Skenario 1 - B2 - 10

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Struktur dan Mekanisme Kerja Ginjal Manusia

Kelompok B2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

Kidney is one of the most important organ in stabilizing fluid levels, osmolarity,
plasma volume, acid-base balance in the body and dispose of substances that are excessive or
useless to the body through the urine. This organ is located next to the right / left columna
vertebral and retroperitoneum. There are three main processes in the formation of urine:
glomerular filtration, tubular reabsorption, and tubular secretion. The first process, the blood
will be filtered at the glomerulus, plasma (free-protein) filtered through the glomerular
capillaries into the Bowman's capsule. It called glomerular filtration. The next process will be
a selective displacement of material from the inside of the tubules (tubular lumen) into the
blood. This process is called tubular reabsorption. The third process is tubular secretion:
selective removal of material from the capillaries into the tubular lumen peritubulus. The
urine formation process will also pass the loop of Henle where there will be a counter-current
mechanism to maintain osmolarity. This urine will be temporally stored in the bladder before
it will be exreted out of the body.

Keywords: kidney, filtration, reabsorsi, secretion, and counter-current

Abstrak

Ginjal merupakan salah satu organ terpenting dalam menstabilkan kadar cairan,
osmolaritas, volume plasma, keseimbangan asam basa dalam tubuh serta membuang zat-zat
yang berlebih atau tidak berguna bagi tubuh melalui urin. Organ ini terletak sebelah
kanan/kiri columna vertebralis dan retroperitoneum. Ada tiga proses utama dalam
pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus. Tahap

1
pertama, darah akan difiltrasi di glomerulus, plasma (bebas-protein) tersaring melalui kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Proses ini disebut filtrasi glomerulus. Selanjutnya
akan terjadi perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke
dalam darah. Proses ini disebut reabsorpsi tubulus. Selanjutnya yaitu sekresi tubulus
merupakan pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen
tubulus. Proses pembentukan urin ini juga akan melewati ansa Henle dimana akan terjadi
mekanisme counter current (arus balik)untuk mempertahankan osmolaritas. Demikianlah
urin terbentuk dan selanjutnya akan disimpan sementara di kantung kemih sebelum
diekskresi keluar tubuh.

Kata kunci: ginjal, filtrasi, reabsorsi, sekresi, dan sistem arus balik

Pendahuluan

Dalam sistem urinaria penting, ginjal memiliki peranan penting. Ginjal adalah organ
yang memproduksi dan mengeluarkan urin dari dalam tubuh. Sistem ini merupakan salah satu
sistem utama untuk mempertahankan homeostatis. Ginjal melakukan fungsi yang paling
penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang
bervariasi tergantung kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal akan membuang zat yang tidak
diinginkan dengan cara filtrasi darah dan maneksresikannya melalui urine, sementara zat
yang dibutuhkan akan kembali ke dalam darah.
Untuk mempertahankan homeostasis, eksresi air dan elektrolit pada asupan harus
melebihi ekresi karena sebagian dari jumlah air dan elektrolit tersebut akan diikat dalam
tubuh. Jika asupan kurang dari eksresi, maka jumlah zat dalam tubuh akan berkurang.
Kapasitas ginjal untuk mengubah eksresi natruim sebagai respon terhadap perubahan asupan
natrium akan sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa pada manusia normal, natrium dapat
ditingkatkan. Hal ini sesuai untuk air dan kebanyakan elektrolit lainnya, seperti klorida,
kalium, kalsium, hydrogen, magnesium dan fosfat. Oleh sebab itu ginjal sangatlah penting,
teritama dalam sistem urinarius.
Struktur Makroskopis Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan letaknya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.

