Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENGEMBANGAN MODEL DAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG BERBANTUAN


OPEN SOFTWARE GEOGEBRA

I Putu Wisna Ariawan

Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana 11 Singaraja


e-mail: putu_wisna_ariawan@yahoo.com

Abstract: Development of A Geogebra Open Software Assisted Instructional Model Of Plane


Geometry Course. The study aimed at developing an instructional model of Plane Geometry
Course and its supporting materials, which is expecting to improve the students critical thinking
skills. The model was a reasoning and problem solving assisted by Geogebra Open Software. The
instructional materials involved were a textbook, manual of implementing Geogebra Open
Software, and students work sheets. The development model was based on 4D model from
Thiagarajan, Semmel and Semmel. The instructional model was tried out by involving the students
of class B Department of Mathematic Education, Faculty of MIPA Undiksha joining a program of
Plane Geometry Course on the even Semester in 2011/2012. The results indicated that the
instructional model and materials supported the model was fairly qualified according to the product
quality requirement of Nieveen version, such as valid, practical, effective, as well as it could
improve the students critical thinking skills.

Abstrak: Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran Geometri Bidang Berbantuan


Open Software Geogebra. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model dan perangkat
pembelajaran mata kuliah Geometri Bidang berbantuan open software Geogebra yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Model pembelajaran yang dikem-
bangkan adalah model pembelajaran reasoning and problem solving berbantuan open software
Geogebra. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi buku ajar, petunjuk/pedoman
pemanfaatan software Geogebra dan lembar kerja mahasiswa. Pengembangan model dan perangkat
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model 4 D dari Thiagarajan, Semmel and Semmel.
Uji coba model dan perangkat pembelajaran dilakukan dengan melibatkan mahasiswa kelas B
jurusan pendidikan Matematika FMIPA Undiksha yang mengikuti perkuliahan Geometri Bidang
pada Semester Genap Tahun Akademik 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi syarat kualitas produk versi
Nieveen, yaitu valid, praktis, dan efektif, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa.

Kata-kata Kunci: reasoning and problem solving, open software geogebra, berpikir kritis

Pembelajaran Geometri Bidang yang dilaksana- yang berlaku dalam geometri Euclide dapat
kan hingga saat ini di jurusan pendidikan digunakan untuk membangun kemampuan dan
matematika FMIPA Undiksha menyasar kepada keterampilan melukis maupun teoritis dalam
standar kompetensi memahami logika dan sis- bidang geometri Euclide sehingga siap diguna-
tem aksiomatis yang berlaku dalam geometri kan untuk mengajarkan materi terkait di sekolah
Euclide, dan melalui bekal dasar pemahaman menengah. Rumusan standar kompetensi yang
logika, sistem aksiomatis, strategi pembuktian, akan disasar pada pembelajaran Geometri Bi-
hasil bukti teorema dasar maupun teorema lanjut dang seperti rumusan di atas berimplikasi pada

141
142 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 2, Juli 2012, hlm.141-150

