Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

HUBUNGAN MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA KELAS X SMAN DI KOTA PADANG

Ganda Hijrah Selaras1), Azwir Anhar2), Ramadhan Sumarmin2)


1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi PPs UNP
2)
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi PPs UNP
Email: gandahijrahselaras@gmail.com

ABSTRACT

Based on the fact that many teachers still did not knew the multiple intelligences level
of students. Whereas the teachers can be helped to decide the appropriate learning strategy
and to form learning groups with knowing multiple intelligences level of students. This
research head for knowing the relationship of multiple intelligences of students with the
biology learning result of Senior High School students.
This research is a descriptive research with correlation approach. The population of this
research are grade X students of Senior High Schools in Padang. This research used
proportionate stratified random sampling. The technique and instrument of data collection are
questionnaires in order to know students multiple intelligences level and documentations for
acquiring Senior High School students biology learning result. Hypothesis is tested by using
Spearman-Rank correlation test.
The result of this research showed that two intelligences have low correlation, those are
linguistics intelligence and logical mathematical intelligence with correlation coefficient as
big as 0,33 and 0,35. Six intelligences else have criteria with very low. As a whole multiple
intelligences have low relation with biology learning result of Senior High School students.
The correlation coefficient is as big as 0,30. So the biology learning result of Senior High
School students tended to increase along with the increasing of multiple intelligences level.
We can conclude that multiple intelligences level and biology learning result of Senior High
School students in Padang have significantly positive relationship.

Kata kunci: multiple intelligences, hasil belajar biologi.