2
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.1
Ginjal dibungkus oleh tiga pembungkus yaitu capsula fibrosa yang melekat pada ren
dan mudah dikupas. Capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan
t i d a k m e m b u n g k u s glandula suprarenalis. Pembungkus kedua adalah capsula adiposa
yang mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis.
Capsula adiposa di bagian depan lebih tipis dibandingkan di bagian belakang ,ginjal
dipertahankan pada tempatnya oleh capsula adiposa. Pembungkus yang terakhir
adalah fascia renalis yang terletak diluar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar
yaitu fascia prerenalis dibagian depan ginjal dan f a s c i a r e t r o r e n a l i s d i b a g i a n
belakang ginjal. Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah
sedangkan ke cranial bersatu sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah.
O l e h karena itu sering terjadi ascending infection.1
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian yaitu korteks, medulla, columna
renalis, processus renalis, hilus renalis, papila renalis, kaliks mayor, kaliks minor, pelvis
renalis, dan ureter. Korteks adalah bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari
korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsula Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis. Medula terdiri dari 9-14 massa-massa triangular yang disebut
piramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubulus pengumpul
(duktus kolligens). Columna renalis adalah bagian korteks di antara piramid ginjal. Processus
renalis adalah bagian piramid/medula yang menonjol ke arah korteks. Hilus renalis adalah
suatu bagian/area dimana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki/meninggalkan
ginjal. Papilla renalis adalah bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan
kaliks minor. Kaliks minor merupakan percabangan dari kaliks major dimana kaliks major ini
merupakan percabangan dari pelvis renalis. Pelvis renalis adalah bagian yang
menghubungkan antara kaliks major dan ureter yang merupakan saluran yang membawa urin
menuju vesika urinaria.1,2
Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida
ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya. Unit
fungsional ginjal disebut nefron. Satu ginjal mengandung satu sampai empat juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki satu komponen vaskular (kapilar)

3
dan satu komponen tubular. Struktur nefron terdiri atas glomelurus, tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, tubulus dan duktus pengumpul/koligens.1
Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsula epitel berdinding ganda
yang disebut kapsula Bowman. Glomerulus dan kapsula Bowman bersama-sama membentuk
korpuskel ginjal.1
Tubulus kontortus proksimal panjangnya mencapai 15mm dan sangat berliku. Pada
permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitelia kuboid yang kaya
akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen.1
Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle
yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam(lekukan), dan
membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle. Nefron korteks terletak di bagian
terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian
atas medula. Nefron jugstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memiliki lekukan
panjang yang menjulur ke dalam piramida medula.1
Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5mm dan membentuk
segmen terakhir nefron. Disepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding
arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel
termodifikasi yang disebut makula densa. Makula densa berfungsi sebagai suatu
kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang
bersebelahan dengan makula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut
sel jukstaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah yang memproduksi
renin. Makula densa, sel jukstaglomerular dan sel mesangium saling bekerja sama untuk
membentuk aparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.1
Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di
korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk
tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin ke dalam kaliks minor, kaliks minor bermuara
ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urin dialirkan ke ureter yang
mengarah ke kandung kemih.1
Struktur Mikroskopis Ginjal
Ren dibagi atas dua daerah yaitu daerah luar atau korteks dan daerah dalam atau
medulla. Korteks ren ditutupi oleh simpai jaringan ikat dan jaringan perineal, serta jaringan
lemak. Sedangkan medula dibentuk oleh sejumlah piramid renalis. Dasar setiap piramid
menghadap korteks dan apexnya kedalam. Apex piramid renalis membentuk papilla yang

