Professional Documents
Culture Documents
599 1032 1 SM
599 1032 1 SM
(Blood profil and hematological status of local sheep under the gunung walat education
forest area Sukabumi)
ABSTRACT Gunung Walat Education Forest was (6.62 0.54) g/100ml, PCV of lamb was
(HPGW) is one of special forest which integrated (28.10 7.21) % and ewes was (26.80 3.42) %,
with farm system (Agrosilvopastural). This forest is MCV of lamb was (32.68 1,23) fl and ewes was
heterogenous which dominated with agathis, damar (50.91 1.53) fl, MCH of lamb was (10.82 0.47)
and pinus trees. To support the farming system is pg and ewes was (12.93 0.29) pg, MCHC of lamb
needed basic data haematology and blood profil of was (27,53 4.70)% and for ewes was (25.54
sheep that lived in HPGW. This research was aimed 1.57) %. There were no significant difference on
to evaluate haematological values covering Red haematological values before and after feeding time
Blood Cell, haemoglobin, Packed Cell Volume, except for Packed Cell Volume (P< 0.05). The
MCV, MCH, MCHC and blood nutrient profil of clinical result showed that lambs was suffering
lambs and ewes fed with mixed grass which is normocytic hypochromic anaemia and adults was
grow surrounding HPGW. Evaluation were done on suffering macrocytic hypochromic anaemia.
5 productive ewes and 5 male lambs 5-6 month Glucose level and total blood protein were at
ages, before and after eating time. The result normal level while blood triglyseride concentration
showed that RBC of the lamb was (7.57 0.40) x was lower than normal ewes concentration.
106/mm3 and for ewes was (5.71 0.05) x 106/mm3.
Hb of lamb was (7.21 0.27) g/100ml and for ewes
Profil Darah dan Nilai Hematologi Domba Lokal yang Dipelihara di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. et al)
2
darah dibagi menjadi dua yaitu untuk analisis kelembaban dan suhu lingkungan berkisar
hematologi dan sisanya berupa plasma untuk antara 98,96 6,31 % rel dan 22,27 1,65 oC.
analisis nutrien darah. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan
Nilai-nilai hematologi yang diamati sore hari berupa rumput lapang sebanyak 2
meliputi jumlah eritrosit, hemoglobin, hema- kg/ekor/hari dan pemberian air minum ad
tokrit, Mean Corpuscular Volume/MCV (nilai libitum. Sebelum dilakukan pengamatan
rata-rata volum satu butir eritrosit), Mean contoh rumput dianalisis proksimat. Adapun
Corpuscular Hemoglobin/MCH (nilai rata-rata kualitas rumput yang tumbuh di HPGW
berat hemoglobin dalam satu butir eritrosit) mengandung protein kasar 7,39 %; lemak 1,27
dan Mean Corpuscular Haemoglobin % dan energi (GE) 2,59 Mkal/kg.
Concentration/MCHC (rata-rata konsentrasi
hemoglobin di dalam satu butir eritrosit). Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis secara
Analisa Darah RAL pola faktorial menggunakan SPSS dan
a. Hematologi data nutrien darah dianalisis secara deskriptif,
Penghitungan jumlah eritrosit, penen- kemudian ditampilkan dalam perbandingan
tuan nilai hematokrit, pengukuran kadar hemo- antara hematologi anak dan induk domba juga
globin (Hb) dilakukan berdasarkan metoda sebelum dan setelah makan.
