Form Kapal Ikan Tradisional Tipe Daerah Batang: Studi Komparasi Kinerja Hull Form Metode Scheltema Dengan Hull

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

STUDI KOMPARASI KINERJA HULL FORM METODE SCHELTEMA DENGAN HULL

FORM KAPAL IKAN TRADISIONAL TIPE DAERAH BATANG

A.F. Zakki*, Parlindungan Manik*


*Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, UNDIP

ABSTRACT

This study comparation of hull form performance was analysed becaused there was suggestion that a ship was built
by hull form scheming this time (Scheltema, Formdata, NPL Series) is better than a ship that was built traditionally
because there is no basic erudite calculation in hull form design. So hull form design was result of natural
adaptation. Such performance are ships resistance, stability, and ships navigation.
This research about hull form performance is expected can give information about hull form performance
using Scheltema method and can be one of alternative to hull form of fishing vessel design development to the
modern design.
The result based on the calculation and analysis, show that at a ship speed 9 knot, Scheltema method hull
form can reduce wave resistance equal to 29,54% than Batangs hull form. Meanwhile from stability facet, various
condition shows that Batangs hull form was better than Scheltema method. Meanwhile at wave spectrum 45,
rolling movement of Batangs hull form was lower than Scheltema method. However at wave spectrum 90 rolling
movement of Scheltema method was lower than Batangs hull form. The over all result show that Scheltema method
more comfort than Batangs hull form.
Keywords :Performance, hull form, fishing vessel, resistance, stability, ships navigation.

Pendahuluan terbukti CV. Laksana Abadi sebagai galangan kapal


Sesuai dengan perkembangan dunia perkapalan saat tradisional pada tahun 2000 mampu memproduksi
ini, bidang perancangan kapal sudah banyak kapal berjumlah 18 unit dalam jangka waktu 12
mengalami perubahan dan sesuai dengan budaya bulan. (Suara Merdeka, 2002). Kapal-kapal yang
teknologi. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya dibangun di galangan Laksana Abadi memiliki variasi
hasil penelitian terhadap kapal modern, baik dari segi ukuran yang beraneka ragam, mulai dari kapal
konstruksi, aspek-aspek hidrodinamis maupun sistem dengan ukuran lunas 10 meter, 15 meter, sampai
keselamatan. Sehingga kapal modern memiliki ukuran lunas 25 meter. Kabupaten Batang terletak
kinerja yang baik dalam pengoperasian dan pada 6o 51' 46" sampai 7o 11' 47" Lintang Selatan dan
produktifitasnya, karena di bangun berdasarkan hasil antara 109o 40' 19" sampai 110o 03' 06" Bujur Timur
penelitian yang merupakan hasil perhitungan, di pantai utara Jawa Tengah.
pengujian dan pemodelan.
Proyek pengembangan perekayasaan teknologi oleh
Berbeda halnya dengan pembangunan kapal yang pemerintah (BBPPI) terhadap kapal tradisional
dilakukan secara tradisional, biasanya tidak ada memang sudah dilakukan tetapi baru berjalan pada
perencanaan dan perhitungan awal sebelum kapal itu hal yang berkaitan dengan pengkelasan kapal,
dibangun, baik dari sisi desain konstruksi, proses keselamatan, pengawakan dan pengukuran kapal.
pemilihan material dan pemasangannya, melainkan Belum ada penelitian mengenai bentuk dan kinerja
para pengrajin kapal dalam profesinya sebagai hull form kapal tradisional khususnya tipe Batang.
perancang kapal dan pembuat kapal, pada dasarnya
hanya meneruskan ide dan kebiasaan dari para Sementara kita ketahui dalam perancangan kapal-
pendahulunya yang membangun kapal berdasarkan kapal modern, ada beberapa acuan standar dalam
kendala-kendala yang diberikan alam. Jadi, kapal perancangan hull form, salah satunya adalah hull form
tradisional merupakan hasil adaptasi dengan alam dengan metode Scheltema (Scheltema de heere, RF,
karena dibangun berdasarkan kondisi dan 1969). Metode ini digunakan untuk menggambar
penyesuaian dari alam. Faktor kepercayaan dan karakter lambung kapal secara melintang (body plan),
kondisi alam inilah yang membuat tiap-tiap wilayah sehingga dari gambar body plan dapat diproyeksikan
di Indonesia memiliki bentuk desain kapal yang kedalam bentuk memanjang kapal yaitu proyeksi
berbeda. sheer plan dan half breadth plan. Metode ini
Kabupaten Batang merupakan sentra produksi kapal dirancang sejak awal menggunakan penggerak motor
tradisional. Dilihat dari segi produktifitas galangan,
KAPAL 60
serta telah dianalisa sesuai dengan teori yang ada saat Letak titik tekan tersebut diatas adalah
ini. terhadap L displacement dari FP. Yang
dipakai adalah koefisien prismatik depan dan
Perbedaan kapal yang dibangun berdasarkan hasil belakang, sehingga kita dapat membaca luas
penelitian dan hasil adaptasi dengan alam diatas tiap-tiap station terhadap luas midship (A).
mendorong peneliti untuk membandingkan kinerja Selain itu dapat kita baca juga letak titik tekan
(karakteristik hidrostatik, hambatan, stabilitas, memanjang(LCB) dan harga-harga Block
seakeeping performance) dari hull form kapal coefficient() dan Midship-section coefficient
tradisional tipe Batang dengan hull form yang sesuai () yang dianjurkan oleh NSP untuk suatu
dengan metode Scheltema, sehingga dapat diketahui harga Prismatic coefficient().
kinerja hull form mana yang paling baik dan sesuai 4. Cara penggambaran Curve of Section Areas
dengan perairan Indonesia. Untuk panjang displacement dengan skala
tertentu, selalu kita bagi menjadi 20 bagian
Tinjauan Pustaka yang sama, dan pada titik-titik bagi ini dibuat
Hull Form Metode Scheltema garis yang tegak lurus, kita ukurkan luas-luas
Metode Scheltema dalam pembacaan luas tiap tiap- station dalam skala luas yang tertentu. Dengan
tiap station dalam persen terhadap luas midship (A) demikian Curve of Section Areas dapat kita
menggunakan diagram NPL. Persen luasan station gambar.
tersebut merupakan fungsi dari speed constant Dari pembacaan diagram NSP kita dapat
(Vs/V1) dan Prismatic coefficient (Cp), dimana = menentukan letak titik tekan memanjang dan
displacement. hasil ini kita chek dengan hasil perhitungan
(dengn cara simson dsb), dimana perbedaan
Jika ukuruan-ukuran utama, koeffisien, serta letak antara kedua tititk tekan ini yang
kecepatan (dalam knot) sudah ditentukan, maka diijinkan ialah 0.1 L displacement.
dengan diagram NSP dapat dibuat Curve of Section 5. Cara penggambaran garis air (Lwl)
Areas. Luas garis air = Lwl x B x (m2)
Langkah-langkah membuat Curve of Section Areas: Kita tentukan besar sudut masuk (angle of
1. Dari ukuran utama yang diberikan kita dapat entrance) dengan pertolongan gambar-gambar
menghitung volume displacement kapal sudut masuk yang merupakan fungsi dari f =
dengan rumus : Prismatic coefficient bagian depan. f ini
V = L x B x T x (m3) dapat dihitung dengan membagi volume
dimana: L = Lwl displacement bagian depan (dengan cara
T = sarat simson, dll) dengan luas x L displ, atau
= wl = . Lpp/Lwl rumus :
2. Dari speed constant Vs/V1, dimana Vs = V , f = (1.40 + ) e, dimana e =
dinas dalam knot dan L = L displacement perbandingan jarak titik tekan memanjang
dalam ft atau Cb yang sesuai dengan yang dibelakang atau dimuka L displ terhadap L
sudah ditentukan, kita dapat menentukan displacement. Bagian garis air yang
persentase luas dari tiap-tiap station terhadap mempunyai ordinat-ordinat yang sama dengan
luas midship (lihat lampiran). Luas midship = ordinat di midship harus lebih panjang dari
B x T x (m2). paralel midle body pada Curve of Section
3. Letak titik tekan memanjang (LCB) Areas kita. Sekarang kita dapat membuat suatu
berdasarkan persentase luas station yang sudah bentuk garis air dan kemudian luasnya kita
diperoleh dapat ditentukan dengan pertolongan hitung dengan planimeter atau dengan cara
garis lengkung b. Letak titik tekan menurut simson, dll, dan hasil kita chek terhadap luas
garis lengkung b akan memberi tahanan yang Lwl yang didapat dari rumus Lwl x B x
kecil dan propulsive coefficient yang baik. dengan kesalahan yang diijinkan sebesar 0.5%.
Batas variasi letak titik tekan memanjang yang 6. Sekarang kita dapat membuat bentuk dari
memberikan tahanan yang kecil dan propulsive setiap station dengan planimeter. Pertama kita
coefficient yang baik ialah lengkung a dan c. buat empat persegi panjang dengan sisi-sisi
Dalam mempergunakan diagram NSP ini B dan T. Pada garis air T diukur garis b yang
selalu diambil L displacement yang besarnya : besarnya = luas station dibagi T. Dibuat
Untuk single srew ship, Ldispl = (Lwl + empat persegi panjang ABCD yang diukur
Lpp).(ft) pada garis air. T garis y = lebar garis air
Untuk twin srew ship, Ldispl = Lwl (ft) pada station yang bersangkutan. Dari titik E

