Keyword: Avian Influenza A Virus Infections of Humans, (Online) Diakses Dari

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Tema : Pengelolaan Flu Burung

Keyword

Flu burung Avian influenza virus AIV


Influenza tipe A H5N1 history of H5N1
Penyebaran flu burung avian influenza transmission H5N1 transmission
Infeksi flu burung H5N1 infection
Pencegahan flu burung avian influenza prevention
Vaksinasi unggas Poltry vaccination vaccine H5N2
Gejala flu burung avian influenza symptoms
Flu burung pada manusia avian influenza in human
Pengobatan flu burung penanganan flu burung avian influenza medication

Search engine

http://scholar.google.co.id/

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

http://www.cochrane.org/

http://oxfordjournals.org/

http://www.cdc.gov/

Refferences

CDC, 2015. CDC - Avian Influenza (Flu) | http://www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/avian-


Avian Influenza A Virus Infections of flu-humans.htm
Humans, [online] Diakses dari:
http://www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/avian-
flu-humans.htm [Diakses pada 15 September
2015].
http://www.cdc.gov/flu/avianflu/prevention.ht
CDC, 2015. Prevention and Treatment of m
Avian Influenza A Viruses in People | Avian
Influenza (Flu), [online] Diakses dari:
http://www.cdc.gov/flu/avianflu/prevention.h
tm [Diakses pada 15 September 2015].

Guan, Y. dan Smith, G., 2013. The http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM


emergence and diversification of panzootic C4017639/
H5N1 influenza viruses. Virus Research,
[online] Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC4017639/ [Diakses pada 14 September
2015].
Naipospos, T. S. P., 2006. Perangi Flu http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/inovasi/
Burung dengan Vaksinasi Unggas. Artikel kl060429.pdf
Kompas Gramedia edisi 24, [online] Diakses
dari:
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/inovasi/
kl060429.pdf [Diakses pada 14 September
2015].

Radji, M., 2006. Avian Influenza A (H5N1) : http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/vi


Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran ewArticle/1160
pada Manusia. Open Journal Systems,
[online] Diakses dari:
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/vi
ewArticle/1160 [Diakses pada 14 September
2015].

Santibaez, S., Fiore, A., Merlin, T. dan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM


Redd, S., 2009. A Primer on Strategies for C4504386/
Prevention and Control of Seasonal and
Pandemic Influenza. Am J Public Health,
[online] Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC4504386/ [Diakses pada 15 September
2015].

Schrauwen, E. dan Fouchier, R., 2014. Host http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM


adaptation and transmission of influenza A C3944123/
viruses in mammals. Emerg Microbes Infect,
[online] Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC3944123/ [Diakses pada 14 September
2015].

WHO, 2013. Influenza at the human-animal http://www.who.int/influenza/human_animal


interface, [online] Diakses dari: _interface/Influenza_Summary_IRA_HA_int
http://www.who.int/influenza/human_animal erface_7October13.pdf
_interface/Influenza_Summary_IRA_HA_int
erface_7October13.pdf [Diakses pada 14
September 2015].

Ypma, et al., 2012. Genetic Data Provide http://jid.oxfordjournals.org/content/207/5/73


Evidence for Wind-Mediated Transmission of 0.full?
Highly Pathogenic Avian Influenza. Journal maxtoshow=&hits=10&RESULTFORMAT=
Infectious Diseases, [online] Diakses dari: &fulltext=avian+influenza&searchid=1&FIR
http://jid.oxfordjournals.org/content/207/5/73 STINDEX=0&resourcetype=HWCIT
0.full?
maxtoshow=&hits=10&RESULTFORMAT=
&fulltext=avian+influenza&searchid=1&FIR
STINDEX=0&resourcetype=HWCIT
[Diakses pada 14 September 2015].

Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Virus H5N1

Flu burung atau avian influenza, pasti sudah sering didengar baik di televisi maupun media
lainnya. Penyakit menular dan mematikan ini ditularkan dari unggas. Berita tentang infeksi
virusnya sempat menggemparkan Indonesia bahkan dunia. Banyak penderita yang terkena
virus ini meninggal dengan tiba-tiba karena terlambat diketahui sebelumnya bahwa ia
terinfeksi virus flu burung.

Diantara beberapa subtipe flu burung, H5N1 adalah yang paling patogen. Pada awal
kemunculannya di tahun 1997, virus H5N1 sudah mengakibatkan 6 dari 18 orang yang
terjangkit flu burung di Hongkong meninggal dunia (Radji, 2006). Berbagai upaya dilakukan
untuk menangani wabah flu burung beberapa tahun belakangan.

