Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 107

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

Oleh:
Siti Romlah, MKM

Sub Direktorat Bina Pelayanan Kebidanan


Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
PROFILE OF SPEAKER

Siti Romlah, MKM

Siti Romlah is an expert in reproductive health and she has been contribute her skill,
knowledge and experience to help many midwives to increase competencies, to build
character of personal, and to develop their personality for service excellent.
Years of experience as practitioner as midwives trainer in national conferences, seminars
and training classes be applicated to her clients.

WORKING EXPERIENCE

Sukmul hospital, Jakarta (1988- 1989)


Health office provincial of Central Sulawesi (1990 1993)
Koja hospital, Jakarta (1993 2003)
Sub directorate midwifery care, Directorate of nursing and allied health care in the ministry of health republic
of Indonesia (2004 now)
Head of division of guidance and evaluation of midwifery care in the ministry of health republic of Indonesia
(2010 now)
Trainer, fasilitator, practician and consultant especially in reproductive health and midwifery (2004 now)
Speaker for seminars and conferences in midwifery care standard and professional skills for midwives in
national scale.
Member of IBI and IAKMI, besides those, she actives to be personal counselor, midwives assessor and surveyor
in health field.
Visi 2025
100 tahun
kemerdekaan
Mengangkat Indonesia menjadi negara
maju dan merupakan kekuatan 12 besar
dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia
pada tahun 2045 melalui pertumbuhan
ekonomi tinggi yang inklusif dan
berkelanjutan

(Sumber: Master Plan


Percepatan dan
Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2011
2025 )

Pencapaian Visi 2025 dan 2045 memerlukan penyiapan generasi yang mampu berperan
aktif dalam kegiatan pembangunan, harus dimulai sekarang
3
Tahapan Pembangunan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025

4
PEMILAHAN ISU STRATEGIS BERDASARKAN
PENCAPAIAN SASARAN RPJMN 2010 - 2014

RPJMN

MID TERM REVIEW

Perlu Kerja Sangat Sulit


Tercapai Keras Tercapai

ISU STRATEGIS
SIGNIFIKAN BERDAMPAK LUAS PENGUNGKIT/LEVERAGE

1. Menjamin pencapaian hijau ditahun 2014.


2. Mengupayakan kuning menjadi hijau
3. Mengurangi gap dengan sasaran RPJMN dari pencapaian merah.
6
MENTERI KESEHATAN
MIDTERM REVIEW RPJMN BIDANG KESEHATAN
STATUS CAPAIAN TARGET
NO INDIKATOR AWAL STATUS
(2009) 2010 2011 2012 2014

1 Umur harapan hidup (tahun) 70,7 70,9 71,1 71,1 72,0

Angka kematian ibu melahirkan 228 n.a n.a n.a


2 118
per 100.000 kelahiran hidup
Persentase ibu bersalin yang ditolong 84,3
3 84,8 86,38 88,64 90
oleh tenaga kesehatan terlatih

Angka kematian bayi per 1.000 34 34 34 32


3)
4 24
kelahiran hidup
4) 3)
5 Total Fertility Rate (TFR) 2,6 2,4 n.A 2,6 2,1

Persentase penduduk yang


6 memiliki akses air minum yang 47,7 44,19 42,76 n.A 68
berkualitas
Persentase penduduk 15 tahun ke
1) 2) 3)
7 atas yang memiliki pengetahuan HIV 66,2 57,5 n.a 79,5 90
dan AIDS

8 Annual Parasite Index (API) 1,85 1,96 1,75 1,69 1

Persentase penduduk yang memiliki jaminan


9 n.a 59,1 63,1 64,58 80,10
kesehatan
7
Ket : 1) SDKI, 2007; 2) Riskesdas, 2010; 3) SDKI, 2012; 4) Sensus Penduduk,2010
Sumber: SDKI 1994, 1997, 2004, 2007 GAP Track
Penyebab Kematian Ibu tahun 2012

Perdarahan

Hipertensi dalam
Perdarahan; kehamilan
Lain lain; 32,22 31,79
Infeksi

Abortus

Partus
Partus lama
lama; 4,74
Hipertensi
Abortus; 1,09
dalam Lain lain
Infeksi; 5,54 kehamilan;
24,62

Laporan Rutin Direktorat Bina Kesehatan Ibu tahun 2012


Oxitocin = Excelorator, hormone of love
Endorpince = Natural Pain Release
Adrenaline = Menghambat
KECENDERUNGAN ANGKA KEMATIAN BALITA, BAYI DAN
NEONATAL, 1991 -2015
ESTIMASI JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, 2012

50% kematian (52575)


25% kematian (21794)
25% kematian (20932)
Laporan Rutin Direktorat Bina Kesehatan Ibu tahun 2011
HASIL PENELITIAN & EVALUASI

17
Data kualitas asuhan antenatal
ASUHAN ANTENATAL RS * Puskesmas*

Melengkapi riwayat medis 33,86% 48,52%


Melengkapi pemeriksaan fisik umum dan 50,00% 59,38%
obstetrik
Melakukan konseling dan edukasi 24,17% 45,00%
39,38% 19,69%
Melakukan pemeriksaan penunjang rutin

Melakukan pemeriksaan penunjang bila 49,00% 52,50%


ada indikasi
Memberikan suplemen dan imunisasi 62,50% 73,13%
Melakukan konsultasi atau rujukan 57,50% 72,50%
Sumber : Pengkajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO, HOGSI, IBI 2012
Data kualitas asuhan persalinan normal
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) RS* Puskesmas*
Melengkapi riwayat medis 68,6% 61,4%
Melengkapi pemeriksaan fisik umum dan obstetrik 52,1% 57,3%
Menggunakan partograf 41,0% 68,3%
Menggunakan kardiotokografi (CTG) 19,0% 2,5%
Melakukan perawatan kala satu persalinan 73,8% 83,8%
Melihat tanda dan gejala kala dua 80,0% 85,0%
Menyiapkan pertolongan persalinan 60,6% 65,8%
Memastikan pembukaan lengkap 72,5% 77,5%
Memastikan kondisi janin baik 77,5% 75,0%
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan 20,0% 42,5%
Sumber : Pengkajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO, HOGSI, IBI 2012
Data kualitas asuhan persalinan normal
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) RS* Puskesmas*
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses 63,8% 79,4%
pimpinan meneran
Melakukan persiapan pertolongan kelahiran bayi 67,5% 79,4%
Menolong kelahiran bayi 76,7% 85,4%
Melakukan penanganan bayi baru lahir 64,2% 74,6%
Melakukan resusitasi bayi baru lahir 55,3% 53,1%
Menolong persalinan kala tiga 81,4% 85,7%
Melakukan prosedur pasca persalinan 52,8% 69,2%
Membersihkan alat-alat dan melengkapi partograf 53,3% 67,8%
Melakukan evaluasi terhadap ibu dan bayi sebelum 87,5% 95,0%
melakukan rawat gabung

