Review Accounting Infrastructure and Accountability in The Management Public Expenditure in Developing Countries A Focus On Nigeria

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

REVIEW JURNAL

Judul Accounting infrastructure and accountability in the


management public expenditure in developing countries:
A focus on Nigeria
Jurnal Elsevier
Penulis F.O. Iyoha and D. Oyerinde
Review Indra Wahyudi (140221100108)
Abstrak Accountability in the control and management of public funds
is one of the most sensitive aspects of the activities of
government in all democracies. Hence, the 1999 Constitution
of the Federal Republic of Nigeria contains provisions relating
to legislative powers and con- trol over public funds. However,
the required level of accountability in public expenditure has
not been achieved in Nigeria. The situation has remained
worrisome even though the country does not lack in the
appropriate laws and regulation required to bring sanity into the
system. Though there have been some bold steps and initiatives
in the recent past by the government by strengthening existing
institutions and creating new ones with responsi- bility for
fraud and other controls, the issue of weak accounting
infrastructure has not been addressed. The paper argues that
accountability in public expenditure can more easily be
realized within the context of a sound accounting infrastructure
and a robust accounting profession and not in the multiplicity
of laws and anti-corruption agencies; all of which are reactive
in nature. Therefore, the paper reports on the current state of
accounting infras- tructure in Nigeria, and conclude with an
assessment of the existing agencies and current reform
initiatives in ensuring accountability in public expenditure in
Nigeria.
Isu Penelitian 1. Isu yang diangkat adalah di Nigeria masih adanya
kelangkaan akuntan profesional sehingga transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara masih
diragukan.
2. Banyaknya organisasi akuntan untuk menjamin
transparansi dan akuntabilitas namun masih terjerat oleh
masalah internal dan peraturan yang sering berubah.
3. Terdapatnya dua organisasi akuntan di Nigeri yaitu he
Institute of Chartered Accountants of Nigeria (ICAN) and
the more recent Association of National Accountants of
Nigeria (ANAN). Dari dua organisasi diatas hanya sedikit
sekali yang menjadi akuntan publik, contohnya dari ICAN
hanya 12% dari 22.00 yang menjadi akuntan publik.
4. Pengembangan standar akuntansi di Nigeria dimulai pada
tahun 1982 hanya terdapat 30 peraturan saja yag
dikeluarkan selama ini. Mereka hanya berpedoman
terhadap stadar akuntansi internasional, yang ada
kenyataannya akuntansi sektor publik itu berbeda dengan
akuntansi internasional.
Motivasi 1. Terdapatnya perbedaan pendapat mengenai akuntablitas.
2. Mengunkap tabur akuntabilitas yang selama ini masih
fatamorgana sehingga menjadi kenyataan.
Teori Yang Teori yang digunakan adalan Teori Agesi, dimana sebagai
Mendasari prinsipal adalah masyarakat dan sebagai agent adalah
pemerintah Nigeria/kantor auditor
Metodelogi 1. Metode yang digunakan dalah metodelogi analisis
Penelitian deskriptif.
Hasil 1. sistem informasi keuangan yang terintegrasi tidak ada di
Nigeria. Ini telah berdampak informasi anggaran yang
terlalu cepat, tidak cukup, tidak dapat diandalkan dan tidak
relevan dengan kebutuhan pemirsa yang sesuai. Dalam
kebanyakan kasus, pengeluaran tidak berhubungan dengan
fungsi. Sebagai contoh, sementara telah meningkat ke atas
dalam pengeluaran berulang, tidak ada tren discernable
sehubungan dengan belanja modal. Kami mengamati
misalnya, bahwa pengeluaran publik Total naik dari $ 7,33
miliar pada tahun 1999 menjadi $ 10587000000 pada tahun
2004. Selain itu, pengeluaran berulang dari pemerintah
federal terus mengasumsikan proporsi yang lebih besar dari
total belanja selama bertahun-tahun. Pengeluaran berulang
naik dari $ 3,5 miliar atau 47,7% dari total belanja pada
tahun 1999 untuk $ 8169000000 atau 77% dari total belanja
pada tahun 2004 (Gberevbie dan Iyoha, 2007). Situasi ini
menunjukkan bahwa hanya 23% dari total belanja
pemerintah federal adalah pada item modal. Ini adalah
posisi miring yang dapat dianggap berasal dari tingkat
korupsi di negara dibantu oleh infrastruktur yang lemah.
Dalam keadaan ini, kita dapat menganggap anggaran
sebagai 'ritual tahunan belaka dipekerjakan oleh Komite
Alokasi federal Accounts (FAAC) untuk mengalokasikan
pendapatan untuk tiga tingkatan pemerintahan.
2. Meskipun Nigeria telah menerapkan berbagai bentuk
inisiatif dalam pengelolaan pengeluaran publik, namun jelas
bahwa tingkat akuntabilitas yang dibutuhkan belum
tercapai.
3. Akuntabilitas dalam penatausahaan sektorn publik dalam
negara berkembang seperti Nigeria mustahi tercapai jika
infrastruktur sektir publik belum dipenuhi
4. Infrastruktu akuntansi (lemah/kuat) mempengaruhi praktik
akuntansi, budaya akuntabilitas, penataushaan sektor
publik.
5. Badan anti korupsi ikut andil dalam pemantapan
akuntabilitas di Nigeria.
Kesimpulan Pemerintah Nigeria sudah melakukan segala cara untuk
menertipkan penatausahaan dan mengantisipasi korupsi
yang terjadi namun hal ini masih belum secara memadai
dan mengatasai.hal ini dibuktikan dengan
ketidakdispilinan anggaran tahunan dan masih banyaknya
korupsi di Nigeria yang menjasi landskap politik dan
ekonomi di Nigeria. Untuk mengatasi ini semua adalah
dengan memperbaiki pencatatan akuntansi dan
meningkatan kecakapan akuntansi sektor publik sehingga
akuntabilitas bisa dipertanggung jawabkan. Menurut Okike
(2004) bahwa keperhasilan kampanya anti korupsi
diperlukan sinergisitas antara peerintah, masyarakat,
akuntan atau audir dalam mengasi laporan keuangan.
Keterbatasan Peneltian ini hanya dilakukan di Negeria sebagai negara
artikel/makalah berkemban, untuk penelitian selanjutnya bisa
membandinkan penatausahaan negara berkembang dengan
negara maju.

You might also like