1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th.

2015

PENGARUH PERLAKUAN AEROB DAN ANAEROB TERHADAP VARIABEL


BOD, COD, pH, DAN BAKTERI DOMINAN LIMBAH INDUSTRI
DESICCATED COCONUT PT. GLOBAL COCONUT
RADEY, MINAHASA SELATAN

[Aerob and Anaerob Treatments to BOD, COD, pH, and Dominant of Bacteria of
Dessicated Coconut Industry Wastewater of PT. Global Coconut, Radey, South Minahasa]

Muson B. Hermanus), Bobby Polii), Lucia C. Mandey3)


1)
Program Studi Agronomi, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
2)
Program Studi Agronomi, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
3)
Program Studi Ilmu Pangan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado

ABSTRAK

Limbah industri desiccated coconut berupa air kelapa, air bekas pencucian daging
kelapa, pencucian peralatan dan mesin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pencemaran bahan organik (BOD dan COD) setelah dilakukan perlakuan aerob dan
anaerob juga mendapatkan jenis bakteri yang dominan. Penelitian ini dilaksanakan di
PT. Global Coconut Radey Minahasa Selatan bulan juni 2015. Penelitian dilakukan di
Laboratorium FMIPA Unsrat dan disimpulkan bahwa perlakuan aerob (penambahan
oksigen) lebih baik dalam mengurangi nilai-nilai BOD, COD, pH dan aktivitas bakteri
dominan Escherichia coli, Streptococcus sp, Staphylococcus sp dan Clostridium sp
dibandingkan dengan perlakuan anaerob (tanpa oksigen).

Kata Kunci: limbah industri, air kelapa, pencemaran bahan organik, perlakuan aerob,
perlakuan anaerob

ABSTRACT

Industrial waste dessicated coconut are coconut water, water from coconut meat
washing and water from the equipment washing. The aims of this research are to find out
the level of organic contaminant (BOD and COD) after aerob and anaerob treatments and
to determine the dominant bacteries. The research was done in PT Global Coconut Radey
Minahasa on June 2015 and laboratory of FMIPA Unsrat. The research conclude that
aerob treatment (with oxygen) are better in decreasing BOD, COD and pH values and are
better in decreasing BOD, COD, and pH values and the dominant bacteries are
Escherichia coli, Streptococcus sp, Staphylococcus sp, and Clostridium sp compared with
anaerob treatment (without oxygen).

Keywords: industrial waste, coconut water, contamination of organic materials, aerob


treatment, anaerob treatment

48
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

PT. Global Coconut memproduksi Penelitian dilakukan dengan 2


kelapa rata-rata 90.000 100.000 biji bentuk perlakuan yang berbeda.
kelapa per hari dan menghasilkan air Perlakuan 1 : Perlakuan aerob dengan
kelapa sekitar 25.000 liter per hari. Air penambahan oksigen
kelapa ini belum dimanfaatkan dan hanya (aerasi)
dibuang sebagai limbah cair. Limbah Perlakuan 2 : Perlakuan anaerobik
industri desiccated coconut berupa dengan menutup wadah
limbah cair berasal dari bahan baku sampel dengan plastik
kelapa seperti air kelapa, air bekas hitam
pencucian daging kelapa, pencucian Kontrol : Tanpa perlakuan
peralatan dan mesin. Sedangkan untuk Variabel yang diukur adalah nilai
limbah padat berupa partikel/padatan BOD, COD, dan pH setiap lima hari
kelapa yang terbuang serta padatan berselang dimulai dari hari pengambilan
lainnya. Limbah tersebut mengandung sampel sampai 25 hari kemudian (0, 5,
minyak, karbohidrat, protein dan lain-lain 10, 15, 20, dan 25). Untuk identifikasi
yang mudah terkontaminasi oleh mikroba bakteri dominan diuji pada hari pertama
pengurai. Penguraian bahan organik itu dan hari ke-25.
menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana menimbulkan bau tidak baik Analisis bakteri dominan
dan bersifat asam karena terbentuknya Isolasi dan identifikasi bakteri
amoniak, nitrat, nitrit dan asam-asam dilakukan pada hari pertama dan hari
organik lainnya. terakhir dari masing-masing perlakuan.
Selama ini telah dilakukan Analisis bakteri dilakukan untuk melihat
beberapa cara pengelolaan limbah bakteri yang paling dominan dengan
industrI desiccated coconut dengan berpedoman pada Determinatif
metode pengelolaan terpadu baik secara Bakteriologi Manual Bergey (Breed,
fisika, kimia dan biologi maupun Murray dan Hitchens, 1948).
kombinasinya. Namun metode-metode
dari pengelolaan ini masih belum Analisis data
mendapatkan hasil yang cukup baik. Hal Data dianalisis untuk memperoleh
ini dibuktikan dengan masih adanya nilai BOD dan COD berdasarkan Analisis
keluhan-keluhan dari masyarakat sekitar Kadar Parameter Air Limbah Industri
pabrik.Oleh karena itu perlu dilakukan (Dwinanto, 2009).
kajian lebih lanjut melalui pemberian Untuk perhitungan BOD sebelum
perlakuan secara aerob maupun anaerob perlakuan adalah sebagai berikut :
yang mengacu pada variabel-variabel
BOD, COD, pH sesuai ketentuan baku
mutu air limbah dan aktivitas bakteri
dominan limbah cair industri dessiccated
coconut PT. Global Coconut.