KAPAL 61
kita merencanakan bentuk station sedemikian M = titik pusat kelengkungan
sehingga luas oDE = luas oAB, letak titik o bilga
dari station = station harus merupakan gari Dalam tg = AE/BE = B/2a,
lengkung yang fair. Setelah bentuk station Luas trapesium ABCD = B/2 (T
selesai kita buat, kita lakukan pengechekan + T - a) = B/4 (2T - a) (m2)
volume displ dari bentuk-bentuk station yang Luas bentuk AFGHCDA = luas
kita buat terhadap volume displ yangdiketahui = x B x T x (m2)
V = L x B x T x Cb (dengan mengabaikan Jadi luas bentuk FBHGE = luas
volume cant-part) selanjutnya kita dapat ABCD luas AFGHCDA
melanjutkan pembuatan line dengan cara-cara = B/4 (2T a)
yang sudah kita ketahui. B.T. (m2)
Luas FBG = luas FBHGE =
{1/4 B (2T - a) B. T . (m2)
}
y
1
Luas FBG = MF . FB = R . R
b tg = R2 . tg
D Luas jarring MFG = / 360 x R2
E C
Luas FBG = luas FBM luas jaring
MFG
T o = ( R2 . tg - / 360 x R2 )
(m2).................................................
2
Persamaan 1 = 2
A B
1/4 B (2T - a) B. T . = R2 .
B/2 tg - / 360 x R2
B (2T - a) - 2 .B .T .
= ( tg
8
Gambar 1. Contoh pembuatan station dengan
/ 360 . 3,14) R2
menggunakan planimeter
B (2T - a) - 2 .B .T .
R2 =
7. Untuk menghitung besarnya jari-jari bilga 8 (1/2 tg - / 360. 3,14)
(Radius of bilga) kita dapat menggunakan cara Radius of bilge = R =
sebagai berikut :
D C B (2T - a) - 2. B. T.
8(1 / 2 tg - / 360. 3,14)