adanya tuntutan kemampuan berpikir yang lebih dikaji lebih mendalam melalui kemampuan
tinggi bagi mahasiswa. Kemampuan berpikir berpikir yang lebih tinggi. Gambar yang dikon-
yang di-tuntut tidak cukup hanya retention atau struksi untuk memperjelas suatu konsep atau
recall (retensi atau memanggil) maupun basic teorema tersebut harus diinterpretasikan dengan
thinking (pemahaman konsep) tetapi setidaknya benar agar suatu konsep atau teorema yang
diperlukan kemampuan berpikir kritis (Santyasa, tersaji di dalamnya dapat dikuasai dengan benar.
2004). Menurut Van Blerk, dkk. (2008), ada 3
Dalam aktivitas yang menyangkut geome- faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasis-
tri, Duval (1998) mengemukakan bahwa ada tiga wa dalam menginterpretasikan suatu gambar
jenis proses kognitif yang harus disinergikan geometri yakni: (1) pengetahuan konseptual awal
yakni proses visualisasi, proses konstruksi meng- yang relevan dengan gambar, (2) keterampilan
gunakan alat, dan proses bernalar. Ketiga proses kognitif atau penalaran yang dimiliki untuk
ini harus dikoneksikan karena sinergi dari ketiga memvisualisasikan dan menilai gambar, dan (3)
proses kognitif tersebut merupakan syarat jenis gambar yang digunakan untuk merepresen-
penting dalam mempelajari geometri. Sementara tasikan suatu konsep. Ketiga faktor tersebut da-
itu, Pederson (2004) menyatakan bahwa geome- pat dijelaskan sebagai berikut.
tri merupakan suatu keterampilan yang melibat- Menurut Roschelle (1995), pengetahuan
kan mata, tangan, dan pikiran, Ada lebih banyak konseptual awal tidak hanya mencakup level
aspek visual dan dinamis pada geometri diban- konsep saja tetapi juga mencakup level persepsi,
dingkan dengan bidang lainnya. Kedua pendapat pusat perhatian, keterampilan prosedural, pena-
di atas memberikan sinyal bahwa dalam pembe- laran, dan keyakinan terhadap pengetahuan. Oleh
lajaran Geometri, khususnya mata kuliah sebab itu, relevansi antara pengetahuan awal
Geometri Bidang, diperlukan suatu media yang yang dimiliki mahasiswa dengan gambar yang
mampu menyediakan fasilitas visual dan dinamis disajikan semakin memberikan peluang bagi
secara baik. Media yang tepat digunakan untuk mahasiswa untuk dapat menginterpretasikan
menjawab permasalahan ini adalah media berba- gambar geometri yang disajikan. Keterampilan
sis teknologi, Hal ini diperkuat oleh Hohenwar- penalaran merupakan syarat penting dalam
ter, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa sudah mempelajari Geometri. Mahasiswa yang memi-
sepantasnya pada saat ini pembelajaran matema- liki keterampilan penalaran yang baik akan
tika, khususnya Geometri Bidang, dilakukan de- mampu membuat koneksi antara pengetahuan
ngan cara mengintegrasikan teknologi ke dalam- konseptual awal yang dimilikinya dengan gam-
nya. bar geometri yang sedang diamatinya serta akan
Pembelajaran Geometri Bidang dengan mampu menemukan hubungan-hubungan yang
memanfaatkan media berbasis teknologi yang ada pada gambar geometri yang disajikan. De-
dapat memberi visualisasi dengan baik memang ngan demikian, mereka juga akan mampu meni-
sangat dibutuhkan karena untuk dapat mema- lai gambar yang disajikan. Dalam geometri,
hami suatu konsep atau teorema kadangkala suatu teorema dapat disajikan dalam berbagai
perlu dilengkapi dengan ilustrasi berupa gambar. bentuk gambar. Begitu pula sebaliknya, semakin
Gambar yang dikonstruksi dapat digunakan un- kompleks gambar yang digunakan untuk menya-
tuk memperjelas suatu konsep atau teorema takan suatu teorema, kecenderungannya semakin
karena konstruksi gambar yang sesuai pada haki- sulit gambar tersebut untuk diinterpretasikan.
katnya bukan hanya sekadar gambar sederhana Dari uraian di atas dapat disimpulkan bah-
yang berfungsi sebagai ilustrasi belaka, tetapi wa berdasarkan karakteristik dari materi mata
sebenarnya merepresentasikan suatu hasil kon- kuliah Geometri Bidang, setidaknya akan ada
struksi yang melibatkan mental, konseptual, dan dua komponen yang bisa mempengaruhi hasil
sifat-sifat gambar secara simultan yang perlu belajar mahasiswa. Pertama, tuntutan kemampu-
Ariawan, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran 143