Sumber : Pengkajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO, HOGSI, IBI 2012
Kamar Bersalin
Kebersihan dan Pencegahan Infeksi
KEBERSIHAN RS (n=20) Puskesmas (n=40)

Tersedia dan sesuai dengan standar 11 RS (55%) 23 PKM (57,5%)

Tersedia namun tidak sesuai standar 9 RS (45%) 12 PKM (30%)

Tidak tersedia 0 4 PKM (10%)

KETERSEDIAAN TEMPAT SAMPAH


Tersedia dan sesuai dengan standar 2 RS (10%) 3 PKM (7,5%)

Tersedia namun tidak sesuai standar 16 RS (80%) 28 PKM (70%)

Tidak tersedia 2 RS (10%) 9 PKM (22,5%)

Sumber : Pengkajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO, HOGSI, IBI 2012
Kamar Bersalin
Kebersihan dan Pencegahan Infeksi
KETERSEDIAAN FASILITAS CUCI RS (n=20) PKM (n=40)
TANGAN
Tersedia dan sesuai dengan standar 5 RS (25%) 5 PKM (12,5%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 11 RS (55%) 22 PKM (55%)
Tidak tersedia 4 RS (20%) 13 PKM (32,5%)
KETERSEDIAAN TEMPAT TIDUR
OBSTETRI/BERSALIN
Tersedia dan sesuai dengan standar 5 RS (25%) 12 PKM (30%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 14 RS (70%) 25 PKM (62,5%)
Tidak tersedia 1 RS (5%) 3 PKM (7,5%)
KETERSEDIAAN OTOKLAF
Tersedia dan sesuai dengan standar 16 RS (80%) 19 PKM (47,5%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 3 RS (15%) 6 PKM (25%)
Tidak tersedia 1 RS (5%) 11 PKM (27,5%)
Sumber : Pengkajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO, HOGSI, IBI 2012
Kamar Operasi
Kebersihan dan Pencegahan Infeksi
KEBERSIHAN RS (n=20)
Tersedia dan sesuai dengan standar 13 RS (65%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 5 RS (25%)
Tidak tersedia 2 RS (10%)
KETERSEDIAAN TEMPAT SAMPAH
Tersedia dan sesuai dengan standar 4 RS (20%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 12 RS (60%)
Tidak tersedia 4 RS (20%)
KETERSEDIAAN FASILITAS CUCI TANGAN
Tersedia dan sesuai dengan standar 6 RS (30%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 11 RS (55%)
Tidak tersedia 3 RS (15%)
KETERSEDIAAN OTOKLAF
Tersedia dan sesuai dengan standar 16 RS (80%)
Tersedia namun tidak sesuai standar 3 RS (15%)
Tidak tersedia 1 RS (5%)

Sumber : Pengkajian Kualitas Kesehatan Ibu dan Bayi, Kemenkes, WHO, HOGSI, IBI 2012
Puskesmas RS RS

Pengelolaan sampah dan pencegahan infeksi belum berjalan dengan baik


(Kalimantan Selatan)
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membahayakan masyarakat sekitar
(Maluku Utara)
Tempat tidur tanpa sprei di ruangan bersalin yang penuh lumut (RSUD)
(Sulawesi Tengah)
Air kotor di kamar mandi RSUD
(Sulawesi Tengah)
Jentik-jentik nyamuk di dalam wadah air di ruang USG sebuah RS
(Nusa Tenggara Timur)
Sarang tawon di bawah tempat tidur pasien di Puskesmas
(Nusa Tenggara Timur)
Penggunaan partograf: apakah hanya sekedar ritual?
(SulawesiTengah)
HEALTHCARE IN THE FUTURE
INPUT
Health Center Design,
Infrastructure,
Health Manpower

PROCCESS PROCCESS
1. GOOD CORPORATE GOVERNANCE GOOD CLINICAL GOVERNANCE

1. Q-improvement + Safety,
1. Facility management and 2. Prevention and control of infections,
Safety, 3. Access and continuity of Care,
2. Governance, Leadership, 4. Patient and Family Rights.
Direction, 5. Assessment of Patients,
3. Staff Qualifications and 6. Care of Patients,
Education, 7. Anesthesia and Surgical Care,
4. Management of Communication 8. Medication Management and Use,
and Information. 9. Patient and Family Education.
OUTCOME:
SAFE and
QUALITY HEALTH CARE 31
KEBIJAKAN

PEDOMAN

MUTU TERUKUR
STANDAR STANDAR
PRIMA
PETUNJUK
KERJA

BIDAN PASIEN
?
JKT = PAPUA

PROFESI MASY.
SOCIAL CONTRACT
PROFESSIONALS - COMMUNITY

Self Credentialing privilege


Self licensing

Moral responsibility
High standard of competence

Market control
PROFESSIONALISM
Working condition
William M Sullivan, Medicine under threat: Professionalism and professional identity, CMAJ 2000:162(5): 673
JASA LAYANAN KESEHATAN RESMI
SEBAGAI PELAKU USAHA
ISSUE PELAYANAN KESEHATAN

ISSUE PROFESI KESEHATAN


Profesionalisme kurang
Akuntabilitas kurang

ISSUE PERLINDUNGAN PASIEN


Pasien tidak terlindungi dari pemberi pelayanan
kesehatan yg kurang bertanggungjawab
Pada kecelakaan medis, kompensasi sudah
terakomodir dalam UU Perlindungan konsumen,
UU Kesehatan, UU Pelayanan Publik dan UU RS.
Moral~
ETIKA Tuntunan

