Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 11
Bab 6 Perancangan Sampel (Sampling Design) Masalah yang dianggap penting dalam suatu penelitian adalah penentuan berape banyak sampel (contoh) yang akan diambil serta bagaimana cara-caranya dalam pengambilan contoh tersebut. Dalam suatu penelitian persoalan tersebut dianggap sangat penting. tidak hanya karena terkait dengan kredibilitas dan mutu penelitian itu sendiri tetapi juga terkait dengan berapa banyak biaya penelitian yang harus dibayar. Oleh karenanya kepandaian seorang peneliti dalam menggabungkan berbagai kepentingan yang berbeda tersebut (penentuan siasatnya) mempunyai peranan yang sangat menentukan. Kepentingan yang berbeda (bahkan bertolak belakang) tersebut terlihat dari sisi mutu hasil penelitian. Mutu penelitian yang baik, menghendaki sampel yang cukup banyak, tetapi dari segi pendanaan- nya dikehendaki biaya yang sekecil-kecilnya. Tentu penggabungan kepentingan ini tidaklah mudah, diperlukan kearifan dalam menyusun siasat penelitian. A. MENGAPA DALAM PENELITIAN DIGUNAKAN SAMPEL (CONTOH)? Rumusan pertanyaan ini muncul mengingat pembaca hasil penelitian selalu akan mempertanyakan apakah dengan digunakannya sampel dapat dikatakan telah dapat mewakil: seluruh populasi. Padahal sampel hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan populasi Orang-orang yang tidak memahami cara kerja metodologi penelitian dan statistika, cenderung tidak akan percaya. Sebagai akibatnya, banyak pengambil keputusan ingin memuaskan ketidak percayaannya tersebut dengan mengambil data dari seluruh populasi. Kalaupun selurh populasi ditetapkan sebagai responden, maka teknik yang digunakan adalah sensus. Tenitu saja dengan ieknik sensus tersebut akan membutuhkan biaya yang sangat mahal, tenaga pencacah yang sangat banyak, serta waktu penyelenggaraan sensus yang cukup lama. Tente saja sifat sensus yang serba luarbiasa besamnya tidak akan Iuwes dan praktis untuk pengambilan keputusan yang bersifat terbatas. Perhatikan kasus pooling pencalonan Presiden di Amerika Serikat, yang menunjukkan hasil pooling pendapat umum (yang rata-rata setiap pengambilan sampel hanya terdiri dari 1000 orang responden) ternyata menunjukkan hasil yang sama dengan saat diadakan pemilihan umum (sensus). Kenyataan ini menunjukkan bahwa validitas sampel (asal tepat prosedurnya), dapat dipercaya dan sama saja dengan hasil dari pendapat masyarakat pada umumnya. Uraian di atas memperkuat argumen diperlukannya sampel dalam penelitian mengingat seorang peneliti tidak mungkin menanyai seluruh populasi sebagai responden. Apalagi dengan melihat kendala biaya dan waktu penelitian yang tersedia mendorong para peneliti menggunakan pendekatan sampel. Persoalannya adalah bagaimana merumuskan kebijaksanaan sampei yang memenuhi persyaratan agar sampel benar-benar mewakili kesuluruhan anggota populasi. Sampel yang baik harus mengandung dua kriteria yaitu cermat (accuracy) dan tepat (precision). Kedua kriteria ini sangat penting sebagai pertimbangan pengambilan sampel agar dapai miewakili kesefuruhan populasi yang ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan sampel dimaksudkan bahwa sampel yang diambil tersebut tidak akan bias. Maksudnya, sampei ietscbul ridak akan tnemberikan reaksi yang ierlalu berlebih ataupun kurang, jadi -ampel bisa mes akili popelasi secara wajar. Reaksi bericb‘han dapat timbt! karena responden mempunyai kepentingan, sehingga memberikan tanggapan yang berlebihan. Sebaliknya informasi vang disampaikan responden menjadi sangat kurang karena responden takut atau sama sekali tidak berminat. Kriteria