49
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

Dimana: HASIL DAN PEMBAHASAN


DO = oksigen terlarut (mg/L)
V = volume titran natrium Kualitas fisik menunjukkan
thiosulfat (ml) perlakuan aerob lebih baik dibandingkan
N = normalitas larutan dengan perlakuan lainnya. Pada
natrium thiosulfat (ek/L) perlakuan aerob air limbah yang
Be O2 = 8000 dihasilkan lebih jernih dan kurang berbau
P = pengenceran busuk dibandingkan dengan perlakuan
pada kontrol yaitu keruh dan berbau
busuk. Sedangkan pada perlakuan
anaerob meskipun tidak lebih baik
Dimana : daripada perlakuan aerob, air limbah
DO0 = oksigen terlarut 0 hari berkurang kekeruhannya namun masih
DO5 = oksigen terlarut 5 hari busuk. Dengan demikian, untuk
pengolahan limbah PT. Global Coconut
Perhitungan BOD setelah perlakuan lebih dianjurkan dikelola dengan
adalah sebagai berikut : perlakuan aerob melihat hasil kualitas
fisik air limbah setelah perlakuan
(Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji kualitas fisik limbah


Nilai COD dihitung dengan rumus cair industri dessicated coconut
berikut ini :
No. Perlakuan Kualitas Fisik
(Hari ke-25)

1. Aerob Lebih jernih dan


Dimana: kurang berbau
A = mL titrasi blanko busuk
B = ml titrasi sampel
2. Anaerob Agak keruh dan
N = normalitas FAS
berbau busuk
BeO2 = 8000
P = pengenceran 3. Kontrol Keruh dan berbau
busuk
Perhitungan COD setelah perlakuan
adalah sebagai berikut :
Hasil uji COD kedua perlakuan
sampel dari awal sampai hari ke-25
masih belum memenuhi standar baku
mutu yang ditetapkan yaitu berada di atas
nilai 150 mg/L. Akan tetapi hasil uji
terakhir (H25) kadar COD menunjukkan
adanya penurunan nilai yaitu dengan
perlakuan aerob menurun sebesar 59,08%
(480 mg/L) perlakuan anaerob menurun
sebesar 49,96% (587 mg/L) dengan
sampel kontrol menurun sebesar 68,20%
(373 mg/L). Ketiga tabel tersebut