an berpikir kritis mahasiswa untuk dapat me- dan desain awal. Melalui kegiatan ini dapat
mahami materi. Kedua, perlunya mengintegrasi- dihasilkan suatu perangkat awal yang dalam
kan teknologi yang mampu menyediakan penelitian ini disebut dengan Draft I. Pada tahap
fasilitas visual dan dinamis secara baik yang develop dilakukan pengkajian terhadap kualitas
menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk mema- produk yang dikembangkan dengan mengacu
hami materi, kepada kriteria kualitas produk yang dikembang-
Berangkat dari permasalahan-permasalahan kan oleh Nieveen (1999). Menurut Nieveen
tersebut maka dalam pembelajaran mata kuliah (1999), suatu produk dikatakan berkualitas jika
Geometri Bidang harus dikembangkan suatu produk tersebut memenuhi kriteria validity,
model pembelajaran inovatif beserta perangkat- practicality dan effectiveness. Tahap develop
nya dengan mengintegrasikan teknologi berbasis diawali dengan validasi oleh ahli. Validasi/peni-
ICT yang diharapkan dapat melatih dan sekaligus laian dilakukan terhadap perangkat dan instru-
meningkatkan kemampuan berpikir kritis maha- men yang dikembangkan pada tahap perancang-
siswa. Upaya yang diyakini dapat menjawab an (Draft I) sehingga menghasilkan Draft II.
ataupun menangani permasalahan tersebut adalah Kegiatan validasi ini ditujukan untuk mengkaji
dengan mengembangkan model pembelajaran kualitas produk dari aspek validity dan practi-
reasoning and problem solving berbantuan open cality. Draft II selanjutnya diuji coba untuk
software Geogebra beserta perangkat-perangkat memperoleh masukan langsung dari mahasiswa.
pendukungnya yang berkualitas melalui suatu Proses uji coba dilakukan untuk mengkaji kuali-
penelitian pengembangan. tas produk dari aspek practicality dan effective-
ness. Hasil uji coba dijadikan dasar untuk
METODE penyempurnaan draft sehingga diperoleh produk
akhir. Proses uji coba dilakukan melalui
Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua
B semester II Jurusan Pendidikan Matematika
siklus sampai akhirnya diperoleh produk akhir
FMIPA Undiksha yang memprogram dan meng-
yang berkualitas,
ambil mata kuliah Geometri Bidang pada tahun
Ada dua jenis validitas yang dikaji yakni
akademik 2010/2011 sebanyak 31 orang. Dilihat
validitas model dan validitas perangkat. Model
dari tujuannya, penelitian ini bertujuan untuk
yang dikembangkan dikatakan valid jika meme-
mengembangkan model pembelajaran inovatif
nuhi kriteria berikut (dimodifikasi dari Yamasari,
sehingga penelitian ini termasuk dalam peneliti-
2010:3): (1) lebih dari setengah (minimal 51%)
an pengembangan. Model penelitian pengem-
validator menyatakan bahwa model pembelajar-
bangan yang digunakan adalah modifikasi dari an yang dikembangkan minimal berada pada
four-D Models yang dikembangkan oleh Thia-
kategori didukung oleh teori yang cukup kuat;
garajan, Semmel dan Semmel (dalam Trianto,
dan (2) lebih dari setengah (minimal 51%)
2007:56). Modifikasi dilakukan melalui penye-
validator menyatakan bahwa keterkaitan antara
derhanaan tahapan yang ada pada four-D Models
komponen-komponen model pembelajaran mini-
dari empat tahap menjadi tiga tahap, yaitu pen-
mal berada pada kategori keterkaitan antarkom-
definisian (define), perancangan (design), dan
ponen model cukup kuat.
pengembangan (develop).
Ada tiga perangkat pembelajaran yang di-
Pada tahap define, kegiatan difokuskan kembangkan. Kriteria validitas perangkat pembe-
untuk menganalisis permasalahan-permasalahan
lajaran mengacu pada yang dikemukakan oleh
serta kebutuhan yang diperlukan dalam upaya
Yamasari (2010:3). Jika Pi adalah rata-rata skor
untuk mendefinisikan syarat-syarat pembelajar-
an. Pada tahap design dilakukan kegiatan penyu- validator pada perangkat ke-i, maka kriteria
sunan tes, pemilihan media, pemilihan format validitasnya adalah seperti berikut.
144 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 2, Juli 2012, hlm.141-150

