Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Janggan Asmoro Adhi Putranto1*, Rini Rita T. Marpaung1, Berti Yolida1


1
Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung

*Corresponding author, tel/fax: 085658793084, email: asmorojanggan@yahoo.co.id

Abstract: The effect of using Discovery Learning Model Toward Critical


Thinking Skill. This research purpose was to know the effect of discovery
learning toward students critical thinking skill of SMPN 1 Gadingrejo. The
design was pretest-protest non-equivalent. The sample were students of class VII2
and VII3, that were selected by purposive sampling. Data were obtained from
pretest, posttest, and N-Gain, which were analyzed by t-test and u-test. Data of
students activity which were obtained from observation sheet was analyzed
descriptively. The result showed that N-Gain score of experimental class was
64,80 significantly different from control class was 43,92. The average of critical
thinking skill has criteria for each indicators giving basic explanation was very
good, making basic was good, giving further explanation was good, and
concluding was good. Therefore, it can be concluded that discovery learning
effected in improving students critical thinking skill.

Keywords: critical thinking skill, discovery learning, effect of model

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model discovery learning


terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMPN 1 Gadingrejo. Desain penelitian
adalah pretest-posttest kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas VII2 dan VII3 yang dipilih secara purposive sampling. Data
kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari rata-rata nilai pretest,
posttest dan N-gain, dianalisis menggunakan uji-t dan uji-u. Data aktivitas dari
lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan berpikir kritis siswa dari rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar
64,80 berbeda signifikan dengan kelas kontrol 43,92. Rata-rata aktivitas
kemampuan berpikir kritis memiliki kriteria untuk setiap indikator. Memberikan
penjelasan dasar berkriteria Sangat Baik, membangun keterampilan dasar
berkriteria Baik, memberikan penjelasan lanjut berkriteria Baik, dan
menyimpulkan berkriteria Baik. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan
model discovery learning berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis.

