Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

STUDI EVALUASI USIA FATIK SISA DAN LENDUTAN PADA

JEMBATAN SOEKARNO HATTA DI KOTA MALANG


(Evaluation Study of Remaining Fatigue Life and Deflection
at Soekarno Hatta Bridge in Malang City)

Sugeng P. Budio, Agoes SMD, Adi Wijaya


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : civil@brawijaya.ac.id

ABSTRACT
Bridge is a kind of structure that accept cyclic load because of the traffic load. The cyclic load that
continuous day by day could be the cause of collapse. It could happen even all of the strength parameter on
the bridge material and structure not over the safety yield stress. This phenomenon called fatigue. The
purpose of this study is evaluating of the remaining fatigue life conducted to anticipate damage. While, the
deflection of the bridge could be use to measure the serviceability of the bridge. The remaining fatigue life
analysis conducted by observe stress range of the bridge that happen while traffic pass the bridge. This stress
data then combined with traffics volume to get the remaining fatigue life. While, deflection could be found by
experiment in the bridge. From the calculation and experiment, known that the reaming fatigue life is
different for each span. It could happen because the difference of material, dimension, and truss system in
each bridge produce different stress for the same loading case. After calculation we got the result that fatigue
life for 40 meter span will end after 36,739 years, and for the 60 meters span the fatigue life already end
12,596 years since it built. And the deflection for 40 meter span is 4 mm and 14 mm for 60 meter span. Both
still far from the initiate deflection which is 40 mm and 60 mm. Therefore we can make a conclusion that the
bridge still good condition of serviceability.

Keywords : fatigue, deflection, cyclic load, truss bridge.

PENDAHULUAN Soekarno-Hatta Malang. Jembatan ini


dipilih karena lokasinya yang dekat
Jembatan adalah salah satu jenis dengan kampus Universitas Brawijaya,
struktur yang menerima banyak beban dan volume lalu lintas di daerah tersebut
berulang. Di daerah perkotaan dengan yang cukup tinggi. Sejak berdirinya pada
volume lalu lintas tinggi, jembatan akan tahun 1981 hingga saat ini dengan
menerima beban berulang lebih dari volume lalu lintas harian lebih dari
100.000 kali, sehingga kekuatan 30.000 smp/hari (berdasarkan hasil
kelelahan harus diperhitungkan. survey terakhir), maka dapat dipastikan
Pembebanan berulang walaupun bahwa kekuatan fatik jembatan tersebut
tidak melampaui titik leleh dapat sudah mulai berkurang. Selanjutnya dari
mengakibatkan keruntuhan. Fenomena penelitian ini diharapkan dapat
ini disebut fatik. Kelelahan dapat terjadi mengetahui sisa usia fatik dari jembatan
walaupun semua kondisinya ideal, yaitu tersebut untuk digunakan sebagai bahan
kelihatan takiknya baik, tidak ada pertimbangan dalam pemeriksaan dan
konsentrasi tegangan akibat lubang atau perawatan jembatan di masa yang akan
takik, kondisi tegangan uniaksial, datang.
mikrostruktur daktil, dan sebagainya.
(Salmon, 1980). TUJUAN
Hal tersebut menjadi dasar 1. Mengetahui usia fatik sisa dari
dilakukannya studi evaluasi untuk me- jembatan Soekarno-Hatta.
ngetahui usia fatik sisa dari jembatan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 69