4
terjulur kedalam calyx minor. Medula juga terdiri dari ansa henle dan duktus koligentes yang
akan bergabung di medulla membentuk duktus papilaris yang besar.3
Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris yang berlanjut ke ruang calyx menjadi
epitel transisional. Dibawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang
kemudian menyatu menjadi hilus renalis.3
Didalam hilus renalis dan di antara piramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena
renalis, yaitu pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ren kemudian melengkung
menyusuri dasar piramid diantara korteks dan medulla disebut arteri arkuata. Pembuluh
arkuata mencabangkan arteri dan vena interlobularis yang lebih kecil, dan arteri arkuata
berjalan secara radial menuju korteks ren dan mempercabangkan banyak arteri aferen ren
glomerulus.3,4
Lapisan visceral kapsula glomerulus terdiri dari sel epitel yang dimodifiksai disebut
podosit. Di kutub vascular epitel visceral akan membalik membentuk lapisan parietal kapsula
glomerulus. Ruang diantara lapisan visceral dan parietal menjadi lumen tubulus kontortus
proksimal di polus urinarius. Tubulus Kontortus Proksimal, banyak di korteks dengan lumen
kecil, tidak rata, dan dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik dan
bergranul, dan juga terdapat brush border. Banyak zat yang direabsorbsi aktif dalam tubulus
proksimal ini, seperti natrium, kalium, kalsium, fosfat, glukosa, asam amino, dan air. Ansa
Henle, berasal dari tubulus proksimal lurus yang berubah jadi ansa henle segmen desendens
tipis dengan sel epitel gepeng dan sedikit mikrovili. Kemudian struktur berlanjut menjadi
segmen asendens tipis lalu jadi tebal, yang selnya sebagian besar kuboid.4
Aparatus Juxtaglomerular, merupakan strurkur yang terdiri dari tiga sel utama: macula
densa yang merupakan sekelompok sel tubulus, sel mesangial ekstraglomerulus, dan sel
granular. Tubulus kontortus distal, memiliki lumen lebih besar dari TKP yang dilapisi sel-sel
kuboid lebih kecil, kemudian sitoplasmanya bersifat basofil dan tidak ada brush border.
Tubulus kontortus distal akan berlanjut jadi tubulus koligentes dengan sel kuboid yang
memiliki batas-batas yang jelas.4
Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan interstisial.5
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi
keseimbangan H2O. Fungsi ini pentung untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk

5
atau keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau
penciutan sel yang merugikan.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstraseluler, termasuk
natrium (Na+), klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (PO43-), sulfat (SO42-), dan magnesium (Mg2+). Bahkan
fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam cairan ekstraseluler dapat
berpengaruh besar.
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal
dalam keseimbangan garam dan H2O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.
6. Mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan
kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-bahan sisa ini menjadi racunm
terutama bagi otak.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat aditif makanan, pestisida, dan
bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan eritropoetrinm suatu hormon yang merangsang produksi sel darah
merah.
9. Menghasilkan renin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang
penting dalam penghematan garam oleh ginjal.
10.Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Mekanisme Kerja Ginjal
Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: filtrasi glomerulus,
reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubular. Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, 20%
plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke kapsula Bowman, yang dikenal
dengan filtrasi. Setelah filtrat melalui tubulus, bahan yang bermanfaat bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus dan disebut reabsorbsi tubulus. Sekresi tubulus
adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.6
1. Filtrasi
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowman harus melewati tiga
lapisan berikut yang membentuk membran glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2)
membran basal, dan (3) lapisan dalam kapsula Bowman. Dinding kapiler glomerulus terdiri

6
dari satu lapis sel endotel gepeng, Lapisan ini memiliki banyak pori besar yang menyebabkan
100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler di bagian lain tubuh.6
Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori
kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma terkecil. Namun,
karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma lain, yang
juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat di dalam filtrat,
dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula Bowman.6
Lapisan akhir membran glomerulus adalah lapisan dalam kapsula Bowman. Lapisan
ini terdiri dari podosit, sel mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit
memiliki banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot process sekitar.
Celah sempit di antara foot process yang berdampingan (celah filtrasi) membentuk jalur
tempat cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsula Bowman.6
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong
sebagian dari plasma di glomeulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Filtrasi
glomerulus dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di kapiler
tempat lain. Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus: tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.6
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah
di dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung
dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen.Tekanan
osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein- pritein plasma di
kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka protein plasma terdapat di
kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula Bowman. Karena itu, konsentrasi H 2O lebih tinggi
di kapsula Bowman daripada kapiler glomerulus.6
Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian
awal tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong
cairan keluar kapsula Bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula
Bowman.6
Karena tekanan filtrasi berlebih menyebabkan filtrasi glomerulus hanyalah
disebabkan oleh ketidakseimbangan gaya-gaya fisik yang saling berlawanan antara plasma
kapiler glomerulus dan cairan kapsula Bowman, maka perubahan di salah satu dari gaya-gaya
fisikini dapat mempengaruhi LFG.6
Jika resistensi arteriol aferen meningkat maka darah yang mengalir ke glomerulus
lebih sedikit sehingga LFG berkurang. Sebaliknya bila resistensi arteriol aferen berkurang