50
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

menunjukkan perlakuan dengan aerob hari ke-10 yaitu menurun sebesar 47,83%
mampu menurunkan kadar persentase (120 mg/L), penurunan COD optimum
COD lebih besar dibandingkan sampel uji terjadi pada hari ke-25 sebesar 68,20%
dengan perlakuan anaerob. (373 mg/L). Karakteristik fisik yang
Penurunan kadar BOD optimum terlihat pada kontrol menunjukkan warna
dengan perlakuan aerob terjadi pada hari air limbah paling keruh dan sangat
ke-15 sebesar 47,83% (120 mg/L). berbau busuk. Nilai pH memenuhi
Sedangkan penurunan kadar COD standar baku mutu (6-9) terjadi pada hari
optimum dengan perlakuan aerob terjadi ke-10 yaitu 6,11 dan nilai pH pada hari
pada hari ke-5, 20 dan 25 sebesar 59,08% terakhir menunjukkan nilai yang paling
(480 mg/L). Meskipun pada hari ke-10 rendah (4,09).
nilai COD naik sebesar 55,01% (1067
mg/L) namun di hari-hari selanjutnya Identifikasi bakteri dominan
terus terjadi penurunan nilai. Berdasarkan hasil uji morfologi, uji
Karakteristik fisik menunjukkan fisiologi dan uji biokimia sampel bakteri
perlakuan dengan aerob lebih baik dominan di laboratorium Mikrobiologi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya FMIPA UNSRAT teridentifikasi bakteri
karena hasil sampel yang diperoleh air yang paling sering muncul dan dominan
limbah menjadi lebih jernih dan bau (koloni terbesar). Gambar 1, Gambar 2,
busuknya berkurang. Nilai pH memenuhi Gambar 3 dan, Gambar 4 menunjukkan
standar baku mutu (6-9) terjadi pada hari jenis bakteri yang ditemukan dan analisis
ke-10 yaitu 6,85. Meskipun nilai pH terus bakteri dominan dapat dilihat pada
mengalami penurunan di hari-hari Tabel 2.
berikutnya. Penurunan nilai pH
menyatakan bahwa pengolahan limbah
cair PT. Global Coconut ke depan
diperlukan tambahan perlakuan seperti
kapur untuk menetralkan namun tidak
berlebihan agar endapan kalsium
karbonat tidak terlalu tebal.
Penurunan kadar BOD optimum
dengan perlakuan anaerob terjadi pada
hari ke-10 sebesar 60,87% (90 mg/L).
Sedangkan penurunan kadar COD Gambar 1. Escherichia coli pada
optimum dengan perlakuan anaerob pewarnaan Gram
terjadi pada hari ke- 25 sebesar 49,96%
(587 mg/L). Karakteristik fisik
menunjukkan perlakuan dengan anaerob
masih lebih baik dibandingkan dengan
sampel kontrol karena hasil sampel yang
diperoleh warna air limbah agak keruh
meskipun masih berbau busuk. Nilai pH
memenuhi standar baku mutu (6-9)
terjadi pada hari ke-10 yaitu 6,46.
Meskipun nilai pH terus mengalami
penurunan di hari-hari berikutnya. Gambar 2. Staphylococcus sp. pada
Hasil uji sampel kontrol untuk pewarnaan Gram
penurunan BOD optimum terjadi pada

51
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

Tabel 2. Hasil uji bakteri dominan

Per
No. Awal (H0) Akhir (H25)
lakuan

Escherichia Escherichia
coli coli
Streptococcus Streptococcus
1. Aerob
sp. sp.
Staphylococus Staphylococus
sp. sp.

Escherichia Escherichia
coli coli
Streptococcus Streptococcus
Gambar 3. Streptococcus sp. pada sp. sp.
2. Anaerob
pewarnaan Gram Staphylococus Staphylococus
sp. sp.
Clostridium Clostridium
sp. sp.

Escherichia Escherichia
coli coli
Streptococcus Streptococcus
3. Kontrol
sp. sp.
Staphylococus Staphylococus
sp. sp.

Pada perlakuan dengan aerob


Gambar 4. Clostridium sp. pada didapatkan 3 (tiga) jenis bakteri dominan
pewarnaan Gram yaitu Escherichia coli, Streptococcus sp.
dan Staphylococcus sp. sama seperti pada
sampel kontrol. Sedangkan pada
perlakuan dengan anaerob didapatkan 4
(empat) jenis bakteri dominan yaitu
Escherichia coli, Streptococcus sp.,
Staphylococcus sp., dan Clostridium
sp. tergolong pada bakteri anaerob
obligat yaitu bakteri yang tidak bisa
hidup jika ada oksigen. Sedangkan 3 jenis
bakteri lainnya tergolong pada bakteri
anaerob fakultatif yang masih bisa
bertahan jika ada oksigen.