PENDAHULUAN Salah satu faktor luar yang


Tingkat keberhasilan pencapaian mempengaruhi hasil belajar adalah guru.
tujuan pendidikan dapat dilihat dari hasil Dalam proses pembelajaran di sekolah guru
belajar siswa yang diperoleh setelah proses memiliki banyak peranan, antara lain: guru
pembelajaran berlangsung. Hasil belajar memiliki otoritas untuk mengarahkan
yang diperoleh menggambarkan muridnya sesuai basis kemampuannya, guru
kemampuan siswa dalam memahami harus selalu mencoba membuat muridnya
pelajaran yang diikuti. Untuk pencapaian percaya diri, guru selalu mencoba
tujuan pendidikan, banyak faktor yang memotivasi murid-muridnya untuk hidup
mempengaruhinya. Djamarah (2002: 143) mandiri, dan bisa menyesuaikan diri dengan
menyatakan bahwa faktor tersebut terdiri kemajuan-kemajuan murid (Waworuntu,
atas faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar 2008: 10). Untuk mempermudah
meliputi lingkungan (lingkungan alami dan menjalankan peran tersebut, guru hendaknya
buatan) dan instrumental (kurikulum, mengetahui kondisi fisik dan psikologis
program, sarana dan prasarana serta guru siswa. Salah satu kondisi psikologis siswa
sebagai pendidik). Faktor dalam meliputi tersebut adalah kecerdasan.
kondisi fisiologis dan panca indera serta Gardner (2012: 9) menyatakan
kondisi psikologis (minat, kecerdasan, kecerdasan adalah suatu kemampuan,
bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif). dengan proses kelengkapannya, yang
22
sanggup menangani kandungan masalah alam, dan kecerdasan eksistensial
yang spesifik di dunia. Setiap manusia merupakan kemampuan untuk merenungkan
memiliki banyak kecerdasan, hal ini sesuai pertanyaan tentang kehidupan, kematian,
dengan pernyataan Gardner (dalam Chatib, dan realitas tertinggi.
2011: 75) bahwa kecerdasan seseorang Berbagai jenis kecerdasan tersebut
dapat dilihat dari banyak dimensi tidak beroperasi sendiri-sendiri, namun
(multidimensi), Gardner juga menyatakan dapat digunakan pada suatu waktu yang
bahwa setiap orang memiliki bermacam- bersamaan dan cenderung saling melengkapi
macam kecerdasan dengan kadar satu sama lain saat seseorang memecahkan
pengembangan yang berbeda antara suatu masalah, begitu pula dalam proses
kecerdasan satu dengan yang lainnya. pembelajaran. Setiap orang memiliki
Umumnya setiap orang tersebut berpotensi multiple intelligences dalam tingkatan yang
untuk mengembangkan tiap jenis kecerdasan berbeda. Oleh karena itu setiap guru
sampai tingkat yang paling mengagumkan, hendaknya bisa memahami kecerdasan dan
asalkan ia mendapatkan dukungan dan kemampuan setiap siswa dengan baik,
pengajaran. karena keadaan anak dalam satu kelas
Kecerdasan yang dimaksud adalah berbeda-beda dan memiliki derajat
kecerdasan majemuk atau multiple kecerdasan yang berbeda pula. Hal ini
intelligences. Kecerdasan ini terdiri atas: berkaitan dengan peran guru sebagai
kecerdasan linguistik, logis-matematis, fasilitator dan motivator. Menurut
spasial-visual, kinestetis, musik, Waworuntu (2008: 12) sebagai fasilitator,
interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan seorang guru mampu menciptakan interaksi
eksistensialis. Kecerdasan eksistensialis yang baik dengan siswa agar bisa
disepakati hanya sebagai salah satu dari mengetahui kemampuan siswa dalam
sekian banyak kecenderungan kecerdasan belajar. Guru sebagai motivator mampu
manusia. Gardner (dalam Davis dkk., 2010: memberi motivasi bagi siswa dan
6-7) menyatakan kecerdasan linguistik menciptakan suasana belajar yang
merupakan kemampuan untuk untuk menyenangkan agar siswa nyaman saat
berbicara dan menulis untuk belajar karena merasa guru memperhatikan
mengekspresikan diri sendiri, kecerdasan mereka.
logis matematis merupakan kemampuan Banyak manfaat yang dapat diperoleh
untuk menganalisis masalah secara logika, dengan mengetahui tingkatan multiple
bekerja efektif dengan operasional intelligences siswa, baik bagi sekolah
matematika, dan menyelesaikan masalah maupun bagi siswa itu sendiri. Sunaryo
dengan metode ilmiah, kecerdasan visual (2013: para. 3-4) menyatakan manfaat
spasial adalah kemampuan untuk mengenali, multiple intelligences bagi siswa antara lain:
menggunakan, dan menafsirkan gambar dan menambah rasa percaya diri dan membantu
pola, kecerdasan kinestetik merupakan siswa untuk memilih jurusan, sedangkan
untuk menggunakan tubuh untuk bagi sekolah antara lain: guru lebih fokus
mengekspresikan dirinya, kecerdasan musik dalam proses pembelajaran, membantu
merupakan memproduksi, mengingat, dan mengelompokkan siswa, bisa melakukan
memahami pola musik, kecerdasan spasial pendekatan kepada siswa sesuai dengan tipe
visual merupakan kemampuan untuk kecerdasan yang dimilikinya. Selain itu
mengenali, menggunakan, dan menafsirkan dengan mengetahui tingkatan multiple
gambar dan pola, kecerdasan interpersonal intelligences siswa, guru dapat
merupakan kemampuan untuk memahami mengembangkan dengan optimal potensi
keinginan, niat dan motivasi orang lain, yang ada dalam diri siswa dan dapat
kecerdasan intrapersonal merupakan memilih strategi yang tepat dalam proses
kemampuan untuk memahami diri sendiri, pembelajaran untuk memaksimalkan hasil
kecerdasan naturalis merupakan belajar.
kemampuan untuk mengenali dan Berdasarkan pengamatan dan studi
menghargai hubungan manusia dengan literatur penulis, masih ada guru yang
23
kurang tepat dalam memilih strategi belajar. kecerdasan intrapersonal diterapkan dengan
Guru masih terpaku pada satu metode cara memberikan tugas mandiri pada setiap
pembelajaran tanpa adanya variasi. Hal siswa.
tersebut menyebabkan siswa yang terbiasa Berdasarkan contoh tersebut bisa
aktif dalam belajar akan cepat bosan dan disimpulkan bahwa multiple intelligences
akhirnya malas memperhatikan guru terkait dengan pembelajaran biologi, karena
menerangkan pembelajaran, sehingga hasil biologi memiliki karakter khas yang
belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan berhubungan dengan alam nyata dan proses-
yang diharapkan. Ini bisa dicegah jika guru proses kehidupan. Untuk mempermudah
mengetahui kondisi siswanya, salah satunya mempelajari biologi dibutuhkan
dengan mengetahui tingkatan multiple keterampilan-keterampilan tertentu.
intelligences yang dimiliki siswa. Hal ini Depdiknas (2003: 11-12) menyatakan
sesuai dengan pendapat dari Fathurrohman bahwa keterampilan dalam biologi yaitu:
(2012: para. 22) menyatakan salah satu hal mengamati dengan indera, menggolongkan
yang harus diperhatikan oleh guru dalam atau mengelompokkan, menerapkan konsep
memilih metode pembelajaran adalah atau prinsip, menggunakan alat dan bahan,
keadaan siswa yang mencakup berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan
pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, data, melakukan percobaan, dan
kematangan dan perbedaan individu. mengajukan pertanyaan. Jadi, dengan
Multiple intelligences pada siswa mengetahui multiple intelligences siswa
dapat terlihat pada perilaku sehari-hari, guru bisa menyesuaikan keterampilan yang
salah satunya dapat diketahui dalam proses dibutuhkan dengan kecerdasan siswanya.
pembelajaran di sekolah. Pada proses Beberapa penulis terdahulu telah
pembelajaran biologi, siswa yang memiliki menemukan bahwa terdapat kaitan antara
kecerdasan naturalistik yang menonjol multiple intelligences siswa dengan hasil
belum tentu mendapatkan hasil belajar belajar yang diperolehnya. Nurindah (2010:
biologi yang bagus, karena untuk 89) menyimpulkan bahwa multiple
mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, intelligences yang dimiliki siswa memiliki
juga membutuhkan kecerdasan yang pengaruh yang signifikan terhadap hasil
lainnya. Contohnya, proses pembelajaran belajar bahasa Jepang. Selanjutnya
harus melibatkan interaksi yang baik antara Ristyowati (2010) menyimpulkan bahwa
siswa dengan guru, siswa dengan karyawan terdapat pengaruh kecerdasan interpersonal
sekolah serta antar siswa dalam kelompok terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri
belajar ataupun dalam lingkungan sekolah, 9 Malang Kelas XI tahun ajaran 2009-
sehingga bisa saja terjadi siswa yang 2010. Tambunan (2006: 27) menyimpulkan
memiliki tingkat kecerdasan linguistik dan bahwa terdapat hubungan antara
interpersonal yang memperoleh hasil belajar kemampuan spasial dengan prestasi belajar
biologi yang lebih baik dibandingkan siswa matematika. Hasil penelitian tersebut
yang memiliki kecerdasan naturalis. Selain didasarkan pada keseluruhan parameter
itu mata pelajaran biologi juga terdapat multiple intelligences atau beberapa saja.
istilah, sebutan, simbol, dan nama dari Berdasarkan uraian tersebut, untuk
benda-benda, gejala alam, orang dan tempat. mengetahui hubungan multiple intelligences
Pembelajaran biologi juga berkaitan dengan setiap siswa dengan hasil belajar biologi
kecerdasan musik, contohnya dalam yang diperoleh, dilakukan penelitian
memahami perbedaan-perbedaan antara tentang hubungan multiple intelligences
suara hewan jantan atau betina, sedangkan dengan hasil belajar biologi siswa kelas X
pada kecerdasan spasial visual, SMAN di kota Padang.
penerapannya dalam pembelajaran biologi Tujuan penelitian ini yaitu: 1) untuk
adalah penggunaan media pembelajaran mengetahui hubungan setiap kecerdasan
yang menarik sehingga siswa tidak bosan pada multiple intelligences dengan hasil
melihatnya. Kecerdasan kinestetik belajar biologi siswa kelas X SMAN di Kota
diterapkan dalam kegiatan praktikum, dan Padang, 2) untuk mengetahui hubungan
24
multiple intelligences secara keseluruhan e. Menghitung frekuensi yang diharapkan
dengan hasil belajar biologi siswa kelas X dengan rumus= luas tiap kelas interval
SMAN di Kota Padang dikali dengan jumlah sampel.
f. Menghitung harga chi kuadrat (2).
METODE g. Melakukan uji normalitas dengan
Penelitian ini merupakan penelitian membandingkan 2tabel dengan 2hitung
deskriptif kuatitatif, dengan menggunakan dengan kriteria jika 2hitung 2tabel data
pendekatan correlational study. Penelitian berdistribusi normal, sebaliknya jika
ini dilaksanakan pada kelas X SMAN 3, 6, 2hitung 2tabel maka data berdistribusi
8, 13, dan 16 Padang. Data multiple tidak normal dengan dk= (k-3).
intelligences diperoleh melalui angket dan
hasil belajar biologi diperoleh dari pihak 3. Analisis Korelasi
sekolah. Analisis korelasi data menggunakan
Sebelum digunakan, angket penelitian rumus Spearman-Rank berikut.
diujicobakan di SMAN 2 Lubuk Basung dan 6D 2
rs 1 2
dilakukan uji reliabilitas dengan rumus
Alpha berikut.
n n 1

