Professional Documents
Culture Documents
Monday, October 29, 2007: Artikel Risiko Anemia, Karakteristik, Riwayat Persalinan Prematur, Dan
Monday, October 29, 2007: Artikel Risiko Anemia, Karakteristik, Riwayat Persalinan Prematur, Dan
Monday, October 29, 2007: Artikel Risiko Anemia, Karakteristik, Riwayat Persalinan Prematur, Dan
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umunya dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk menilai keadaan gizi dan kesehatan ibu, tingkat pelayanan kesehatan ibu pada waktu hamil,
melahirkan dan masa nifas, serta kondisi kesehatan lingkungan.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1986, angka kematian ibu bersalin
di Indonesia masih sangat tinggi, berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup. Bila kita bandingkan dengan
negara Asean lainnya, dimana angka kematian ibu bersalin berkisar 5-60 per 100.000 kelahiran hidup,
maka angka tersebut jelas sangat tinggi. Sebagian besar kematian ibu tersebut yaitu sekitar 67% ternyata
terjadi pada masa kehamilan 7 bulan ke atas, masa bersalin, atau masa nifas. Diduga angka kematian ibu
yang tinggi ini erat hubungannya dengan :
Status wanita Indonesia yang masing rendah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya diskriminasi
terutama dalam soal makanan dan pendidikan terhadap wanita, yang pada akhirnya akan menyebabkan
keadaan gizi yang kurang memadai dan pendidikan yang tertinggal terutama pada wanita pedesaan.
Pekerjaan wanita terutama di pedesaan yang terlalu berat dan tidak didukung oleh gizi yang cukup.
Proses reproduksi yang berlangsung terlalu giat, terlalu dini, terlalu banyak dan terlalu rapat, dan
umumnya semua ini berhubungan dengan kemiskinan, ketidaktahuan dan kebodohan.
Pelayanan obstetri masih sangat terbatas cakupannya sehingga belum mampu menaggulangi ibu hamil
resiko tinggi dan kasus gawat darurat pada lini terdepan. Disamping itu transportasi yang sulit,
ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik dan pantangan tertentu pada wanita hamil juga ikut
berperan.
Dari uraian di atas terlihat faktor yang multi komplek yang masih ikut berperan dan arus
ditanggulangi untuk menurunkan angka kematian ibu bersalin. Umunya sebagian besar faktor-faktor di
ataslah yang akan menyebabkan terjadinya gangguan dan penyulit pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko tinggi.
Yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya
selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan
nifas normal.
Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu,
plasenta dan keadaan janin.
Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang
cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik.
Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin,
penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh 2004 Digitized by USU digital library 1
ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu,
maka janin seperti tercekik, dan pertumbuhannya akan terganggu.
Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan
ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.
Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita
berkisar antara 20-30 tahun, artinya ; melahirkan setelah umur 20 tahun jarak persalinan
sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun. Berarti anak cukup
2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan seterusnya akan
meningkatkan kematian ibu dan janin.
Abortus ( keguguran ), prematuritas dan dismaturitas ( bayi kecil untuk masa kehamilan )
dan postdatisme ( kehamilan lewat waktu ) kadang-kadang masih sulit di deteksi dengan
baik. Dengan pengenalan dan penanganan dini, gangguan dan penyulit kehamilan dapat
dikurangi.
Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan,
seperti : penyakit paru, penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan hipertensi, penyakit
kelenjar endokrin ( gondok , diabetes mellitus, penyakit hati ), penyakit infeksi ( virus,
bakteri parasit ), kelainan darah ibu-janin ataupun keracunan obat dan bahan-bahan
toksis, juga merupakan penyabab yang mengakibatkan terjadinya gangguan dan penyulit
pada kehamilan.
Disamping itu, kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya penyakit pad ibu
hamil. Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : toksemia gravidarum
( keracunan hamil ), perdarahan hamil tua yang disebabkan karena plasenta previa
( plasenta menutupi jalan lahir ), dan solusio plasenta ( plasenta terlepas sebelum anak
lahir ). Penyebab kematian ibu bersalin di Indonesia masih di dominasi oleh perdarahan,
infeksi dan toksemia gravidarum.
dokter dan dokter ahli ) banyak kasus dengan penyulit kehamilan tidak
terdeteksi. Hal ini tentu saja akan menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih besar
dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya sehingga pada akhirnya akan
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada ibu dan janin.