Penurunan BOD
BOD atau Biochemical Oxygen
Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam

52
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; inkubasi pada suhu setara suhu perairan,
Metcalf, 1991). Dapat dikatakan bahwa maka akan diperoleh suatu nilai BOD
walaupun nilai BOD menyatakan jumlah yang akan memberikan gambaran
oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat kemampuan alami perairan dalam
juga diartikan sebagai gambaran jumlah mendegradasi bahan organik yang
bahan organik mudah urai dikandungnya. Dari nilai tersebut akan
(biodegradable organics) yang ada di dapat dilihat apakah kemampuan perairan
perairan. dalam mendegradasi bahan organik
Pada prakteknya, pengukuran BOD masih cukup baik atau tidak. Bila tidak
memerlukan kecermatan tertentu cukup baik, berarti kemampuan pulih diri
mengingat kondisi sampel atau perairan (self purification) perairan sudah sangat
yang sangat bervariasi, sehingga berkurang. Hasil pengukuran nilai BOD
kemungkinan diperlukan penetralan pH, dapat dilihat pada Gambar 5.
pengenceran, aerasi, atau penambahan
populasi bakteri. Pengenceran dan/atau 250
aerasi diperlukan agar masih cukup 230 230 230
200 210 210
tersisa oksigen pada hari kelima. 190 190
Nilai BOD 170 160
Zoko (2011) menyatakan bahwa 150 150 140 aerob
dalam kondisi perairan yang nilai BOD- 120 130
120 130
100 anaerob
90
nya masih dalam nilai ambang batas 75 75 75 75 75 75
50 kontrol
(NAB) dari baku mutu air, belum juga
dapat dikatakan bahwa perairan itu belum 0 baku mutu
tercemar. Meskipun ada kelemahan- H0 H5 H10 H15 H20 H25
kelemahan tersebut, BOD tetap Waktu
digunakan sampai sekarang. Hal ini
menurut Metcalf (1991) terjadi karena
beberapa alasan, terutama dalam Gambar 5. Grafik nilai BOD sampel
hubungannya dengan pengolahan air penelitian
limbah, yaitu:
a. BOD penting untuk mengetahui Nilai BOD menunjukkan tingkat
perkiraan jumlah oksigen yang permintaan oksigen oleh makhluk hidup
diperlukan untuk menstabilkan bahan (mikroba) dalam limbah cair industri
organik yang ada secara biologi desiccated coconut ini. Dari hasil
b. Untuk mengetahui ukuran fasilitas penelitian didapatkan nilai BOD yang
unit pengolahan limbah masih belum memenuhi standar baku
c. Untuk mengukur efisiensi suatu mutu air limbah yaitu berada di atas 75
proses perlakuan dalam pengolahan mg/L pada BOD5 yaitu 210 mg/L pada
limbah kondisi aerob dan 230 mg/L pada kondisi
d. Untuk mengetahui kesesuaiannya anaerob. Namun dilihat pada kualitas
dengan batasan yang diperbolehkan awal limbah cair terjadi penurunan
bagi pembuangan air limbah. sebesar 8,69% pada perlakuan aerob.
Selain itu dengan melakukan uji Penurunan nilai BOD dapat
BOD secara apa adanya, yakni dengan diindikasikan dengan besarnya senyawa
tidak memperhatikan ada tidaknya organik yang terurai secara biologi.
kandungan bahan toksik, sedikit atau Hampir seluruh bakteri yang ada
banyaknya kandungan bakteri, tetapi mampu menurunkan senyawa organik
dengan tetap melakukan pengenceran biodegradable ini terutama pada zona
atau aerasi bilamana diperlukan dan aerob. Oleh karena itu pada perlakuan