k b
a Keterangan:
r11 1 r : koefisien korelasi
k 1 1a n : jumlah koresponden
Keterangan: 6 : konstanta
r11 : reliabilitas angket D : rangking
k : banyak item/butir angket
ba : jumlah varians item 4. Menghitung Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dihitung
1a : harga varians total menggunakan rumus berikut.
KD : r2 x 100%
A. Teknik Analisis Data Keterangan:
1. Konversi Skor KD : koefisien determinasi
Skor dikonversi dengan rumus Z-score r : koefisien korelasi
dan T-score berikut.
Xi X 5. Uji Hipotesis
Z score
SD Hipotesis diuji dengan menggunakan
X X rumus berikut.
T score 50 10 i
r n2
SD t=
Keterangan: 1 r2
Xi : Data ke-i
X : Rata-rata Keterangan:
2. Uji Normalitas r : koefisien korelasi
Perhitungan untuk menguji normalitas n : jumlah koresponden
menggunakan rumus chi kuadrat (2) dengan
langkah-langkah sebagai berikut. HASIL PENELITIAN DAN
a. Data disusun dalam daftar distribusi PEMBAHASAN
frekuensi yang terdiri dari k kelas Penelitian dilakukan pada siswa kelas
interval. X SMAN 3, 6, 8, 13, dan 16 Padang. Setelah
b. Menghitung nilai rata-rata dan standar data diperoleh, data diuji reliabilitasnya
deviasi. dengan rumus Alpha dan diperoleh
c. Menentukan batas-batas kelas interval koefisien korelasi sebesar 0,96 dengan
sesuai dengan data yang ada. kriteria sangat tinggi. Rata-rata data
d. Menghitung luas kurva normal penelitian pada setiap SMAN di kota
berdasarkan tabel normal baku. Padang dapat dilihat pada tabel berikut.
25
Tabel 4. Rata-rata Data Setiap SMAN di
Kota Padang

Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui Penghitungan Koefisien Determinasi
bahwa data yang diperoleh tidak Berdasarkan hasil penghitungan koefisien
terdistribusi normal, karena nilai 2hitung determinasi diperoleh hasil sebagai berikut.
(15,51) 2tabel (12,60). Tabel 7. Koefisien Determinasi Multiple
Intelligences terhadap Hasil
Analisis Korelasi Belajar Biologi Siswa Kelas X
Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh SMAN di kota Padang
koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 5. Koefisien Korelasi antara Multiple
Intelligences dengan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X SMAN di
kota Padang

Pengujian hipotesis
Hasil hipotesis dari penelitian ini adalah:

Kriteria korelasi antara multiple


intelligences dengan hasil belajar biologi
siswa kelas X SMAN di kota Padang
berkisar antara sangat lemah sampai sedang.
Kriteria lengkapnya dapat dilihat pada tabel Keterangan:
berikut. = hipotesis diterima
Tabel 6. Kriteria Korelasi antara Multiple ttabel untuk SMAN A, B, C, D, dan E adalah
Intelligences dengan Hasil Belajar 1,67
Biologi Siswa Kelas X SMAN di ttabel untuk SMAN di Kota Padang adalah
kota Padang 1,64

Berdasarkan hasil analisis data tentang


hubungan multiple intelligences dengan
hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN di
kota Padang dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan terdapat hubungan yang berarti
antara tingkatan multiple intelligences yang
dimiliki siswa dengan hasil belajar
biologinya. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai thitung (5,16) yang lebih besar

