Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Manajemen Bencana Banjir
Jurnal Manajemen Bencana Banjir
Jurnal Manajemen Bencana Banjir
Abstract
Governance dan Capacity Building dalam Manajemen Bencana Banjir ... (Mochamad Chazienul Ulum) 5
yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
aktivitas manusia. Banjir akibat alami
dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi Penelitian ini dilakukan di 4 (empat)
dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur
drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan yang merupakan daerah rawan banjir (flood-
banjir akibat aktivitas manusia disebabkan prone area), yaitu Bojonegoro, Lamongan,
karena ulah manusia yang menyebabkan Mojokerto, dan Pasuruan. Adapun waktu
perubahan-perubahan lingkungan, seperti penelitian berlangsung pada tanggal 18 sampai
perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), 25 Agustus 2010.
kawasan permukiman di sekitar bantaran,
rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan 2.2 Metode yang Digunakan
pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi
alami), dan perencanaan sistem kontrol banjir Metode penelitian yang digunakan dalam
yang kurang/tidak tepat. penelitian ini adalah studi literatur dan Focus
Risiko banjir tidak dapat dihindari Group Discussion (FGD).
sepenuhnya sehingga harus dikelola. Untuk studi literatur, beberapa sumber
Manajemen bencana banjir memang tidak yang dapat digunakan, yaitu: 1) laporan hasil
berusaha untuk menghilangkan bahaya penelitian, 2) jurnal, 3) buku referensi.
banjir tetapi untuk menanggulanginya. Risiko 1. Laporan hasil penelitian merupakan sumber
banjir tergantung pada komponen yang terdiri referensi berharga. Dengan membaca
dari bahaya dan kerentanan. Kombinasi laporan penelitian tentang manajemen
faktor alam dan manusia menciptakan risiko bencana, kita akan mendapatkan deskripsi
banjir. Keberhasilan manajemen risiko banjir keseluruhan dari penelitian sejenis yang
diperoleh jika langkah-langkah struktural dan telah dilakukan.
non-struktural dilaksanakan. Pencegahan 2. Jurnal yang berisi tulisan-tulisan dalam
dan mitigasi banjir mencakup tindakan disiplin yang sama. Tujuan utama dari
pengendalian banjir secara struktural, seperti jurnal ini adalah untuk digunakan sebagai
pembangunan bendungan atau tanggul sungai sumber data sekunder. Peneliti juga dapat
dan tindakan non-struktural seperti prediksi menggunakan tulisan dijurnal sebagai
dan peringatan banjir, manajemen risiko banjir, kutipan untuk bahan referensi dalam
partisipasi komunitas/ masyarakat, penataan penelitian.
institusional, dan sebagainya. 3. Buku referensi berisi teks yang umum
dalam disiplin ilmu tertentu. Sebuah buku
1.2 Tujuan referensi dapat memuat sebuah artikel
yang mendalam tentang topik tertentu
Berdasarkan latar belakang di atas, dan disertai dengan teori teori pendukung
penulis mencoba untuk menelaah hubungan sehingga kita akan dapat mengetahui
antara studi empiris dan teoritis tentang perkembangan (terakhir) ilmu/teori
manajemen bencana banjir. Secara empiris, tersebut.
hal itu berkaitan dengan masalah banjir di Selain studi literatur, peneliti juga
Indonesia, khususnya beberapa kabupaten di melakukan FGD yang merupakan teknik
Provinsi Jawa Timur (Bojonegoro, Lamongan, pengumpulan data yang digunakan untuk
Mojokerto, dan Pasuruan), dan secara teoritis mengungkap makna yang sesuai dengan
terkait dengan penerapan dan pengembangan pemahaman sebuah kelompok berdasarkan
model governance dan capacity building dalam hasil diskusi yang berpusat pada isu tertentu.
