Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
1 SM
2015
[Aerob and Anaerob Treatments to BOD, COD, pH, and Dominant of Bacteria of
Dessicated Coconut Industry Wastewater of PT. Global Coconut, Radey, South Minahasa]
ABSTRAK
Limbah industri desiccated coconut berupa air kelapa, air bekas pencucian daging
kelapa, pencucian peralatan dan mesin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pencemaran bahan organik (BOD dan COD) setelah dilakukan perlakuan aerob dan
anaerob juga mendapatkan jenis bakteri yang dominan. Penelitian ini dilaksanakan di
PT. Global Coconut Radey Minahasa Selatan bulan juni 2015. Penelitian dilakukan di
Laboratorium FMIPA Unsrat dan disimpulkan bahwa perlakuan aerob (penambahan
oksigen) lebih baik dalam mengurangi nilai-nilai BOD, COD, pH dan aktivitas bakteri
dominan Escherichia coli, Streptococcus sp, Staphylococcus sp dan Clostridium sp
dibandingkan dengan perlakuan anaerob (tanpa oksigen).
Kata Kunci: limbah industri, air kelapa, pencemaran bahan organik, perlakuan aerob,
perlakuan anaerob
ABSTRACT
Industrial waste dessicated coconut are coconut water, water from coconut meat
washing and water from the equipment washing. The aims of this research are to find out
the level of organic contaminant (BOD and COD) after aerob and anaerob treatments and
to determine the dominant bacteries. The research was done in PT Global Coconut Radey
Minahasa on June 2015 and laboratory of FMIPA Unsrat. The research conclude that
aerob treatment (with oxygen) are better in decreasing BOD, COD and pH values and are
better in decreasing BOD, COD, and pH values and the dominant bacteries are
Escherichia coli, Streptococcus sp, Staphylococcus sp, and Clostridium sp compared with
anaerob treatment (without oxygen).
48
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
49
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
50
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
menunjukkan perlakuan dengan aerob hari ke-10 yaitu menurun sebesar 47,83%
mampu menurunkan kadar persentase (120 mg/L), penurunan COD optimum
COD lebih besar dibandingkan sampel uji terjadi pada hari ke-25 sebesar 68,20%
dengan perlakuan anaerob. (373 mg/L). Karakteristik fisik yang
Penurunan kadar BOD optimum terlihat pada kontrol menunjukkan warna
dengan perlakuan aerob terjadi pada hari air limbah paling keruh dan sangat
ke-15 sebesar 47,83% (120 mg/L). berbau busuk. Nilai pH memenuhi
Sedangkan penurunan kadar COD standar baku mutu (6-9) terjadi pada hari
optimum dengan perlakuan aerob terjadi ke-10 yaitu 6,11 dan nilai pH pada hari
pada hari ke-5, 20 dan 25 sebesar 59,08% terakhir menunjukkan nilai yang paling
(480 mg/L). Meskipun pada hari ke-10 rendah (4,09).
nilai COD naik sebesar 55,01% (1067
mg/L) namun di hari-hari selanjutnya Identifikasi bakteri dominan
terus terjadi penurunan nilai. Berdasarkan hasil uji morfologi, uji
Karakteristik fisik menunjukkan fisiologi dan uji biokimia sampel bakteri
perlakuan dengan aerob lebih baik dominan di laboratorium Mikrobiologi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya FMIPA UNSRAT teridentifikasi bakteri
karena hasil sampel yang diperoleh air yang paling sering muncul dan dominan
limbah menjadi lebih jernih dan bau (koloni terbesar). Gambar 1, Gambar 2,
busuknya berkurang. Nilai pH memenuhi Gambar 3 dan, Gambar 4 menunjukkan
standar baku mutu (6-9) terjadi pada hari jenis bakteri yang ditemukan dan analisis
ke-10 yaitu 6,85. Meskipun nilai pH terus bakteri dominan dapat dilihat pada
mengalami penurunan di hari-hari Tabel 2.
berikutnya. Penurunan nilai pH
menyatakan bahwa pengolahan limbah
cair PT. Global Coconut ke depan
diperlukan tambahan perlakuan seperti
kapur untuk menetralkan namun tidak
berlebihan agar endapan kalsium
karbonat tidak terlalu tebal.
Penurunan kadar BOD optimum
dengan perlakuan anaerob terjadi pada
hari ke-10 sebesar 60,87% (90 mg/L).
Sedangkan penurunan kadar COD Gambar 1. Escherichia coli pada
optimum dengan perlakuan anaerob pewarnaan Gram
terjadi pada hari ke- 25 sebesar 49,96%
(587 mg/L). Karakteristik fisik
menunjukkan perlakuan dengan anaerob
masih lebih baik dibandingkan dengan
sampel kontrol karena hasil sampel yang
diperoleh warna air limbah agak keruh
meskipun masih berbau busuk. Nilai pH
memenuhi standar baku mutu (6-9)
terjadi pada hari ke-10 yaitu 6,46.