26
dibandingkan dengan nilai t tabel (1,64). Menurut hasil angket penelitian, siswa
Koefisien korelasi antara multiple SMAN B menyukai penjelasan guru tentang
intelligences dengan hasil belajar biologi materi pelajaran menggunakan bahasa yang
siswa kelas X SMAN di kota Padang adalah sederhana. Pada SMAN A, C, D dan E,
0,29 dengan koefisien determinasi sebanyak selain menyukai penjelasan dengan bahasa
8,33%. Walaupun koefisien korelasi yang sederhana, siswa di sekolah ini juga
memiliki kriteria yang lemah, tetapi menyukai kegiatan diskusi, mengemukakan
memiliki hubungan yang positif, artinya jika pendapat, dan membaca.
koefisien korelasi meningkat maka hasil Berdasarkan pengamatan penulis di
belajar biologi siswa juga akan meningkat. lapangan, salah satu penyebab kecerdasan
Koefisien determinasi sebesar 8,33% berarti linguistik memiliki korelasi yang sangat
bahwa hasil belajar biologi siswa lemah dengan hasil belajar biologi siswa
dipengaruhi oleh tingkatan multiple kelas X pada SMAN B adalah proses
intelligences yang dimilikinya sebanyak pembelajaran yang tidak berlangsung
8,33%. dengan baik. Pada saat proses pembelajaran,
Delapan kecerdasan yang guru meminta salah seorang siswa untuk
dikorelasikan dengan hasil belajar biologi menulis materi pelajaran di papan tulis,
siswa, masing-masingnya memiliki yang kemudian dicatat pada buku catatan
koefisien korelasi dengan kriteria sedang oleh setiap siswa, kemudian guru berkeliling
sampai sangat lemah. Walaupun demikian kelas untuk memastikan siswa mencatat
setiap kecerdasan siswa memiliki hubungan materi pelajaran. Walaupun demikian masih
yang positif dengan hasil belajar, yang ada siswa yang memilih untuk tidak
artinya jika tingkat kecerdasan siswa mencatat dan melakukan aktivitas lain yang
meningkat, maka hasil belajar biologi siswa disenanginya. Proses pembelajaran yang
juga meningkat. Setiap kecerdasan memiliki berlangsung tidak disukai siswa.
hubungan yang positif terhadap hasil belajar Pada SMAN A, C, D, dan E, saat
biologi. Jadi dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran, guru telah memberi
hasil belajar biologi siswa, tingkatan kesempatan siswa untuk berdiskusi dan
multiple intelligences setiap siswa perlu mengemukakan pendapat, selain itu guru
diperhatikan oleh guru. juga memberikan tugas rumah kepada siswa
Setiawati (2008) menyatakan bahwa berupa membuat ringkasan materi pelajaran.
pengetahuan tentang multiple intelligences Akan tetapi pada SMAN C kurangnya
pada siswa membantu untuk variasi dalam proses pembelajaran
mengoptimalkan pemahaman akan profil menyebabkan hasil belajar yang diperoleh
kecerdasan siswa, sehingga kelebihan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
kelemahan siswa dapat diketahui sehingga Pembuatan makalah tentang isu terbaru
bisa mengoptimalkan kelebihan untuk yang terkait dengan materi pelajaran yang
mengantisipasi kelemahan. Bagi siswa kemudian didiskusikan dan dipresentasikan
SMA, pemahaman akan multiple dalam kelas bisa membantu siswa dalam
intelligences dapat membantu memilih memahami pelajaran. Menurut Widodo
jurusan yang diminati di sekolah dan (2013), penerapan kecerdasan linguistik
perguruan tinggi. dalam proses pembelajaran adalah: memberi
1. Kecerdasan Linguistik kesempatan siswa untuk menceritakan
Koefisien korelasi antara kecerdasan kisah-kisah yang berkaitan dengan mata
linguistik dengan hasil belajar biologi siswa pelajaran, siswa diberi kesempatan untuk
kelas X SMAN di kota Padang tergolong memimpin diskusi, presentasi suatu materi
rendah. SMAN E memiliki koefisien pokok bahasan, menyusun laporan,
korelasi paling tinggi sebesar 0,39 dengan menghubungkan suatu artikel dengan
kriteria lemah, sedangkan SMAN C realitas,
memiliki koefisien korelasi paling rendah 2. Kecerdasan Logis Matematis
sebesar 0,18 dengan kriteria sangat lemah. Koefisien korelasi antara kecerdasan
logis matematis dengan hasil belajar biologi
27
siswa kelas X SMAN di kota Padang contohnya media pembelajaran animasi,
memiliki kriteria sedang. SMAN E Padang charta, alat peraga atau objek-objek dalam
memiliki koefisien korelasi paling tinggi bentuk segar maupun awetan. Riandi (2013:
sebesar 0,47 dengan kriteria sedang, 80) menyatakan dengan adanya media ajar
sedangkan SMAN B memiliki koefisien akan menjadikan kegiatan belajar menjadi
korelasi paling rendah sebesar 0,05 lebih menarik. Pada lima sekolah yang
dengan kriteria sangat lemah. diteliti penggunaan media ajar seperti yang
Dilihat dari segi kecerdasan logis dicontohkan di atas sangat jarang dilakukan.
matematis, siswa pada lima SMAN di kota Dalam pengelolaan tata ruang kelas
Padang lebih mudah memahami suatu hal pengaplikasiannya bisa berupa pengaturan
yang dijelaskan secara bertahap. ruang kelas sesuai dengan yang disukai
Berdasarkan pengamatan di SMAN B, guru siswa. Contohnya siswa diberikan
sangat jarang menjelaskan materi pelajaran. kebebasan untuk mencat dinding kelas
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan warna yang disukai, memajang
pada kegiatan pembelajaran di SMAN B gambar dan charta yang menunjang proses
siswa hanya mencatat materi pelajaran yang pembelajaran. Pada SMAN C, D, dan E, hal
disajikan di papan tulis, Hal ini tersebut telah diaplikasikan walaupun belum
menyebabkan hasil belajar siswa yang maksimal. Pada SMAN A dan B tidak
diperoleh tidak sesuai dengan yang terlihat hal seperti di atas. Pada SMAN A,
diharapkan, sehingga koefisien korelasi hal ini disebabkan karena ruang kelas baru
yang diperoleh rendah. Pada SMAN C, hasil digunakan untuk proses pembelajaran.
korelasi yang sangat lemah disebabkan 4. Kecerdasan Kinestetik
karena kurangnya variasi dalam proses Koefisien korelasi antara kecerdasan
pembelajaran. Selain lebih mudah kinestetik dengan hasil belajar biologi siswa
memahami penjelasan yang disampaikan kelas X SMAN di kota Padang tergolong