Kata kunci : discovery learning, kemampuan berpikir kritis, pengaruh model


PENDAHULUAN pendidikan yang dilaksanakan sedini
mungkin dan berlangsung seumur
Pembelajaran IPA memiliki hidup menjadi tanggung jawab
fungsi yang fundamental dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan
menimbulkan serta mengembangkan pemerintah (Kemendikbud, 2013: 1).
kemampuan berpikir kritis, kreatif Hasil Trend in Mathematics
dan inovatif. Untuk mencapai tujuan and Science Study (TIMSS) yang
tersebut, maka IPA perlu diajarkan diikuti siswa kelas VIII tahun 2011,
dengan cara yang tepat dan dapat dalam bidang Sains Indonesia berada
melibatkan siswa secara aktif yaitu di urutan ke-40 dari 42 negara
melalui proses dan sikap ilmiah. dengan nilai rata-rata 406. Sekitar
Mutu pembelajaran IPA perlu separuh peserta Indonesia tidak
ditingkatkan secara berkelanjutan mencapai standar terendah TIMSS
untuk mengimbangi perkembangan 2011, yaitu sekitar 46% untuk sains
teknologi. Sehingga seorang guru dan sekitar 57% untuk matematika.
harus dapat mengetahui karakteristik Angka-angka tersebut mengkhawa-
peserta didik terlebih dahulu tirkan karena penguasaan dasar-dasar
(Depdiknas, 2006: 1). sains dan matematika diyakini harus
Melihat begitu pentingnya dimiliki oleh setiap individu yang
pendidikan dalam pembentukan sum- hidup di abad ke-21 ini (Muchlis,
ber daya manusia, maka peningkatan 2013: 66). Hasil penelitian Priatna
mutu pendidikan merupakan hal (Fachrurazi, 2011: 89) menunjukkan
yang wajib dilakukan secara berkesi- bahwa rata-rata kemampuan penala-
nambungan guna menjawab peruba- ran siswa SMP di Indonesia masih
han zaman. Masalah peningkatan belum memuaskan, yaitu hanya
mutu pendidikan tentulah sangat mencapai sekitar 49% dan 50% dari
berhubungan dengan masalah proses skor ideal. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran. Pembelajaran yang siswa mengalami kesulitan dalam
baik adalah bersifat menyeluruh mengajukan argumentasi, menerap-
dalam melaksanakannya dan menca- kan konsep yang relevan, serta
kup berbagai aspek, baik aspek menemukan pola bentuk umum
kognitif, afektif, maupun psikomo- (kemampuan induksi). Ketiga hal
torik, sehingga dalam pengukuran tersebut merupakan bagian dari
tingkat keberhasilannya selain dilihat indikator kemampuan berpikir kritis.
dari segi kuantitas juga dari kualitas Berdasarkan wawancara ke-
yang telah dilakukan di sekolah- pada guru mata pelajaran IPA yang
sekolah (Depdiknas, 2006: 1). dilakukan di SMP Negeri 1 Gading-
Peningkatan kualitas pendidi- rejo, diperoleh informasi bahwa nilai
kan harus dipenuhi melalui pening- mata pelajaran IPA masih sangat
katan kualitas dan kesejahteraan rendah dibawah Kriteria Ketuntasan
pendidik dan tenaga kependidikan Minimal (KKM) yang telah ditetap-
lainnya. Pembaharuan kurikulum kan yaitu 65, hanya sekitar 45 %
yang sesuai dengan perkembangan siswa yang memperoleh nilai mata
ilmu pengetahuan dan teknologi pelajaran IPA diatas KKM atau >65.
tanpa mengesampingkan nilai-nilai Hal tersebut dikarenakan pembela-
luhur sopan santun dan etika serta jaran masih didominasi oleh guru
didukung penyediaan sarana dan (teacher centered) sehingga siswa
prasarana yang memadai, karena tidak terpacu untuk menemukan
sendiri atau mencari informasi- penelitian dengan judul Pengaruh
informasi mengenai materi kajian Penggunaan Model Discovery Lear-
pelajaran yang sedang dipelajari ning Terhadap Kemampuan Berpikir
yang dapat lebih meningkatkan Kritis Siswa.
kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan fakta-fakta me-
ngenai permasalahan pendidikan METODE
tersebut, diperlukan suatu model dan
atau metode pembelajaran yang Penelitian ini dilaksanakan
dapat meningkatkan kemampuan pada bulan April 2015 di SMPN 1
berpikir kritis siswa yang melibatkan Gadingrejo. Sampel kelas VII2 se-
siswa secara langsung dalam proses banyak 33 orang sebagai kelas ek-
penemuan fakta/informasi materi sperimen dan kelas VII3 sebanyak 33
yang diajarkan. Untuk mengatasi orang sebagai kelas kontrol yang di-
masalah tersebut, salah satu model pilih dengan teknik purposive sam-
pembelajaran yang dapat digunakan pling.
adalah model pembelajaran pene-
muan (Discovery Learning). Desain penelitian adalah pretest-
Hasil penelitian yang dila- postest non ekuivalen (Gambar 1).
kukan oleh Pratiwi (2014: 8) yang
menyatakan bahwa keterampilan ber- Kel Pretest Perlakuan Posttes
pikir kritis siswa pada kelas yang I O1 X O2
menggunakan pembelajaran disco- II O1 C O2
very lebih tinggi dari pada kelas yang
Gambar 1. Desain pretest postest tak
pembelajarannya menggunakan me- ekuivalen (Dimodifikasi dari
tode diskusi pada materi larutan elek- Gambar 1. Purwanto dan
trolit dan non elektrolit. Sulistyastuti 2007: 90)
Berdasarkan hasil penelitian Keterangan : Kel= Kelompok; I
Arbaitin (2010: 22), pada materi = Kelompok eksperimen; II=
Kelompok Kontrol; O1= Pretest;
pokok Sistem Pernafasan Manusia O2= Postest; X= Perlakuan
dengan pembelajaran discovery, di- Eksperimen; C= Perlakuan
ketahui bahwa terdapat perbedaan Kontrol.
yang signifikan terhadap keteram-
pilan berpikir kritis siswa antara Kelas eksperimen diberi per-
kelas eksperimen dengan kelas kon- lakuan dengan model discovery,
trol. Keterampilan berpikir kritis sis- sedangkan kelas kontrol dengan
wa pada kelas yang menggunakan menggunakan metode diskusi. Jenis
pembelajaran discovery lebih tinggi data berupa data kuantitatif yang
daripada kelas yang pembelajarannya diperoleh dari dari rata-rata pretest,
menggunakan metode diskusi postest, dan N-gain yang dianalisis
(Arbaitin, 2010: 31). dengan menggunakan uji t dan uji U
Merujuk pada hasil penelitian pada taraf kepercayaan 0,05 serta
tersebut diduga model Discovery data kualitatif berupa kemampuan
Learning dapat diterapkan dalam berpikir kritis siswa terhadap
pembelajaran sub materi ciri-ciri penggunaan model Discovery
makhluk hidup untuk meningkatkan Learning yang dianalisis secara
kemampuan berpikir kritis siswa. deskriptif.
Oleh karena itu peneliti melakukan
HASIL PENELITIAN Membuat penjelasan lebih
lanjut; D= Menyimpulkan;
ST= Sangat Tinggi; T= Tinggi;
Hasil penelitian ini menun- S= Sedang; R= Rendah.
jukkan bahwa rata-rata N-gain pre-

