Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Publikasi Indri Purnamasari Full PDF
Jurnal Publikasi Indri Purnamasari Full PDF
LEMBAR PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2012
2
Indri purnamasari
Universitas Bangka Belitung
abstrack
This study aims to determine and compare the financial performance of BUMN
Banking and BUMS Supporting Banking by CAMEL ratio analysis, as well as to
determine whether there are significant differences between BUMN banking and BUMS
Supporting Banking listed on the Stock Exchange in the period 2007-2011. The banks are
being sampled in this study were selected using purposive sampling method with some
established criteria. The results of the selection process samples obtained a sample
comprising 8 banks of 4 BUMN Banking and 4 BUMS Supporting Banking
Data derived from the bank's financial statements the websites accessed via
www.idx.com each bank. This study used calculations CAMEL ratios to assess the
financial performance of the Bank, and a different test (two-sample tests were not
related) to examine whether there is a significant difference between the average count
several sets of data using SPSS version 18. The results showed that the overall ratio
CAMEL of BUMS Supporting Banking better than BUMN Banking and no significant
difference between financial performance of BUMN Banking and BUMS Devisa Banking.
Pendahuluan
Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang
hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup
antara lain diwujudkan dengan meningkatkan pendapatan melalui berbagai kegiatan
3
perekonomian. Salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam kegiatan
perekonomian adalah Perbankan.
Tingkat kesehatan bank merupakan suatu nilai yang harus dipertahankan oleh tiap
bank, hal ini disebabkan karena baik buruk tingkat kesehatan bank akan mempengaruhi
tingkat kepercayaan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan bank yang
bersangkutan seperti investor, pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat umum. Selain
itu tingkat kesehatan bank juga penting bagi bank itu sendiri untuk meningkatkan
efisiensi dalam menjalankan usahanya.
Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesehatan bank adalah dengan menilai
laporan keuangan bank yang dipublikasikan ke media masa yang meliputi informasi
tentang posisi keuangan, kinerja, dan aliran kas bank. Laporan keuangan adalah hasil
akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun bank yang bersangkutan (Kamaludin, 2011: 43).
Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 juga telah ditegaskan
bahwa Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk mengadakan penilaian terhadap
kinerja suatu bank, yang dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap
laporan keuangannya. Analisis tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi para investor
untuk mengetahui kondisi suatu bank apakah mengalami peningkatan atau penurunan
terhadap kinerja keuangannya, sebelum investor tersebut mengambil keputusan apakah
akan menanamkan atau tidak modalnya di bank tersebut.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI No.7 tahun 1992 tentang perbankan,
bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 mei tahun
1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang dikenal
dengan system CAMEL yang meliputi, rasio permodalan, rasio kualitas aset, rasio
manajemen, rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas.
Perbankan dilihat dari segi kepemilikannya terdapat lima macam bank yaitu,
perbankan milik negara, perbankan milik pemerintah daerah, perbankan milik swasta,
perbankan campuran dan perbankan asing. BUMN merupakan bank yang akte pendirian
maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia sehingga seluruh
keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula (Kasmir, 2007: 34).
Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh swasta nasianal, kemudian akte pendiriannya didirikan oleh
swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula
(Kasmir, 2007: 35). Dilihat dari segi setatusnya Bank BUMS ada yang berstatus Bank
4
BUMS Devisa dan Bank BUMS non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang bisa
melaksanakan transaksi keluar negeri yang berhubungan dengan mata uang asing,
sedangkan Bank non devisa belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi seperti
Bank devisa.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Perbandingan kinerja keuangan Bank BUMN dan Bank BUMS devisa dengan
menggunakan analisis rasio CAMEL
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja keuangan Bank BUMN dan Bank BUMS Devisa berdasarkan
masing-masing rasio CAMEL?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank BUMN
dan BUMS Devisa dengan menggunakan analisis rasio CAMEL secara keseluruhan
selama periode 2007 2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank BUMN dan Bank BUMS Devisa
berdasarkan masing-masing rasio CAMEL.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan antara Bank BUMN dan BUMS Devisa berdasarkan analisis rasio CAMEL
secara keseluruhan.
Jenis-jenis Perbankan
Menurut Kasmir, dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya jenis
perbankan ada empat macam yaitu (Kasmir, 2007: 32).