Disamping itu karena pelayanan obstetri di lini terdepan masih sangat terbatas
cakupannya dan belum mampu menanggulangi kasus gawat darurat, ditambah dengan
transportasi yang masih sulit dan tidak mampu membayar pelayanan yang baik, banyak
kasus rujukan yang diterima di Rumah Sakit sudah sangat terlambat dan gawat sehingga
sulit ditolong.
Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa usaha untuk pencegahan penyakit kehamilan dan
persalinan tergantung pada berbagai faktor dan tidak semata-mata tergantung dari sudut
medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi diduga sangat berpengaruh. Karena
pada umunya seseorang dengan keadaan sosial ekonomi rendah seperti diuraikan di atas,
tidak akan terlepaa dari kemiskinan, kebodohan dan ketidaktahuan sehingga mempunyai
kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam keluarga
berencana.
Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan megakibatkan gizi
ibu dan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yang jelek.
Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali selama
kehamilannya. Sedangkan di Indonesia pada kehamilan resiko rendah dianggap cukup
bila memeriksakan diri 4-5 kali.
Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan
untuk pencegahan penyulit pada kehamilan dan persalinan adalah :
1. Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Erdjan Albar, Rustam Mochtar : Konsep Usaha Penyelamatan Ibu. Pentaloka Peran
Masyarakat Dalam Upaya Penyelamatan Ibu Tingkat Propinsi Sumatera Utara,
1988.
Haryono Roeshadi : Pemeliharaan Kesehatan Ibu Dan Anak Menuju Keluarga Yang
Bahagia Dan Sejahtera. Panel Diskusi PHBI Fakultas Kedokteran USU, 1986.
Julie A. Lemieux : Prenatal Care. Dalam : Manual of Obstetrics Diagnosis and Therapy.
Kenneth R Niswandu ( Ed. ) Little Brown and Company 4th edition, 1991.
STUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS BANTIMURUNG MAROS TAHUN 2004Ridwan Amiruddin1, Wahyuddin2
RINGKASAN
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
kematian perinatal meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor umur ibu,
ANC, jarak kelahiran, paritas dan keluhan ibu hamil terhadap kejadian anemia di wilayah
puskesmas Bantimurung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus kelola dengan
sampel ibu hamil dan bersalin sebanyak 128 responden yang diambil secara purposive sampling.
Uji statistik yang digunkan adalah analisis Odds Ratio, dan logistik regresi. Hasil penelitian yang
diperoleh sekitar 83.6 % responden mengalami anemia, dengan ANC sebagian besar kurang dari
4 kali (72.7%). Hasil analisis bivariat ditemukan banhwa ANC tidak signifikan terhadap anemia,
OR. 1.251 (95%CI.0.574-2.729), demikian juga dengan keluhan dengan OR 1.354, 95 % CI.
