50 92 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2014 Available online at:

Vol. 3 No.1 Hal : 55-62 http://umbidharma.org/jipp


ISSN 2302-6308

MODEL PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK


KEGIATAN PENANGKAPAN DAN BUDIDAYA LAUT DI
PULAU PANJANG KABUPATEN SERANG BANTEN
(Coastal Management Model for Marine Culture and Capture Fisheries at
Panjang Island Serang Regency Banten)

Ririn Irnawati1*, Mustahal1, Adi Susanto1, Mohamad Ana Syabana2


1JurusanPerikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta, KM 04. Pakupatan, Serang, Banten.
2Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Jl. Raya Jakarta, KM 04. Pakupatan, Serang, Banten.


*Korespondensi: ririn_rienzible@yahoo.com

Diterima: 11 Januari 2014/ Disetujui: 18 Maret 2014

ABSTRACT
Panjang Island has potential coastal area for marine culture and capture
fisheries development. It is located at marine traffic area and industries that threaten
to environment quality, marine culture and capture fisheries. The aim of this study is
to build a model of coastal management for marine culture and capture fisheries in
Panjang Island. This research use survey method and geographic information
system. The result showed fishing ground zone of lift net and located outside of
marine culture zone. Meanwhile, boat seine fishing ground has long distance from
coastal. The marine culture zone is about 265 ha and located at south and east of
island. The separation of marine culture and capture fisheries is very important
aspect to develop and realize the sustainable of coastal management in Panjang
Island.
Keywords: capture fisheries, marine culture, Panjang Island, zone

ABSTRAK
Pulau Panjang memiliki wilayah pesisir yang potensial untuk pengembangan
budidaya laut dan penangkapan ikan. Letaknya yang berada di sekitar wilayah lalu
lintas laut dan diapit oleh berbagai jenis industri yang berpotensi terhadap
pencemaran lingkungan menjadi ancaman yang serius bagi keberlanjutan budidaya
dan penangkapan ikan di Pulau Panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun
model pengelolaan kawasan pesisir di Pulau Panjang untuk kegiatan budidaya laut
dan perikanan tangkap. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan
wawancara dan penyusunan peta zonasi dilakukan dengan sistem informasi
geografis. Zona daerah penangkapan bagan tancap berada di luar kawasan
budidaya rumput laut, sementara itu zona penangkapan payang berada jauh lebih
jauh dari kawasan budidaya dan bagan. Luas perairan yang memiliki kelayakan
tinggi untuk kegiatan budidaya laut seluas 265 ha dan berada di sisi sebelah selatan
dan timur Pulau Panjang. Zonasi yang dihasilkan mensyaratkan adanya pemisahan
yang jelas antara budidaya dan penangkapan sehingga pengelolaan perikanan
berkelanjutan dapat tercapai.
Kata kunci: budidaya, model, penangkapan, pulau panjang, zonasi
56 IRNAWATI ET AL. JIPP