82.87
test dan postest kelas ekperimen Berdasarkan Tabel 1
lebih tinggi dari pada kelas kontrol diketahui bahwa nilai rata-rata N-
(Gambar 2). gain keempat aspek kemampuan
100 berpikir kritis siswa kelas eks-
70.90 perimen lebih tinggi dari kelas

64.80
80
kontrol. Aspek memberikan pen-
48.93

43.92
46.36

60 jelasan dasar pada kelas kontrol


40 berkriteria Sangat Tinggi sedang-
kan pada kelas eksperimen ber-
20 BTS BS
BS kriteria Sangat Tinggi. Aspek
0 membangun keterampilan dasar pada
Pretest Posttest N-gain kelas kontrol berkriteria Rendah
kontrol ekperimen sedangkan pada kelas eksperimen
Gambar 2. Rata-rata nilai pretest, postest, berkriteria Tinggi. Pada aspek
dan N-gain siswa kelas membuat penjelasan lebih lanjut dan
eksperimen dan kontrol menyimpulkan pada kelas kontrol
kedua aspek berkriteria Rendah
Berdasarkan Gambar 2 sedangkan pada kelas eksperimen
diketahui bahwa kemampuan ber- berkriteria Tinggi.
pikir kritis siswa pada kelas ekspe-
rimen mengalami peningkatan, ter- Peningkatan kemampuan ber-
lihat dari rata-rata N-Gain siswa pada pikir kritis siswa pada kelas eks-
kelas eksperimen lebih tinggi diban- perimen juga didukung oleh aktivitas
ding kelas kontrol. belajar siswa di kelas eksperimen
yang lebih tinggi dibandingkan pada
Peningkatan hasil belajar sis- kelas kontrol. Aktivitas siswa pada
wa juga dianalisis dari rata-rata N- kelas eksperimen dan kontrol dapat
gain setiap aspek kemampuan ber- dilihat pada tabel berikut.
pikir kritis siswa yang dapat dilihat
pada tabel berikut. Tabel 2. Aktivitas belajar siswa kelas
eksperimen dan kontrol
Tabel 1. Nilai rata-rata N-gain Kelas control Kelas eksperimen
Kemampuan berpikir kritis (%) K (%) K
Aspek
siswa A 71,21 SB 81,81 B
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
B 50,00 B 72,72 C
Aspek
NilaiSd Kriteria NilaiSd Kriteria C B C
43,93 74,24
96,97 98,48 D 45,45 B 71,21 C
A ST ST
61,16 55,17
Sd 52,65 B 75 0,04 C
27,42 67,27
B R T 0,12
24,64 24,78
C
26,57
R
63,94
T
Keterangan: (%)= Persentase; K= Kriteria;
19,54 46,51 A= Memberikan penjelasan dasar; B=
43,84 79,58
D
27,13
R
24,28
T Membangun keterampilan dasar; C=
Keterangan: A = Memberikan penjelasan Membuat penjelasan lebih lanjut; D=
dasar; B= Membangun Menyimpulkan; SB= Sangat Baik; B= Baik;
keterampilan dasar; C= C= Cukup.
Berdasarkan Tabel 2, diketa- jut, kriteria tinggi pada indikator me-
hui bahwa rata-rata aktivitas belajar nyimpulkan, serta kriteria tinggi pada
siswa pada kelas eksperimen indikator membangun keterampilan
indikator memberikan penjelasan dasar.
dasar berkriteria sangat baik, sedang-
kan indikator membangun kete- Peningkatan KBK siswa pada
rampilan dasar, membuat penjelasan kelas eksperimen lebih tinggi di-
lebih lanjut, dan menyimpulkan ber- bandingkan kelas kontrol terjadi
kriteria baik. Pada kelas kontrol, karena didukung oleh aktivitas
hanya indikator memberikan pen- belajar siswa dikelas eksperimen
jelasan dasar yang berkriteria baik, juga lebih tinggi dibandingkan pada
sedangkan indikator membangun ke- kelas kontrol. Terlihat pada Aktivitas
terampilan dasar, membuat pen- belajar siswa kelas (Tabel 2) bahwa
jelasan lebih lanjut, dan menyim- aktivitas siswa kelas eksperimen
pulkan berkriteria cukup. Hasil rata- lebih tinggi dibandingkan kelas
rata keseluruhan aktivitas siswa kontrol. Peningkatan KBK pada
memperlihatkan bahwa KBK siswa penelitian ini didukung dengan hasil
