Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

Mei 2015, Vol. 4, No. 02, hal 162 - 174

Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

Julian H Weno Andik Matulessy


Julian.wenno@kctgroup.co.id andikmatulessy@untag-sby.ac.id
Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya Surabaya

The purpose of this research was to determine the relationship between Adversity Quotient
and Work Commitment to Creativity Teachers First Class in District Teluk Ambon,
municipality of Ambon. Respondents in this study were 46 first classteacher in the district of
Teluk Ambon. There are three scales used in this study are: Scale of teaching creativity and
commitment to work using a Likert scale, while the scale of adversity quotient using Bogardus
scale with numbers 1-5 choice. The results of multiple regression analysis found the value F
= 17.811; R = 0.673; p = 0.000 (p <0.01), which proves that adversity quotient and work
commitment have a significant correlation with the creativity of teachers; no significant
positive correlation between adversity quotient withcreativity teachers, where t = -1.196; p =
0.238 (p> 0.01); there is a Significant Positive correlation between work commitment with
creativity Teachers where the value t = 5.824; p = 0.000 (p <0.01).

Keywords : Creativity Teachers, Adversity Quotient, Work Commitment, Teachers the first
Class.
INTISARI

Intisari. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan Adversity Quotient dan
Komitmen Kerja dengan Kreativitas Guru Kelas Satu Di Kecamatan Teluk Ambon, Kota
Madya Ambon. Responden dalam penelitian ini adalah 34 Guru SD kelas satu di Kecamatan
Teluk Ambon. Penngambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Ada 3 skala yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, Skala Kreativitas Mengajar Dan Komitmen Kerja
menggunakan skala likert dengan item-item favorable dan unfavorable, sedangkan skala
Adversity Quotient menggunakan skala Bogardus dengan angka pilihan 1-5. Korelasi antar
variabel dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Analisis regresi ganda. Hasil uji
analisis regresi ganda ditemukan nilai F = 17,811; R = 0,673; p = 0,000 (p<0,01), yang
membuktikan bahwa Adversity Quotient dan Komitmen Kerja memiliki korelasi yang
signifikan dengan Kreativitas Guru; tidak ada korlasi positif signifikan antara Adversity
Quotient dengan Kreativitas Guru dimana t = -1,196; p = 0,238 (p<0,01) ; ada korelasi
Positif signifikan antara Komitmen Kerja Dengan Kreativitas Guru dimana nilai t = 5,824; p
= 0,000 (p<0,01).

Kata kunci : Kreativitas Guru, Adversity Quotient, Komitmen Kerja, Guru SD Kelas
Satu.

162
Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

PENDAHULUAN
Sekolah dasar (SD) adalah salah satu kenyataannya pola mengajar guru tidak
bentuk satuan pendidikan formal yang berubah. Guru tetap memberikan materi di
menyelenggarakan pendidikan umum pada depan kelas dan murid mendengarkan. Guru
jenjang pendidikan dasar. Pemerintah telah tidak bisa disalahkan karena guru tidak pernah
menetapkan sekolah dasar menjadi salah satu diberikan pelatihan, kata Henny Supolo
program wajib belajar sembilan tahun, oleh (dalam Edukasi Kompas, 07 desember 2012).
karena itu setiap warga negara wajib belajar di Disisi lain terdapat pula masalah yang bersifat
sekolah dasar dan sebagainya (Peraturan regional maupun lokal yang selama ini terjadi
Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 dalam lingkungan pendidikan kota Ambon
tahun 2008). secara umum dan kecamatan teluk Ambon
Fenomena yang menjadi isu nasional secara khusus. Hasil wawancara peneliti
sekarang ini terkait perkembangan pendidikan dengan salah satu nara sumber Kepala Sekolah
nasional Indonesia adalah perubahan SD Negeri 4 Rumah Tiga, Kec. Teluk Ambon.
kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013. Masalah yang selama ini timbul pada sekolah
Perubahan kurikulum dilakukan karena dasar di kecamatan Teluk Ambon ini adalah
Kurikulum 2006 dianggap masih menimbulkan terkait banyaknya calon siswa yang langsung
berbagai fenomena negatif, seperti beban siswa masuk Sekolah Dasar tanpa melalui Taman
terlalu berat karena terlalu banyak pelajaran kanak-Kanak atau PAUD sehingga proses
serta kurang bermuatan karakter sehingga belajar mengajar harus mulai dari awal
memunculkan plagiarisme, kecurangan, contohnya dalam mengajari anak untuk
perkelahian pelajar, dan berbagai persoalan menulis atau membaca. Mc Clelland (dalam
lain. Kondisi tersebut menjadi kesenjangan bila Asad, 2002), menyatakan bahwa menjadi
melihat tantangan masa depan, seperti kreatif dalam bekerja adalah berusaha
tantangan globalisasi, persoalan lingkungan melakukan sesuatu dengan cara-cara yang baru
hidup, perkembangan teknologi informasi, dan mempunyai ide-ide atau gagasan baru
serta kompetensi individu yang mampu dalam pekerjaannya.
berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, serta Adversity Quotient (AQ) merupakan
kompetensi lain, jadilah Kurikulum 2013 yang istilah yang dikembangkan dan dipopulerkan
akan diterapkan secara bertahap di SD, SMP, oleh Paul Stoltz. Menurut Stoltz (2000) dalam
dan SMA (http://edukasi.kompas.com, 07 bukunya Adversity Quotient Mengubah
desember 2012). Hambatan Menjadi Peluang mengungkapkan
Dari hasil diskusi (dalam, Edukasi bahwa Adversity Quotient adalah kemampuan
Kompas 07 desember 2012) terungkap yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
kekhawatiran, Kurikulum 2013 akan bernasib bertahan menghadapi kesulitan dan
sama dengan kurikulum-kurikulum kemampuan untuk mengatasinya. Menurut
sebelumnya, yaitu bagus dalam tataran konsep penelitian Santoso (2006) terdapat hubungan
dan bahasa kurikulum sangat indah, tetapi yang positif signifikan antara Adversity
sangat buruk dalam penerapan. Contoh Quotient dengan motivasi berprestasi
Kurikulum 1984 yang mengharuskan siswa karyawan. Sementara menurut Simamora
aktif ataupun Kurikulum 2004 yang berbasis (2010) adanya hubungan yang positif
kompetensi. Kurikulum tersebut, aktivitas signifikan antara motivasi berprestasi dengan
belajar semestinya berpusat pada siswa, kreativitas pada mahasiswa. Sesuai dengan