Sahli yang diuraikan Sastradipraja et al. (1989)
Penghitungan MCV, MCH dan MCHC HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan rumus standar dalam Swenson
Jumlah eritrosit, Hb dan hematokrit
(1993) yaitu:
tertera pada Tabel 1. Jumlah eritrosit dan Hb
saat sebelum dan setelah makan tidak berbeda
MCV = PCV x 10 MCH = Hb x 10 MCHC = Hb x 100 nyata, demikian pula dengan pengaruh perbe-
BDM/mm3 BDM/mm3 PCV daan umur yang menghasilkan data sama. Hal
Satuan: MCV = fl/femto liter, MCH = pg/pico gram, MCHC = % ini menunjukkan bahwa ternak dengan kondisi
kekurangan nutrien masih dapat memper-
b. Nutrien Darah tahankan jumlah eritrosit dan Hb-nya melalui
Sampel darah yang telah diperoleh mekanisme homeostasis, walaupun jika diban-
disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan dingkan dengan domba sehat, data tersebut
3000 rpm untuk diambil plasma. Plasma yang lebih rendah. Haemoglobin yang dominan
telah diperoleh dianalisis kadar trigliserida, tersusun dari senyawa protein (globin), berasal
glukosa dan protein total dengan menggunakan dari protein asupan pakan dan disintesa dalam
alat microlab 300 berdasarkan reaksi enzimatik tubuh domba. Bila tubuh kekurangan asupan
dengan metoda KIT (merk. DyaSis). protein, haemoglobin dapat disintesa dari ca-
Untuk menunjang parameter klimat dangan protein tubuh. Kondisi asupan protein
dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban ransum domba di HPGW yang rendah menga-
kandang pada waktu pagi, siang dan sore. Data bibatkan terjadinya degradasi cadangan protein
Tabel 1. Jumlah eritrosit, haemoglobin dan hematokrit pada anak dan induk domba di HPGW, Sukabumi
Jumlah Eritrosit (x 106/mm3)
Jenis Domba Sebelum makan Setelah makan Rata-rata Normal*
Anak 7.85 2.69 7.29 2.48 7.57 0.40 10.0 - 11.9
Induk 5.74 1.33 5.67 2.45 5.71 0.05 9.0 - 11.1
Rata-rata 6.80 1,49 6.48 1.15
Tabel 2. Nilai MCV,MCH dan MCHC pada anak dan induk domba di HPGW, Sukabumi
MCV (fl)
Jenis Domba
Sebelum makan Setelah makan Rata-rata Normal*
Anak 31.81a 17.48 33.55a 7.07 32.68 1,23 32.7 36.0
Induk 51.99b 7.38 49.82b 25.20 50.91 1.53 33,0 40,6
Rata-rata 41.9 14,27 41.69 11.50
MCH (pg)
Anak 11.15 6.32 10.48 3.27 10.82 0.47 11.0 14.2
Induk 12.72 2.93 13.13 6.37 12.93 0.29 9.6 14.2
Rata-rata 11.94 1,11 11.81 1.87
MCHC (%)
Anak 24.20 7.09 30.85 2.88 27.53 4.70 36.4 - 39.4
Induk 24.43 4.70 26.65 5.74 25.54 1.57 35.1 - 37.8
Rata-rata 24.32 0,16 28.75 2.97
Huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P< 0.05)
*: Harbutt dalam Sheriff dan Habel (1976)
Profil Darah dan Nilai Hematologi Domba Lokal yang Dipelihara di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. et al)
4
yang dibutuhkan adalah protein (Schalm, nilai hematokrit karena pengenceran darah oleh
1965). Menurut Swenson (1993) vitamin B12 air dan nutrien yang masuk ke dalam pembuluh
(cyanocobalamin) berisi satu atom cobalt pada darah.
setiap molekul yang berfungsi dalam mende- Hal lain yang juga mempengaruhi
wasakan eritrosit. Cobalt dibutuhkan untuk nilai-nilai hematologi tersebut adalah kelem-
sintesis DNA dalam semua sel tubuh termasuk baban. Menurut Suprayogi et al. (2006) suhu
eritrosit. Cobalt dalam makanan sangat penting dalam ruangan kandang di HPGW adalah
untuk ruminansia dan dibutuhkan bakteria 22,64 0C dan kelembaban 96,40 % rel.
dalam sintesa vitamin B12 di dalam rumen. Jika Sedangkan suhu di luar ruangan kandang 26,24
0
unsur-unsur tersebut kurang maka eritropoiesis C dan kelembaban 94,92 % rel. Kelembaban
terhambat. yang tinggi menyebabkan domba-domba
HPGW merupakan hutan dengan mengalami gangguan respirasi yaitu berupa
kanopi yang rimbun yang menyebabkan sinar peningkatan laju respirasi. Peningkatan res-
matahari sangat sedikit yang bisa diperoleh pirasi tersebut disebabkan konstruksi kandang
baik untuk ternak maupun rerumputan di yang kurang ventilasi sehingga amoniak
bawah kanopi. Pakan yang diberikan kepada menumpuk dan oksigen kurang di sekitar
ternak berasal dari rerumputan yang berada di hewan. Hal ini diperparah oleh tebal dan
bawah naungan tersebut. Dari hasil analisa rapatnya naungan hutan disekitar perkan-
proksimat pakan hijauan yang dilakukan oleh dangan. Keadaan ini menyebabkan banyak
Marwah (2006) pada mix grass di HPGW pengeluaran energi untuk respirasi dan
memberikan nilai bahan kering udara 74,01 %, berkurangnya energi untuk tumbuh dan
protein 7,39 %, lemak 1,27 % dan Gross berproduksi termasuk di dalamnya untuk
Energy (GE) 2,59 Mkal/kg. Ransum yang eritropoiesis. Kekurusan dan kematian adalah
memenuhi kebutuhan gizi domba memiliki hal yang memungkinkan jika kondisi tersebut
kadar protein kasar sebesar 16 %. Terlihat terjadi terus menerus seperti yang dilaporkan
bahwa protein dalam pakan di HPGW tidak Astuti dan Suprayogi (2005) yaitu terjadi
mencukupi kebutuhan gizi domba. Kekurangan kematian anak yang cukup tinggi (mencapai
gizi domba di HPGW diperparah dengan 18,75% dari total anak).