DISIPLIN Registrasi~

HUKUM
Tuntutan~
Pidana/Perdata

PENGADUN PASIEN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT
DENGAN PELAYANAN KEBIDANAN

1. UU No 8 /1999 tentang Perlidungan Konsumen (UUPK)


2. UU No. 14 /2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
3. UU No. 36 / 2009 tentang Kesehatan
4. UU No. 25 /2009 tentang Pelayanan Publik
5. UU No. 44 /2009 tentang Rumah Sakit
6. RUU Keperawatan dan Kebidanan ?????
7. PP No. 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
8. PP No. 96/2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik
9. Kepmenpan No. 1/2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan
10. Permenkes No. 369/ 2007 tentang Standar Profesi Bidan
11. Permenkes No. 938/ 2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
12. Permenkes No. 1464/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
13. Permenkes No. 28/2011 tentang Klinik
14. Kepmenkes No. 1796/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
15. Dst....
UU Pelayanan Publik
Pasal 15 Penyelenggara berkewajiban:
a. menyusun dan menetapkan standar pelayanan;
b. menyusun, menetapkan, dan mempublikasikan maklumat pelayanan;
c. menernpatkan pelaksana yang kompeten;
d. menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik
yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
e. memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas
penyelenggaraan pelayanan publik;
f. melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;
g. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
h. memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
diselenggarakan;
i. dst....
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
Pasal 6
Setiap ibu yang melahirkan WAJIB memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya

Pasal 9 ayat 1
Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasyankes wajib melakukan IMD terhadap bayi yang
baru lahir kepada ibunya PALING SINGKAT 1 (SATU) JAM

Pasal 10 ayat 1
Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasyankes wajib menempatkan ibu dan bayi dlm 1 (satu)
ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter

Pasal 12 ayat 1
Setiap ibu yg melahirkan bayi HARUS MENOLAK pemberian Susu Formula dan/atau produk
bayi lainnya

Pasal 13 ayat 1
Utk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif secara optimal, Nakes dan penyelenggara
fasyankes WAJIB memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau
anggota keluarga dari bayi yg bersangkutan SEJAK pemeriksaan kehamilan sampai dg periode
pemberian ASI Eksklusif selesai
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 14
(1) Setiap Nakes yg tdk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dlm
psl 9 ayat 1, psl 10 ayat 1 atau psl 13 ayat 1, dikenakan sanksi administratif
oleh pejabat yang berwenang berupa :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis; dan/atau
c. Pencabutan izin.

(2) Setiap penyelengara fasyankes yg tdk melaksanakan ketentuan


sebagaimana dimaksud dlm psl 9 ayat 1, psl 10 ayat 1 atau psl 13 ayat 1,
dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang berwenang berupa :
a. Teguran lisan; dan/atau
b. Teguran tertulis
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 15
Dlm hal pemberian ASI Eksklusif tdk dimungkinkan berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dlm psl 7, bayi dpt diberikan Susu Formula Bayi.

Pasal 16
Dlm memberikan Susu Formula Bayi sebagaimana dimaksud dlm psl 15, Nakes
hrs memberikan peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajian
Susu Formula Bayi kepada ibu dan/atau keluarga yg memerlukan Susu Formula
Bayi

Pasal 17
(1) Setiap Nakes DILARANG memberikan Susu Formula Bayi dan/atau produk
bayi lainnya yg dpt menghambat program pemberian ASI Eksklusif kecuali
dlm hal diperuntukkan sebagaimana dimaksud dlm psl 15
(2) Setiap Nakes DILARANG menerima dan/atau mempromosikan Susu
Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yg dpt menghambat program
pemberian ASI Eksklusif.
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 19
Produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya
DILARANG melakukan kegiatan yg dpt menghambat program pemberian ASI
Eksklusif berupa :
a. Pemberian CONTOH PRODUK Susu Formula Bayi dan /atau produk
bayi lainnya secara cuma-cuma atau bentuk apapun kepada
penyelenggara fasyankes, Nakes, ibu hamil, atau ibu yg baru
melahirkan;
b. Penawaran atau penjualan langsung Susu Formula Bayi ke rumah-
rumah;
c. Pemberian potomgan harga atau tambahan atau sesuatu dlm bentuk
apapun atas pembelian Susu Formula Bayi sebagai daya tarik dari
penjual;
d. Penggunaan Nakes utk memberikan informasi ttg Susu Formula Bayi
kepada masyarakat, dan/atau
e. Pengiklanan Susu Formula Bayi yg dimuat dlm media massa, baik
cetak maupun elektronik, dan media luar ruang.
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 21
(1) Setiap Nakes, penyelenggara fasyankes, penyelenggara satuan pendidikan,
organisasi profesi di bidang kesehatan dan termasuk keluarganya dilarang menerima
hadiah dan/atau bantuan dari produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau
produk bayi lainnya yg dpt menghambat keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif

(2) Bantuan dari produsen atau distributor Susu Formula Bayi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diterima hanya utk tujuan membiayai kegiatan pelatihan,
penelitian, pengembangan, pertemuan ilmiah dan/atau kegiatan lainnya yg sejenis.

