Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Perdarahan Post Partum
Manajemen Perdarahan Post Partum
Manajemen Perdarahan Post Partum
Dalam satu dekade terakhir ini, banyak cara baru ditemukan untuk menanggulangi
perdarahan pasca persalinan, yang diharapkan dapat menekan angka kematian ibu. Dalam
tatalaksana perdarahan pasca persalinan, urutan tindakan yang cepat dan tepat, akan membuat
pasien dapat tertangani dengan baik. Untuk memudahkan tatalaksana, digunakan istilah
singkatan HAEMOSTASIS, yang sekaligus merupakan prinsip tatalaksana perdarahan pasca
persalinan, yaitu hemostasis atau hentikan perdarahan.
M Massage uterus.
Pada perdarahan pasca persalinan yang terjadi di suatu tempat dengan fasilitas minimal, seperti
tidak tersedianya dokter ahli obstetri, rumah sakit rujukan yang jauh, penanganan non
pembedahan untuk perdarahan pasca persalinan bukan lagi merupakan pilihan dan sudah
merupakan suatu keharusan.
1. Dengan cara memasukkan balon yang digembungkan didalam kavum uteri, yang akan
memenuhi semua ruang, sehingga akan tercapai tekanan intrauterin yang lebih besar dari
tekanan sistemik arteri. Apabila tidak terjadi laserasi, perdarahan akan berhenti.
2. Dengan cara memasukkan kassa gulung sebagai tampon ke dalam uterus, kemudian
dipadatkan, yang akan menekan pembuluh darah, sehingga perdarahan akan berkurang atau
berhenti.
Tamponade uterus menggunakan kassa gulung, masih merupakan pilihan, jika balon kateter atau
balon yang lain tidak tersedia. Risiko infeksi intrauterin bisa diminimalkan dengan antibiotik
profilaksis.
Metode Sayeba dan modifikasinya
Metode inovatif yang diperkenalkan pada tahun 1997 oleh Profesor Sayeba Akhter, ahli
kebidanan dari Bangladesh, adalah penggunaan kondom kateter hidrostatik intrauterin untuk
penanganan perdarahan pasca persalinan. Bahan yang digunakan adalah kateter Folley no 24,
kondom, blood set (set transfusi) atau infuse set (set infus), cairan garam fisiologis. Benang
chromic atau silk untuk mengikat dan beberapa tampon bola untuk fiksasi. Kateter Folley steril
dimasukkan ke dalam kondom, dan diiikat dengan pangkal kondom menggunakan benang silk
dan ujung luar dari kateter dihubungkan dengan infus set yang berisi cairan salin. Setelah kateter
dimasukkan ke dalam uterus, kondom digembungkan dengan 250 500 ml cairan salin
tergantung kebutuhan dan pada ujung luar kateter diikat dan set infus/set transfusi dikunci begitu
perdarahan berhenti. Intervensi ini dapat dilakukan dengan murah, mudah, cepat dan tidak
membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih. Harga bahan yang digunakan juga terjangkau.
Harga kateter folley no 24 adalah $1,5 USD, kondom tidak lebih dari $ 0,2 USD, set infus/set
transfusi $ 1 USD. Cairan harganya $ 0,5 USD per buah. Lain-lain tidak lebih dari $ 1 USD.
Total tidak lebih dari $ 5 USD yang hampir setara dengan Rp. 50.000,00 (Lima puluh ribu
rupiah). Metode ini dinamakan Metode Sayeba untuk mengatasi perdarahan pasca persalinan
sesuai dengan nama penemunya, yaitu Professor Sayeba. Pada penelitiannya, 23 pasien
dilakukan intervensi dengan kondom kateter setelah mengalami perdarahan pasca persalinan.
Dari 23 pasien tersebut, 19 (82%) pasien mengalami perdarahan pasca persalinan primer, 4
(17%) pasien mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder. Dari 23 pasien tersebut, 12
(52%) mengalami syok akibat perdarahan yang hebat. Pada kasus ini, kondom kateter segera
diaplikasikan tanpa menunggu penanganan medikamentosa terlebih dahulu. Pada kasus yang
lain, masase fundus dan pemberian uterotonika (methergin dan oksitosin, sedangkan misoprostol
tidak digunakan dalam institusi ini) gagal menghentikan perdarahan pada 10 pasien. Dan pada 1
pasien, teknik kompresi penjahitan uterus yang dikerjakan pada pasien dengan perdarahan pasca
persalinan tidak menghentikan perdarahan. Pada kebanyakan kasus (56,5%), kondom kateter
dipasang dalam waktu 0-4 jam setelah melahirkan. Sedangkan pada 32,7% kasus, dikerjakan
antara 5-24 jam setelah melahirkan. Pada 23 pasien ini, perdarahan berhenti dalam waktu 15
menit. Dilakukan pemantauan selama 48-72 jam. Tidak ada pasien yang membutuhkan
intervensi lebih lanjut, dan tidak ada morbiditas yang serius yang ditemukan. Dibutuhkan 200-
500 ml (rata-rata 336,4 ml) larutan garam fisiologis untuk menggembungkan balon. Rata-rata
3,23 unit darah (berkisar 2-10 unit) dibutuhkan untuk mencapai stabilitas hemodinamik. Tidak
ada pasien yang jatuh ke dalam syok yang ireversibel. Tidak ada infeksi intrauterin dilihat dari
tanda dan gejala klinis, maupun laboratoris dari kultur sensitivitas apusan vagina.
