Bab 6 Perancangan Sampel (Sampling Design)
Masalah yang dianggap penting dalam suatu penelitian adalah penentuan berape
banyak sampel (contoh) yang akan diambil serta bagaimana cara-caranya dalam pengambilan
contoh tersebut. Dalam suatu penelitian persoalan tersebut dianggap sangat penting. tidak
hanya karena terkait dengan kredibilitas dan mutu penelitian itu sendiri tetapi juga terkait
dengan berapa banyak biaya penelitian yang harus dibayar. Oleh karenanya kepandaian
seorang peneliti dalam menggabungkan berbagai kepentingan yang berbeda tersebut
(penentuan siasatnya) mempunyai peranan yang sangat menentukan. Kepentingan yang
berbeda (bahkan bertolak belakang) tersebut terlihat dari sisi mutu hasil penelitian. Mutu
penelitian yang baik, menghendaki sampel yang cukup banyak, tetapi dari segi pendanaan-
nya dikehendaki biaya yang sekecil-kecilnya. Tentu penggabungan kepentingan ini
tidaklah mudah, diperlukan kearifan dalam menyusun siasat penelitian.
A. MENGAPA DALAM PENELITIAN DIGUNAKAN SAMPEL (CONTOH)?
Rumusan pertanyaan ini muncul mengingat pembaca hasil penelitian selalu akan
mempertanyakan apakah dengan digunakannya sampel dapat dikatakan telah dapat mewakil:
seluruh populasi. Padahal sampel hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan populasi
Orang-orang yang tidak memahami cara kerja metodologi penelitian dan statistika,
cenderung tidak akan percaya. Sebagai akibatnya, banyak pengambil keputusan ingin
memuaskan ketidak percayaannya tersebut dengan mengambil data dari seluruh populasi.
Kalaupun selurh populasi ditetapkan sebagai responden, maka teknik yang digunakan
adalah sensus. Tenitu saja dengan ieknik sensus tersebut akan membutuhkan biaya yang
sangat mahal, tenaga pencacah yang sangat banyak, serta waktu penyelenggaraan sensus
yang cukup lama. Tente saja sifat sensus yang serba luarbiasa besamnya tidak akan Iuwes
dan praktis untuk pengambilan keputusan yang bersifat terbatas. Perhatikan kasus pooling
pencalonan Presiden di Amerika Serikat, yang menunjukkan hasil pooling pendapat umum
(yang rata-rata setiap pengambilan sampel hanya terdiri dari 1000 orang responden)
ternyata menunjukkan hasil yang sama dengan saat diadakan pemilihan umum (sensus).
Kenyataan ini menunjukkan bahwa validitas sampel (asal tepat prosedurnya), dapat
dipercaya dan sama saja dengan hasil dari pendapat masyarakat pada umumnya.
Uraian di atas memperkuat argumen diperlukannya sampel dalam penelitian mengingat
seorang peneliti tidak mungkin menanyai seluruh populasi sebagai responden. Apalagidengan melihat kendala biaya dan waktu penelitian yang tersedia mendorong para peneliti
menggunakan pendekatan sampel. Persoalannya adalah bagaimana merumuskan
kebijaksanaan sampei yang memenuhi persyaratan agar sampel benar-benar mewakili
kesuluruhan anggota populasi.
Sampel yang baik harus mengandung dua kriteria yaitu cermat (accuracy) dan tepat
(precision). Kedua kriteria ini sangat penting sebagai pertimbangan pengambilan sampel
agar dapai miewakili kesefuruhan populasi yang ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan
sampel dimaksudkan bahwa sampel yang diambil tersebut tidak akan bias. Maksudnya,
sampei ietscbul ridak akan tnemberikan reaksi yang ierlalu berlebih ataupun kurang, jadi
-ampel bisa mes akili popelasi secara wajar. Reaksi bericb‘han dapat timbt! karena responden
mempunyai kepentingan, sehingga memberikan tanggapan yang berlebihan. Sebaliknya
informasi vang disampaikan responden menjadi sangat kurang karena responden takut atau
sama sekali tidak berminat. Kriteria ketepatan mengandung arti sampel yang diambil dapat
mewakili dengan wajar keseluruhan populasi tersebut. Dengan tuntutan agar sampel dapat
mmewakili se‘uruh populasi maka responden yang di ambil tentu tidak akan sembarangan,
mengingat jawaban (informasi) yang dikemukakan responden harus dianggap mencermin-
kan jawaban seluruh populasi. Tentu saja aspek ketepatan ini mengandung pengukuran
standard yang dapat ditoleransi terhadap kemungkinan kesalahan pengambilan sampel.