2. Mengetahui tingkat pelayanan
jembatan Soekarno-Hatta ditinjau dari
lendutan eksisting.

TINJAUAN PUSTAKA

Fatik
Fatik didefinisikan mekanisme
kegagalan yang terjadi akibat formasi dan
pertumbuhan retakan akibat tegangan
berulang (Barker, 2007). Tegangan
berulang ini terjadi karena kendaraan Gambar 1. Kurva S-N khas untuk
yang melintas di atas jembatan pada sambungan las
Sumber : Design of Highway Bridges, 2007
tempat-tempat yang telah ditentukan
secara berulang-ulang dari waktu ke
Beban fatik
waktu. Fatik adalah penyebab yang
Kekuatan fatik secara khusus
paling umum dari kegagalan struktur
terhubung dengan jangkauan tegangan
baja, yang sebagian besar berdasarkan
beban hidup (the range of live-load
fakta bahwa masalah tersebut tidak
stress) dan jumlah dari siklus tegangan di
dikenali pada tahap desain. Desain yang
bawah kondisi beban layan. Karena
baik penting untuk mendapatkan suatu
sebagan besar truk tidak melebihi batas
struktur dengan kekuatan fatik yang
beban yang diijinkan, akan berlebihan
tinggi. Perhatian yang cukup dalam
apabila digunakan model beban hidup
pemilihan sambungan dan detail dan
secara penuh. Ini berarti akan digunakan
pengetahuan tentang kebutuhan beban
lebih sedikit beban untuk memperkirakan
layan dapat hamper menghilangkan
jangkauan tegangan beban hidup
resiko kegagalan, sedangkan pengabaian
(Barker,2007).
faktor ini bisa menjadi sebuah bencana.
(Gurney, 1992). Kekuatan fatik bukanlah Kategori detil
konstanta material seperti tegangan leleh Kategori detil digunakan untuk
atau modulus elastisitas. Kekuatan fatik mengelompokkan komponen dan bagian
tergantung khususnya pada konfigurasi detil yang mudah dipengaruhi oleh beban
sambungan yang bersangkutan dan secara fatik berdasarkan daya tahan fatik
realistis hanya bisa didapatkan secara masing-masing (Barker, 2007).
eksperimen. Hasil dari tes biasanya di Detil yang tidak diklasifikasi
plot dalam grafik log N (siklus) dan log S harus dianggap sebagai kategori detil
(jangkauan tegangan). Pada setiap titik paling rendah dari detil serupa, kecuali
dari kurva S-N, nilai tegangan adalah dapat dibuktikan dengan pengujian atau
kekuatan fatik dan jumlah siklus adalah analisis dan pengujian bahwa kekuatan
usia fatik pada tingkat tegangan tersebut. fatiknya lebih besar.
Perhatikan bahwa pada saat jangkauan Kategori detil untuk tegangan
tegangan menurun sampai pada suatu geser harus ditentukan untuk tiap detil
nilai tertentu, nilai siklus sampai dengan relevan dalam struktur.
tak terhingga dapat diaplikasikan tanpa
menyebabkan kegagalan. Batas tegangan
Kurva S-N
ini dinamakan batas fatik. (Barker, 2007). Kurva S-N secara umum
digunakan untuk mengekspresikan
perilaku fatik, dimana jumlah siklus
menuju kegagalan N diplot dengan siklus

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 70


parameter tegangan S seperti amplitudo Metode Analisis
tegangan atau jangkauan tegangan. Garis Metode yang digunakan untuk
horizontal berhubungan dengan batas mendapatkan usia fatik sisa adalah
fatik (Xanthakos, 1994). sebagai berikut : menghitung volume lalu
Setelah diketahui kategori desain lintas tertinggi, menghitung lintas harian
mana yang sesuai dengan kondisi truk rata-rata untuk 1 lajur, dan
eksisting jembatan, maka kategori desain melakukan percobaan untuk
tersebut dapat diplot pada kurva S-N. mendapatkan data regangan jembatan.
Dengan demikian akan didapatkan Perhitungan tegangan yang terjadi pada
batasan jangkauan tegangan dan jumlah batang yang diuji berdasarkan data
siklus menuju kegagalan yang sesuai regangan dari percobaan. Selanjutnya
dengan kondisi di lapangan. Data-data mengeplot tegangan hasil perhitungan ke
tersebut untuk kemudian dapat digunakan dalam kurva S-N dan mendapatkan nilai
untuk menentukan usia fatik sisa dari N (jumlah siklus sampai usia fatik habis)
jembatan yang diteliti. serta menghitung usia fatik sisa untuk
masing-masing bentang jembatan.
Sedangkan untuk perhitungan
lendutan adalah sebagai berikut:
menghitung awal dengan menggunakan
software STAAD Pro untuk mendapatkan
nilai perkiraan besar lendutan.
Selanjutnya melakukan percobaan untuk
mengetahui lendutan yang terjadi pada
masing-masing bentang jembatan,
membandingkan antara lendutan hasil
percobaan dengan lendutan pada
software, untuk kemudian dianalisis
apakah besar lendutan tersebut masih
memenuhi kondisi batas yang
disyaratkan.