pada proses pembelajaran di kelas penelitian yang dilakukan oleh
yang menggunakan model Discovery Pratiwi (2014: 8) yang menyatakan
Learning lebih tinggi daripada kelas bahwa keterampilan berpikir kritis
yang tidak menggunakan model siswa pada kelas yang menggunakan
Discovery Learning. pembelajaran discovery lebih tinggi
daripada kelas yang pembelajarannya
menggunakan metode diskusi pada
PEMBAHASAN materi larutan elektrolit dan non
elektrolit.
Hasil analisis terhadap nilai
N-Gain (Gambar 2) diketahui bahwa Peningkatan tersebut diduga
terdapat perbedaan yang signifikan, terjadi karena pada model Discovery
kelas eksperimen memiliki nilai N- Learning siswa dilatih untuk me-
Gain lebih tinggi dibandingkan kelas ngamati, menanya, mencoba, me-
kontrol yaitu sebesar 64,80 sedang- nalar dan mengomunikasikan melalui
kan kelas kontrol sebesar 43,92. sintaksnya yang disajikan pada
Kelas eksperimen diberikan per- Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
lakuan dengan menggunakan model yang berisi rumusan masalah yaitu
Discovery Learning dan kelas kon- pembuatan hipotesis oleh siswa,
trol dengan metode diskusi. pengumpulan dan analisis data dari
kegiatan mengamati objek penga-
Peningkatan KBK siswa matan berupa gambar keaneka-
setelah menggunakan model Disco- ragaman ciri makhluk hidup dari
very Learning juga didukung dengan LKPD dan video keanekara-gaman
peningkatan rata-rata nilai per- ciri makhluk hidup yang telah
indikator KBK siswa (Tabel 1) pada disajikan oleh guru dan kegiatan
postes kelas eksperimen dengan praktikum ciri pertumbuhan dengan
dengan kriteria sangat tinggi pada menggunakan kacang hijau, pengo-
indikator memberikan penjelasan lahan data dan verifikasi dengan
dasar dan kriteria tinggi pada menjawab soal-soal yang diberikan
indikator membuat penjelasan lan- berdasarkan kegiatan pengamatan
dan praktikum yang telah dilakukan kembang karena saat siswa me-
siswa, serta kesimpulan yang dibuat lakukan praktikum dengan meng-
oleh siswa berdasarkan kegiatan amati ciri tumbuh dan berkembang
praktikum dan pengamatan yang pada tanaman kacang hijau yang
telah dilakukan, sehingga siswa da- dilakukan secara berkelompok.
pat mengembangkan KBK pada ma- Berdasarkan data hasil analisis rata-
teri pokok ciri-ciri makhluk hidup rata N-gain setiap aspek kemampuan
melalui kegiatan penemuan dari berpikir kritis, kemampuan mem-
proses pembelajaran yang dilakukan. bangun keterampilan dasar pada
Jhonson (2007: 187) menerangkan kelas eksperimen lebih tinggi dari
bahwa pembelajaran Discovery yang kelas kontrol (Tabel 1).
dilaksanakan siswa dalam proses
belajarnya, diarahkan untuk mene- Peningkatan kemampuan
mukan suatu konsep atau prinsip dan membangun keterampilan dasar pada
guru mendorong siswa untuk me- kelas eksperimen lebih tinggi di-
miliki pengalaman dan melakukan bandingkan dengan kelas kontrol
percobaan yang memungkinkan karena didukung oleh aktivitas siswa
mereka menemukan prinsip-prinsip selama pembelajaran. Terlihat dari
untuk diri mereka sendiri. data observasi aktivitas siswa, ke-
mampuan membangun keterampilan
Hasil peningkatan tersebut dasar siswa kelas eksperimen lebih
dapat dibuktikan berdasarkan contoh tinggi dari kelas kontrol. Kelas
jawaban siswa dalam memberikan eksperimen memiliki rata-rata nilai
penjelasan dasar: 71,21 sedangkan kelas kontrol 45,45.