7
maka lebih banyak darah mengalir ke dalam glomerulus dan LFG meningkat. Terdapat
mekanisme kontrol yang mengatur LFG. Mekanisme itu adalah autoregulasi yang ditujukan
untuk mencegah perubahan spontan LFG dan kontrol simpatis ekstrinsik yang ditujukan
untuk regulasi jangka panjang tekanan darah arteri.6
Karena tekanan darah arteri adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke
dalam glomerulus maka tekanan darah kapiler glomerulus, dan LFG, akan meningkat
berbanding lurus dengan tekanan arteri meningkat bila faktor lain tidak berubah. Demikian
juga, penurunan tekanan darah arteri akan menyebabkan penurunan LFG. Perubahan darah
arteri akan menyebabkan penurunan LFG seperti umumnya dicegah oleh mekanisme regulasi
intrinsik yang dilakukan oleh ginjal sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai autoregulasi.
Ginjal dengan batas-batas tertentu mempertahankan aliran darah ke dalam kapiler glomerulus
dengan mengubah-ubah kaliber arteriol aferen sehingga resistensi terhadap aliran melalui
pembuluh ini dapat disesuaikan.6
Dua mekanisme intrarenal berperan dalam autoregulasi adalah mekanisme miogenik
yang berespons terhadap perubahan tekanan di dalam komponen vaskular nefron dan
mekanisme umpan balik tubuloglomerulus yang mendeteksi perubahan kadar garam di cairan
yang mengalir melalui komponen tubular nefron.6
Mekanisme miogenik dari arteriol aferen serupa dengan autoregulasi di sistem arteriol
lain. Ketika otot di dinding arteriol teregang karena meningkatnya tekanan darah, channel ion
regang terbuka, dan sel otot terdepolarisasi. Depolarisasi membuka pintu ion Ca2+, dan otot
dinding pembuluh darah kontraksi. Vasokontriksi menambah tahanan darah yang mengalir,
dan kemudian darah yang melalui arteriol berkurang. Pengurangan darah yang mengalir
mengurangi tekanan filtrasi di glomerulus. Dengan kata lain penurunan LFG membantu
tubuh mempertahankan volume darah.6
2. Reabsorbsi
Reabsorbsi tubulus adalah porses yang sangat selektif. Semua konstituen kecuali
protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat glomerulus dan di plasma. Pada
sebagian kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal yang sesuai. Karena itu
hanya sedikit konstituen plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat bagi tubuh terdapat di urin
karena sebagian besar telah direabsorbsi dan dikembalikan ke darah. Hanya bahan esensial
yang berlebihan yang diekskresikan di urin. Sebaliknya, sebagian produk sisa yang terfiltrasi
terdapat di urin. Bahan sisa ini, yang tidak bermanfaat, sama sekali tidak direabsorbsi. Zat-zat
ini menetap di tubulus untuk dikeluarkan di urin. Sewaktu H2O dan bahan penting lain