PENDAHULUAN Penelitian mengenai model penge-


lolaan kawasan pesisir berbasis eko-
Pulau Panjang merupakan pulau
sistem sangat penting untuk dilakukan.
dengan luas 745 ha, terletak di Teluk
Analisis zonasi, kesesuaian peman-
Banten dan secara administratif masuk
faatan kawasan dan model pengelolaan
ke dalam wilayah Kabupaten Serang
kawasan yang sesuai dengan poten-
Provinsi Banten. Wilayah pulau ini
sinya akan menjadi dasar dalam
merupakan salah satu jalur laut
pengelolaan kawasan. Penelitian ini
strategis dan potensial karena dekat
bertujuan untuk menyusun peta zonasi
dengan Pelabuhan Perikanan Nusan-
pemanfaakan kawasan pesisir Pulau
tara (PPN) Karangantu dan Pelabuhan
Panjang untuk kepentingan peman-
Niaga Bojonegara. Selain itu, potensi
faatan yang terpadu dan berkelanjutan.
sumberdaya perikanan dan kelautan
Keterpaduan pengelolaan dan peman-
seperti ikan dan rumput laut, serta jasa-
faatan ruang wilayah secara seimbang
jasa lingkungan dan wisata alam yang
dan selaras akan memberikan perlin-
belum dimanfaatkan dengan optimal
dungan fungsi ruang dan pencegahan
layak untuk dikembangkan.
dampak negatif terhadap lingkungan
Sebelum aktivitas penambangan akibat pemanfaatan ruang. Pengelolaan
pasir berkembang (sebelum tahun secara berkelanjutan tersebut bertujuan
2009), kegiatan perikanan di pulau ini untuk mengurangi kemiskinan, sosial
sangat berkembang. Penangkapan inclusiveness dan keberlanjutan sum-
ikan, budidaya rumput laut, kegiatan berdaya perikanan yang sejalan dengan
wisata budaya dan wisata bahari prinsip-prinsip blue economy.
menjadi sektor yang diandalkan masya-
rakat. Peluang pengembangan kegiatan
perikanan, budidaya rumput laut, dan METODE PENELITIAN
wisata alam di Pulau Panjang kini
Penelitian dilakukan di perairan
cenderung mengalami penurunan ka-
Pulau Panjang pada bulan Juli-Oktober
rena semakin tingginya tekanan
2013. Pengumpulan data dilakukan
terhadap sumberdaya ikan dan ling-
dengan wawancara dan pengukuran
kungan. Hal ini diduga tidak terlepas
langsung di lokasi penelitian. Data
dari adanya pencemaran perairan laut
primer berupa kondisi terkini aktivitas
sekitar Pulau Panjang dan Teluk Banten
perikanan tangkap dan budidaya rumput
yang cukup tinggi, akibat adanya kegia-
laut, kendala dan permasalahan serta
tan industri di Bojonegara dan penam-
peluang pengembangan diperoleh dari
bangan pasir laut di sekitar pulau.
hasil wawancara dengan nelayan dan
Apabila kondisi ini terus dibiarkan penduduk setempat. Data kualitas per-
maka dikhawatirkan akan mengancam airan dan kondisi biofisik perairan Pulau
keberlanjutan usaha perikanan di Pulau Panjang diperoleh melalui pengukuran
Panjang. Padahal keberadaan pulau ini langsung dan uji laboratorium. Data ini
sebagai salah satu wilayah sentra digunakan sebagai acuan dalam pem-
produksi ikan dan rumput laut telah bentukan model pemanfaatan kawasan
memberikan manfaat yang besar, baik pesisir Pulau Panjang.
bagi masyarakat setempat maupun Pro-
Metode yang digunakan dalam
vinsi Banten. Untuk mengatasi perma-
penyusunan model pengelolaan adalah
salahan tersebut, maka diperlukan
metode sistem informasi geografis (SIG)
upaya pengelolaan dan penataan kawa-
dengan teknik overlay, terhadap kondisi
san pesisir Pulau Panjang demi
oseanografi dan faktor yang digunakan
mengembalikan fungsi ekologis dan
sebagai kriteria. Data hasil pengukuran
ekonomis menuju pengelolaan yang op-
dan analisis sample air laut dari tiap
timal dan berkelanjutan.
stasiun selanjutnya diolah dengan
menggunakan software Arc View 3.2
Vol. 3, 2013 Model Pengelolaan Kawasan Pesisir 57