Ada beberapa teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan sesuai dengan strategi
penelitian yang akan difakukan. Peneliti dapat memilih satu diantaranya sesuai dengan
Kebutuhannya masing-masing, tentu saja dengan mempertimbangkan tujuan yang akan
dicapai serta tersedianya dana penelitian. William Emory menyusun Klasifikasi jenis-jenis
sampel dalam tabel 6.1 berikut ini,
Tabel 6.1
Klasifikasi Jenis-jenis Sampel
z T
Element Selection Representation Basis
Non Probability
Unrestricted (tidak dibatasi) Simple random Convenience
Restricted (dibatasi) Complex Random Purposive
~ Systematic - Expert choice
- Cluster - Quota
- Stratified
- Double
Sumber: Emory, hal. 149.Yas SAH TOS sn EEC AER He
Emory menyusun klasifikasi sampel berdasarkan dua pertimbangan, yaitu: (a) element
selection (elemen penyeleksi) dan (b) representation basis (basis keterwakilan). Berdasar
elemen seleksi, responden dipilih dengan mempertimbangkan apakah seluruh populasi
mempunyai peran yang sama. Dengan demikian setiap anggota populasi tidak akan ditolak
untuk menjadi responden. Basis keterwakilan menunjukkan bahwa setiap sampel harus
dipertimbangkan apakah responden dapat mewakili populasi mengingat adanya faktor-
faktor yang dapat menjadi penghambat peran masing-masing anggota populasi. Dengan
mempertimbangkan perannya masing-masing, setiap anggota populasi dapat menjadi san
pel dengan suatu proses seleksi.
Ditinjau dari basis keterwakilannya, setiap anggota populasi dapat mempunyai ke-
sempatan yang sama menjadi responden. Meskipun melalui proses seleksi kemung-
kinannya sama. Namun demikian peneliti dapat pula memilih responden dengan tidak
perlu mempertimbangkan probablitasnya tersebut oleh karena itu disebut non probability
Arti Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Teknik ini
berdasarkan konsep seleksi secara acak (random selection), yang pada dasamya setiap
elemen populasi dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Hal ini
akan berbeda dengan Nonprobability yang tidak akan memberi kesempatan yang sama pada
setiap populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian dalam nonprobability sampling,
menggunakan cara yang berbeda.
Penentuan design sampel dalam suatu penelitian bisnis memerlukan banyak pertimbangan.
Seorang peneliti perlu mempertimbangkan enasn langkah berikut ini:
Apakah sampel relevan dengan populasinya?
Tipe sampel apakah yang akan di diambil?
Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel?
Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang berkepentingan?
Berapa banyak sampel yang akan diambil?
Berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan?
poe eogp
Ke enam langkah di atas menunjukkan bahwa sampel yang diambil harus dapat
memenuhi tujuan penelitian yang akan dicapai. Ini berarti sampel harus benar-benar
memenuhi ukuran kelayakan yang berarti sampel harus cukup kompeten. Arti kata cukup,
berarti jumlahnya memadai untuk dianalisis, sedangkan arti kata kompeten berarti dari segi
kualitas dapat diyakini kredibilitasnya. Dengan dua pertimbangan tersebut diharapkan suatu
sampel benar-benar dapat mewakili responden dan kualitas jawabannya memadai.
a. Apakah sampel relevan dengan populasinya?
Penelitian bisnis sebagaimana dengan penelitian sosial lainnya memfokuskan
perhatiannya pada aspek matusianya dengan segala macam bentuk kebutuhannya. Dalam
penelitian semacm ini seorang peneliti dihadapkan pada sekelompok manusia dengan
perannya masing-masing. Sebagai contoh penelitian dengan situasi dan lokasi pada sebuah
kampus, seorang peneliti dihadapkan pada bermacam-macam peran angggota populasi.