53
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

anaerob masih belum menunjukkan sedangkan pada hari ke-20 nilai pH sudah
penurunan pada hari ke 5. Pada kondisi mencapai 4,43.
ini bakteri memerlukan senyawa Penurunan nilai BOD ini
organik untuk pertumbuhannya membuktikan kemampuan perairan yang
(Komala, Helard dan Delimas, 2012). terkena limbah cair dari industri tepung
Gambar 5 menunjukkan perlakuan kelapa ini masih cukup baik dalam
secara aerobik lebih baik dibanding mendegradasi bahan organik dan masih
perlakuan secara anaerob. Meskipun memiliki kemampuan pulih diri yang
terjadi kenaikan sebesar 34,78% (150 besar. Penambahan aerasi adalah cara
mg/L) pada Hari ke-20 namun dihari yang terbaik untuk mendukung
berikutnya Nilai BOD dengan perlakuan penurunan nilai BOD karena mikroba
aerobik adalah yang paling rendah, turun mendapat suplai oksigen yang cukup
sebesar 43,48% (130 mg/L). Sedangkan untuk bisa mengurai bahan organik yang
pada perlakuan anaerob juga mudah urai dalam perairan.
menunjukkan penurunan yang signifikan
pada hari ke-25 sebesar 39,13% (140 Penurunan COD
mg/L) dibanding nilai BOD pada sampel COD atau Chemical Oxygen
kontrol yang terus naik mulai dari hari Demand adalah jumlah oksigen yang
ke-15. dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
Nilai penurunan terbaik terjadi pada organik yang ada dalam 1 L sampel air.
hari ke-10 pada perlakuan anaerob Angka COD merupakan ukuran bagi
kemudian terjadi kenaikan BOD lagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
pada hari berikutnya. Kenaikan nilai secara alamiah dapat dioksidasikan
BOD ini mungkin disebabkan karena laju melalui proses mikrobiologis, dan
pembentukan asam oleh bakteri yang ada mengakibatkan berkurangnya oksigen
melampaui laju pemecahannya menjadi terlarut di dalam air. COD menyatakan
metan sehingga nilai pH juga menjadi banyaknya O2 yangdibutuhkan untuk
rendah dan kandungan CO2 naik sehingga mengoksidasi zat organik yang
nilai BOD pun ikut naik. Bakteri anaerob terkandung di dalam substrat pada
efektif bekerja pada kisaran pH 6,6 7,6 zona aerob dan reaksi fermentasi pada
dengan pH optimum 7. Sedangkan pada zona anaerob sehingga terurai menjadi
hari ke-15 nilai pH pada perlakuan CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap
anaerob sudah mencapai 5,37. Oleh sebagai indikator pencemaran air oleh
karena itu, agar nilai BOD dengan bahan-bahan organik yang terkandung
perlakuan anaerob tetap terus menurun, dalam limbah cair industri.
perlu dijaga alkalinitasnya untuk Gambar 6 menunjukkan perlakuan
menjamin laju metan. Alkalinitas dapat secara aerob masih lebih baik dibanding
dikontrol dengan menambah alkalinitas perlakuan secara anaerob. Namun
pada air limbah seperti pemberian kapur perlakuan secara anaerob menunjukkan
(kalsium karbonat) sehingga pH-nya penurunan COD yang lebih konsisten
menjadi netral. dibandingkan perlakuan aerob. Meskipun
Kenaikan nilai BOD pada terjadi penurunan yang signifikan pada
perlakuan aerob yang terjadi pada hari perlakuan Aerob pada hari ke-5 sebesar
ke-20 juga mungkin disebabkan oleh 59,08% (480 mg/L), pada hari ke-10 nilai
semakin rendahnya nilai pH air limbah COD naik sebesar 55,01% (1067)
yang menghambat laju pertumbuhan kemudianmulai menurun dan kembali
bakteri aerob. Bakteri aerob bekerja pada angka 480 mg/L pada hari ke 20 dan
efektif pada kiasaran pH 6,5 - ,5 25 dan nilai ini masih lebih baik

54
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

dibandingkan dengan perlakuan anaerob. menggambarkan jumlah total bahan


Kenaikan nilai COD ini mungkin organik yang ada.
dipengaruhi oleh proses degradasi Analisis pengamatan ratio
minyak yang terbentuk dari limbah air BOD5/COD dapat mengetahui sifat
kelapa oleh mikroorganisme. Degradasi biodegradabilitas limbah organik.
minyak akan berjalan terus-menerus Semakin tinggi rasio BOD/COD suatu air
hingga rantai hidrokarbon jenuh pada limbah maka tingkatan biodegradabilitas
minyak habis teroksidasi (Suyasa dan dari air limbah tersebut semakin rendah.
Arsa, 2013). Proses inilah yang mungkin Rasio BOD/COD yang terdegradasi
menyebabkan kenaikan nilai COD akibat dengan baik berada pada kisaran 0,2-0,4
banyaknya oksigen yang diperlukan dan di bawah 0,2 bernilai sangat baik
dalam reaksi oksidasi tersebut. (Zahra dan Purwanti, 2015). Dalam
penelitian ini didapatkan analisis
1400 pendahuluan pengamatan ratio BOD/
1200 1173 COD sebesar 230/1173 = 0,1961 mg/L.
1067 Nilai ini menunjukkan limbah cair
1000 960 907 1013
Nilai COD