sesuai dengan kriteria yang telah pengaruh aktivitas di kawasan industri,


ditentukan. Hasil analisis berupa layer pelabuhan/perkapalan dan limbah
data spasial masing-masing stasiun domestik yang terbawa aliran arus.
yang selanjutnya digunakan sebagai Zonasi wilayah pengelolaan Pulau
masukan untuk overlay. Formula yang Panjang diharapkan dapat menjadi
berupa syarat pembatas untuk hidup dasar bagi pemerintah daerah untuk
dan berkembangnya suatu komoditas melakukan langkah antisipatif terhadap
budidaya laut, dimasukkan dengan penurunan kualitas perairan dan eko-
teknik overlay sehingga didapatkan peta sistem yang telah tercermin pada
lokasi perairan yang layak untuk kandungan logam berat yang tinggi di
budidaya laut. Pada lokasi perairan perairan Pulau Panjang. Adanya
yang layak ini selanjutnya dihitung kandungan logam berat di sedimen dan
kisaran luasannya perairannya yang air menunjukkan telah terjadi gangguan
dapat dikembangkan sebagai lokasi terhadap kualitas perairan. Kadar Pb
budidaya dengan komoditas yang sebesar 0,1 0,2 ppm dalam air dapat
sesuai. menyebabkan keracunan pada jenis
ikan tertentu dan pada kadar 188 ppm
dapat membunuh ikan-ikan (Tarigan et
HASIL DAN PEMBAHASAN
al. 2003). Aspek keamanan ikan dan
Pulau Panjang memiliki luas 745 ha produk perikanan yang dihasilkan dari
dengan dominasi perairan digunakan perairan Pulau Panjang haruslah
untuk kegiatan perikanan tangkap dan menjadi perhatian sehingga keberlan-
budidaya rumput laut. Meskipun jutan usaha perikanan tangkap dan
penataan kawasan budidaya rumput budidaya di kawasan ini akan tetap
laut telah dilakukan sebelumnya oleh berlangsung.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabu- Model zonasi pengelolaan kawasan
paten Serang, namun dalam kenya- pesisir Pulau Panjang difokuskan untuk
taannya di lapangan belum dilakukan. kegiatan perikanan tangkap dengan alat
Kawasan pesisir Pulau Panjang perlu tangkap yang sudah ada dan perikanan
ditata dan dikelola dengan baik untuk budidaya laut dengan komoditas utama
tujuan keberlanjutan sumberdaya per- rumput laut. Model zonasi kawasan
ikanan dan tujuan pembangunan pesisir yang direkomendasikan untuk
ekonomi lainnya. diterapkan di perairan Pulau Panjang
Posisi strategis Pulau Panjang yang disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan
terpengaruh langsung oleh kegiatan lalu hasil penentuan zonasi kawasan pesisir
lintas kapal dan kegiatan industri di Pulau Panjang dalam penelitian ini,
pesisir Serang dan Cilegon tentunya terdapat beberapa kelebihan atau
akan memberikan keuntungan dan keunggulan yaitu:
kerugian. Potensi perikanan di Pulau 1) Luas wilayah perairan yang dapat
Panjang akan mudah dipasarkan dipergunakan untuk usaha budidaya
dengan harga yang bersaing. Namun baik rumput laut maupun ikan sudah
disisi lain ancaman pencemaran ling- lebih jelas, sehingga diharapkan bisa
kungan perairan oleh berbagai limbah mengakomodasi jumlah masyarakat
dari kegiatan industri maupun buangan nelayan pembudidaya rumput laut
kapal mengancam setiap saat. Potensi dan ikan di Pulau Panjang.
pencemaran limbah terutama logam 2) Lokasi budidaya rumput laut pada
berat dari berbagai kegiatan industri kenyataannya menyebabkan peng-
akan berpengaruh terhadap kualitas kavlingan lokasi perairan secara
perairan di Pulau Panjang. Arifin dan tidak langsung, karena lokasi yang
Fadhlina (2009) menemukan bahwa telah ditanami oleh seseorang, tidak
kandungan Pb yang tinggi di pesisir bisa diakses oleh orang lain. Karena
Kamal Muara disebabkan oleh adanya itu dalam penelitian ini ditetapkan
58 IRNAWATI ET AL. JIPP