68ER LAR A TE NL a TT
Mereka ada yang berperan menjadi dosen, karyawan, mahasiswa, pedagang lesehan dan
lain-lain. Tentu tidak semuanya akan relevan menjadi populasi, tergantung pada sifat
penelitiannya tersebut. Jika fokus penelitiannya tentang mahasiswa, maka kelompok fungsional
lainnya tidak akan relevan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian relevansi sampel
dalam suatu penelitian sangat tergantung pada objek penelitiaanya itu sendiri.
b. Tipe sampel apakah yang akan di diambil?
Pertanyaan ini berkaitan dengan metode apa yang harus digunakan dalam menentukan
sampel. Setiap peneliti akan menemukan permasalahan jenis sampel macam apa yang sesuai
dengan kebutuhan penelitiannya. Ini berarti tujuan penelitian akan menentukan tipe sampel
yang akan digunakannya.
¢. Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel?
Konsep kerangka pengambilan sampel benar-benar harus dipertimbangkan dalam
penelitian, mengingat anggota populasi sangat bervariasi. Peneliti tidak bisa hanya
menggunakan daftar populasi begitu saja sebagai dasar perumusan pengambilan sampel.
Oleh Karena itu daftar yang telah ada harus di redefinisi untuk menentukan siapa sajakah
yang sebenamya masuk dalam populasi penelitian. Stratifikasi yang ada dalam setiap
masyarakat menjadikan keharusan penggunaan kerangka pengambilan sampel dengan
maksud agar sampel dapat benar-benar mewakili populasi yang ada.
@, Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang berkepentingan?
Dalam menentukan bentuk sampel, peneliti harus memperhatikan kepentingan khusus
yang menjadi parameter populasi. Sebagai contoh, dalam suatu proyek penelitian kemungki-
nan pembangunan fasilitas padang golf di kampus sebuah perguruan tinggi. Dalam penelitian
semacam ini ada beberapa parameter yang menjadi pertimbangan si peneliti. Hal ini
mengingat perhatian dan kepentingan akan permainan golf sangat spesifik. Oleh karena itu
harus dipertimbangkan (a) berapa proporsi populasi yang senang dengan olah raga ini, (b)
berapa penghasilan rata-rata per bulaan, (c) berapa waktu luang/libur dalam sétiap minggu,
dan lain-lainya. Kepentingan yang sangat spesifik ini, tentunya akan membatasi pemilihan
metode pengambilan sampel. Dalam contoh semacam ini, kiranya tidak tepat apabila peneliti
mengambil sampel dari kalangan pegawai golongan satu atau dua, mengingat kemampuan
membiaya olahraga semacam ini tidak ada. Jadi, peneliti harus mengarahkan pengambilan
sampel pada populasi pegawai golongan tiga dan empat atau dari kalangan mahasiswa.
e. Berapa banyak sampel yang akan diambil?
Seberapakah jumlah sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian merupakan
persoalan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Disatu sisi jumlah yang dianggap
kurang akan menimbulkan kontroversi apakah sampel dapat mewakili, sebaliknya jumlah
sampel yang terlalu banyak juga akan menimbulkan masalah tingginya biaya penelitian.
Berapakah ukuran yang pantas besamya sampel penelitian, teryata tidak ada kesepakatan
mengenai jumlah absolut ataupun dalam prosentase.‘artnet nouns
f. Berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan?
Besamya biaya penelitian dapat menjadi kendala suatu proyek penelitian, Oleh karena
itu dalam merencanakan sampel, peneliti juga harus memperhatikan aspek anggaran yang
disedikan dalam proyek penelitian yang sedang dikerjakannya. Pemilik proyek penelitian
tentu tidak akan bersedia untuk mengeluarkan dana bagi suatu penelitian yang membutuhkan
dana sangat besar, namun hasil penelitiannya nanti tidak sebanding dengan biaya yang telah
dikeluarkannya.
Dengan memperhatikan uraian di atas, seorang peneliti tidak akan dapat mengelak
keharusan menggunakan teknik sampling dalam penelitiannya.