Variabel Analisis
Gambar 2. Kurva S-N
Sumber : RSNI T-03-2005 1. Variabel bebas (independent varia-
ble) yaitu variabel yang peru-
METODE bahannya bebas ditentukan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini yang
Pengumpulan Data merupakan variabel bebas adalah
Data yang digunakan dalam desain jembatan, beban lalu lintas
penelitian ini adalah sebagai berikut: yang melintas di atas jembatan.
1. Gambar rencana dan kondisi eksisting 2. Variabel terikat (dependent variable)
Jembatan Sukarno-Hatta yaitu variabel yang tergantung pada
2. Data lalu lintas variabel bebas. Variabel terikat dalam
3. Data tegangan penelitian ini adalah besarnya
4. Data lendutan lendutan dan besar tegangan yang
5. Data literatur yang berhubungan terjadi.
dengan analisis struktur jembatan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 71


Pemilihan Kategori Detil 1409,2
= 100%
Pada kasus jembatan Soekarno- 93962,2
Hatta, selisih regangan yang akan ditinjau = 1,499 %
adalah pada bagian batang jembatan, 3108,7
= = 38.858,75 /
dengan demikian tabel-tabel yang 0,08
mungkin digunakan adalah tabel-tabel = 1,499% 38.858,7
yang berhubungan dengan bentuk dan = 582,7841 /
sambungan pada batang dalam sistem 582,7841
rangka jembatan. Dengan demikian =
1,3
didapatkan bahwa kategori detil yang = 448,2955
mungkin digunakan dan adalah detil 450
kategori nomor 160, yaitu kategori untuk Karena yang digunakan untuk
produk giling maupun dibentuk. Kategori perhitungan usia sisa fatik adalah
detil ini dipilih karena bagian yang akan ADTTSL (volume harian lalu lintas truk
diukur jangkauan regangannya adalah untuk satu lajur) maka dicari persentase
bagian batang dari sistem rangka batang, lajur yang paling besar.
dengan mengasumsikan bahwa kekuatan Lajur kiri (belok kiri dan terus) =
sambungan lebih besar daripada kekuatan (436+18) / 1084 = 41,8819 %
batang. Kemudian setelah diperhatikan Lajur kanan (belok kanan) =
dari tipe sambungan/ las yang digunakan, 630 / 1084 = 58,1181 %
maka kategori detil 160 adalah yang Sehingga digunakan lajur kanan,
paling sesuai untuk digunakan. ADTTSL = 58,1181 % 448,2855 =
260,54 truk 261 truk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jangkauan Tegangan untuk Masing-
Data Lalu Lintas masing Bentang Jembatan
Dari perhitungan di atas diketahui a. Pada jembatan bentang 40 meter:
bahwa kondisi jalan yang paling padat
terjadi pada pukul 06.00 06.05 WIB.
Pada jam tersebut volume lalu lintas
dari semua pendekat berada pada titik
paling tinggi. Dengan demikian waktu
puncak yang digunakan untuk
menentukan jam puncak adalah waktu
tersebut.
Data volume kendaraan yang melintas
sebagai berikut:
Low Vehicle =1323.0 smp/jam Gambar 1. Data Regangan Jembatan
Heavy Vehicle = 20.8 smp/jam Bentang 40 m
Motor Cycle =1764.9 smp/jam
Total kendaraan (n) =3108.7 smp/jam Dari data Gambar 1 di atas, yang
didapatkan dari percobaan, didapatkan
Persentase truk yang melintas setiap regangan pada saat beban hidup bekerja
harinya dibadingkan dengan volume lalu pada jembatan adalah sebagai berikut
lintas total adalah : = (1800 1721) 10-6 = 79 10-6