pula luasan lokasi budidaya untuk Pengembangan perikanan tangkap


rumput laut yaitu seluas 265 ha. di Pulau Panjang tidak terlepas dari
3) Kegiatan perikanan budidaya ikan ke pengembangan jenis SDI unggulan,
depan diarahkan di luar zona budi- disamping jenis dan jumlah unit
daya rumput laut. Hal ini karena penangkapan yang akan dikembang-
untuk budidaya ikan diperlukan kan. Penentuan prioritas SDI unggulan
kedalaman perairan tertentu sesuai merupakan proses yang sangat penting
dengan komoditas yang dibudi- mengingat keberadaan SDI unggulan
dayakan. dapat menjadi penentu keberlang-
4) Pusat perkampungan masyarakat sungan pengembangan perikanan
letaknya tidak terlalu jauh dari zona tangkap. Berdasarkan identifikasi sela-
perikanan tangkap dan budidaya ma proses penelitian, diketahui bahwa
yang ditetapkan dengan memper- sumberdaya ikan unggulan perikanan
timbangan faktor keterlindungan, tangkap di Pulau Panjang adalah teri
sehingga memudahkan bagi nelayan dengan alat tangkap payang, bagan
untuk mencapai tempat tersebut perahu dan bagan tancap. Meskipun
dalam menangkap ikan dan kegiatan produktivitas penangkapan ikan teri
budidaya laut. Hal ini terutama cenderung mengalami penurunan dari
sangat berguna bagi kegiatan budi- tahun ke tahun, namun nelayan payang
daya laut, yang memerlukan kontrol dan bagan di Pulau Panjang tetap setia
lokasi untuk menjamin keamanan menggeluti profesi ini. Sampono et al.
kegiatan budidayanya. (2012) menyatakan nelayan akan tetap
5) Lokasi zona penangkapan ikan mencari ikan meskipun harus berpindah
terletak di daerah yang bukan meru- lokasi yang relatif lebih jauh karena
pakan lokasi budidaya sehingga keahlian inilah yang telah mereka
tidak berpotensi menimbulkan ben- kuasai. Nelayan juga relatif akan tetap
turan kepentingan atau gangguan bekerja sebagai nelayan meskipun hasil
dan menjamin kenyamanan dan tangkapannya menurun.
keamanan bagi kegiatan budidaya. Pembagian model zonasi pengelo-
6) Penentuan batas zona masing- laan pesisir Pulau Panjang juga telah
masing jenis kegiatan pemanfaatan mempertimbangkan kondisi oseano-
memiliki dasar yang jelas yaitu grafi, terutama kedalaman perairan dan
berdasarkan kondisi biofisik dan se- substrat dasar di sekitar pulau.
baran masyarakat nelayan, sehingga Lindholm et al. (2001) menyatakan
memudahkan dalam penandaan ka- bahwa pembagian perairan berdasar-
wasan secara ekologi dan secara kan kedalaman yang berhubungan pula
umum mudah dipahami oleh masya- dengan bentuk dasar perairan, akan
rakat setempat. berpengaruh terhadap habitat jenis ikan
7) Penentuan lokasi zona-zona mencer- yang menjadi tujuan penangka-pan,
minkan kondisi ekosistem dan sum- sehingga penggunaan dan peng-
berdaya sesungguhnya di lapangan operasian alat tangkap untuk peman-
sesuai hasil penelitian, sehingga faatan sumberdaya ikan juga perlu
akan memudahkan dalam mela- untuk diselaraskan. Pengaturan ini juga
kukan evaluasi ekosistem dan akan memberikan kesempatan bagi
sumberdaya serta bagi kepentingan ikan-ikan kecil untuk hidup dan ber-
pengaturan pengelolaan jangka kembang, tanpa terganggu akibat
panjang. tekanan penangkapan yang berlebihan.
Vol. 3, 2013 Model Pengelolaan Kawasan Pesisir 59

Gambar 1 Model zonasi pengelolaan kawasan pesisir Pulau Panjang

Zonasi pengelolaan kawasan bersifat lebih aktif dari bagan tidak


pesisir Pulau Panjang pada intinya boleh dioperasikandi Jalur 1A.
mengangkut 2 kegiatan utama yaitu Pengoperasian payang dan bagan
perikanan tangkap dan perikanan juga tidak boleh masuk di kawasan
budidaya. Hal penting yang perlu budidaya rumput laut.
diperhatikan dalam model pengelolaan 2) Pengembangan budidaya rumput
Pulau Panjang adalah: laut dapat dilakukan di lokasi
1) Pengelolaan kegiatan penangkapan perairan yang memiliki tingkat
dengan alat tangkap payang dan kesesuaian tinggi (sangat se-
bagan di Pulau Panjang harus suai/S1). Nelayan sebaiknya meng-
sesuai dengan aturan jalur gunakan bibit yang berasal dari luar
penangkapan ikan. Payang yang Banten untuk mendapatkan hasil
60 IRNAWATI ET AL. JIPP