0.673-2.725. begitu juga paritas kurang dari satu dan lebih 4 tidak berefek terhadap anemia pada
ibu hamil dengan OR 1.393 , 95%CI.0.474-4.096. Sedangkan jarak kelahiran bermakna terhadap
kejadian anemia dengan OR 2.343, 95% CI.1.146-4.790. dan variabel Umur dengan OR 2.801,
95% CI 1.089-7.207. Kesimpulan variabel yang berhubungan adalah jarak kelahiran dan umur
ibu hamil, sedangkan variabel paritas, ANCdan adanya keluhan tidak bermakna. Dengan
demikian maka disarankan bahwa untuk menekan kejadian anemia dengan berbagai dampaknya
maka pengaturan jarak kelahiran sangat diperlukan melalui perencanaan kelahiran melalui
keluarga berencana, begitu juga dengan umur ibu, sangat penting untuk diperhatikan melahirkan
pada usia 20- 35 tahun. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)
SUMMARY
In pregnancy women, anemic increases the frequency of complication to the pregnancy and
delivery. Risk of maternal mortality, prematurity number, low birth weight, and prenatal mortality
are increase. This research intend to identify the relation factors of maternal age, ANC, delivery
expanse, parity and maternal complain to the occurrence of anemic in Bantimurung public health
service. Method of the research was case control study with samples consist of 128 respondents
of pregnant and delivery women taken purposively sampling. Statistical test was Odds ratio and
regression logistic. Result of the research obtained that approximately 83.6% respondents
undergoes anemic with ANC mostly less than 4 times (72.7%). Bivariate analysis shows that ANC
insignificant to anemic undergoes, OR. 1.251 (95% Cl. 0.574-2.729), as well as maternal
complain with OR 1.354, 95% Cl. 0.673-2.725 and parity less than one and more than four
insignificant with anemic undergoes with OR 1.393, 95% Cl 0.474-4.096. Meanwhile deliveries
expanse significant with anemic undergoes with OR 2.801, 95% Cl 1.146-4.790 and age variable
with OR 2.801, 95% Cl 1.089-7.207. It terminates that the variables related with anemic
undergoes were deliveries expanse and maternal age, meanwhile the variables of parity, ANC
and maternal complain insignificant. It is suggested in a manner to diminish anemic undergoes
with all of its impact is with dispose deliveries expanse trough family planning, as well as maternal
age as a main factors to notice, to deliver in age of 25-35 years old. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)
LATAR BELAKANG
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat,
juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan
kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan keracunan
kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa
memperhatikan latar belakang (underlying factor), yang mana bersifat medik maupun non medik.
Di antara faktor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan
ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain.
Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine menunjukkan bahwa
angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaiki status sosial
ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung yaitu perilaku
kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1
Ketiga hal tersebut akan berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam model yaitu kehamilan,
timbulnya komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Dari model Mc Carthy dan Maine
tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor tidak langsung harus selalu
melalui faktor penyebab yang langsung. 2
Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan faktor penting dalam
terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab kematian
obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menyatakan bahwa
anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6b menyatakan bahwa
anemia merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7 menunjukkan bahwa
angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non
anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan
anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.8
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih
sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang
anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan bahwa dampak
anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia,
atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya
tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).10
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya
banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari
50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III berkisar 50-79%.11
Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia kehamilan di Indonesia berdasarkan data Departemen
Kesehatan tahun 1990 adalah 60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12 rumah sakit
pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan anemia yang
melahirkan di RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut meningkat dengan
bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana prevalensi
anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya paritas.13 Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global
55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester
pertama dan kedua kehamilan.6a
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan
sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun
1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.
Indonesia, prevalensi anemia tahun l970an adalah 46,570%. Pada SKRT tahun 1992 dengan
angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT tahun 1995 turun menjadi 50,9%.
Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi
Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil
berkisar 45,5 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten
Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996)
dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten Maros
khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada
tahun 2000 meningkat menjadi 76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%.
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada
ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang
dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu
yang tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa risiko
kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita hamil dengan
kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24 minggu dibandingkan
kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor kehamilan dengan risiko
tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kelola untuk melihat gambaran status kesehatan
ibu hamil serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut. Instrument
studi terdiri dari kuesioner, serta formulir pemeriksaan ibu hamil, Unit analisis adalah ibu hamil
dan ibiu nifas yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung kab. Maros.
1. Populasi
Populasi rujukan adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung
kabupaten Maros pada periode Agustus September 2004.
2. Sampel
Sampel adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung
Kab. Maros pada saat penelitian dilaksanakan. Sampel diambil secara purposive sampling,
dengan jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 128 ibu hamil.
1. Pengolahan Data
Tabel 1. menunjukkan bahwa analisis Hubungan ANC dengan kejadian anemia yang paling
banyak menderita anemia adalah responden dengan ANC <>
Tabel 2. Analisis Keluhan dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung
Kabupaten Maros Tahun 2004
Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan keluhan dengan kejadian anemia dan responden yang
paling banyak menderita anemia adalah yang memiliki keluhan dengan jumlah 39 (59,1%) orang
dan terendah pada responden yang tidak memiliki keluhan dengan jumlah 32 51.6%)orang.
Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.354 dengan nilai lower 0.673 dan upper
2.725.
Tabel 3. Analisis Paritas dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung
Kabupaten Maros Tahun 2004
Tabel 3. menunjukkan analisis hubungan paritas dengan kejadian anemia dan responden yang
paling banyak menderita anemia adalah pada paritas 2-3 dengan jumlah 61 (62.5%) orang dan
terendah pada responden yang paritas <>4 dengan jumlah 10 (54.5%)orang.
Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.393 dengan nilai lower 0.474 dan upper
4.096.
Tabel 4. Analisis Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
Tabel 4. menunjukan analisis hubungan jarak kelahiran dengan kejadian anemia dan responden
yang paling banyak menderita anemia adalah responden dengan jarak kelahiran <>
Hasil analiis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 2.343 dengan nilai lower 1.146 dan upper
4.790.
Tabel 5. Analisis umur ibu dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung
Kabupaten Maros Tahun 2004
Tabel 5. menunjukan analisis hubungan umur ibu dengan kejadian anemia dan responden yang
paling banyak menderita anemia adalah responden dengan umur <>35 tahun sebanyak 20
(74,1%) orang dan pada umur 20-35 tahun sebanyak 51 (50.5%) orang yang menderita anemia.
Hasil analiis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 2.801 dengan nilai lower 1.089 dan upper
7.207.
B. Analisis Multivariat
Tabel 6 : Analisis Regresi Logistik Antara Jarak Kelahiran dan Umur Penderita di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
C. Pembahasan
Antenatal care adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga professional
meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali
pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC kejadian anemia pada ibu dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan
persalinannya.
Hasil analisis hububgan ANC dengan kejadian anemia didapatkan OR sebesar 1,251 dengan
nilai lower 0,574 dan nilai upper 2,729, oleh karena nilai 1 berada diantara batas bawah dan
batas atas maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan ANC dengan
kejadian anemia pada ibu hamil.
Kehamilan adalah peristiwa alami yang melibatkan perubahan fisik dan emosional dari seorang
ibu, utamanya pada umur kehamilan 1 3 bulan pertama kebanyakan ibu hamil mengalami
beberapa keluhan seperti pusing, mual, kadang kadang muntah. Keadaan ini akan berlangsung
sementara dan biasanya hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih dari 3 bulan. Dari hasil
analisis hubungan keluhan selama hamil dengan kejadian anemia didapatkan nilai 1 berada
antara batas bawah dan batas atas yaitu nilai lower 0,673 dan nilai upper 2,725, maka tidak
terdapat hubungan antara faktor keluhan ibu selama hamil dengan kejadian anemia.
3. Parietas
Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir
mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.Karena selama hamil zat zat gizi
akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil analisis didapatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara parites dengan kejadian anemia pada ibu hamil, karena
nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas dengan OR sebesar 1,393 dan nilai lower
0,474 dan nilai upper 4,096.
4. Jarak Kelahiran.
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak
kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi
ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat zat gizi belum optimal, sudah harus
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa reponden paling banyak menderita anemia pada
jarak kehamilan <>
5. Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat
dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < style=""> < style=""> zat zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Hasil analisis didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap
kajadian anemia, dengan OR sebesar 2,801 dengan nilai lawer 1,089 dan nilai upper
7,207.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis status kesehatan ibu hamil di Kecamatan Bantimurung Kab Maros
didapatkan
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia
2. ANC ibu hamil kurang dari 4 kali tidak berisiko untuk menderita anemia
3. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia
4. Paritas > 3 orang tidak berisiko lebih besar untuk menderita anemia
sumber : http://ridwanamiruddin.wordpress.com/
LABELS
Copyright 2008 by 84Productions | Designed By Gagan | Download Free Blogger Template from GeckoandFly
Site Best Viewed in Firefox