B. PROBABILITY SAMPLING
Sebagaimana tertera dalam tabel 5.1, probability sampling apabila jumlah pengambilan
sampelnya tidak dibatasi akan berbentuk simple random sampling methode, sedangkan
kalau dibatasi akan membentuk complex random sampling method. Uraian berikut ini akan
membahas bagaimana bentuk-bentuk probability sampling metohds.
Simple random Sampling adalah pengambilan sampel yang memberikan kesempatan
yang sama untuk semua anggota populasi. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan
cara yang sangat sederhana sepanjang setiap elemen dalam populasi diberi kesempatan yang
sama untuk menjadi sampel, maka teknik ini dianggap memenuhi syarat. Ambil contoh,
seandainya anda ingin mengambil 20 orang mahasiswa dari populasi sebanyak 100 orang
dalam suatu penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap wanita karier. Apabila sampel
akan diambil secara acak sederhana, terlebih dahulu daftarlah keseratus mahasiswa tersebut.
Lakukanlah lotere (dengan cara yang anda sukai) terhadap keseratus orang mahasiswa
tersebut guna diambil sebanyak 20 orang mahasiswa. Dengan cara lotere apapun sepanjang
setiap populasi diberikan kesempatan yang santa, sampel yang terpilih menjadi sah dan
dianggap mewakili keseluruhan populasi.
Kebaikan teknik pengambilan sampel ini adalah prosedurnya sangat mudah dilaksana-
kan dan tidak memerlukan proses pengolahan data yang rumit. Kelemahannya adalah,
memungkinkan munculnya sampling eror yang sangat tinggi. Ini berarti sangat dimungkin-
kan adanya sampel yang sebenamya tidak dapat mewakili responden karena dia tidak
sepenuhnya memahami persoalan yang dihadapinya. Pengambilan sampel semacam ini
mengandung kemungkinan bias, sehingga hasil penelitian dapat diragukan olch pihak lain,
Systematic Sampling adalah pendekatan pengambilan sampel yang dilakukan dengan
menentukan sejumlah elemen dalam populasi yang diambil. Sebagai contoh, pengambilan
sampel diawali dengan acak untuk sampel ke satu dan untuk sampel berikutnya dengan pola
(sistematika) tertentu. Pola pengambilan sampel ini sangat simple dan bersifat fleksibel,
sehingga sangat mudah dilaksanakan. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:
1. buatiah kartu bemomor untuk semua anggota populasi (dapat pula dengan daftar nama-
nama semua anggota populasi),
70| ranetapotcte santa RNSOS EN i ec ROR RRA
2. tentukan ratio sampel yang akan digunakan, dan
3. tentukan secara random nomor pertama sampel yang akan dipilih.
Sebagai contoh, Seorang Dosen akan mengambil sampel diantara 1.500 orang mahasiswa
untuk dimintai pendapatnya mengenai pentingnya mengajar dengan overhead projector
(OHP). Sampel yang akan diambil sebanyak 5 % dari populasi atau dengan ratio 1:20.
Dengan demikian jumlah sampel yang akan diambil adalah 75 orang mahasiswa. Cara
pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan nomor pertama secara acak. Seandainya
nomor 13 ditentukan sebagai sampel pertama, maka sampel berikutnyadiambilnya berurutan
setiap 20 nomor berikutnya.
Kelemahan pendekatan di atas, kemungkinan sampel bias sangat besar. Sangat di-
mungkinkan populasi nomor 1 s/d 12, atau momor 14 s/d 32 sebetulnya tidak terwakili oleh
sampel yang diambil. Maksudnya sampel tersebut mungkin tidak menguasai materi (ma-
salah) yang ditanyakan. Seandainya mahasiswa yang terpilih menjadi sampel kebetulan tidak
pernah mengikuti kuliah, tentu saja dia jarang mengalami bagaimana bedanya kuliah dengan
OHP ataupun tanpa OHP. Tentu sampel tersebut tidak akan mampu menjawab materi yang
akan ditanyakan. Meskipun kelemahan ini dapat saja diatasi dengan mengganti dengan
sampel yang lain, namun toh si peneliti juga tidak akan mampu mendeteksi kemungkinan
timbulnya masalah yang sama. Jika demikian peneliti dapat merubah pengambilan sampel
yang pertama kalinya. Dengan cara mengubah pengambilan sampel yang pertama, maka
peneliti sebenamya dapat memberi arah pengambilan sampel tersebut. Inilah kiranya, risiko
pengambilan sampel dengan pendekatan ini. Penentuan untuk pertama kalinya suam sampel
akan sangat menentukan apakah data yang terkumpul tersebut representatip.