guru, siswa SMAN C juga menyukai sangat lemah. SMAN D Padang memiliki
pembelajaran yang dilakukan seperti koefisien korelasi paling tinggi sebesar 0,27
bermain. Penerapannya dalam proses dengan kriteria lemah, sedangkan SMAN C
pembelajaran contohnya adalah penggunaan memiliki koefisien korelasi paling rendah
media pembelajaran yang melibatkan siswa sebesar 0,01 dengan kriteria sangat lemah.
dan melakukan praktikum. Menurut Widodo Dilihat dari segi kecerdasan kinestetik,
(2013) bahwa proses pembelajaran yang siswa pada lima SMAN di kota Padang
mencerminkan kecerdasan logika senang melakukan hal yang dipraktikkan
matematika adalah merencanakan dan langsung. Pengaplikasian dalam proses
memimpin eksperimen, mengkatagorikan, pembelajaran misalnya, kegiatan praktikum
menjelaskan grafik dan diagram, serta dan penggunaan media pembelajaran yang
menganalisa data. melibatkan siswa dalam penggunaannya.
3. Kecerdasan Spasial Visual Pada SMAN A, B, C, D, dan E, hal ini
Koefisien korelasi antara kecerdasan belum dilakukan dengan optimal. Widodo
spasial visual dengan hasil belajar biologi (2013) menyatakan cara belajar yang sesuai
siswa kelas X SMAN di kota Padang dengan siswa dengan kecerdasan kinestetis
tergolong lemah. SMAN E Padang memiliki adalah bermain peran, menciptakan suatu
koefisien korelasi paling tinggi sebesar 0,20 gerakan, menciptakan suatu model,
dengan kriteria lemah, sedangkan SMAN A merancang suatu produk, merancang
memiliki koefisien korelasi paling rendah perjalanan lapangan, membuat permainan di
sebesar 0,02. ruang kelas.
Dilihat dari segi kecerdasan spasial 5. Kecerdasan Musik
visual, siswa pada lima SMAN di kota Koefisien korelasi antara kecerdasan
Padang senang melihat gambar-gambar dan musik dengan hasil belajar biologi siswa
belajar dengan melihat dan mengamati. Hal kelas X SMAN di kota Padang tergolong
ini bisa diaplikasikan di sekolah dengan cara lemah. SMAN E Padang memiliki koefisien
menggunakan media ajar yang menarik, korelasi paling tinggi sebesar 0,22 dengan
28
kriteria lemah, sedangkan SMAN A dan D tepat untuk siswa yang memiliki kecerdasan
memiliki koefisien korelasi paling rendah interpersonal adalah bermain peran, diskusi,
sebesar 0,03 dengan kriteria sangat lemah. belajar dalam kelompok, mengajarkan orang
Koefisien korelasi kecerdasan musik untuk lain tentang suatu hal, berlatih memberi dan
setiap sekolah dapat dilihat pada tabel menerima umpan balik, membendingkan
berikut. informasi dengan orang lain, mewawancarai
Dilihat dari segi kecerdasan musik, seorang ahli, melakukan proyek kerjasama.
siswa pada lima SMAN di kota Padang 7. Kecerdasan Intrapersonal
senang mendengarkan dan mengingat irama Koefisien korelasi antara kecerdasan
musik. Pengaplikasian pada proses intrapersonal dengan hasil belajar biologi
pembelajaran misalnya dengan memutar siswa kelas X SMAN di kota Padang
musik-musik klasik ketika proses tergolong rendah. SMAN E Padang
pembelajaran berlangsung atau mengganti memiliki koefisien korelasi paling tinggi
lirik lagu yang disukai siswa dengan poin- sebesar 0,37 dengan kriteria sedang,
poin pelajaran yang sulit diingat dan sedangkan SMAN D memiliki koefisien
dipahami siswa. Berdasarkan pengamatan di korelasi paling rendah sebesar 0,03
lapangan hal ini sangat jarang dilakukan. dengan kriteria sangat lemah.
Chatib (2012: 91-92) menyatakan musik Dilihat dari segi kecerdasan
memiliki sifat yang menghibur, intrapersonal, siswa pada lima SMAN di
menenangkan, dan mampu memicu ingatan kota Padang berusaha untuk memotivasi diri
otak kanan sehingga proses belajar mudah sendiri dan mau berusaha untuk
diingat kembali memperbaiki diri sendiri. Pengaplikasian
6. Kecerdasan Interpersonal dalam proses pembelajaran misalnya dengan
Koefisien korelasi antara kecerdasan pemberian penghargaan pada siswa yang
interpersonal dengan hasil belajar biologi mampu menyelesaikan tugas dengan baik,
siswa kelas X SMAN di kota Padang sehingga siswa yang belum mampu
tergolong lemah. SMAN E Padang memiliki menyelesaikan tugas dengan baik bisa
koefisien korelasi paling tinggi sebesar 0,44 memotivasi dirinya untuk lebih baik lagi
dengan kriteria sedang, sedangkan SMAN dari sebelumnya. Hal ini telah dilakukan di
B memiliki koefisien korelasi paling kelima sekolah, walaupun pada beberapa
rendah sebesar 0,08 dengan kriteria sangat sekolah belum dilakukan dengan optimal.
lemah. Menurut Widodo (2013) proses
Dilihat dari segi kecerdasan pembelajaran bagi siswa yang memiliki
interpersonal, siswa pada lima SMAN di kecerdasan intrapersonal adalah guru
kota Padang senang berinteraksi dengan memberikan tugas mandiri kepada siswa
teman sebaya dan senang bekerja dalam kemudian mengomentari atau menilai hasil
kelompok. Pengaplikasian dalam proses pekerjaannya.
pembelajaran adalah dengan membagi siswa 8. Kecerdasan Naturalis
baik dalam kelompok besar maupun Koefisien korelasi antara kecerdasan
kelompok kecil. Megawangi (2005: 68-69) naturalis dengan hasil belajar biologi siswa
menyatakan bahwa keunggulan belajar kelas X SMAN di kota Padang tergolong
kelompok adalah: (a) segala perbedaan lemah. SMAN E Padang memiliki koefisien
dihargai, (b) belajar melihat perspektif yang korelasi paling tinggi sebesar 0,28 dengan
lebih lengkap, (c) pengembangan kriteria sangat lemah, sedangkan SMAN B
kemampuan interpersonal, (d) mencelupkan memiliki koefisien korelasi paling rendah
anak dalam kegiatan yang mengasyikkan, sebesar 0,06 dengan kriteria sangat lemah.
dan (e) memberikan kesempatan untuk Dilihat dari segi kecerdasan naturalis,
mendapatkan umpan balik. siswa pada lima SMAN di kota Padang
Berdasarkan pengamatan di lapangan, senang belajar tentang alam dan berwisata
pada SMAN A, C, D, dan E hal ini telah ke alam bebas. Pengaplikasian dalam proses
dilakukan oleh guru, kecuali SMAN B. pembelajaran misalnya melakukan proses
