Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS ANAK

BALITA DI RW VII KELURAHAN SEWU, KECAMATAN JEBRES,


KOTA SURAKARTA

Retno Dewi Noviyanti dan Dwi Sarbini

Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162

Abstract

Under-five children is a group which susceptible of health and nutrition problems. This period is a vital
and critical period. Under-five-year-old children must get nutrition intake according to their requirement.
Nutritional status influences the immunity status, and vice versa. The aim of this research was to
understand and analyze the relation between nutritional status and immunity status of under-five chil-
dren. This research was observational study using cross sectional approach. Nutritional status data
were obtained through Z-score by measuring weight and height. Immunity status data were gained
through calculation of rate of lymphocytes by diff count method in 35 respondents. The analysis method
was Pearson-product moment. Nutritional statuses which were overweight was 22,9 % and normal was
77,1 %. Immunity statuses which were beyond normal was 65,7 % and normal was 34,3%. There was
not any relationship between level of energy, protein, iron, zinc intake and nutritional status, and immu-
nity status of children under-five.

Key words: nutritional status, immunity status, under-five children.

PENDAHULUAN masa yang amat penting sekaligus


Anak usia di bawah lima tahun masa kritis. Pada periode lima tahun
(balita) merupakan kelompok yang pertama merupakan masa emas untuk
rentan terhadap kesehatan dan gizi, pertumbuhan dan perkembangan baik
sehingga membutuhkan perhatian dan fisik maupun kecerdasan.
pemantauan secara khusus terhadap Kurangnya asupan zat gizi
status kesehatan dan status gizinya. akibat nafsu makan yang turun dan
Berdasarkan data Survei Sosial adanya penyakit secara langsung
Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, mempengaruhi status gizi anak balita
angka gizi buruk dan gizi kurang (Supariasa dkk., 2001). Menurut
adalah 28 % dari jumlah anak Indonesia. Chandra (1997) restriksi energi akan
Masih ditemukannya kasus gizi buruk menurunkan sitokin dan meningkatkan
pada anak balita akan mempengaruhi respon proliferasi sel T sedangkan
kualitas manusia di masa yang akan defisiensi protein akan menurunkan
datang karena masa balita merupakan sirkulasi Ig G. Menurut Chandra (1997)

58 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 58-65


menyebutkan bahwa kurang energi baik, 8,6% kurang dan 1,4% buruk dan
protein (KEP) berat akan menurunkan sisanya 28,6% tidak terdeteksi status
sistem imun humoral. Selain itu, berat gizinya karena tidak datang me-
badan bayi saat lahir juga mem- nimbang di Posyandu. Pada bulan Juni
pengaruhi sistem kekebalan tubuh 2008, data kesakitan menunjukkan ada
anak. Dalam penelitian yang dilakukan 77% anak balita mengalami ISPA (Data
oleh Raqib dkk. (2007) menyebutkan Puskesmas Ngoresan, 2008).
bahwa berat badan lahir rendah (BBLR), Berdasarkan uraian tersebut,
yaitu berat lahir kurang dari 2,5 kg, maka tujuan penelitian ini adalah
mempengaruhi tingkat kekebalan untuk mengetahui hubungan status
tubuh dan akan meningkatkan resiko gizi dengan status imunitas anak balita
terkena penyakit infeksi. di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan
Kekebalan tubuh memegang Jebres, Kota Surakarta.
peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Kekebalan METODE PENELITIAN
tubuh seseorang dapat diukur dari
Jenis penelitian ini bersifat
kadar limfositnya baik sel B maupun
observasional dengan pendekatan
sel T. Batasan kadar limfosit normal
crossectional. Variabel bebas terdiri dari
adalah sebesar 20-40% (Almatsier,
tingkat asupan energi, protein, besi,
2005). Kadar limfosit menggambarkan
seng dan status gizi dan variabel terikat
besarnya pertahanan tubuh manusia
meliputi status imunitas dalam satu
dalam melawan segala macam benda
satuan waktu yang sama. Sampel pada
asing yang masuk ke dalam tubuh.
penelitian ini adalah 35 anak balita di
Ketika kadar limfosit tidak normal atau
wilayah RW VII Kelurahan Sewu,
turun, akan berakibat tubuh mudah
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang
terkena berbagai macam penyakit
diambil dengan metode Simple Random
infeksi dan aktivitas sel dalam sistem
Sampling.
kekebalan terhambat.
Data karakteristik responden
Berdasarkan survei pendahulu-
diperoleh dengan wawancara langsung
an yang dilakukan pada bulan Juni
kepada ibu dari anak balita dengan
2008, mengenai kondisi monografi dan
menggunakan kuesioner. Data antro-
status gizi balita di RW VII Kelurahan
pometri diperoleh dari hasil pengu-
Sewu, Kecamatan Jebres, Kota
kuran antropometri yang meliputi berat
Surakarta. Diperoleh data bahwa
badan (BB) diperoleh dengan cara
jumlah balita di RW VII Kelurahan
menimbang anak balita menggunakan
Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Sura-
timbangan injak digital dengan
karta, secara keseluruhan adalah
kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,01 kg,
sebanyak 70 anak. Dengan prevalensi
untuk data tinggi badan (TB) diperoleh
status gizi: 1,4% kategori lebih, 60%