163
Julian H Weno, Andik Matulessy

penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa ditenkankan mengenai hubungan komitmen


Adversity Quotient dapat mempengaruhi dengan kreativitas pada penelitian yang
kreativitas seseorang dalam hal ini kreativitas dikemukakan oleh S. Wahyuni (2011) bahwa
pada guru saat proses mengajar anak didiknya. terdapat pengaruh komitmen organisasi dan
Menurut Robbins (2002), Pengertian kreativitas dalam proses belajar mengajar
komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk menggunakan metode quantum teaching
memegang teguh visi, misi serta kemauan terhadap disiplin kerja pada organisasi
untuk mengerahkan seluruh usaha dalam pendidikan. Pada penelitian lainnya, yang
melaksanakan tugas. Komitmen karyawan dikemukakan oleh M. Saleh & S. Hadi (2011)
tidak akan tumbuh dengan sendirinya, ada mengenai adanya hubungan positif dan
hubungan signifikan antara budaya kerja signifikan terhadap komitmen kerja dengan
dengan komitmen karyawan. Robbins dan kreativitas kerja guru SD negeri program
Judge (2007) mendefinisikan komitmen sekolah inklusif. Seperti yang dijelaskan
sebagai suatu keadaan dimana seorang individu sebelumnya bahwa menurut Robbins (2002)
memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan adalah sikap kesediaan diri untuk memegang
keinginannya untuk mempertahankan teguh visi dan misi, hal ini lah yang membuat
keanggotaannya dalam organisasi. Penelitian komitmen kerja juga menjadi variable yang
yang di kemukakan oleh Dalia L & Jurgita B dapat mempengaruhi seorang guru dalam
(2010), yang melihat bahwa factor individu melakukan praktek kerja yang kreatif.
mempengaruhi kreativitas guru dalam domain Maka dari itu dalam penelitian ini yang
kegiatan professional. Kemudian, penelitian S. berdasarkan dari fenomena di atas, penulis
Chan (2014) mejelaskan bahwa factor personal tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk
apa saja yang mempengaruhi kreativitas yang memperoleh jawaban apakah ada hubungan
mendorong seorang guru melakukan praktek yang positif antara Adversity Quotient dan
mengajar di kelas, yang muncul adalah Komitmen kerja dengan Kreativitas Guru
motivasi, sikap, dan memiliki tujuan yang jelas Sekolah Dasar Kelas Satu di Kecamatan Teluk
dalam kegiatan mengajarnya. Begitu juga yang Ambon, Kota Ambon - Maluku.

Kreativitas Guru
Ayan (dalam Suharnan, 2002) kreativitas siswa menghadapi kehidupan masyarakat
adalah kemauan, keinginan atau semangat sehari-hari. Kreativitas Guru dalam penelitian
untuk melakukan eksplorasi, mempertanyakan, ini diungkap dari aspek menurut Ayan, 1997
dan melakukan eksperimentasi terhadap (dalam Suharnan, 2002) sebagai berikut :
berbagai obyek, peristiwa, dan situasi yang ada 1) Curiousity
di lingkungan. Rasa ingin tahu merupakan komponen
Definisis operasional kreativitas Guru pertama dan sangat penting usaha-usaha
adalah kemauan, keinginan atau semangat kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini
untuk melakukan eksplorasi, mempertanyakan, disebut pula sebagai kekuatan
dan melakukan eksperimentasi terhadap mempertanyakan sesuatu (questioning
berbagai objek, ketika menyampaikan force). Dorongan ingin tahu akan
pengetahuan dan kecakapan kepada siswa didik menggerakkan seseorang menemukan
atau murid di sekolah untuk mempersiapkan sesuatu, bereksperimentasi atau menguji
siswa menjadi warga negara yang baik sesuai coba, menyelidiki hal-hal yang belum
dengan tuntutan masyarakat dan membantu diketahui serta dimengerti, mencari cara-