3 Pi 4 menyatakan perangkat valid 25% KM<50% : dapat diterapkan dengan


banyak revisi
2 Pi < 3 menyatakan perangkat cukup valid
KM < 25% : tidak dapat diterapkan
1 Pi < 2 menyatakan perangkat tidak valid
Uji coba dan kriteria yang digunakan untuk
Perangkat yang dikembangkan dikatakan valid,
menguji keterterapan perangkat pembelajaran
jika rata-rata skor validator pada masing-masing
dilakukan menggunakan cara yang sama dengan
perangkat yang dikembangkan berada pada kate-
uji keterlaksanaan model pembelajaran.
gori valid.
Keefektifan (effectiveness) model dan pe-
Uji keterterapan (practicality) model juga
rangkat yang dikembangkan dilihat dari aktivitas
menggunakan kriteria yang dimodifikasi dari
mahasiswa selama mengikuti pembelajaran,
Yamasari (2010: 3). Model dikatakan praktis jika
kemampuan berpikir kritis mahasiswa, hasil
memenuhi kriteria (1) lebih dari setengah, atau
belajar mahasiswa, dan tanggapan mahasiswa
minimal 51% validator memberikan pertimbang-
terhadap model dan perangkat yang dikembang-
an bahwa model pembelajaran minimal berada
kan. Aktivitas mahasiswa diukur menggunakan
pada kategori dapat diterapkan dengan sedikit
lembar observasi aktivitas yang terdiri dari tiga
revisi; (2) tanggapan mahasiswa terhadap model
indikator, yaitu interaksi mahasiswa dengan do-
pembelajaran ( M ) minimal berada pada kategori
sen, interaksi antarmahasiswa, dan usaha maha-
dapat diterapkan dengan sedikit revisi. Nilai M
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Data
dihitung dengan rumus:
aktivitas belajar mahasiswa yang terkumpul
total skor klasikal x 100% dianalisis secara deskriptif dengan cara mencari
M =
n x (skor maksimal) rata-rata skor aktivitas secara klasikal ( A k )

Kriteria untuk menentukan keterlaksanaan kemudian mencari persentasenya. Hasil analisis


model menurut penilaian mahasiswa adalah selanjutnya dibandingkan dengan kriteria aktivi-
tas mahasiswa dengan menggunakan kriteria
M 75% dapat diterapkan tanpa revisi yang diadaptasi dari Yamasari, (2010:4)
50% M <75%: dapat diterapkan dengan
Aspek kedua dari keefektifan model dan
sedikit revisi
25% M < 50% : dapat diterapkan dengan perangkat pembelajaran adalah kemampuan ber-
banyak revisi pikir kritis mahasiswa. Skor kemampuan berpikir
M < 25% : tidak dapat diterapkan kritis mahasiswa dihitung dengan menggunakan
Tingkat keterterapan model pembelajaran rubrik penskoran kemampuan berpikir kritis.
yang diberikan oleh validator dan tanggapan Rubrik penskoran ini disusun dengan memo-
mahasiswa minimal berada pada kriteria dapat difikasi The Holistic Critical Thinking Scoring
digunakan dengan sedikit revisi. Rubric yang telah dikembangkan oleh Facione
Untuk menghitung tingkat keterlaksanaan dan Facione (2009).
model pembelajaran (KM) digunakan rumus: Aspek efektivitas ketiga adalah hasil bela-
jar mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa dihitung
KM = V M dengan mengacu pada ketentuan yang ada pada
2 buku pedoman studi dengan mempertimbangkan
V menyatakan pertimbangan validator dan M skor tugas (T), skor UTS, dan skor UAS. Hasil
menyatakan tanggapan mahasiswa. Keterlaksa- belajar mahasiswa dihitung dengan mencari rera-
naan model ditentukan dengan menggunakan ta ketiga komponen tersebut dengan mengguna-
kriteria sebagai berikut. kan rumus:
KM 75% : dapat diterapkan tanpa revisi ( ) ( ) ( )
50% KM<75% : dapat diterapkan dengan Rerata =
sedikit revisi
Ariawan, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran 145

Mahasiswa dinyatakan tuntas jika mahasis- lajaran minimal dalam kategori aktif; (2) kemam-
wa minimal memperoleh skor 55. Oleh karena puan berpikir kritis mahasiswa minimal berada
itu, ketuntasan yang digunakan pada penelitian pada kategori baik; (3) hasil belajar mahasiswa
ini adalah perolehan skor 55 sesuai dengan ke- tergolong baik, yakni memiliki daya serap 65%
tentuan buku pedoman Undiksha. dan ketuntasan belajar 85%; dan (4) respon
Aspek efektivitas yang terakhir adalah res- mahasiswa terhadap model dan perangkat yang
pon mahasiswa terkait dengan model dan perang- digunakan minimal berada pada kategori positif.
kat yang dikembangkan. Item yang digunakan
pada instrumen memiliki gradasi skor 1 (sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (setuju) dan 4
(sangat setuju) untuk item yang arahnya positif Hasil
dan sebaliknya jika arah itemnya negatif. Skor Profil Produk yang dikembangkan
pada masing-masing item dijumlahkan dan se-
Produk yang dikembangkan adalah model
lanjutnya dicari rata-ratanya ( R k ) kemudian
pembelajaran reasoning and problem solving
mencari persentase respon (PR) menggunakan yang memanfaatkan open software Geogebra dan
rumus (1/4) ( R k ) x 100%. Hasil analisis selan- perangkat pembelajaran yang terdiri dari buku
jutnya dibandingkan dengan kriteria respon ajar, LKM, dan petunjuk penggunaan open
mahasiswa dengan menggunakan kriteria yang software tersebut. Sintaks model dan kegiatan
diadaptasi dari Yamasari (2010: 4). pembelajaran yang memanfaatkan media simula-
Model dan Perangkat yang dikembangkan si matematika adalah seperti dicantumkan pada
dikatakan efektif jika memenuhi kriteria berikut: Tabel 1.
(1) aktivitas mahasiswa dalam mengikuti pembe-
Tabel 1. Sintak Model dan Kegiatan Mahasiswa dalam Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
berbantuan Open Software Geogebra

