
pestisida kimia sangat nyata meningkatkan varietas tahan, entomopatogen selain jamur, dan
populasi dan serangan sejumlah hama pengisap, insektisida kimia (kecuali fungisida) dapat
seperti ledakan populasi Bemisia spp. pada diaplikasikan bersama-sama dengan jamur B.
pertanaman kapas di Lamongan, Jawa Timur bassiana (Odindo, 1992). Kombinasi dengan
beberapa waktu lalu. Serangan hama tungau varietas tahan tidak menyebabkan fitotoksis, juga
pada pucuk-pucuk muda pada tanaman jarak dilaporkan sinergis dengan entomopatogen lain
pagar (Jatropha curcas) berpotensi menghambat (virus, bakteri, jamur, nematoda), dan bahkan
pembentukan bunga pada ujung tunas-tunas dengan insektisida kimia tidak menyebabkan
baru (Asbani et al., 2007). antagonis. Irigaray et al. (2003) menyatakan
Teknik pengendalian hama tungau yang bahwa pengendalian tungau T. urticae dengan
ramah lingkungan sangat dibutuhkan pada campuran jamur B. bassiana dan insektisida kimia
masa-masa mendatang, terutama untuk triflumuron (benzoylphenyl urea) menyebabkan
mengatasi serangannya yang kemungkinan sebagian besar telur T. urticae tidak menetas.
semakin meningkat sejalan dengan semakin Sebagaimana entomopatogen lainnya,
meluasnya areal pengembangan komoditas- konidia B. bassiana juga mudah diinaktifkan oleh
komoditas yang menjadi inang utamanya, paparan sinar ultraviolet sinar matahari. Oleh
termasuk kapas, tembakau, jarak pagar, jarak karena itu, sore hari merupakan pilihan waktu
kepyar, dan wijen. Serangan tungau pada kapas terbaik untuk aplikasi di lapang. Selain itu,
misalnya, selama ini belum sampai menimbulkan efektivitas pengendalian juga dipengaruhi oleh
ledakan populasi yang mempengaruhi profil kanopi tanaman inang. Contohnya, aplikasi
produktivitas. Namun, pengembangan kapas konidia B. bassiana untuk pengendalian tungau
yang semakin luas hingga ke wilayah-wilayah pada tanaman jarak pagar mungkin akan lebih
kering di Indonesia, seperti NTT, perkembangan efektif dibanding pada tanaman wijen. Sebab,
populasi hama-hama pengisap daun, terutama bentuk kanopi tanaman jarak pagar yang rimbun