ketepatan mengandung arti sampel yang diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi tersebut. Dengan tuntutan agar sampel dapat mmewakili se‘uruh populasi maka responden yang di ambil tentu tidak akan sembarangan, mengingat jawaban (informasi) yang dikemukakan responden harus dianggap mencermin- kan jawaban seluruh populasi. Tentu saja aspek ketepatan ini mengandung pengukuran standard yang dapat ditoleransi terhadap kemungkinan kesalahan pengambilan sampel. Ada beberapa teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan sesuai dengan strategi penelitian yang akan difakukan. Peneliti dapat memilih satu diantaranya sesuai dengan Kebutuhannya masing-masing, tentu saja dengan mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai serta tersedianya dana penelitian. William Emory menyusun Klasifikasi jenis-jenis sampel dalam tabel 6.1 berikut ini, Tabel 6.1 Klasifikasi Jenis-jenis Sampel z T Element Selection Representation Basis Non Probability Unrestricted (tidak dibatasi) Simple random Convenience Restricted (dibatasi) Complex Random Purposive ~ Systematic - Expert choice - Cluster - Quota - Stratified - Double Sumber: Emory, hal. 149. Yas SAH TOS sn EEC AER He Emory menyusun klasifikasi sampel berdasarkan dua pertimbangan, yaitu: (a) element selection (elemen penyeleksi) dan (b) representation basis (basis keterwakilan). Berdasar elemen seleksi, responden dipilih dengan mempertimbangkan apakah seluruh populasi mempunyai peran yang sama. Dengan demikian setiap anggota populasi tidak akan ditolak untuk menjadi responden. Basis keterwakilan menunjukkan bahwa setiap sampel harus dipertimbangkan apakah responden dapat mewakili populasi mengingat adanya faktor- faktor yang dapat menjadi penghambat peran masing-masing anggota populasi. Dengan mempertimbangkan perannya masing-masing, setiap anggota populasi dapat menjadi san pel dengan suatu proses seleksi. Ditinjau dari basis keterwakilannya, setiap anggota populasi dapat mempunyai ke- sempatan yang sama menjadi responden. Meskipun melalui proses seleksi kemung- kinannya sama. Namun demikian peneliti dapat pula memilih responden dengan tidak perlu mempertimbangkan probablitasnya tersebut oleh karena itu disebut non probability Arti Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Teknik ini berdasarkan konsep seleksi secara acak (random selection), yang pada dasamya setiap elemen populasi dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Hal ini akan berbeda dengan Nonprobability yang tidak akan memberi kesempatan yang sama pada setiap populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian dalam nonprobability sampling, menggunakan cara yang berbeda. Penentuan design sampel dalam suatu penelitian bisnis memerlukan banyak pertimbangan. Seorang peneliti perlu mempertimbangkan enasn langkah berikut ini: Apakah sampel relevan dengan populasinya? Tipe sampel apakah yang akan di diambil? Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel? Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang berkepentingan? Berapa banyak sampel yang akan diambil? Berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan? poe eogp Ke enam langkah di atas menunjukkan bahwa sampel yang diambil harus dapat memenuhi tujuan penelitian yang akan dicapai. Ini berarti sampel harus benar-benar memenuhi ukuran kelayakan yang berarti sampel harus cukup kompeten. Arti kata cukup, berarti jumlahnya memadai untuk dianalisis, sedangkan arti kata kompeten berarti dari segi kualitas dapat diyakini kredibilitasnya. Dengan dua pertimbangan tersebut diharapkan suatu sampel benar-benar dapat mewakili responden dan kualitas jawabannya memadai. a. Apakah sampel relevan dengan populasinya? Penelitian bisnis sebagaimana dengan penelitian sosial lainnya memfokuskan perhatiannya pada aspek matusianya dengan segala macam bentuk kebutuhannya. Dalam penelitian semacm ini seorang peneliti dihadapkan pada sekelompok manusia dengan perannya masing-masing. Sebagai contoh penelitian dengan situasi dan lokasi pada sebuah kampus, seorang peneliti dihadapkan pada bermacam-macam peran angggota populasi. 