yang lebih optimal dan menghindari Model zonasi pengelolaan kawasan


serangan penyakit ice-ice. pesisir Pulau Panjang yang diakomo-
3) Pengembangan budidaya ikan dasikan dalam penelitian ini ditujukan
melalui Keramba Jaring Apung untuk:
(KJA) dapat menjadi mata penca- 1) Mempersiapkan dukungan ruang
harian alternatif bagi nelayan perairan bagi kegiatan perikanan
dengan lokasi di sebelah luar dari tangkap dan perikanan budidaya di
budidaya rumput laut. Komoditas masa mendatang melalui alokasi
yang dibudidayakan harus dise- perairan dengan mempertim-
suaikan dengan kondisi perairan bangkan daya dukung dan daya
dan pengetahuan nelayan. Pela- tampung perairan dan lingkungan,
tihan dan pendampingan yang serta struktur dan pola kegiatan
intensif diperlukan untuk mening- perikanan.
katkan kualitas nelayan dalam 2) Mengurangi disparitas perkem-
budidaya ikan dalam KJA. bangan dan pertumbuhan antar
4) Budidaya rumput laut dapat dikom- wilayah di Kabupaten Serang,
binasikan dengan budidaya kerang melalui penguatan setiap wilayah
hijau sebagai salah satu metode sesuai potensi dan kendala
untuk mengurangi tingkat cemaran perkembangan yang dihadapi, ter-
logam berat di perairan Pulau utama kawasan pulau-pulau kecil
Panjang. Kerang hijau hasil budi- seperti Pulau Panjang. Pengu-
daya tidak untuk dikonsumi rangan disparitas tidak dimaksud-
manusia karena kandungan logam kan sebagai pencapaian perkem-
beratnya akan terakumulasi dan bangan dengan tingkat yang sama
berbahaya bagi kesehatan. antara seluruh bagian wilayah
Model yang dihasilkan dari pene- Kabupaten Serang atau Provinsi
litian telah mempertimbangkan aspek Banten, namun ditujukan untuk
bioekologi perairan, kegiatan peman- memperkuat daya saing masing-
faatan perairan yang ada (perikanan masing wilayah secara proporsional
tangkap dan perikanan budidaya) dan sesuai potensi sumberdaya alam
kondisi oseanografi. Hal ini sesuai dan posisi geografis yang dimiliki.
dengan kriteria atau kategori dalam 3) Mendorong kemampuan setiap
perencanaan zonasi menurut Douvere wilayah terutama pulau kecil untuk
and Ehler (2009) yang menyatakan memenuhi kebutuhan dengan
dalam perencanaan zonasi, setidaknya mengoptimalkan pemanfaatan sum-
terdapat tiga kategori informasi spasial berdaya alam dan sumberdaya
yang relevan, yaitu: (1) distribusi biologi manusia secara berkelanjutan.
dan ekologi termasuk area yang penting Keragaman potensi lokal perlu
bagi spesies tertentu atau komunitas dimanfaatkan sebagai modal pem-
biologi; (2) informasi spasial mengenai bangunan, dengan tetap memper-
aktivitas manusia (termasuk identifikasi hatikan daya dukung SDA dan
konflik pemanfaatan yang ada); dan (3) lingkungan.
kondisi oseanografi dan lingkungan fisik 4) Mendorong pertumbuhan sektor
lainnya, seperti batimetri, arus dan perikanan dan sektor lainnya
sedimen. Selain itu, Irnawati et al. (pariwisata, perhubungan) secara
(2012) mengemukanan bahwa peran sinergis untuk memperkuat basis
serta masyarakat juga harus menjadi perekonomian melalui pemben-
aspek yang sangat diperhatikan dalam tukan nilai tambah. Jika sektor
pengembangan model pengelolaan perikanan menjadi basis pertum-
berbasis zonasi demi tercapaiknya buhan, maka inisiatif perkem-
tujuan pengelolaan yang diinginkan. bangan sektor lainnya sebagai tata
kaitan ke depan (forward linkage)
Vol. 3, 2013 Model Pengelolaan Kawasan Pesisir 61