Stratified Random Sampling adalah pendekatan pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak dengan memperhatikan strata dari populasi, Pendekatan ini dilakukan mengingat
dalam setiap populasi tertentu pasti akan ditemukan suatu strata populasi yang bersifat
mutually exclusive. Sebagai contoh dalam suatu Perguruan Tinggi, para mahasiswa dapat
dikelompokkan dalam strata tertenu, misainya pengelompokan berdasarkan jumlah SKS
yang diambil, jenis kelamin, jurusan, program studi, dan lain-lain. Pengambilan sampel yang
ditakukan secara random memperhatikan stratifikasi populasi tersebut. Alasan penggunaan
pendekatan ini adalah:
a. secara statistik akan menaikkan efisiensi setiap sampel,
b. memberikan data yang cukup untuk melakukan analisis berbagai jenis pengelompokan
pupulasi, dan
c. memungkinkan diterapkannya metoda dan prosedur penelitian yang berbeda untuk
setiap strata yang diambil.
Kebaikan penggunaan pendekatan ini adalah setiap stratum diharapkan secara internal
bersifat homogen sedangkan dengan strata yang lain bersifat heterogen. Dengan kebaikan
pendekatan ini, diharapkan pengambilan sampel akan menjadi iebih efisien. Langkah-
langkah pengambilan sampel adalah sbb:
nTart RN ONEROUS EO. RNR I OMNI
P
tentukan basis stratifikasi populasi yang akan digunakan,
b. tentukan berapa banyak strata yang akan diambil (meskipun tidak dapat ditentukan
berapa jumlah yang pasti), dan
2. tentukan berapa banyak jumlah sampel untuk setiap strata (apakah dengan proportionate
sampling atau disproportionate sampling).
Proportionate sampling, pengambilan jumlah sampel dilakukan secara proportional,
dengan maksud agar pengambilan sampel dilakukan dengan suatu penalaran yang logis yang
diharapkan dalam setiap stratum akan diwakili oleh suatu sampel. Dengan adanya responden
yang mewakili setiap stratum dalam jumlah yang proporsional. diharapkan objektifitas hasil
penelitian akan dapat dijaga. Disproprtionate sampling (jumlah sampel tidak proporsional),
maksudnya setiap stratum tidak harus/perlu diwakili oleh responden dalam jumlah yang
proporsional. Sampel non proporsional dimungkinkan juga dengan penalaran, belum tentu
anggota populasi pada setiap stratum dapat mewakili kepentingan/tujuan penelitian secara
keseluruhan. Hal ini mengingat informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian tidak
selalu dapat ditemukan dalam keseluruhan stratum masyarakat.
Contoh yang dibahas berikut ini, untuk menggambarkan teknik pengambilan sampel
serta problem alokasi sampel. Sebuah perguruan tinggi swasta mempunyai 9.000 orang
mahasiswa. Peneliti ingin mengetahui seberapakah minat mahasiswa dalam mendaki gunung.
Hasil penelitian dimaksudkan untuk menyusun perencanaan pembinaan klub pendaki
gunung di perguruan tinggi tersebut. Pengambilan sampel berikut menunjukkan problem
alokasi sampel bila menggunakan jumlah sampel prostional maupun nonproporsional.
Peneliti akan mengambil sebanyak 226 sampel dari sejumlah mahasiswa yang berminat
dalam pendakian gunung. Data awal para mahasiswa perguruan tinggi XYZ tersebut disusun
dengan strata berikut.
[Strata Poputasi Populasi (N) | Mean (X) | Stan. Dev.