Tahapan Kegiatan Pembelajaran


Membaca dan Dosen membagikan LKM untuk dikerjakan oleh mahasiswa
Berpikir Mahasiswa mengidentifikasi permasalahan yang ada pada LKM
Mahaasiswa menggunakan draft buku ajar mengidentifikasi fakta dan teori
Mahasiswa mendeskripsikan seting pemecahan masalah
Eksplorasi dan Mahasiswa menggunakan draft buku ajar mengorganisasi kecukupan informasi
Perencanaan Mahasiswa menggunakan open software Geogebra serta buku petunjuk
penggunaan software mengeksplorasi/ mengkonstruksi model pemecahaan masalah
Menyeleksi Berdasarkan hasil rekonstruksi dengan menggunakan open software Geogebra,
Strategi mahasiswa menetapkan pola pemecahan yang akan dipilih dari berbagai
kemungkinan model pemecahanan masalah yang bisa dibuat
Dengan menggunakan open software Geogebra, mahasiswa menguji pola
pemecahan macalah yang telah ditetapkan,
Mahasiswa melakukan proses reduksi, ekspansi, atau menulis persamaan bila
diperlukan
Menemukan Mahasiswa mengintegrasikan semua keterampilannya: berhitung, aljabar atau
Jawaban geometri dengan membuat konstruksi bukti atau hasil perhitungan secara deduksi-
logis untuk menemukan pemecahan dari permasalahan yang ada pada LKM
Refleksi dan Mahasiswa mengoreksi kembali jawabannya
Perluasan Dosen mengarahkan mahasiswa untuk mendiskusikan hasil penyelesaian yang telah
dibuat mahasiswa,
Dengan menggunakan open software Geogebra, dosen mengarahkan mahasiswa
untuk menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep ilmiah dan
generalisasinya atau memformulasikan masalah baru yang mungkin bisa
dikembangkan dari kondisi permasalahan awal yang ada,
146 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 2, Juli 2012, hlm.141-150

Validitas Model dan Perangkat Pembelajaran pada dua aspek, yaitu (1) kekuatan teori pendu-
Model dan perangkat pembelajaran divali- kung model dan (2) keterkaitan komponen-
dasi oleh tiga validator. Hasil validasi yang dibe- komponen model pembelajaran. Data hasil vali-
rikan oleh ketiga validator terkait dengan model dasi model pembelajaran yang dikembangkan
pembelajaran yang dikembangkan menekankan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Validasi Model Pembelajaran yang Dikembangkan

Rerata Skor Validator ke-


No Aspek Rerata
1 2 3
1 Kekuatan Teori Pendukung Model 3,5 3,5 3 3,3
Keterkaitan antar komponen- komponen model
2 3,6 3,2 3,2 3,3
pembelajaran
Rerata 3,55 3,35 3,1 3,3