konteks manajemen bencana, khususnya FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
banjir. interpretasi yang salah dari seorang peneliti
untuk fokus pada masalah. FGD memungkinkan
2. METODOLOGI peneliti untuk memeroleh data lengkap dari
SEBELUM
(Mitigasi &
Kesiapsiagaan)
SAAT
MANAJEMEN BENCANA BANJIR
(Respons)
SESUDAH
(Pemulihan)
STAKEHOLDERS
CAPACITY BUILDING
Governance dan Capacity Building dalam Manajemen Bencana Banjir ... (Mochamad Chazienul Ulum) 7
Selanjutnya, kapasitas komunitas untuk kabupaten yang memiliki indeks rawan banjir
memelihara atau meningkatkan kualitas pada tingkat tinggi di Jawa Timur. Ancaman
hidup dalam menghadapi gangguan eksternal lain dari bencana pada tingkat moderat adalah
tersebut dapat ditingkatkan, baik dengan gempa, erosi, dan tsunami. Banjir tahunan di
mengurangi banjir atau dengan meningkatkan wilayah ini terjadi dari Sungai Bengawan Solo,
kapasitas mereka untuk menanggulanginya. situasi-kondisi yang sama seperti Bojonegoro.
Manajemen bencana banjir yang efektif Kabupaten Mojokerto juga merupakan
berupaya untuk menemukan cara-cara daerah yang memiliki kategori indeks tinggi
koordinasi dan kerjasama melintasi batas- untuk banjir. Ancaman / bahaya ini terletak di
batas institusional untuk mencapai keputusan daerah Selatan yang mengalir Sungai Brantas,
dan untuk melibatkan lembaga-lembaga di salah satu sungai terbesar di Provinsi Jawa
tingkat lokal, baik dalam keputusan maupun Timur. Kemudian, di Kabupaten Pasuruan,
pelaksanaannya. Keberhasilan manajemen jenis bencana yang sering terjadi seperti
bencana banjir tergantung pada hubungan banjir bandang, tanah longsor, dan kebakaran
antar stakeholders, dan aturan yang dibuat hutan. Beberapa daerah di Pasuruan sebelah
dengan adil dan transparan untuk partisipasi utara sering memiliki abrasi dan banjir dari air
stakeholders. laut. Di sisi lain, di daerah pegunungan rawan
terjadi banjir bandang yang disebabkan dari
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pembalakan liar.
Governance dan Capacity Building dalam Manajemen Bencana Banjir ... (Mochamad Chazienul Ulum) 9
Governance akan terwujud hanya jika akuntabilitas untuk membangun kepercayaan
muncul kolaborasi, kemitraan, dan jaringan di antara ketiganya yang akan berfungsi
di antara elemen governance, yaitu negara, sebagai lem pengikat kinerja di antara mereka
sektor swasta dan masyarakat sipil. Jaringan dalam upaya manajemen bencana. Tanggung
telah menjadi fitur penting dari pengembangan jawab sosial sektor privat harus dipertegas,
organisasi modern saat ini, baik organisasi hak-hak sosial masyarakat perlu dijamin dan
publik atau swasta. Kebijakan publik tidak lagi peran regulasi pemerintah perlu diperkuat.
proses eksklusif yang melibatkan aktor negara Hal ini berdasarkan pada urgensi
saja, tetapi merupakan produk networking, perspektif dan nilai-nilai governance dalam
kerjasama, dan kemitraan di antara elemen upaya manajemen bencana. Keterlibatan
governance (policy network). Manajemen sinergis dalam bentuk jaringan (network) dari
bencana yang efektif membutuhkan kolaborasi ketiga pilar governance menjadi titik tekan
antara sektor publik, swasta, dan organisasi utamanya. Dengan governance, nilai dan
terkait. praktik administrasi publik tidak lagi didominasi
Tindakan ramah lingkungan dan non oleh sektor pemerintah. Adanya persyaratan
destruktif tidak hanya harus menunjukkan dan garansi bagi terciptanya jaringan sinergis
sektor publik tetapi juga swasta. Hal ini tersebut sekaligus merefleksikan suatu relasi
ditunjukkan oleh beberapa kegiatan bantuan multiaktor yang demokratis.