1. Dilihat Dari Segi Fungsinya
a) Bank Umum
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya
a) Bank Milik Pemerintah
b) Bank Milik Swasta Nasional
c) Bank Milik Koperasi
d) Bank Milik Asing
e) Bank Milik Campuran
3. Dilihat Dari Segi Status
a) Devisa
b) Bank Non Devisa
4. Dilihat Dari Segi Cara Menentukan Harga
a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional.
b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (islam)
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar
bank (Iswi Hariyani, 2010: 51). Apabila CAR perusahaan perbankan cukup tinggi,
hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut memiliki
kecukupan modal, sehingga kepercayaan masyarakat akan semakin meningkat.
b) Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM)
Rasio yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya
aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal.
Semakin tinggi rasio ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam
menunjang aktiva tetap dan inventaris sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan semakin besar (Iswi Hariyani, 2010: 51).
Rasio Manajemen
Merupakan kemampuan manajerial pengurus bank untuk menjalankan usahanya,
kecukupan manajerial resiko, dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta
komitmen ke pada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya (Iswi Hariyani, 2010: 49).
bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset sehingga kemungkinan kondisi bermasalah
semakin kecil
b) Return On Equity (ROE)
Digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang
tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank.
c) Net Interest Margin (NIM)
Digunakan untuk mengukur kemampuan manjemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini
maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan kondisi bermasalah semakin kecil.
d) Biaya Operasional dengan Pendapatan Oparasional (BOPO)
Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini maka
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank, sehingga kemungkinan
kondisi bank bermasalah semakin kecil.
Rasio Likuiditas
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya (Niki Lukviarman, 2006: 24).
Rasio likuiditas yang biasa digunakan adalah:
1. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagikan jumlah kredit yang
diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin besar rasio ini, maka
semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehinggan
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar (Iswi
Hariyani, 2010; 55).
Penelitian Terdahulu
1. Agung M Noor melakukan penelitian berjudul Perbandingan Bank Umum Syariah
dengan Bank Umum Konvensional, periode 2002-2005.
8
Rerangka Pemikiran
Gambar I.1. Bagan Rerangka pemikiran
t-test
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rerangka pemikiran, perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan Bank
BUMS Devisa dalam analisis rasio CAMEL secara keseluruhan
9
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan, dari 4 Bank BUMN
dan 4 Bank BUMS Devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang dapat dilihat pada
tabel I.1 berikut ini:
Tabel I.1
Daftar BUMN dan BUMS Devisa yang Dipilih Terdaftar di BEI dan BI
Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
rumus rasio keuangan:
1. Rasio Capital
a. Capital Adequancy Ratio (CAR) / (X1)
10
3. Rasio Rentabilitas
a. Return On Assets (ROA) / (X4)
4. Rasio Liquiditas
a. Loan to Deposit Ratio (LDR) / (X8)
Selanjutnya interpretasi data dan teknik statistik berupa analisis uji beda t-test yaitu
uji beda dua rata-rata/uji dua sampel tidak berhubungan (independent sample t-test).
11
independent sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-
rata antara dua kelompok sample yang berhubungan (Duwi Priyatno, 2010: 32).
Hasil Penelitian
Analisis Variabel Penelitian
Kinerja Keuangan Bank BUMN dan Bank BUMS Secara Keseluruhan.
Gambaran mengenai rata-rata kinerja keuangan Bank BUMN dan Bank BUMS
Devisa secara keseluruhan menggunakan rasio keuangan, dapat dilihat pada tabel I.2
berikut ini:
Tabel I. 2
Kinerja Bank BUMN dan Bank BUMS Devisa Secara Keseluruhan
Rasio Bank BUMN (%) Bank BUMS devisa (%)
CAR 16.11 16.96
ATTM 16.60 12.51
NPL 1.99 1.87
ROA 2.36 2.59
ROE 17.79 16.06
BOPO 69.91 70.43
NIM 5.98 6.31
LDR 73.82 76.92
Sumber: laporan Keuangan bank BUMN dan Bank BUMS Devisa, data diolah, 2012
Berdasarkan tabel I.1dapat diketahui bahwa:
1. CAR
Rata-rata perhitungan hasil rasio CAR Bank BUMN sebesar 16.11% lebih kecil dari
pada Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata CAR sebesar 16,96%, maka
selama periode 2007-2011 Bank BUMS Devisa memiliki CAR lebih baik dari Bank
BUMN, karena semakin tinggi nilai CAR, semakin baik dan sehat kondisi sebuah
bank ini dikarenakan modal yang dimiliki bank mampu membiayai aktiva yang
beresiko.
2. ATTM
Rata-rata hasil perhitungan rasio ATTM Bank BUMN sebesar 16.60% lebih besar
dari pada Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata ATTM sebesar 12.51%,
hal ini berarti bahwa selama periode 2007-2011 Bank BUMS Devisa memiliki
ATTM lebih baik dari Bank BUMN, artinya modal yang dimiliki bank BUMN
12
kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan inventaris, karena semakin
tinggi nilai ATTM, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin besar.
