Professional Documents
Culture Documents
Body Harness PDF
Body Harness PDF
SKRIPSI
OLEH:
NIM: 108101000018
JAKARTA
1435 H / 2014 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Thesis, Juli 2014
This study aims to look how the implementation of one of the governments
policy in the field of occupational safety which is Permenakertrans No.1 / 1980 about
construction occupational health and safety on the apartments and hotel development
projects in the works by PT PP in Kemang, South Jakarta . This study uses a model
approach that saw GC Edward model policy implementation based on four basic
subtances namely communication, resources, disposition, and bureaucratic structures.
This study uses qualitative research methods. The information used comes
from the informant interviews, field observations, and projects data related to work
safety. Informants in this study was divided into 2 parts : 4 people who represent the
main contractor and 5 people who represent sub-contarctor. Each informant has
duties and responsibilities are different from each other.
The result showed that occupation safety violations related to the content of
Permenakertrans No.1 / 1980 which are materials and equipment scattering in the
workplace, you do not see arrangement faucet cross the street of the crane, not curved
the tip of iron manufacture of concrete, and the existence of workers who are not
using PPE.
v
In each subtance based on GC Edward model the are problems resulting from
the implementation of Permenakertrans No.1 / 1980 about construction occupational
health and safety on the building construction is not going well. Problems are that
there are not competent workers to work, recruitment of workers only based ages not
skill, workers commitment to implement occupational safety is still lacking, the
application of strict punishment is not done, and there are still many information
related work safety and standard operational procedures that have not been socialized
to workers.
Recommendation are given to company that repair worker recuitment system,
the provision of safety training to workers specifically according to the type of work,
the application of punishment was more emphasized, and dissemination of standard
operating procedures for workers overall.
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juli 2014
vii
Pada masing - masing substansi berdasarkan model GC Edward terdapat
permasalahan yang menyebabkan pelaksanaan dari Permenakertans No.1 / 1980
tentang K3 konstruksi bangunan tidak berjalan dengan baik. Permasalahan tersebut
antara lain masih adanya pekerja yang belum kompeten untuk bekerja, rekrutmen
pekerja hanya berdasarkan umur bukan keahlian, komitmen pekerja untuk
melaksanakan peraturan keselamatan kerja masih kurang, penerapan hukuman tidak
tegas dilakukan, dan masih banyaknya informasi terkait keselamatan kerja dan
standar operasional prosedur yang belum disosialisasikan kepada pekerja.
Rekomendasi yang diberikan kepada perusahaan yaitu perbaikan sistem
rekrutmen pekerja, pemberian pelatihan keselamatan kerja kepada pekerja secara
spesifik menurut jenis pekerjaan, penerapan hukuman dipertegas, dan sosialisasi
standar operasional prosedur menyeluruh kepada pekerja.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas rahmat dan
karunia - Nya yang telah memberikan banyak kemudahan kepada saya mulai dari
pengajuan surat izin lapangan, selama penugasan, sampai selesainya laporan skripsi
ini. Tak terkira banyaknya rasa syukur yang dapat hamba panjatkan ke hadiratmu.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah skripsi,
Saya mengucapkan terima kasih kepada orang - orang yang telah membantu
dalam proses penyusunan laporan skripsi ini. Untuk hal tersebut saya mengharapkan
saran dan kritik guna memperbaiki laporan skripsi ini sehingga dapat lebih sempurna.
1. Kedua orang tua yang telah memberikan bimbingan dan dukungan penuh baik
2. Ibu Febrianti selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN
Jakarta.
masukan dan bimbingan selama penyusunan laporan skripsi ini hingga selesai.
ix
4. Ibu Riastuti Kusuma Wardhani selaku pembimbing skripsi yang telah
hingga selesai.
5. Bapak Mulyono dan Bapak Dadan selaku HSE officer proyek Kemang yang
6. Seluruh informan pekerja proyek Kemang yaitu pekerja kayu, besi, cor, house
keeping, operator tower crane, dan alimak yang telah memberikan informasi
yang saya butuhkan selama proses pengerjaan skripsi di lapangan dan berbagi
dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada saya selama proses
perkuliahan.
8. Teman - teman Kesmas 2008 yang tidak dapat saya sebutkan semuanya satu
per satu. Semoga semua perjuangan kita selama perkuliahan dapat menjadi
9. Serta segenap pihak yang telah banyak berperan aktif membantu pelaksanaan
skripsi dan dalam menyelesaikan laporan skripsi ini yang tidak saya sebutkan
secara keseluruhan.
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan kebahagaiaan dunia dan akhirat, dan
juga semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Amien
x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Gol. Darah :A
RIWAYAT PENDIDIKAN
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN.. i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
ABSTRAK. x
KATA PENGANTAR..... ix
BAB I PENDAHULUAN. 1
xii
1.5.1 Manfaat Aplikatif....... 10
Bangunan .................................................................................. 28
2.2.5.1.1 Transmisi... 40
xiii
2.2.5.1.2 Kejelasan............... 41
2.2.5.1.3 Konsistensi.... 41
2.2.5.2 Disposisi.. 41
2.2.5.2.2 Insentif.. 42
2.2.5.3.1 Staf 43
2.2.5.3.2 Informasi 43
2.2.5.3.3 Wewenang. 44
2.2.5.3.4 Fasilitas......... 44
2.2.5.4.2 Fragmentasi....... 46
4.3 Informan... 58
xiv
4.4 Instrumen Penelitian 62
BAB V HASIL......................................................................................................... 68
5.3.1 Komunikasi................................................................................... 73
5.3.1.1 Transmisi........................................................................... 73
5.3.1.2 Kejelasan........................................................................... 79
5.3.1.3 Konsistensi........................................................................ 83
5.3.2 Disposisi......................................................................................... 84
5.3.2.1 Komitmen.......................................................................... 84
5.3.2.2 Insentif............................................................................... 85
5.3.3.1 Staf.................................................................................... 89
5.3.3.2 Informasi........................................................................... 93
5.3.3.3 Wewenang........................................................................ 95
xv
5.3.3.4 Fasilitas........................................................................... 100
xvi
6.3.3.5 Anggaran......................................................................... 139
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
BAB I
PENDAHULUAN
tidak dilakukan (Dye dalam Wibawa, 1994). Sedangkan kebijakan publik adalah
didefinisikan sebagai suatu bentuk arah utama dalam suatu pemerintahan negara
secara khusus di sektor kesehatan (Walt dalam Massie, 2009). Oleh karena itu,
sebagai aktor penting maka pemerintah adalah pihak yang menentukan kebijakan
Isu global mengenai upaya perlindungan tenaga kerja sudah dimulai sejak
International Labour Organization ( ILO ) mulai didirikan pada tahun 1919 untuk
dapat dicapai melalui keadilan sosial. Lalu pada tahun 1944 para pendiri ILO
komoditas dan menetapkan hak asasi manusia dan hak ekonomi kepada kaum
pekerja. Kemajuan besar dicapai ILO pada tahun 1998 dengan diadakannya
prinsip - prinsip dan hak - hak mendasar di tempat kerja termasuk diantaranya
1
membahas mengenai kesehatan dan keselamatan pekerja. Hingga saat ini ILO
kesehatan pekerja telah diatur dalam undang - undang dan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia. Selain itu juga mengatur dengan jelas tentang hak dan
tahun 1910 disusul Verordening Stoom Ordonnantie tahun 1930. Lalu setelah
Indonesia merdeka dibuatnya landasan undang - undang dasar 1945. Pasal 27 ayat
yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini dijadikan landasan utama dalam
pentingnya kesehatan kerja agar pekerja dapat bekerja secara sehat dan
2
ketenagakerjaan paragraf 5 pasal 86 dan 87 tentang keselamatan dan kesehatan
kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja. Sebagai penjabaran dan
melindungi tenaga kerja tidak menjamin kecelakaan kerja tidak akan terjadi.
Sampai saat ini kecelakaan kerja masih saja sering terjadi dari tahun ke tahun.
Secara global, ILO mencatat bahwa setiap tahunnya kurang lebih terjadi 337 juta
kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak kurang dari 2,3 juta nyawa melayang.
Dilihat dari dampak ekonomi USD 1,25 Trilyun atau 4% dari Global Gross
Domestic Product (GDP) dialokasikan utuk biaya dari kehilangan waktu kerja
pada tahun 2011 terjadi 99.491 kecelakaan kerja. Total klaim yang telah dibayar
sekitar Rp 504,3 miliar meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 yang
sebesar 98.711 kecelakaan kerja dengan total klaim yang dibayar Rp 401,237
3
kerja di Indonesia pada tahun 2009 terdapat 88.492 kasus kecelakaan kerja . Pada
kerja dengan total klaim yang harus dibayarkan sebanyak Rp 3,46 triliun. Dari
jumlah tersebut sektor yang mencatat persentase tertinggi adalah sektor konstruksi
Pada 2009 tercatat pekerja di sektor jasa konstruksi ada 5% atau sekitar
4,5 juta pekerja dengan kecelakaan kerja yang beragam. Hingga November 2009
menyatakan sampai dengan September 2012 angka kecelakaan kerja berada pada
konstruksi yang bermunculan dengan rata - rata 7 orang meninggal per hari
4
kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib
penyelenggaraan konstruksi.
Indonesia karena memuat banyak hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
kostruksi yaitu tempat kerja, peralatan kerja, mesin, perancah, tangga, alat angkat,
konstruksi. Sudah 33 tahun berlalu namun peraturan ini masih dipakai sebagai
bagian dari persyaratan legal yang harus dipenuhi perusahaan konstruksi dalam
menjalankan kegiatannya dan belum direvisi hingga saat ini. Peraturan ini juga
bidang konstruksi.
publik maupun privat yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang
telah ditentukan terlebih dahulu. Ini meliputi baik usaha - usaha sesaat untuk
diamanatkan oleh keputusan - keputusan kebijakan (Van Horn dan Van Meter
1975 dalam Wibawa 1994). Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara
5
agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan tidak kurang
(Nugroho, 2008).
beberapa variabel antara lain komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi, dan
perintah dan arahan - arahan dari sumber pembuat kebijakan kepada mereka yang
Disposisi yaitu kemauan atau niat para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan.
implementasi kebijakan tanpa adanya intervensi atau tekanan dari luar perusahaan
BUMN konstruksi terbersar di Indonesia. Saat ini PT. PP sedang menggarap salah
satu proyek di Kemang, Jakarta Selatan berupa apartemen dan hotel. Proyek yg
ini sudah berjalan dari tahun 2012. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan
pada Februari 2013 tercatat pada laporan kecelakaan sudah terjadi 5 kecelakaan
kerja hingga saat ini dengan rincian 4 kecelakaan terjadi pada tahun 2012 dan 1
kecelakaan kerja yang dilaporkan belum tentu sebenarnya yang terjadi karena di
kecelakaan kerja yang sifatnya hanya cedera ringan sehingga bisa jadi jumlah
kecelakaan kerja yang terjadi jumlahnya bisa mencapai puluhan. Selain itu juga
6
Diakui pula oleh penanggung jawab K3 proyek bahwa karakteristik
kerja pada sektor ini mustahil dapat mencapai zero accident. Karakteristik yang
relatif rendah, intensitas kerja tinggi dibuktikan dengan akhir pekan yang tetap
dan kapasitasnya, dan juga mobilisasi peralatan dan material yang tinggi.
lain masih banyak bahan - bahan berserakan di lokasi kerja dan masih banyak
pekerja yang menggunakan APD seenaknya bahkan masih ada saja yang tidak
mau menggunakan.
1980 tentang K3 konstruksi bangunan pada proyek hotel dan apartemen yang
sedang digarap PT. PP di Kemang, Jakarta Selatan. Penelitian ini akan melihat
tersebut dan juga untuk mengetahui hambatan dan problem yg muncul dalam
yaitu dengan melihat variabel komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur
7
1.2 Rumusan Masalah
proyek di Kemang, Jakarta Selatan berupa apartemen dan hotel. Proyek yg ini
sudah berjalan dari tahun 2012. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan pada
Februari 2013 tercatat pada laporan kecelakaan sudah terjadi 5 kecelakaan kerja
dengan rincian 4 kecelakaan terjadi pada tahun 2012 dan 1 kecelakaan kerja pada
Januari 2013. Menurut penanggung jawab K3 proyek ini, kecelakaan kerja yang
pekerja yang tidak melaporkan kecelakaan kerja yang sifatnya cedera ringan.
terkait aturan K3 antara lain masih banyak bahan - bahan berserakan di lokasi
kerja dan masih banyak pekerja yang menggunakan APD seenaknya bahkan
Penelitian ini untuk melihat bagaimana analisa model GC Edward pada penerapan
Selatan.
8
proyek apartemen dan hotel yang sedang dikerjakan PT Pembangunan
tentang K3 konstruksi bangunan pada lokasi proyek apartemen dan hotel yang
9
4. Diketahuinya gambaran tentang struktur birokrasi terhadap implementasi
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan bahan
Indonesia.
10
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukana pada bulan mei 2013 dengan perkiraan jumlah
Penelitian akan dilaksanakan oleh peneliti itu sendiri. Triangulasi data dilakukan
berdasarkan teknik yaitu observasi, wawancara, dan telaah dokumen dan juga
sebagai sumber data primer. Data juga diperoleh dengan melakukan telaah
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tingkah laku dari mereka yg membuat dan dari mereka yg mematuhi keputusan
tersebut.
Secara etiologi publik berasal dari bahasa yunani yakni pubes berarti
istilah publik sering dipadankan dengan kata common yang bermakna hubungan
antar individu. Oleh karena itu publik sering dikonsepsikan sebagai suatu ruang
yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu diatur atau diintervensi oleh
pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama (Namawi
12
menurut Anderson dalam Zaeni (2006): A purposive course of action followed
adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Oleh karena itu suatu kebijaksanaan harus memuat 3 (tiga) elemen, yaitu :
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
pejabat pemerintah.
13
3. Kebijakan itu adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah.
4. Kebijakan publik itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa
sesuatu.
konteks ini, kebijakan publik dapat dilihat dalam tiga lingkungan kebijakan,
yaitu : (1) perumusan kebijakan, (2) pelaksanaan kebijakan dan (3) penilaian
tersendiri. Respon ini disebut dengan kebijakan publik. Maka bisa dibilang
14
kebijakan publik adalah bentuk faktual dari upaya pemerintah untuk mengatur
kehidupan bersama yang disebut sebagai bangsa dan negara. Kebijakan publik
pada akhirnya merupakan bentuk paling nyata dari ideologi suatu negara.
(Nugroho, 2008)
Ideologi
Sistem
Politik
Kebijakan
Publik
demokrasi. Lalu diturunkan lagi menjadi kebijakan publik. Politik yang paling
unggul sekalipun tidak ada gunanya jika tidak mampu membangun kebijakan -
15
2.1.2 Proses Kebijakan Publik
kebijakan publik. Untuk membantu melakukan hal ini, para ahli kemudian
process) atau seringkali disebut juga sebagai siklus kebijakan (policy cycles).
masalah-masalah apa yang akan diputuskan atau masalah apa yang akan
16
dibahas oleh pemerintah. Peserta yang terlibat antara lain kaum elit
dewan negara.
kelompok kepentingan.
17
5. Implementasi kebijakan (Policy Implementation)
18
2.1.3 Kebijakan Publik dan Hukum
publik memberikan wadah legal bagi negara untuk mencapai tujuan yang
dibawa oleh kebijakan publik tersebut dan untuk membatasi kekuasaan negara
karena prinsip negara modern adalah negara dengan kekuasaan tidak tak
terbatas.
dan berlaku mengikat kehidupan bersama, maka pada saat itu pula kebijakan
publik memerlukan kodifikasi formal dan legal dalam bentuk hukum publik
karena tetap ada kebijakan yang dapat dilaksanakan secara efektif tanpa
politik dan sanksi sosial. Jadi tujuan hukum adalah untuk membuat kebijakan
19
2.1.4 Elemen Kebijakan
Kebijakan publik dapat dilihat sebagai suatu sistem yg terdiri dari input,
konversi, dan output. Dalam konteks ini ada dua variabel makro yg
dukungan dan tuntutan terhadap sebuah sistem politik. Kemudian para aktor
oleh masyarakat dan masyarakat akan memberikan umpan balik dalam bentuk
20
memasukkannya kedalam agenda pemerintah dan selanjutnya melahirkan
A. UUD 45
B. TAP MPR
C. UU / PP pengganti UU
D. PP
E. PERPRES
F. PERDA provinsi
21
Kesemuanya merupakan bentuk kebijakan publik yang terkodifikasi
1. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau mendasar yaitu
2. Kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah. Kebijakan ini dapat
Namun ada beberapa kebijakan yang sifatnya messo atau makro dapat
22
Kebijakan - kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan
Kebijakan kesehatan berpihak pada hal - hal yang dianggap penting dalam
23
Dari pengertian dalam UU No.18 / 1999 Tentang Jasa Konstruksi tersebut
kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan banyaknya pihak yang terlibat
dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga
proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup
merupakan satu bidang produksi yang memerlukan kapasitas tenaga kerja dan
tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang sering ditimbulkan umumnya
dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas dan terbentur yang disebabkan oleh
terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari atas atau barang roboh. Hal
tersebut juga didukung oleh prilaku kerja yang tidak aman. Selain kurangnya
24
dilakukan pemilik usaha sering tidak mencukupi (IOSH, 2007). Oleh karena itu
agar tujuan nasional dapat dicapai sesuai dengan falsafah yang mendasari
Jasa Konstruksi pada tahun 1988 dan selanjutnya bersama asosiasi jasa
hingga akhirnya dapat dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat dan selesai pada
25
Pada UU No.18 / 1999 Tentang Jasa Kontruksi pasal 23 ayat 2 dijelaskan
tenaga kerja. Diperjelas lagi pada bab X paragraf 5 tentang keselamatan dan
26
hubungan komplementer dengan peraturan Perundang - undangan terkait K3
Bangunan.