Selain itu, menurut


Johnson (2007: 176) pembelajaran
penemuan merupakan salah satu
model pembelajaran yang digunakan
Gambar 3. Contoh jawaban siswa untuk dalam pendekatan konstruktivis
indikator memberikan
penjelasan sederhana (LKS
modern. Pada pembelajaran pe-
eksperimen pertemuan ke-2 nemuan, siswa didorong untuk
soal nomor 3a) terutama belajar sendiri melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-
Komentar LKS: konsep dan prinsip-prinsip. Guru
Berdasarkan jawaban siswa pada LKS di
atas, terlihat bahwa siswa telah mampu
mendorong siswa agar mempunyai
menjawab pertanyaan dengan baik. pengalaman dan melakukan eks-
Sehingga siswa mendapat skor 3. perimen dengan memungkinkan
Kemampuan siswa tersebut menunjukkan mereka menemukan prinsip-prinsip
siswa memiliki kemampuan memberikan atau konsep-konsep bagi diri mereka
penjelasan dasar.
sendiri. Sehingga melalui proses
Selain memberikan pen- pembelajarn discovery tersebut, ke-
jelasan dasar, kemampuan yang ber- mampuan membangun keterampilan
kembang selama proses pem- dasar siswa dapat meningkat.
belajaran berlangsung adalah ke-
mampuan membangun keterampilan Keberhasilan siswa dalam
dasar. Peningkatan kemampuan mengembangkan kemampuan mem-
membangun keterampilan dasar ber- bangun keterampilan dasar dibukti-
kan melalui contoh jawaban siswa (LKS), akan mendorong per-
pada LKS: kembangan aktual siswa.