3. NPL
Rata-rata hasil perhitungan rasio NPL Bank BUMN sebesar 1.99% lebih besar dari
pada Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata NPL sebesar 1.87%, hal ini
berarti bahwa selama periode 2007-2011 Bank BUMS Devisa memiliki NPL lebih
baik dibanding dengan Bank BUMN, Karena semakin tinggi NPL, maka akan
memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya
sehingga berpotensi terhadap kerugian bank, sehingga semakin tinggi rasio ini maka
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
bermasalah semakin besar.
4. ROA
Rata-rata hasil perhitungan rasio ROA Bank BUMN sebesar 2.36% lebih kecil dari
pada Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata ROA sebesar 2.59%, hal ini
berarti bahwa selama periode 2007-2011 Bank BUMS Devisa memiliki ROA lebih
baik dibanding dengan Bank BUMN, Karena semakin besar ROA, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil.
5. ROE
Rata-rata hasil perhitungan rasio ROE Bank BUMN sebesar 17.82% lebih besar dari
pada Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata ROE sebesar 16,16%, hal ini
berarti bahwa selama periode 2007-2011 Bank BUMN memiliki ROE lebih baik
dibanding dengan Bank BUMS Devisa. Karena semakin besar nilai ROE, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
6. BOPO
Rata-rata hasil perhitungan rasio BOPO Bank BUMN sebesar 69.91% lebih kecil dari
pada Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata BOPO sebesar 70.43%, hal ini
berarti bahwa selama periode 2007-2011 Bank BUMN memiliki BOPO lebih baik
dibanding dengan Bank BUMS Devisa. Karena semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
7. NIM
13
Rata-rata hasil perhitungan rasio NIM Bank BUMN sebesar 5.98% lebih kecil dari
pada Bank BUMS Devisa yang menghasilkan rata-rata NIM sebesar 6,31%, hal ini
berarti selama periode 2007-2011 Bank BUMS memilik NIM lebih baik dari Bank
BUMS Devisa, karena semakin tinggi rasio ini, maka meningkatnya pendapatan
bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
8. LDR
Rata-rata perhitungan rasio LDR Bank BUMN sebesar 73,82% lebih kecil dari pada
Bank BUMS devisa yang menghasilkan rata-rata CAR sebesar 76.92%, hal ini berarti
bahwa selama periode 2007-2011 Bank BUMN memiliki LDR lebih baik dibanding
dengan Bank BUMS Devisa, karena semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin besar.
probabilitas 0,860 >0,05 maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian
sama.
Terlihat bahwa T hitung untuk Kinerja dengan Equal variance assumed adalah 0,016
dengan probabilitas 0,988. Untuk uji dua sisi, probabilitas menjadi 0,988/2 = 0,494. Oleh
karena nilai T hitung <T tabel (0,016 < 1,999) dan signifikansi (0,988 > 0,05) maka Ho
diterima. Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara Bank BUMN
dan Bank BUMS Devisa.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan rasio CAR, ATTM, NPL, ROA,dan NIM kinerja keuangan Bank BUMS
Devisa lebih baik dari pada Bank BUMN, sedangkan berdasarkan rasio ROE, BOPO,
dan LDR kinerja keuangan Bank BUMN lebih baik dari pada bank BUMS Devisa.
Berdasarkan rasio CAMEL keseluruhan kinerja keuangan bank BUMS Devisa lebih
baik dari pada bank BUMN.
2. Setelah melakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji independent sample
t-test, maka diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank BUMN
tidak terdapat perbedaan secara signifikan dengan Bank BUMS Devisa.
Referensi
Fahmi, Irham. 2012, Analisis kinerja Keuangan, Bandung: Alfabeta.
Hariyani, Iswi. 2010, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Hartomo. 2009, Manajemen Keuangan, Jakarta: Bumi Aksara
Hermawa, Asep. 2004, Kiat Praktis Menulis Skripsi dan Tesis, Jakarta: Ghalia Indo.
Iskandar, Syamsul. 2008, Bank dan Lembaga keuangan, Jakarta: PT Semesta Asa
Bersama.
Kamaludin. 2011, Manajemen Keuangan, Bandung: cv Mandar Maju.
Kasmir. 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi enam, Jakarta: PT Gaja
Grafindo Persada.
Kuntur, Rony. 2009, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:
Percetakan Buana Printing.
15