164
Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

cara yang lebih baik untuk melakukan memunculkan gagasan-gagasan yang luar
sesuatu, dan membangun bidang-bidang biasa.
baru. Makin tinggi rasa ingin tahu 3) Risk tolerance
seseorang, makin terbuka lebar baginya Toleransi terhadap risiko merupakan
untuk menjadi orang kreatif. Sebaliknya, kesanggupan atau kesediaan seseorang
dengan hilangnya rasa ingin tahu ini, untuk mengambil risiko terhadap apa saja
seseorang akan kehilangan pula yang hendak diusahakan atau dihasilkan.
kesempatan untuk menjadi seorang kreatif. Keingintahuan dan keterbukaan seseorang
2) Openes to Experiences akan berkembang dengan baik apabila
Keterbukaan terhadap pengalaman dan seseorang juga memiliki toleransi yang
pengetahuan atau informasi baru juga tinggi atau kesanggupan menerima risiko-
merupakan komponen yang sangat vital risiko.
dalam kreativitas. Untuk menjadi orang 4) Energy
kreatif diperlukan persediaan informasi dan Pada umumnya orang-orang kreatif
pengalaman yang banyak serta memiliki energi yang luar biasa, khususnya
beranekaragam dari waktu ke waktu. Agar energi fisik. Di sepanjang hidup mereka
cukup persediaan informasi dan seolah-olah tidak pernah lelah atau berhenti
pengalaman seseorang harus bersikap mencari gagasan, berkarya atau
fleksibel, terbuka, mau menerima dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
menghargai berbagai pandangan, lingkunganya. Memang energi baik fisik
pemikiran, pendapat dan hasil karya orang maupun psikis yang cukup besar sangat
lain. Dengan fleksibilitas dan keterbukaan diperlukan agar gagasan-gagasan mengalir
ini, seseorang akan dapat memperkaya terus, dan selanjutnya dapat dilakukan
pengetahuan yang telah ada di dalam pengujian secara teliti sehingga pada
struktur kognitifnya, sehingga ia akhirnya dapat diterapkan di dalam
berpeluang besar untuk dapat kehidupan nyata.

Adversity Quotient
Stoltz (2000) memperkenalkan bentuk Defenisi operasional AQ adalah
kecerdasan yang disebut Adversity Quotient kemampuan yang dimiliki individu dalam
(AQ). Menurutnya, AQ adalah bentuk mengelola, mengatasi, dan merespon
kecerdasan selain Intelegen Quotient (IQ), permasalahan di saat permasalahan itu muncul
Spiritual Quotient, dan Emotional Quotient atau dengan kata lain kemampuan yang
atau gabungan dari ketiga-tiganya yang dimiliki seseorang untuk bertahan
ditujukan untuk mengatasi kesulitan mengahadapi kesulitan atau hambatan, serta
seseorang. Stoltz, (2000) mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam menghadapi
Adversity Quotient adalah kemampuan yang perubahan yang terus terjadi dan menjadikan
dimiliki individu untuk mengelola, mengatasi, hambatan sebagai proses dalam
dan merespon permasalahan di saat mengembangkan diri serta potensi yang
permasalahan tersebut muncul, atau dengan dimiliki dalam mencapai tujuan yang
kata lain kemampuan yang dimiliki seseorang direncanakan.
untuk bertahan menghadapi kesulitan atau Stoltz (2000) menjelaskan bahwa AQ terdiri
hambatan dan kemampuan untuk atas empat dimensi yang disingkat dengan
mengatasinya. CO2RE (Control, Origin and Ownership,

165
Julian H Weno, Andik Matulessy

Reach, Endurance). Penjelasan dari masing- bertanggungjawab atas kesalahannya dan


masing dimensi Adversity Quotient, antara lain: belajar dari kesalahan yang dibuatnya serta
1) Control : Control menjelaskan tentang dapat mengusahakan jalan keluar yang
seberapa besar kendali yang dimiliki baik.
seseorang terhadap sebuah peristiwa yang 3) Reach : Reach adalah dimensi yang
dianggap menimbulkan kesulitan. mengungkap jangkauan dari masalah yang
2) Origin and ownership : Origin dihadapi dalam bagian-bagian kehidupan
mempertanyakan siapa atau apa yang 4) Endurance : Endurance adalah dimensi
menjadi asal-usul kesulitan dan sampai yang mengungkap dua hal yang berkaitan,
sejauh mana seseorang mengakui akibat seberapa lama kesulitan berlangsung dan
dari kesulitan tersebut. Ownership melihat seberapa lama penyebab kesulitan tersebut
pengakuan seseorang saat melakukan berlangsung
kesalahan, sehingga dia akan
5) .