Meskipun nilai pH terus mengalami
penurunan di hari-hari berikutnya. Gambar 2. Staphylococcus sp. pada
Hasil uji sampel kontrol untuk pewarnaan Gram
penurunan BOD optimum terjadi pada
51
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
Per
No. Awal (H0) Akhir (H25)
lakuan
Escherichia Escherichia
coli coli
Streptococcus Streptococcus
1. Aerob
sp. sp.
Staphylococus Staphylococus
sp. sp.
Escherichia Escherichia
coli coli
Streptococcus Streptococcus
Gambar 3. Streptococcus sp. pada sp. sp.
2. Anaerob
pewarnaan Gram Staphylococus Staphylococus
sp. sp.
Clostridium Clostridium
sp. sp.
Escherichia Escherichia
coli coli
Streptococcus Streptococcus
3. Kontrol
sp. sp.
Staphylococus Staphylococus
sp. sp.
Penurunan BOD
BOD atau Biochemical Oxygen
Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam
52
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; inkubasi pada suhu setara suhu perairan,
Metcalf, 1991). Dapat dikatakan bahwa maka akan diperoleh suatu nilai BOD
walaupun nilai BOD menyatakan jumlah yang akan memberikan gambaran
oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat kemampuan alami perairan dalam
juga diartikan sebagai gambaran jumlah mendegradasi bahan organik yang
bahan organik mudah urai dikandungnya. Dari nilai tersebut akan
(biodegradable organics) yang ada di dapat dilihat apakah kemampuan perairan
perairan. dalam mendegradasi bahan organik
Pada prakteknya, pengukuran BOD masih cukup baik atau tidak. Bila tidak
memerlukan kecermatan tertentu cukup baik, berarti kemampuan pulih diri
mengingat kondisi sampel atau perairan (self purification) perairan sudah sangat
yang sangat bervariasi, sehingga berkurang. Hasil pengukuran nilai BOD
kemungkinan diperlukan penetralan pH, dapat dilihat pada Gambar 5.
pengenceran, aerasi, atau penambahan
populasi bakteri. Pengenceran dan/atau 250
aerasi diperlukan agar masih cukup 230 230 230
200 210 210
tersisa oksigen pada hari kelima. 190 190
Nilai BOD 170 160
Zoko (2011) menyatakan bahwa 150 150 140 aerob
dalam kondisi perairan yang nilai BOD- 120 130
120 130
100 anaerob
90
nya masih dalam nilai ambang batas 75 75 75 75 75 75
50 kontrol
(NAB) dari baku mutu air, belum juga
dapat dikatakan bahwa perairan itu belum 0 baku mutu
tercemar. Meskipun ada kelemahan- H0 H5 H10 H15 H20 H25
kelemahan tersebut, BOD tetap Waktu
digunakan sampai sekarang. Hal ini
menurut Metcalf (1991) terjadi karena
beberapa alasan, terutama dalam Gambar 5. Grafik nilai BOD sampel
hubungannya dengan pengolahan air penelitian
limbah, yaitu:
a. BOD penting untuk mengetahui Nilai BOD menunjukkan tingkat
perkiraan jumlah oksigen yang permintaan oksigen oleh makhluk hidup
diperlukan untuk menstabilkan bahan (mikroba) dalam limbah cair industri
organik yang ada secara biologi desiccated coconut ini. Dari hasil
b. Untuk mengetahui ukuran fasilitas penelitian didapatkan nilai BOD yang
unit pengolahan limbah masih belum memenuhi standar baku
c. Untuk mengukur efisiensi suatu mutu air limbah yaitu berada di atas 75
proses perlakuan dalam pengolahan mg/L pada BOD5 yaitu 210 mg/L pada
limbah kondisi aerob dan 230 mg/L pada kondisi
d. Untuk mengetahui kesesuaiannya anaerob. Namun dilihat pada kualitas
dengan batasan yang diperbolehkan awal limbah cair terjadi penurunan
bagi pembuangan air limbah. sebesar 8,69% pada perlakuan aerob.