8
direabsorbsi, produk-produk sisa yang tertinggal di cairan tubulus menjadi sangat pekat.
Terdapat dua jenis reabsorbsi tubulus yaitu reabsorbsi aktif dan pasif. Pada reabsorbsi pasif,
semua tahap dalam transpor transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma bersifat
pasif; yaitu tidak ada pengeluaran energi, yang terjadi adalah mengikuti penurunan gradien
osmotik. Sebaliknya transpor aktif berlangsung jiika salah satu dari tahap-tahap dalam
transpor transepitel suatu bahan memerlukan energi, melawan gradien elektrokimia.6
Reabsorbsi natrium bersifat unik dan kompleks. Dari energi total yang dikeluarkan
ginjal, 80% digunakan untuk transpor Na+. Tidak seperti kebanyakan zat terlarut yang
terfiltras, Na+ direabsorbsi hampir di sepanjang tubulus, tetapi dengan derajat beda-beda di
bagian yang berbeda. Natrium direabsorbsi di sepanjang tubulus kecuali di pars descendens
ansa henle. Reabsorbsi Na+ memiliki peran penting berbeda-beda di masing-masing segmen.6
1. Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorbsi glukosa,
asam amino, H2O, Cl-, dan urea.
2. Reabsorbsi natrium di pars ascendens ansa henle, bersama dengan reabsorbsi Cl-,
berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan
volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau
mengeluarkan H2O.
3. Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligentes bervariasi dan berada di bawah
kontrol hormon. Reabsorbsi ini berperan kunci dalam mengatur volume cairan
ekstraseluler, yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan
juga berkaitan dengan sekresi K+ dan H+.
Tingkat reabsorbsi terkontrol berbanding terbalik dengan tingkat beban Na+ di tubuh.
Jika Na+ terlalu banyak maka hanya sedikit dari Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi. Na+ ini
akan keluar melalu urin sehingga kelebihan Na+ dapat dikeluarkan dari tubuh. Namun, jika
terjadi kekurangan Na+ maka sebagian besar dari seluruh Na+ yang terkontrol ini
direabsorbsi, menghemat Na+ tubuh yang seharusnya keluar melalui urin.6
Beban Na+ di tubuh tercermin dalam volume cairan ekstraseluler. Natrium dan ion Cl
penyertanya membentuk lebih dari 90% aktivitas osmotik cairan ekstraseluler. Ketika beban
Na+ diatas normal dan karenanya aktivitas osmotik cairan ekstraseluler meningkat maka
kelebihan Na+ ini akan menahan tambahan H2O, meningkatkan volume cairan ekstraseluler.
Sebaliknya ketika beban Na+ di bawah normal sehingga aktivitas osmotikk cairan
ekstraseluler berkurang, jumlah H2O yang dapat ditahan di cairan ekstraseluler berkurang.6
Sistem hormon terpenting yang terlibat dalam regulasi Na+ adalah sistem renin-
angiotensin-aldosteron (SRAA). Sel granular aparatus jukstaglomerulus mengeluarkan suatu

9
hormon enzimatik, renin, ke dalam darah sebagai respons terhadap penurunan NaCl / tekanan
darah. Fungsi ini adalah tambahan terhadap peran sel makula densa aparatus
jukstaglomerulus dalam otoregulas. Secara spesifik, tiga masukan berikut ke sel granular
meningkatkan sekresi renin:6
1. Sel granular berfungsi baroreseptor internal. Sel ini peka terhadap perubahan tekanan
di dalam arteriol aferen. Ketika mendeteksi penurunan tekanan darah sel granular ini
mengeluarkan lebih banyak renin.
2. Sel makula densa di bagian tubulus aparatus jukstaglomerulus peka terhadap NaCl
yang melewatinya melalui lumen tubulus. Sebagai respons terhadap penurunan NaCl,
sel makula densa memicu sel granular untuk mengeluarkan lebih banyak renin.
3. Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika tekanan darah turun di bawah
normal, refleks baroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis.
Sebagai bagian dari respons refleks ini, peningkatan aktivitas simpatis merangsang sel
granular mengeluarkan lebih banyak renin. Sinyal-sinyal yang saling terkait untuk
meningkatkan sekresi renin ini semuanya menunjukkan perlunya meningkatkan volume
plasma untuk meningkatkan tekanan arteri ke normal dalam jangka panjang. Melalui
serangkaian proses kompleks yang melibatkan SRAA, peningkatan sekresi renin
menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Klorida selalu
secara pasif mengikuti Na+ menuruni gradien listrik yang terbentuk oleh perpindahan aktif
Na+. Manfaat akhir dari retensi garam ini adalah bahwa retensi tersebut mendorong retensi
H2O secara osmotis, yang membantu memulihkan volume plasma sehingga penting dalam
kontrol jangka panjang tekanan darah.6
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang
disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika melewati
paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin
converting enzyme (ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru. Angiotensin II adalah
perangsang utama sekresi hormon aldosteron dari korteks adrenal. Korteks adrenal adalah
kelenjar endokrin yang menghasilkan beberapa hormon berbeda, masing-masing disekresikan
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin II adalah konstriktor poten arteriol
sistemin, secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer total. Selain itu angiotensin II merangsang rasa haus dan merangsang vasopresin
(hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal), dimana keduanya ikut berperan dalam
menambah volume plasma dan meningkatkan tekanan arteri.6

