Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Online Jurnal of Natural Science, Vol.

2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950


Agustus 2013

KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN RITUAL SUKU TAJIO DI DESA KASIMBAR


KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Rahyuni1, Eny Yniati2, Ramadhanil Pitopang1*
1
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117

ABSTRACT
Ethnobotanic Study of Tajio Tribe Ritual Plants at Kasimbar Village, Parigi Moutong Regency was
conducted from December 2012 until February 2013. The objective of this study was to know kinds of
plants, meaning of them, and ways of taking advance of them by people of Tajio tribe. The research
methods used were the combination between qualitative methods. They were observation, moderaate
participatory, purposive sampling and snowball sampling, and 102 items of questionnaire for respondents.
The plants were used for tradition ritual on Tajio tribe like wedding, house building, rice planting, birth
and religious events. The result showed that based on the habitat, there were 7 species of trees, 3 clusters
of clumps, 11 clusters of bushes, 16 categorized herbs and 4 kinds of categorzed lily used for the
traditional ritual. In addition, based on parts of the plants, there were 8 species of roots, 15 species of
stems, 15 species of leaves, 11 species of fruit, 5 species of flowers, 4 species of seeds, 3 species of tubers
and 2 species of plant players.

Keywords : Ethnobotanic, Ritual Plants, Peole of Tajio Tribe.

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Kajian Etnobotani Tumbuhan Ritual Suku Tajio Di Desa
Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Februari 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan, makna tumbuhan dan bagaimana cara
pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat suku Tajio. Metode yang dilakukan merupakan gabungan
metode kualitatif dan kuantitatif yaitu berupa observasi Partisipatif moderat, Purposive sampling dan
Snowball sampling, dengan menggunakan 102 angket responden.Tumbuhan digunakan dalam ritual adat
seperti ritual pernikahan, mendirikan bangunan, bercocok tanam, kelahiran dan patama. Hasilnya
menunjukan berdasarkan habitus tumbuhan dimanfaatkan 7 jenis pohon, 3 kelompok perdu, 11 kelompok
semak, 16 tergolong herba dan 4 jenis tergolong liana. Berdasarkan bagian organ tumbuhan yang
digunakan adalah: akar (8 jenis), batang (15), daun (15), buah (11), bunga (5), biji (4), umbi (3) dan
pelepah (2).

Kata Kunci :Etnobotani, Tumbuhan Ritual, Masyarakat Suku Tajio.

Corresponding author : rahyuni_masauda@yahoo.com


46
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

I. PENDAHULUAN diri terhadap kebudayaan sendiri akan


mengakibatkan mereka meninggalkan pola
Salah satu ciri budaya masyarakat di
hidup tradisional dan lebih tertarik pada
negara berkembang adalah masih
produk-produk diluar wilayah budayanya
dominannya unsur-unsur tradisional
(Attamimi,1997 : Sirat dkk., 1990). Salah
dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini
satu unsur kebudayaan daerah yang
didukung oleh keanekaragaman hayati
bersifat universal adalah unsur yang
yang terhimpun dalam berbagai tipe
berkenan dengan upacara adat pada suatu
ekosistem yang pemanfaatannya telah
daerah. Tiap daerah tersebut memiliki
mengalami sejarah panjang sebagai bagian
berbagai macam acara ataupun ritual-ritual
dari kebudayaan. Hubungan antara
dalam kebudayaan mereka masing-masing
manusia dengan lingkungannya ditentukan
(Sundari, 2011 :Hasairin dan Hasanah,
oleh kebudayaan setempat sebagai
1994).
pengetahuan yang diyakini serta menjadi
Lingkungan budaya masyarakat
sumber sistem nilai.Sistem pengetahuan
tradisional kaya akan kearifan lokal,
yang dimiliki masyarakat secara
namun belum banyak diungkap bagaimana
tradisional merupakan salah satu bagian
kearifan ini tumbuh dan terpelihara dalam
dari kebudayaan suku bangsa asli dan
kehidupan masyarakat tersebut.
petani pedesaan (Rahayu, dkk.,2006 :
MenurutPurwanto, (1999) :Handyani
Ikatan Pustakawan Indonesia, 1995).
(2003),diperlukan upaya penggalian adat
Semakin meningkatnya
istiadat dan budaya untuk memperkuat
perkembangan ilmu pengetahuan,
basis masyarakat dalam menjaga
teknologi, dan ekonomi ditanah air
kebudayaan mereka. Akan tetapi sejalan
mengakibatkan generasi muda anak bangsa
dengan perkembangan waktu dan budaya
Indonesia secara umum tidak lagi tertarik
moderen, kekayaan leluhur ini semakin
pada seni dan pengetahuan
ditinggalkan dan dilupakan.Budaya
tradisional.Ilmu ini dianggap sudah tidak
tradisional yang disinyalir banyak
laku lagi dizaman globalisasiini (Sundari,
memiliki kearifan lingkungan telah
2011). Perkembangan teknologi dan
mengalami erosi yang dahsyat, sehingga
pesatnya peningkatan taraf pendidikan
sebagian besar dari generasi sekarang
masyarakat akan cenderung menjadikan
sudah tidak mengetahui dan tak peduli lagi
generasi muda memandang kebudayaan
dengan warisan leluhur tersebut.
leluhur mereka sebagai ciri dari
masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