Pasal 22
Pemberian bantuan utk biaya pelatihan, penelitian dan pengembangan, pertemuan ilmiah,
dan/atau kegiatan lainnya yg sejenis sebagaimana dimaksud dlm psl 21 ayat (2) dpt
dilakukan dg ketentuan :
a. secara tertulis;
b. tdk bersifat mengikat
c. hanya melalui fasyankes, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, dan/atau
organisasi profesi di bidang kesehatan, dan
d. tdk menampilkan logo dan nama produk Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi
lainnya pada saat dan selama kegiatan berlangsung yg dpt menghambat program
pemberian ASI Eksklusif
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 23
(1) Nakes yg menerima bantuan sebagaimana dimaksud dlm psl 21 ayat (2) WAJIB memberikan
pernyataan tertulis kpd atasannya bhw bantuan tsb tdk mengikat & tdk menghambat
keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif;
(2) Penyelenggara fasyankes yg menerima bantuan sebagaimana dimaksud dlm psl 21 ayat (2)
WAJIB memberikan pernyataan tertulis kpd MENTERI bhw bantuan tsb tdk mengikat & tdk
menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif;
(3) Penyelenggara satuan pendidikan kesehatan yg menerima bantuan sebagaimana dimaksud
dlm psl 21 ayat (2) WAJIB memberikan pernyataan tertulis kepada MENTERI yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendidikan bhw bantuan tsb tdk
mengikat & tdk menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif;
(4) Pengurus Organisasi yg menerima bantuan sebagaimana dimaksud dlm psl 21 ayat (2)
WAJIB memberikan pernyataan tertulis kepada MENTERI bahwa bantuan tsb tdk mengikat &
tdk menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.

Pasal 24
Dalam hal Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menerima bantuan biaya pelatihan, penelitian dan
pengembangan, pertemuan ilmiah, dan/atau kegiatan lainnya yg sejenis maka penggunaannya hrs
sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan.
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 25
(1) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk
bayi lainnya dilarang memberikan hadiah dan/atau bantuan kepada
Nakes, penyelenggara fasyankes, penyelenggaraan satuan pendidikan
kesehatan, dan organisasi profesi di bidang kesehatan termasuk
keluarganya yg dpt menghambat keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif, kecuali diberikan utk tujuan sebagaimana dimaksud dlm psl
21 ayat (2);
(2) Setiap produsen atau distributor Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi
lainnya yg melakukan pemberian bantuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) WAJIB memberikan LAPORAN kepada MENTERI atau Pejabat yg
ditunjuk;
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat :
a. Nama penerima dan pemberi bantuan;
b. Tujuan diberikan bantuan;
c. Jumlah dan jenis bantuan; dan
d. Jangka waktu pemberian bantuan.
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 26
(1) Penyelenggara fasyankes, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan dan/atau
Organisasi Profesi di bidang kesehatan yang menerima bantuan sebagaimana
dimaksud dlm psl 22 huruf c WAJIB memberikan LAPORAN kepada MENTERI atau
Pejabat yg ditunjuk;
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat :
a. Nama pemberi dan penerima bantuan;
b. Tujuan diberikan bantuan;
c. Jumlah dan jenis bantuan; dan
d. Jangka waktu pemberian bantuan.

Pasal 27
Laporan sebagaimana dimaksud dlm psl 25 dan psl 26 disampaikan kepada MENTERI
MENTERI TERKAIT, atau Pejabat yang ditunjuk paling singkat 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tgl penerimaan bantuan.

Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan Susu Formula Bayi dan produk
bayi lainnya diatur dengan Peraturan Menteri.
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 29
(1) Setiap Nakes yg tdk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dlm psl
16, psl 17, psl 21 ayat (1), dan psl 23 ayat (1), dikenakan sanksi administratif
oleh pejabat yang berwenang berupa :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis; dan/atau
c. Pencabutan izin.

(2) Setiap Penyelenggara fasyankes, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan


dan/atau Organisasi Profesi di bidang kesehatan, serta produsen dan distributor
Susu Formula Bayi dan/atau produk bayi lainnya yg tdk melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dlm psl 18 ayat (1), (2) dan (4), psl 19, psl 21 ayat (1), psl 23
ayat (2), (3), dan (4), psl 25 ayat (1) dan (2), serta psl 26 ayat (1), dikenakan sanksi
administratif oleh pejabat yg berwenang berupa:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis; dan/atau

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada
ayat (1) diatur dg Peraturan Menteri.
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 33
(1) Penyelenggara tempat sarana umum berupa fasyankes hrs mendukung keberhasilan
program pemberian ASI Eksklusif dg berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju
keberhasilan menyusui sebagai berikut :
a. membuat kebijakan tertulis ttg menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf
pelayanan kesehatan;
b. melatih semua staf pelayanan dlm keterampilan menerapkan kebijakan menyusui
tersebut;
c. menginformasikan kepada semua ibu hamil ttg manfaat dan manajemen menyusui;
d. membantu ibu menyusui dini dlm waktu 60 mnt pertama persalinan;
e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah
dari bayinya;
f. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;
g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 jam;
h. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;
i. tidak memberi DOT kepada bayi; dan
j. mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui, dan merujuk ibu kepada
kelompok tersebut stlh keluar dari fasyankes
PP No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

DUKUNGAN MASYARAKAT

Pasal 37
(1) Masyarakat hrs mendukung keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi;
(2) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. Pemberian sumbangan pemikiran terkait dg penentuan kebijakan
dan/atau pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif;
b. Penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dg
pemberian ASI Eksklusif;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif, dan/atau
d. Penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif;
(3) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
dilaksanakan sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jaminan Kesehatan Bagi Seluruh Penduduk
(Universal Health Coverage)

Adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang


kesehatan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar
kesehatan yang layak melalui penerapan sistem kendali
biaya dan kendali mutu, dan diselenggarakan berdasarkan
prinsip asuransi sosial dan equitas bagi seluruh
penduduk di wilayah Republik Indonesia
Selama kurun waktu 2014-2018, dilakukan:
1. Pengalihan & integrasi kepesertaan Jamkesda & Asuransi lain
2. Perluasan peserta pd perusahaan2 secara bertahap
3. Dilakukan kajian berbagai regulasi, iuran dan manfaat
4. Perluasan kepesertaan sd seluruh penduduk pd thn 2019
Copy By IDI 2013

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


KONDISI SAAT INI

PUBLIC PUBLIC PRIVATE HEALTH


PRIMARY CARE HOSPITAL CARE
755 Dominated by:
Curative care Bias loyality
District Episodic care
Health
Conflict interest
Officer
Hospital Fee for service Private
Type A 768
Self-referral Hospital
Hospital Multi income
Health Center
Type B
8.737 Multi jobs Private Clinic Private Clinic
PHC implementation Hospital Multi Mono
Type C Specialist Specialist
Sub Mobil Village
Health Health Health
Hospital Doctor Nurse Midwive
Center Center Pos
Type D Practice Practice Practice
22.651 51.996