68 ER LAR A TE NL a TT Mereka ada yang berperan menjadi dosen, karyawan, mahasiswa, pedagang lesehan dan lain-lain. Tentu tidak semuanya akan relevan menjadi populasi, tergantung pada sifat penelitiannya tersebut. Jika fokus penelitiannya tentang mahasiswa, maka kelompok fungsional lainnya tidak akan relevan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian relevansi sampel dalam suatu penelitian sangat tergantung pada objek penelitiaanya itu sendiri. b. Tipe sampel apakah yang akan di diambil? Pertanyaan ini berkaitan dengan metode apa yang harus digunakan dalam menentukan sampel. Setiap peneliti akan menemukan permasalahan jenis sampel macam apa yang sesuai dengan kebutuhan penelitiannya. Ini berarti tujuan penelitian akan menentukan tipe sampel yang akan digunakannya. ¢. Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel? Konsep kerangka pengambilan sampel benar-benar harus dipertimbangkan dalam penelitian, mengingat anggota populasi sangat bervariasi. Peneliti tidak bisa hanya menggunakan daftar populasi begitu saja sebagai dasar perumusan pengambilan sampel. Oleh Karena itu daftar yang telah ada harus di redefinisi untuk menentukan siapa sajakah yang sebenamya masuk dalam populasi penelitian. Stratifikasi yang ada dalam setiap masyarakat menjadikan keharusan penggunaan kerangka pengambilan sampel dengan maksud agar sampel dapat benar-benar mewakili populasi yang ada. @, Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang berkepentingan? Dalam menentukan bentuk sampel, peneliti harus memperhatikan kepentingan khusus yang menjadi parameter populasi. Sebagai contoh, dalam suatu proyek penelitian kemungki- nan pembangunan fasilitas padang golf di kampus sebuah perguruan tinggi. Dalam penelitian semacam ini ada beberapa parameter yang menjadi pertimbangan si peneliti. Hal ini mengingat perhatian dan kepentingan akan permainan golf sangat spesifik. Oleh karena itu harus dipertimbangkan (a) berapa proporsi populasi yang senang dengan olah raga ini, (b) berapa penghasilan rata-rata per bulaan, (c) berapa waktu luang/libur dalam sétiap minggu, dan lain-lainya. Kepentingan yang sangat spesifik ini, tentunya akan membatasi pemilihan metode pengambilan sampel. Dalam contoh semacam ini, kiranya tidak tepat apabila peneliti mengambil sampel dari kalangan pegawai golongan satu atau dua, mengingat kemampuan membiaya olahraga semacam ini tidak ada. Jadi, peneliti harus mengarahkan pengambilan sampel pada populasi pegawai golongan tiga dan empat atau dari kalangan mahasiswa. e. Berapa banyak sampel yang akan diambil? Seberapakah jumlah sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian merupakan persoalan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Disatu sisi jumlah yang dianggap kurang akan menimbulkan kontroversi apakah sampel dapat mewakili, sebaliknya jumlah sampel yang terlalu banyak juga akan menimbulkan masalah tingginya biaya penelitian. Berapakah ukuran yang pantas besamya sampel penelitian, teryata tidak ada kesepakatan mengenai jumlah absolut ataupun dalam prosentase. ‘artnet nouns f. Berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan? Besamya biaya penelitian dapat menjadi kendala suatu proyek penelitian, Oleh karena itu dalam merencanakan sampel, peneliti juga harus memperhatikan aspek anggaran yang disedikan dalam proyek penelitian yang sedang dikerjakannya. Pemilik proyek penelitian tentu tidak akan bersedia untuk mengeluarkan dana bagi suatu penelitian yang membutuhkan dana sangat besar, namun hasil penelitiannya nanti tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkannya. Dengan memperhatikan uraian di atas, seorang peneliti tidak akan dapat mengelak keharusan menggunakan teknik sampling dalam penelitiannya. B. PROBABILITY SAMPLING Sebagaimana tertera dalam tabel 5.1, probability sampling apabila jumlah pengambilan sampelnya tidak dibatasi akan berbentuk simple random sampling methode, sedangkan kalau dibatasi akan membentuk complex random sampling method. Uraian berikut ini akan membahas bagaimana bentuk-bentuk probability sampling metohds. Simple random Sampling adalah pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk semua anggota populasi. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana sepanjang setiap elemen dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka teknik ini dianggap memenuhi syarat. Ambil contoh, seandainya anda ingin mengambil 20 orang mahasiswa dari populasi sebanyak 100 orang dalam suatu penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap wanita karier. Apabila sampel akan diambil secara acak sederhana, terlebih dahulu daftarlah keseratus mahasiswa tersebut. Lakukanlah lotere (dengan cara yang anda sukai) terhadap keseratus orang mahasiswa tersebut guna diambil sebanyak 20 orang mahasiswa. Dengan cara lotere apapun sepanjang setiap populasi diberikan kesempatan yang santa, sampel yang terpilih menjadi sah dan dianggap mewakili keseluruhan populasi. Kebaikan teknik pengambilan sampel ini adalah prosedurnya sangat mudah dilaksana- kan dan tidak memerlukan proses pengolahan data yang rumit. Kelemahannya adalah, memungkinkan munculnya sampling eror yang sangat tinggi. Ini berarti sangat dimungkin- kan adanya sampel yang sebenamya tidak dapat mewakili responden karena dia tidak sepenuhnya memahami persoalan yang dihadapinya. Pengambilan sampel semacam ini mengandung kemungkinan bias, sehingga hasil penelitian dapat diragukan olch pihak lain, Systematic Sampling adalah pendekatan pengambilan sampel yang dilakukan dengan menentukan sejumlah elemen dalam populasi yang diambil. Sebagai contoh, pengambilan sampel diawali dengan acak untuk sampel ke satu dan untuk sampel berikutnya dengan pola (sistematika) tertentu. Pola pengambilan sampel ini sangat simple dan bersifat fleksibel, sehingga sangat mudah dilaksanakan. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. buatiah kartu bemomor untuk semua anggota populasi (dapat pula dengan daftar nama- nama semua anggota populasi), 70 | ranetapotcte santa RNSOS EN i ec ROR RRA 2. tentukan ratio sampel yang akan digunakan, dan 3. tentukan secara random nomor pertama sampel yang akan dipilih. Sebagai contoh, Seorang Dosen akan mengambil sampel diantara 1.500 orang mahasiswa untuk dimintai pendapatnya mengenai pentingnya mengajar dengan overhead projector (OHP). Sampel yang akan diambil sebanyak 5 % dari populasi atau dengan ratio 1:20. Dengan demikian jumlah sampel yang akan diambil adalah 75 orang mahasiswa. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan nomor pertama secara acak. Seandainya nomor 13 ditentukan sebagai sampel pertama, maka sampel berikutnyadiambilnya berurutan setiap 20 nomor berikutnya. Kelemahan pendekatan di atas, kemungkinan sampel bias sangat besar. Sangat di- mungkinkan populasi nomor 1 s/d 12, atau momor 14 s/d 32 sebetulnya tidak terwakili oleh sampel yang diambil. Maksudnya sampel tersebut mungkin tidak menguasai materi (ma- salah) yang ditanyakan. Seandainya mahasiswa yang terpilih menjadi sampel kebetulan tidak pernah mengikuti kuliah, tentu saja dia jarang mengalami bagaimana bedanya kuliah dengan OHP ataupun tanpa OHP. Tentu sampel tersebut tidak akan mampu menjawab materi yang akan ditanyakan. Meskipun kelemahan ini dapat saja diatasi dengan mengganti dengan sampel yang lain, namun toh si peneliti juga tidak akan mampu mendeteksi kemungkinan timbulnya masalah yang sama. Jika demikian peneliti dapat merubah pengambilan sampel yang pertama kalinya. Dengan cara mengubah pengambilan sampel yang pertama, maka peneliti sebenamya dapat memberi arah pengambilan sampel tersebut. Inilah kiranya, risiko pengambilan sampel dengan pendekatan ini. Penentuan untuk pertama kalinya suam sampel akan sangat menentukan apakah data yang terkumpul tersebut representatip. Stratified Random Sampling adalah pendekatan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata dari populasi, Pendekatan ini dilakukan mengingat dalam setiap populasi tertentu pasti akan ditemukan suatu strata populasi yang bersifat mutually exclusive. Sebagai contoh dalam suatu Perguruan Tinggi, para mahasiswa dapat dikelompokkan dalam strata tertenu, misainya pengelompokan berdasarkan jumlah SKS yang diambil, jenis kelamin, jurusan, program studi, dan lain-lain. Pengambilan sampel yang ditakukan secara random memperhatikan stratifikasi populasi tersebut. Alasan penggunaan pendekatan ini adalah: a. secara statistik akan menaikkan efisiensi setiap sampel, b. memberikan data yang cukup untuk melakukan analisis berbagai jenis pengelompokan pupulasi, dan c. memungkinkan diterapkannya metoda dan prosedur penelitian yang berbeda untuk setiap strata yang diambil. Kebaikan penggunaan pendekatan ini adalah setiap stratum diharapkan secara internal bersifat homogen sedangkan dengan strata yang lain bersifat heterogen. Dengan kebaikan pendekatan ini, diharapkan pengambilan sampel akan menjadi iebih efisien. Langkah- langkah pengambilan sampel adalah sbb: n Tart RN ONEROUS EO. RNR I OMNI P tentukan basis stratifikasi populasi yang akan digunakan, b. tentukan berapa banyak strata yang akan diambil (meskipun tidak dapat ditentukan berapa jumlah yang pasti), dan 2. tentukan berapa banyak jumlah sampel untuk setiap strata (apakah dengan proportionate sampling atau disproportionate sampling). Proportionate sampling, pengambilan jumlah sampel dilakukan secara proportional, dengan maksud agar pengambilan sampel dilakukan dengan suatu penalaran yang logis yang diharapkan dalam setiap stratum akan diwakili oleh suatu sampel. Dengan adanya responden yang mewakili setiap stratum dalam jumlah yang proporsional. diharapkan objektifitas hasil penelitian akan dapat dijaga. Disproprtionate sampling (jumlah sampel tidak proporsional), maksudnya setiap stratum tidak harus/perlu diwakili oleh responden dalam jumlah yang proporsional. Sampel non proporsional dimungkinkan juga dengan penalaran, belum tentu anggota populasi pada setiap stratum dapat mewakili kepentingan/tujuan penelitian secara keseluruhan. Hal ini mengingat informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian tidak selalu dapat ditemukan dalam keseluruhan stratum masyarakat. Contoh yang dibahas berikut ini, untuk menggambarkan teknik pengambilan sampel serta problem alokasi sampel. Sebuah perguruan tinggi