47
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

Salah satu suku yang masih hari informan seperti berkebun dan ikut
memegang teguh budaya adat yaitu suku serta dalam rapat adat, namun tidak
Tajio, sebagian besar terdapat di desa mengikuti seluruh kegiatan penduduk
Kasimbar, sampai saat ini masih secara keseluruhan. Pada tahap ini juga
melakukan upacara adat ritual dalam dilakukan wawancara terbuka.Teknik
keseharian.Namun secara etnobotani pemilihan informan yang digunakan dalam
belum diketahui jenis-jenis tumbuhan yang observasi awal ini adalah metodePurposive
digunakan dalam upacara adat ritual sampling yaitu teknik pemilihan informan
tersebut, sehingga perlu dilakukan dengan pertimbangan tertentu, dalam hal
penelitian mengenai jenis-jenis tumbuhan ini orang yang dianggap paling tahu
yang digunakan dalam upacara adat ritual. tentang tumbuhan ritual. Tokoh yang
dipilih melalui metode ini untuk
II. METODOLOGI PENELITIAN
diwawancarai adalah kepala adat dan
Penelitian ini dilaksanakan dari sando (dukun).Melalui observasi awal ini
bulan Desember 2012 sampai Februari diketahui data-data calon informan untuk
2013 di desa Kasimbar kecamatan tahap selanjutnya yang layak
Kasimbar kabupaten Parigi Moutong. diwawancarai berdasarkan rekomendasi
Adapun alat yang digunakan kepala adat dan sando (Sugiyono, 2007).
dalam penelitian ini adalah, alat tulis, Setelah observasi awal, dilakukan
plastik nener, label gantung, karung, penelitian kuantitatif yaitu pengumpulan
parang dan kamera.Sedangkan bahan yang data tentang tumbuhan ritual kepada
digunakan yaitu spritus dan tumbuhan- penduduk dengan cara wawancara semi
tumbuhan dari lapangan. terstruktur (Martin, 1995). Pemilihan
informan pada tahap wawancara ini
2.1 Teknik Pengambilan Sampel
dilakukan dengan metoda snowball
Secara garis besar metode yang sampling yaitu teknik pemilihan informan
dilakukan pada penelitian ini merupakan berdasarkan rekomendasi informan
gabungan metode penelitian kualitatif dan kunci.Informasi tentang calon informan
penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif berikutnya didapat dari informan
dilakukan dengan cara observasi. Jenis sebelumnya (Sugiyono, 2007).Setelah
observasi yang dilakukan adalah observasi pengumpulan data, dilakukan
Partisipatif moderat dimana peneliti pengumpulan spesimen tumbuhan yang
terlibat dalam beberapa kegiatan sehari- diambil langsung di lokasi tumbuhnya