Komitmen Kerja
Menurut Spector (2000), terdapat banyak setiap komponen komitmen kerja adalah
definisi yang berbeda mengenai komitmen, sebagai berikut:
namun seluruhnya melibatkan keterikatan 1) Komitmen kerja afektif (affective
individu terhadap pekerjaannya. Komitmen occupational commitment), yaitu komitmen
kerja merupakan sebuah variabel yang sebagai keterikatan afektif/psikologis
mencerminkan derajat hubungan yang karyawan terhadap pekerjaannya.
dianggap dimiliki oleh individu terhadap Komitmen ini menyebabkan karyawan
pekerjaan tertentu dalam organisasi. Jadi, bertahan pada suatu pekerjaan karena
komitmen kerja dapat didefinisikan sebagai mereka menginginkannya.
derajat hubungan individu dalam memandang 2) Komitmen kerja kontinuans (continuance
dirinya sendiri dengan pekerjaannya dalam occupational commitment), mengarah pada
organisasi tertentu (Jewell & Siegall, 1998). perhitungan untung-rugi dalam diri
Greenberg & Baron (1993) mengemukakan karyawan sehubungan dengan
bahwa komitmen kerja merefleksikan tingkat keinginannya untuk tetap mempertahankan
identifikasi dan keterlibatan individu dalam atau meninggalkan pekerjaannya. Artinya,
pekerjaannya dan ketidaksediaannya untuk komitmen kerja di sini dianggap sebagai
meninggalkan pekerjaan tersebut. persepsi harga yang harus dibayar jika
Defenisi Operasional Komitmen kerja karyawan meninggalkan pekerjaannya.
adalah keterikatan individu terhadap pekerjaan Komitmen ini menyebabkan karyawan
yang merefleksikan tingkat keterlibatan bertahan pada suatu pekerjaan karena
individu terhadap pekerjaan serta keinginan mereka membutuhkannya.
individu untuk tetap menjadi bagian dari 3) Komitmen kerja normatif (normative
pekerjaan tersebut. Ada tiga (3) mode occupational commitment), yaitu komitmen
komponen komitmen kerja yang sebagai kewajiban untuk bertahan dalam
dikembangkan oleh Meyer, Allen & Smith pekerjaan. Komitmen ini menyebabkan
(dalam Spector, 2000) terdiri dari komitmen karyawan bertahan pada suatu pekerjaan
kerja afektif, komitmen kerja kontinuans, dan karena mereka merasa wajib untuk
komitmen kerja normatif. Adapun definisi dari melakukannya serta didasari pada adanya

166
Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

keyakinan tentang apa yang benar dan berkaitan dengan masalah moral.

Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir dan kajian b. Ada hubungan Positif Signifikan antara
pustaka yang telah dikemukakan, serta Adversity Quotient dengan Kreativitas Guru
permasalahan yang dipaparkan, maka hipotesis SD kelas satu.
yang diajukan dalam penelitian ini adalah : c. Ada hubungan Positif Signifikan antara
a. Secara bersama-sama ada hubungan antara Komitmen Kerja dengan Kreativitas Guru
Adversity Quotient dan Komitmen Kerja SD kelas satu.
dengan Kreativitas Guru SD kelas satu.

METODE Subjek
Sugiyono (2009), mendefinisikan sampel Sampel dari penelitian ini diambil dengan
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik teknik nonprobability sampling adalah teknik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila pengambilan sampel yang tidak memberi
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur
mempelajari semua yang ada pada populasi, atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang sampel. Teknik ini menggunakan sampling
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari jenuh dalam penentuan samplingnya, sampling
dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat jenuh adalah teknik penentuan sample bila
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel semua anggota populasi digunakan sebagai
yang diambil dari populasi harus betul-betul sampel (Sugiono, 2009), Sehingga sampel
representatif (mewakili). dalam penelitian ini berjumlah 46 subjek.

HASIL
Uji Kesahihan dapat diartikan sebagai membandingkan antara koefisien korelasi item
ketepatan dan kecermatan suatu instrument total 0,30, namun apabila tidak dapat
pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi memenuhi koefisien sebesar 0,300 dapat
ukurannya, karena itu setiap alat ukur yang diturunkan menjadi 0,250 (Azwar, 2010). Hasil
digunakan sebagai skala pengukuran harus uji diskriminasi butir dapat diketahui sebagai
diuji validitasnya (Azwar, 2010). Menurut berikut.
Azwar (2010), aitem dapat diuji dengan
Tabel 1
Hasil uji instrumen skala Kreativitas Guru
No Aspek No Item Jumlah
Sahi Gugur item
valid
1 Curiousity 4,6,9,10,13, 1,2,3,5, 10
14,7,8,16,17 11,12,15
2 Opennes to 18,21,19,22, 20 6
experiences 23,24
3 Risk 25,27,28,30 26,29 4
Tolerance