Menurut Widodo (2013) pembelajaran yang pembelajaran di luar ruang kelas, baik
29
dalam lingkungan sekolah maupun di luar yang mempengaruhi adalah: 1) kondisi
lingkungan sekolah. Pada SMAN A, C, D, fisiologis dan panca indera, seperti: kondisi
dan E, hal ini telah dilakukan kecuali kesehatan, daya pendengaran, daya
SMAN B. penglihatan dan sebagainya, 2) kondisi
Hanifah (2011) menyatakan bahwa psikologis seperti: minat, kecerdasan, bakat,
penerapan kecerdasan naturalis dalam motivasi, dan kemampuan-kemampuan
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan kognitif.
berbagai cara berikut: 1) Guru dapat Berdasarkan pengamatan di lapangan,
mengajak siswa menikmati alam terbuka faktor-faktor tersebut terpenuhi dengan baik
dan mengamatinya, pembelajaran dapat pada SMAN C, D, dan E. Pada SMAN A
dilakukan di luar kelas, 2) Guru dapat sarana dan prasarana masih belum
menyediakan buku-buku dan CD yang mencukupi, contohnya adalah ruang kelas,
berkaitan dengan seluk beluk hewan dan karena proses pembelajaran untuk siswa
tumbuhan, serta dilengkapi dengan gambar- kelas X dilakukan mulai siang sampai sore
gambar yang bagus dan menarik, hari. Pada SMAN B, selain sarana dan
pembelajaran ini dapat membuat siswa prasarana yang kurang lengkap, lingkungan
mengenali flora dan fauna, 3) Guru dapat sosial di sekolah tidak dalam kondisi yang
menyediakan materi yang tepat terkait cara baik.
berpikir naturalis, seperti menyiram bunga, 10. SMAN A Padang
menanam tanaman, dan mengamati Pada SMAN A Padang, secara
pertumbuhannya, hal Ini berfungsi untuk keseluruhan koefisien korelasi antara
melatih siswa agar peka terhadap multiple intelligences dengan hasil belajar
lingkungan, 4) Guru dapat menciptakan biologi siswa sebesar 0,19 dengan kriteria
permainan yang berkaitan dengan unsur- lemah dan koefisien determinasi sebesar
unsur alam, sepeti membandingkan berbagai 3,45%. Hasil uji hipotesis menunjukkan
bentuk bunga, buah, ataupun daun. bahwa thitung (1,41) lebih kecil dibandingkan
9. Multiple Intelligences dengan ttabel (1,67), yang artinya antara
Koefisien korelasi antara multiple multiple intelligences dengan hasil belajar
intelligences dengan hasil belajar biologi siswa tidak terdapat hubungan yang berarti.
siswa kelas X SMAN di kota Padang Dari delapan kecerdasan, kecerdasan
tergolong lemah. SMAN E Padang memiliki linguistik memiliki koefisien korelasi
koefisien korelasi paling tinggi sebesar 0,43 sebesar 0,29 dengan kriteria lemah dan
dengan kriteria sedang, sedangkan SMAN koefisien determinasi sebesar 8,68%.
B memiliki koefisien korelasi paling Kecerdasan spasial visual, kinestetik, musik,
rendah sebesar 0,15 dengan kriteria sangat interpersonal, intrapersonal, dan naturalis
lemah. tidak memiliki hubungan yang berarti
Perbedaan hasil koefisien korelasi dengan hasil belajar biologi siswa karena
yang diperoleh disebabkan oleh banyak hal, nilai thitung lebih kecil dari nilai t tabel.
antara lain: latar belakang siswa, Berdasarkan pengamatan penulis di
kemampuan siswa dalam memahami lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi
pelajaran, cara guru mengajar, pelaksanaan hasil korelasi yang diperoleh pada SMAN A
proses pembelajaran, kondisi lingkungan antara lain: lingkungan sekolah nyaman,
(baik di sekolah maupun di lingkungan interaksi antar warga sekolah cukup baik,
tempat tinggal siswa) serta kondisi fisiologis disiplin yang cukup bagus. Sarana dan
dan psikologis guru dan siswa. Djamarah prasarana di SMAN A belum memadai, hal
(2002: 143-157) menyatakan faktor luar ini disebabkan karena sekolah ini masih
yang mempengaruhi hasil belajar siswa tergolong baru. Lokasi sekolah berada
adalah: 1) lingkungan, yang terdiri atas cukup jauh dari jalan raya dan kondisi jalan
lingkungan alami dan sosial budaya, 2) mendaki, yang menyebabkan siswa yang
instrumental, yang terdiri atas kurikulum, menggunakan angkutan umum, harus
program, sarana dan prasarana serta guru berjalan kaki atau menggunakan ojek ke
sebagai pendidik, sedangkan faktor dalam
30
sekolah, sehingga ada kemungkinan siswa kelas mereka sesuai dengan yang
lelah sebelum proses pembelajaran dimulai. diinginkan. Selain itu sekolah berusaha
11. SMAN B Padang menanamkan kesadaran untuk menjaga
Koefisien korelasi antara multiple lingkungan dengan cara membuat ajakan
intelligences dengan hasil belajar biologi kepada warga sekolah untuk merawat serta
siswa kelas X di SMAN B Padang memiliki menjaga lingkungan sekolah. Akan tetapi
koefisien korelasi yang paling rendah sekolah ini berada cukup jauh dari jalan raya
dibanding empat sekolah lainnya. yang menyebabkan siswa yang
Kecerdasan kinestetik memiliki koefisien menggunakan angkutan umum harus
korelasi paling rendah sebesar 0,01 dan menggunakan ojek atau berjalan kaki ke
kecerdasan linguistik memiliki koefisien sekolah, sehingga ada kemungkinan siswa
paling tinggi 0,20. agak lelah sebelum proses pembelajaran
Berdasarkan pengamatan penulis di dimulai.
lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil korelasi yang diperoleh pada SMAN B 13. SMAN D Padang
antara lain: lingkungan sosial di sekolah, Pada SMAN D Padang, secara
sarana dan prasarana belum memadai, dan keseluruhan koefisien korelasi setiap
interaksi antar warga sekolah tidak terlalu kecerdasan dengan hasil belajar biologi
baik. Disiplin pada sekolah ini juga tidak siswa bernilai positif, walaupun ada
bagus, hal ini terlihat ketika ada siswa yang kecerdasan yang memiliki koefisien korelasi
melanggar aturan sekolah, guru yang mau dengan kriteria sangat lemah. Kecerdasan
menegur siswa yang bersangkutan. Kalau logis matematis memiliki hubungan paling
ada guru yang menegur, siswa tidak kuat dibanding dengan kecerdasan lainnya.
mempedulikan teguran tersebut. Posisi Besar koefisien korelasinya adalah 0,38
gedung sekolah yang cukup jauh antara satu dengan koefisien determinasi sebesar