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


48
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

dengan dibantu oleh seorang informan pelamaran dengan membawa bahan-bahan


kunci. Spesimen difoto dan diidentifikasi. makanan yaitu beras (Oryza sativa), beras
ketan (Oryza sativa var. glutinosa), sagu
III. HASIL DAN PEMBHASAN (Metroxylon sagu), kacang hijau (Vigna
radiata), kopi (Coffea arabica L.),
3.1 Jenis-jenis Tumbuhan Ritual
teulingka (Cocos nucifera) serta bahan-
No Habitus Jumlah
bahan yang dianggap perlu.
1. Pohon 6
2. Perdu 3
3.2.2 Antar Belanja/Pelamaran
3. Semak 12
4. Herba 16 Setelah kegiatan mombare jalang
5. Liana 4 beberapa hari kemudian pihak laki-laki
Jumlah 41 datang lagi kerumah pihak perempuan
Tabel1. Habitus tumbuhan yang digunakan dalam ritual adat
oleh masyarakat suku Tajio di desa Kasimbar dengan tujuan melamar.Pada saat
pelamaran inilah keluarga dari kedua pihak
No Organ Jumlah calon pengantin membicarakan tentang
1. Akar 8 mahar (berapa permintaan dari pihak
2. Batang 15 perempuan dan berapa kemampuan dari
3. Daun 18
4. Bunga 5 pihak laki-laki).
5. Buah 14
6. Biji 4 3.2.3 Pongeme (Malam pacar)
7. Umbi 3
8 Pelepah 3 Pongeme merupakan adat yang
Jumlah 70 dilakukan sebelum akad nikah, tumbuhan
Tabel 2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam adat ritual oleh yang digunakan yaitu Lontibi (Lawsonia
masyarakat suku Tajio di desa Kasimbar
inermis), tumbuhan ini digunakan dengan

3.2 Adat Pernikahan cara dihancurkan dan diletakkan secara

Untuk ritual pernikahanyang teratur diatas telapak tangan, jari-jari (dari

dilakukan oleh masyarakat suku Tajio, ibu jari sampai dengan kelingking), di

terdapat beberapa tahap kegiatan yaitu : punggung tangan, telapak kaki dan atas
kaki calon pengantin laki-laki dan
3.2.1 Mombare Jalang (buka jalan) perempuan. Adapun cara penggunaan
Mombare jalang merupakan adat tumbuhan ini yaitu keluarga dari pihak
pembuka jalan dimana pihak laki-laki laki-laki memasangkan lontibi (L. inermis)
berkunjung ke rumah pihak perempuan tersebut pada tubuh calon pengantin laki-
untuk membicarakan tentang proses laki, begitupula keluarga pihak perempuan

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


49
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

juga memasangkan lontibi (L. inermis) masyarakat yang termasuk dalam


pada tubuh calon pengantin perempuan. keturunanbangsawanlah yang boleh
Selain lontibi ada tumbuhan lain yang menggunakannya, namun apabila berstatus
digunakan sebagai pendamping yaitu biasa dan bukan dari keturunan bangsawan
kapas (Gossypium obtusifolium) maka lanjara yang digunakan terbuat dari
digulungkan dengan buah jarak (Jatropha bambu biasa (Bambusa ). Disekeliling
curcas L.) yang telah dihancurkan dan lanjara tersebut diapitkan beberapa
dibentuk seperti lilin (dalam masyarakat tumbuhan,yaitu pisang (Musa spp.), kelapa
Tajio dikenal dengan Taru) selain itu ada (C. nucifera), tofu (Saccharum
buah pinang (Areca catechu), officinarum) dan tavang (Cordylena
buah sirih (Piper betle L.) dan gambir fruticosa).
yang ditempatkan pada nampan (baki
3.2.5 Paende (silaturahmi)
kecil) yang didalamnya sudah terdapat
Paende merupakan kunjungan pihak
beras (O. sativa).
pengantin perempuan ke rumah pihak
3.2.4 Akad Nikah laki-laki. Pada saat kunjungan ini kedua
Ngunjak to nadal (menginjak batu pengantin disuguhkan makanan, makanan
keras), dimana calon pengantin laki-laki tersebut yaitu satu piring nasi putih, ikan
sebelum memasuki rumah harus rebus, beberapa buah cabe (Piper nigrum)
menginjak nampan besar yang berisikan tanpa ditumbuk, satu mangkok sup ubi
tavang (Cordyline fruticosa), jalar (Ipomea batatas) yang komposisinya
simaguri (Sida rhombifolia), mayana terdiri dari bawang merah (Alium cepa),
(Plectaranthus scutellariodies), buah cabe rawit (Capsicum frutescens L.), buah
pinang (A. catechu), siranindi (Kalanchoe tomat (Solanum lycopersicum L.), asam
pinnata), besi dan batu yang dinamakan jawa (Tamarindus indica L.) dan kunyit
adat ngunjak to nadal. (Curcuma longa) kemudian satu gelas air
Lanjara yaitu gerbang kecil yang putih.
bahan utamanya terbuat dari bambu
3.2.6 Salama boting/ Ndis boting
kuning (Bambusa vulgaris Schard) yang
(selamat pengantin)
dianyam dan diletakkan didepan pintu
Tiga hari setelah akad nikah kedua
rumah pengantin perempuan, pada suku
pengantin mengadakan syukuran sebagai
Tajio semua orang menggunakan lanjara
rasa syukur atas selesainya acara
akan tetapi tidak semua menggunakan
pernikahan. Pada acara salama boting
bambu kuning untuk membuatnya hanya