167
Julian H Weno, Andik Matulessy

4 Energy 31,33,34 32,35 3


Jumlah Item 23 12 23
Total 35

Hasil uji indeks diskriminasi pada skala 1,00. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa
Kreativitas Guru, dari 35 butir yang diajukan skala Kreativitas Guru yang digunakan dalam
terdapat 12 butir pernyataan yang tidak penelitian ini tergolong Reliabel
memenuhi syarat, sehingga butir yang Uji Kesahihan dapat diartikan sebagai
memenuhi syarat diskriminasi tersisa 23 butir ketepatan dan kecermatan suatu instrument
dengan rentang indeks diskriminasi 0,283- pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi
0,933.Pengujian reliabilitas, yang artinya alat ukurannya, karena itu setiap alat ukur yang
ukur dapat dinyatakan reliabel, jika hasil digunakan sebagai skala pengukuran harus
pengukuran dan nilai-nilainya bersifat diuji validitasnya (Azwar, 2010). Menurut
konsisten seperti halnya pengukuran awal. Uji Azwar (2010), aitem dapat diuji dengan
reliabitas (keandalan) kedua skala penelitian membandingkan antara koefisien korelasi
ini menggunakan tehnik reliabilitas alpha aitem total 0,30, namun apabila tidak dapat
Cronbachs. Hasil uji reliabilitas pada skala memenuhi koefisien sebesar 0,300 dapat
Kreativitas Guru diperoleh nilai = 0,928. diturunkan menjadi 0,250 (Azwar, 2010).
Menurut Santoso (2000), Ghazali (2005), dan Hasil uji diskriminasi butir dapat diketahui
Azwar (2010), alat ukur dinyatakan reliabel sebagai berikut :
(andal) jika memiliki nilai mendekati nilai
Tabel 2
Hasil Uji Instrumen Adversity Quotient
No Aspek No Item Jumlah
Sahi Gugur item
valid
1 Control 1,11,19,25,33 15,17,31,51 11
35,37,45,53,
55,57
2 Origin 16,18,26,34,46, 2,12,20,32,36 8
and 52,56,58 38,54
Ownership
3 Reach 3,5,7,9,23,27,39 13,21,29,41,43 7
47,49,59
4 Endurance 4,6,30,44,50,60 8,10,14,22,24, 6
28,40,42,48
Jumlah Item 32 28 32
Total 60
Hasil uji indeks diskriminasi pada skala tidak memenuhi syarat, sehingga butir yang
Adversity Quotient berlangsung selama 5 kali memenhi syarat diskriminasi tersisa 32 butir
putaran uji coba hingga menjadi 32 item yang dengan rentang indeks diskriminasi 0,268-
dinyatakan valid, adapaun 60 butir yang 0,610. Pengujian reliabilitas, yang artinya alat
diajukan terdapat 28 butir pernyataan yang ukur dapat dinyatakan reliabel, jika hasil

168
Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

pengukuran dan nilai-nilainya bersifat dinyatakan reliabel (andal) jika memiliki nilai
konsisten seperti halnya pengukuran awal. Uji mendekati nilai 1,00. Hal tersebut dapat
reliabitas (keandalan) skala kedua dalam dikatakan bahwa skala Adversity Quotient
penelitian ini menggunakan tehnik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini tergolong
alpha Cronbachs. Hasil uji reliabilitas pada handal.
skala Adversity Quotient yang mendapatkan Komitmen Kerja akan diukur melalui
hasil 5 kali putaran uji item diperoleh nilai = skala Likert dengan indikator yang
0,868 dengan N=32. Menurut Santoso (2000), dikembangkan oleh Meyer, Allen & Smith
Ghazali (2005), dan Azwar (2010), alat ukur (dalam Spector, 2000); sebagai berikut :

Tabel 3
Hasil Uji Instrumen skala Komitmen Kerja

No Aspek No Item Jumlah


Sahi Gugur item
valid
1 affective 2,3,6,8,9,10,16 1,4,5,7,11,12 7
occupational 13,14,15
commitment
2 continuance 18,19,20,24,25 17,21,22,23 5
occupational
commitment
3 normative 30 26,27,28,29,31 1
occupational 32,33,34,35
commitment
Jumlah Item 13 22 13
Hasil uji indeks diskriminasi pada skala Uji reliabitas (keandalan) Skala ketiga
Komitmen Kerja mengalami tiga kali putaran penelitian ini menggunakan tehnik reliabilitas
pengujian validitas yang hasilnya, dari 35 butir alpha Cronbachs. Hasil uji reliabilitas pada
yang diajukan terdapat 22 butir pernyataan skala Komitmen kerja diperoleh nilai = 0,902
yang tidak memenuhi syarat, sehingga butir dengan N=13. Menurut Santoso (2000),
yang memenuhi syarat diskriminasi tersisa 13 Ghazali (2005), dan Azwar (2010), alat ukur
butir dengan rentang indeks diskriminasi dinyatakan reliabel (andal) jika memiliki nilai
0,378-0,885. mendekati nilai 1,00. Hal tersebut dapat
Pengujian reliabilitas, yang artinya alat dikatakan bahwa skala Komitmen kerja yang
ukur dapat dinyatakan reliabel, jika hasil digunakan dalam penelitian ini tergolong
pengukuran dan nilai-nilainya bersifat handal.
konsisten seperti halnya pengukuran awal.

169
Julian H Weno, Andik Matulessy

Uji Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dapat diketahui sebagaimana rangkuman tabel berikut :
Tabel 4
Pengujian korelasi simultan
R R2 F p
0,673 0,453 17,811 0,000

Hasil uji korelasi secara simultan untuk rentang hubungan antara Adversity Quotient
menjawab hipotesis yang menyatakan ada dan Komitmen Kerja dengan Kreativitas Guru
korelasi antara Adversity Quotient dan tergolong kuat (rxy < 0,50).
Komitmen Kerja dengan Kreativitas Guru Hasil pengujian hipotesis parsial yang
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 dilakukan untuk mengetahui korelasi antara
(p<0,01), yang berarti bahwa hipotesis yang variabel Adversity Quotient dan Komitmen
diajukan dapat diterima. Nilai koefisien Kerja dengan Kreativitas Guru dapat diketahui
korelasi sebesar 0,673 menunjukkan bahwa pada rangkuman tabel berikut :

Tabel 5
Pengujian korelasi parsial
Variabel t test p
Adversity -1,196 0,238
Quotient
Komitmen 5,824 0,000
Kerja

Hasil uji korelasi parsial diketahui bahwa Hasil uji korelasi parsial diketahui bahwa
pada variabel Adversity Quotient dengan pada variabel Komitmen Kerja dengan
kreativitas guru memperoleh nilai t negatif (- Kreativitas Guru memperoleh nilai t positif
1,196), dengan nilai probabilitas lebih dari 5% (5,824), dengan nilai probabilitas kurang dari
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 5% (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
yang menyatakan ada hubungan positif antara hipotesis yang menyatakan ada hubungan
Adversity Quotient dengan Kreativitas pada Positif antara Komitmen kerja dengan
Guru SD kelas satu tidak dapat diterima. Kreativitas Guru dapat diterima.