2. SKB Menteri Pekerjaan Umun dan Menteri Tenaga Kerja No.174 / Men /
Konstruksi.
Umum.
27
2.1.9 Permenakertrans No.1 / 1980 Tentang K3 Pada Konstruksi Bangunan
kerja Presiden ke - 2 RI yaitu Presiden Soeharto yang pada jaman itu disebut
secara legal dan formal. Pembuatan peraturan ini melibatkan ahli hukum dan
ahli yang menguasai masalah berkaitan terutama teknik dan K3. Peraturan ini
bersifat messo yang dibuat di bawah departemen tenaga kerja dan transmigrasi
pada kegiatan konstruksi di Indonesia karena memuat banyak hal yang harus
diperhatikan dalam kegiatan konstruksi yaitu tentang tempat kerja dan alat
kerja, perancah, tangga dan tangga rumah, alat angkat, kabel baja, tambang,
28
Sudah 33 tahun berlalu namun peraturan ini masih dipakai sebagai
dalam menjalankan kegiatannya dan belum direvisi hingga saat ini. Peraturan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Peraturan ini wajib dilaksanakan oleh
termasuk juga sub kontraktor yang ikut bekerja pada proyek tersebut dengan
tujuan agar seluruh pekerja dan pengunjung yang berada di lokasi proyek
dapat terhindar dari resiko terkena kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
dasarnya ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan. Isi kebijakan
dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan tidak kurang (Nugroho, 2008). Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik maka ada dua pilihan langkah yang ada
29
yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program - program atau
dasar yaitu tujuan yang jelas, sasaran yang spesifik, dan cara mencapai sasaran
tersebut. Komponen yang ketiga biasanya belum dijelaskan secara rinci dan
Komponen cara berkaitan siapa pelaksananya, berapa besar dan dari mana dana
1994).
arah yang telah diprogramkan itu benar - benar memuaskan. Akhirnya pada
perubahan yang dapat diukur dalam masalah - masalah besar yang menjadi
sasaran program.
Suatu program kebijakan akan hanya menjadi catatan - catatan elit saja jika
merupakan tindak lanjut dari sebuah program atau kebijakan, karena itu suatu
30
program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah
konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle
kebijakan. Stakeholder kebijakan ini bisa berupa aktor yang terlibat dalam
korban yang dirugikan oleh suatu kebijakan publik (Suharto dalam Anshori,
2011).
31
faktor yang dapat diubah supaya diperoleh pencapaian hasil secara lebih baik,
dari pilihan pelaksanaan satu kebijakan (Henry dalam Wahyudi, 2011). Ini terjadi
karena pilihan terhadap satu kebijakan tidak didasari oleh satu rasionalitas
1. Rasionalitas teknis
2. Rasionalitas ekonomi
3. Rasionalitas legal
hukum.
4. Rasionalitas sosial
5. Rasionalitas substanstif
sebelumnya.
32
Ada 3 (tiga) level sehubungan dengan proses perubahan kelembagaan yaitu
level kebijakan, level organisasional, dan level operasional. Dalam suatu negara
demokrasi adanya level kebijakan ini selalu ditandai dengan adanya badan
dengan adanya badan eksekutif. Pada level ini, biasanya keputusan - keputusan
dasar yang dapat dijabarkan dalam bentuk UU, perintah, keputusan, dsb agar
tujuan dan sasaran dapat tercapai sehinggan nantinya dampaknya dapat dipakai
Van Meter dan Van Horn dalam Wibawa (1994) mengemukakan bahwa
pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Ini meliputi
33
informasi yang relevan. Apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang
diharapkan kesalahan seringkali bukan pada kebijakan itu melainkan pada faktor
sumber daya pendukung yang tersedia ( Juma dan Clarke, 1995 dalam Massie,
2009).
Van Horn dan Van Meter dalam Hadi (2012) menyatakan bahwa proses
Setiap kebijakan harus mempunyai standar dan suatu sasaran yang jelas
merupakan hal yang penting dalam analisis karena indikator ini menilai
2. Sumber daya
34
dimana otoritas yang lebih tinggi dapat memungkinkan pelaksana akan
5. Disposisi
(konteks).
1. Isi
( Interest Affected ).
Change Envision ).
35
5. Implementor kompeten dan kapabel ( Program Implementer ).
2. Lingkungan
36
3. Variabel Lingkungan ( Non Statutory Variables Affecting Implementation )
implementor.
kebijakan :
1. Kondisi Lingkungan
- Sistem politik
- Struktur pembiayaan
- Sosio kultural
37
- Efektivitas jejaring untuk mendukung program
3. Sumber daya
- Komitmen birokrasi
keputusan
38
2.2.5 Model Implementasi Kebijakan GC Edward
2.2.5.1 Komunikasi
efektif antara pelaksana program dengan para kelompok sasaran. Tujuan dan
menghindari distorsi atas kebijakan dan program. Hal ini penting karena
kebijakan seluruhnya.
39
dalam mencapai efektivitas implementasi kebijakan publik. Dengan demikian,
2.2.5.1.1 Transmisi
40
2.2.5.1.2 Kejelasan
(Winarno, 2005).
2.2.5.1.3 Konsistensi
2.2.5.2 Disposisi
41
kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal. Demikian
dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada
2.2.5.2.2 Insentif
42
faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan perintah
baik. Indikator - indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumber
2.2.5.3.1 Staf
salah satunya disebabkan oleh staf atau pegawai yang tidak cukup
2.2.5.3.2 Informasi
43
kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana
2.2.5.3.3 Wewenang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para
2.2.5.3.4 Fasilitas
44
2.2.5.4 Struktur Birokrasi
yang kompleks dan luas. Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa
kebijakan yang membutuhkan cara kerja baru atau tipe personil baru untuk
45
implementasi. Namun demikian, di samping menghambat implementasi
perencanaan yang luwes dan kontrol yang besar atas program yang
baru daripada birokrasi yang tidak mempunyai ciri seperti ini (Edward
2.2.5.4.2 Fragmentasi
fungsi - fungsi tertentu ke dalam lembaga atau badan yang berbeda - beda.
46
2.3 Kerangka Teori
IMPLEMENTASI
Dari sekian banyak teori yang ada mengenai implementasi kebijakan, peneliti
memilih model GC Edward sebagai kerangka teori dalam penelitian ini karena
47
keempat substansi dalam teori ini yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan
struktur birokrasi secara garis besar sudah mencakup semua substansi yang dibahas
dalam teori - teori lainnya namun dengan penjabaran yang lebih sederhana dan tidak
48
BAB III
KERANGKA PIKIR
Komunikasi :
1. Kejelasan
2. Transmisi
3. Konsistensi
Implementasi
Struktur
Disposisi : Kebijakan Birokrasi :
Permenakertrans No.1
1. Komitmen tahun 1980 tentang 1. SOP
2. Insentif Keselamatan dan 2. Fragmentasi
Kesehatan Kerja pada
Konstruksi bangunan
Sumber daya :
1. Staf
2. Informasi
3. Wewenang
4. Fasilitas
5. Anggaran
49
Sejatinya keempat substansi antara komunikasi, diposisi, sumberdaya, dan
struktur birokrasi saling mempengaruhi satu sama lain. Namun supaya hasil
laporan penelitian tidak berbelit - belit dan keterbatasan waktu penelitian yang
hanya satu bulan maka peneliti memutuskan untuk meneliti pengaruh keempat
lapangan.
penambahan anggaran pada substansi sumber daya dan komitmen pada substansi
(2011) maka dapat dibuat definisi istilah dari faktor komunikasi sebagai
berikut :
50
2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pimpinan perusahaan
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control dan
pekerja lapangan
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control dan
pekerja lapangan
penyampaian.
51
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
(2006) maka dapat dibuat definisi istilah dari faktor sumber daya sebagai
berikut :
konstruksi bangunan.
konstruksi
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
52
Alat ukur : Pedoman wawancara, alat perekam, alat tulis
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
bangunan.
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
53
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
maka dapat dibuat definisi istilah dari faktor disposisi sebagai berikut :
tindakan nyata.
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
B. Insentif adalah imbalan di luar honor pokok yang diberikan oleh pimpinan
ataupun dukungan kegiatan yang sifatnya tidak dapat diukur secara materi.
54
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
(2005) maka dapat dibuat definisi istilah dari faktor struktur birokrasi sebagai
berikut :
tertulis dalam kerangka kerja yang jelas sehingga dapat menjadi acuan
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
55
Alat ukur : Pedoman wawancara, alat perekam, alat tulis
Informan : HSE kantor pusat, tim HSE proyek, Quality Control, dan
pekerja lapangan
56
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
dihasilkan dari penelitian ini berupa analisa model GC Edward pada penerapan
57
4.3 Informan
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
paling tahu tentang apa informasi yang akan diteliti sehingga memudahkan
Kedua, tim HSE proyek dipilih sebagai informan karena HSE adalah
semua resiko kecelakaan kerja di lokasi proyek sehingga kecelakaan kerja tidak
meraka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa berbagai jenis mesin dan
58
merupakan pihak yang paling rentan mengalami kecelakaan kerja yang
Sub kontraktor
Total 152
Jumlah pekerja total ada 152 orang dengan 40 dari kontraktor utama dan
112 orang sub kontraktor. Masing - masing dari jenis pekerjaan kecuali tim
59
HSE proyek dan QC yang sudah termasuk karyawan PT. PP bisa diambil
Kontraktor
No Bab
HSE Ps HSE Pr QC HK
1 Ketentuan Umum v v v v
3 Perancah v v v
4 Tangga v v v v
5 Alat Angkat v v v v
Peralatan Konstruksi
8 v v v v
Bangunan
9 Konstruksi Bawah Tanah xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx
12 Pekerjaan Beton v v v
13 Pekerjaan Lainnya v v v v
60
Tabel 4.3 Matriks Informan Subkontraktor
Sub Kontraktor
No Bab
Besi Cor Kayu Opr TC Opr AL
1 Ketentuan Umum v v v v v
4 Tangga
5 Alat Angkat v v v v v
Peralatan Konstruksi
8 v v v v
Bangunan
9 Konstruksi Bawah Tanah xxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxx
12 Pekerjaan Beton v v v v
13 Pekerjaan Lainnya v v v
Keterangan :
61
QC = Quality Control
HK = House Keeping
Tanda (v) berarti bab tersebut dapat ditanyakan kepada informan yang
bab seperti yang tertulis pada tabel di atas. Dari 14 bab tersebut tidak semua
memancang dan penggalian sudah lebih dulu dilakukan jauh sebelum peneliti
dilakukan oleh kontraktor lain sehingga peneliti tidak dapat meneliti hal
tersebut. Pekerjaan pembongkaran juga tidak dapat diteliti karena proyek ini
bangunan apapun.
peneliti sendiri dapat dipahami sebagai alat yang dapat mengungkapkan fakta-
fakta di lapangan dan tidak ada alat yang paling tepat dan elastis untuk
62
akan mengembangkan suatu instrumen penelitian sederhana untuk melengkapi
data yang dibutuhkan. Instrumen sederhana yang akan digunakan oleh peneliti
adalah:
1. Pedoman wawancara
2. Lembar observasi
3. Buku catatan
4. Alat perekam
5. Kamera
penelitian.
1. Data Primer
63
oleh peneliti. Selain itu, data primer dalam penelitian ini juga diperoleh
2. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
1. Observasi (pengamatan)
subjek menyadari adanya orang yang mengamati apa yang subjek kerjakan.
Observasi ini juga bisa disebut observasi nonpartisipan karena tidak terlibat
64
2. Analisis dokumen
bangunan seperti dokumen tentang alat - alat kerja dan peralatan konstruksi
serta dokumen lainnya seperti tenaga kerja, struktur organisasi proyek, dll.
3. Wawancara
65
4.8 Analisis Data
pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
peneliti.
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
terjadi.
66
data akan didukung dengan hasil pengamatan lapangan dan analisis
dokumen.
yang berbeda - beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
2. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik yang sama oleh peneliti untuk
67
BAB V
HASIL
macam tugasnya di proyek. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat
68
5.2 Implementasi Kebijakan Permenakertrans No.1 / 1980 Tentang K3
Konstruksi Bangunan
Bab Implementasi
I Ketentuan Umum v
II Tempat Kerja dan Alat Kerja x
III Perancah v
IV Tangga dan Tangga Rumah v
V Alat Angkat x
Kabel Baja, Tambang, Rantai
VI v
dan Peralatan Bantu
VII Mesin v
VIII Peralatan Konstruksi Bangunan v
IX Konstruksi Bawah Tanah xxxxxxxxxxxxx
X Penggalian xxxxxxxxxxxxx
XI Pemancangan xxxxxxxxxxxxx
XII Beton x
XIII Pekerjaan Lainnya v
XIV Pembongkaran xxxxxxxxxxxxx
XV Alat Pelindung Diri v
69
- Tanda (v) menunjukkan bahwa bab tersebut implementasinya sudah
dengan ketentuan
dikerjakan oleh kontraktor lain sehingga tidak bisa dinilai oleh peneliti.
sudah sesuai dengan ketentuan walaupun ada beberapa mesin, peralatan, dan
dibutuhkan dan tidak sesuai dengan jenis proyek yang dikerjakan. Lalu ada 4
bab yang tidak diteliti karena pengerjaannya tidak dilakukan oleh kontraktor
utama dan tidak sesuai dengan jenis proyek yang dikerjakan yaitu konstruksi
pada bab yang berisi ketentuan mengenai tempat kerja dan alat kerja, alat
Pelanggaran yang berkaitan dengan tempat kerja dan alat kerja yaitu
70
untuk barak pekerja dan lantai yang sudah jadi memang rapi dan tidak ada
bahan atau peralatan yang berserakan namun untuk lokasi yang terdapat
bahan yang berserakan nanti saja setelah selesai bekerja saat jam kerjanya
pada hari tersebut akan berakhir. Selain itu karena adanya pekerja house
Nanti saja diberesin kalau udah selesai kerja hari ini. (besi)
Nanti juga diberesin sama house keeping. Tugas dia kan emang
2. Alat Angkat
Pelanggaran yang berkaitan dengan alat angkat yaitu tidak terlihat adanya
aturan yang melarang orang melintasi daerah lintas keran jalan (travelling
crane). Dari pihak HSE beralasan bahwa saat alat crane sedang
71
Berikut pernyataan HSE proyek mengenai tidak adanya aturan yang
Peraturan sebenarnya sih ada tapi gak tertulis aja. Lagian kalau crane
lagi jalan pekerja yang dibawah juga bisa liat sendiri. Ntar juga minggir
sendiri biasanya.
3. Beton
ujung - ujung besi yang mencuat tersebut akan segera ditutupi dengan
Gak ada bedanya sih mau dilengkungkan atau gak kan nanti juga
(besi)
72
4. Alat Pelindung Diri
full body harness namun pekerja enggan memakai ketika bekerja dengan
alasan tidak praktis dan lebih memilih safety belt. Selain itu masih ada
saja pekerja yang tidak memakai APD seperti helm dan sepatu padahal
sudah tersedia.
tidak mau menggunakan full body harness dan tidak memakai APD
lainnya seperti helm dan sepatu. Mereka menjawab bahwa hal itu bukan
Males pake body harness, ribet. Pake safety belt aja udah cukup. (cor)
5.3.1 Komunikasi
5.3.1.1 Transmisi
73
Permenakertrans No.1 / 1980 tentang K3 konstruksi bangunan. Penyaluran
hal - hal terkait dengan K3 di lokasi proyek. Ada 3 macam pertemuan yang
dilakukan yaitu :
1. SHE Induction
Ditujukan kepada pekerja atau tamu yang baru pertama kali datang ke
2. SHE Meeting
kantor proyek. Pada SHE meeting hasil dari evaluasi inspeksi yang
instruksi kepada mandor agar melakukan saran - saran yang diberikan staf
SHE. Mandor diharap juga memberi masukan dan kritik kepada pihak
74
kontraktor mengenai pelaksanaan program K3 agar ke depannya bisa jauh
lebih baik.
3. SHE Talk
Pada saat SHE talk semua pekerja dikumpulkan di satu tempat lalu
suara. Tema yang diberikan berganti - ganti. Misalkan minggu lalu tentang
media rambu - rambu di lokasi proyek. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan
Untuk pekerja kami memberikan SHE meeting setiap seminggu sekali yang
wajib dihadiri oleh mandor. Selain itu ada SHE talk setiap jumat pagi yang
harus dihadiri semua pekerja. SHE induction untuk orang atau pekerja yang
75
ketinggian, menggunakan APAR, evakuasi, sama pertolongan pertama.
komunikasi K3 di proyek ini juga menjawab hal yang serupa dengan informan
HSE proyek.