70 Volume 8 Nomor 2, Desember 2009 : 65 - 73


sangat berguna menaungi deposit konidia B. DAFTAR PUSTAKA
bassiana pada daun dari paparan sinar ultraviolet
matahari. Sebaliknya tanaman wijen yang Asbani, N, A.M. Amir dan Subiyakto. 2006.
berkanopi terbuka akan lebih cepat menyebabkan Inventarisasi tanaman jarak pagar
inaktifnya deposit konidia B. bassiana akibat (Jatropha curcas L.). Prosiding Loka-
terpapar sinar matahari secara langsung, karya II, Status teknologi tanaman
sehingga frekuensi penyemprotan juga akan Jarak Pagar Jatropha curcas L. Bogor 29
meningkat. Nopember 2006. Pusat Penelitian dan
Adanya regulasi tahun 1996 tentang Pengembangan Perkebunan. Hlm.83-
Perlindungan Terhadap Kualitas Pangan (Lacey 90.
et al., 2001) yang tujuannya membatasi Asbani, N., A.M. Amir, dan Subiyakto. 2007.
pengembangan dan registrasi produk pestisida Inventarisasi hama tanaman jarak
kimia baru, maka hal ini merupakan peluang pagar (Jatropha curcas L.). Prosiding
sangat baik bagi produk-produk bioinsektisida Lokakarya Jarak Pagar II: Status
untuk dimanfaatkan secara maksimal dalam Teknologi Tanaman Jarak Pagar,
pengendalian hama. Namun demikian, Jatropha curcas L.Hlm83-90
pengembangan pemanfaatan jamur B. bassiana Barreto, R.S., E.J. Marques, M.G.C. Gondim Jr and
masih membutuhkan beberapa perbaikan, J. V. Olieveira. 2004. Selection of
termasuk penelitian untuk meningkatkan Beauveria bassiana (BALS.) VUILL. and
patogenisitas, mendapatkan teknik perbanyakan Metarhizium anisopliae (METSCH.)
massal yang efisien, bentuk formulasi yang SOROK for the control of the mite
mudah diaplikasikan, dan mencari isolat-isolat Mononychellus tanajoa (BONDAR). Sci.
yang lebih virulen dibanding yang sudah ada. Agric. (Piracicaba, Braz.) 61(6): 659-664.
Bednarek, A., E. Popowska-Nowak, E. Pezowicz,
KESIMPULAN and M. Kamionek. 2004. Integrated
methods in pest control: effect of
Serangan hama tungau berpotensi
insecticides on entomopathogenic fungi
menurunkan produktivitas komoditas pertanian
(Beauveria bassiana (Bals.) Vuill., B.
maupun perkebunan. Selama ini pengendalian
brongniartii (Sacc.)), and nematodes
tungau masih mengandalkan pestisida kimia
(Heterorhabditis megidis Poinar, Jackson,
yang sangat potensial meningkatkan resistensi
Klein, Steinernema feltiae Filipjev, S.
hama. Pengendalian dengan varietas tahan cukup
glaseri Steiner). Polish Journal of
efektif menekan populasi dan serangan tungau.
Ecology 52 (2): 223-228.
Beberapa spesies predator telah diidentifikasi
Brown, R.D. and V.P. Jones. 1983. The broad mite
dapat mengendalikan hama ini, namun
on lemons in Southern California.
pemanfaatannya masih sangat terbatas. Disisi
California Agriculture 37 (7-8): 21-22.
lain, prospek jamur entomopatogen B. bassiana
Chandler, D, G. Davidson, J.K. Pell, B.V. Ball, K.
dalam pengendalian hama tungau cukup baik
Shaw and K.D. Sunderland. 2005a.
karena dari hasil-hasil penelitian menunjukkan
Fungal Biocontrol of Acari. Biocontrol
tingkat penekanan terhadap populasi tungau
Science and Technology, 10(4): 357-384.
mencapai 80-100%. Untuk memanfaatkan B.
Chandler, D., G. Davidson, and R.J. Jacobson.
bassiana perlu beberapa pengujian di
2005b. Laboratory and glass house
laboratorium, rumah kaca dan lapang, termasuk
evaluation of entomopathogenic fungi
uji patogenisitas di laboratorium, rumah kaca,
against the two-spotted spider mite,
dan lapang; mendapatkan teknik perbanyakan
Tetranychus urticae (Acari: Tetrany-
massal yang efisien; bentuk formulasi yang
chidae) on tomato, Lycopersicon
mudah diaplikasikan; serta beberapa penelitian
esculentum. Biocontrol Science and
untuk meningkatkan patogenisitas dan stabilitas
Technology 15: 37-54.
jamur.

Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana : Potensi dan Prospeknya ...( DECIYANTO, S. dan I.G.A.A. INDRAYANI ) 71
De Faria, M.R. and S.P. Wraight. 2007. L.) at different seeding development
Mycoinsecticides and mycoacaricides: stages. Acta Horticulturae 659(1): 339-
Accomprehensive list with world wide 344.
coverage and international Lacey, L.A., R. Frutos, H.K. Kaya, and P. Vail.
classification of formulation types. 2001. Insect pathogens as biological
Biological Control 43(3): 237-256. control agents: Do they have a future?
De Oliveira, R.C. and P.M.O.J. Neves. 2004. Biological control 21: 230-248.
Compatibility of Beauveria bassiana with Liang, Y. 2004. The life habit and use of natural
acaricides. Neotropical Entomology 33 enemies of mites. Journal of Anhui
(3): 353-358. Agricultural Sciences 3: 26-29.
El-Kady, G., H.M. El Sharabasy, M.F. Mahmoud Nurindah dan D.A. Sunarto. 2007. Strategi teknik
and I.M. Bahgat. 2007. Toxicity of two pengendalian tungau daun wijen.
potential Bio-insecticides against Prosiding Seminar Memacu Pengem-
moveable stages of Tetranychus urticae bangan Wijen untuk Mendukung
Koch. J. Applied Sciences Research 3 Agroindustri, Malang 9 Nopember
(11): 1315-1319. 2006. Pusat Penelitian dan
Herron. G.A., V.E. Edge, L.J. Wilson and J. Pengembangan Perkebunan. 7 hlm.
Rophail. 1998. Organophosphate Odindo, M.O. 1992. Future prospects for the
resistance in spider mites (Acari: application of insect pathogens as a
Tetranychidae) from cotton in component of integrated pest
Australia. Exp. & Appl. Acaralogy 22: management in tropical root crops.
17-30. Biocontrol Science and Technology 2:
Ihsan, N. and Y.B. Ibrahim. 2004. Laboratory 179-191.
bioassay of some entomopathogenic Ohlendorf, B. 2000. Spider mites: Integrated Pest
fungi against broad mite Management in the home garden. IPM
(Polyphagotarsonemus latus Bank). Education and Publication University
International Journal of Agriculture & of California, US. 3pp.
Biology 6(2): 223-225. Ohlendorf, B. 2009. Pests in gardens and
Ihsan, N and Y.B. Ibrahim. 2007. Efficacy of landscapes. Statewide Integrated Pest
laboratory prepared wettable powder Management Program. 2pp.
formulatons of entomopathogenous Pena, J.E., L.S. Osborne and R.E. Duncan. 1996.
fungi Beauveria bassiana, Metarhizium Potential of fungi as biocontrol agents
anisopliae and Paecilomyces fumosoroseus of Polyphagotarsonemus latus (Acari
against the Polyphagotarsonemus latus :Tarsonemidae). Entomophaga 41: 27-
(Bank) (Acari: Tarsonemidae) (Broad 36.
Mite) on Capsicum annum (Chilli). Sheeba, G., S. Seshadri, N. Raja, S. Janarthanan,
Journal of Biosciences 18 (1): 1-11. and S. Ignacimutu. 2001. Efficacy of
Irigaray, F.J.S.C, V.M. Mancebon, and I. P. Beauveria bassiana for control of the rice
Moreno. 2003. The entomopathogenic weevil Sitophilus oryzae (L.)
fungus Beauveria bassiana and its (Coleoptera: Curculionidae). Appl.
compatibility with triflumuron: effects Entomol. Zool. 36 (1): 117-120.
on the twospotted spider mite Shi, W.B. and M. G. Feng. 2004. Lethal effect of
Tetranychus urticae. Biological Control Beauveria bassiana, Metarhizium
26(2): 168-173. anisopliae, and Paecilomyces fumosoroseus
Jovicich, E., D.J. Cantliffe, L. S. Osborne, and P.J. on the eggs of Tetranychus cinnabarinus
Stoffella. 2004. Mite population and (Acari: Tetranichidae) with a
damage caused by broad mites description of a mite egg bio-assay
(Polyphagotarsonemus latus Banks system. Biological Control 30: 165-173.
infesting bell pepper (Capsicum annum