10
Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transpor aktif sekunder. Pada proses ini,
pembawa kotranspor khusus yang hanya terdapat di tubulus proksimal secara stimultan
memindahkan Na+ dan molekul organik spesifik dari lumen ke dalam sel. Glukosa dan asam
amino mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan energi yang telah digunakan dalam
reabsorbsi Na+. Transport aktif sekunder memerlukan keberadaan Na+ di dalam lumen.6
Tm untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt. Pada konsentrasi glukosa normal 100
mg/100 ml, 125 mg glukosa yang tersaring per menit dapat cepat direabsorbsi oleh
mekanisme pengangkut glukosa karena jumlah yang difiltrasi ini jauh di bawah Tm untuk
glukosa. Karena itu, biasanya tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Baru muncul setelah
jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi Tm. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi per menit
(Tm terlampaui) maka jumlah yang direabsorbsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap
berada dalam filtrat untuk dieksresikan(Tm terlampaui) maka jumlah yang direabsorbsi
maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada dalam filtrat untuk dieksresikan.6
Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin
disebut ambang ginjal. Ambang ginjal untuk glukosa adalah 300mg/ml. Tm rerata 375
mg/mnt, LFG 125 mg/mnt. Diatas Tm, reabsorbsi akan tetap pada laju maksimalnya dan
setiap peningkatan lebih lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan
sebanding jumlah bahan yang diekskresikan. Dalam kenyataannya glukosa sering mulai
muncul di urin pada konsentrasi glukosa 180mg/100ml atau lebih. Glukosa sering
diekskresikan sebelum ambang rerata ginjal sebesar 300mg/100ml tercapai oleh dua sebab.
Pertama, tidak semua nefron memiliki Tm yang sama sehingga sebagian nefron mungkin
telah melampaui Tm mereka dan mengekskresikan glukosa semetara yang lain belum
mencapai Tm. Kedua, efisiensi pembawa kotranspor glukosa mungkin tidak bekerja pada
kapasitas maksimalnya pada nilai yang meningkat tetapi kurang dari nilai Tm sebenarnya,
sehingga sebagian dari glukosa yang terfiltrasi mungkin gagal direabsorbsi dan tumpah ke
dalam urin meskipun ambang rerata ginjal belum tercapai.6
Air direabsorbsi secara pasif di seluruh panjang tubulus karena H 2O secara osmotis
mengikuti Na+ yang direabsorbsi secara aktif. Dari H2O yang terfiltrasi, 65% direabsorbsi
secara pasif pada akhir tubulus proksimal. Sebanyak 15% dari H 2O yang difiltrasi,
direabsorbsi di ansa henle. Total 80% H2O yang difiltrasi ini direabsorbsi di tubulus
proksimal dan ansa henle berapapun jumlah H2O di tubuh dan tidak berada di bawah kontrol.
Sisa 20%nya direabsorbsi dalam jumlah bervariasi di tubulus distal bergantung pada status
hidrasi tubuh.6