Diketahui bahwa = ;
Jumlah total truk = 1409,2 smp/jam
Vol. total kendaraan = 93962,2 smp/jam maka = , sehingga
didapat-kan jangkauan tegangan yang

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 72


bekerja pada jembatan bentang 40 m
adalah:
f40 = (79 10-6 ) 2 105) = 15,8 MPa

b. Pada jembatan bentang 60 meter:

Gambar 2. Data Regangan Jembatan


Bentang 60 m
Gambar 3. Plotting pada kurva S-N
Dari data Gambar 2 di atas, yang
didapatkan dari percobaan, didapatkan
Selain dari Gambar 3, di atas secara
regangan pada saat beban hidup bekerja
perhitungan dapat pula dicari kapankah
pada jembatan adalah sebagai berikut
usia fatik habis untuk masing masing
= (2476 2368) 10-6 = 108 10-6
bentang. Bentang 40 meter:
Diketahui bahwa = ; maka
= 1 , atau usia fatik habis saat

= , sehingga didapatkan
ni = Ni
jangkauan tegangan yang bekerja pada
n40 = N40
jembatan bentang 60 m adalah:
n40 = (365) (t40) n (ADTTSL) =
f60 =(108 10-6 )(2 105)= 21,6 MPa
(365) (t40) 1,0 (261 truk/hari)
Rumus yang digunakan untuk 3,5 106 = 95.265 t40
mendapatkan nilai fakhir adalah t40 = 36,739 tahun
jangkauan regangan yang terjadi selama
satu hari. Untuk itu, nilai jangkauan Bentang 60 meter: = 1 , atau usia

regangan awal tersebut dikonversikan fatik habis saat ni = Ni
menjadi nilai jangkauan regangan dalam N60 = N60
satu hari sebagai berikut : N60 = (365) (t60) n
f40 = 15,8 MPa 6 = 94,8 MPa (ADTTSL) = (365) (t40) 1,0 (261
f60 = 21,6 MPa 6 = 129,6 MPa truk/hari)
Nilai inilah yang kemudian akan 1,2106= 95.265 t60
digunakan dalam perhitungan nilai T60 = 12,596 tahun
jangkauan regangan akhir yang akan
diplot dalam kurva S-N untuk Tingkat Pelayanan Berdasarkan
mendapatkan usia fatik sisa dari Lendutan Eksisting
jembatan. Jembatan didesain sedemikian
fakhir = k f ; rupa agar lendutan akibat beban hidup
f40 akhir = 1,3x(100 + 16)% x 94,8 MPa = ditambah beban impact tidak melebihi
142,9584 MPa 1/800 panjang bentang. Namun untuk
f60 akhir= 1,3x(100 + 16)% x 129,6 MPa jembatan di daerah perkotaan yang
= 195,4368 MPa sebagian juga digunakan oleh pejalan
kaki, lendutan tidak boleh melebihi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 73