Posyandu
266.827
COMMUNITY
241 juta warga (2011) 55% Uninsured, 45% Insured
Peserta
KEMENTERIAN ASKES Saat JAMSOSTEK
KESEHATAN Ini

JAMKESMAS JPK

BPJS
KESEHATAN
KEMENTERIAN
PERTAHANAN - TNI
KEPOLISIAN
PROGRAM PROGRAM
PELAYANAN PELAYANAN
KESEHATAN KESEHATAN
UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS

Kementerian Kesehatan tetap melaksanakan


kegiatan operasional penyelenggaraan program
Pasal 57 huruf b jaminan kesehatan masyarakat, termasuk
penambahan peerta baru, sampai dengan
beroperasinya BPJS Kesehatan

Berkoordinasi dengan Kementerian kesehatan untuk


mengalihkan penyelenggaraan program jaminan
Penjelasan Pasal 58 Huruf d kesehatan masyarakat ke BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan mulai beroperasi


menyelenggarakan program jaminan kesehatan
Pasal 60 ayat (1) pada tanggal 1 Januari 2014

Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan :


Kementerian Kesehatan tidak lagi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan
Pasal 60 ayat (2) huruf a
masyarakat
PENYIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN
SEBAGAI PROVIDER BPJS KESEHATAN
Tahapan Penyiapan Provider
REKOMENDASI DINAS
KESEHATAN

55
Analisa Kebutuhan Provider
Mendapatkan gambaran kebutuhan provider pada masing-
masing wilayah ( Kab/Kota ) berdasarkan jumlah peserta BPJS
Kesehatan yang saat terdaftar.

Sumber Data : Hasil Profiling Provider, Masterfile Kepesertaan BPJS


Kesehatan, Data Pendukung lainnya ( BPS, DTPK dll. )

Profiling Penetapan Analisa


provider rasio standar Kebutuhan
Mapping
PROSES Provider per
dan
peserta
pemenuhan
provider per
Provider per
tingkat
Pemenuhan
Provider
Wilayah
per tingkat pelayanan
wilayah pelayanan per wilayah

Selesai Proses Saat Ini


Regulasi Faskes (PerPres 12 / 2013)

Pasal 35 (Ketersediaan)
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan fasilitas kesehatan

Pasal 36 (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan) SELEKSI


Faskes Pemerintah/Pemda yang memenuhi persyaratan Faskes
Wajib kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
(credentialing)
Faskes swasta yang memenuhi persyaratan
dapat kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Kerja sama membuat perjanjian tertulis.
Persyaratan Faskes BPJS PERATURAN MENTERI.

Pasal 42 (Kinerja Faskes)


Memperhatikan mutu pelayanan PENILAIAN
Orientasi aspek keamanan pasien KINERJA Faskes
Efektifitas tindakan (komponen utama
Kesesuaian kebutuhan pasien recredentialing)
Efisiensi biaya
Kredensialing Provider

Mendapatkan fasilitas kesehatan yang memiliki komitmen,


berkualitas dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan.

Prinsip Kredensialing :

1. Standar Kredensialing adalah merupakan :


Standar ideal yang ingin dicapai
Mengacu pada persyaratan faskes yang ditetapkan
Kemenkes
Sejalan dengan ketentuan regulasi yang ada

58
Kredensialing Fasilitas Kesehatan
Prinsip Kredensialing :

2. Seluruh faskes yang bekerjasama/melayani peserta Askes, Jamkesmas,


JPK Jamsostek, TNI dan POLRI sampai dengan 31 Desember 2013
dilakukan kredensialing namun TETAP BEKERJASAMA pada 1 Januari
2014.
Hasil kredensialing merupakan kondisi awal dan jika belum memenuhi skor
minimal diberikan kesempatan untuk memperbaiki .

3. Faskes baru dapat bekerjasama dengan BPJS apabila memenuhi


persyaratan administrasi/persyaratan mutlak dengan skor minimal
kelulusan dinaikkan secara bertahap ( 2014 2019 )
Konsep Kredensialing Faskes Primer
a. Persyaratan Administrasi ( Mutlak)
1. Surat Permohonan Kerjasama
2. Surat izin penyelenggaraan Faskes :
Surat Izin Praktik (SIPB) Bidan praktek perorangan, atau
Surat Izin Operasional untuk Klinik/ Puskesmas/ Faskes Primer
lain (disertai SIPB Bidan yang berpraktik)
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Surat Pernyataan / komitmen kesediaan melaksanakan program dan
ketentuan BPJS.
Komitmen Kesediaan Provider Primer

1. Menggunakan aplikasi SIM Provider Primer BPJS


2. Memberikan pelayanan mengacu pada Panduan Klinis yang
ditetapkan Kemenkes / Perhimpunan Profesi (IBI)
3. Melaksanakan Program Promotif dan Preventif ( termasuk
DMP/Prolanis)
4. Mendukung aktivitas kesehatan masyarakat yang
diselenggarakan BPJS
b. Persyaratan Teknis

1. Sumber Daya Manusia


Ketenagaan, Sertifikasi Kompetensi

2. Sarana dan Fasilitas


Akses lokasi, Kondisi Bangunan, Perlengkapan ruang praktIk,
Perlengkapan penunjang

3. Peralatan Medis dan Obat-Obatan


Peralatan medis, Peralatan Home Visit, Peralatan edukasi, Obat
Emergency, Obat Esensial

4. Cakupan Pelayanan
Hari & jam praktik, Pelayanan ibu hamil, persalinan, dst

Skor antara 50 s.d. 100


Negosiasi Tarif Fasilitas Kesehatan

Mendapatkan kesepakatan tarif fasilitas kesehatan pada


suatu wilayah sesuai ketentuan regulasi.

Pasal 37 PerPres Nomor 12 Tahun 2013 :


Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Menteri memutuskan besaran pembayaran atas program Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
Asosiasi Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
Kontrak Fasilitas Kesehatan
Melakukan perikatan terhadap kesepakatan antara BPJS
dengan masing-masing Faskes yang diatur dalam perjanjian
kerjasama yang berkekuatan hukum tetap.