11
Urea tidak secara langsung berkaitan dengan reabsorbsi aktif Na +. Urea adalah produk
sisa dari pemecahan protein. Reabsorbsi H2O yang berlangsung secara osmotis di tubulus
proksimal sekunder terhadap reabsorbsi aktif Na+ menghasilkan gradien konsentrasi untuk
mendorong reabsorbsi pasif bahan sisa ini. Konsentrasi urea sewaktu difiltrasi di glomerulus
identik dengan konsentrasi di plasma yang masuk kapiler peritubulus. Namun, jumlah urea
yang ada dalam 125ml cairan yang difiltrasi di awal tubulus proksimal terkonsentrasi hingga
tiga kali lipat dalam 44 ml cairan yang tersisa di sekitar. Karena dinding tubulus proksimal
hanya agak permeabel terhadap urea, maka hanya seitar 50% dari urea yang terfiltrasi
direabsorbsi secara pasif melalui cara ini.6
3. Sekresi
Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh.
Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin.
Ion hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan
tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam
maka sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan
tubuh terlalu rendah.6
Ion kalium secara selekif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian
tubulus; ion ini secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di
tubulus distal dan koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorbsi secara konstan dan
tanpa dikendalikan, sementara sekresi K+ di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di
bawah kontrol. Karena K+ difiltrasi hampir seluruhya direabsorbsi di tubulus proksimal maka
sebagain besar K+ di urin berasal dari sekresi terkontrol K + di bagian distal nefron dan bukan
dari filtrasi. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan koligentes digabungkan dengan
reabsorbsi Na+ oleh pompa Na+ K+ basolateral dependen energi. Pompa ini tidak hanya
memindahkan Na+ keluar sel menuju ruang lateral tetapi juga memindahkan K + dari ruang
lateral ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K + intrasel yang menungkat mendorong pemindahan
kelebihan K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal
berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran K + di membran ini di tubulus distal
dan koligentes. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi
+
kelebihan K dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian distal
nefron.6
Beberapa faktor dapat mengubah laju sekresi K+. Dengan yang terpenting adalah
aldosteron. Hormon ini merangsang sekresi K+ oleh sel tubulus di akhir nefron sekaligus
meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh sel-sel ini. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara

12
langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya, yang
pada gilirannya mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi kelebihan K+ di urin. Sebaliknya,
penurunan konsentrasi K+ plasma menyebabkan penurunan sekresi aldosteron dan penurunan
sekresi K+ ginjal yang dirangsang oleh aldosteron.6
Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi K + adalah status
asam-basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat mensekresikan K + atau H+
untuk dipertukarkan dengan Na+ yang direabsorbsi. Peningkatan laju sekresi K+ atau H+
disertai oleh penurunan laju sekresi ion yang lain. Dalam keadaan normal, ginjal cenderung
mensekresikan K+ tetapi jika cairan tubuh terlalu asam dan sekresi H + ditingkatkan sebagai
tindakan kompensasi, maka sekresi K+ berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan
retensi K+ yang tidak sesuai di cairan tubuh.6
Mekanisme Counter Current
Mekanisme pemekatan urine bergantung pada adanya kestabilan gradien peningkatan
osmolalitas sepanjang piramida medulla. Adanya gradien ini memungkinkan oleh kerja ansa
Henle sebagai countercurrent multiplier dan dipertahankan oleh kerja vasa rekta sebagai
countercurrent exchanger. Sistem arus balik adalah suatu system dengan aliran masuk yang
berjalan sejajar, berlawanan arah, dan berdekatan dengan aliran keluar untuk jarak
tertentu.hal ini terjadi baik di ansa Henle maupun vasa rekta di medulla ginjal.6