SHE talk tiap jumat, induction waktu pertama datang, buat mandor ada
SHE meeting.
Pelatihan diajarin pake safety belt sama cara make APAR, ada evakuasi
mengenai bagian - bagian apa saja yang harus diperhatikan dan itu berbeda -
bahwa edukasi K3 yang diberikan kepada pekerja hanya secara umum saja.
Untuk setiap jenis pekerjaan tidak ada yang dikhususkan mengenai gimana
76
Tabel 5.3 Pelatihan K3 Umum
pekerja yang berasal dari subkontraktor seperti operator tower crane dan
Dapatnya tentang alat pengaman dan beban jadi kalau kelebihan beban
Dari mandor dikasih tahu alat pengaman dan beban maksimal jadi supaya
77
Tabel 5.4 Pelatihan K3 Khusus
dibahas dalam pelatihan. Quality control dan HSE pusat sebagai informan
Ini kan perusahaan konstruksi, semua karyawan termasuk saya juga dikasih
pelatihan K3 konstruksi. Tapi kalo orang HSE mungkin porsinya lebih banyak
staf HSE porsinya lebih banyak dari yang lain. (HSE pusat)
78
tidak semua isi dari peraturan tersebut disampaikan kepada pekerja, hanya bab
- bab tertentu yang sifatnya umum saja seperti tempat kerja dan APD. Untuk
juga tidak mendapat dokumentasinya namun menurut sumber dari HSE pusat,
HSE proyek, dan quality control yang memberikan jawaban yang seragam,
5.3.1.2 Kejelasan
bisa dilaksanakan dengan baik oleh semua pekerja. Dalam kejelasan informasi
79
HSE pusat dan HSE proyek sebagai informan menjelaskan tentang
Orang HSE pasti mengerti isi dari peraturan tersebut karena sebelum
diangkat jadi HSE mereka wajib ikut training dan ada tesnya kalo mau lulus
Kalau mau kerja jadi HSE disini harus lulus pelatihan. Kalau gak ngerti
1980. Tugas saya disini memastikan bahwa semua mesin, alat, bahan sudah
layak pakai sebelum dipake. Tapi gak semua isi dari peraturan itu bisa
diterapin disini karena itu kan isinya campur juga ama konstruksi jalan raya
juga.
pekerja memberikan jawaban yang sama ketika disinggung mengenai isi dari
80
Saya gak ngerti peraturan kayak gitu. (kayu)
Pekerja disini mana ngerti peraturan kayak gitu. Yang penting dari pihak
rendah.
talk, ada sebagian pekerja yang kurang memahami dan ada juga sebagian lain
yang mengerti.
81
mesin dan peralatan yang tidak disediakan karena tidak diperlukan tidak
Hasilnya informan HSE proyek, HSE pusat, dan quality control dapat
keeping, besi, cor, kayu, operator alimak, dan operator tower crane tidak bisa
yang jawabannya tidak sesuai dengan isi dari Permenakertans No.1 / 1980
Pertanyaan Sesuai /
No Informan Kesesuaian
Pertanyaan Diajukan
1 HSE Proyek 52 / 52 100%
2 HSE Pusat 52 / 52 100%
3 Quality Control 52 / 52 100%
4 House Keeping 15 / 19 79%
5 Besi 21 / 30 70%
6 Cor 21 / 30 70%
7 Kayu 27 / 35 77%
8 Operator Alimak 26 / 31 84%
9 Operator Tower Crane 27 / 33 82%
getaran, pemeriksaan berkala dan pengujian mesin dan peralatan yang dipakai
82
dalam pekerjaannya, perlakuan terhadap ujung besi yang mencuat, dan APD
5.3.1.3 Konsistensi
setiap penyampaian. Jika ada perubahan dalam penyampaian isi dari peraturan
tidak berubah. Untuk membuktikannya HSE proyek dan HSE pusat sebagai
dilakukan kontraktor.
Kan ada audit juga dari pusat. Salah satu yang diaudit mengenai
peraturan UU. Permenaker itu juga salah satunya jadi pasti konsisten antara
Kami ada audit buat memastikan kegiatan disini tidak melanggar UU yang
Dulu pernah ada pelatihannya buat semua karyawan, saya juga ikut. Saya
sudah cek isi dari peraturan itu dan materi pelatihannya memang sama kok.
83
Untuk pelatihan K3 yang diberikan kontraktor kepada karyawannya,
antara karyawan kontraktor dan pekerja, peneliti beberapa kali mengikuti SHE
talk dan SHE meeting dan saat pertama kali datang juga mendapat SHE
5.3.2 Disposisi
5.3.2.1 Komitmen
Pelaksanaan dari kebijakan hanya bisa terjadi jika ada komitmen kuat
dengan baik sepertinya masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil wawancara
Sudah gak kehitung berapa kali harus negor pekerja. Macam - macam deh
mulai dari pemakaian APD sampai gak ikut SHE talk. (HSE proyek)
Selama saya inspeksi saya rasa komitmen pekerja masih kurang karena
selalu saja ada pekerja yang tidak pakai APD. (HSE pusat)
Banyak pekerja yang malas pake APD sama gak ikut SHE talk. (kayu)
Saya jarang datang SHE talk soalnya yang diomongin itu - itu aja. (cor)
Kalau udah kelamaan kerja helm saya copot soalnya panas. (besi)
84
Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan hal yang sama
bahwa ketika SHE talk dilakukan ternyata selalu saja ada pekerja yang tidak
mengikutinya. Selain itu juga masih sering terlihat pekerja yang tidak
dari HSE proyek dan quality control sebagai informan mengenai komitmen
karyawan kontraktor.
yang ada. Disini kan ada evaluasi dari pusat. Saya sebagai penanggung
jawab K3 disini juga ngawasin orang PP juga dan selama ini mereka semua
Kalau dari karyawan PP sendiri sudah cukup bagus. Gak pernah ada
karyawan PP yang gak pake APD kalo lagi di lapangan. (quality control)
proyek.
5.3.2.2 Insentif
pekerja untuk memotivasi pekerja agar dapat mencapai target atau tujuan yang
diharapkan perusahaan dari pekerjanya. Dalam hal ini insentif yang dimaksud
85
diluar dari pendapatan pokok pekerja dan hanya diberikan berkaitan dengan
positif berupa pemberian bonus atau reward dan insentif negatif berupa
HSE dengan nilai terbaik. Berikut dijelaskan oleh informan HSE pusat
Dari pusat selalu ada evalusi untuk setiap proyek yang ada di wilayahnya.
Termasuk di Kemang ini juga sama. Setelah pusat melakukan inspeksi dan
laporan dari proyek sudah masuk semua biasanya diurut menurut ranking
jadi bisa dilihat mana proyek yang HSEnya terbaik dan mana yang terendah.
Proyek yang HSEnya terbaik dapat reward dari pusat dan dinikmati semua
(HSE pusat)
Setiap bulan kami ngirim laporan dan ada inspeksi dari pusat juga. Habis
itu pusat menilai mana proyek yang HSEnya terbaik. Proyek yang HSEnya
dianggap paling bagus dapat reward dari pusat buat semua karyawan di
86
Pemberian insentif untuk pekerja di proyek diberikan kepada beberapa
pekerja yang dianggap telah melaksanakan K3 dengan sangat baik. Pada saat
SHE talk ada form SHE talk yang harus diisi HSE proyek untuk melihat
bagaimana jalannya SHE talk. Mereka juga mencatat berapa pekerja dan siapa
saja yang hadir dan tidak hadir. Tim HSE proyek juga melakukan patroli
berkeliling lokasi proyek untuk melihat hasil kerja para pekerja. Saat patroli
itulah staf HSE bisa melihat siapa saja pekerja yang menerapkan perilaku K3
dengan baik. Hasil dari penilaian tersebut digunakan HSE proyek untuk
peraturan K3. Pekerja tersebut diberi hadiah pada saat SHE talk di depan
teman - teman kerja yang lain untuk memotivasi para pekerja lain agar ke
Kalo bonus juga ada biasanya pas SHE talk pekerja yang taat K3 kami
kasih duit atau kue. Tapi frekuensinya gak tentu bisa sebulan sekali, bisa 3
HSE proyek mencatat pekerja yang tidak datang saat SHE talk dan patroli
setiap hari. Waktu patroli keliatan siapa saja pekerja yang patuh dan tidak
dibuat perusahaan.
87
Informan pekerja lapangan juga membenarkan pernyataan informan
HSE pusat bahwa saat SHE talk terkadang ada hadiah yang diberikan kepada
Hadiah ada, biasanya dikasih pas SHE talk. Tapi gak tentu juga ngasihnya.
Kalau di proyek pekerja yang tidak taat K3 misalnya gak pake APD kami
bertengkar dengan pekerja yang lain. Pekerja yang dikeluarin itu juga tidak
Disini biasanya ditegur doang ama orang HSE. Tapi disini mending kok.
Waktu di tempat kerja saya sebelumnya kalo gak pake helm aja bisa didenda
88
Ketika peneliti melakukan observasi mengenai pemberian insentif
kepada pekerja pada saat SHE talk tidak terlihat adanya pemberian hadiah
seperti yang telah disebutkan. Selain itu pekerja yang melanggar peraturan K3
5.3.3.1 Staf
salah satunya disebabkan oleh staf atau pegawai yang tidak cukup mencukupi
percaya kepada mandor yang dianggap kontraktor telah bekerja dengan baik
pada proyek sebelumnya. Pekerja yang akan bekerja juga hanya menyerahkan
fotokopi KTP sebagai bukti umur dan bagi operator alimak dan tower crane
Waktu pertama masuk syarat utamanya usia 18+ dibuktikan dengan KTP.
Untuk pekerjaan tertentu misalnya operator tower crane atau alimak harus
punya surat izin operator atau SIO. Kalo mandornya yang kami tunjuk sudah
(HSE proyek)
89
Umurnya harus 18+ bisa dilihat di KTP. Operator tower crane sama
alimak harus punya SIO. Mandornya kami rekrut dari proyek yang
adanya SIO kepada operator tower crane dan alimak dan mereka bisa
menunjukkan ke peneliti.
pendidikan pekerja maksimal hanya sampai SMA. HSE proyek dan HSE
pekerja kayu , ternyata dia mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan
Saya disini masih masih baru. Waktu pertama kali disini saya juga bingung
harus ngapain. Dari mandor saya disuruh ngelihat gimana temen - temen
(sesama pekerja kayu) kerja terus kalo ada yang gak ngerti tanya aja atau
90
Hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang pernah diucapkan
sebelumnya oleh informan HSE proyek bahwa pekerja bisa diterima bekerja
kerja yang baik sehingga pekerja yang dibawa oleh mandornya dianggap
pendidikan formal dibuktikan dengan gelar ijazah dan bila sudah diterima
disediakan perusahaan. Berikut seperti dijelaskan oleh HSE pusat dan HSE
Untuk pekerja PP sendiri juga gak main - main ngambilnya. Disini paling
banyak sarjana teknik bisa dilihat dari ijazahnya. Kalau sudah disini mereka
Saya dari teknik. Karyawan lain kebanyakan juga dari teknik. Kalau sudah
91
Orang QC gak cuma saya saja. Ada 2 orang lagi semuanya orang teknik.
Kami ngerti kok safety engineering sama safety device. Waktu kuliah dulu
sudah pernah belajar. Disini pelatihan dikasih tahu lagi jadi aturan
Permenaker tentang K3 konstruksi itu kami bisa jamin semua sudah terpenuhi
Kalau orang HSE disini 2 orang per gedung jadi gak semua pekerja bisa
Menurut saya sudah cukup masing - masing 2 orang. Tapi harus diakui
pekerja sebanyak 152 orang dan pada saat ini harus menyelesaikan pengerjaan
2 buah gedung maka untuk setiap personil HSE harus mengawasi rata - rata
38 orang. Pelanggaran yang sering terjadi yaitu pekerja tidak memakai APD
92
5.3.3.2 Informasi
SHE meeting merupakan beberapa hal yang dijadikan acuan bagi kontraktor
untuk melihat keberhasilan program K3. Hal itu terlihat dari hasil wawancara
dengan baik atau tidak. Kalau banyak kecelakaan berarti K3nya jelek, kalau
cuma satu dua berarti memang orangnya aja yang gak peduli dengan aturan
K3 di proyek.
Gak cuma laporan kecelakaan aja, kan ada dokumentasi kegiatan terus
saya kadang juga inspeksi juga. Dari orang HSE di proyek mereka kan juga
ngawasin pekerja dan ngasih laporan ke saya. Tiap minggu juga ada SHE
meeting sama SHE talk jadi kami bisa tahu informasi mengenai
terjadi selama ini bukan karena faktor teknis mesin dan peralatan namun
disebabkan dari pihak kami tapi selama di proyek kemang belum ada tuh.
93
Apa yang telah diutarakan oleh informan HSE pusat tersebut juga
Tiap bulan saya ngirim laporan ke pusat terus dari pusat juga selalu
Kalau dilihat laporan kecelakaan, tidak ada yang disebabkan oleh faktor
teknis namun murni kesalahan pekerja jadi bisa dibilang keamanan mesin
dibutuhkan untuk agar mereka tahu bagaimana K3 yang baik dan benar bisa
Cara kerja yang bener biar kami yang kerja ini gak kenapa - kenapa. (cor)
Selama ini yang pernah dikasih tahu paling sering masalah APD sama
Macam - macam sih. Paling sering masalah APD dan kebersihan. (kayu)
94
Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan mesin atau peralatan yaitu
antara lain laporan kecelakaan kerja dihitung setiap bulan, hasil inspeksi yang
5.3.3.3 Wewenang
mengarah pada tujuan yang sama yaitu proyek bisa selesai tepat waktu dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman untuk semua orang yang berada di
lingkungan proyek.
95
Tabel 5.6 Kewenangan HSE Pusat dan HSE Proyek
96
Wewenang saya sebagai orang HSE antara lain memberhentikan pekerja
itu sendiri maupun pekerja lain disekitarnya bila itu terlihat langsung di mata
dengan baik.
proyek.
Wewenang saya disini membuat peraturan. Saya bisa menegur pekerja yang
tidak taat dengan aturan K3, tidak make helm misalnya. Saya juga bisa
dalamnya.
peraturan yang sudah dibuat dari pusat. Tinggal disesuaikan saja sama
dengan pihak HSE. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kewenangan yang
97
Wewenang saya disini memastikan bahwa mesin, peralatan, dan bahan
Kalau kebetulan lagi liat pekerja kerjanya sembarangan gak taat sama
No Wewenang
1 Membuat SHE assessment
Memastikan bahan, mesin, dan peralatan
2 yang akan digunakan sudah memenuhi
standar keamanan dan UU yang berlaku
Melaksanakan pemeriksaan berkala pada
3
setiap mesin dan peralatan di lokasi proyek
Menghentikan pekerjaan yang berpotensi
4
mencelakakan pekerja maupun pengunjung
untuk menegur pekerja lain yang bekerjanya tidak aman dan melanggar
98
Kalau sesama house keeping biasanya ngingetin. Tapi kalau yang lain saya
Semua disini sibuk jadi gak ngurusin kerjaan yang lain. (besi)
Gak enak mungkin kan sama - sama kerja disini (tower crane)
No Wewenang
Mengoperasikan mesin dan peralatan sesuai
1
dengan jenis pekerjaannya dengan benar
Menggunakan APD sesuai dengan jenis
2
pekerjaannya dengan benar
Memperingatkan pekerja lain yang bekerja
3
tidak aman dan yang melanggar peraturan K3
pusat maupun HSE proyek ketika sedang memantau para pekerjanya mereka
dapat memberi perintah maupun menegur pekerja yang tidak taat dengan
peraturan K3. Selain itu kegiatan SHE meeting, SHE talk, SHE induction dan
SHE patrol memang benar dilaksanakan oleh tim HSE proyek. HSE pusat
ada pekerja lain yang tidak mematuhi peraturan K3 dan tetap melanjutkan
99
5.3.3.4 Fasilitas
kebijakan. Staf yang kompeten tidak akan memadai tanpa diimbangi sarana
Fasilitas K3 yang terdapat di lokasi proyek antara lain yaitu ada APAR
untuk memadamkan api yang dipasang setiap 2 lantai, safety net untuk
mencegah apabila ada material berat ataupun pekerja tidak jatuh dari
Selain itu yang tak kalah penting adalah ketersediaan APD untuk
pekerja yang mencakup helm, sepatu, sarung tangan, masker, safety belt, full
body harness, dan welding protect untuk pekerjaan las. Namun sayangnya
wawancara dengan informan HSE proyek dan HSE pusat berikut ini.