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


50
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

(selamat pengantin), pengantin dimandikan pemanfaatannya yaitu tumbuhan tersebut


dengan air yang bercampur dengan bunga- dikumpul dan diikat dengan menggunakan
bunga yakni mawar (Rosa hybrida), bunga kain putih kemudian diikat pada tiang
kertas (Bougainvillea glabra Choisy), tengah rumah yang merupakan tiang raja
bunga kamboja pohon (Plumeria kemudian diapitkan lagi satu buah kelapa
acuminata) serta daun-daun wangi yaitu bertunas (C. nucifera) dan satu tandan
daun pandan (Pandanus pisang (Musa spp.).
amaryllifolius), jeruk (Citrus citrifolia)
3.4 Adat bercocok tanam/menanam
dan tumbuhan daulolo (Plectranthus
padi
sp.), Adapun cara pemanfaatan bunga-
3.4.1 Monafupae (Menanam padi)
bunga dan beberapa macam daun wangi Monafu tepae merupakan adat
tersebut yaitu dengan cara dipotong kecil- menanam padi (Oriza sativa) adapun
kecil dan dicampurkan kedalam air yang tumbuhan yang digunakan antara lain
nantinya akan dimandikan kepada kedua tavang (Cordyline fruticosa), siranindi
pengantin. Kedua pengantin tersebut (Kalanchoe pinnata), bomban (Donax
dimandikan dengan posisi duduk di atas canniformis) dan teumbuk labia atau ujung
kelapa (C. nucifera) yang masih mentah pelepah sagu (M. sagu) ditanam ditengah
sebanyak satu tandan kemudian tubuh lahan yang ditunjuk oleh sando nupae
kedua pengantin dilingkar dengan benang (dukun). Adapun cara penggunaanya yaitu
yang diambil dari serat daun nenas matamanuk (tujuh pohon padi) tersebut
(Ananas comosus) adapun cara ditanam ditengah sawah secara melingkar
pengambilan serat nenas tersebut yaitu kemudian di dalam lingkaran matamanuk
dengan cara daun nenas dikeruk sampai di tanamkan lagi teumbuk labia atau ujung
seratnya terlihat kemudian serat itulah
pelepah sagu (M. sagu), tavang (C
yang dimanfaatkan sebagai benang. fruticosa), tumbuhan bomban (D.
canniformis) dan siranindi (Kalanchoe
3.3 Adat mendirikan angunan/rumah
pinnata).
Dalam adat mendirikan bangunan
3.4.2 Mupu pae (panen padi)
atau rumah, masyarakat suku Tajio di desa
Sebelum memanen padi mayarakat
Kasimbar menggunakan beberapa jenis
suku Tajio melakukan adat yang dikanal
tumbuhan yaitu siranindi (Kalanchoe
dengan monapa tepae yaitu memanggang
pinata), adombuu (Justicia gandarussa
atau membakar padi menggunakan tegali
Brum. f.), surampan (Eleusine indica),
(Dianella sp.), dimana padi (O. sativa)
tavang (Cordyline fruticosa).Cara