Kontrak dengan Faskes yang lulus kredensialing dilakukan oleh Kantor


Cabang BPJS.
Pembuatan kontrak menggunakan SIM ECM (Electronic Contract
Management ).
Data Faskes yang bekerjasama dengan BPJS dapat diakses secara Online
Realtime, baik oleh seluruh kantor BPJS, Faskes maupun peserta.
SISTEM PEMBIAYAAN PADA ERA SJSN
Kapitasi,
Pelayanan Kesehatan Primer : Pay For Performance
Dokter (Dr/Drg, Bidan untuk persalinan), Tempat praktik perorangan, Klinik
Pratama, Klinik Umum di Balai/ Lembaga Yan Kes, Poliklinik Umum RS Kelas D
Pratama, Di Daerah tertentu dimana ada kendala akses yan primer Poli Umum RS
(Supply Induced Demand)

Pelayanan Kesehatan Sekunder : DRG/INA CBGS


pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis
atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi spesialistik
Pelayanan Kesehatan Tersier :
DRG/INA CBGS
pelayanan kesehatan subspesialistik yang dilakukan oleh dokter sub
spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik
Promotif dan preventif AKI
Tindakan Asuhan
Deteksi dini Pembiayaan AKB
Penanganan
kegawatdaruratan
SALDO >>>
Rujukan
follow up care
Pembinaan
K1, K4
Pemberdayaan KAPITASI PN
PONED KF1, KF LENGKAP
Skrening KN 1, KN
Asuhan pada yan LENGKAP
PONEK KB
Asuhan Kasus
komplikasi
Asuhan pd kasus
kompleks
Efektif dan efisien
Asuhan DOKUMEN ASKEB
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan

WHO
Pelayanan Bermutu / Profesional
Evidence Based Medicine (EBM)

Standar
Standar merupakan landasan normatif dan
parameter untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan
yang seharusnya.

Standar Pelayanan yang berkualitas


Standar Profesi Bidan
(Permenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007)

Bertujuan:
Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas dan sebagai landasan untuk
standarisasi dan perkembangan profesi.

Sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan
bidan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga
dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output dalam menjalankan
praktik / pekerjaannya.

Berisikan antara lain tentang standar kompetensi, standar pendidikan bidan,


standar pendidikan berkelanjutan bidan, kode etik bidan Indonesia, standar
praktik dan standar pelayanan kebidanan.

Mengakomodir batasan kemampuan (knowledge, skill, dan profesional


attitude) minimal untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada
masyarakat secara mandiri

69
Kepmenpan No. 1/PER/M.PAN/1/2008 ttg Jabfung Bidan dan Angka Kreditnya
(hasil revisi Kepmenpan No. 93 /KEP/M.PAN/11/2001)

Merupakan pengembangan karier seorang tenaga kesehatan dalam hal ini


kebidanan yang ditentukan oleh banyaknya pelaksanaan kegiatan yang
diperhitungkan dalam satuan kredit.

Bertujuan :
1. Meningkatkan mutu pelayanan
2. Meningkatkan profesionalisme kebidanan
3. Menumbuhkan professional pride
4. Meningkatkan motivasi kerja

Kepmenpan No. 1 /PER/M.PAN/1/ 2008 berisikan Klasifikasi Jenjang Jabatan


Fungsional Bidan yaitu :
1. Bidan Terampil (gol. II.a s.d III.d) dengan pendidikan bidan, D1 & D3 Kebidanan
2. Bidan Ahli (gol.III.a s.d IV.c) dengan pendidikan D4, S1 & S2 Kebidanan

70
KETENAGAAN BIDAN MASA DEPAN

DRAFT RUU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (15 Juli 2013)

1. Bidan Profesi
Bidan profesi adalah bidan yang lulus pendidikan akademik dan profesi,
terdiri dari :
- Bidan
- Bidan spesialis

2. Bidan Vokasil
Bidan vokasi adalah bidan yang lulus pendidikan Diploma III Kebidanan.
PENDIDIKAN BIDAN MASA DEPAN
DRAFT RUU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

1. Pendidikan kebidanan terdiri dari :


- Pendidikan Vokasi (Pendidikan Diploma III)
- Pendidikan Akademik (Pendidikan Sarjana, Magister dan Doktor)
- Pendidikan profesi (Pendidikan Profesi dan Spesialis)

2. Pendidikan kebidanan diselenggarakan oleh institusi pendidikan yang


memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3. Institusi pendidikan harus memiliki atau bekerja sama dengan fasilitas


pelayanan kesehatan untuk dijadikan wahana pendidikan.

4. Pendidikan Bidan Vokasi Diploma IV Kebidanan dengan diundangkannya


Undang undang ini, dalam waktu paling lama 5 tahun harus menyesuaikan
menjadi pendidikan profesi.
Pedoman Asuhan Kebidanan Masa Perimenopause
(Permenkes No. 229/Menkes/SK/II/2010)

Berisikan tentang proses menopause, perubahan yang terjadi pada masa


perimenopause, kebutuhan pada masa perimenopause dan asuhan
kebidanan pada masa perimenopause

Bertujuan sebagai :
1. Acuan & pedoman bagi bidan dalam melaksanakan asuhan kesehatan
reproduksi pada masa perimenopause
2. Mendukung terlaksananya Asuhan Kebidanan berkualitas
3. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
pada masa perimenopause
4. Perlindungan hukum bagi Bidan dan Klien/Pasien
Pedoman Rawat Gabung Ibu dan Bayi
(Permenkes No. 230/Menkes/SK/II/2010)
Dalam Mendukung Asuhan Sayang Ibu Sayang Bayi

Berisikan tentang konsep rawat gabung, langkah-langkah pelaksanaan rawat


gabung di rumah sakit, rumah Bersalin, Puskesmas, Polindes/Poskesdes dan di
rumah. Pelaksanaan rawat gabung sebagai salah satu indikator penerapan
asuhan sayang ibu sayang bayi.