Keberhasilan siswa dalam


membuat penjelasan lebih lanjut
dibuktikan dengan contoh jawaban
siswa pada LKS:

Gambar 4. Contoh jawaban siswa untuk


indikator membangun
keterampilan dasar (LKS
eksperimen pertemuan ke-2
soal nomor 2a)

Komentar LKS: Gambar 5. Contoh jawaban siswa untuk


Berdasarkan jawaban siswa pada LKS di indikator membuat penjelasan
atas, terlihat bahwa siswa telah mampu lanjut (LKS eksperimen soal
mengumpulkan hasil pengamatan dengan nomor 3b)
baik. Sehingga siswa mendapat skor tinggi
3. Kemampuan siswa tersebut menunjukkan Komentar LKS:
siswa memiliki kemampuan untuk Berdasarkan jawaban siswa pada LKS di
membangun keterampilan dasar. atas, terlihat bahwa siswa telah mampu
menjawab soal dengan baik. Sehingga siswa
mendapat skor tinggi (3). Kemampuan siswa
Kemampuan berpikir kritis tersebut menunjukkan siswa memiliki ke-
lainnya yang juga berkembang mampuan untuk membuat penjelasan lanjut.
adalah membuat penjelasan lebih
lanjut. Pada saat proses pembelaja- Aspek kemampuan berpikir
ran, siswa didorong untuk melakukan kritis terakhir yang dinilai adalah
identifikasi lebih lanjut mengenai menyimpulkan. Kemampuan ini ber-
data-data yang telah diperoleh kembang saat siswa berdiskusi
dengan menjawab soal-soal yang dengan teman kelompoknya. Pada
diberikan pada LKPD sehingga siswa kegiatan ini siswa diminta untuk
memperoleh informasi-informasi membuat kesimpulan yang sebelum-
yang baru. Berdasarkan hasil analisis nya terlebih dahulu melakukan
rata-rata N-gain setiap aspek ke- pengamatan dan mengumpulkan data
mampuan berpikir kritis siswa, ke- sehingga siswa dapat membanding-
mampuan membuat penjelasan lebih kan antara satu data dengan data
lanjut kelas eksperimen lebih tinggi yang lain dan dapat membuat suatu
dari kelas kontrol (Tabel 1). kesimpulan yang tepat. Berdasarkan
Kemampuan membuat penjelasan hasil analisis rata-rata N-gain setiap
lebih lanjut yang berkembang juga aspek kemampuan berpikir kritis
didukung dengan aktivitas belajar siswa (Tabel 1), peningkatan kelas
siswa pada kelas eksperimen yang eksperimen lebih tinggi dari kelas
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut sesuai dengan
kontrol (Tabel 2). Hasil penelitian peningkatan aktivitas belajar yang
Risqi Rahman (2014: 58) menerang- lebih tinggi pada kelas eksperimen
kan bahwa metode discovery men- dengan nilai 71,21 sedangkan pada
dorong perkembangan aktual dan kelas kontrol 45,45.
perkembangan potensial siswa
melalui pertayaan-pertanyan yang
dimuat dalam lembar kerja siswa
Hal tersebut dapat dibuktikan ran dengan menggunakan model
dengan contoh jawaban siswa pada Discovery Learning dapat diguna-
LKS pada kelas eksperimen : kan oleh guru sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi
pokok ciri-ciri makhluk hidup. Selain
itu, dalam mengerjakan pretest dan
Gambar 6. Contoh jawaban siswa untuk postes sebaiknya dilakukan di hari
indikator menyimpulkan (LKS yang berbeda dengan hari yang
eksperimen pertemuan ke-2 digunakan untuk melakukan proses
soal nomor 5a) belajar mengajar agar tidak
mengganggu waktu proses pem-
Komentar LKS:
Berdasarkan jawaban siswa pada LKS di
belajaran.
atas, terlihat bahwa siswa telah mampu
menyimpulkan hasil pengamatan dengan DAFTAR RUJUKAN
baik. Sehingga siswa mendapat skor 2.
Kemampuan siswa tersebut menunjukkan
Arbaitin, N. 2010. Pengaruh Metode
siswa memiliki kemampuan untuk me-
nyimpulkan. Discovery Terhadap Kete-
rampilan Berpikir Kritis
Berdasarkan uraian di atas, Pada Siswa SMPN 1 Seputih
dapat diketahui bahwa model Agung Tahun Pelajaran
Discovery Learning dapat me- 2009/2010 (Skripsi). Bandar
ningkatkan kemampuan berpikir Lampung. Universitas Lam-
kritis siswa secara signifikan pada pung.
indikator memberikan penjelasan
dasar, membangun keterampilan Depdiknas. 2003. Pendidikan
dasar, membuat penjelasan lebih Menurut Undang-Undang.
lanjut, dan menyimpulkan. Hal ini (Online). (http://www.dep-
sesuai dengan penelitian yang diknas.co.id, diakses 15
dilakukan oleh Purwaningsih (2002: Januari 2015)
43) yang menyimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Depdiknas. 2006. Mutu Pendidikan
penemuan terbimbing dapat me- Berdasarkan Undang-
ningkatkan hasil belajar fisika siswa. Undang. (online). (http://-
www.dep-diknas.go.id,
SIMPULAN DAN SARAN diakses 15 Januari 2015)