72 Volume 8 Nomor 2, Desember 2009 : 65 - 73


Shi, W.B. and M. G. Feng. 2005. Virulence of Townsend, R.J., M. OCallaghan, V.W. Johnson,
fungal biocontrol agent Beauveria and T.A. Jackson. 2003. Compatibility
bassiana to the eggs and adults of of microbial control agents Serratia
carmine spider mite Tetranychus entomophila and Beauveria bassiana with
cinnabarinus. Abstracts of the 38th selected fertilizers. New Zealand Plant
Annual Meeting of the Society for Protection 56: 118-122.
Invertebrate Pathology, Anchorage, Tukimin, S.W., Suprijono, Rusim-Mardjono, dan
Alaska, USA. A.M. Amir. 2007. Intensitas kerusakan
Shi, W.B., Y. Jiang, and M.G. Feng. 2005. aksesi wijen (Sesamum indicum L.)
Compatibility of ten acaricides with terhadap hama tungau Polyphagotar-
Beauveria bassiana and enhancement of sonemus latus (Banks). Prosiding
fungal infection to Tetranychus Seminar Memacu Pengembangan
cinnabarinus (Acari: Tetranychidae) Wijen Untuk Mendukung Agro-
eggs by sublethal application rates of Industri, Malang 9 Nopember 2006.
pyridaben. Applied Entomology and Pusat Penelitian dan Pengembangan
Zoology 40(4): 659-666. Perkebunan. Hlm. 64-69.
Stumpf, N. and R. Nauen. 2001. Cross-resistance, Wekesa, V.W. 2003. Evaluation of pathogenic
inheritance, and biochemistry of fungi Beauveria bassiana and
mitochondrial electron transport Metarhizium anisopliae control of
inhibitor-acaricide resistance in tobacco spider mite, Tetranychus evansi
Tetranychus urticae (Acari: Baker & Pritchard (Acarina:
Tetranychidae). J. Econ. Entomol. 94: Tetranychidae) infesting tomato. Jomo
1577-1583. Kenyatta University Agriculture and
Subiyakto dan Harwanto. 1996. Hama tanaman Technology, Kenya, Afrika. 5pp.
wijen dan pengendaliannya. Monograf Wekesa, V. W., N. K. Maniania, M. Knapp and H.
Balittas 2. Wijen. Balai Penelitian I. Boga. 2005. Pathogenicity of Beauveria
Tanaman Tembakau dan Serat. Hlm. bassiana and Metarhizium anisopliae to
31-37. the tobacco spider mite Tetranychus
Thungrabeab, M. and S. Tongma. 2007. Effect of evansi. Experimental and Applied
entomopathogenic fungi, Beauveria Acaralogy 36: 41-51.
bassiana (Balsamo) and Metarhizium Wikipedia. 2009. Tetranychus urticae. Wikipedia
anisopliae (Metsch) on non target the free encyclopedia. 2pp.
insects. KMITL Sci. Tech. J. 7 (S1): 8-12.

Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana : Potensi dan Prospeknya ...( DECIYANTO, S. dan I.G.A.A. INDRAYANI ) 73

You might also like