Bertujuan sebagai :
1. Acuan & pedoman bagi bidan dalam mengelola pelayanan rawat gabung
2. Mendukung terlaksananya Asuhan Kebidanan berkualitas
3. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan bidan dalam penerapan asuhan
sayang ibu sayang bayi
4. Bahan rujukan dalam melaksanakan bimbingan dan pembinaan bagi bidan dan
fasyankes dlm penerapan pelayanan rawat gabung
5. Dasar pertimbangan dalam melaksanakan audit dan evaluasi pelayanan rawat
gabung
Permenkes No.1464/Menkes/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Berisikan :
Area kewenangan bidan :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
2. Pelayanan Kesehatan Anak
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

Pemberlakuan Uji Kompetensi sebagai syarat


registrasi, proses perizinan dan penyelenggaraan praktik
1. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di
semua fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan
minimal Diploma III (D III) Kebidanan

75
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

Pedoman yang harus diikuti dalam


menyelenggarakan praktik pelayanan
kebidanan yang dibedakan menurut jenis dan
strata pelayanan (pelayanan dasar & rujukan)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(S P O)
Suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja
rutin tertentu

Memberikan langkah yang benar & terbaik


berdasarkan konsensus bersama di buat oleh sarana
pelayanan kesehatan berdasarkan standar nasional
Standar Asuhan Kebidanan
(Permenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/ 2007)
Acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, mulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi
dan pencatatan asuhan kebidanan.

Bertujuan sebagai :
1. Acuan dan landasan dalam melaksanakan tindakan/kegiatan dalam lingkup
tanggung jawab bidan.
2. Mendukung terlaksananya Asuhan Kebidanan berkualitas
3. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
4. Perlindungan hukum bagi Bidan dan Klien/Pasien

78
STANDAR I : PENGKAJIAN
Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien

Kriteria Pengkajian :
1. Data tepat, akurat dan lengkap
2. Terdiri dari Data Subjektif ( hasil Anamnesa; biodata,
keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan
latar belakang sosial budaya)
3. Data Objektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang
STANDAR II
PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH
KEBIDANAN
Pernyataan standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat

Kriteria Perumusan Diagnosa & masalah kebidanan :


1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan , baik secara
mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
STANDAR III : PERENCANAAN
Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.

Kriteria Perencanaan
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien;
tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3. Mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosial budaya klien/keluarga
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
serta fasilitas yang ada.
STANDAR IV : IMPLEMENTASI
Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
STANDAR IV : IMPLEMENTASI
Kriteria:
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-
kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keluarganya (inform consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien/ pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : EVALUASI
Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat efektifitas dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.

Kriteria Evaluasi:
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
/keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien
STANDAR VI :
PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan
kebidanan.
STANDAR VI :
PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN
Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku
KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
6. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif ;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan
rujukan.
Karakteristik
VARNEY Standar Asuhan DOKUMENTASI
Kebidanan
Pengkajian Pengkajian S : Subyektif data
O : Obyektif data
Perumusan Diagnosa dan Diagnosa A : Analisa
Masalah Diagnosa/masalah
Rumusan tindakan Perencanaan P : Penatalaksanaan
antisipasi
Tindakan segera

Perencanaan Komprehensif

Intervensi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

Pencatatan Asuhan
Kebidanan
Contoh Dokumentasi Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Identitas
RM : 129xxxx
Reg. 211.03.16xxxx
Nama : Ny. S
Umur : 38 th
Agama : Islam
Nama suami : Tn. E
Alamat : Jl. Gading Raya
Cipinang
Tgl 03 Juli 2011 jam 10.00

S : Rujukan PKM dengan G7P6A0 ketuban pecah 4 jam yll. HPHT lupa. Keluar
air- air warna putih keruh, bau amis, lendir darah ada, mules mules
sering, gerak janin aktif. ANC tidak teratur di PKM.

Riw. Obs :
1. 20 th, , spt, BB 3500 gr, bidan
2. 18 th, , spt, BB 3200 gr, bidan
3. 15 th, , spt, BB 3000 gr, bidan
4. 12 th, , spt, BB lupa, bidan
5. 7 th, , spt, BB 3000 gr, PKM
6. 3 Th, , spt, BB 3200 gr, PKM
7. Hamil ini

Tidak ada riwayat penyakit DM, Asma, Jantung, Hipertensi, dan tidak ada
riwayat alergi obat
O: K/u Baik TD 130/90 mmhg, N 92 x/mnt S 36,8 C,
P 22 x/mnt, Conjungtiva merah, Mamae tdk ada
benjolan, puting susu menonjol dan sudah ada sedikit
pengeluaran colostrum. TFU 35 cm, puki, preskep,
3/5 bag, TBJ 3565 gram, DJJ 138 x/mnt. His 2x10x
30 sedang. VT Portio tipis, aksial, 4cm, selaput ket
robek, air putih keruh, Kep H II, uuk kidep
USG Janin tunggal hidup, intra uterin, presentasi kepala,
usia gestasi 39 mgg, TBJ 3500 gram
A : G7 P6 A0 39 mgg PK I aktif
Janin tunggal, hidup, intra uterin

P :
Jam . Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, ibu
memahami
Memfasilitasi konseling KB, ibu memutuskan menjadi akseptor IUD
Memfasilitasi informed consent, ibu menyetujui tindakan pemasangan Copper
T post plasenta (Paraf)
Jam . Memfasilitasi persiapan alat dan pasien, ibu dalam keadaan nyaman
Melakukan observasi tanda bahaya, kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin,
hasil terlampir (Paraf)
Jam . Mendampingi dokter Winarno, SpoG visit, advise Infus RL, Ceftriaxone 1 x 2 gr (Paraf)
Jam . Memasang infus RL 20 tpm
Melakukan skin test Ceftriaxone, reaksi (-)
Menyuntik Ceftriaxone 2 gr IV, tidak ada alergi (Paraf)
Jam . Memfasilitasi pemenuhan nutrisi, ibu menghabiskan porsi (Paraf)
Jam .... Mengajarkan cara meneran & teknik relaksasi, ibu dapat melakukan
dengan baik (Paraf)
Jam .. Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan, ibu didampingi suami (Paraf)
Jam 11.15 WIB