Berdasarkan hasil analisis Depdiknas. 2006. Standar Kom-


data dan pembahasan maka dapat petensi Mata Pelajaran Sains
disimpulkan bahwa penggunaan SMP/MTS. Jakarta: Dep-
model Discovery Learning ber- diknas.
pengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan kemampuan berpikir Johnson, E. B. 2007. Contextual
kritis siswa. Teaching and Learning
Menurut hasil penelitian yang (Menjadikan Kegiatan Bel-
telah dilakukan, maka peneliti ajar Mengajar Mengasyikkan
menyarankan, sebaiknya pembelaja- dan Bermakna). Bandung:
Mizan Learning Center Terhadap Kemampuan Ana-
(MLC). logi Matematis Siswa SMK
Al-Ihksan Pamarican. Jurnal
Kemendikbud. 2013. Hasil SMP- Ilmiah. Vol. 3 No. 1. Jawa
Sederajat Tahun Ajaran Barat. Uhamka
2012/2013. Jakarta: Kemen-
trian Pendidikan dan Kebuda-
yaan.

Muchlis, A. 2013. Sekali Lagi,


Gawat Darurat Pendidikan.
(online). (http://www.bin-
cangedukasi.com/sekali-lagi-
gawat-darurat-pendidikan/ 14
Desember 2014; 19.00 WIB).

Noor Syaafi. 2014. Peningkatan


Kemampuan Berpikir Krtitis
Siswa Melalui Model Pembe-
lajaran Discovery Learning.
Surakarta: UMS.

Pratiwi. 2014. Pengaruh Peng-


gunaan Model Discovery
Learning Dengan Pen-
dekatan Saintifik Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis.
Artikel Penelitian. Pontianak:
Universitas Tanjung Pura.

Purwaningsih. 2002. Pengaruh


Penerapan Model Pem-
belajaran Penemuan Ter-
bimbing melalui Model Eks-
perimen terhadap Prestasi
belajar Fisika pada Siswa
SMU Muhammadiyah I
Nganjuk. Universitas Negeri
Surabaya.

Purwanto, N. dan Sulistyastuti.


2007. Prinsip-Prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosda
Karya.

Rahman, R. 2014. Pengaruh Peng-


gunaan Metode Discovery

You might also like