Hubungan Status Gizi dengan Status Imunitas Anak ... (Retno Dewi N. dan Dwi Sarbini) 59
dengan cara mengukur tinggi badan HASIL DAN PEMBAHASAN
anak balita menggunakan microtoice.
Data antropometri diolah dengan 1. Hasil
menggunakan indeks BB/TB dengan Gambaran Umum Wilayah Kelurahan
cara menghitung nilai Z-score yang Sewu
kemudian diklasifikasikan sesuai nilai a. Batas dan Luas Wilayah
Z-score. Menurut WHO-NCHS bahwa Kelurahan Sewu berada di
klasifikasi status gizi dengan indeks wilayah Kecamatan Jebres, Kota
BB/TB dibagi menjadi 4 yaitu gemuk Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Luas
(>2 SD), normal (e -2 SD 2 SD), kurus wilayah kelurahan Sewu adalah 48,5
(< -2 SD - e -3 SD) dan kurus sekali (<-3 Ha dan terbagi menjadi 9 dukuh, 9 RW
SD). Status gizi gemuk, kurus dan kurus dan 35 RT Adapun batas wilayahnya
sekali tergolong dalam klasifikasi status meliputi :
gizi tidak normal (Depkes, 2003). 1) Sebelah Timur: Sungai Bengawan
Data status imunitas diperoleh Solo.
dengan pengambilan darah pada anak 2) Sebelah Selatan: Kelurahan Sang-
balita dan kemudian dilakukan pe- krah, Kecamatan Jebres.
meriksaan diff count di laboratorium 3) Sebelah Barat: Kelurahan Gan-
kimia secara kualitatif dengan metode dekan, Kecamatan Jebres.
pengecatan Giemsa untuk menghitung 4) Sebelah Utara: Kelurahan Jagalan,
jumlah limfosit darah yang dilakukan Kecamatan Jebres.
dengan menggunakan mikroskop.
Analisis data menggunakan b. Data Kesehatan
program SPSS for Windows versi 16.0.
Di Kelurahan Sewu terdapat
Analisis hubungan antara status gizi
empat macam pelayanan kesehatan
dengan status imunitas menggunakan uji
seperti pada Tabel 1.
statistik Korelasi Pearson-Product Moment.