800 853
800 aerob industri desiccated coconut PT. Global
600 640 693 Coconut bersifat terdegradasi sangat baik
587 anaerob
400
480 480
427 480 sehingga limbah cair dapat diolah secara
373 kontrol
200 150 150 150 150 150 150
biologis.
baku mutu Bila limbah bersifat biodegradable
0
H0 H5 H10 H15 H20 H25
dengan konsentrasi COD yang cukup
tinggi (lebih dari 1000 mg/L), maka dapat
Waktu
dilakukan proses anaerob dan jika berada
di bawah 1000 mg/L cukup dilakukan
proses aerob saja (Alaerts dan Santika,
Gambar 6. Grafik nilai COD sampel 1984). Pendapat Droste (1997)
penelitian menyatakan bahwa batas minimun
konsentrasi COD influen untuk mencapai
Menurut Boyd (1990) COD adalah keberhasilan pengolahan anaerob adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk 1000 mg/L. Melalui proses anaerob
mengurai seluruh bahan organik yang diharapkan senyawa-senyawa organik
terkandung dalam air. Hal ini karena kompleks akan terurai menjadi senyawa
bahan organik yang ada sengaja diurai organik sederhana. Namun jika nilai
secara kimia dengan menggunakan berada di bawah 1000 mg/L proses aerob
oksidator kuat kalium bikromat pada sudah cukup untuk menurunkan nilai
kondisi asam dan panas dengan COD. Dan pada hari ke-5 nilai COD
katalisator perak sulfat sehingga segala sudah berada di bawah 1000 mg/L yang
macam bahan organik, baik yang mudah berarti pengolahan limbah cair industri
urai maupun yang kompleks dan sulit desiccated coconutini cukup diberi
urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, perlakuan secara aerob saja. Hal ini
selisih nilai antara COD dan BOD dibuktikan pada hasil fisik air limbah
memberikan gambaran besarnya bahan pada Hari ke-25 pada perlakuan aerob
organik yang sulit urai yang ada di yang berwarna lebih jernih dan kurang
perairan. Bisa saja nilai BOD sama berbau busuk. Sedangkan nilai fluktuatif
dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih yang terjadi pada nilai BOD dan COD
besar dari COD. Jadi COD selain pH dan degradasi senyawa juga
disebabkan oleh meningkatnya biomassa

55
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

mikroorganisme akibat pertambahan sel Menurut Luklema (1969)


(Jenie dan Rahayu, 1993). Sehingga perubahan dalam pH diatur oleh dua
untuk mendukung penurunan nilai BOD faktor:
dan COD sebagai standar baku mutu a. Produksi substansi asam atau basa
limbah untuk kegiatan industri tepung selama proses biologis.
kelapa selain perlakuan anaerob dan b. Pengaruh kapasitas buffer
aerob juga perlu didukung dengan Kapasitas buffer mengindikasikan
pemberian kondisi yang sesuai untuk resistensi terhadap perubahan pH melalui
kehidupan mikroba dalam air limbah asam atau basa tergantung alkalinitasnya.
sehingga memberikan waktu yang lama Dengan kata lain pH mengendalikan
untuk kontak antara bahan organik yang proses produksi asam atau basa. Nilai pH
terdapat dalam limbah cair dengan yang tinggi bisa membatasi nitrifikasi
mikroba sehingga degradasi senyawa atau penurunan nilai BOD. Hal ini
organik (penurunan BOD dan COD) menjelaskan kenapa setelah Hari ke-10
semakin besar (Doraja, Shovitri dan nilai pH semua perlakuan terus menurun.
Kuswytasari, 2011; Achmad dan Penurunan COD akan berakibat pada
Atikalidia, 2011). tingginya produksi CO2 dan berakibat
pada penurunan nilai pH dan naiknya
Karakteristik pH Limbah Cair tingkat pemurnian.
Gambar 7 menunjukkan nilai pH Nilai pH yang semakin terus
dari sampel penelitian. Hasil pH yang menurun akan semakin membatasi
memenuhi standar baku mutu limbah cair perkembangan mikroba yang membantu
adalah 6-9 dan nilai terbaik yang didapat proses degradasi air limbah. Mikroba
untuk semua perlakuan adalah pada hari tidak bisa bertahan atau mati dengan nilai
ke-10. Namun pada hari ke-10 ini terjadi pH yang rendah. Oleh karena itu
kenaikan nilai COD untuk semua alkalinitas perlu dijaga pada kondisi
perlakuan dan penurunan BOD pada mikroba bisa bertahan. Bakteri aerob
semua perlakuan. bertahan pada pH 6,5 8,5 sedangkan
bakteri anaerob bertahan pada pH 6,6
10.00 7,6. Alkalinitas air limbah dapat dikontrol
9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 dengan pemberian kapur dan diharapkan
8.00 bikarbonat alkalinitasnya berada pad
7.00
akisaran 2500 5000 mg/L sebagai
6.87 6.85
6.46 kapasitas penyedia buffer untuk
6.00 6.00 6.11 6.00 6.00 6.00
5.79 6.00 6.00
Nilai pH