Hambatan Kapal
M Besar kecilnya hambatan kapal yang akan terjadi
o H T-a
o T selain tergantung pada besar kecilnya kecepatan
kapal, juga banyak tergantung dari parameter-
G parameter rencana garis kapal.
B 1 Panjang kapal (L)
o
Panjang kapal sangat berpengaruh pada besar
F a
A E Vo
base line kecilnya bilangan Froude ( Fn = ), yang
B/2
gL
berarti pula dapat menentukan besar kecilnya
Gambar 2. Radius of bilge hambatan gelombang kapal (Rw).
Dalam membicarakan hubungan parameter
panjang kapal terhadap hambatan sering
B/2 = 1/2 lebar kapal
dipakai perbandingan panjang sebagai berikut ;
T = sarat (m)
a = rise of floor
R = jari-jari bilga
KAPAL 62
V Stabilitas awal adalah stabilitas pada sudut
atau oleng antara 10-15. Stabilitas ini ditentukan oleh 3
(L / 10) 3 (L / 10) 3 buah titik yaitu titik berat (center of grafity), titik
Bertambah panjang kapal pada displacement apung (center of bouyancy), dan titik metasentra.
tetap dapat memperkecil perbandingan Adapun pengertian dari masing-masing titik tersebut
terhadap displacement kapal (berat jenis adalah :
tahanan sisa) 1. Titik berat (G) menunjukkan letak titik berat
2 Lebar (B) kapal, merupakan titik tangkap dari sebuah
Bertambah besar lebar kapal pada panjang titik pusat dari sebuah gaya berat yang
yang tetap, berpengaruh negatif pada menekan ke bawah. Besarnya nilai KG adalah
keseimbangan. Teori dan beberapa percobaan nilai tinggi titik metasentra (KM) diatas lunas
menunjukkan bahwa hambatan gelombang dikurangi tinggi metasentra (MG), dengan
bertambah proporsional dengan lebar kapal formula :
berpangkat kurang dari 2. KG = KM MG
Dalam proses KG = tinggi titik berat diatas lunas (m)
perencanaan kapal, analisa hubungan ukuran 2. Titik apung (B) menunjukkan letak titik apung
utama dilihat dari perbandingan L/B. kapal merupakan titik tangkap dari resultan
Bertambah besar L/B dapat memperkecil gaya-gaya yang menekan tegak ke atas dari
tahanan gelombang. bagian kapal yang tercelup. Titik apung diatas
lunas (KB) dapat dihitung, dengan formula :
Cw
3 Sarat (T) KB = Dx Cb
Bertambah besar sarat kapal (T) , hambatan Cb
gelombang pertama-tama cepat bertambah KB = tinggi titik apung diatas lunas (m)
besar kemudian lambat laun akan turun. Dx = sarat kapal (m)
Bertambah besarnya B/T, dan L konstan, akan Cw = koefisien garis air
bertambah besar hambatan sisa dan hambatan Cb = koefisien blok
gesek (Rf) karena dengan sendirinya akan 3. Titik metasentra (M) merupakan sebuah titik
memperluas permukaan basah kapal. semu dari batas dimana G tidak boleh
4 Coeffisien blok(Cb) melewati di atasnya agar kapal selalu
Dalam perencanaan kapal nilai Cb harus mempunyai stabilitas yang positif (stabil).
diambil sedemikian rupa sehingga Dinyatakan dengan rumus
berhubungan dengan letak titik tekan keatas KM = KB + BM
pada kapal LCB. Besar koeffisien blok akan KB = tinggi titik apung diatas lunas (m)
menentukan besar hambatan sisa (Rf). BM = radius metasentra.
Koeffisien Cp tergantung dari besarnya angka
Froude, berarti pula akan berpengaruh terhadap Persaratan stabilitas menurut IMO (International
besarnya hambatan gelombang kapal. Maritim Organization)
Bertambah kecilnya Cm, berarti pembagian 1) Dari sudut 0-30, luasan dibawah kurva
displacement sepanjang kapal akan lebih stabilitas statis (kurva GZ) harus tidak boleh
serasi, sedangkan kebalikannya bertambah kurang dari 3,15 m.radian.
besar Cm berarti konsentrasi volume akan 2) Dari sudut 0-40, luasan dibawah kurva
terletak ditengah kapal dan bagian depan dan stabilitas statis (kurva GZ) harus tidak boleh
belakang akan kelihatan meruncing. kurang dari 5,16 m.radian.
3) Dari sudut 30-40, luasan dibawah kurva
Stabilitas Kapal stabilitas statis (kurva GZ) harus tidak boleh
Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk dapat kurang dari 1,719 m.radian.
kembali ke kedudukan semula setelah mengalami 4) Kurva GZ harus sedikitnya 0,20 m pada sudut
olengan yang disebabkan oleh gaya-gaya dari luar 30
yang mempengaruhinya. 5) Nilai maksimum kurva GZ tidak boleh kurang
Stabilitas adalah persyaratan utama desain dari 25
setiap alat apung, tetapi untuk kapal ikan lebih 6) Tinggi metasentra GM awal harus tidak boleh
penting dari yang lain karena sebuah kapal ikan harus kurang dari 0,15 m
selalu bekerja dengan beban stabilitas yang berat.

KAPAL 63
disebut added mass dengan koefisien
pembalik.