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa model Jika Pi adalah rerata skor validator pada
yang dikembangkan sudah valid. Walaupun perangkat ke-i maka dari hasil penilaian ke-tiga
demikian, beberapa komponen perlu dilakukan validator ternyata diperoleh 3 Pi 4. Artinya,
revisi sesuai dengan masukan validator, seperti
perangkat-perangkat yang dikem-bangkan berada
pemaparan teori pendukung secara lebih menda-
pada kategori valid. Walaupun perangkat-pe-
lam dan perlu penjelasan tentang penggunaan
rangkat yang dikembangkan sudah valid, namun
sistem low structure pada sistem sosial dari
berdasarkan penilaian ketiga validator, perlu
model yang dikembangkan.
dilakukan beberapa revisi terkait dengan kesalah-
Ada tiga perangkat pembelajaran yang
an pengetikan.
dikembangkan, antara lain: buku ajar, suplemen
pedoman belajar mahasiswa yang berupa: petun- Keterterapan Model dan Perangkat
juk/pedoman pemanfaatan software Geogebra, Aspek practicality model pembelajaran
dan Lembar Kerja Mahasiswa. Hasil validasi dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
yang diberikan oleh ketiga validator terkait de- dikaji dari penilaian tiga validator dan uji empiris
ngan perangkat pembelajaran disajikan pada terhadap mahasiswa melalui ujicoba terbatas di
Tabel 3. kelas menggunakan PTK. Hasil kajian practi-
Berdasarkan Tabel 3 di bawah, rerata skor cality model pembelajaran, baik dari validasi
validator untuk semua perangkat yang dikem- ketiga validator maupun penilaian mahasiswa
bangkan adalah 3,367. disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Berdasarkan hasil penilaian seperti tertu-
yang Dikembangkan ang pada Tabel 4 dapat dinyatakan bahwa per-
Rerata Skor Validator untuk sentase KM yang diberikan oleh mahasiswa lebih
Aspek
setiap Jenis Perangkat dari 75%. Artinya, model dapat diterapkan tanpa
No yang
Dinilai Buku Buku revisi. Ketiga validator juga memberikan penila-
LKM
Ajar Petunjuk
ian persentase KM lebih dari 75%. Artinya,
1 Format 3,25 3,25 3,17
ketiga validator menyatakan bahwa model dapat
2 Isi 3,19 3,25 3,28
diterapkan tanpa revisi. Karena rerata persentase
3 Bahasa 3,00 3,00 3,00 penilaian validator dan mahasiswa lebih dari
4 Keluwesan 4,00 4,00 4,00 75%, maka model yang dikembangkan berada
Rerata 3,36 3,38 3,36 pada kategori dapat diterapkan tanpa revisi
Ariawan, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran 147

sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang c. Validator ke-3 4


dikembangkan memenuhi kriteria practicality. 2 Mahasiswa 3,04 76,04%
Rerata 88,02%
Tabel 4. Keterterapan Model Pembelajaran yang
Dikembangkan Hasil kajian practicality untuk perangkat
Rerata pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
No Penilai KM
Skor validasi ketiga validator dan penilaian mahasis-
1 Validator
wa disajikan pada Tabel 5.
a. Validator ke-1 4 100%
b. Validator ke-2 4

Tabel 5. Practicality Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan


Rerata Skor (RS) dan Keterterapan Perangkat (KP)
No Penilai Buku Ajar LKM Buku Petunjuk
RS KP RS KP RS KP
1 Validator
a. Validator ke-1 4 4 4
100% 100% 100%
b. Validator ke-2 4 4 4
c. Validator ke-3 4 4 4
2 Mahasiswa 3,04 75,92% 3,02 75,46% 3,06 76,38%
Rerata 3,76 87,96% 3,76 87,73% 3,77 88,19%

Seperti halnya pada penilaian aspek prac- perangkat yang dikembangkan. Hasil pengamat-
ticality model pembelajaran, dapat dinyatakan an terhadap aktivitas mahasiswa selama ber-
bahwa perangkat yang dikembangkan juga telah langsungnya proses pembelajaran disajikan pada
memenuhi kriteria practicality. Tabel 6.
Berdasarkan hasil yang tertuang pada
Efektivitas Model dan Perangkat Tabel 6 dapat dinyatakan bahwa PA mahasiswa
Keefektifan model dan perangkat yang pada siklus I sebesar 71,77% yang berada pada
dikembangkan dilihat dari beberapa aspek, yaitu: kategori aktif. Walaupun nilai PA pada siklus II
aktivitas mahasiswa selama mengikuti pembela- meningkat menjadi 75,18%, namun peningkatan
jaran, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, ini masih tetap berada pada kategori aktif.
dan tanggapan mahasiswa terhadap model dan