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


51
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

tersebut diambil beberapa pohon kemudian dolupang (Urena lobata), pada saat
dipanggang menggunakan akar dari bersalin sando anak atau dukun bayi sudah
tumbuhan tegali (Dianella sp.) selama tiga menyiapkan tambulelas atau kulit batang
hari berturut-turut setiap pagi dan sore hari bambu (Bambusa sp.) dibentuk seperti
setelah itu barulah padi dipanen. pisau yang digunakan untuk memotong tali
pusar bayi untuk memotong tali pusar dan
3.5 Adat Kelahiran
buah merica berjumlah 3 buah (Piper
3.5.1 Bongkoli (Hamil tujuh bulan)
nigrum) digulungkan pada tali pusar bayi.
Bongkoli merupakan adat mengikat
Setelah itu apabila selesai bersalin, ayah
kandungan dengan menggunakan bongkol
dari bayi mengambil ari-ari atau plasenta
(rantai) yang bertujuan untuk
dari bayi tersebut untuk dibersihkan dan
mempertahankan bayi dalam kandungan,
dimasukkan kedalam tempurung kelapa
bahan utama dari bongkol atau rantai yang
(C. nucifera) adapun tujuannya agar
mereka gunakan terbuat dari beberapa
plasenta tersimpan rapi, kemudian
jenis tumbuhan yaitu nenas (Ananas
tempurung kelapa yang berisikan plasenta
comosus), kunyit (Curcuma longa ) dan
dimasukkan bahan lain yaitu, gabah (O.
tumbuhan polias (Coix lacryma-jobi).
sativa), cabe (Capsicum frutescens L.).
Adapun cara pemanfaatannya antara lain
beberapa jenis tumbuhan tersebut dianyam 3.5.3 Gunting rambut
dan dijadikan bongkol (rantai) kemudian Adat ini merupakan inti dari adat
dipasangkan pada perut wanita yang telah kelahiran oleh masyarakat suku Tajio,
mengandung, tali bongkol (rantai) tersebut tumbuhan yang digunakan antara lain
terbuat dari benang yang diambil dari serat kelapa muda (Cocos nucifera) yang telah
daun nenas (Ananas comosus) yang dilubangi kemudian kelapa tersebut
dilumuri dengan kunyit (Curcuma longa), disimpan diatas baki (nampan) yang berisi
kemudian benang tersebut dimasukkan beras (O sativa), siranindi (K. pinata),
buah polias (Coix lacryma-jobi) sebanyak taru yaitu kapas (Gossyphium
tujuh buah dan satu buah Botiga (potongan obtusifolium) digulungkan dengan biji
emas). buah jarak (J. curcas L.) yang ditumbuk
dan dijadikan seperti lilin, air satu gelas,
3.5.2 Kelahiran
sirih (P. betle), tavang (Cordyline
Beberapa hari sebelum bersalin
fruticosa). Orang yang ikut menghadiri
calon ibu dengan rutin menggosokkan
proses potong rambut diberikan buah
perutnya dengan menggunakan tanaman
pisang (Musa spp.) dan bunga pinang atau