Lever
GZ
Komponen pada perhitungan heaving :
b
2g
w = frekuensi
W1 W2 Lw
2 c gelombang
a 0
w 2
Angle of heel
e w u cos = frekuensi yang
g
1
berlawanan arah untuk menambah massa agar
kapal kembali ke posisi semula
Gambar 3. Kurva Stabilitas Statis (Kurva GZ) Gaya yang berlawanan dengan arah gerakan
sehingga mengurangi amplitude dari gerakan
Olah Gerak Kapal disebut dumping force gaya damping selalu
Pada dasarnya kapal yang berada diatas permukaan berlawanan arah dengan gerakan kapal,
laut akan selalu memperoleh gaya external yang sehingga menghasilkan pengurangan yang
menyebabkan kapal bergerak (ship moving). Gerakan signifikan terhadap amplitude gerakan atau
kapal ini disebabkan adanya factor dari luar terutama gerakan, dapat dinotasikan :
oleh gelombang. dz
1. Heaving Fb b b = koefisien damping
Ketika kapal dipaksa bergerak ke dalam air dt
dari posisi keseimbangannya maka akan untuk heaving.
melepaskan daya apungnya, jika gaya Koefisien damping secara normal tergantung
apungnya lebih besar dari bebannya maka pada faktor berikut ini :
kapal akan bergerak tegak lurus untuk 1. Jenis gerakan yang bergetar
mencapai titik keseimbangan awal ( normal). 2. Temu frekuensi goyangan
Jika berat beban lebih berat, daya apung akan 3. Format kapal
memperlambat gerakan heaving kapal hingga Diberikan bouyancy tambahan yang berlaku
mencapai posisi nol atau normal, berat beban pada suatu badan kapal ketika tenggelam untuk
akan membuat kapal bergerak ke bawah maka suatu draft lebih dalam. Jika diasumsi tidak
kapal harus memiliki gaya apung yang besar ada perubahan penting pada waterplan area
untuk mengembalikan kapal ke posisi semula selama bergerak, jumlah air yang dipindahkan
yang disebut merespon gaya restoring force. sama dengan berat jenis untuk menghindari
Percepatan yang mengarah kebawah akan kapal tenggelam disebut restoring force.
meningkat dan kembali sampai posisi Restoring force untuk heaving adalah gaya
keseimbangan dicapai. Ketika buoyancy apung tambahan yang memberikan gaya pada
menjadi seimbang dengan berat atau beban, badan kapal untuk kembali pada posisi semula,
oleh karena daya gerak kapal akan berpindah pada saat kapal berada pada sarat.(T maksimum ).
(gerakan) secara kontinyu sampai keadaan
terakhir dicapai ke posisi kapal semula.
cz gApZ
Gerakan yang bergetar ini dikenal dengan Dimana = Awp = luas bidang air
gerakan heaving, gerakan yang terjadi selalu Z = Additional innersia pada kapal .
arah gerakan kebalikan. Gaya yang dipengaruhi oleh gelombang
Suatu badan kapal memiliki suatu gerakan (hagging-sagging) disebut exciting force,
percepatan di suatu medium fluida yang exciting force untuk gerakan heaving
berlanjut mengalami suatu gaya yang lebih dipengaruhi oleh gelombang, sehingga
besar dari massa. Akselerasi kenaikan exciting force pada sebuah penampang
kekuatan ini dapat digambarkan sebagai memanjang kapal adalah
produk akselerasi badan kapal dan suatu Fo = gzydx
kuantitas dimensi yang sama ketika massa itu Fo maksimum jika M = 90 atau 270 derajat
dimasukkan, ditambahkan dasar ini diperlukan Fo = 2 ghaAwp
untuk inertial force. Penambahan massa pada
Dimana = ha (amplitude gelombang laut)
kapal untuk kembali pada posisi semula
2. Rolling

KAPAL 64
Persamaan gerak untuk rolling pada umumya Penambahan massa momen inertia untuk
sama dengan picthing, dan dapat dinyatakan pitching dapat dihitung pada moment inertia
dengan dibawah badan kapal (sectional area curve).
d 2 d Dimana diasumsikan bahwa panjang distribusi
a 2
b c M 0 cos e t massa sama dengan panjang displacement.
dt dt Persamaan gerak pitching dapat ditulis :
d 2 d
Dimana a(d / dt ) adalah momen internal
2 2 a 2
b c M 0 cos e t
dt dt
massa sesungguhnya yang dipergunakan untuk
rolling, b(d / dt ) adalah respon dari d 2
dimana inertial moment = a disini
damping moment dan (d / dt ) adalah dt 2
adalah suatu momen inertia yang sebetulnya
kecepatan sudut.
percepatan sudut dari gerakan picthing
Damping momen koefisien
Damping coefficient dapat diperoleh oleh
Damping force yang bekerja selama gerakan
metode dari potongan, yang ditentukan untuk
rolling berlangsung sangat dipengaruhi oleh
masing-masing bagian dan kemudian
beberapa kombinasi dari beberapa faktor
mengintegrasikan pada keseluruhan
antara lain :
panjangnya. Dimana damping moment adalah
1. pembentukan gelombang
2. pergeseran air yang terjadi pada d
b
permukaan atau yang terjadi pada dt
pusaran air (eddy making) b = damping moment coefficient
3. adanya konstruksi tambahan seperti d
bilge keels, skeg , atau konstruksi = kecepatan sudut
sejenis lainya dt
4. tahanan angin yang terjadi pada kapal Exciting moment Dalam kaitan dengan
5. energi yang hilang selama gerakan ketidakseimbangan momen yang disebabkan
rolling oleh ombak pada tengah kapal seperti di kasus
6. tegangan permukaan gelombang. Gerakan anggukan atau naik turun
akibat yang ditimbulkan pada faktor 1, 2, 3 kapal dapat dikurangi dengan distribusi
dinyatakan lebih signifikan daripada akibat tekanan hidrostatik. Dimana Exciting moment
dari factor 4, 5, 6 yang dinyatakan lebih adalah M 0 cos e t .
rendah. Sama halnya dengan gerakan heaving
Restoring moment dianggap sebagai cara linear
dan pitching nilai damping koefisien sangat
dalam penentuan sudut dari pitching.
penting Selama gerakan rolling berlangsung,
namun nilai damping koefisien ini lebih kecil c dimana c adalah restoring moment
dengan nilai factor pembesaran antara 5 - 10 . coefficient, dan adalah dispalcement
Nilai damping koefisien ini dapat dirumuskan bersudut di dalam picthing
dengan strip method sebagai berikut,
The JONSWAP Spectrum
g 2 B
2