yang kuat dan tangguh menjadi terkait pada zona tersebut perlu
prasyarat bagi pengembangan diketahui, sehingga penetapan zona
Pulau Panjang. apakah dapat dilakukan hanya secara
5) Pengembangan industri diarahkan spasial atau juga spasial-temporal untuk
pada industri perikanan dan peng- menjaga keseimbangan yang ada.
olahan rumput laut menjadi karage- Prinsip ini dapat dikembangkan sebagai
nan sebagai potensi terbesar di salah satu dasar pemanfaatan sumbe-
wilayah Pulau Panjang dan dilaksa- rdaya laut yang lestari.
nakan dalam prinsip pembangunan Penafsiran nilai ekonomi dan nilai
yang berkelanjutan. Meningkatkan beban lingkungan, dalam hal ini
dan mengembangkan kegiatan kawasan perairan menurut Sulistyo
industri, perdagangan dan inves- (2004) dan Basuki et al. (2009)
tasi. mengandung beragam sumber daya.
6) Mempertahankan dan meningkat- Sumber daya laut ini perlu didata secara
kan kelestarian sumberdaya alam seksama meliputi jenis, sebaran dan
dan lingkungan melalui pengelolaan rekaan kandungan cadangannya. Jika
dan pelestarian kawa-san pesisir dikaitkan dengan penarikan zona
Pulau Panjang yang melibatkan pemanfaatan untuk peruntukan tertentu
semua sektor dan mengembangkan ada dua unsur utama yang harus
kebijakan perairan. diperhatikan yakni: (1) potensi pasokan,
Penataan wilayah laut menurut merupakan kondisi sumber daya laut
Basuki et al. (2009) pada dasarnya baik fisik maupun biologi yang mem-
diperlukan dalam kaitannya pengaturan punyai kemampuan tumbuh dan
pemanfaatan laut secara optimal berkembang serta dapat dimanfaatkan
dengan mengakomodasi semua kepen- oleh masyarakat untuk memenuhi
tingan untuk menghindari adanya konflik kebutuhannya; dan (2) potensi per-
pemanfaatan ruang laut. Pengertian ini mintaan, yang meliputi kondisi sosial
mengarah pada suatu pemahaman, dan ekonomi masyarakat yang dalam
bahwa pemanfaatan suatu sumber daya perkembangannya memerlukan potensi
laut diberikan batas yang jelas antara pasokan yang memadai.
zona pemanfaatan yang satu dengan Tindakan pemanfaatan sumber
zona yang lain. Aspek yang diper- daya laut, menurut Sulistyo (2004)
hatikan dalam zonasi adalah sifat dapat dipastikan berdampak pada
dinamis laut, penafsiran nilai ekonomi adanya perubahan keseimbangan alam.
dan nilai beban lingkungan, sosial Tanpa adanya suatu pengaturan yang
budaya masyarakat pesisir dan pulau, tegas, keseimbangan baru yang ditim-
dan kepastian hukum pemanfaatan bulkannya merupakan beban ling-
lahan laut. kungan. Apabila pada akhirnya biaya
Sifat dinamis laut, dalam hal ini untuk perbaikan lingkungan lebih besar
menurut Basuki et al. (2009) dimana air dari pada nilai ekonomi yang dida-
sebagai media penghantar yang baik patkan, maka tujuan pemanfaatan
sehingga sensitif terhadap setiap per- sumberdaa untuk dapat memberikan
ubahan. Perubahan suhu akan ber- nilai tambah tidaklah dapat tercapai.
pengaruh pada perubahan salinitas dan Karenanya penting bahwa selain
sifat fisik lainnya. Kondisi ini meng- penilaian terhadap potensi pasoka dan
akibatkan laut sangat sensitif terhadap potensi permintaan, penilaian juga
perubahan cuaca. Arus dan gelombang dilakukan pada beban lingkungan akibat
merupakan salah satu bukti gejala pemanfaatan sumber daya. Penilaian
dinamika laut. Aspek sifat laut yang potensi tersebut dilakukan pada setiap
dinamis perlu diperhatikan dalam pena- sumber daya yang tersedia pada
rikan zona untuk peruntukan tertentu. kawasan perairan untuk menyusun
Sifat-sifat keseimbangan sistem yang skala prioritas jenis pemanfaatan
62 IRNAWATI ET AL. JIPP