DISKUSI
Berdasarkan penelitian tentang hubungan Kota Madya Ambon. Kemudian Analisis
antara Adversity Quotient dan Komitmen Regresi pada X2 terhadap Y didapati t test
Kerja dengan kreativitas guru SD di sebesar 5,824 dengan signifikansi sebesar
Kecamatan Teluk Ambon, diperoleh hasil 0,000 (p < 0,05). Hal ini menujukan bahwa ada
perhitungan Analisis Regresi pada X1 terhadap hubungan yang positif Signifikan antara
Y didapati t test sebesar -1,196 dengan Komitmen Kerja dengan Kreativitas Guru SD
signifikansi sebesar 0,235 (p < 0,05). Hal ini kelas SAtu di Kecamatan Teluk Ambon.
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan Dengan demikian, dinyatakan dalam penelitian
antara Adversity Quotient dengan kreativitas ini menolak H1 dan menerima Ho. Artinya
guru SD kelas satu di Kecamatan Teluk Ambon bahwa semakin tinggi Adversity Quotient guru
170
Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

SD kelas satu maka akan semakin rendah Karean dari hasil penelitian yang dilakukan
kreativitas mengajar guru SD tersebut namun pada populasi guru SD di Kota Ambon terdapat
terdapat hubungan yang positif signifikan pada hubungan yang negative antara adversity
Komitmen Kerja terhadap Kreatifitas guru Quotient dengan kreativitas guru yang artinya
artinya bahwa Adversity Quotient dan semakin adversity quotiennya rendah maka
Komitmen Kerja jika disatukan dapat semakin tinggi kreativitas seorang guru pada
mempengaruhi kreativitas Guru namun jika di populasi di Kecamatan Teluk Ambon kota
pisah secara partial Adversity Quotient tidak Ambon. Hal ini dapat dikatakan bahwa
berhubungan negative terhadap kreativitas pemahaman Adversity Quotien pada setiap
guru. daerah pun berbeda begitu juga pemahamannya
Hasil penelitian ini tidak mendukung terhadap Kreativitas yang mana hal ini lebih
penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Santoso kepada Kognisi seorang guru. Sedangkan
(2006) bahwa terdapat hubungan yang positif Komitmen kerja memberingan subangsi
signifikan antara Adversity Quotient dengan terhadap menignkatnya kreativitas guru karena
motivasi berprestasi karyawan dan juga dari hasil penelitian ini terdapat hubungan
penelitian yang dilakukan oleh Yochanan Sony positif yang signifikan terhadap kreativitas
(2011) bahwa terdapat hubungan yang positif guru.
signifikan antara adversity Quotient dengan Kreativitas guru yang dimaksudkan di
Kreativitas mengajar Guru SD. Namun dari sini adalah mengenai proses berfikir guru
hasil penelitian sbelumnya mendukung adanya tersebut. Dalam proses belajar mengajar guru
hubungan antara komitmen kerja dengan SD dituntut penyusunan rencana pembelajaran,
Kreativitas. Sementara menurut Simamora pelaksanaan interaksi belajar mengajar,
(2010) adanya hubungan yang positif penilaian prestasi belajar peserta didik,
signifikan antara motivasi berprestasi dengan pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
kreativitas pada mahasiswa. Sesuai dengan prestasi belajar prestasi didik, pengembangan
penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa profesi, pemahaman wawasan kependidikan,
Adversity Quotient dan Komitmen kerja penguasaan bahan kajian akademik.
berhubungan dengan kreativitas seseorang Seperti yang diutarakan Wijaya Rusyan
dalam hal ini kreativitas pada guru yang (dalam Khotimah, 2007) ada beberapa faktor
diproses dalam rana kognitif. yang mempengaruhi kreativitas seperti : iklim
Hasil penelitian ini juga tidak mendukung kerja, kerjasama, pemberian penghargaan dan
teori yang dikemukakan Stoltz (2000), dorongan semangat, perbedaan status,
mengenai efek dari Adversity quotieant pemberian kepercayaan kepada para guru,
terhadap kreativitas. Stoltz (2000) berpendapat menimpakan kewenangan yang cukup besar
bahwa semakin tinggi Adversity Quotient kepada para guru, pemberian kesempatan
seseorang maka semakin tinggi kreativitasnya. kepada para guru.

DAFTAR PUSTAKA Administrasi dan Manajemen.


Arikunto (2002). Prosedur Penelitian Suatu Bandung: Dewa Ruchi.
Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Binnewies, C., Ohly, S., & Niessen,.C. (2008).
Cipta. Age and Creativity at work : The
Asad, M. (2002). Psikologi Idustri. Edisi Interplay between Job Resources, Age
and Idea Creativity. Journal of
Revisi. Yogyakarta : Liberty.
Managerial Psychology. Vol.23. no
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. 4.2008.
Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset. Csikszentmihalyi, Mihaly. (1996). Creativity,
Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistika Flow and the Psychology of Discovery
dan Metode Penelitian untuk and Invention. New York:
HarperCollins Publ. Inc.