bn 3 n 2 dimana Bentuk ideal spektrum dideskripsikan dalam


e 2 subbagian-subbagian sebelumnya diperuntukkan
2
untuk merepresentasikan kondisi gelombang pada
a e2 Bn lautan terbuka. Bagaimanapun juga ada banyak
= d

a Bn / 2
bagian dari pentingnya teknik di mana terdapat
2g batasan-batasan geografis yang membatasi panjang
hembusan angin pada area-area yang beregenerasi itu.
3. Pitching Laut Atlantik utara termasuk ke dalam jenis area ini.
Empat momen yang berpengaruh pada saat Perhitungan oseanografis yang ekstensif telah
gerakan pitching adalah : dilakukan di bawah pengawasan JONSWAP- Joint
Added mass inertial moment North Sea Wave Project (Perairan Kepulauan/
Damping moment Tertutup). Perhitungan gelombang telah dilakukan
Exciting moment dalam beberapa posisi pada jarak-jarak yang berbeda
Restoring moment dari pulau Sylt di German Bight ketika angin dalam
keadaan off-shore. Jarak dari posisi benda yang

KAPAL 65
diamati dari pantai beragam hingga angka 160 km SHEER PLAN

(100 mil).
Sebagai jenis yang sama, spektrum telah 2,20 WL
1,98 WL
1,76 WL
1,54 WL
BL 3
BL 2
BL 1
1,00 T
0,90 T
0,80 T
0,70 T
1,32 WL 0,60 T

dikomputerisasikan dari perekaman ini memiliki 1,10 WL


0,88 WL
0,66 WL
0,44 WL
0,22 WL
0,50 T
0,40 T
0,30 T
0,20 T
0,10 T

puncak-puncak yang lebih sempit daripada jenis


Base Line Base Line

Ap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Fp

Pierson-Moskowitz. Spektrum JONSWAP secara BODY PLAN


sederhana adalah sebuah bentuk dari spektrum
Bretschneider. FP

2,20 m 1 AP 19 1,00 T
1,98 m 2 18 0,90 T
1,76 m 3 17 0,80 T
1,54 m 5 4 16 0,70 T
1,32 m 6 15 0,60 T
1,10 m 8 7 14 0,50 T

Perhitungan dan Analisa Data 2,20 WL


1,98 WL Base Line
0,88 m
0,66 m
0,44 m
0,22 m
9
10
11
13

12
0,40 T
0,30 T
0,20 T
0,10 T
Base Line
1,00 T
0,90 T

Ukuran utama kapal 1,76 WL


1,54 WL
1,32 WL
1,10 WL
0,88 WL
BL 3 BL 2 BL 1

CL
BL 1 BL 2 BL 3 0,80 T
0,70 T
0,60 T
0,50 T
0,40 T
0,30 T

Nama Kapal : KM.Rizky Mina Abadi


0,66 WL
0,44 WL
0,22 WL
HALF BREADTH 0,20 T
0,10 T

Loa : 17,00 Meter BL 3

BL 2

Lwl : 15,86 Meter BL 1

Lpp : 15,11 Meter Ap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Fp


CL

Breadth : 5,80 Meter


Depth : 2,92 Meter Gambar 5. Hasil Rencana Garis Scheltema
Draft : 2,20 Meter
Vs :9 Knots Table 1. Karakteristik ukuran kapal KM. Rizky Mina
Data Lunas Kapal : abadi dan model Scheltema
Tinggi lunas kapal : 28 cm KM.Rizky Mina MODEL
DATA Abadi SCHELTEMA
Lebar lunas kapal : 26 cm
LOA (m) 17 17
Lwl (m) 15,3 15,831
SHEER PLAN
Lpp (m) 15,11 15,11
BL III
B (m) 5,8 5,8
WL 10
WL 9
WL 8
WL 7
WL 6
WL 2,2 m
WL 1,98 m
WL 1,76 m
WL 1,54 m
WL 1,32 m
T (m) 2,2 2,2
WL 5 WL 1,1 m
WL 4 WL 0,88 m
WL 3 WL 0,66 m
WL 2
WL 1
Base Line
BL II
BL I
WL 0,44 m
WL 0,22 m
Base Line
Cb 0,487 0,484
Ap0,25 0,50,75 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 7 7,5 8 8,5 99,25 9,59,75 Fp
BODY PLAN
Cp 0,656 0,663
Fp
9,75
Cm 0,742 0,73
9,5
9,25
Ap 9

WL 10
WL 9
WL 8
WL 7
0,75
1
0,25
0,5 8,5
8
7,5
WL 2,2 m
WL 1,98 m
WL 1,76 m
WL 1,54 m
Displ (ton) 99,962 100.02
1,5
7
WL 6 2 WL 1,32 m
2,5
WL 5 3 6 WL 1,1 m