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


52
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

dalam bahasa Tajio Bureve ngulugus (A. buah jarak pagar (Jatropa curcas L.)
catechu). Setelah selesai, buah kelapa (C. sebagai penerang, satu butir telur dan satu
nucifera) yang berisi rambut si bayi di ikat buah silet.
dengan rotan (Calamus inops) kemudian
IV. SIMPULAN
digantung di atas rumah agar nantinya
Berdasarkan hasil pengamatan dan
anak tersebut memiliki cita-cita yang
pembahasan dapat disimpulkan bahwa,
tinggi.
Didapatkan tumbuhan sebanyak 41
3.6 Adat patama (Khatam Al-Quran) spesies, dari 39 genus dan 63 famili yang
digunakan dalam ritual adat. Hasilnya
Patama atau Khatam Al-Quran
menunjukan berdasarkan habitus
merupakan selamat Al-Quran yang biasa
tumbuhan dimanfaatkan 7 jenis pohon, 3
dilakukan oleh sebagian umat islam ketika
kelompok perdu, 11 kelompok semak, 16
bacaan Al-Quran selesai. Sebelum
tergolong herba dan 4 jenis tergolong
membaca AL-Quran orang-orang yang
liana. Berdasarkan bagian organ tumbuhan
akan melakukan Khatam dimandikan
yang digunakan adalah: akar 8 jenis,
terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan
batang 15, daun 15, buah 11, bunga 5, biji
air bersih yang telah dicampurkan dengan
4, umbi 3 dan pelepah 2. Pemanfaatan
beberapa jenis tumbuhan, yaitu daun
tumbuhan ritual untuk masyarakat suku
pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb),
Tajio yaitu dengan cara dihancurkan,
daulolo (Plectranthus labiatae) dan bunga
direndam, dikeruk, digantung dan lain-
kamboja (Plumeria acuminata). Pada saat
lain.
melakukan khatam juga disiapkan nampan
kecil sebagai pelengkap ritual dimana pada
V. SARAN
nampantersebut terdapat gula merah yang
Penelitian ini merupakan penelitian
bahan utamanya terbuat dari tumbuhan
yang mengkaji jenis-jenis tumbuhan yang
aren (Arenga pinata), buah sirih (Piper
digunakan dalam ritual adat pada suku
betle L.) sebagai penunjuk huruf saat
Tajio, oleh karena itu diharapkan untuk
membaca Al-Quran, buah pinang (Areca
instansi terkait agar tetap melestarikan adat
catechu), tumbuhan tavang (Cordyline
tersebut.
fruticosa), tumbuhan surampan (Eleusin
indica) buah pisang (Musa spp.), lilin yang VI. UCAPAN TERIMAKASIH
terbuat dari kapas (Gossypium Terima kasih penulis ucapkan
obtusifolium) yang digulungkan bersama kepada Sdr Sahlan. S,Si dan Sdr. Nofri

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


53
Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): 46-54 ISSN: 2338-0950
Agustus 2013

Arianto S.Si atas bantuan dan Rahayu dkk., 2006, Pemanfaatan


Tumbuhan Obat secara
kerjasamanya selama kegiatan identifikasi
Tradisional oleh Masyarakat Lokal
sampel penelitian di UPT Sumber Daya di Pulau Wawonii, Sulawesi
Tenggara, Herbarium
Hayati Sulawesi.
Bogoriense, Bidang Botani, Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
VII. DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Bogor.
Attamimi, F., 1997, Pengetahuan
Masyarakat Suku Mooi Tentang
Sirat, M.E., Djaenuderadjat dan Budiono,
Pemanfaatan Sumber Daya Nabati
1990, Pengobatan tradisional
di Dusun Maibo Desa Aimas
padamasyarakat pedesaan daerah
Kabupaten Sorong, Skripsi Sarjana
lampung,Eds Nurana dan Ahmad
Kehutanan Jurusan Kehutanan
Yunus, Depdikbud.
Fakultas Pertanian Universitas
Dirjen.Kebudayaan Direktorat
Cenderawasih Manokwari.
Sejarah dan Nilai Tradisional
Proyek Inventarisasi dan
Handayani, 2003, Rahasia Ramuan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah
Tradisional Madura dalam Sehat
Lampung.
dan Cantikdengan ramuan
tradisional, Agromedia Pustaka, Sugiyono, 2007, Memahami Penelitian
Jakarta. Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Hasairin, A. dan Hasanah U., 1994,
Sundari, W.S., 2011.Perbandingan
Etnobotani Rompayan Suku Batak
Etnobotani Upacara Adat Batagak
Angkola dan Mandailing. Jurusan
Panghulu Masyarakat
Biologi FMIPA, IKIP Medan.
Minangkabau Di Sumatera
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), 1995, Barat.Jurusan Biologi,Fakultas
Prosiding Seminar Lokakarya Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Nasional Etnobotani II, Pustlitbang Alam Universitas Andalas. Padang.
Biologi LIPI Fakultas Biologi
UGM, Jakarta.
Martin, G.J, 1995, Ethnobotany, A People
and Plants Conservation
Manual.Chapman and Hall,
London.

Purwanto, Y., 1999, Peran dan Peluang


Etnobotani Masa Kini Di
Indonesia Dalam Menunjang
Upaya Konservasi Dan
Pengembangan Keanekaragaman
Hayati, Prosiding Seminar Hasil-
Hasil Penelitian Bidang Ilmu
Hayat, Laboratorium Etnobotani-
Puslitbang Biologi-LIPI,Bogor.

Kajian Etnobotani (Rahyuni dkk)


54

You might also like