5.67 5.37 aerob mengatasi kenaikan asam volatile dengan


5.00 5.29 5.19
5.01 4.70 4.52 anaerob kenaikan pH minimal (Moertinah, 2010).
4.43
4.13 4.09
4.12
4.00
kontrol Bakteri dominan
3.00
2.00 baku mutu Temperatur dan pH memainkan
1.00 peranan penting dalam hidup matinya
bakteri, seperti hewan dan tumbuhan
0.00
mikroskopis lainnya. pH merupakan
H0 H5 H10 H15 H20 H25
faktor kunci dalam pertumbuhan
Waktu
mikroorganisme. Sebagian besar
mikroorganisme tidak dapat mentoleransi
level pH diatas 9,5 atau dibawah 4,0.
Gambar 20. Grafik nilai pH sampel Nilai pH dalam penelitian ini berkisar
penelitian antara 4,13 6,87 dan nilai ini masih bisa

56
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

ditoleransi oleh sebagian banyak ditemukan dan berperan dalam


mikroorganisme. Secara umum pH mendegradasi senyawa-senyawa yang
optimal untuk pertumbuhan adalah antara ada dalam limbah cair baik dalam
6,5 dan 7,5. kondisi aerob maupun anaerob dimana
Dalam limbah cair industri energi bakteri anaerob fakultatif berasal
desiccated coconut ditemukan 4 jenis dari fermentasi yang mendukung proses
bakteri dominan yaitu Escherichia coli degradasi limbah cair industri desiccated
yang ditemukan di semua sampel (aerob, coconut PT. Global Coconut.
anaerob dan kontrol), Clostridium sp,
Streptococcus sp dan Staphylococcus sp KESIMPULAN DAN SARAN
yang ditemukan pada sampel dengan
perlakuan anaerob. Kesimpulan
Menurut Atlas dan Bartha (1981) 1. Limbah cair desiccated coconut
Clostridiumsp yang ditemukan dalam air PT. Global Coconut dengan
limbah dengan perlakuan anaerob ini perlakuan aerob (penambahan
tergolong dalam mikroorganisme oksigen) lebih baik daripada
selulolitik. Oleh karena itu pentingnya perlakuan anaerob (kondisi tanpa
keberadaan Clostridium sp. dan oksigen), perlakuan aerob lebih
Streptococcus sp. sebagai bakteri rendah (BOD5 210 mg/L; COD
hidrolitik adalah hasil kerja mereka bisa 480 mg/L) perlakuan anaerob (BOD5
dimanfaatkan oleh mikroorganisme lain 230 mg/L; COD 960 mg/L).
untuk metabolisme. 2. Jenis bakteri Escherichia coli,
Tiga asam organik yang dihasilkan Staphylococcus sp dan
dalam fermentasi asam campuran adalah Streptococcus sp adalah bakteri
asam asetat, asam laktat, dan asam bersifat fakultatif anaerob yang
suksinat serta dihasilkan pula etanol, CO2 selain dapat bertahan pada kondisi
dan H2O. Escherichia coli adalah bakteri aerob dan anaerob juga bermanfaat
yang dapat melakukan fermentasi asam membantu memecah senyawa
campuran ini. Escherichia coli tergolong kompleks dalam air limbah industri
bakteri anaerob fakultatif. Bakteri ini desiccated coconut.
dapat hidup dengan adanya atau tidak
adanya oksigen tetapi lebih memilih Saran
untuk menggunakan oksigen. Mungkin 1. Perlu dilakukan uji kuantitatif bakteri
karena ini Escherichia coli bisa Escherichia coli, Staphyloccocus sp
ditemukan di semua perlakuan sampel dan Streptococcus sp untuk
penelitian.Bakteri Staphylococcus sp dan mengetahui jumlah koloni dan
Streptococcus sp yang ditemukan dalam pengaruhnya dalam perombakan
perlakuan anaerob sampel juga tergolong senyawa kompleks dalam
dalam bakteri anaerob fakultatif. pengolahan air limbah desiccated
Keempat bakteri ini semuanya coconut PT. Global Coconut.
tergolong bakteri anaerob. Tiga di 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
antaranya adalah anaerob fakultatif. tentang penambahan bakteri dominan
Namun bakteri tersebut lebih menyukai dalam menurunkan BOD dan COD
tumbuh pada kondisi aerob,terlihat limbah cair industri desiccated
pada Escherichia coli yang ditemukan di coconut PT. Global Coconut.
semua perlakuan. Keberadaan bakteri
dominan ini membuktikan bahwa bakteri
anaerob fakultatif adalah yang paling