LCB (m) -0,446 -0,098


WL 4 4 WL 0,88 m
WL 0,66 m WL 2,2 m
WL 10 WL 3 5
WL 1,98 m
WL 9 WL 2 WL 0,44 m WL 1,76 m
WL 8 WL 1 WL 0,22 m WL 1,54 m
WL 7 Base Line Base Line WL 1,32 m
WL 6 WL 1,1 m
WL 5 BL III BL II BL I C
L BL I BL II BL III WL 0,88 m
WL 4

BL III
WL 3
WL 2
WL 1
HALF BREADTH PLAN
WL 0,66 m
WL 0,44 m
WL 0,22 m Vs (Knot) 9 9
BL III

BL II BL II Perhitungan Hambatan Kapal


BL I BL I

C
L C
L
Ap0,25 0,50,75 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 7 7,5 8 8,5 99,25 9,59,75 Fp
Table 2. Nilai Hambatan dengan metode Van
SENT LINE
Oortmerssen
speed KM.Rizky mina abadi Model Scheltema
Gambar 4. Hasil Rencana Garis KM. Rizki Mina (knot) resist (kN) power (kW) resist (kN) power (kW)
Abadi 0 -- -- -- --
1 0,05 0,03 0,05 0,03
Pemodelan Hull Form Kapal Tipe Batang Dengan
2 0,19 0,2 0,2 0,2
Metode Scheltema
3 0,51 0,78 0,58 0,9
4 1,07 2,21 1,26 2,6
5 1,76 4,53 2,07 5,32
6 2,64 8,16 3,27 10,11
7 5,71 20,55 5,91 21,28
8 6,47 26,62 8,68 35,71
9 15,1 69,92 10,64 49,27

KAPAL 66
Resistance Curve 10% 100% 10% 0%
16 10% 100% 10% 0%
14
50% 20% 10% 0%
12
Resistance (kN)

50% 20% 10% 0%


10 KM. BINTANG MINA
ABADI 50% 20% 10% 0%
8
Model Scheltema
6 50% 20% 10% 0%
4 50% 20% 10% 0%
2

0 Hasil running perhitungan stabilitas dengan


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 menggunakan perangkat lunak Maxsurf Hydromax
Speed (knot) Version 9.6. berdasarkan standar IMO pada tiap-tiap
Gambar 6. Grafik Perbandingan Resistance- Speed kondisi
Hullform metode KM. Rizky Mina Abadi dan Model Table 4. Hasil running perhitungan stabilitas menurut
Scheltema stndar IMO A. 749(18)Ch3
Criteria
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
Area 0 to 30
WSA dan sudut masuk KM. Rizki Mina Abadi lebih
kecil dari Model Scheltema. Hal itulah yang Kondisi Req KM. RMA MS Status
menyebabkan hambatan total yang diterima KM. I 3,15 m.deg 11,396 10,7 Pass
Rizki Mina Abadi lebih kecil dari kecepatan 1-8 knot. II 3,15 m.deg 10,343 9,734 Pass
Sementara pada kecepatan 9 knot hambatan yang
III 3,15 m.deg 5,193 3,359 Pass
diterima KM. Rizki Mina Abadi lebih besar karena
pengaruh dari hambatan gelombang. IV 3,15 m.deg 3,157 0,973 Fail
V 3,15 m.deg 13,166 10,44 Pass
Stabilitas kapal VI 3,15 m.deg 10,457 7,565 Pass
Dalam menghitung stabilitas suatu kapal kita harus
VII 3,15 m.deg 12,684 9,865 Pass
membuat variasi muatan pada beberapa kondisi
sehingga diketahui stabilitas untuk tiap kondisinya,
seperti berikut ini: Criteria
Table 3. Persentase quantity pada tiap-tiap kondisi Area 0 to 40. or Downflooding point
Quantity KM.
Kondisi Req RMA MS status
Item name Kondisi I Kondisi II Kondisi III
I 5,16 m.deg 19,195 17,263 Pass
Lightship 1 1 1
II 5,16 m.deg 17,478 15,832 Pass
Tanki air Tawar 100% 10% 70%
III 5,16 m.deg 9,012 5,257 Pass
Tanki M.Pelumas 100% 10% 70%
IV 5,16 m.deg 5,601 1,465 Fail
Tanki Bahan
Bakar 1 100% 10% 70% V 5,16 m.deg 22,718 18,179 Pass
Tanki Bahan
Bakar 2 100% 10% 70% VI 5,16 m.deg 18,051 13,642 Pass

Fish Hold 1 100% 100% 50% VII 5,16 m.deg 21,966 17,721 Pass

Fish Hold 2 100% 100% 50%


Fish Hold 3 100% 100% 50%
Fish Hold 4 100% 100% 50%
Fish Hold 5 100% 100% 50%

Quantity
Kondisi IV Kondisi V Kondisi VI Kondisi VII
1 1 1 1
10% 100% 10% 0%
10% 100% 10% 0%

KAPAL 67
Criteria Table 5. Periode oleng KM.Rizky Mina Abadi dan
Model Scheltema
Area 30 to 40. or Downflooding point
Periode Oleng
Kondisi Req KM. RMA MS status KM.Rizky Model
I 1,719 m.deg 7,8 6,565 Pass Kondisi Mina Abadi Scheltema Unit
II 1,719 m.deg 7,135 6,098 Pass
I 4,126876 4,04687865 Detik
II 4,3724749 4,36083048 Detik
III 1,719 m.deg 3,819 1,898 Pass
III 6,6864602 7,66339948 Detik
IV 1,719 m.deg 2,444 0,492 Fail
IV 8,9823094 19,0553811 Detik
V 1,719 m.deg 9,552 7,743 Pass
V 4,338068 4,70702345 Detik
VI 1,719 m.deg 7,593 6,077 Pass Detik
VI 4,8824531 5,85834271
VII 1,719 m.deg 9,281 7,856 Pass VII 4,4329354 5,09664147 Detik