Bahan yang digunakan hampir sama dengan metode Sayeba, tetapi tanpa kateter Folley
no 24. Bahan-bahannya adalah kondom, blood set (set transfusi) atau infuse set (set infus), cairan
garam fisiologis. Benang chromic atau silk atau benang tali pusat untuk mengikat dan beberapa
tampon bola untuk fiksasi. Set infus/set transfusi yang sudah disambungkan dengan cairan,
ujungnya dimasukkan ke dalam kondom, kemudian kondom diikat pada ujung set infus/set
transfusi, kemudian dimasukkan ke dalam kavum uteri, dan kemudian digembungkan dengan
mengalirkan cairan melalui set infus/set transfusi. Kondom ini bisa digembungkan rata-rata 500
cc. Bahkan di literatur lain, disebutkan apabila perdarahan masih terus mengalir, kondom dapat
digembungkan mencapai 2000 cc. Isu tentang kekuatan kondom ini sendiri kadang menjadi
pertanyaan. Menurut Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, kondom yang
terjual di pasaran sudah melewati quality control, dan memenuhi syarat karakteristik fisik yang
ditentukan. Kondom minimal harus memiliki tensile strength 15.000 pounds psa dan minimal
harus bisa dilakukan elongasi sampai dengan 625% sebelum kemudian robek atau pecah.
6. Introduksi kondom ke dalam kavum uteri bisa dilakukan dengan 2 cara, yang pertama
dengan menggunakan spekulum sims / L, bibir serviks bagian anterior dan posterior
dijepit dengan ring forsep, dan kondom yang sudah diikat pada ujung set infus/set
transfusi dimasukkan intra kavum uteri dengan menggunakan tampon tang. Cara yang
kedua, kondom yang sudah diikat pada ujung set infus/set transfusi dimasukkan secara
digital menggunakan jari, cara yang sama dipakai untuk memasukkan kateter folley untuk
induksi.
9. Dilakukan observasi tanda vital dan perdarahan pervaginam. Bila tanda vital stabil dan
perdarahan pervaginam berhenti, berarti pemasangan kondom hidrostatik intrauterin
berhasil.
10. Pasien dapat dilakukan observasi atau segera dirujuk atau bila tindakan dilakukan di
Rumah Sakit, dapat dilakukan persiapan kamar operasi untuk laparatomi sebagai rencana
cadangan.
11. Apabila pasien stabil dan perdarahan per vaginam berhenti, kondom hidrostatik
intrauterin menjadi tatalaksana utama, dan dapat dipertahankan selama 24-48 jam, jika
perlu cairan dalam kondom dikeluarkan secara bertahap.
Tes Tamponade
Sampai saat ini, belum ada tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi pasien dengan perdarahan
pasca persalinan yang masif, pasien mana yang memerlukan intervensi pembedahan. Tes
tamponade yang diperkenalkan oleh Arulkumaran dan kawan-kawan adalah penggunaan balon
tamponade sebagai tes untuk menilai apakah pasien tersebut memerlukan intervensi pembedahan
atau tidak. Pada pasien yang perdarahannya berhenti dengan intervensi balon tamponade,
intervensi pembedahan lanjutan tidak diperlukan, dan tamponade menjadi prosedur terapeutik
yang utama. Tes tamponade ini tidak hanya menghentikan perdarahan dan menyelamatkan
uterus, tetapi juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki dan mengkoreksi koagulopati
konsumtif.
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu
bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang
baik. Menangani anemia dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangatdianjurkan untuk bersalin di rumah
sakit.
Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila
memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter
intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk
pasien dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi.Sangat dianjurkan pada
pasien dengan resiko perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan
digunakan saat persalinan.
Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur
sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau
terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa
mengganggu kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan
postpartum.
Untuk membantu proses kelahiran plasenta dilakukan tindakan Penegangan Talipusat Terkendali
(Controlled Cord Traction), hal ini akan mencegah kejadian perdarahan pasca persalinan.
Mengingat Kematian Ibu Bersalin yang terjadi sebagian besar adalah karena perdarahan pasca
persalinan, utamanya disebabkan karena atonia uteri dan retensio plasenta, maka upaya
pencegahan yang baik adalah melakukan penatalaksanaan aktif kala III.