kesalahan manajemen dalam pemberian pakan Nilai nutrien trigliserida dalam darah
(hanya 2kg/ ekor/ hari). pada awal sebelum makan tinggi (18,71 mg%)
Nilai-nilai hematologi domba anak kemudian mengalami penurunan dua jam
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pertama setelah makan (16,29 mg%) dan
nilai-nilai hematologi induk. Hal ini karena kembali meningkat pada empat jam berikutnya
tubuh anak membutuhkan lebih banyak energi (16,86 mg%). Pada saat sebelum makan nilai
untuk tumbuh dan berkembang jika dibanding- trigliserida dalam darah tinggi karena untuk
kan dengan kebutuhan energi induk. Hal ini mendapatkan energi tubuh melakukan perom-
merangsang tubuh untuk aktif sesuai kebutu- bakan cadangan trigliserida untuk memasok
hannya, termasuk organ pembentuk eritrosit. semua kebutuhan jaringan dan pada saat ini
Seiring pertambahan umur kebutuhan tersebut trigliserida juga dibutuhkan untuk glukoneo-
berkurang dan keaktifan organ pembentuk sel genesis membentuk glukosa untuk digunakan
darah merah juga menurun. Menurut Swenson sebagai sumber energi bagi otak atau jaringan
(1993) mulai masa akhir kebuntingan dan saraf. Oleh karena itu jika tubuh belum
setelah beranak pembentukan sel darah merah mendapatkan energi yang berasal dari pakan
berlangsung di sum-sum tulang. Pada masa maka trigliserida tubuh banyak dirombak dan
dewasa sum-sum tulang panjang yang aktif beredar di darah (Cunningham, 2002).
dalam eritropoiesis pada hewan muda mulai Dua jam setelah makan, kadar
mengandung lemak. Hanya sum-sum tulang trigliserida dalam darah turun karena sudah ada
pipih (vertebrae, pelvis, costae, dan sternum) sumber energi yang berasal dari asupan pakan,
yang aktif dalam eritropoiesis dan cenderung sehingga tidak perlu lagi dilakukan perom-
menurun aktifitasnya seiring dengan pertam- bakan trigliserida dari tubuh. Hasil pencernaan
bahan umur. Nilai-nilai hematologi antara pakan pada hewan ruminansia yang dapat
sebelum dan setelah makan tidak berbeda nyata digunakan sebagai sumber energi adalah
kecuali pada hematokrit. Terjadinya penurunan volatil fatty acid (VFA), glukosa, asam lemak
Profil Darah dan Nilai Hematologi Domba Lokal yang Dipelihara di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. et al)
6
meningkat, hal ini disebabkan karena pada saat Permasalahan yang terjadi di hutan
pakan sampai di rumen terdapat bakteri tropis HPGW adalah tingkat kematian domba
proteolitik yang mampu mencerna protein yang tinggi. Hal ini disebabkan terutama
pakan dan hasil pencernaan ini sebagian karena kekurangan gizi. Kebutuhan protein dan
diserap di rumen. Protein juga dipecah menjadi energi tercerna untuk hidup pokok domba di
NH3 yang merupakan nitrogen non protein Indonesia sekitar 52,55 g/ekor/hari dan 2191
(NPN). Amonia yang bertemu dengan VFA Kal/ekor/hari (Tomaswezka et al., 1993). Dari
akan digunakan oleh bakteri untuk sintesis perhitungan yang telah dilakukan, domba
protein mikroba. Empat jam setelah makan HPGW hanya mengkonsumsi 52,34 g/ekor/hari
kadar protein dalam darah meningkat, hal ini protein tercerna dan 1834,24 Kal DE/ekor/hari.