Mhs. tahun pertama 2,000 4 16
Mhs, tahun kedua 2,000 5 2,0
Mhs. tahun ketiga 1.800 9 44 |
Mhs. tahun keempat 1.700 0 48
Mhs, skripsi/pendadaran 2.500 12 | 6,0
Berdasarkan pengelompokan (strata) tersebut peneliti harus menyusun siasat bagaimana
mengambil saampel di antara 9.000 mahasiswa tersebut. Dengan memperhatikan stratum
yang ada, peneliti menghadapi masalah bagaimana membuat alokasi sampel dilakukan bagi
masing-masing strata. Ada beberapa cara alokasi yang dapat dilakukan, antara lain sbb:
1. Alokasi sampel secara proportional di antara kelima strata dengan formula sbb:
jumlah sampel dalam stratum 1
jumlah populasi dalam stratum 1Cs ENING 8 patent hate Babi te ces
Alokasi sampel secara disproporional di antara kelima strata dengan formula sbb:
Apabila pengambilan sampel secara disproporsional dengan memperhatikan optimalisasi
kos, besaran sampel untuk setiap stratum harus dirata-rata dengan variasi dalam stratum
itu sendiri. Formulanya adalah sbb:
C, = kos yang dikeluarkan untuk pemgumpulan data pada stratum 1
Perhitungan dengan menggunakan ketiga formula tersebut terlihat dalam tabel 5.2
berikut ini. Dengan pendekatan yang berbeda dapat diketahui jumlah sampel pada setiap
stcata juga akan berbeds pula. Dalam tabel tersebut alokasi sampel terlihat dalam 7
(stratified proportionae sampling), 8 (stratfied disproportionate sampling), dan 9
‘stratified cast optimal sampling)
Tabet 6.2
Atokasi Sampcl Bzrdusarkan Stratum umuk Maiasiswa Pendaki Gungung
le ae ae
» | Ws, | VE, | Wys,f | Propo-| Dis-
IVC, propor | Optml
mhs. th. ke 1 | 0,20 1.6 | 0,32 | 2.0 0,16 45 197) 22
mhs. th.ke 2 | 0,20 ; 2,0 0,4 2,0 0,20 45
mhs. th. ke 3 | 0,18 | 4.4 0,792 | 2,449 | 0.3234 41 47 45
mbs. th.ke 4 | 0,17 | 4,8 0,826 | 2,449 | 0,3332
mhs skripsi_ | 0,25 6.0 Ls 2,449 | 0,6125
total [,00 3,828 1,6291
w
8
s
&
&
R
8
&
226 226
wa
Qi
2
S
2
&
W,, population relative
‘sampel allocation: proportionate, disproportionate, cost optimal,
1
Perhitungan sampet dengan proportionate adalah sbb:
n, = W, N=0,20 (226) = 45
Perhitungan sampel dengan disproportionate adalah sbb:
0,320
=226 —-— =19
3,828
Perhitungan sampel dengan memperhatikan cost optimal adalah sbb:
waIVC, 0,320
n= N ————— =22% -—— =19
Lw,a,1VC,) 3,828Bagaimana cara penghitungan jumlah sampelnya ? Perhitungan berikut ini (tabel 5.3)
menunjukkan berapa sampel yang harus diambil dari contoh di atas.
Tabel 6.3
Perhitungan Sampel dengan Strata Para Pendaki Gunung
a - 1
| we) os | wse | x, | axe | waxy |
| +}
jb he 020, 256) 0512 | 4 | 169744! 330888 |
| mbs.th.ke2 | 020 | 400 | 0800 | 5 | 9.7348 | 1.94688 |
mhs.thke3 | 018 | 1936} 2485 | 9 , 0,744 j 013999
mhs.th.ke4 | 0,17 | 2304) 3917 | 10 | 3.5344 | 0.60085 |
mbhs. skripsi_ | 0,25 | 36,00 | 9,000 12 | 15,0544 ! 3.76360 |
total 1.00 | 17,714 | | 9.84560 |
| L
X= (W,X,) = 0B + 1,0 + 1,62 + 1,743.0 = 8,12
Perhitungan sampel secara disproporsionate adalah sbb:
Perhitungan sampel dengan proportionate adalah sebagai berikut:
1,96 2,=0,5
xrweay