Tabel 1. Data Pelayanan Kesehatan

No Pelayanan Kesehatan Jumlah (orang)


1 BKIA/Pos Kesehatan/Klinik 2
2 Puskesmas 1
3 Dokter 2
4 Bidan 1

60 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 58-65


Tabel 1 menunjukkan bahwa anak balita yang masuk dalam kriteria
tenaga kesehatan di Kelurahan Sewu inklusi, dari 49 sampel tersebut hanya
masih minim yaitu hanya ada 2 orang 35 sampel anak balita yang menjadi
dokter dan 1 bidan. Jumlah tenaga subjek penelitian. Sampel dalam
kesehatan ini masih kurang untuk penelitian ini adalah anak balita (1-5
melayani penduduk dengan jumlah tahun) yang bertempat tinggal di
8.471 orang. Keterbatasan ini akan Wilayah RW VII Kelurahan Sewu.
menjadi titik kritis terhadap jaminan Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
tingkat kesehatan penduduk di 18 anak (51,4%) perempuan dan 17
wilayah Kelurahan Sewu. anak (48,6%) laki-laki. Menurut
umurnya rata-rata umur anak balita
Karakteristik Orang Tua Subjek adalah 38,3 bulan 12,99 nilai standar
Penelitian deviasi. Umur minimal adalah 12 bulan
Pendidikan masyarakat di dan maksimal 59 bulan.
wilayah Kelurahan Sewu masih ter-
golong rendah yaitu pendidikan ibu Status Gizi Anak Balita
tergolong pendidikan dasar sebanyak Tabel 2 menunjukkan bahwa
56%, pendidikan ayah tergolong dasar rata-rata nilai z-skor anak balita adalah
sebanyak 53,7%. Status bekerja, se- -0,93 1,11 nilai standar deviasi,
banyak 44,1 % ibu bekerja dan 100% berdasarkan nilai rata-rata tersebut
ayah bekerja. Untuk penghasilan anak balita rata-rata tergolong status
sebagian besar masyarakat berpeng- gizi normal, dengan nilai z-skor mini-
hasilan dibawah UMR yaitu sebanyak mal adalah -2,82 yang dapat diartikan
91,2 %. status gizi tergolong kurang dan nilai
z-skor maksimal adalah 2,42 yang
Karakteristik Subjek Penelitian dapat diartikan status gizi tergolong
Dalam penelitian ini ada dari 70 lebih.
populasi anak balita ada 49 sampel

Tabel 2. Distribusi BB, TB dan Nilai z-skor Anak Balita

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi


BB (Kg) 7,7 25,3 12,55 3,25
TB (Cm) 71,2 115,0 90,75 10,67
Nilai Z-skor -2,82 2,42 -0,93 1,11

Hubungan Status Gizi dengan Status Imunitas Anak ... (Retno Dewi N. dan Dwi Sarbini) 61
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak normal ini adalah anak dengan
sebagian besar anak balita mempunyai status gizi lebih sebanyak 2,9% dan
status gizi normal yaitu 77,1 %. Anak kurang sebanyak 20%.
balita yang mempunyai status gizi

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita

Status Imunitas Anak Balita menunjukkan bahwa nilai rata-rata


Tabel 4 menunjukkan bahwa status imunitas anak balita di Kelurah-
sebagian besar anak balita mempunyai van Sewu yang dihitung dari jumlah
status imunitas tidak normal yaitu se- limfosit darah adalah 51,34 14,08 nilai
besar 65,7 % responden. Hasil analisis standar deviasi.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Imunitas Balita

Kategori Status Imunitas Frekuensi %


Tidak Normal : 23 65,7
Normal 12 34,3
Total 100 100

Hubungan Status Gizi dengan Status anak balita dapat diketahui me-lalui uji
Imunitas Korelasi Pearson-Product Moment, hu-
Ada tidaknya hubungan antara bungan antara status gizi dan status
status gizi terhadap status imunitas pada imunitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan Status Gizi dengan Status Imunitas

Status Imunitas
Total p
Status Gizi Tidak Normal Normal
N % N % N %
Tidak Normal 5 62,5 3 37,5 8 100 0,197a
Normal 18 66,7 9 33,3 27 100
a
: uji Pearson-Product Moment