Segera setelah bayi lahir, jepit tali pusat menggunakan klem Kelly atau kocher sekitar 3 cm dari
umbilikus bayi. Urut tali pusat dari klem ke arah ibu. Jepit tali pusat dengan klem kedua pada
jarak 2 cm ke arah ibu dari klem pertama. Lakukan tindakan asepsis diantara kedua klem
menggunakan Povidon iodine (Betadine, Isodine) Pegang tali pusat dengan tangan kiri dan
potong diantara kedua klem, sementara tangan kiri penolong persalinan melindungi bayi dari
gunting.
2. Pemberian uterotonika
Uterotonika diberikan untuk menghasilkan kontraksi yang adekuat. Ada dua jenis uterotonika
yang dapat dipakai yaitu Oksitosin dan Ergometrin. Uterotonika yang dianjurkan adalah
Oksitosin 10 IU secara intramuskuler.
OKSITOSIN ERGOMETRIN
Hormon dengan target organ miometrium, Hormon ini menghasilkan kontraksi yang
bekerja secara spesifik dan efektif dalam sifatnya tetanik atau spastik. Dapat
menimbulkan kontraksi uterus. Pemberian diberikan secara oral, intramuskuler (im)
secara intramuskuler memerlukan waktu 2-3 atau intravena (iv). Pemberian intravena
menit untuk menghasilkan kontraksi uterus memberikan reaksi dalam 45 detik,
yang cukup baik. sedangkan pemberian intra-muskuler
menimbulkan efek memadai setelah 6-7
menit. Masa kerja ergometrin 2 - 4 jam
Keuntungan Keuntungan
Bekerja secara cepat dan menghasilkan Sediaannya cukup banyak dan dapat
kontraksi yang adekuat diberikan melalui berbagai cara
(tergantung indikasi penggunaan)
Efek sampingnya minimal karena bekerja
secara spesifik Harga relatif murah, masa kerja cukup
lama
OKSITOSIN ERGOMETRIN
Kerugian Kerugian
Setelah plasenta lahir maka kala III telah berakhir, tetapi tugas
penolong persalinan belum selesai karena masih ada risiko
perdarahan yang terjadi. Diantara penyebab kematian ibu melahirkan, salah satu penyebab
utama adalah perdarahan pasca persalinan. Penyebab terbesar kejadian perdarahan pasca
persalinan adalah atonia uteri. Untuk mengurangi kemungkinan atonia ini dilakukan masase
uterus secara aktif untuk menunjang terjadinya kontraksi uterus yang baik.
Masase uterus dilakukan dengan langkah berikut:
Letakkan tangan di atas fundus uteri, lakukan gerakan sirkuler pada permukaan fundus,
sehingga teraba uterus yang mengeras
Perhatikan apakah kontrasi uterus baik atau tidak, lakukan penilaian setiap 12 menit.
Bila uterus melunak lagi, lakukan masase ulang
Ibu dapat dilatih untuk mengenali bagaimana kontraksi uterus yang baik dan kontraksi uterus
yang lemah.
5. Rangsangan puting susu / Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Tujuan utama perrolongan pada pasien dengan perdarahan post partum adalah menemukan dan
menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin.
Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus
uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan
vagina. Apabila terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu
dilakukan massase yang lebih keras dan pemberian oxytocin. Pengosongan kandung
kemih bisa mempermudah kontraksi uterus dan memudahkan tindakan selanjutnya.
Lakukan kompres bimanual apabila perdarahan masih berlanjut, letakkan satu tangan
di belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan
ditekankan pada fornix anterior.Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan apabila
setelah pemberian oxytocin dan kompresi bimanual gagal menghentikan perdarahan,
pilihan berikutnya adalah ergotamine.
Retensi Sisa plasenta
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual ataupun
massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi.
Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulit
dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan
pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan
massase dan kompresi bimanual ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica.
Pemberian antibiotic spectrum luas setelah tindakan ekslorasi dan manual removal.
Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade uterrovaginal
juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama persiapan operasi.
Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus sudah berkontraksi
dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk
mencari perlukaan jalan lahir dengan penerangan yang cukup. Lakukan reparasi
penjahitan setelah diketahui sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas
puncak luka dan berakhir dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah
penjahitan selesai. Hematom jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi
laserasi pembuluh darah dibawah mukosa, penetalaksanaannya bisa dilakukan incise
dan drainase. Apabila hematom sangat besar curigai sumber hematom karena pecahnya
arteri, cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa plasenta dan
perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik mak kecurigaan penyebab
perdarahan adalah gangguan pembekuan darah. Lanjutkan dengan pemberian product
darah pengganti ( trombosit,fibrinogen).
c. Peranan Uterotonika