Penyebaran virus ini tergolong cepat. Dalam kurun waktu 10 tahun, yakni dari tahun 2003
hingga 2013, terdapat 380 orang dari 15 negara yang meninggal karena terinfeksi virus flu
burung H5N1 dengan Kamboja dan Indonesia sebagai negara yang paling banyak penderita
terinfeksi (WHO, 2013). Indonesia menyumbang angka yang besar dalam kasus ini. Untuk
itu perlu adanya pendekatan kepada masyarakat tentang upaya mencegah terjangkitnya virus
H5N1.

Penularan flu burung umumnya didapat dari unggas-unggas yang terjangkit, karena virus
tersebut relatif sulit untuk menyebar antar sesama manusia (Schrauwen dan Fouchier , 2014).
Unggas pada peternakan umumnya terinfeksi dari burung liar yang kemudian turut
menginfeksi manusia. Penyebaran virusnya yang juga dipengaruhi oleh arah angin kemudian
mempermudah penyebaran virus flu burung (Ypma et al., 2012). Jadi faktor utama yang
perlu diperhatikan adalah kesehatan unggas. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan
vaksinasi pada unggas atau hewan peternakan. Meski sebelumya vaksinasi masih dalam
kontoversi, tetapi akhirnya pemerintah Indonesia mengambil keputusan vaksinasi. Karena
apabila pencegahan dilakukan melalui pemusnahan masal secara menyeluruh pada daerah
yang terdapat infeksi, maka industri perunggasan akan hancur dan akan berdampak pada
banyak sektor (Naipospos, 2006). Pada penelitian yang dilakukan Poetri et al. tahun 2009
menunjukkan bahwa dengan pemberian vaksin H5N2 pada unggas ternak, penyebaran flu
burung berkurang (Guan dan Smith, 2014). Dengan begitu pemberian vaksin merupakan
salah satu upaya pencegahan penyebaran virus H5N1 yang efektif untuk sementara waktu.

Pencegahan dalam bentuk lain yang dapat dilakukan adalah dengan memerhatikan kebersihan
kandang dengan rutin mensterilkannya, penggunaan masker dan sarung tangan bagi pekerja
atau pemilik hewan peliharaan yang akan masuk ke dalam peternakan atau kandang,
pengecekan kesehatan hewan ternak secara berkala agar apabila ada satu unggas yang
terindikasi infeksi flu burung dapat segera dimusnahkan dengan dibakar supaya tidak
menyebar. (CDC, 2015). Dalam hal ini pemilik hewan peliharaan berupa unggas dan pekerja
pada peternakan harus paham cara mengatasi penyakit-penyakit pada unggas dengan cepat
dan tanggap. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah atau dinas terkait untuk
memberikan penyuluhan pada wilayah peternakan. Mengingat peternakan adalah tempat yang
paling berpotensi menyebarkan virus ini.

Upaya di atas merupakan beberapa upaya pencegahan terhadap timbulnya flu burung yang
mematikan. Apabila ada manusia yang sudah terjangkit virus ini, maka harus dilakukan
penanganan sesegera mungkin. Gejala awal flu burung biasanya berupa demam tinggi disertai
sakit kepala, rhinitis, batuk dengan intensitas biasa, diare, muntah, sakit perut, dan hipotensi
yang biasanya membaik pada 3-7 hari. Gejalanya sedikit sulit dibedakan dengan flu biasa.
Namun, selanjutnya dapat muncul sesak nafas hingga pneumonia berat dan berbagai
komplikasi lain (Santibaez, et al., 2009). Komplikasi itulah yang dapat mengakibatkan
kematian pada orang yang terjangkit infeksi flu burung.

Orang yang diduga terinfeksi flu burung harus terlebih dahulu melalui serangkaian tes
laboratorium untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar terjangkit. Beberapa tes yang
dapat dilakukan yaitu pengisolasian terhadap virus, tes imunoflouresensi, pendeteksian
adanya genom H5N1, pemeriksaan peningkatan jumlah antibodi terhadap H5N1, dan
pemeriksaan dengan cara western blotting. Dari hasil tes tersebut dapat dinyatakan terinfeksi
flu burung apabila beberapa tes menunjukkan hasil positif. (Beigel, et al., 2005; WHO, 2005
dalam Radji, 2006). Sedangkan, untuk pengobatan penderita flu burung dapat diberikan obat-
obatan jenis antiviral seperti peramivir, zenamivir, serta oseltamivir. Untuk pengobatan
terbaik penting adanya terapi di rumah sakit. (CDC, 2015).

Terlambatnya penanganan akan menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit virus ini.
Dengan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat, maka virus diharapkan tidak sampai
menular ke manusia. Pengawasan harus terus dilakukan untuk memantau perkembangan
virus ini dengan tujuan utama menghindarkan penyebarannya pada manusia dan sekaligus
menemukan cara pengobatan terbaru yang efektif jika sampai terjangkit pada manusia.

You might also like