Selain itu dengan melakukan uji Penurunan nilai BOD dapat
BOD secara apa adanya, yakni dengan diindikasikan dengan besarnya senyawa
tidak memperhatikan ada tidaknya organik yang terurai secara biologi.
kandungan bahan toksik, sedikit atau Hampir seluruh bakteri yang ada
banyaknya kandungan bakteri, tetapi mampu menurunkan senyawa organik
dengan tetap melakukan pengenceran biodegradable ini terutama pada zona
atau aerasi bilamana diperlukan dan aerob. Oleh karena itu pada perlakuan
53
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
anaerob masih belum menunjukkan sedangkan pada hari ke-20 nilai pH sudah
penurunan pada hari ke 5. Pada kondisi mencapai 4,43.
ini bakteri memerlukan senyawa Penurunan nilai BOD ini
organik untuk pertumbuhannya membuktikan kemampuan perairan yang
(Komala, Helard dan Delimas, 2012). terkena limbah cair dari industri tepung
Gambar 5 menunjukkan perlakuan kelapa ini masih cukup baik dalam
secara aerobik lebih baik dibanding mendegradasi bahan organik dan masih
perlakuan secara anaerob. Meskipun memiliki kemampuan pulih diri yang
terjadi kenaikan sebesar 34,78% (150 besar. Penambahan aerasi adalah cara
mg/L) pada Hari ke-20 namun dihari yang terbaik untuk mendukung
berikutnya Nilai BOD dengan perlakuan penurunan nilai BOD karena mikroba
aerobik adalah yang paling rendah, turun mendapat suplai oksigen yang cukup
sebesar 43,48% (130 mg/L). Sedangkan untuk bisa mengurai bahan organik yang
pada perlakuan anaerob juga mudah urai dalam perairan.
menunjukkan penurunan yang signifikan
pada hari ke-25 sebesar 39,13% (140 Penurunan COD
mg/L) dibanding nilai BOD pada sampel COD atau Chemical Oxygen
kontrol yang terus naik mulai dari hari Demand adalah jumlah oksigen yang
ke-15. dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
Nilai penurunan terbaik terjadi pada organik yang ada dalam 1 L sampel air.
hari ke-10 pada perlakuan anaerob Angka COD merupakan ukuran bagi
kemudian terjadi kenaikan BOD lagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
pada hari berikutnya. Kenaikan nilai secara alamiah dapat dioksidasikan
BOD ini mungkin disebabkan karena laju melalui proses mikrobiologis, dan
pembentukan asam oleh bakteri yang ada mengakibatkan berkurangnya oksigen
melampaui laju pemecahannya menjadi terlarut di dalam air. COD menyatakan
metan sehingga nilai pH juga menjadi banyaknya O2 yangdibutuhkan untuk
rendah dan kandungan CO2 naik sehingga mengoksidasi zat organik yang
nilai BOD pun ikut naik. Bakteri anaerob terkandung di dalam substrat pada
efektif bekerja pada kisaran pH 6,6 7,6 zona aerob dan reaksi fermentasi pada
dengan pH optimum 7. Sedangkan pada zona anaerob sehingga terurai menjadi
hari ke-15 nilai pH pada perlakuan CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap
anaerob sudah mencapai 5,37. Oleh sebagai indikator pencemaran air oleh
karena itu, agar nilai BOD dengan bahan-bahan organik yang terkandung
perlakuan anaerob tetap terus menurun, dalam limbah cair industri.
perlu dijaga alkalinitasnya untuk Gambar 6 menunjukkan perlakuan
menjamin laju metan. Alkalinitas dapat secara aerob masih lebih baik dibanding
dikontrol dengan menambah alkalinitas perlakuan secara anaerob. Namun
pada air limbah seperti pemberian kapur perlakuan secara anaerob menunjukkan
(kalsium karbonat) sehingga pH-nya penurunan COD yang lebih konsisten
menjadi netral. dibandingkan perlakuan aerob. Meskipun
Kenaikan nilai BOD pada terjadi penurunan yang signifikan pada
perlakuan aerob yang terjadi pada hari perlakuan Aerob pada hari ke-5 sebesar
ke-20 juga mungkin disebabkan oleh 59,08% (480 mg/L), pada hari ke-10 nilai
semakin rendahnya nilai pH air limbah COD naik sebesar 55,01% (1067)
yang menghambat laju pertumbuhan kemudianmulai menurun dan kembali
bakteri aerob. Bakteri aerob bekerja pada angka 480 mg/L pada hari ke 20 dan
efektif pada kiasaran pH 6,5 - ,5 25 dan nilai ini masih lebih baik
54
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
800 853
800 aerob industri desiccated coconut PT. Global
600 640 693 Coconut bersifat terdegradasi sangat baik
587 anaerob
400
480 480
427 480 sehingga limbah cair dapat diolah secara
373 kontrol
200 150 150 150 150 150 150
biologis.