171
Julian H Weno, Andik Matulessy

Efendi, M. (2002). Analisis Pengaruh Faktor- Musanef. (1989). Sistem Pemerintahan Di


Faktor Lingkungan Kerja terhadap Indonesia. Cet. 3. Jakarta: CV Haji Masagung.
Kreativitas (studi Kasus Guru-Guru Neale,M.A dan Noertheraft, G.B, (1990)
SMU Kolese Loyola Semarang dan factors influencing organizational
SMU Negeri 1 Semarang). Tesis : tidak Commitment. Motivation and Works
diterbitkan. Behaviour. Singapore: McGraw-
Greenberg, J., & Baron, R.A. (1993). Behavior hill,inc.
in organizations: Understanding and Robbins. P.S.,(2002), Prinsip-prinsip Perlaku
managing the human side of work (5th Organisasi. Edisi kelima , Penerbit
Ed.), Upper Saddle River, NJ: Prentice Erlangga, Jakarta.
Hall. Robbins SP, dan Judge. (2007). Perilaku
Hadi, S. (2004). Metodologi Research jilid 1. Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Yogyakarta : Penerbit Andi. Rosita E.K (2009) komitmen terhadap
http://www.canboyz.co.cc/2010/05/. pekerjaan dan kinerja guru pembimbing
Pengertian-Definisi-Guru-adalah. di kabupaten bantul. Jurnal Penelitian
Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2014. dan Pengembangan Pemerintah Provinsi
http://www.alfurqon.or.id/component/content/a DIY, Vol. 1 No. 1, Tahun 2009
rticle/64-guru/58-tugas-dan-peran- Santoso, A. S. (2007). Hubungan antara
guru. Diunduh pada tanggal 23 Okotber Adversity Quotient dengan Motivasi
2014 Berprestasi Karyawan Bagian Produksi
http://secretamong.blogspot.com/2010/06/. Perusahaan Cetak dan Sablon SAE
Kreativitas-Guru. Diunduh pada tanggal Surakarta. Skripsi : Universitas Kristen
23 Mei 2014 Satya Wacana
http:// www.presidenri.go.id. FDokumenUU. Schultz, Duane. P., Schultz, Sydney Ellen.
Peraturan Pemerintah No 2019 Tahun (1990). Psychology And Industry
2005 tentang Standar Nasional Today (An Introduction To Industrial
Pendidikan. Diunduh tanggal 24 And Organizational Psychology 5th
Oktober 2014 Edition). New York : Macmillan
http://edukasi.kompas.com, 07 desember 2012. Publishing Company.
http://id.wikipedia.org/Masyarakat/Maluku Semiawan. C, A. S. Munandar, S. C. U.
Masyarakat Ambon. Diunduh tanggal, Munandar, 1987. Memupuk Bakat dan
12 September 2014. Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.
http://www.ambon.go.id/dinas-pendidikan Jakarta : PT. Gramedia
daftar sekolah Dasar di kota Ambon. Simamora, E. S. (2010). Pengaruh Pola Asuh
Diunduh tanggal, 12 September 2014. Otoritatif dan Motivasi Berprestasi
Jewel, L.N, dan Siegel Marc, (1998), Psikologi terhadap Kreativitas Mahasiswa. Tesis
Industri/Organisasi Modern, : (tidak diterbitkan). Universitas Kristen
Penerjemah, A Hadyana Pudjaatmaka Satya Wacana.
dan Maetasari, Penerbit Archan, Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient. Jakarta
Jakarta. : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kaoru Yamamoto (1963) Relationships Spector, P. E., (2000). Industrial and
between Creative Thinking Abilities of Organizational Psychology Research
Teachers and Achievement and and Practice (second edition). New
Adjustment of Pupils The Journal of York : Jhon Wily & Sons, Inc.
Experimental Education, Vol. 32, No. Sugiyono. (1999). Statistika Untuk Penelitian,
1 (Fall, 1963), pp. 3-25. cetakan ke-2. Bandung: Alfabeta.
Munandar, S.C.Utami. (2002). Kreativitas & Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Kuantitatif Kualitatif . Bandung:
Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta : Alfabeta.
Gramedia Pustaka Utama.