Criteria Berdasarkan tabel status kedua model diatas dapat


GZ at 30. or greater
diketahui bahwa KM. Rizky Mina Abadi memenuhi
ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh IMO pada
Kondisi Req KM. RMA MS status
semua kondisi. Sementara model Scheltema tidak
I 0,2 m 0,874 0,683 Pass memenuhi ketentuan IMO pada kondisi IV dimana
II 0,2 m 0,788 0,632 Pass bahan bakar tinggal 10% dan muatan 50%. Pada
III 0,2 m 0,395 0,204 Pass
kondisi ini kapal tidak seimbang karena gaya apung
dan berat kapal hampir tidak membentuk lengan
IV 0,2 m 0,251 0,068 Fail koppel. Maka dari itu kondisi IV ini harus dihindari
V 0,2 m 1,175 0,909 Pass dengan menyisiasati penempatan muatan sehingga
VI 0,2 m 0,967 0,765 Pass nilai KG seakin rendah.
VII 0,2 m 1,234 1,038 Pass
Olah Gerak Kapal
Berdasarkan World Meteorological Organization,
Criteria Jonswap mendeskripsikan jenis gelombang menjadi
Angle of GZ max tiga kondisi dengan tinggi gelombang, periode dan
Kondisi Req KM. RMA MS status kecepatan angin yang bervariasi untuk tiap-tiap
kondisi. Untuk lebih jelasnya pembagian kodisinya
I 25 deg 52,7 44,5 Pass
adalah sebagai berikut :
II 25 deg 50,9 43,6 Pass 1. Slight Water
III 25 deg 40 30,9 Pass Significant Wave Height : 0,875 m
IV 25 deg 37,3 29,1 Pass
Period : 7,50 s
Wind speed : 13,5 Knots
V 25 deg 59,1 52,7 Pass
2. Moderate Water
VI 25 deg 58,2 53,6 Pass Significant Wave Height : 1,875 m
VII 25 deg 60 58,2 Pass Period : 8,80 s
Wind speed : 19 Knots
3. Rough Water
Criteria
Significant Wave Height : 3,25 m
GM Period : 9,7 s
Kondisi Req KM. RMA MS status Wind speed : 24,5 Knots
I 0,15 m 1,459 1,511 Pass
II 0,15 m 1,309 1,316 Pass
III 0,15 m 0,601 0,45 Pass
IV 0,15 m 0,336 0,074 Fail
V 0,15 m 1,709 1,365 Pass
VI 0,15 m 1,375 0,909 Pass
VII 0,15 m 1,668 1,206 Pass

KAPAL 68
Hasil proses running dengan menggunakan program
Maxsurf Sea Keeper adalah sebagai berikut : 3. Rough Water
1. Slight Water Table 8. Nilai amplitudo dan velocity KM.Rizky
Mina Abadi dan Model Scheltema pada kondisi
Table 6. Nilai amplitudo dan velocity KM.Rizky Rough water
Mina Abadi dan Model Scheltema pada kondisi KM. Rizky Mina
Slight water Abadi Model Scheltema
Wave
KM. Rizky Mina Abadi Model Scheltema Item Heading Amplitudo Velocity Motion Velocity
Wave 0,333 0,713 0,33
Item Heading Amplitudo Velocity Motion Velocity 0 deg 0,721 m m/s m m/s
0,088 0,171 0,086 0,409 0,751 0,405
0 deg 0,175 m m/s m m/s 45 deg 0,757 m m/s m m/s
0,116 0,184 0,114 0,666 0,826 0,666
45 deg 0,187 m m/s m m/s 90 deg 0,827 m m/s m m/s
0,227 0,227 180 1,116 0,884 1,083
90 deg 0,219 m m/s 0,22 m m/s Heaving deg 0,915 m m/s m m/s
0,413 0,275 0,413 0,02828 3,14 0,02644
Heaving 180 deg 0,271 m m/s m m/s 0 deg 3,4 deg deg/s deg deg/s
0,01098 1,19 0,0102 0,03823 3,11 0,03495
0 deg 1,31 deg deg/s deg deg/s 45 deg 3,4 deg deg/s deg deg/s
0,01523 1,17 0,01387 0,07077 2,54 0,06587
45 deg 1,28 deg deg/s deg deg/s 90 deg 2,72 deg deg/s deg deg/s
0,03067 1,02 0,02856 180 0,1361 4,48 0,1394
90 deg 1,09 deg deg/s deg deg/s Pitching deg 4,67 deg deg/s deg deg/s
0,0562 1,76 0,05348 0,05073 4,43 0,05234
Pitching 180 deg 1,83 deg deg/s deg deg/s 45 deg 4,32 deg deg/s deg deg/s
0,02177 1,87 0,0225 0,166 7,33 0,1589
45 deg 1,82 deg deg/s deg deg/s Rolling 90 deg 7,44 deg deg/s deg deg/s
0,07055 0,06722
Rolling 90 deg 3,06 deg deg/s 3 deg deg/s
Keterangan tabel :
Menunjukkan kapal yang nilai amplitudonya paling kecil
2. Moderate Water Menunjukkan kapal yang nilai velocitynya paling kecil
Table 7. Nilai amplitudo dan velocity KM.Rizky Mina
Abadi dan Model Scheltema pada kondisi Moderate Pada tugas akhir ini yang menjadi kriteria penulis
water dalam menentukan olah gerak kapal yang paling baik,
KM. Rizky Mina Abadi Model Scheltema bukan hanya dari nilai amplitudo yang paling kecil
Wave
Item Heading Amplitudo Velocity Motion Velocity tapi juga terjadi atau tidaknya deck wetness pada
0,194 0,398 0,191 kondisi perairan Slight Water, Moderate Water, dan
0 deg 0,403 m m/s m m/s Rough Water dari tiap wave heading yang ditinjau.
0,243 0,422 Terjadi atau tidaknya deck wetness dapat diketahui
45 deg 0,426 m m/s m 0,24 m/s dari animasi pada program Maxsurf Sea Keeper
0,421 0,475 0,421
90 deg 0,476 m m/s m m/s version 9.6.. Hasil pengamatan animasi adalah
0,729 0,552 sebagai berikut:
Heaving 180 deg 0,546 m m/s m 0,73 m/s
0,01888 2,07 0,01762 Table 9. Kriteria olah gerak KM.Rizky Mina Abadi
0 deg 2,26 deg deg/s deg deg/s
0,02568 2,04 0,02346 dan Model Scheltema
45 deg 2,23 deg deg/s deg deg/s
0,04897 1,69 0,04559 Criteria
90 deg 1,81 deg deg/s deg deg/s Wave KM. Rizky
0,09292 3,02 0,0886 Item Heading Mina Abadi Model Scheltema
Pitching 180 deg 3,12 deg deg/s deg deg/s Tidak terjadi Tidak terjadi deck
0,03519 3,04 0,03635 0 deg deck wetness wetness
45 deg 2,97 deg deg/s deg deg/s Tidak terjadi Tidak terjadi deck
0,1144 4,98 0,1094 45 deg deck wetness wetness
Rolling 90 deg 5,06 deg deg/s deg deg/s Tidak terjadi Tidak terjadi deck
90 deg deck wetness wetness
Slight 180 Tidak terjadi Tidak terjadi deck
Water deg deck wetness wetness
Moderate Tidak terjadi Tidak terjadi deck
Water 0 deg deck wetness wetness