57
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

DAFTAR PUSTAKA
Jenie B.S.L dan W.P. Rahayu. 1993.
Achmad, A.S dan M. Atikalidia. 2011. Penanganan Limbah industri
Penyisihan Chemical Oxygen Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Demand (COD) dan Produksi
Biogas Limbah Cair Pabrik Komala, P.S., D. Helard dan D. Delimas.
Kelapa Sawit dengan Identifikasi Mikroba Anaerob
Bioreaktor Hibrid Anaerob Dominan pada Pengolahan
bermedia Cangkang Sawit. Limbah Cair Pabrik Karet
Prosiding Seminar nasional dengan Sistem Multi Soil
teknik Kimia Kejuangan. Layering (MSL). Jurnal Teknik
Laboratorium Rekayasa Lingkungan UNAND. Vol. 9
Biopress Jurusan teknik Kimia No. 1. Januari 2012: 74-88.
Universitas Riau: 5-6.
Luklema, L. 1969. Factors Affecting pH
Alaerts G., and S.S Santika. 1984. Metode Change in Alkaline Waste
Penelitian Air. Usaha Water Treatment-I. Water
Nasional. Surabaya. Research Pergamon Press. Vol.
3: 913-930. Great Britain.
Atlas, R.M. dan Bartha. R. 1981.
Microbiology Ecology: Metcalf, E. 1991. Wastewater
Fundamentals and Engineering; Treatment,
Applications. Addison Wesley Disposal, Reuse. McGraw-
Publishing Company, Inc. Hill, Inc. New York.
London.
Moertinah, Sri. 2010. Kajian Proses
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds Anaerob sebagai Alternatif
for aquaculture. Alabama Teknologi Pengolahan Air
agricultural Experiment Limbah Industri Organik
Station, Auburn University. Tinggi. Jurnal Riset Teknologi
Alabama. Pencegahan Pencemaran
Industri. Vol. 1. No. 2.
Breed, SE., E.G.D. Murray and A.P. November 2010: 104-114.
Hitchens.1948. Bergeys
Manual Determinative Suyasa, I.W.B dan I.M Arsa. 2013.
Bacteriology. The William and Penurunan Kadar Minyak dan
Wilkins Company. Baltimore. COD Air Limbah Operasional
Pembangkit Listrik dengan
Doraja, P.H., M. Shovitri dan N.D. Flotasi dan Lumpur
Kuswytasari. 2011. Aktif.Jurnal Bumi Lestari. Vol.
Biodegradable Limbah 13 No. 1. Februari 2013: 9-
Dosmetik dengan 105.
Menggunakan Inokulum Alami
dari Tangki Septik. Jurusan Umaly, R. C. and Ma L.A. Cuvin. 1988.
Biologi FMIPA ITS. Surabaya. Limnology: Laboratory and
field guide, Physico-chemical
Droste, R. 1997. Theory and Practice of factors, Biological factors.
Water and Wastewater National Book Store, Inc.
Treatment. John Wiley and Publishers. Metro Manila.
Son. Canada.

58
J. Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol. 3 No. 2 Th. 2015

Zoko, G. 2011. Korelasi BOD dan COD. http://goalterzoko.blogspot.co


m/2011/05/korelasi-bod-dan-
cod.html
[10 agustus 2015]

59

You might also like