Kerja tiap ansa Henle sebagai countercurrent multiplier bergantung pada


transportaktif Na dan Cl yang keluar dari lumen pars asendens, permeabilitas yang tinggi
terhadap air di bagian tipis pars desendens, dan aliran masuk cairan tubulus distal. Proses ini
akan lebih dimengerti bila dijelaskan dalam kaitannya tahap-tahap hipotetis menuju
kekeadaan keseimbangan, meskipun tahap-tahap hipotesis ini tidak terjadi secara in vivo, dan
keseimbangan akan dipertahankan kecuali bila gradien osmotik menghilang. Ringkasan
tahap-tahap ini, yang berlaku pada nefron korteks yang tidak memiliki bagian tipis pars
asendens. Anggap lah terdapat suatu keadaan awal dengan osmolalitas 300 mosm / kg HO di
sepanjang pars desendens dan asendens serta interstisial medulla. Selain itu anggaplah bahwa
pompa di pars ascendens dapat memompa 100 mosm/kg Nadan Cl dari cairan tubulus ke
interstisial sehingga osmolalitas intestisial meningkat menjadi 400 mosm/kg HO. air akan
rtertarik keluar dari bagian tipis pars desendens, dan cairan tubulus akan mencapai
keseibangan dengan interstisial. Namun cairan yang mengan dung 300 mosm/ kg HO terus
masuk kebagian ini dari tubulus proksimal sehingga terjadi gradien yang lebih mengarahkan
perpindahan Na dan Cl ke dalam intertisial. Sementaraitu cairan hipotonik akan mengalir

13
kedalam tubulus distal dan cairan tubulus isotonic yang diikuti dengan cairan hipertonik akan
mengalir masuk kedalam bagian tabal pars ascendens. Proses ini terus berulang-ulang, dan
sebagai hasil akhir adalah timbulnya perbedaan osmolalitas dari atas sampai kebawah ansa
Henle.6

Di nefron jukstamedularis yang memiliki ansa Henle dan bagian tipis pars asendens
yang lebih panjang, perbedaan osmotik akan tersebar pada jarak yang lebih panjangdan
osmolalitas diujung ansa Henle menjadi lebih besar. Hal ini terjadi karena bagian tipis pars
asendens relative tidak permeabeluntuk air namun permeable untuk Nadan Cl. Karenanya,
akan terjadi perpindaha Nadan Cl mengikuti gradien konsentrasinya ke interstisial, dan
terjadi countercurrent multiplication pasif tamabahan yang akan lebih meningkatkan
perbedaan osmolalitas.semakin panjang ansa Henle, semakin besar osmolalitas yang dapat
dicapai diujung piramid.6

Gradien osmotik di piramid medulla tidak akan dapat dipertahankan bila Na dan
ureun di ruangan interstisial dikeluarkan oleh aliran darah. Zat-zat terlarut ini akan tertinggal
di piramid terutama karena kerja vasa rekta sebagai countercurrent exchanger . Zat terlarut
akan bersifat keluarpembuluh darah yang mengalirkan darah kekorteks untuk kemuian
masuk kedalam pembuluh yang turun menuju piramid. Sebaliknya, airakan berdifusi keluar
pembuluh yang berjalan kebawah (vasa rekta pars desendens) dan memasuki vasa rekta pars
asendens yang berpori. Oleh karena itu, zat-zat terlarut cendrung mengalami resirkulasi di
medulla dan air cendrung mengambil jalan pintas dan tidak melalui medulla, dengan
demikian keadaan hipertinisitas medulla dapat dipertahankan. Air yang direabsorpsi dari
duktus koligentas didaerah piramid juga akan diangkut oleh vasa rekta dan masuk dalam
sirkulasi umum. countercurrent exchange ini belangsung secara pasif; proses ini bergantung
pada pergerakan air dan tidak dapat mempertahankan gradien osmotic yang tinggi di piramid
bila proses countercurrent multiplication di ansa Henle tidak berlangsung.6

Kesimpulan
Ginjal merupakan organ yang memiliki peranan penting dalam tubuh manusia. Unit
fungsional ginjal dimulai dari glomelurus hingga ke duktus koligens. Kerusakan pada salah
satu bagian juga dapat mempengaruhi yang lainnya. Seperti pada skenario, glomeluronefrotis
merupakan keerusakan pada glomelurus sehingga mengakibatkan darah dan protein lolos ke
dalam urin. Sehingga anak tersebut mengeluarkan urin seperti warna cucian daging.
Daftar Pustaka

14
1. Pearce E. Anatomi dan paramedis untuk paramedis. Jakarta : Penerbit Buku Erlangga;
2011, h.245-6
2. Faiz O. Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2004, h. 45.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006. h. 250-4
4. Eroschenko VP. Atlas histologi di Fiore. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2003. h. 248-54.
5. Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.

15

You might also like