KAPAL 69
Tidak terjadi Tidak terjadi deck
45 deg deck wetness wetness
Mulyanto, RB, 1990,Pengertian Dasar Besaran-
Terjadi deck Tidak terjadi deck
90 deg wetness wetness Besaran Kapal, Yearbook PI BPPT,
180 Tidak terjadi Tidak terjadi deck Indonesia
deg deck wetness wetness Nomura, M., and T. Yamazaki. 1977. Fishing
Tidak terjadi Tidak terjadi deck Techniques . Japan International
0 deg deck wetness wetness Cooperation Agency. Japan.
Tidak terjadi Tidak terjadi deck
45 deg deck wetness wetness
Rojas, P, 1982, Some Experimental Result on the
Terjadi deck Stability of Fishing Vessels, Proceedings
90 deg wetness Terjadi deck wetness th
8 International Conference on the Stability
Rough 180 Tidak terjadi Tidak terjadi deck of Ships and Ocean Vehicles, Spain
Water deg deck wetness wetness
Santoso, IGM, Sudjono, YJ, 1983, Teori Bangunan
Kapal, Direktorat Pendidikan Menengah
Kesimpulan
Kejuruan, Departemen Pendidikan dan
Berdasarkan hasil studi komparasi terhadap kapal
Kebudayaan, Indonesi
ikan tipe daerah Batang yaitu KM. Rizky Mina Abadi
Scheltema de heree, R.F, 1969, Bouyancy and
dan kapal yang dimodelkan dengan metode
stability of ships. Deputiy Director of Naval
Scheltema dapat disimpulkan bahwa :
Construction of The Royal Netherlands
Pada kecepatan maksimal yaitu 9 knot, besar
Navy, Netherlands.
hambatan yang diterima model Scheltema adalah
Suhariyanto, 2003, Penyiapan Bahan Standarisasi
10,64 kN sedangkan dari KM. Rizky Mina Abadi
Kapal Purse Seine Pekalongan, Gelar
adalah sebesar 15,10 kN.
Teknologi Penangkapan, Kajian Teknis
Pada kecepatan 9 knot, kapal yang dimodelkan
Kapal, dan Informasi Sumber Daya Ikan
dengan model Scheltema dapat mereduksi
BPPI, Indonesia
hambatan sebesar mereduksi hambatan sebesar
Tenggara, JL, 2007, Kajian propeller-engine
29,54 % dari hambatan yang diterima kapal tipe
matching, UNDIP, Indonesia
Batang.
Van Lammeren, W.P.A, 1948, Resistance,
Berdasarkan ketentuan yang disyaratkan oleh
Propulsin, and Steering of Ships: A manual
IMO (International Maritime Organization)
for designing hull, propeller, and rudders,
dengan Code A.749(18) Ch3- design criteria
The Technical Publishing Company H,
applicable to all ships stabilitas KM. Rizky Mina
Stam-Haarlem.
Abadi lebih baik dari model Scheltema secara
Watson, DGM, 1998, Practical Ship Design, The
keseluruhan.
Technical Publishing Company, UK
Olah gerak (seakeeping performance) model
Scheltema secara keseluruhan lebih baik dari
KM. Rizky Mina Abadi.

Daftar Pustaka

Causer, P, 2000, Seakeeping analysis for


preliminary design, Formation Design
System pty.Ltd. UK.
F.B, Robert, 1988, Motion In Waves and
Controllability,Principles of Naval
Architecture Volume III, The Society of
Naval Architects and Marine Engineers,
USA.
Fyson, J. 1985, Design of Small Fishing Vessels.
Fishing News Book Ltd. UK
Gulbrandsen, 1982, Redusing The Fuel Cost of
small Fishing Boat , International Journal,
Bay of Bengal Proggramme Development of
small-Scale Fisheris, Bangladesh.
Harvald, 1978, Resistance and Propulsion of Ships,
John Wiley and Sons, USA.

KAPAL 70

You might also like