swasta mempunyai 9.000 orang mahasiswa. Peneliti ingin mengetahui seberapakah minat mahasiswa dalam mendaki gunung. Hasil penelitian dimaksudkan untuk menyusun perencanaan pembinaan klub pendaki gunung di perguruan tinggi tersebut. Pengambilan sampel berikut menunjukkan problem alokasi sampel bila menggunakan jumlah sampel prostional maupun nonproporsional. Peneliti akan mengambil sebanyak 226 sampel dari sejumlah mahasiswa yang berminat dalam pendakian gunung. Data awal para mahasiswa perguruan tinggi XYZ tersebut disusun dengan strata berikut. [Strata Poputasi Populasi (N) | Mean (X) | Stan. Dev. Mhs. tahun pertama 2,000 4 16 Mhs, tahun kedua 2,000 5 2,0 Mhs. tahun ketiga 1.800 9 44 | Mhs. tahun keempat 1.700 0 48 Mhs, skripsi/pendadaran 2.500 12 | 6,0 Berdasarkan pengelompokan (strata) tersebut peneliti harus menyusun siasat bagaimana mengambil saampel di antara 9.000 mahasiswa tersebut. Dengan memperhatikan stratum yang ada, peneliti menghadapi masalah bagaimana membuat alokasi sampel dilakukan bagi masing-masing strata. Ada beberapa cara alokasi yang dapat dilakukan, antara lain sbb: 1. Alokasi sampel secara proportional di antara kelima strata dengan formula sbb: jumlah sampel dalam stratum 1 jumlah populasi dalam stratum 1 Cs ENING 8 patent hate Babi te ces Alokasi sampel secara disproporional di antara kelima strata dengan formula sbb: Apabila pengambilan sampel secara disproporsional dengan memperhatikan optimalisasi kos, besaran sampel untuk setiap stratum harus dirata-rata dengan variasi dalam stratum itu sendiri. Formulanya adalah sbb: C, = kos yang dikeluarkan untuk pemgumpulan data pada stratum 1 Perhitungan dengan menggunakan ketiga formula tersebut terlihat dalam tabel 5.2 berikut ini. Dengan pendekatan yang berbeda dapat diketahui jumlah sampel pada setiap stcata juga akan berbeds pula. Dalam tabel tersebut alokasi sampel terlihat dalam 7 (stratified proportionae sampling), 8 (stratfied disproportionate sampling), dan 9 ‘stratified cast optimal sampling) Tabet 6.2 Atokasi Sampcl Bzrdusarkan Stratum umuk Maiasiswa Pendaki Gungung le ae ae » | Ws, | VE, | Wys,f | Propo-| Dis- IVC, propor | Optml mhs. th. ke 1 | 0,20 1.6 | 0,32 | 2.0 0,16 45 197) 22 mhs. th.ke 2 | 0,20 ; 2,0 0,4 2,0 0,20 45 mhs. th. ke 3 | 0,18 | 4.4 0,792 | 2,449 | 0.3234 41 47 45 mbs. th.ke 4 | 0,17 | 4,8 0,826 | 2,449 | 0,3332 mhs skripsi_ | 0,25 6.0 Ls 2,449 | 0,6125 total [,00 3,828 1,6291 w 8 s & & R 8 & 226 226 wa Qi 2 S 2 & W,, population relative ‘sampel allocation: proportionate, disproportionate, cost optimal, 1 Perhitungan sampet dengan proportionate adalah sbb: n, = W, N=0,20 (226) = 45 Perhitungan sampel dengan disproportionate adalah sbb: 0,320 =226 —-— =19 3,828 Perhitungan sampel dengan memperhatikan cost optimal adalah sbb: waIVC, 0,320 n= N ————— =22% -—— =19 Lw,a,1VC,) 3,828 Bagaimana cara penghitungan jumlah sampelnya ? Perhitungan berikut ini (tabel 5.3) menunjukkan berapa sampel yang harus diambil dari contoh di atas. Tabel 6.3 Perhitungan Sampel dengan Strata Para Pendaki Gunung a - 1 | we) os | wse | x, | axe | waxy | | +} jb he 020, 256) 0512 | 4 | 169744! 330888 | | mbs.th.ke2 | 020 | 400 | 0800 | 5 | 9.7348 | 1.94688 | mhs.thke3 | 018 | 1936} 2485 | 9 , 0,744 j 013999 mhs.th.ke4 | 0,17 | 2304) 3917 | 10 | 3.5344 | 0.60085 | mbhs. skripsi_ | 0,25 | 36,00 | 9,000 12 | 15,0544 ! 3.76360 | total 1.00 | 17,714 | | 9.84560 | | L X= (W,X,) = 0B + 1,0 + 1,62 + 1,743.0 = 8,12 Perhitungan sampel secara disproporsionate adalah sbb: Perhitungan sampel dengan proportionate adalah sebagai berikut: 1,96 2,=0,5 xrweay

You might also like