dengan yang lain, menyebabkan aktivitas 14,71%. Berdasarkan uji hipotesis terdapat
siswa kurang terkontrol oleh pihak sekolah. lima kecerdasan yang tidak memiliki
Lokasi sekolah berada cukup jauh dari jalan hubungan yang berarti, yaitu kecerdasan
raya, menyebabkan siswa yang spasial visual, interpersonal, intrapersonal,
menggunakan angkutan umum harus dan naturalis. Hal ini berarti kelima
berjalan kaki atau menggunakan ojek ke kecerdasan tersebut memiliki hubungan
sekolah, sehingga ada kemungkinan siswa yang sangat lemah dengan hasil belajar
lelah sebelum proses pembelajaran dimulai. biologi siswa kelas X SMAN D Padang.
12. SMAN C Padang Secara keseluruhan hasil uji hipotesis
Pada SMAN C Padang, koefisien menunjukkan bahwa t hitung (1,85) lebih besar
korelasi antara multiple intelligences dan dari ttabel (1,67), yang artinya antara multiple
hasil belajar biologi siswa memiliki intelligences dengan hasil belajar siswa
koefisien korelasi sebesar 0,22 dan koefisien terdapat hubungan yang berarti.
determinasi sebesar 5,00%. Hasil uji Berdasarkan pengamatan penulis di
hipotesis menunjukkan bahwa nilai t hitung lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi
(1,78) lebih kecil dibandingkan t tabel (1,67), hasil korelasi yang diperoleh pada SMAN D
yang artinya antara multiple intelligences antara lain: lingkungan sekolah yang
dengan hasil belajar siswa terdapat nyaman dan kondusif, sarana dan prasarana
hubungan yang berarti. memadai, dan interaksi antar warga sekolah
Berdasarkan pengamatan penulis di baik. Sekolah berusaha menanamkan
lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran untuk menjaga lingkungan
hasil korelasi yang diperoleh pada SMAN C dengan cara membuat ajakan kepada warga
antara lain: lingkungan sekolah yang sekolah untuk merawat serta menjaga
nyaman dan kondusif, sarana dan prasarana lingkungan sekolah. Lokasi sekolah ini
memadai, dan interaksi antar warga sekolah berada tidak terlalu jauh dari jalan raya,
baik. Pihak sekolah juga memberi walaupun demikian siswa yang
kebebasan kepada siswa untuk menata ruang menggunakan angkutan umum harus
31
berjalan kaki sekitar lima menit ke sekolah, menjaga lingkungan sekolah. Lokasi
sehingga ada kemungkinan siswa agak lelah sekolah yang strategis dan berada di dekat
sebelum proses pembelajaran dimulai. jalan raya juga merupakan faktor yang
14. SMAN E Padang berpengaruh, karena memudahkan akses
Pada SMAN E kota Padang, hasil siswa ke sekolah. Hal-hal tersebut sangat
korelasi antara multiple intelligences dengan mendukung pengembangan multiple
hasil belajar biologi siswa yang diperoleh intelligences dan pelaksanaan proses
lebih baik dibandingkan dengan empat pembelajaran yang baik.
sekolah lainnya, dengan kriteria lemah 15. SMAN di Kota Padang
sampai sedang. Secara keseluruhan Lima dari delapan kecerdasan siswa
koefisien korelasi yang diperoleh adalah SMAN di kota Padang memiliki hubungan
sebesar 0,43 dengan koefisien determinasi dengan kriteria sangat lemah dengan hasil
sebesar 18,60%. Hal ini berarti tingkatan belajar biologi siswa kelas X, yaitu
multiple intelligences siswa SMAN E kecerdasan spasial visual, kinestetik, musik,
Padang cukup tinggi, dan memiliki intrapersonal, dan naturalis. Tiga kecerdasan
pengaruh yang cukup besar terhadap hasil lain memiliki hubungan dengan kriteria
belajar biologinya. Hasil uji hipotesis lemah dengan hasil belajar biologi siswa
hubungan multiple intelligences terhadap kelas X, yaitu kecerdasan linguistik, logika
hasil belajar biologi siswa kelas X di SMAN matematika, dan interpersonal. Secara
E Padang menunjukkan bahwa nilai thitung keseluruhan multiple intelligences memiliki
(3,51) lebih besar dibandingkan nilai t tabel hubungan dengan kriteria lemah dengan
(1,67), yang artinya terdapat hubungan hasil belajar biologi siswa kelas X.
berarti antara tingkatan multiple Walaupun demikian semua koefisien
intelligences yang dimiliki siswa terhadap korelasi bernilai positif, yang artinya jika
hasil belajar biologinya. tingkatan multiple intelligences siswa
Dari delapan kecerdasan yang meningkat, maka hasil belajar biologi siswa
dikorelasikan, kecerdasan logis matematis juga meningkat.
memiliki kriteria korelasi yang paling tinggi Perbedaan koefisien korelasi dari
dengan koefisien korelasi sebesar 0,47 dan setiap sekolah dipengaruhi oleh banyak hal.
koefisien determinasi sebesar 21,64%. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
Kecerdasan spasial visual memiliki faktor bawaan (faktor ini ditentukan oleh
koefisien korelasi paling rendah sebesar sifat yang dibawa sejak lahir), minat dan
0,20 dengan koefisien determinasi sebesar pembawaan yang khas (faktor ini
4,09%. Berdasarkan hal tersebut dapat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan
diketahui bahwa kecerdasan logis matematis dan merupakan dorongan bagi perbuatan
yang dimiliki siswa kelas X SMAN E tersebut), pembentukan (faktor ini
Padang mempunyai hubungan dan pengaruh merupakan segala keadaan di luar diri
yang paling besar terhadap hasil belajar seseorang yang mempengaruhi
biologinya. perkembangan kecerdasan), kematangan
Berdasarkan pengamatan penulis di (faktor ini berkaitan erat dengan faktor
lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi umur), dan kebebasan (hal ini berarti
hasil korelasi yang diperoleh pada SMAN E seseorang bisa memilih metode dalam
antara lain: lingkungan sekolah yang memecahkan masalah yang dihadapi)
nyaman dan kondusif, sarana dan prasarana (Sarwono, 2009:164).
memadai, dan interaksi antar warga sekolah Mohamad (2013:54) mengungkapkan
baik. Pihak sekolah juga memberi bahwa dibutuhkan usaha dan motivasi untuk
kebebasan kepada siswa untuk menata ruang meningkatkan kualitas pembelajaran,
kelas mereka sesuai dengan yang sehingga mampu mengoptimalkan