bencana alam secara langsung, meskipun
masih sebatas amal dan tidak berkelanjutan. Capacity Building dalam Manajemen
Reformasi juga harus disusun dengan cara Bencana di Indonesia
yang konstruktif pada ide-ide dan orientasi
operasional yang telah didasarkan sepenuhnya Minimnya kemampuan antisipasi
pada keuntungan finansial tanpa perhatian bencana di Indonesia diungkap oleh Wijaya
yang seimbang dan memadai terhadap risiko (2007) bahwa yang menjadi masalah tidak
sosial. hanya bencana dan beberapa penyebabnya,
Komitmen dari sektor swasta perlu untuk melainkan antisipasi bencana itu juga menjadi
ditingkatkan, seperti melalui penerapan sebuah masalah tersendiri. Sebagai misal,
Corporate Social Responsibility (CSR), atau sistem peringatan dini memerlukan struktur
kegiatan sosial yang dapat dilakukan dalam yang jelas, institusi yang fleksibel dan sigap,
berbagai bentuk. Di Indonesia, pelaksanaan serta sosialisasi yang dapat menyentuh ke
CSR sampai sekarang jelas masih jauh seluruh lapisan sosial. Tujuannya, membangun
dari yang diharapkan. Persoalannya adalah sebuah masyarakat yang selalu waspada
persepsi dari sebagian besar korporasi yang menghadapi bencana sebagai konsekuensi
menganggap bahwa alokasi dana untuk CSR dari kondisi hidup di daerah rawan bencana
sebagai beban karena merupakan faktor (disaster-prone area).
biaya. Selain itu, mereka sudah merasa cukup Menurut Nurjanah dkk. (2012), kapasitas
bertanggung jawab untuk membayar pajak yang kuat untuk menghadapi ancaman
yang hasilnya digunakan untuk pembangunan. bencana berkaitan dengan program / kegiatan
Persepsi tentang manajemen bencana sebagai untuk meningkatkan kapasitas masyarakat.
common issue, kiranya membawa pada Tujuan utamanya adalah masyarakat yang
konsepsi ideal jaringan interaksional antar mampu mengantisipasi bencana, mampu
berbagai aktor. Wijaya (2007) menyatakan menangani keadaan darurat dan mampu
bahwa upaya manajemen bencana perlu pulih dari bencana. Oleh karena itu, program /
direncanakan dalam koridor visi dan misi kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain:
tertentu yang melibatkan ketiga sektor; 1. Pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pemerintah, swasta dan masyarakat. Tentunya pe-ngembangan ilmu pengetahuan dan
ragam peran dan tanggung jawabnya akan teknologi bencana, manajemen bencana
berbeda. Sharing tanggung jawab antara ketiga melalui penerapan teknologi dan pemetaan
sektor tersebut memerlukan transparansi dan spasial;
Governance dan Capacity Building dalam Manajemen Bencana Banjir ... (Mochamad Chazienul Ulum) 11
Organization for Public Administration:
From Government to Governance. World
Confrerence on Governance.
Tun Lin Moe & Pathranarakul P. 2006. An
integrated approach to natural disaster
management. Disaster Prevention and
Management Journal. Vol. 15 No. 3. hal.
396-413.
UN-Habitat. 2001. Tools to Support Participatory
Urban Decision Making, Nairobi: United
Nations Centre for Human Settlements
(Habitat).
Wijaya, Andy F. 2007. Problem Antisipasi
Bencana: dalam Perspektif Good
Governance dan Manajemen Pelayanan
Publik. Makalah Seminar Nasional
Potensi Migas dan Antisipasi Bencana di
Jawa Timur. Malang: Universitas Brawijaya.