APD untuk pekerja sudah disediakan oleh subkontrak dan mandor sesuai
dengan kesepakatan kerja. Paling kalau ada yang kurang kami bisa
menambahkan. Safety belt dan body harness juga kami sediakan. Rambu
sudah sesuai dengan penempatan. APAR sudah ada setiap 2 lantai dan sudah
Fasilitas terkait K3 sudah lengkap. APD sudah ada untuk semua karyawan,
rambu sudah dipasang, safety net juga selalu dipasang, APAR juga ada setiap
100
2 lantai. Untuk penyediaan APD bagi pekerja kami bebankan kepada
subkontraktor dan mandor sesuai dengan kesepakatan awal. Kalau ada yang
Sedangkan dari pihak pekerja proyek yaitu pekerja besi, cor, dan kayu
memberikan keterangan yang sama dengan apa yang dijelaskan oleh informan
HSE proyek dan HSE pusat bahwa ketersediaan APD dibebankan ke mandor.
Helm sama sepatu sudah disediain sama mandor. Tali helm kalau hilang
Mandor yang sediain APD. PP cuma sedia tali helm kalau ada yang hilang
Helm sama sepatu disediain mandor. Mandor juga ngasih 10 ribu buat beli
sarung tangan. PP cuma sedia tali helm kalau ada yang rusak. (kayu)
Namun untuk operator tower crane dan operator alimak yang berasal
fasilitas K3 yaitu APAR, safety net, rambu - rambu peringatan, dan APD
101
untuk pekerja memang ada di tempat kerja. Hasil observasi lainnya yang
checklist mesin dan peralatan yang sayangnya tidak boleh dibawa oleh
peneliti.
5.3.3.5 Anggaran
pembuatan rambu - rambu, penyediaan APAR, APD, dan buat safety net
(HSE pusat)
102
Namun sayangnya besaran dari anggaran tersebut tidak bersedia
dibeberkan oleh informan HSE proyek dan HSE pusat karena alasan
kerahasiaan.
Anggaran untuk pelaksanaan K3 untuk tiap proyek sudah ada kok. Tapi
Semua informan yang mewakili para pekerja tak ada satupun yang
" Kalau soal anggaran saya gak tahu. Tanya mandor aja.
dirahasiakan.
103
dapat menyelesaikan proyek sampai dengan batas waktunya dengan segala
terlaksana dengan baik. Jam kerja yang jelas dan jadwal pemeriksaan berkala
mesin dan peralatan agar tetap berfungsi dengan baik merupakan beberapa
satunya yaitu terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja kerja bisa dicegah
bila setiap pekerjaan sudah dibuat SOP agar pekerja mengerti bagaimana dia
bisa bekerja dengan aman tidak menyebabkan kecelakaan kerja baik bagi
konstruksi maka SOP yang ada juga banyak dan tergantung jenis
pekerjaannya masing - masing. Pekerja besi, pekerja cor, dan pekerja kayu
beton. Pekerja house keeping, operator tower crane, dan operator alimak juga
mempunyai SOP berbeda karena tugasnya yang juga berbeda antara yang satu
Berikut ini merupakan SOP apa saja yang diperlukan oleh pekerja
104
Tabel 5.9 SOP Pekerjaan
105
SOP untuk setiap pekerjaan sudah baku dibuat dari pusatnya. Proyek
Checklist mesin dan peralatan dilakukan sebulan sekali. Bahan dan alat
diatur.
Masuk kerja mulai jam 8 pagi istirahat jam 12 pulang jam 5. Kalau mau
Semua sudah baku dibuat dari pusat. Pekerja yang pengalaman biasanya
lebih ngerti.
Checklist mesin dan peralatan setiap sebulan sekali. Itu yang tahu bagian
Masuk kerja mulai jam 8 pagi istirahat jam 12 pulang jam 5. Kalau mau
Namun bagi informan pekerja besi, kayu, cor, dan house keeping SOP
yang mereka ketahui hanya jam kerjanya saja. Mereka mengaku tidak tahu
Kita kerja mulai jam 8 terus istirahat jam 12 sampai jam 1 habis itu kerja
lagi sampai jam 5. Kalau mau lembur tinggal nerusin kerja sampai jam 10.
106
Standar pekerjaan yang harus dilakuin sih gak ada. Kami kerja ngikutin
SOP gak ada. Nunggu disuruh mandor dulu baru kerja. (besi)
SOP gak ada. Pokoknya tinggal ngerapihin sama bersih - bersih aja.
(house keeping)
mengerti bahwa SOP merupakan prosedur kerja tertulis yang harus mereka
Ada safety instruction dipasang di dalam. Dari subkon juga dikasih tahu.
(alimak)
Operator alimak beda - beda jam kerjanya. Hari ini giliran saya selesai
istirahat. Nanti malam gantian tempat sama operator yang lain. Besok saya
(tower crane)
Sebulan sekali biasanya ada checklist. Jam kerjanya juga sudah dijadwal.
peneliti hanya jam kerja sedangkan checklist mesin dan peralatan hanya
107
5.3.4.2 Fragmentasi
yang berbeda dengan pekerja lain walaupun bekerja di tempat yang sama.
Untuk itulah dibutuhkan kesamaan visi oleh semua pekerja bahwa semua
kegiatan proyek perlu diatur agar terhindar dari kecelakaan kerja dan tidak
kedudukan dari tim HSE berada di bawah pimpinan proyek dan sejajar
juga amat penting. Hanya pimpinan proyek saja yang berada di atasnya,
semua karyawan kontraktor dan pekerja lapangan dipimpin oleh tim HSE.
108
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Proyek
Project Manager
Quality
HSE Officer
Control
Officer
Site
Engineering
Manager
General
Engineering Administrasi
Superintendant
Karya
Peralatan Pengukuran Laksana
109
Gambar 5.2 Struktur P2K3L
Project
Manager
HSE Officer
110
Informan quality control juga memberikan pernyataan mengenai
Tanggung jawab saya disini memastikan bahwa semua bahan, mesin, dan
peralatan sebelum mulai dipakai kerja sudah aman. Setiap bulan juga di-
Jika dilihat dari area yang lebih luas. Tanggung jawab dan kedudukan
HSE pusat lebih tinggi daripada HSE proyek karena HSE pusat bertanggung
K3 antara informan HSE proyek dan HSE pusat dijelaskan oleh informan
Bedanya sama saya, tanggung jawab dia hanya di proyek itu saja, kalau saya
Kalau HSE pusat itu tanggung jawabnya ke semua proyek. Itu bedanya
sama saya. Makanya saya rutin ngasih laporan ke dia. (HSE proyek)
111
Ketika ditanyakan mengenai penyebaran tanggung jawab kepada para
HSE proyek.
Semua pekerja disini bertanggung jawab penuh ke saya. Kalau ada apa -
apa langsung saya yang turun tangan gak usah lewat mandor tapi tetep saya
HSE proyek.
Terkait K3 yang mimpin HSE. Mandor juga bilang ikutin aja apa yang
112
Antar sesama pekerja yang berbeda mandor atau subkontraktor juga
Saya rasa semua pekerja disini wajib nurut sama orang HSE. (kayu)
Pekerja lain kalau urusan K3 dipimpin sama HSE juga. (tower crane)
113
BAB VI
PEMBAHASAN
2. Tidak ada satupun mandor yang dapat dijadikan informan di penelitian ini.
proyek.
berlangsung pada saat jam kerja sudah selesai, pekerja merasa terganggu
bila diwawancara saat bekerja. Pada saat istirahat juga tidak bisa dilakukan
karena waktu istirahat yang hanya 1 jam. Faktor kelelahan setelah bekerja
segera beristirahat.
114
6.2 Implementasi Kebijakan Permenakertrans No.1 / 1980 Tentang K3
Konstruksi Bangunan
masih adanya pelanggaran di lapangan yang tidak sesuai dengan isi kebijakan
Kondisi untuk lokasi yang terdapat proses pekerjaan masih terlihat bahan
bahwa material bahan harus disusun dalam keadaan rapi agar tidak
demikian.
Kesalahan disini terletak pada cara penanganan material bahan dan alat
kerja yang tidak diletakkan dengan baik saat bekerja. Peralatan dan
115
2. Alat Angkat
Pelanggaran yang berkaitan dengan alat angkat yaitu tidak terlihat adanya
aturan yang melarang orang melintasi daerah lintas keran jalan (travelling
crane). Material bahan yang diangkat oleh mesin tower crane dapat
kecelakaan kerja karena material bahan yang diangkat oleh mesin tower
116
3. Beton
mencuat sampai terinjak kaki pekerja atau menusuk bagian tubuh lainnya.
dan untuk memperkuat bagian dalam beton sehingga tidak mungkin untuk
dengan full body harness namun pekerja enggan memakai ketika bekerja
117
dengan alasan tidak praktis dan lebih memilih safety belt. Selain itu
masih ada saja pekerja yang tidak memakai APD seperti helm dan sepatu
adalah alasan kenyamanan. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian Piri
di kemudian hari.
memilih safety belt karena dianggap lebih praktis daripada full body
anggota tubuh dari leher sampai pangkal paha sedangkan safety belt
118
6.3 Analisis Model GC Edward
6.3.1 Komunikasi
6.3.1.1 Transmisi
dalam Agustino, 2006). Banyak cara yang dapat dimanfaatkan agar kebijakan
seminggu sekali untuk mandor dan SHE induction saat pertama kali masuk.
Kegiatan SHE talk, SHE meeting, dan SHE induction sudah tepat dan
diskusi dan pertemuan rutin antara pimpinan dan pekerja adalah penting agar
kebijakan perusahaan dipahami oleh pekerja. Media gambar seperti poster dan
119
pemasangan rambu peringatan juga dapat digunakan untuk melancarkan
rambu peringatan termasuk dalam APK atau alat pengaman kerja yang
merupakan alat bantu dalam proses pelaksanaan proyek. Alat pengaman ini
(2002) menyatakan bahwa pelajaran yang bisa diingat lewat media audio dan
visual setelah 3 hari bisa mencapai 65% sedangkan lewat media audio saja
10% dan media visual saja 20%. Jadi pengaruh media audio visual lebih kuat
dibanding visual saja atau audio saja. Namun penyampaian informasi kepada
gedung proyek tempat mereka bekerja. Gedung tersebut masih dalam proses
120
subkontraktornya mengenai pemasangan alat pengaman pada mesin yang
Pekerja
No Bab
Besi Cor Kayu TC AL HK
1 Ketentuan Umum v v v v v v
4 Tangga v
5 Alat Angkat v v v v v v
Kabel, Tambang,
6 Rantai, dan Alat v v v v v
Bantu
7 Mesin v v v v v
Peralatan Konstruksi
8 v v v v v
Bangunan
Konstruksi Bawah
9
Tanah
10 Penggalian
11 Memancang
12 Pekerjaan Beton v v v v
13 Pekerjaan Lainnya v v v v
14 Pembongkaran
121
HK = House Keeping
AL = Operator Alimak
Tanda (v) berarti bab tersebut dapat ditanyakan kepada informan yang
tidak bisa menyatakan apakah hal ini dibenarkan atau tidak tidak namun
sengaja tidak dilakukan karena membutuhkan biaya yang besar dan frekuensi
pergantian pekerja atau turn over yang besar yang umumnya biasa terjadi
6.3.1.2 Kejelasan
122
biasanya terdapat kecenderungan untuk mengintrepetasikan informasi
bahwa staf HSE dan quality control di proyek memahami betul tentang
peraturan tersebut. Dia berani mengatakan itu karena adanya audit pemenuhan
ditunjukkan ke peneliti.
bahwa informan HSE proyek, HSE pusat, dan quality control dapat menjawab
semua pertanyaan dengan tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan
cor, kayu, operator alimak, dan operator tower crane tidak bisa menjawab
123
Menurut hasil penelitian mulyana (2002) menjelaskan bahwa isi pesan
didahului oleh peningkatan aspek kognitif atau pengetahuan. Selain itu dalam
sesuai dengan apa yang diketahui tersebut (Notoatmodjo, 2007). Tidak dapat
kontraktor kepada pekerja melalui SHE talk ternyata masih ada saja yang
6.3.1.3 Konsistensi
124
Bagi karyawan kontraktor yang sudah mengikuti pelatihan K3
konstruksi bangunan seperti staf HSE dan quality control, meraka yakin
bangunan dengan apa yang sudah dipelajari saat pelatihan tidak berbeda
sehingga bisa dikatakan bahwa konsistensinya sudah tepat. Selain itu dengan
adanya audit yang dilakukan oleh pusat terkait dengan pemenuhan peraturan
konsisten.
beberapa kali mengikuti SHE talk dan SHE meeting dan saat pertama kali
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Arief (2012) yang menyatakan
125
Dalam konteks ini, Kebijakan Permenakertrans No.1 / 1980 tentang
6.3.2 Disposisi
6.3.2.1 Komitmen
tujuan dan nilai - nilai organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan
memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di organisasi tersebut (Meyer
dan Allen, 1991). Prilaku komitmen dapat dilihat jika karyawan melakukan
awal. Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau menolak
126
kontraktor sudah cukup baik. Mereka menyatakan bahwa K3 di proyek sangat
dengan baik apabila dari K3 di proyek juga tidak berjalan dengan baik. Audit
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Andi (2005),
Christina (2012), dan Malik (2013) yang menyatakan bahwa komitmen dari
dari pihak kontraktor merupakan faktor utama dari budaya keselamatan kerja
dimana tanpa dukungan dari pihak kontraktor sangat sulit untuk mencapai
masih adanya pekerja yang tidak mengikuti SHE talk dan pelanggaran K3
lainnya.
manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisik seperti makan, minum,
melalui upah atau gaji yang diberikan perusahaan (Maslow dalam Hidayat,
127
program - program keselamatan kerja yang diberikan kontraktor bukan
program K3 salah satunya didasari oleh kesadaran akan biaya - biaya yang
akan ditanggung jika tidak bekerja di proyek konstruksi. Disini juga didasari
peraturan K3 yang sudah dibuat oleh perusahaan karena bagi pekerja uang
yang didapat dari dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya lebih
pekerja tidak melihat adanya alternatif untuk bekerja di tempat lain. Maka dari
melakukan pelanggaran peraturan K3 seperti tidak datang saat SHE talk dan
6.3.2.2 Insentif
pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya
2006).
128
Insentif merupakan hal yang umum diberikan perusahaan kepada
pekerja untuk memotivasi pekerja agar dapat mencapai target atau tujuan yang
Dalam hal ini insentif yang dimaksud diluar dari pendapatan pokok
Insentif dapat dibagi menjadi 2 yaitu insentif positif berupa pemberian bonus
Insentif tidak hanya diberikan untuk pekerja proyek tetapi juga untuk
pusat bisa menilai proyek mana yang kinerja HSEnya terbaik maka itulah
tersebut diberi hadiah pada saat SHE talk di depan teman - teman kerja yang
lain untuk memotivasi para pekerja lain agar ke depannya bisa melaksanakan
129
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Hidayat (2009) menunjukkan
pada semua jenis pekerjaan untuk bekerja lebih baik adalah bonus dan upah
insentif ini dapat meningkatkan motivasi para pekerja konstruksi yang melihat
dengan peraturan K3. Paling ringan berupa teguran kemudian diberi surat
peringatan dan bila dirasa belum cukup maka pekerja tersebut dapat
ada yang dikeluarkan. Kalau ada yang melanggar biasanya hanya ditegur saja,
malah ada yang membandingkan dengan tempat kerja sebelumnya yang lebih
yang tidak tegas inilah yang tidak memberikan efek jera kepada pekerja yang
bawahan selama tujuan dan sasaran tercapai. Karakter kepemimpinan ini tidak
mendorong bawahan untuk bekerja dengan giat. Selama target tercapai dan
130
maksimal (Sarros dan Santora dalam Nugroho, 2006). Inilah yang membuat
pekerja yang melanggar peraturan K3. Bagi kontraktor yang terpenting adalah
pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja dapat memberikan hasil yang baik.
di lokasi proyek. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Andi
(2005), Christina (2012), dan Malik (2013) yang menyatakan bahwa peraturan
keselamatan kerja yang sudah dibuat perusahaan akan lebih mudah diterapkan
peraturan tersebut. Bila kontraktor tetap tidak tegas dalam menjatuhkan sanksi
6.3.3.1 Staf
terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf atau
131
Dalam hal ini kontraktor hanya merekrut mandor atau subkontraktor
saja. Perekrutan hanya berdasarkan batasan umur yaitu harus berusia di atas
18 tahun dan rasa percaya kepada subkontraktor atau mandor tanpa menilai
langsung kemampuan yang dimiliki oleh pekerja tersebut sehingga justru ada
pekerja yang belum kompeten yang dapat bekerja di proyek tersebut. Pekerja
itu menganggap nantinya dia akan mengerti dengan sendirinya apa yang harus
dan mengajari dia. Khusus untuk operator tower crane dan operator alimak
bidang konstruksi terjadi salah satunya dikarenakan pekerja masih baru dan
belum familiar dengan proses maupun alat kerja. Selain itu Riantini (2005)
132
karyawan kontraktor yang bekerja di proyek terutama yang berurusan
langsung dengan pekerja, mesin, peralatan, dan bahan yang harus digunakan.