62 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 58-65


2. Pembahasan Status Gizi Anak Balita
Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Tabel 4 menunjukkan bahwa
Sewu sebagian besar anak balita mempunyai
Tabel 1 menunjukkan bahwa status imunitas tidak normal yaitu
tenaga kesehatan di Kelurahan Sewu sebesar 65,7 % dari total responden.
masih minim untuk melayani pen- Status imunitas adalah merupakan
duduk dengan jumlah 8.471 orang. suatu sistem yang terdiri dari sel-sel
Keterbatasan ini akan menjadi titik darah dan kelenjar yang kompleks,
kritis terhadap jaminan tingkat kesehat- untuk melindungi tubuh dari serangan
an penduduk di wilayah Kelurahan berbagai faktor penyakit yang dengan
Sewu. tinggal dan berkembang biak di dalam
tubuh. Penelitian ini, nilai status imu-
Karakteristik Orang Tua Subjek nitas diperoleh dengan pengambilan
Penelitian darah pada anak balita dan kemudian
Mata pencaharian penduduk dilakukan pemeriksaan diff count di
Kelurahan Sewu sebagian besar adalah laboratorium kimia secara kualitatif
sebagai buruh industri (46,4%). Jenis dengan metode pengecatan Giemsa un-
pekerjaan ini membutuhkan waktu tuk menghitung jumlah limfosit darah
yang lebih banyak di luar rumah, yang dilakukan dengan menggunakan
sehingga mengakibatkan kurang mikroskop. Hasil perhitungan kadar
optimalnya perhatian orang tua kepada limfosit darah dibandingkan dengan
anak khususnya pola asuh. Hal ini kadar limfosit normalnya yaitu sebesar
dapat memberikan pengaruh terhadap 20-40% total hasil pemeriksaan diff count
perilaku, terutama perilaku tentang jumlah 100 sel leucocyte, dikatakan tidak
kesehatan baik yang diterapkan untuk normal jika kadar limfosit < 20% dan >
dirinya sendiri maupun keluarga, 40% (Almatsier, 2005).
terutama anak. Tingkat pendidikan
berhubungan dengan kemudahan Hubungan Status Gizi dengan Status
Imunitas
seseorang untuk menyerap informasi
dan mengimplementasikan dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa
perilaku dan gaya hidup sehari-hari, nilai p pada uji hubungan ini adalah
khususnya dalam hal kesehatan dan 0,197 sehingga dapat disimpulkan
gizi. Tingkat pendidikan, terutama tidak ada hubungan yang signifikan
pendidikan ibu mempengaruhi derajat antara status gizi dengan status
kesehatan, tingkat ketahanan pangan imunitas. Hasil penelitian ini tidak
keluarga, pola pengasuhan anak serta sejalan dengan penelitian Chandra
pemanfaatan pelayanan kesehatan (1997) yang menyebutkan bahwa status
yang ada (Supariasa dkk., 2001). gizi mempengaruhi status imunitas,