disebabkan oleh bakteri yang terbawa oleh Dengan kata lain domba di HPGW hanya
masa makanan dan masuk ke saluran pencer- mengkonsumsi pakan sesuai untuk hidup
naan berikutnya (retikulum, omasum, aboma- pokok dan belum mencukupi untuk tumbuh
sum dan usus), dan akhirnya bakteri yang dan berproduksi. Tampak bahwa domba yang
tercerna akan diserap sehingga meningkatkan diternakan di HPGW mengalami penurunan
pool protein dalam darah. Pada hewan berat badan dan anak lahir mati.
ruminansia terjadi sintesis protein pakan Manajemen integrasi hewan dalam
menjadi protein mikroba yang mempunyai hutan memerlukan luasan lahan tertentu yang
nilai biologis yang tinggi. Protein mikroba ini memiliki vegetasi rumput subur dan cukup
dapat meningkatkan pasokan protein pakan sinar matahari. Model perkandangan perlu
walaupun kondisi protein ransum rendah. dibangun dengan memperhatikan ventilasi
Kadar protein dalam plasma darah domba sehat udara atau model kandang semi tertutup. Perlu
yaitu 6,0 7,59 mg % (Smith dan adanya kegiatan exercise bagi ternak agar
Mangkoewidjojo, 1988). Ini artinya domba di cukup terpapar oleh sinar matahari, tanpa
HPGW masih mempunyai kadar total protein adanya intervensi hewan yang merusak hutan.
darah yang normal. Pemberian hiajaun leguminosa pada domba di
Sistem peternakan domba yang HPGW sangat memnatu akan kecukupan
dilakukan di HPGW menggunakan model protein.
kandang panggung tertutup menyebabkan Dilihat dari ketinggian, HPGW meru-
ternak kurang sehat karena kelembaban yang pakan tempat yang berpotensi bagi peternakan.
tinggi serta tingginya konsentrasi amonia yang Menurut Swenson (1993) ketinggian 14.000
mengakibatkan gangguan fisiologis dan juga sampai 16.000 kaki akan meningkatkan
pnemonia. Tabel 4. menunjukkan hasil eritrosit 40 sampai 50%. Jika nutrien berke-
parameter fisiologi domba di HPGW cukupan maka proses eritropoiesis akan
(Suprayogi et al., 2006). Model perkandangan maksimal dan berdampak pada maksimalnya
itu juga menyebabkan sinar matahari kurang pertumbuhan karena didukung dengan nilai
mampu menembus kandang sehingga ternak darah yang justru dapat lebih tinggi dari
kekurangan vitamin D. Lingkungan yang tidak normal. Oleh karena itu perlu dilakukan
kondusif berupa kelembaban lingkungan yang perbaikan. Perbaikan pertama yang disarankan
tinggi dan kanopi yang rimbun menyebabkan adalah peningkatan kuantitas maupun kualitas
sinar matahari yang mampu menembus pakan yang diberikan kepada ternak sehingga
kandang dan pertumbuhan hijauan rumput tersedia nutrien untuk proses eritropoiesis yang
kurang, akibatnya kandungan gizi rumput di selanjutnya akan mendukung pertumbuhan dan
sekitar HPGW rendah nutrien. produksi ternak. Perbaikan kedua adalah
mengurangi kelembaban kandang dengan cara
Tabel 4. Perbandingan Kondisi Fisiologis Domba di menggunakan exhaust fan pada kandang
HPGW (Suprayogi et al. 2006) tertutup atau ternak dipelihara pada kandang
Parameter Fisiologis Domba di Domba Status
HPGW normal*
terbuka. Dengan perbaikan pakan dan
Denyut jantung (x/menit) 75.50 + 5.45 70 - 80 Normal lingkungan makanan HPGW bisa dijadikan
Laju Respirasi (x/menit) 29.75 + 3.15 15 - 25 Abnormal
Suhu tubuh (oC) 38.85 + 0.25 39,2 - 40 Normal area peternakan yang baik.
*: Smith and Mangkoewidjojo (1988)
Profil Darah dan Nilai Hematologi Domba Lokal yang Dipelihara di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. et al)
8