172
Adversity Quotient, Komitmen Kerja dan Kreativitas Guru SD Kelas satu

Soewondo. (2003). Standar Kompetensi Guru Psychological Association, Vol. 67, No. 2,
SLB, SD, SMP, SMU. Jakarta : p: 101110
Departemen Pendidikan Nasional. Miga, EM, Gdula, JA & Allen, JP (2011).
Suharnan. (2002). Skala C.O.R.E. Sebagai Fighting Fair: Adaptive Marital
Alternative Mengukur Kreativitas: ConflictStrategies as Predictors of Future
suatu pendekatan kepriadian. Anima, AdolescentPeer and Romantic
Indonesia Psychological journal volume Relationship Quality.Social Development
18 nomor 1. Hal : 36-56 Jombang : Journal. Vol.4, isuue:8, p: 1-19
fakultas psikologi Universitas Darul Moen, D.A (2011). Newlywed to Established
Umum. Marriage: A Longitudinal Study of Early
Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi Risk and Protective Factors that
Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada InfluenceMarital Satisfaction.All Graduate
Sukarno, Gendut dan Prasetyohadi. (2004). Theses and Dissertations. Paper 1127,
Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan diambil dari: Utah State University,
Komitmen Organisasi terhadap diambil dari:
Semangat Kerja Pegawai. Ventura Vol. http://digitalcommons.usu.edu/etd/1127
7 No. 3, Desember. Mubarok, Ahmad. (2004).Psikologi Keluarga:
S. Chan & M. Yuen (2014) Personal and Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga
environmental factors affecting Bangsa, Jakarta: PT Bina Rena Pariwana
teacherscreativity-fostering practices in Ngozi, O-Peter, N & Stella, A (2013). The
Hong Kong - Faktor personal dan Impact of Marital Conflicts on the
lingkungan yang mempengaruhi PsychosocialAdjustment of Adolescents in
kreativitas-mendorong praktik guru di Lagos Metropolis, Nigeria.Journal of
Hong Kong. Jurnal Thinking Skills and Emerging Trends in Educational Research
Creativity 12 (2014) 6977 and Policy Studies (JETERAPS),Vol: 4(2),
Usman, H & Akbar, P. S. (1996). Metodologi p: 320-326
Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Papalia, D. E., S. W., & Feldman, R.D. (2004).
Aksara. Human development. (9th ed). USA: Mc
Wahyuni, S., 2011, Biogas Energi Terbarukan Graw-Hilll Companies, Inc.
Ramah Lingkungan dan Parker . JA, Mandleco, B, Olsen., Roper S,
Berkelanjutan, Ringkasan Makalah, Freeborn D, &Dyches TT. (2011).
Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional Religiosity, spirituality, and marital
(KIPNAS), Jakarta. relationships of parents raising a typically
Yochanan S. (2011). Hubungan antara developing child or a child with a
Adversity Quotien dan kreativitas disability.Journal of Family
mengajar guru SD kelas satu kecamatan Nursing February 2011 17:82-104
adipala kabupaten Cilacap. Skripsi (tidak Parks, AC., & Dinners, RB (2012).Past,
diterbitkan). Universitas Kristen Satya Present, and FutureTo appear in Bridging
Wacana (2013). Dispositional Optimism Acceptance and Commitment Therapy and
and Marital Adjustment.Family Sciences. Positive Psychology:A Practitionerss
Paper 7.University of Kentucky, Guide to a Unifying Framework. Journal
Knowledge diambil dari: of Couple and Relationship Therapy, Vol.
http://uknowledge.uky.edu/hes_etds/7 5, p:1-26.
Maramis, W.F. & Yuwana, T.A. Pradipta, M dan Prihanto, S (2011). Newlywed
(2003).Dinamika Perkawinan Masa Kini. Couples Marital Adjustment.Anima,
Malang: Penerbit Diana Indonesian Psychological Journal.Vol. 26,
McNulty , J.K & Fincham, F.D (2011). No. 3, 214-219
Beyond Positive Psychology?Toward a Pujiastuti, E., dan Retnowati, S
Contextual View of Psychological (2004).Kepuasan Pernikahan dengan
Processes and Well-Being.American Depresi pada Kelompok Wanita Menikah

173
Julian H Weno, Andik Matulessy

yang Bekerja dan yang Tidak When Coping with a Family Member's
Bekerja.Humanitas Indonesian Illness.Journal of Counseling and
Psychological Journal. Vol. p: 1: 1-9. Development. Vol. 88, No. 4
Robila, M & Krishnakumar, K (2005).Effects Suryabrata, S (2005). Pengembangan alat ukur
of Economic Pressure on Marital Conflict Psikologis. Yogyakarta: penerbit Andi
in Romania.Journal of Family Waite, L.J. & Gallagher, M. (2003). Selamat
Psychology.Vol. 19, No. 2, p: 246251 menempuh hidup baru: Manfaat
Rowatt, G.W. & Rowatt, M.J. (1992).Bila perkawinan dari segi kesehatan,
suami-istri bekerja. Yogyakarta: Kanisius psikologi, seksual, dan keuangan. (alih
Rzer, J (2011). Subjective well-being bahasa: Eva Yulia Nukman). Bandung:
andnational income inequality:Who are Mizan Media Utama.
hurt and when?. Research Master Social Wrosch. C., Amir.E, dan Miller, G.E. (2011).
and Cultural Science, Thesis.Radboud Goal adjustment capacities, coping, and
University Nijmegen. subjective well-being: the sample case of
Sadarjoen, S.S (2005). Konflik caregiving for a family member with
marital.Pemahaman konseptual, aktual, mental illness. Journal of Personality and
dan alternatif solusinya.Bandung: PT Social Psycholpgy. 2011 May;100(5):934-
Refika Aditama. 46.
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development: Yanuarti, D& Sriningsih (2012), Penyesuaian
Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5, Jilid diri terhadap konflik perkawinan pada
1, alih bahasa, Juda Damanik & Ahmad suami atau istri bekerja.Insight Psychology
Chusairi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Journal, Vol. 2, hal: 142-152
Schmidt, C.K.,danWelsh, A.C. (2010). College
Adjustment and Subjective Well-Being

174

You might also like