Hail ini sejalan dengan pernyataan Mohammed dalam Andi (2005) bahwa
resiko terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu menurut hasil penelitian Andi
proyek.
mengawasi semua pekerjaan karena hanya ada 2 personil HSE untuk setiap
gedung padahal ada pekerja sebanyak 152 orang yang harus diawasi. Menurut
merupakan salah satu alat yang paling penting untuk membentuk perilaku
aman saat bekerja. Selain itu juga Sanjaya (2012) dalam penelitiannya juga
133
6.3.3.2 Informasi
Selain itu informasi disini juga dibagi menjadi 2 yaitu untuk pihak
dan apa saja yang harus dibenahi. Laporan kecelakaan menjadi dasar bagi
dijalankan tidak berjalan dengan baik. Kalau masih ada kecelakaan berjumlah
satu atau dua orang berarti hal itu karena pekerja yang kurang peduli dengan
K3. Bisa jadi karena kecerobohannya juga. Bila berdasarkan penyebab, faktor
teknis dari mesin dan equipment dianggap merupakan tanggung jawab dari
kontraktor tapi bila kecelakaan dikarenakan faktor manusia atau unsafe act
melakukan dokumentasi kegiatan dan inspeksi dari pusat maupun dari HSE
proyek. Dari HSE proyek sendiri juga harus memberikan laporan ke pusat.
SHE meeting dan SHE talk dilakukan agar informasi mengenai permasalahan
K3 di proyek dari penilaian pekerja dapat diketahui. Hal ini sesuai dengan
134
pendapat Endroyo (2006) bahwa diperlukan adanya pertemuan untuk
sehingga semua informasi dan persoalan dapat diketahui oleh pihak terkait.
bagaimana K3 yang baik dan benar bisa diterapkan di proyek. Namun sangat
sama sekali tidak diketahui oleh pekerja kecuali pekerja yang berasal dari
subkontraktornya.
tentu akan bertindak sesuai dengan apa yang diketahui tersebut (Notoatmodjo,
2007).
135
Pembekalan K3 yang diberikan kontraktor kepada pekerja hanya
diberikan yang umum saja. Semua pekerja disama ratakan. Akan lebih bagus
No.1 / 1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan yang sesuai dengan jenis
pekerjaannya di proyek.
6.3.3.3 Wewenang
No.1 / 1980 tentang K3 konstruksi bangunan itu dapat terlaksana dengan baik.
136
Dari pihak quality control, quality control bertanggung jawab untuk
keadaan baik yang dibuktikan dengan perawatan teratur dan betul - betul
menegur pekerja yang terlihat tidak taat dengan peraturan K3 yang sudah
dibuat. Apabila material, mesin, dan peralatan tidak diperiksa dengan baik
kecelakaan kerja.
dengan jenis pekerjaannya dengan benar. Tidak hanya itu pekerja juga dapat
merupakan urusannya.
137
Dalam penelitian Andi (2005), Christina (2012), dan Malik (2013),
di lokasi proyek. Pekerja yang salah dalam menggunakan mesin peralatan dan
pada dirinya maupun pekerja lain di sekitarnya bila tidak diperingatkan oleh
6.3.3.4 Fasilitas
dengan baik.
terpasang, APAR ada di setiap dua lantai dan terisi semua, safety net juga
sudah terpasang, dan APD safety belt dan full body harness sudah disediakan
kontraktor. Dari segi teknis, semua mesin dan peralatan sudah melalui proses
menambahkan jumlah helm dan sepatu yang dirasa kurang juga tali helm
apabila ada pekerja yang merasa kehilangan tali helm. Namun untuk pekerja
138
yang berasal dari subkontraktor yaitu operator tower crane dan operator
untuk operator tower crane dan 4 orang untuk operator alimak maka helm dan
kontraktor. Lebih lanjut lagi ada hubungan yang signifikan antara penggunaan
APD dan kejadian kecelakaan kerja. Semakin tinggi faktor penggunaan APD
terletak pada pengadaan APD yang wajib dipakai semua pekerja dibebankan
6.3.3.5 Anggaran
sosialisasi K3 ke pekerja tak mungkin ada bila tidak ada alokasi anggaran
untuk itu. Namun tidak diketahui persis berapa dana yang dianggarkan
139
Dari pihak pekerja malah tidak tahu menahu masalah anggaran.
tenaga kerja. Bila tidak ada alokasi anggaran untuk asuransi kecelakaan kerja,
program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, borongan,
dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa kontruksi yang
kerja bagi pekerja yang besarannya sudah ditetapkan pada peraturan tersebut
yang kompleks dan luas. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat
aktivitas sudah dibuat baku dari pusat. Proyek hanya tinggal menjalankan
saja. Checklist mesin dan peralatan sudah ada jadwalnya. Pemakaian dan
140
penyimpanan mesin dan peralatan sudah diatur. Format laporan K3 sudah ada.
tidak paham dengan SOP pekerjaannya. Mereka baru kerja bila sudah ada
perintah dari mandor. Tidak ada aturan tertulis tentang bagaimana pekerja
jadwal SHE talk. Untuk pekerja yang berasal dari subkontraktor yaitu
Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa pusat sudah membuat SOP dan
di lokasi proyek. Selain itu juga diperkuat oleh pendapat Brahmasari (2009)
bagi pekerja dalam menciptakan tata tertib yang baik di tempat kerja.
141
baik karena pekerja merasa terlindungi dengan adanya SOP tersebut. Selain
6.3.4.2 Fragmentasi
lingkup yang lebih luas, HSE pusat bertanggung jawab terhadap kegiatan
HSE proyek berada di posisi yang penting dimana semua karyawan kontraktor
142
dan pekerja proyek berada di bawahnya. Artinya HSE proyek bertanggung
mereka juga wajib mentaati semua peraturan K3 yang sudah dibuat kontraktor
sehingga mereka langsung berada di bawah tanggung jawab tim HSE proyek.
proyek begitu penting dan mereka juga mengetahui tanggung jawab pekerja
yang berbeda subkontraktor atau mandor lain bahwa untuk masalah K3 semua
2009). Karena semua pekerja berada di bawah satu pimpinan yaitu tim HSE
143
proyek terkait dengan pelaksanaan K3 maka kesimpangsiuran semua
jawab pelaksanaan kegiatan K3 hampir tidak ada karena hanya pihak HSE
semakin besar.
144
BAB VII
7.1 Kesimpulan
No.1 / 1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan atau dengan kata lain
terjadi pelanggaran yaitu adalah : tempat kerja dan alat kerja, alat angkat,
145
1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan. Materi yang disampaikan tidak
proyek.
program - program K3 dengan nilai terbaik. Lalu dari pihak pekerja insentif
peraturan K3. Sanksi juga sudah dibuat kontraktor dengan tujuan supaya
terlihat kurang yaitu sistem rekrutmen pekerja yang lemah dalam menjaring
146
pekerja - pekerja yang kompeten karena hanya berdasarkan umur dan rasa
yaitu jumlah personil HSE yang dirasa masih kurang untuk mengawasi
semua pekerja.
kerja yang terjadi menjadi dalil bagi pihak kontraktor bahwa mereka telah
segi teknis peralatan semuanya sudah terpenuhi walaupun tidak semua mesin
8. Pekerja merasa informasi yang berkaitan dengan cara kerja dan penggunaan
9. Fasilitas mesin dan peralatan di lokasi proyek sudah memenuhi syarat yang
147
bangunan. Namun untuk APD, kontraktor membebankannya kepada pihak
7.2 Saran
yang berbeda - beda yang dilakukan oleh pekerja tertentu. Pekerja bisa
148
b. Saat memberikan materi K3 pada waktu SHE talk, tidak cukup hanya
melalui pengeras suara saja tetapi juga bisa menampilkan video. Namun
supaya pekerja lebih tertarik mengikuti SHE talk dan lebih mudah
peraturan K3 yang ada. Sifat masa bodoh atau tidak peduli kepada
dihilangkan.
kepada pekerja yang bersangkutan sehingga tidak ada lagi pekerja yang
149
bingung dengan pekerjaannya di proyek. Kalau perlu dibuat buku
yang tidak kompeten dapat bekerja di proyek atau kalau memang ingin
akan bekerja dia sudah memahami apa yang harus dilakukannya ketika
bekerja di proyek.
a. Tidak perlu ragu untuk menanyakan kepada staf HSE mengenai resiko
SHE talk atau saat sedang bekerja dan ada staf HSE di dekatnya.
150
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. AIPI Bandung : Bandung
Andi, Ratna S. Alifen, dan Aditya Chandra. 2005. Model Persamaan struktural
Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Prilaku Pekerja di Proyek
Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil Vol. 12 No. 3 : 127 - 136
Annishia, Fristi Bellia. 2011. Analisis Prilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi
PT.Pembangunan Perumahan di Proyek Pembangunan Tiffany Aparment
Jakarta Selatan Tahun 2011. Skripsi. FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Anshori, Yuli Tirtariandi, Enceng dan Ayi Karyana. 2012. Kebijakan Publik yang
Partisipatif dan Komunikatif. Jurnal Kebijakan Publik Vol. 3 No. 2 : 131 - 141
Brahmasari, Ida Ayu dan Peniel Siregar. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi,
Kepemimpinan Situasional, dan Pola Komunikasi terhadap Disiplin Kerja dan
Kinerja Karyawan pada PT Central Proteinaprima tbk. Jurnal Aplikasi
Manajemen Vol. 7 No. 1 : 238 - 250
Christina, Wieke Yuni, Lutfi Djakfar dan Armanu Thoyib. 2012. Pengaruh Budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Proyek konstruksi. Jurnal
Rekayasa Sipil Vol. 6 No. 1 : 83 - 95
151
Detik finance. 2012. Angka Kecelakaan Kerja di RI Masih Tinggi.
http://finance.detik.com/read/2012/10/16/120952/2063698/4/angka-kecelakaan-
kerja-di-ri-masih-tinggi. Diupload 16 Oktober 2012
Gorda, IGN. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE Satya Dharma
Singaraja : Bali
Hadi, M., Sujianto dan Chalid Sahuri. 2012. Implementasi Program Penyediaan Air
Bersih di Daerah Perkotaan. Jurnal Kebijakan Publik Vol. 3 No. 2 : 119 - 123
Hidayat, Felix. 2009. Motivasi Pekerja Pada Proyek Konstruksi di Kota Bandung.
Media Teknik Sipil Vol. 9 No. 1 : 57 - 70
ILO. 2012. Hari Keselamatan dan Kesehatan se-Dunia: Mencegah kecelakaan kerja
melalui pelaksanaan manajemen risiko K3.
http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_155174/lang--en/index.htm.
Diakses pada 20 Juli 2012
152
ILO. 2007. ILO Profile. http:/www.ilo.org. Diakses pada 20 Juli 2012
IOSH. 2007. Materi Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja
Asing Bidang Kontruksi. http://www.iosh.gov.tw. Diakses pada 2 Agustus 2012
Malik, Anhar Januar. 2013. Pengaruh Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Proyek Konstruksi pada PT Pembangunan
Perumahan di Makasar. Skripsi. FEB Universitas Hassanudin
Massie, Roy GA. 2009. Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis, dan
Penelitian. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 12 No. 4 : 409 - 417
153
Maulana, Faqih Andy. 2010. Studi Kasus Implementasi Program Keselamatan Kerja
Pada Perusahaan Jasa Kontraktor Konstruksi di Surakarta. Skripsi. Fakultas
Teknik UNS
Meyer, J. P. & Allen, N. J. 1991. Commitment in the workplace theory research and
application. Sage Publications : California
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
154
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 / 1980 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
Piri, Sovian. 2012. Pengaruh Kesehatan, Pelatihan, dan Penggunaan Alat Pelindung
Diri Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Konstruksi di Kota Tomohon.
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 2 No. 4 : 219 - 231
Riantini, Leni Sagita, Bambang Trigunarsyah, Ismeth Abidin dan Yusuf Latief. 2005.
Penentuan Peringkat Faktor Resiko dalam Rekrutmen Tenaga Kerja yang
Mempengaruhi Biaya Tenaga Kerja pada Proyek. Jurnal Teknik Sipil Vol. 12
No. 3 : 177 - 184
155
Sahuri, Chalid, Sofia Achnes, Dadang Mashur dan Zulkarnaini. 2012. Implementasi
PNPM Mandiri Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal
Kebijakan Publik Vol. 3 No. 2 : 83 - 89
Sanjaya, Putu Indra, Ida Ayu Rai Widhiawati dan Ariany Frederika. 2012. Analisis
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi Gedung
di Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Jurnal Ilmiah Elektronik
Infrastruktur Teknik Sipil Vol. 8 : 1 - 9
Sucita, I Ketut dan Agung Budi Broto. 2011. Identifikasi dan Penanganan Resiko K3
pada Proyek Gedung. Studi Kasus : Proyek Gedung Centro City Residences.
Poli Teknologi Vol. 10 No. 1 : 83 - 92
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung Seto
: Jakarta
156
Wahyudi, Anwar. 2011. Evaluasi Implementasi Permenkes Nomor HK
02.02/menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di
RS Pemerintah. Tesis. Pascasarjana UI
Winarno, Budi. 2005. Teori & Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo :
Yogyakarta
157
LAMPIRAN I
(p0
\/
PT,PP (PTRSER') rBK
DIVISI OPERASI II
CONSTRUCI'ION & INVESTMENT JL. TB Simatupang No.57
Pasar Rebo-Jakaria 13760
Tel : (021) 8403922
Fax : (021) 8403928
Ptpp'1@pt-pp.com
Kepada Yth,
Pembantu Dekan
BidangAkademik
Universitas Islam Negeri Jakarta
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Dengan hormat,
Kami setujui permohonan Bapak untuk melaksanakanlzin Penelitian Skripsi di PT. PP @ersero) Tbk
Cabang III Proyek Pembangunan Bloomington Tower yang berkedudukan di Kemang Jakarta
Selatan, pertanggal 23Januari2013 sld 23Februari2013.
Untuk keperluan tersebut diatas kami mohon agar mahasiswa yang bersangkutan dapat menghadap
Bapak Ir. Didik Iswanto / Project Manager.
-,
\
Pondasi tidak ada keretakan Sanbungan antar section sesuai standart Pen slewing sesuai standart
Seling hoist layak pakai Seling trolly layak pakai Pen jieb atas sesuai stadart
Pen jieb bawah sesuai stadart Swivel baji aman Limit moment berfungsi (3,5 T-R55m)
CEK LIST HARIAN
TOWER CRANE 1 ( SATU )
Nama Pemeriksa : Lokasi TC : No Gedung :
I TROLLEY
II WINCH
III SLEWING
IV PULLEY
V POWER SUPPLY
VI MAST SECTION
TANDA TANGAN
1 Operator
2 Kepala Peralatan
3 SOM
HASIL PEMERIKSAAN
YANG Keterangan Jika hasil pemeriksaan
NO YANG DIPERIKSA Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl:
DIKERJAKAN indikasinya TIDAK beri alasan
YA TDK YA TDK YA TDK YA TDK YA TDK YA TDK YA TDK
A CONTROL PANEL
1 Matikan saklar utama Cek
2 Tutup pintunya Cek
3 Matikan limit switch 3 phase dalam keranjang Cek
4 posisikan handle pada posisi mati dengan menekan Cek
5 Lepas handle pengontrol apakah lift dapat berhenti Cek
6 Jika bekerja dilantai teratas, coba operasikan lift Cek
dilantai atasnya lagi
B CABIN OPERATOR
1 Intruksi Safety dan diagram beban Cek
2 Periksa kebocoran Cek
3 Fungsi rem (brake ) pada motor, ketebalan friction block Cek
4 Check limit switch pintu Cek
5 Posisikan cam on guide rail mast dengan benar Cek
6 Check kondisi kabel,drum dan pengamanya Cek
Baut-baut pada mast section Cek
Baut pada pengikat section kegedung Cek
7
Kekencangan baut pada rack Cek
Baut dynabolt pada Railling setiap lantai Cek
8 Bemper bawah ( per / ban bekas ) Cek
9 engsel pada pintu / jembatan Cek
TANDA TANGAN
1 Operator
2 Koordinator Peralatan
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
BULAN :
39 Pekerjaan Bobok Tiang Pancang Luka memar Terpental material saat 3 3 5 3 3 1 Y Y High 4,5
membobok karena posisi yang
salah pada saat melakukan
pembobokan
Kaki terkena ujung besi Potongan ujung yang runcing 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,5
Luka sayat Terkena cangkul 5 3 3 3 3 2 Y Y High 2
Tersengat Listrik Sambungan kabel tidak diisolasi 5 3 3 3 3 2 Y Y High 2,5
41 Pekerjaan Dinding Pile Cap Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 5 3 3 3 3 2 Y Y High 1,4
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
45 Pekerjaan Galian Slub Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,4
46 Pekerjaan Anti Rayap slub Keracunan Lengah dan tidak fokos bekerja 5 3 3 3 3 2 Y Y High 1,4
47 Pembesian Slub Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,4
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
54 Pembesian Pabrikasi Besi Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 5 3 3 3 3 2 Y Y High 1,4
55 Pembesian Plat Lantai Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,4
Kaki terkena ujung besi Potongan ujung yang runcing 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,5
Tersengat listrik Sambungan kabel terkelupas 5 3 3 3 3 2 Y Y High 2,5
56 Pengecoran Plat Lantai Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,4
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
69 Pemasangan Besi Tangga
Assesment Resiko yang dapat timbul
NO KEGIATAN KERJA POTENSI BAHAYA PENYEBAB TIMBULNYA BAHAYA TOTAL Signifikan Legal REKOMENDASI
S P D C A S+(P+D)/2-C-A
LEVEL
(Y / N) (Y / N)
73 Pendatangan & Mobilisasi Rangka Baja Tertabrak Kurang koordinasi 5 3 5 3 3 3 Y Y High 3,4,5
75 Pemasangan Rangka Baja Tangan terjepit Lengah dan tidak fokos bekerja 3 3 3 3 3 0 N Y Low 1,4
BULAN :
LOKASI : Kantor
PENANGGUNG JAWAB
STATUS/TANGGAL REVIEW SHE O CM PM
76 Pengelasan Konstruksi Atap Baja Kebakaran Bunga api kemana mana 5 3 5 3 3 3 Y Y High 4,5
Bunga Api Terkena mata Saat pengelasan tidak memakai 3 3 5 3 3 1 Y Y High 4,5
pelindung mata
Sesak nafas Uap las terhirup hidung 3 3 5 3 3 1 Y Y High 5
Terjatuh dari ketingian Platfom tidak kokoh/licin 5 3 5 3 3 3 Y Y High 4,5
Tidak ada life line 5 3 5 3 3 3 Y Y High 4,5
Nilai C untuk perencanaan awal adalah = 0 4 : Tanda Peringatan, label dan administrasi
Page 8 of 8
PROGRAM KERJA K3L
SHE PLAN TARGET : ZERO PEKERJA BARU SEMINGGU SETIAP HARI DAN SEMINGGU - DASAR-DASAR K3L - LINGKUNGAN
ACCIDENT - PERUSAHAAN SEKALI SETIAP MINGGU SEKALI -P3K 6 BULAN SEKALI
KERJA BERSIH,
- SUBKON/MANDOR - TANGGAP DARURAT RAPI DAN SEHAT.