S : Ibu ingin meneran

O : K/u Baik, TD 130/90 mmhg, N 96 x/mnt, S 36,8 C, P 24 x/mnt


DJJ 138 x/mnt, His 4x10x45 kuat, VT : lengkap, Ket putih keruh, Kep H IV,
UUK Kidep

A : G7 P6 P0 39 mgg PK II
Janin tunggal, hidup, intra uterin

P :
Jam . Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, ibu memahami
Jam . Menolong persalinan, Jam 11.20 Bayi lhr spontan, perempuan, menangis kuat
Memfasilitasi IMD, berhasil pada menit ke 45 (Paraf)
Jam 11.20

S : Mules (+)
O : K/U Baik, TFU se pusat, kontraksi baik, Tidak terdapat janin kedua

A : P7 A0 Kala III
P :
Jam Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, ibu
memahami
Menyuntik Syntocinon 10 IU IM, tidak ada alergi (Paraf)
Jam Melakukan PTT, Jam 11.30 Placenta lhr spt, lengkap, berat 500 gr
Melakukan masase, kontraksi uterus baik (Paraf)
Jam Mengajarkan masase, ibu dapat melakukan dengan baik (Paraf)
Jam 11.30 WIB

S : Ingin menjadi akseptor IUD, sudah konseling dan menandatangani informed consent
O : K/u Baik, TD 100/70 mmhg, N 88 x/mnt, S 36,5 C, P 20 x/mnt
TFU 2 JBP, Kontraksi uterus baik, Perdarahan 150 cc, Lochea rubra, Perineum Utuh,
Terpasang infus RL kolf I 20 tpm.

A : P7 A0 Kala IV Calon Akseptor IUD

P :
Jam Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, ibu memahami
Memfasilitasi persiapan alat pemasangan IUD, alat tersedia (Paraf)
Jam Kolaborasi dengan dokter Winarno, SpOG dalam pemasangan IUD
Jam Copper T terpasang, tidak ada perdarahan, advis Syntocinon 20 IU per drip (Paraf)
Jam Memasukkan Syntocinon 20 IU dalam infus RL kolf I/20 tpm
Melakukan observasi tanda bahaya nifas, hasil terlampir
Memfasilitasi pemenuhan nutrisi, ibu menghabiskan porsi
KIE tanda bahaya nifas, ibu memahami (Paraf)
Pengembangan Manajemen Kinerja Bidan
dalam penerapan standar asuhan kebidanan
In-service
training,
coaching,
Magang, dll

PMK
Pelayanan
Kebidanan
Standar Kebijakan

Uraian Tugas
Monitoring Indikator Penerapan Standar
Kinerja Klinis Asuhan Kebidanan

Pengendalian Continue
penyimpangan Improvement
AKI & AKB MENURUN
KESEJAHTERAAN IBU & BAYI
MENINGKAT
APLIKASI PMK DALAM PENERAPAN
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
INPUT ; PROSES ; E
- Kebijakan : OUTPUT;
F
K SDM - Self OUTCOME
O Standar Asuhan Assesment dan - Standarisasi I
Peningkatan
M Kebidanan Pembuatan Asuhan S Kualitas
- Sarana/ Komitmen Kebidanan Pelayanan
I I
prasarana - Peningkatan - Meningkatnya Kebidanan
T - Uraian Tugas Kemampuan Kinerja Bidan
E

M - Indikator Kinerja Teknis Bidan - Meningkatnya N


- SPO - Penerapan Kepuasan &
E
- Dana Standar Asuhan Pelanggan
E
N - Sistem Kebidanan - Meningkatnya AKI & AKB
Reward dan - Bimtek / RDK motivasi kerja F
Menurun
pengembangan E Kesejahteraan
karir Ibu & Bayi
K
Monitoring dan evaluasi meningkat
T
I
F
Kebijakan
& dukungan
Pimpinan Institusi

12
1 URAIAN TUGAS
UPAYA PERBAIKAN SOP (jelas, sesuai peran)
11
In-service training
Magang 2
Pendampingan/
Pendampingan
dibimbing
Peer Group, dll
Pelayanan
9 8 DRK Kebidanan
Pengadaan alat/ Kompetensi baik
sarana 5
Kurang 7 3
Dll
INDIKATOR
Output/
10 Kurang KINERJA
hasil KLINIK
Peralatan/ 6 4
sarana tak
lengkap
Pelayanan Kebidanan berdasarkan Standar diberikan oleh tenaga bidan yang
kompeten, berorientasi kepentingan klien dan berdasarkan etika
Kemampuan
Kemampuan dasar
berteknologi
Kemampuan
memecahka
n masalah
Kemampuan
berkomunikasi
Pemahaman
Multikultural dan Kompetensi yang diperlukan
multibahasa di abad 21
Kemampuan
berpikir
kreatif dan
kritis

Pemahama
Kemampuan Keingintahuan
interpersoonal n digital
yang tinggi dan
kemampuan
berpikir rasional

104
Healthy Mother, Wellborn baby & Healthy Child,
Healthy Nation
10
5
KESIMPULAN
Program pembangunan nasional diprioritaskan untuk menurunkan AKI dan AKB
melalui program pelayanan KIA-KB.

Program pelayanan KIA-KB yang telah dilaksanakan antara lain upaya MPS: Desa
Sayang Ibu Sayang Bayi/ Desa Siaga/Bidan di Desa, P4K, PPGDON, PONED, PONEK,
RSSIB dan Jampersal.

Keberhasilan program pelayanan KIA-KB sangat dipengaruhi oleh kesiapan


pelayanan kesehatan, baik di tingkat primer, sekunder, dan tersier.

Upaya pencapaian MDGs memerlukan komitmen dan aksi nyata dari berbagai
lintas program dan lintas sektoral.

Diharapkan komitmen yang kuat dari profesi BIDAN dalam upaya percepatan
penurunan AKI dan AKB melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan Kebidanan
dengan meningkatkan kepatuhan terhadap standar profesi dan standar asuhan
kebidanan.

106
Siti Romlah, MKM

Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 No. 4 9. Jakarta 12950


Gedung B Lantai 4, Ruang 410.
Hp : 081514690887, 081288365410
* E mail: sraamy_oke@yahoo.com
sraamy.oke@gmail.com

107

You might also like