diinginkan. Selain itu sekolah berusaha kecerdasan siswa. Dengan demikian siswa
menanamkan kesadaran untuk menjaga bisa fokus dalam belajar karena guru
lingkungan dengan cara membuat ajakan mampu menciptakan proses pembelajaran
kepada warga sekolah untuk merawat serta yang menyenangkan di kelas. Hal ini sesuai
32
dengan pernyataan Megawangi (2005: 56- 1. Terdapat hubungan positif berarti antara
57), bahwa suasana kelas yang setiap kecerdasan pada multiple
menyenangkan akan meningkatkan rasa intelligences dengan hasil belajar biologi
memiliki sehingga siswa nyaman dan berani siswa kelas X SMAN di kota Padang.
mengambil risiko, sehingga proses 2. Terdapat hubungan positif berarti antara
pembelajaran menjadi efektif . multiple intelligences dengan hasil
Oleh karena itu, dalam proses belajar biologi siswa kelas X SMAN di
pembelajaran guru dituntut untuk bisa kota Padang.
menciptakan suasana belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan dapat mendorong Saran
peserta didik secara leluasa Berdasarkan penelitian yang telah
mengembangkan kreativitasnya dengan dilakukan, dapat disarankan hal-hal sebagai
bantuan guru. Haddar (2010: 92) berikut.
menyatakan untuk mencapai suasana 1. Guru perlu mengetahui tingkatan
tersebut, salah satu cara yang ditempuh oleh multiple intelligences setiap siswa,
guru adalah dengan menguasai teknik atau sehingga dapat menentukan strategi
metode penyampaian materi yang tepat pembelajaran yang tepat.
dalam proses pembelajaran sesuai dengan 2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
materi yang diajarkan dan kemampuan anak bukan hanya menghubungkan multiple
didik yang menerima. intelligences dengan hasil belajar biologi
Banyak manfaat yang diperoleh siswa kelas X SMAN saja, tetapi dapat
dengan mengetahui tingkatan multiple dilakukan pada kelas, jenjang
intelligences siswa ini. Sunaryo (2013) pendidikan, dan mata pelajaran yang
menyatakan ada beberapa manfaat multiple berbeda.
intelligences yang diperoleh oleh siswa dan
sekolah, yaitu: bagi siswa antara lain: untuk Catatan
membantu siswa mempertimbangkan Jurnal ini disusun berdasarkan tesis
pemilihan jurusan dan menambah Ganda Hijrah Selaras dengan pembimbing 1
kepercayaan diri siswa karena kecerdasan Bapak Dr. Azwir Anhar, M.Si. dan
dilihat dari banyak aspek, bagi sekolah pembimbing 2 Bapak Dr. Ramadhan
antara lain: membantu mengelompokkan Sumarmin, M.Si.
siswa (baik dalam penentuan kelas maupun
untuk kelompok belajar) dan guru bisa lebih DAFTAR RUJUKAN
fokus dan efektif dalam proses Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
pembelajaran. Selain itu Chatib (2013:108) Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
menyatakan bahwa dengan mengetahui Asdi Mahasatya.
tingkatan multiple intelligences siswa, guru __________. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi
mampu mengemas gaya mengajarnya agar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
mudah dipahami siswa, dengan kata lain Chatib, M. 2011. Sekolahnya Manusia.
guru mampu membuat siswa tertarik dan Bandung: Kaifa.
berhasil dalam proses pembelajaran. ________. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat Bandung: Kaifa.
disimpulkan bahwa dengan mengetahui Davis, K., J. Christodoulou., S. Seider., H.
tingkatan multiple intelligences setiap siswa, Gardner. 2010. The Theory of
guru mampu merancang pembelajaran yang Multiple Intelligences. Online.
menyenangkan dan sesuai dengan kondisi http://howardgardner01.files.wordpres
siswa, sehingga hasil belajar siswa sesuai s.com/2012/06/443-davis-
dengan yang diharapkan. christodoulou-seider-mi-article.pdf.
Diunduh tanggal 22 Agustus 2013.
KESIMPULAN Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Jakarta: Rineka Cipta.
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
33
Gardner, H. 2012. In a Nutshell. Online. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian
http://howardgardner01.files.wordpres Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
s.com/2012/06/in-a-nutshell-minh. Suliyanto. 2012. Analisis Korelasi. Online.
pdf. Diunduh tanggal 22 Agustus http://maksi.unsoed.ac.id/wp-content/
2013. uploads/2012/04/ANALISIS-
Hanifah, R. 2011. Stimulasi Kecerdasan KORELASI.ppt. Diunduh tanggal 12
Naturalis, Model Pembelajaran Juli 2013.
SAINS Pembentuk Karakter Positif Widodo. T. 2013. Pembelajaran Aktif
Anak.Online. http://anifaturrosidah. Meningkatkan Kecerdasan Ganda
blogspot. com/p/sains.html. Diunduh Siswa.Online.http://guru.or.id/
tanggal 12 Juli 2013. pembelajaran-aktif-meningkatkan-
Megawangi, R. 2005. Pendidikan Holistik. kecerdasan-ganda-siswa.html.
Jakarta: Indonesia Heritage Diunduh 12 Juli 2013.
Foundation.
Mohamad, S.N., 2013. A Self-Perceived
Analysis of Students Intelligence and
Academic Achievement. Australian
Journal of Basic and Applied
Sciences. 7(3): 51-55.
Riandi. 2013. Media Pembelajaran biologi.
Online. http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19
6305011988031-RIANDI/Bahan_
Kuliah/Media_pembelajaran_biologi.p
df. Diunduh tanggal 12 Juli. 2013.
Riduwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian
Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Muda. Bandung: Alfabeta.
Santoso, S. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif: Plus Aplikasi Program
SPSS.Online. http://ssantoso.umpo.ac
.id/wp-content/uploads/2012/03/BAB
-VII.-ANALISIS-REGRESI-LINIER
_UJI-VALIDITAS-DAN-UJI-
RELIABILITAS.pdf.Diunduh tanggal
12 Juli 2013.
Setiawati, FA. 2008. Pengembangan Alat
Ukur Multiple Intelligence untuk
Penelusuran Minat dan Bakat Siswa
SMA. Jurnal Kependidikan. 5 (1): 19-
30.
Sarwono, SW. 2009. Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Somantri, A. 2006. Aplikasi Statistika
Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka
Setia.
Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:
Tarsito.

34

You might also like