Hubungan Status Gizi dengan Status Imunitas Anak ... (Retno Dewi N. dan Dwi Sarbini) 63
disebutkan bahwa penderita kurang Faktor lain yang berpengaruh
energi protein (KEP) berat atau status terhadap status imunitas menurut
gizi buruk sistem imunitas humoral Ridwan (1999) adalah kelengkapan
akan menurun dan stres oksidasi imunisasi, imunisasi merupakan
meningkat. Hasil penelitian ini me- bentuk intervensi yang paling efektif
nunjukkan adanya kecenderungan untuk mencegah penyakit infeksi.
bahwa walaupun status gizi normal, Anak yang tidak diimunisasi berisiko
tetapi status imunitas anak balita tidak terinfeksi jauh lebih tinggi dibanding
normal. anak yang diimunisasi. Anak yang
Tidak terdapatnya hubungan tidak diimunisasi tidak memiliki
yang signifikan antara status gizi kekebalan atau imunitas, maka berisiko
dengan status imunitas secara statistik untuk mengalami komplikasi serius
ini karena status imunitas tidak hanya bahkan mungkin kematian. Selain itu,
dipengaruhi oleh status gizi saja, keadaan higiene dan sanitasi lingkung-
melainkan banyak faktor yang dapat an juga berpengaruh terhadap status
mempengaruhinya, seperti asupan zat imunitas anak. Hasil pengamatan pada
gizi mikro lainnya, infeksi/penyakit, saat penelitian menunjukkan bahwa
kelengkapan imunisasi, pola asuh sebagian besar higiene dan sanitasi
orang tua, sanitasi lingkungan, pen- responden kurang memenuhi syarat
didikan/pengetahuan orang tua, obat- baik dari segi tempat tinggal maupun
obatan, usia, aktivitas olah raga dan penggunaan MCK (Mandi Cuci Kakus).
stress (Candra 1997, Scrimshaw dan Rumah yang saling berhimpitan se-
SanGiovanni 1997, Ridwan 1999). hingga berdampak buruk terhadap
Candra (1997) menyatakan bahwa sirkulasi udara di dalam rumah dan
vitamin dan mineral lainnya, seperti berdampak terhadap kurangnya
vitamin A, B komplek, C, D dan E serta oksigen dalam ruangan sehingga daya
mineral Se memberikan pengaruh yang tahan tubuh menurun dan akhirnya
signifikan terhadap status imunitas. menimbulkan penyakit. Saluran pem-
Scrimshaw dan SanGiovanni buangan limbah yang berada di sekitar
(1997) memberikan pernyatakan yang tempat tinggal dan saran MCK yang
mendukung pernyataan Candra (1997), kotor.
bahwa defisiensi berbagai macam zat Pendapat lain yaitu Fatmah
gizi dapat menyebabkan terjadinya (2006), menyatakan bahwa usia mem-
infeksi dan pada akhirnya akan berikan pengaruh terhadap sistem
mempengaruhi sistem imunitas tubuh imunitas tubuh. Penuaan (aging) dikait-
diantaranya terjadi menurunkan kan dengan sejumlah besar perubahan
hipersensitivitas, mengurangi konsen- fungsi imunitas tubuh, terutama
trasi imunoglobulin, thymic, limfosit, penurunan Cell Mediated Immunity (CMI)
produksi imunoglobulin A dan sel T. atau imunitas yang di-perantarai sel.

64 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 58-65


Kemampuan imunitas kelompok lanjut ada hubungan tingkat status gizi
usia menurun sesuai peningkatan usia dengan status imunitas anak balita.
termasuk kecepatan respons imun
melawan infeksi penyakit. 2. Saran
Kepada Instansi terkait baik
KESIMPULAN DAN SARAN Puskesmas maupun Dinas Kesehatan
1. Kesimpulan perlu meningkatkan edukasi kepada
Status gizi anak balita tidak masyarakat terutama dengan pe-
normal 22,9 % dan status gizi normal nyuluhan gizi dan kesehatan, sehingga
77,1 %. Status imunitas anak balita tidak status gizi dan status imunitas anak
normal 65,7 % dan normal 34,3%. Hasil balita yang masih kurang dapat
analisis statistik menunjukkan tidak ditingkatkan menjadi lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Chandra RK. 1997. Nutrition and The Immune System: An Introduction. American Journal
of Clinical Nutrition. 66:460S-463S.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Dirjen Bina


Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Fatmah. 2006. Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara,
Kesehatan. 10 (1): 47-53. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Raqib, R., Alam, DS., Sarker, P., Ahmad, SM., Ara, G., Yunus, M., Moore, SE., Fuchs,
G. 2007. Low birth weight is associated with altered immune function in rural
Bangladeshi children: a birth cohort study. American Journal of Clinical Nutrition.
85:845852.

Ridwan, E. 1999. Kadar Hb, Status Vitamin A dan Kaitannya dengan Reaksi Imun Bayi
yang Diimunisasi. Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Bogor.

Scrimshaw, NS and SanGiovanni, JP. 1997. Synergism of nutrition, infection, and


immunity: an overview. American Journal of Clinical Nutrition. 66: 464S -77S.

Supariasa, IDN., Bakri B., dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Hubungan Status Gizi dengan Status Imunitas Anak ... (Retno Dewi N. dan Dwi Sarbini) 65

You might also like