- TAMU - PEMADAMAN API - PEMBERSIHAN
- PEKERJA YANG - GEMPA BUMI MASAL SETIAP
AKAN MELAKUKAN - EVAKUASI DLL SABTU ( RUTIN )
PEKERJAAN
SHE Patrol
Dilakukan setiap hari jam
FORM NO : K3L - 02
FORM K3L - 02
NOMOR : 01 / DDN HARI / TANGGAL. : SELASA / 02-01-2007
HAL : 01 / 01
PROYEK : DEPDAGRI JAM : 09.00 S/D 10.00 WIB
Safety Supervisor
5. Permesinan 12. Tangga kerja sementara 19. Barak pekerja 26. Penomoran lantai 34. Kartu pengenal
6. Perijinan 13. M S D S (Material Berbahaya) 20. Pos jaga 27. Gudang terbuka 35. Tempat Makan Pekerja
7. Pekerjaan diatas permukaan / didalam air14. Pengelolaan B3 & Limbah B3 21. Ruang mesin 28. Gudang tertutup 36. Toilet Pekerja
1 LANTAI 3 BUNGA API BUNGA API PENGELASAN LANGSUNG PROTEKSI PENGELASAN DARI KOTAK IBRAHIM 02-01-2007 OPEN
JATUH KEBAWAH DAN MENYEBAR KE SENG ATAU KAYU, HARUS SELALU DIPA -
Perusahaan PT.PP (PERSERO) PT. PP (PERSERO) PT. PP (PERSERO) PT. PP (PERSERO) PT. PP (PERSERO) PT. PP (PERSERO) PT. PUTRA PT. AGUNG
Paraf
Nama HERRY S MARDIAN RASFIAN S DANI YUDI S TIRTA MZ SUNARTO ACHMAD ANTON SUPRA ANDI
Jabatan PM CM SHE O SS QC L PERALATAN MANDOR KAYU PM MANDOR BESI MANDOR BEKISTING
Pembuatan Jadwal SHE Meeting :
- Meeting Internal diikuti oleh : PM, SHEO, QCO,
Membuat Perencanaan SHE Meeting SOM, SEM dan SAM.
- Meeting Eksternal diikuti oleh : SHEO, QCO, CM/
SOM, GSP, Peralatan, Security. Subkon & Mandor.
Minit Rapat Mingguan
SHE Meeting
Membahas permasalahan SHE yang terjadi
selama satu minggu.
Minit rapat didistribusikan kesetiap unit.
Project Manager
Pembuatan Jadwal SHE Induction :
Untuk seluruh pekerja baru dan tamu.
Membuat Perencanaan SHE Induction
Lembar Pernyataan SHE Induction
untuk pekerja baru.
SHE Induction
LEMBAR PERNYATAAN
Untuk pekerja baru dilakukan oleh SHEO, SS & SOM. SHE INDUCTION
Pendekatan dan pengarahan tentang SHE serta tata Pekerjaan : Tukang Kayu
Subkon : PT. Samudra Jaya
tertib yang berlaku diproyek kepada pekerja baru dan Mandor : Riswan S
tamu yang memasuki area proyek. Dengan ini saya bersedia mematuhi dan melaksanakan peraturan Safety, Health &
Environmental (SHE) yang berlaku di proyek ini, yaitu :
SHE Induction
3. Menggunakan alat pelindung diri lainnya sesuai dengan jenis pekerjaan seperti :
sarung tangan, earplug, kaca mata, kedok las (bagi pekerja las) dan lain-lain.
4. Menggunakan sabuk keselamatan (Safety belt) jika bekerja diketinggian 2 meter
Pengisian Lembar Pernyataan SHE Induction dan atau lebih, dan menggunakan Full Body Harness lengkap dengan Life line, bagi
yang bekerja di atas Gondola dan diarea / dalam lubang lift.
Logo SHE Induction dihelm pekerja baru. 5. Tidak merokok pada saat bekerja dan disembarang tempat.
6. Tidak mengkonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang (narkoba), berjudi
dan tidak membuat onar dilingkungan proyek.
7. Tidak merusak fasilitas SHE yang ada di area proyek.
8. Tidak buang air kecil dan air besar disembarang tempat.
9. Menjaga kebersihan lingkungan kerja.
10. Menggunakan tanda pengenal (ID Card).
11. Mengikuti SHE Talk secara rutin.
12. Mematuhi dan melaksanakan tata tertib dan peraturan SHE yang ada di proyek.
13. Bersedia menerima sanksi, bila melanggar ketentuan yang berlaku di proyek.
SHE Talk
Pengarahan singkat tentang SHE dan kondisi SHE TALK
PROYEK : Cabang III
proyek kepada seluruh pekerja yang ada diproyek. Bulan : Januari 2008 SHE Talk : 01 ( Satu )
Hari / Tgl : Jum'at / 04 Januari 2008 Jam : 07.30 s/d 08.00 WIB
SHE Talk
Perusahaan /
Nama Pembicara Jabatan Paraf
Subkontraktor
SHE Talk
Pemberian penghargaan bagi pekerja konsisten 2. Priyo Leksono (SHE O).
melaksanakan SHE.
Himbauan kepada semua pekerja dan seluruh karyawan PP agar selalu menggunakan APD dan memperhatikan
lingkungan sekitar. Anjuran agar selalu membuang sampah pada tempatnya. Penjelasan mengenai jenis sampah,
seperti sampah organik (seperti kertas, potongan kayu), sampah non organik (seperti, plastik,karet, kaca)
dan Limbah B3. Diharapkan agar semua pekerja untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan,
sesuai dengan pengklasifikasian jenis sampah tersebut. Diharapkan agar pekerja tidak membuang sampah
sembarangan!!
Proteksi dilubang dan pintu Lift Railing pengaman Canopy dijalan kerja
ALAT BERAT & ANGKAT ANGKUT
1. URAIAN KETIDAKSESUAIAN
SAAT MELAKUKAN PENGELASAN DIBAGIAN PINGGIR LANTAI 3, BUNGA API LAS JATUH LANGSUNG KEBAWAH KARENA
PROTEKSI UNTUK MENAHAN BUNGA API TIDAK TERPASANG.
2. ANALISA PENYEBAB
KURANGNYA KEPEDULIAN DARI PEKERJA TERHADAP KESELAMATAN BAGI DIRI SENDIRI MAUPUN BAGI PEKERJA
LAINNYA.
3. TINDAKAN PERBAIKAN
SETIAP MELAKUKAN KEGIATAN PENGELASAN DIBAGIAN ATAS TERUTAMA BAGIAN PINGGIR LANTAI / LUBANG HARUS
SELALU TERPASANG PROTEKSI / PENAHAN, AGAR BUNGA API TIDAK JATUH DAN MENYEBAR KEMANA-MANA YANG
DAPAT MENIMBULKAN BAHAYA KEBAKARAN.
Hasil Pemeriksaan
Hari : SELASA Tanggal : 02-01-2007 Jam : 10.30 WIB
Tindakan perbaikan yang dilakukan : Mengetahui, Diperiksa oleh,
SHE 0 Safety Supervisor
Belum dilakukan
Belum selesai
RASFIAN S DANI YUDI S
V Sudah selesai (Nama & Tandatangan) (Nama & Tanda tangan)
FORM NO : K3L - 04
FORM K3L - 04
KEPADA YTH : ANTON NOMOR : 01 / DDN
JABATAN : PROJECT MANAGER PROYEK : DEPDAGRI
PERUSAHAAN / MANDOR : PT. AGUNG
V PADA SAAT PENGELASAN DIPINGGIR LANTAI 3, PROTEKSI UNTUK MENAHAN AGAR BUNGA API
TIDAK LANGSUNG JATUH KEBAWAH TIDAK DIPASANG SEHINGGA BUNGA API JATUH DAN MENYEBAR
KEMANA-MANA.
RASFIAN S
(Nama & Tandatangan)
ANTON
( Diisi oleh Penerima , asli untuk SHE O dan copy untuk penerima ) (Nama & Tanda tangan)
Hasil Hari / Tgl : SELASA / 02-01-2007 Safety, Health & Environmental Officer
Pemeriksaan Jam : 10.30 WIB
PERBAIKAN
Belum dilakukan dan kegiatan pekerjaan dihentikan
Belum selesai dan kegiatan pekerjaan ditunda RASFIAN S
V Sudah selesai dan kegiatan pekerjaan diijinkan dilanjutkan (Nama & Tandatangan)
FORM NO : K3L - 05
3. Khusus untuk pekerjaan dibawah ini dapat dimulai setelah ada Surat Ijin Bekerja.
1. Pemasangan / Pembongkaran Tower Crane 6. Penggunaan Bahan Peledak LAIN-LAIN
Passanger Lift, Gondola, Universal Lift dll. 7. Pekerjaan Pengelasan
2. Pemasangan / Pembongkaran Scaffolding 8. Pengaspalan Jalan
dalam jumlah banyak dan tinggi. 9. Pekerjaan diatas permukaan / didalam air
3. Pemasangan / Pembongkaran Safety Net 10. Bekerja pada hari Libur / Lembur
4. Pembongkaran Bangunan 11. Pekerjaan lain yang beresiko tinggi
5. Pekerjaan Galian 12 Pengelolaan B3 dan Limbah B3
TENAGA KERJA, STAFF PP, JAM KERJA JUMLAH JAM TOTAL JAM Kegiatan K3L Kecelakaan & Kesehatan
NO
SUBKONTRAKTOR, MANDOR
JUMLAH
KERJA KERJA
KEGIATAN HARIAN K3L
08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 01 02 03 04 05 06 07 08 NC K3L SP K3L SIB LR LB M S
1 PT. PP (PERSERO) 45 9 jam 405 jam bh bh bh Org Org Org Org - Pembuatan canopy diakses jalan kerja
2 PT. PUTRA 98 13 jam 1,274 jam bh bh bh Org Org Org Org - Pasang rambu pengaman diarea timur
3 PT. AGUNG 100 9 jam 900 jam bh bh bh Org Org Org Org - Meeting bersama personil lapangan
4 MANDOR SUPRA 60 12 jam 720 jam bh bh bh Org Org Org Org - Uji kebisingan
5 MANDOR ANDI 113 9 jam 1,017 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org Dibuat Oleh :
jam 0 jam bh bh bh Org Org Org Org SHE O
3. Data Korban Kecelakaan / Sakit 4. Kondisi Korban 5. Status Korban 3. Data Korban Kecelakaan / Sakit 4. Kondisi Korban 5. Status Korban
Kecelakaan Karyawan / Staff PP Kecelakaan Karyawan / Staff PP
Nama Korban : ANDRI V Luka ringan Pekerjaan : Nama Korban : ANDRI V Luka ringan Pekerjaan :
Identitas KTP / SIM No. : 23.73 / 1234 / 4567 / 2004 Luka berat Bagian : Identitas KTP / SIM No. : 23.73 / 1234 / 4567 / 2004 Luka berat Bagian :
Usia Korban : 25 TAHUN Meninggal Usia Korban : 25 TAHUN Meninggal
Alamat : DESA ANGSANA RT. 10 / 11 NO.3 Sakit V Pekerja Subkon / Mandor Alamat : DESA ANGSANA RT. 10 / 11 NO.3 Sakit V Pekerja Subkon / Mandor
6. Perawatan yang dilakukan Meninggal Subkon : PT. PUTRA 6. Perawatan yang dilakukan Meninggal Subkon : PT. PUTRA
7. Penyebab kecelakaan Kestroom Terbentur Terhimpit / tergencet 7. Penyebab kecelakaan Kestroom Terbentur Terhimpit / tergencet
8. Jenis cidera V Luka tusuk Luka bakar Patah tulang 8. Jenis cidera V Luka tusuk Luka bakar Patah tulang
Luka robek Luka terputus / terpotong Terkilir / keseleo Luka robek Luka terputus / terpotong Terkilir / keseleo
Luka memar / dalam Retak tulang Luka memar / dalam Retak tulang
9. Jenis penyakit Demam Sakit mata Asma Pusing 9. Jenis penyakit Demam Sakit mata Asma Pusing
Diare Typus Sesak napas Maag Diare Typus Sesak napas Maag
10. Bagian tubuh yang cidera / Kepala Leher Badan 10. Bagian tubuh yang cidera / Kepala Leher Badan
sakit Mata Punggung Tangan / jari tangan sakit Mata Punggung Tangan / jari tangan
Muka / wajah Dada V Kaki / jari kaki Muka / wajah Dada V Kaki / jari kaki
Telinga Perut Organ tubuh bagian dalam Telinga Perut Organ tubuh bagian dalam
11. Uraian kecelakaan / sakit ( Jelaskan dengan singkat ) 11. Uraian kecelakaan / sakit ( Jelaskan dengan singkat )
PADA SAAT BERJALAN DILANTAI B 1 KAKI KIRI KORBAN TERTUSUK PAKU YANG TERDAPAT PADA POTONGAN PADA SAAT BERJALAN DILANTAI B 1 KAKI KIRI KORBAN TERTUSUK PAKU YANG TERDAPAT PADA POTONGAN
KAYU KASO, DAN MENYEBABKAN LUKA TUSUK DITELAPAK KAKI KIRI SEDALAM LEBIH KURANG 1 CM. KAYU KASO, DAN MENYEBABKAN LUKA TUSUK DITELAPAK KAKI KIRI SEDALAM LEBIH KURANG 1 CM.
12. Saksi-saksi yang memberi keterangan terjadinya kecelakaan / sakit 12. Saksi-saksi yang memberi keterangan terjadinya kecelakaan / sakit
No. Nama Saksi Pekerjaan Perusahaan / Mandor Alamat Usia No. Nama Saksi Pekerjaan Perusahaan / Mandor Alamat Usia
1. PAINO TK. KAYU PT. PUTRA JL. ANYER NO. 3 JAKARTA SELATAN 40 1. PAINO TK. KAYU PT. PUTRA JL. ANYER NO. 3 JAKARTA SELATAN 40
2. BEJO TK. BESI MANDOR SUPRA JL. GENTA NO. 1 CIREBON 27 2. BEJO TK. BESI MANDOR SUPRA JL. GENTA NO. 1 CIREBON 27
3. 3.
4. 4.
FORM NO : K3L - 08
EDISI REVISI TANGGAL
LAPORAN BULANAN K3L 3 02-01-2008
FORM K3L - 08
NOMOR : 01 / K3L LAPORAN BULAN : JANUARI
PROYEK : DEPDAGRI LAPORAN KE : 01 (SATU)
I. Kondisi korban kecelakaan Bln yl Bln ini Bln ini BAGIAN KONDISI KORBAN (7)
FAKTOR PENYEBAB LOSS TIME
PENYEBAB JENIS TUBUH PERAWATAN
D 1. Luka ringan 0 1 1 Orang NO TANGGAL JAM
LOKASI/
NAMA USIA PEKERJAAN
PERUSAHAAN / URAIAN KECELAKAAN DAN SAKIT
KECELAKAAN CIDERA
JENIS
YANG (5)
TERJADINYANYA
Korban
AREA MANDOR ( Jelaskan secara singkat ) PENYAKIT (3) KECELAKAAN (6) Korban Sakit
(1) (2) CIDERA / Kecelakaan KEC.