baku mutu Bila limbah bersifat biodegradable
0
H0 H5 H10 H15 H20 H25
dengan konsentrasi COD yang cukup
tinggi (lebih dari 1000 mg/L), maka dapat
Waktu
dilakukan proses anaerob dan jika berada
di bawah 1000 mg/L cukup dilakukan
proses aerob saja (Alaerts dan Santika,
Gambar 6. Grafik nilai COD sampel 1984). Pendapat Droste (1997)
penelitian menyatakan bahwa batas minimun
konsentrasi COD influen untuk mencapai
Menurut Boyd (1990) COD adalah keberhasilan pengolahan anaerob adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk 1000 mg/L. Melalui proses anaerob
mengurai seluruh bahan organik yang diharapkan senyawa-senyawa organik
terkandung dalam air. Hal ini karena kompleks akan terurai menjadi senyawa
bahan organik yang ada sengaja diurai organik sederhana. Namun jika nilai
secara kimia dengan menggunakan berada di bawah 1000 mg/L proses aerob
oksidator kuat kalium bikromat pada sudah cukup untuk menurunkan nilai
kondisi asam dan panas dengan COD. Dan pada hari ke-5 nilai COD
katalisator perak sulfat sehingga segala sudah berada di bawah 1000 mg/L yang
macam bahan organik, baik yang mudah berarti pengolahan limbah cair industri
urai maupun yang kompleks dan sulit desiccated coconutini cukup diberi
urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, perlakuan secara aerob saja. Hal ini
selisih nilai antara COD dan BOD dibuktikan pada hasil fisik air limbah
memberikan gambaran besarnya bahan pada Hari ke-25 pada perlakuan aerob
organik yang sulit urai yang ada di yang berwarna lebih jernih dan kurang
perairan. Bisa saja nilai BOD sama berbau busuk. Sedangkan nilai fluktuatif
dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih yang terjadi pada nilai BOD dan COD
besar dari COD. Jadi COD selain pH dan degradasi senyawa juga
disebabkan oleh meningkatnya biomassa
55
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
56
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
57
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
DAFTAR PUSTAKA
Jenie B.S.L dan W.P. Rahayu. 1993.
Achmad, A.S dan M. Atikalidia. 2011. Penanganan Limbah industri
Penyisihan Chemical Oxygen Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Demand (COD) dan Produksi
Biogas Limbah Cair Pabrik Komala, P.S., D. Helard dan D. Delimas.
Kelapa Sawit dengan Identifikasi Mikroba Anaerob
Bioreaktor Hibrid Anaerob Dominan pada Pengolahan
bermedia Cangkang Sawit. Limbah Cair Pabrik Karet
Prosiding Seminar nasional dengan Sistem Multi Soil
teknik Kimia Kejuangan. Layering (MSL). Jurnal Teknik
Laboratorium Rekayasa Lingkungan UNAND. Vol. 9
Biopress Jurusan teknik Kimia No. 1. Januari 2012: 74-88.
Universitas Riau: 5-6.
Luklema, L. 1969. Factors Affecting pH
Alaerts G., and S.S Santika. 1984. Metode Change in Alkaline Waste
Penelitian Air. Usaha Water Treatment-I. Water
Nasional. Surabaya. Research Pergamon Press. Vol.
3: 913-930. Great Britain.
Atlas, R.M. dan Bartha. R. 1981.
Microbiology Ecology: Metcalf, E. 1991. Wastewater
Fundamentals and Engineering; Treatment,
Applications. Addison Wesley Disposal, Reuse. McGraw-
Publishing Company, Inc. Hill, Inc. New York.
London.
Moertinah, Sri. 2010. Kajian Proses
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds Anaerob sebagai Alternatif
for aquaculture. Alabama Teknologi Pengolahan Air
agricultural Experiment Limbah Industri Organik
Station, Auburn University. Tinggi. Jurnal Riset Teknologi
Alabama. Pencegahan Pencemaran
Industri. Vol. 1. No. 2.
Breed, SE., E.G.D. Murray and A.P. November 2010: 104-114.
Hitchens.1948. Bergeys
Manual Determinative Suyasa, I.W.B dan I.M Arsa. 2013.
Bacteriology. The William and Penurunan Kadar Minyak dan
Wilkins Company. Baltimore. COD Air Limbah Operasional
Pembangkit Listrik dengan
Doraja, P.H., M. Shovitri dan N.D. Flotasi dan Lumpur
Kuswytasari. 2011. Aktif.Jurnal Bumi Lestari. Vol.
Biodegradable Limbah 13 No. 1. Februari 2013: 9-
Dosmetik dengan 105.
Menggunakan Inokulum Alami
dari Tangki Septik. Jurusan Umaly, R. C. and Ma L.A. Cuvin. 1988.
Biologi FMIPA ITS. Surabaya. Limnology: Laboratory and
field guide, Physico-chemical
Droste, R. 1997. Theory and Practice of factors, Biological factors.
Water and Wastewater National Book Store, Inc.
Treatment. John Wiley and Publishers. Metro Manila.
Son. Canada.
58
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015
59