sumber daya laut yang akan dikem- Douvere F and C Ehler. 2009. Marine
bangkan. Spatial Planning: A Step-by-Step
Sosial budaya masyarakat pesisir Approach Toward Ecosystem-
dan pulau, dimana kehidupan sosial based Management. IOC Manual
budaya masyarakat pesisir dan pulau and Guides No. 53, ICAM Dossier
sangatlah beragam (Basuki et al. 2009). No. 6. Intergovernmental Oceano-
Perkembangan sosial budaya secara graphic Commission and Man and
langsung dan tidak langsung dipeng- the Biosphere Programme. Paris:
aruhi oleh faktor alam di sekitarnya. UNESCO. 99 hlm.
Perilaku sosial budaya ini memiliki Irnawati R, D Simbolon, B Wiryawan, B
kaitan erat dengan perilaku masyarakat Murdyanto, TW Nurani. 2012.
dalam memanfaatkan sumber daya Teknik Interpretative Structural
alam di sekitarnya. Kondisi demografi Modeling (ISM) untuk Strategi
menyangkut masalah perkembangan Implementasi Model Pengelolaan
penduduk, taraf pendidikan, suku Perikanan Tangkap di Taman
bangsa, agama serta tingkat arus Nasional Karimunjawa. Jurnal Ilmu
informasi yang dapat diterima, meru- Pertanian dan Perikanan 2(1): 75-
pakan faktor-faktor terkait dalam 86.
mengkaji permasalahan sosial budaya Lindholm JB, PJ Auster, M Ruth, L
masyarakat pesisir untuk perumusan Kaufman. 2001. Modeling the Effect
kebijakan penataan wilayah laut. of Fishing and Implications for the
Design of Marine Protected Areas:
Juvenile Fish Responses to
KESIMPULAN Variations in Seafloor Habitat.
Conservation Biology 15: 424-437.
Model pengelolaan kawasan pesisir
Sampono N, A Purbayanto, J Haluan, B
Pulau Panjang yang disusun ber-
Wiryawan, A Fauzi. 2012. Strategi
dasarkan pada parameter osenaografi,
Nelayan dalam Menghadapi Dam-
kualitas perairan, aksesibilitas, sarana
pak Reklamasi di Teluk Jakarta.
dan prasarana dan aktivitas peman-
Buletin PSP 20(4): 423-430.
faatan eksisiting mengharuskan adanya
Sulistyo B. 2004. Sebuah Pemikiran
zonasi perikanan tangkap dan budidaya
Kadaster Laut Sebagai Langkah
yang jelas. Tidak boleh ada tumpang
Menuju Penataan Wilayah Laut
tindih pemanfaatan wilayah karena
[Makalah Seminar]. Pertemuan
dapat memicu terjadinya konflik
Ilmiah Tahunan Teknik Geodesi
perebutan sumberdaya perikanan.
ITS. Surabaya: Teknik Geodesi
ITS. 8 hlm.
DAFTAR PUSTAKA Tarigan Z, Edward dan A Rozak. 2003.
Kandungan logam berat Pb, Cd,
Arifin Z dan Fadhilina D. 2009. Cu, Zn dan ni dalam air laut Dan
Fraksinasi Logam Berat Pb, Cd, Cu sedimen di muara sungai
dalam Sedimen dan Bioavai- membramo, papua dalam
labilitasnya bagi Biota di Perairan Kaitannya dengan kepentingan
Teluk Jakarta. Ilmu Kelautan. 14(1): budidaya perikanan. Makara Sains.
27-32. 7(3): 119-127.
Basuki I, E Sembiring, D Safitriani, D
Simanjutak. 2009. Sumberdaya
Laut Indonesia dan Pengelo-
laannya. Batam: Kadin Batam. 19
hlm.

You might also like