D 2. Luka berat 0 1 1 Orang SAKIT (4) KERJA
KES. KERJA
P3K RS 1 2 3 4 LR LB M SR SB M
D 3. Meninggal dunia 0 0 0 Orang
+ 1 02-01-2007 10.30 B 1 Andri 25 Th Tk. Kayu PT. Putra / Pada saat berjalan dilantai B 1, kaki kiri korban F A K X X X 0
D 4. Jumlah kecelakaan Kerja = ( D1 + D2 + D3 ) 0 2 2 Orang Achmad tertusuk paku yang terdapat pada potongan kayu
(a) (b) (c) kaso dan menyebabkan luka tusuk ditelapak
II. Kondisi korban sakit kaki kiri sedalam lebih kurang 1 cm.
D 5. Sakit ringan 0 1 1 Orang
0 1 1 Orang 2 05-01-2007 14.30 Lt.3 Bambang 30 Th Tk. Kayu PT. Putra / Pada saat bekerja dipinggir lantai 3. korban terpele- H F J X X X 2
D 6. Sakit berat
Achmad leset dan jatuh kelantai.2 menyebabkan korban
D 7. Meninggal 0 0 0 Orang
menderita retak tulang.
+
D 8. Jumlah sakit akibat Kerja = ( D5 + D6 + D7 ) 0 0 2 Orang
3 05-01-2007 11.00 Barak Heru 32 Th Tk. Besi Supra Mengalami demam tinggi setelah sehari sebelum - A I X X 1
(d) (e) (f)
nya bekerja memasang besi kolom kolom di lt.3.
E. TINGKAT KEKERAPAN DAN TINGKAT KEPARAHAN SAMPAI DENGAN BULAN INI
4 06-01-2007 10.00 Barak Amir 24 Th Tk. Kayu Andi Mengalami muntah-muntah setelah makan malam B H X X 0
Frequency rate / FR (Tingkat kekerapan)
Jumlah kecelakaan kerja x 1,000,000 ( D2 + D3 ) x 1,000,000
= = 7.26 JUMLAH 2 2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 2 1
Jumlah jam kerja orang B2. f
(1) PENYEBAB KECELAKAAN : (2) JENIS CIDERA : (3) JENIS PENYAKIT : (4) BAGIAN TUBUH YANG CIDERA / SAKIT (5) PERAWATAN : (7) KONDISI KORBAN :
Severity rate / SR (Tingkat keparahan)
A. Kestroom A. Luka tusuk A. Demam A. Kepala P3K = Petugas K3L KECELAKAAN SAKIT
Jumlah kehilangan hari kerja x 1,000,000 ( B4 l + B5 o ) x 1,000,000 B. Tertabrak B. Luka robek B. Diare B. Mata RS = Rumah Sakit LR = Luka ringan SR = Sakit ringan
= = 21.78 C. Tenggelam C. Luka memar / dalam C. Sakit mata C. Muka / wajah LB = Luka berat SB = Sakit berat
Jumlah jam kerja orang B2. f
D. Terbakar D. Luka bakar D. Typus D. Telinga M = Meninggal M = Meninggal
Tgl. : WIB E. Terbentur E. Luka terputus / terpotong E. Asma E. Leher
Laporan ini dibuat pada hari : Jam :
F. Tertusuk F. Retak tulang F. Sesak napas F. Punggung
G. Tergores G. Patah tulang G. Pusing G. Dada (6) FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
Mengetahui, Dibuat oleh :
H. Terpeleset / Tersandung H. Terkilir / keseleo H. Maag H. Perut 1. Faktor Manusia ( Kurang peduli K3L,tidak disiplin, kondisi mental/fisik lemah dll)
Project Manager Safety, Health & Environmental Officer I. Terhimpit / Tergencet I. .... I. .. I. Badan 2. Faktor Konstruksi ( Salah metode konstruksi, salah penggunaan alat )
J. Tertimpa / Kejatuhan J. Tangan / jari tangan 3. Faktor Alat Kerja ( Alat kerja tidak berfungsi sebagaimana mestinya )
K. Jatuh dari ketinggian K. Kaki / jari kaki 4. Faktor Lingkungan Kerja ( Tekanan udara, getaran, bising, licin, gelap, kotor, limbah B3 dll)
L. .... L. Organ tubuh bagian dalam
HERRY S RASFIAN S CATATAN : 2. Jika korban mengalami kecelakaan atau sakit, serta memerlukan perawatan dan tidak dapat bekerja maka Kehilangan Hari Kerja harus dihitung,
( contoh : Jika tidak bekerja 1 hari, maka Kehilangan Hari Kerja = 1 hari atau jika 2 hari maka Kehilangan Hari kerja = 2 hari dan seterusnya)
(Nama & Tandatangan) (Nama & Tandatangan) PERHITUNGAN KEHILANGAN HARI KERJA ( LOSS TIME ) SEBAGAI BERIKUT :
1. Kehilangan hari kerja dihitung per orang korban yang diakibatkan karena Kecelakaan atau Sakit dan jika korban mengalami kecelakaan atau sakit 3. Jika korban meninggal, Kehilangan Hari Kerja = 6.000 Hari yang dimaksud korban meninggal dunia adalah korban meninggal saat mengalami
dan memerlukan perawatan tetapi korban dapat langsung bekerja pada hari itu juga maka Kehilangan Hari Kerja = 0 (Nol) kecelakaan atau sakit akibat kerja.
CATATAN : Laporan Bulanan ini dikirimkan kepada SHE O Cabang, paling lambat tanggal 3 setiap bulannya
L A M P I R A N II
LEMBAR OBSERVASI I
NO KETERANGAN YA TIDAK
PERANCAH
NO KETERANGAN YA TIDAK
semua sisinya
cacat lainnya.
NO KETERANGAN YA TIDAK
ALAT ANGKAT
NO KETERANGAN YA TIDAK
NO KETERANGAN YA TIDAK
MESIN
NO KETERANGAN YA TIDAK
NO KETERANGAN YA TIDAK
yang patah
NO KETERANGAN YA TIDAK
menjadi beku
PEKERJAAN LAINNYA
NO KETERANGAN YA TIDAK
NO KETERANGAN YA TIDAK
1. Tanda (v) pada kolom YA menandakan bahwa hasil observasi sesuai dengan isi
2. Tanda (v) pada kolom TIDAK menandakan bahwa hasil observasi tidak sesuai
3. Tanda (#) pada kolom TIDAK menandakan bahwa jenis kegiatan, mesin, material,
dan peralatan yang tertulis pada Permenakertrans No.1 / 1980 tentang K3 pada
2.1 Transmisi
3.1 Komitmen
4.1 Staf
4.2 Wewenang
4.3 Fasilitas
5. Struktur Birokrasi
5.1 SOP
No Informan Jawaban
Induction, SHE talk, SHE meeting, rambu peringatan, pelatihan K3
1 HSE Pusat Pelatihan K3 umum kepada semua pekerja : APAR, safety belt
pertolongan pertama, evakuasi
Induction, SHE talk, SHE meeting, rambu peringatan, pelatihan K3
2 HSE Proyek Pelatihan K3 umum kepada semua pekerja : APAR, safety belt
pertolongan pertama, evakuasi
Induction, SHE talk, SHE meeting, rambu peringatan, pelatihan K3
3 Quality Control Pelatihan K3 umum kepada semua pekerja : APAR, safety belt
pertolongan pertama, evakuasi
SHE talk tiap Jumat, pemasangan rambu, induction
4 House Keeping
Pelatihan K3 : APAR, safety belt, pertolongan pertama, evakuasi
Jumat pagi SHE talk, buat mandor SHE meeting, induction
5 Besi Pelatihan K3 : APAR, safety belt, pertolongan pertama, evakuasi
Dari mandor gak dapat pelatihan K3
SHE talk tiap Jumat, SHE meeting buat mandor, induction
6 Cor Pelatihan K3 : APAR, safety belt, pertolongan pertama, evakuasi
Dari mandor gak dapat pelatihan K3
SHE talk tiap Jumat, SHE meeting buat mandor, induction
7 Kayu Pelatihan K3 : APAR, safety belt, pertolongan pertama, evakuasi
Dari mandor gak dapat pelatihan K3
SHE talk tiap Jumat, SHE meeting buat mandor, induction
8 Operator Alimak Pelatihan K3 : APAR, safety belt, pertolongan pertama, evakuasi
Dapatnya tentang alat pengaman dan beban maksimal
SHE talk tiap Jumat, SHE meeting buat mandor, induction
Operator Tower
9 Pelatihan K3 : APAR, safety belt, pertolongan pertama, evakuasi
Crane
Dari mandor dikasih tahu alat pengaman dan beban maksimal
KEJELASAN
No Informan Jawaban
Pekerja tidak tahu Permenakertrans No.1 / 1980
1 HSE Pusat HSE pasti mengerti isi peraturan tersebut karena HSE wajib
ikut training dan ada tesnya kalau mau lulus.
Pekerja tidak tahu Permenakertrans No.1 / 1980
2 HSE Proyek Kalau mau kerja jadi HSE disini harus ikut pelatihan.
Kalau tidak mengerti tidak mungkin kerja disini sekarang.
Pekerja tidak tahu Permenakertrans No.1 / 1980
3 Quality Control Saya dan karyawan kontraktor lainnya sudah tahu
Permenakertrans No.1 / 1980.
Permenakertrans No.1 / 1980 tidak tahu
4 House Keeping
SHE talk saya mengerti
Permenakertrans No.1 / 1980 tidak tahu
5 Besi
SHE talk ada yang ngerti ada yang gak ngerti
Permenakertrans No.1 / 1980 tidak tahu
6 Cor
SHE talk saya mengerti tapi jarang datang
Permenakertrans No.1 / 1980 tidak tahu
7 Kayu
SHE talk ada yang ngerti ada yang gak ngerti
Permenakertrans No.1 / 1980 tidak tahu
8 Operator Alimak
SHE talk saya mengerti
Operator Tower Permenakertrans No.1 / 1980 tidak tahu
9
Crane
SHE talk saya mengerti
KONSISTENSI
No Informan Jawaban
Kami ada audit untuk memastikan kegiatan di proyek tidak
1 HSE Pusat
melanggar UU salah satunya Permenakertrans No.1 / 1980
Pelaksanaan peraturan pemerintah terkait dengan K3 sudah
2 HSE Proyek semua dijalankan. Permenakertrans No.1 / 1980 pasti konsisten
Antara peraturan dan pelaksanaan disini.
Saya sudah cek isi peraturan dengan materi pelatihan K3
3 Quality Control
yang ditujukan untuk karyawan kontraktor. Isinya sudah sama.
4 House Keeping -
5 Besi -
6 Cor -
7 Kayu -
8 Operator Alimak -
Operator Tower -
9
Crane
KOMITMEN
No Informan Jawaban
Kalau dari PP semuanya sudah komitmen dengan peraturan yang
ada. Selain itu ada evaluasi dari pusat.
1 HSE Pusat
Selama saya inspeksi saya rasa komitmen pekerja masih kurang
karena selalu ada pekerja yang ketahuan gak pake APD.
Sudah gak kehitung berapa kali harus negur pekerja. Mulai dari
gak pake APD sampai gak ikut SHE talk. Tapi banyak juga
2 HSE Proyek yang masih taat dengan peraturan K3.
Kalau dari PP semuanya sudah komitmen dengan peraturan yang
ada. Selain itu ada evaluasi dari pusat.
Kalau dari PP sudah bagus tapi kalau dari pihak pekerja masih
3 Quality Control
kurang. Banyak yang telat atau gak datang waktu SHE talk.
Kalau sudah disini K3 harus dilakukan.
4 House Keeping
Pekerja selain saya suka gak melakukan K3.
K3 itu penting supaya gak kenapa - kenapa.
5 Besi
Kalau sudah kelamaan kerja helm saya copot soalnya panas.
K3 itu penting supaya gak kena kecelakaan kerja.
6 Cor Saya jarang datang SHE talk soalnya yang diomongin gitu - gitu
aja. Yang penting kerjaan saya beres.
K3 itu penting supaya gak kenapa - kenapa waktu kerja.
7 Kayu
Banyak yang malas pake APD dan gak ikut SHE talk.
K3 itu penting. Kalau ada kecelakaan kerja bisa ganggu
8 Operator Alimak pekerjaan lain di proyek.
Masih banyak pekerja yang bandel gak pake APD.
K3 itu penting. Kalau operator TC kena kecelakaan kerja yang
Operator Tower lain bisa gak kerja soalnya TC yang ngangkut material ke atas.
9
Crane Operator TC jarang pake helm waktu mengoperasikan mesin.
Kalau yang lain masih suka bandel gak ikut SHE talk.
INSENTIF
No Informan Jawaban
Proyek yang HSEnya terbaik dapat reward dari pusat dan
dinikmati semua karyawan PP disana. Bonusnya bisa berupa
uang atau makanan.
HSE proyek mencatat pekerja yang tidak datang saat SHE talk dan
patroli setiap hari. Waktu patroli keliatan siapa saja yang patuh dan
1 HSE Pusat tidak patuh dengan peraturan K3.
Waktu SHE talk pekerja yang taat K3 kami kasih duit atau kue.
Bisa sebulan atau 3 minggu sekali. Orangnya bisa 3 orang lebih.
Tujuannya memotivasi pekerja agar mau menaati peraturan K3.
pekerja yang tidak taat K3 kami beri SP sampai 2X kalau masih
diteruskan bisa dikeluarkan. Selama ini belum ada yang dikeluarkan.
Pusat menilai mana proyek yang HSEnya dianggap yang terbaik
lalu proyek tersebut karyawan kontraktornya mendapat hadiah
dari pusat bisa berupa uang atau makanan.
Kami mengisi form SHE talk. Disitu kami mencatat siapa pekerja
yang absen. Selain itu setaip hari kami patroli. Waktu patroli keliatan
siapa yang taat dan tidak taat dengan peraturan K3.
2 HSE Proyek
Pekerja di proyek yang kami anggap sudah melaksanakan K3
dengan baik akan diberikan hadiah, makanan, atau uang.
Diberikan saat SHE talk bisa 2 atau 3 orang.
Tujuannya memotivasi pekerja agar mau menaati peraturan K3.
Pekerja yang tidak taat akan diberikan SP 2X bila masih melanggar
bisa dikeluarkan. Selama ini belum ada yang dikeluarkan.
Pusat menilai mana proyek yang HSEnya dianggap yang terbaik
Proyek itu nanti akan mendapat hadiah dari pusat.
HSE proyek mencatat pekerja yang tidak datang saat SHE talk dan
patroli setiap hari untuk melihat pekerja yang taat dan melanggar
peraturan K3.
3 Quality Control
Biasanya setiap bulan pas lagi SHE talk ada beberapa perwakilan
pekerja yang dikasih hadiah karena taat dengan aturan HSE.
Tujuannya memotivasi pekerja agar mau menaati peraturan K3.
Harusnya diberi SP sampai 2X terus kalau masih melanggar
pekerja tersebut bisa dikeluarkan. Disini cukup ditegur saja.
No Informan Jawaban
Hadiah ada biasanya dikasih waktu SHE talk. Tapi gak tentu
dikasihnya. Bisa 2 atau 3 orang. Bisa dikasih uang atau kue.
4 House Keeping Bagus kalau ada hadiahnya.
Disini biasanya cuma ditegur. Belum ada yang dikeluarin. Disini
masih mending. Di tempat kerja saya dulu bisa gak dikasih honor.
Kadang dikasih duit atau kue. Waktu SHE talk tapi gak tentu.
5 Besi Ya lumayan. Bagus
Disini ditegur doank sama HSE. Belum ada yang dikeluarin.
Ada duit atau bingkisan. Waktu SHE talk bisa 2 atau 3 minggu
6 Cor Seneng. Lumayan
Biasanya cuma ditegur HSE. Belum pernah ada yang keluar.
Bisa dikasih uang atau bingkisan. Waktu SHE talk tapi gak tentu.
7 Kayu Bagus sih. Senang juga kalau dikasih hadiah.
Biasanya cuma ditegur HSE. Belum pernah ada yang keluar.
Bisa dikasih duit atau kue tapi gak tiap minggu. Bisa 2 atau 3 orang.
8 Operator Alimak Senang juga kalau dikasih hadiah.
HSE kasih peringatan. Belum ada yang dikeluarin.
Kadang dikasih duit atau kue tapi gak tentu tiap minggu.
Operator Tower
9 Baguslah bisa memotivasi.
Crane
Ditegur sama HSE. Belum ada yang dikeluarin.
STAF
No Informan Jawaban
Umur 18+ bukti fotocopy KTP. Operator alimak dan TC punya SIO.
Mandor direkrut dari proyek sebelumnya karena kerjanya bagus.
pekerja bangunan rata - rata SD, SMP, SMA.
1 HSE Pusat Awal masuk safety induction. Ada pelatihan K3 umum
Karyawan PP umumnya pendidikan teknik. Harus ikut training K3.
Menurut saya sudah cukup2 orang untuk tiap gedung. Tapi harus
Diakui kerja mereka sibuk karena harus mengawasi semua pekerja.
Umur 18+ bukti fotokopi KTP. Operator alimak dan TC punya SIO.
Mandor direkrut dari proyek sebelumnya karena kerjanya bagus.
pekerja bangunan rata - rata SD, SMP, SMA.
