Epidemiologi b1 Putu Ayu Widya Galih M.P 162200022

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 5

MEDICATION ERROR DI APOTEK

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien rawat Inap
maupun rawat jalan. Secara umum Medication error didefinisikan sebagai peresepan,
pemberian danadministrasi obat yang salah, yang menyebabkan konsekuensi tertentu atau
tidak.Medication error dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan yang
potensial memicu resiko fatal dari penyakit (Aryani Perwitasari, 2010).
Penggunaan obat yang semakin meningkat dapat meningkatkan bahaya terjadinya
kesalahan pengobatan. Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian yang dijadikan
sebagai tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Di apotek terjadi proses
order communication; product labeling; packaging; compounding; dispensing; distribution;
administration; education; monitoring(DepKes RI. 2009). Hal ini erat kaitannya dengan
terjadinya medication error. Seorang apoteker harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lain untuk memastikan bahwa obat yang digunakan aman. Hal-hal tersebut dilakukan agar
dampak negatif dari medication error seperti pemborosan dari segi ekonomi dan menurunnya
mutu pelayanan pengobatan (meningkatnya efek samping dan kegagalan pengobatan) dapat
diminimalkan.
Tanggung jawab seorang apoteker dan perawat dalam dispensing danpemberian obat
menjadi semakin berat akibat ketersediaan obat tertentu yang lebih banyak untuk suatu
penyakit, waktu kadaluarsa obat yang semakin cepat, dan banyaknya jenis obat-obat baru
yang tertulis pada resep (Purnomo B.N.Z., 2000).
Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada masing-masing proses dari peresepan, mulai
dari penulisan resep, pembacaan resep oleh apoteker, penyerahan obat sampai penggunaan
obat oleh pasien, kesalahan yang terjadi di salah satu komponen dapat secara berantai
menimbulkan kesalahan lain di komponen- komponen selanjutnya(Aslam, dkk. 2003).
Ketidaklengkapan dan ketidakjelasan penulisan dalam bagian resep yakni inscriptio,
invocatio, prescriptio, signatura, subscriptio juga dapat menimbulkan medication
error(Aslam, dkk. 2003). Penulisan nomor Surat Ijin Praktek (SIP) dokter dalam resep
diperlukan untuk menjamin keamanan pasien, bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai
hak dan dilindungi undang-undang dalam memberikan pengobatan bagi pasiennya
(Rahmawati, 2002).
Jenis kelengkapan resep yang seringkali tidak dicantumkan dalam resep adalah nama
dokter, alamat dokter, Nomer Surat Ijin Praktek dokter, tanggal ditulisnya resep, tanda R/ dan
paraf(Rahmawati, 2002). Pencantuman nama dan alamat penulis resep dengan jelas dan
lengkap sangat diperlukan untuk menghindarkan penyalahgunaan resep dilingkungan
masyarakat serta memperlancar pelayanan bagi pasien di apotek.
Di lapangan tulisan dokter pada resep bervariasi ada yang jelas adapula yang tidak
jelas/sukar terbaca, hal tersebutdapat menimbulkan medication error yaitu kesalahan dalam
membaca nama obat, jumlah obat dalam resep racikan maupun jumlah total obat, bentuk
sediaan yang dimaksud, aturan pakai dan penulisan jumlah iterasi. Penulisan resep yang tidak
lengkap seperti tidak mencantumkan dosis obat, satuan metrik dan bentuk sediaan yang
dimaksud oleh penulis resep merupakan medication error (Gemala Hatta, 2008).
Kelengkapan komponen dalam resep, kejelasan tulisan dalam resep, serta peningkatan
monitoring keamanan dan efikasi obat secara adekuat dapat mencegah terjadinya medication
error. Diperlukan suatu sistem praktik pengobatan yang aman untuk dikembangkan dan
dipelihara guna memastikan bahwa pasien menerima pelayanan dan proteksi sebaik mungkin.
A. Bagan Medication Error

Medication Error
DAFTAR PUSTAKA

Aryani Perwitasari, Dyah., Jamiul Abror, dan Iis Wahyuningsih. (2010). Medication error in
outpatient of a government hospital in Yogyakarta Indonesia. International Journal
of Pharmaceutical Sciences Review and Research Volume 1; 8-10
Aslam, Mohammed, dkk. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
DepKes RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Fita Rahmawati dan R.A. Oetari. 2002. Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas
dan Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta. Majalah
Farmasi Indonesia, 13(2), 86-94
Hatta, Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia
Purnomo B.N.Z., 2000, Dampak Globalisasi Ekonomi Dan Farmasi Terhadap Hak
Kewajiban Farmasis(Apoteker) dan Konsumen. Yogyakarta: Kanwil Depkes
Propinsi DIY,
TUGAS EPIDEMIOLOGI
MEDICATION ERROR DI APOTEK

Oleh:

PUTUAYUWIDYAGALIHMEGAPUTRI 162200022/B1

JURUSANFARMASI
INSTITUTILMUKESEHATANMEDIKAPERSADA
2017

You might also like