1/1000 panjang bentang (Xanthakos, jembatan tersebut masih memenuhi
1994). syarat kegunaannya (serviceability).
Untuk jembatan Soekarno Hatta
akan digunakan kriteria defleksi = 1/1000 KESIMPULAN
panjang bentang, karena letaknya yang Dari hasil penelitian didapatkan :
berada di wilayah perkotaan dan ada 1. Jembatan Soekarno-Hatta, baik ben-
trotoar yang disediakan untuk para tang 40 meter maupun 60 meter,
pejalan kaki. Dengan demikian, lendutan sudah tidak memiliki sisa usia fatik.
batas yang diijinkan untuk masing- Karena dengan kondisi lalu lintas
masing bentang adalah: bentang 40 seperti saat ini, umur fatik untuk
meter: (1/1000) 4000 cm = 4 cm ; jembatan bentang 40 meter hanya
bentang 60 meter = (1/1000) 6000 cm = 5,2 tahun, sedangkan untuk jembatan
6 cm bentang 60 meter hanya 1,2 tahun.
Dari percobaan didapatkan data Sementara jembatan Soekarno Hatta
rekapitulasi lendutan yang digambarkan sudah berdiri selama lebih dari 20
pada grafik berikut : tahun.
2. Ditinjau dari tingkat pelayanan
berdasarkan lendutan, kedua bentang
jembatan masih memenuhi syarat.
Karena keduanya belum melebihi
lendutan batas sebesar 4 cm (untuk
jembatan bentang 40 meter) dan 6
cm (untuk jembatan bentang 60
meter).

Gambar 4. Rekapitulasi data lendutan SARAN


eksisting jembatan bentang 40 meter 1. Untuk perhitungan volume lalu lintas
sebaiknya memperhatikan pertum-
buhan pergerakan kendaraan untuk
dapat memperoleh hasil yang lebih
baik.
2. Diperlukan pengamatan lebih lama
dan jumlah data regangan yang lebih
banyak agar didapatkan proyeksi
regangan yang lebih baik.
3. Amati pengaruh perubahan suhu
terhadap perubahan regangan.
4. Metode pengukuran lendutan perlu
Gambar 5. Rekapitulasi data lendutan
lebih disempurnakan, karena yang
eksisting jembatan bentang 60 meter dapat diamati dalam percobaan ini
hanya lendutan arah sumbu y (arah
Lendutan maksimum untuk
atas-bawah), sedangkan lendutan ke
jembatan bentang 40 meter adalah + 4
arah lain (misal: ke samping) tidak
mm, dan untuk bentang 60 meter berkisar
dapat teramati dengan baik.
14 mm. Sementara batas lendutan yang
5. Diperlukan kalibrasi/pengujian alat
diijinkan adalah 40 mm untuk jembatan
pengukur lendutan lebih lanjut di
bentang 40 meter, dan 60 mm untuk
laboratorium agar bisa didapatkan
jembatan dengan bentang 60 meter.
hasil pengukuran yang lebih akura
Sehingga dapat disimpulkan bahwa

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 74


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Pembebanan Untuk


Jembatan. RSNI T-02-2005.
Badan Standarisasi Nasional
BSN, Jakarta
Anonim. 2005. Perencanaan Struktur
Baja Untuk Jembatan. RSNI T-
03-2005. Badan Standarisasi
Nasional BSN, Jakarta
Anonim. 1997. Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota.
Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta
Anonimous. Build a Model of a Truss
Bridge.
http://www.eecs.usma.edu/bridge
contest /pdfs/la1.pdf, diakses
tanggal 23 Januari 2009
Barker, R.M., J.A Puckett. 2007. Design
of Highway Bridges. John Wiley
& Sons, Inc, New York
Gurney, T. R. 1992. Fatigue Design, in
Design of Highway Bridges.
Barker et al. John Wiley & Sons,
Inc, New York
Kuhn, B., et al. 2007. Assessment of
Existing Steel Structure :
Recommendation for Estimation
of the Remaining Fatigue Life.
Office of Official Publication of
the European Communities,
Luxembourg
Potma, A.P. & Fries, De J.E. 1953.
Konstruksi Baja, Teori
Perhitungan dan Pelaksanaan.
Pradnya Paramitha, Jakarta
Salmon, C.G. & J.E Johnson. 1980.
Struktur Baja : Desain dan
Perilaku. Erlangga, Jakarta
Xanthakos, Petros P. 1994. Theory and
Design of Bridges. John Wiley &
Sons, Inc, New York

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 4, No.2 2010 ISSN 1978 5658 75

You might also like