2 HSE Proyek
Awal masuk safety induction. Ada pelatihan K3 umum
Karyawan PP umumnya pendidikan teknik. Harus ikut training K3.
Staf HSE ada 4. 2 orang untuk tiap gedung. Tidak semua pekerja
bisa terpantau makanya harus keliling terus naik turun.
Umur 18+ bukti fotocopy KTP. Operator alimak dan TC punya SIO.
Mandor direkrut dari proyek sebelumnya karena kerjanya bagus.
pekerja bangunan rata - rata SD, SMP, SMA.
3 Quality Control Awal masuk safety induction. Ada pelatihan K3 umum
Karyawan PP umumnya pendidikan teknik. Harus ikut training K3.
Orang QC semua mengerti safety engineering dan safety device.
Permenaker K3 sudah dijamin terpenuhi dari aspek engineering.
Pertama datang fotokopi KTP dan diberi induction.
4 House Keeping
Pertama datang sudah tahu tugas pekerja house keeping bagaimana.
Pertama datang fotokopi KTP dan diberi induction.
5 Besi
Pertama datang sudah tahu tugas - tugasnya pekerja besi.
Pertama datang fotokopi KTP dan diberi induction.
6 Cor
Pertama datang sudah tahu tugas - tugasnya pekerja cor.
Pertama datang fotokopi KTP dan diberi induction.
7 Kayu Pertama datang belum tahu tugas - tugasnya pekerja kayu. Lihat dan
minta diajarin sesama rekan pekerja kayu nanti juga mengerti.
Pertama datang fotokopi KTP dan SIO. Diberi induction.
8 Operator Alimak
Pertama datang sudah tahu tugas - tugasnya operator alimak.
Operator Tower Pertama datang fotokopi KTP dan SIO. Diberi induction.
9
Crane Pertama datang sudah tahu tugas - tugasnya operator TC.
INFORMASI
No Informan Jawaban
Dari laporan kecelakaan bisa terlihat apakah K3 dijalankan dengan
baik. Kalau hanya 1-2 kecelakaan kerja berarti orangnya yang tidak
dengan K3. Kalau disebabkan karena teknis mesin dan peralatan
1 HSE Pusat berarti kesalahan di pihak kami. Tapi selama ini belum pernah.
Tidak hanya laporan kecelakaan, saya juga inspeksi ke proyek, ada
dokumentasi kegiatan. SHE meeting dan SHE talk tiap minggu,
laporan HSE proyek
Dari laporan kecelakaan bisa terlihat apakah K3 dijalankan dengan
baik. Kalau banyak berarti ada masalah dengan pelaksanaan K3.
Selama ini kecelakaan kerja murni karena faktor pekerja bukan
2 HSE Proyek
dari faktor teknis. Berarti pekerjanya yang tidak mematuhi aturan K3.
Tidak hanya laporan kecelakaan, saya juga kasih laporan ke pusat,
dokumentasi kegiatan, SHE meeting dan SHE talk tiap minggu,
Pusat juga inspeksi ke proyek.
Dari laporan kecelakaan bisa terlihat jumlah dan faktor penyebab.
QC lebih melihat apakah disebabkan karena faktor teknis mesin
peralatan atau bukan. Sejauh ini kecelakaan kerja selalu disebabkan
3 Quality Control karena faktor manusianya.
Tidak hanya laporan kecelakaan, saya juga buat laporan ke pusat,
dokumentasi kegiatan, SHE meeting dan SHE talk tiap minggu,
Pusat juga inspeksi ke proyek.
Selama ini yang paling sering dikasih tahu masalah kebersihan
4 House Keeping
kerapihan dan APD.
Selama ini yang paling sering dikasih tahu masalah kebersihan
5 Besi
kerapihan dan APD. Cara kerja yang aman belum diajarkan.
Selama ini yang paling sering dikasih tahu masalah kebersihan
6 Cor
kerapihan dan APD. Cara kerja yang benar belum diajarkan.
Selama ini yang paling sering dikasih tahu masalah kebersihan
7 Kayu
kerapihan dan APD. Cara kerja yang benar belum diajarkan.
Selama ini yang paling sering dikasih tahu masalah kebersihan
8 Operator Alimak
kerapihan dan APD. Ketentuan teknis sudah diajarkan subkontraktor.
Operator Tower Selama ini yang paling sering dikasih tahu masalah kebersihan
9
Crane kerapihan dan APD. Ketentuan teknis sudah diajarkan subkontraktor.
WEWENANG
No Informan Jawaban
Membuat peraturan yang harus dipatuhi pekerja maupun karyawan
PP agar peraturan permenaker K3 konstruksi bisa dilaksanakan
dengan baik.
1 HSE Pusat
Memberhentikan pekerja atau pekerjaan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja baik bagi pekerja itu sendiri maupun
pekerja lain di sekitarnya bila terlihat langsung di mata saya.
Membuat peraturan yang harus dipatuhi pekerja maupun karyawan
PP agar peraturan permenaker K3 konstruksi bisa dilaksanakan
dengan baik. Bedanya sama pusat, kami tinggal menjalankan yang
2 HSE Proyek
sudah dibuat pusat. Tinggal menyesuaikan dengan di proyek saja.
Memberhentikan pekerja atau pekerjaan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja baik bagi pekerja itu sendiri maupun
pekerja lain yang terlibat di dalamnya.
Memastikan mesin, peralatan, dan bahan yang akan digunakan
sudah memenuhi standar keamanan.
3 Quality Control
Saya juga bisa menegur pekerja yang kerjanya sembarangan dan
melanggar aturan K3.
Sesama house keeping saling mengingatkan. Kalau pekerja lain
tidak tahu pekerjaannya jadi saya diamkan.
4 House Keeping
Biasanya HSE yang menegur pekerja. Sesama pekerja suka merasa
tidak enak.
Kalau ada pekerja yang tidak taat K3 biasanya diam saja.
5 Besi
Semua disini sibuk jadi tidak ngurusin pekerjaan yang lain.
Kalau ada pekerja yang tidak pake helm yang lain diam saja.
6 Cor
Sibuk banyak kerjaan. Pekerja lain juga sibuk sama pekerjaannya.
HSE saja yang menegur. Tidak enak kalau pekerja yang tegur.
7 Kayu
Pekerja disini punya kerjaan sendiri jadi gak ngurusin yang lain.
Diam saja kalau ada pekerja yang melanggar aturan K3.
8 Operator Alimak
Pekerja juga bisa menegur tapi merasa tidak enak.
Operator Tower Diam saja kalau ada pekerja yang melanggar aturan K3.
9
Crane HSE saja yang menegur. Tidak enak kalau pekerja yang tegur.
FASILITAS
No Informan Jawaban
Fasilitas terkait K3 sudah lengkap. APD sudah ada untuk semua
karyawan kontraktor. Rambu peringatan sudah dipasang. Safety net
sudah dipasang. APAR ada setiap 2 lantai. Safety belt dan body
harness sudah ada.
1 HSE Pusat Checklist mesin dan peralatan juga sudah dibuat. Tapi tidak semua
pasal dari permenaker K3 konstruksi bisa diterapkan disini. Itu
tergantung jenis proyeknya.
APD untuk pekerja kami bebankan kepada mandor sesuai dengan
kesepakatan. Kalau ada yang kurang atau hilang bisa kami tambah.
Fasilitas terkait K3 sudah lengkap. APD sudah ada untuk semua
karyawan kontraktor. Rambu peringatan sudah dipasang. Safety net
sudah dipasang. APAR ada setiap 2 lantai. Safety belt dan body
harness sudah ada.
2 HSE Proyek Checklist mesin dan peralatan juga sudah dibuat. Tapi tidak semua
pasal dari permenaker K3 konstruksi bisa diterapkan disini. Itu
tergantung jenis proyeknya.
APD untuk pekerja kami bebankan kepada mandor sesuai dengan
kesepakatan. Kalau ada yang kurang atau hilang bisa kami tambah.
Fasilitas terkait K3 sudah lengkap. APD sudah ada untuk semua
karyawan kontraktor. Rambu peringatan sudah dipasang. Safety net
sudah dipasang. APAR ada setiap 2 lantai. Safety belt dan body
harness sudah ada.
3 Quality Control Checklist mesin dan peralatan juga sudah dibuat. Tapi tidak semua
pasal dari permenaker K3 konstruksi bisa diterapkan disini. Itu
tergantung jenis proyeknya.
APD untuk pekerja kami bebankan kepada mandor sesuai dengan
kesepakatan. Kalau ada yang kurang atau hilang bisa kami tambah.
No Informan Jawaban
House keeping langsung dibawah PP jadi APD disediakan.
Fasilitas K3 menurut saya sudah lengkap yaitu APD, APAR, rambu
peringatan, safety belt, safety net.
4 House Keeping
Pekerja yang tidak pake APD biasanya malas atau hilang
Saya gak pake full body harnesstapi ribet kayaknya jadi pekerja
lebih suka pake safety belt.
PP tidak menyediakan helm dan sepatu. Semua dari mandor tapi
kalau ada yang kurang atau tali helm hilang boleh minta ke HSE.
Fasilitas K3 menurut saya sudah lengkap yaitu APD, APAR, rambu
5 Besi
peringatan, safety belt, safety net.
Helm biasanya dilepas karena gerah kalau kelamaan dipakai.
Body harness ribet jadi pake safety belt saja.
PP tidak menyediakan helm dan sepatu. Semua dari mandor tapi
kalau ada yang kurang atau tali helm hilang boleh minta ke HSE.
Fasilitas K3 menurut saya sudah lengkap yaitu APD, APAR, rambu
6 Cor
peringatan, safety belt, safety net.
Risih pake helm terus, panas.
Body harness ribet jadi pake safety belt sudah cukup.
PP tidak menyediakan helm dan sepatu. Semua dari mandor tapi
kalau ada yang kurang atau tali helm hilang boleh minta ke HSE.
Mandor juga kasih uang 10 ribu buat beli sarung tangan.
7 Kayu Fasilitas K3 menurut saya sudah lengkap yaitu APD, APAR, rambu
peringatan, safety belt, safety net.
Pekerjanya yang malas pake APD.
Body harness ribet jadi pake safety belt sudah cukup.
Operator alimak cuma 4 jadi APD dari PP semua.
Fasilitas K3 menurut saya sudah lengkap yaitu APD, APAR, rambu
8 Operator Alimak
peringatan, safety belt, safety net.
Pekerjanya yang malas pake APD.
Operator TC cuma 4 jadi APD dari PP semua.
Operator Tower Fasilitas K3 menurut saya sudah lengkap yaitu APD, APAR, rambu
9
Crane peringatan, safety belt, safety net.
Rasanya risih kalau pake helm seharian.
ANGGARAN
No Informan Jawaban
Anggaran untuk pelaksanaan K3 di proyek sudah ada. Besarannya
tidak bisa kami beberkan.
1 HSE Pusat
Anggaran tersebut dipakai untuk pelatihan karyawan PP maupun
pekerja, pembuatan rambu, APAR , APD, safety net
Anggaran untuk pelaksanaan K3 di proyek sudah ada. Jumlah
pastinya saya lupa bisa mencapai puluhan juta. Itu sudah diatur
2 HSE Proyek pusat.
Anggaran tersebut dipakai untuk pelatihan pekerja, penyediaan
APAR, APD, rambu peringatan, safety net
Anggaran untuk pelaksanaan K3 di proyek sudah ada. Jumlah
pastinya saya tidak tahu. Ada mungkin puluhan juta.
3 Quality Control
Anggaran tersebut dipakai untuk pelatihan pekerja, penyediaan
APAR, APD, rambu peringatan, safety net.
4 House Keeping Anggaran saya gak tahu. Tanya mandor saja.
5 Besi Saya gak tahu masalah anggaran.
6 Cor Saya gak tahu masalah anggaran.
7 Kayu Soal anggaran saya gak tahu. Tanya mandor saja.
8 Operator Alimak Saya gak tahu masalah anggaran.
9 Operator Tower
Crane Saya gak tahu masalah anggaran.
SOP
No Informan Jawaban
SOP untuk setiap pekerjaan sudah baku dibuat dari pusat.
Pekerja yang sudah pengalaman biasanya lebih mengerti.
SOP untuk keamanan mesin dan peralatan sudah ada. Checklist
mesin dan peralatan sebulan sekali. Itu yang tahu bagian operasional
1 HSE Pusat
quality control juga termasuk.
SOP untuk jam kerja sudah ada. Masuk jam 8 istirahat jam 12
pulang jam 5. Kalau mau lembur dilanjutkan selesai maghrib sampai
jam 10 malam.
SOP untuk setiap pekerjaan sudah baku dibuat dari pusat.
Proyek tinggal menjalankan.
SOP untuk keamanan mesin dan peralatan sudah ada. Bahan dan
alat sudah ada kontrol kualitas. Penyimpanannya juga diatur.
2 HSE Proyek
SOP untuk jam kerja sudah ada. Masuk jam 8 istirahat jam 12
pulang jam 5. Kalau mau lembur dilanjutkan selesai maghrib sampai
jam 10 malam.
Sosialisasi K3 ke pekerja juga sudah diatur.
SOP untuk setiap pekerjaan sudah baku dibuat dari pusat.
Proyek tinggal menjalankan.
3 Quality Control SOP untuk keamanan mesin dan peralatan sudah ada. Checklist
mesin dan peralatan sebulan sekali. Mesin dan peralatan sebelum
dipakai harus aman.
Prosedur kerja gak ada. Pokoknya tinggal bersih - bersih saja.
4 House Keeping Jam kerja tahu. Masuk jam 8 istirahat jam 12 pulang jam 5. Kalau
Kalau mau lembur dilanjutkan selesai maghrib sampai jam 10 malam.
No Informan Jawaban
Prosedur kerja gak ada. Nunggu disuruh mandor baru mulai kerja.
5 Besi Jam kerja saya sudah tahu. Masuk jam 8 istirahat jam 12 pulang
Jam 5. Habis maghrib ada lembur buat yang mau.
Standar pekerjaan gak ada. Kami kerja mengikuti perintah mandor.
Jam kerja saya tahu. Masuk jam 8 istirahat jam 12 sampai jam 1
6 Cor
pulang jam 5. Kalau mau lembur dilanjutkan selesai maghrib sampai
jam 10 malam.
Prosedur kerja gak ada. Tinggal ngikutin pekerja lainnya.
Jam kerja saya tahu. Masuk jam 8 istirahat jam 12 sampai jam 1
7 Kayu
pulang jam 5. Kalau mau lembur dilanjutkan selesai maghrib sampai
jam 10 malam.
Ada safety instruction dipasang di dalam. Dari subkon dikasih tahu.
Operator alimak beda - beda jam kerjanya. Hari ini giliran saya
8 Operator Alimak
selesai istirahat. Nanti malam gantian tempat sama operator yang
lain. Besok saya masuk pagi.
Mengoperasikan mesin saya mengerti. Prosedur kerja ada.
Operator Tower
9 Sebulan sekali ada checklist. Jam kerjanya juga sudah dijadwal.
Crane
Kalau operator TC ada shift pagi sama shift malam.
FRAGMENTASI
No Informan Jawaban
HSE pusat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan K3 di semua
proyek. Di proyek sudah ada tim HSE sendiri.
HSE proyek perpanjangan tangan dari HSE pusat. Secara struktur
organisasi di proyek berada di bawah pimpinan proyek. Namun dia
1 HSE Pusat
wajib memberikan laporan pelaksanaan K3 ke saya.
Pekerja di proyek bertanggung jawab kepada HSE di proyek.
Sebenarnya mereka di bawah mandor tapi terkait K3 urusannya
langsung ke HSE.
Saya bertanggung jawab ke pimpinan proyek sama HSE pusat.
K3 di proyek tanggung jawab saya.
Semua pekerja di proyek bertanggung jawab ke saya. Kalau ada
2 HSE Proyek sesuatu saya langsung turun tangan gak perlu lewat mandor tapi
saya tetap bilang ke mandor karena dia yang bawa pekerja kesini.
Terkait keamanan mesin dan peralatan tinggal koordinasi saja sama
quality control tapi tetap itu tanggung jawab saya.
Tanggung jawab saya disini memastikan semua bahan, mesin, dan
peralatan sudah aman sebelum digunakan.
3 Quality Control Secara struktur organisasi di bawah pimpinan proyek. Saya juga
koordinasi sama HSE.
Pelaksanaan K3 di proyek tanggung jawab HSE proyek.
4 House Keeping Pekerja bertanggung jawab kepada HSE proyek terkait K3.
Terkait K3 HSE yang memimpin. Mandor bilang selama kerja
5 Besi
di proyek ikutin saja apa maunya orang HSE.
Terkait K3 HSE yang memimpin. Mandor bilang selama kerja
6 Cor di proyek ikutin saja apa maunya orang HSE.
Pekerja lain kalau terkait K3 saya rasa dipimpin HSE juga.
Kalau urusan K3 semua pekerja harus nurut orang HSE.
7 Kayu
Saya bertanggung jawab ke mandor. Tapi urusan K3 kita ikut HSE.
8 Operator Alimak Urusan K3 dipegang HSE. Pekerja lain juga sama.
Operator Tower Urusan K3 dipegang HSE. Pekerja lain juga sama.
9
Crane