Tabel 6. Skor Aktivitas Mahasiswa dalam Mengikuti Pembelajaran


Rerata Skor
No Indikator/Deskriptor Aktivitas
Siklus I Siklus II
1 Interaksi mahasiswa dengan dosen
a, Mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada dosen 14,5 15,83
b, mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan dosen 16 18,83
2, Interaksi antarmahasiswa
a, Mahasiswa bertanya kepada temannya 20,5 22,17
b, Mahasiswa menanggapi pertanyaan yang diajukan temannya 20,5 21
3, Usaha mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran
a, Mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-
31 31
sungguh
b, Mahasiswa tidak mengerjakan pekerjaan lain 31 31
Total 133,5 139,83
Rerata Skor Aktivitas secara Klasikal ( A k ) 4,31 4,51
Persentase Aktivitas (PA) 71,77% 75,18%
148 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 2, Juli 2012, hlm.141-150

Dengan menggunakan rubrik penskoran mahasiswa secara klasikal R k = 1348, rata-rata


kemampuan berpikir kritis yang mengadaptasi skor respon mahasiswa ( R k ) = 1348 = 3,11
The Holistic Critical Thinking Scoring Rubric (14) x (31)
diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis maha-
dan persentase respon (PR) = Rk x 100% =
siswa pada dua siklus PTK, seperti dicantumkan 4
pada Tabel 7. 77,65%. Nilai PR sebesar 77,65 menunjukkan
Tabel 7. Perolehan Skor Kemampuan Berpikir bahwa mahasiswa memberikan tanggapan positif
Kritis Mahasiswa terhadap model dan perangkat pembelajaran
Hasil yang digunakan.
Siklus I Siklus II
Akhir
Rerata Perolehan Pembahasan
11,81 13,03
Total Skor
Rerata Perolehan Seperti yang sudah dipaparkan pada
59,03 65,16 66,34
Skor bagian sebelumnya, tingkat penguasaan
Tingkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada
59,03% 65,16% 66,34%
Penguasaan siklus I baru mencapai 59,03% dan berada pada
kategori nilai 3 atau C. Hal ini disebabkan oleh
Secara lebih rinci, tingkat penguasaan
beberapa faktor berikut.
kemampuan berpikir kritis mahasiswa disajikan Pada saat mengerjakan LKM, mahasiswa
pada Tabel 8.
mengalami kesulitan untuk menuliskan langkah
Tabel 8. Tingkat Penguasaan Kemampuan pembuktian secara sistematis. Hal ini tidak
Berpikir Kritis Mahasiswa terlepas dari masih kurangnya pengalaman
Banyaknya Mahasiswa yang belajar yang dimiliki mahasiswa terkait dengan
Tingkat Mencapai Tingkat Penguasaan proses pembuktian dan pemanfaatan software
Penguasaan Hasil
Siklus I Siklus II Geogebra. Kurangnya pengalaman belajar maha-
Akhir
85% 100% siswa dalam memanfaatkan software Geogebra
0 0 0
tentu akan memberi kontribusi terhadap lemah-
70% 84% 4 14 5
nya kemampuan berpikir kritis mahasiswa kare-
55% 69% 21 14 23 na mahasiswa belum bisa memanfaatkan sifat
40% 54% 5 2 2 dinamis yang ada pada software untuk mengem-
0% - 39% 1 1 1 bangkan kemampuan melakukan pembuktian dan
proses pembuktian. Hal ini sesuai dengan per-
Tabel 7 dan 8 di atas menunjukkan bahwa
nyataan Aksoy, Bayazit, & Soyba (2010) yang
pada siklus I tingkat penguasaan kemampuan
menyatakan bahwa sifat dinamis pada software
berpikir kritis baru mencapai 59,03%. Menurut
Geogebra akan memungkinkan mahasiswa untuk
pedoman konversi penilaian dengan PAP,
mengembangkan kemampuan melakukan pem-
pencapaian ini berada pada nilai 3 atau C. Pada
buktian maupun proses pembuktian.
akhir siklus II terjadi kenaikan rerata tingkat
Seiring dengan berjalannya waktu dan se-
penguasaan kemampuan berpikir kritis menjadi
makin banyaknya pengalaman belajar yang
65,16%, namun masih berada pada kategori nilai
diperoleh mahasiswa dalam memanfaatkan soft-
3 atau C. Hasil belajar mahasiswa mencapai daya
ware Geogebra pada sisa perkuliahan, peneliti
serap 66,34% dan ketuntasan belajar 90,32%.
optimis bahwa pada siklus II, kemampuan berpi-
Aspek efektivitas yang terakhir adalah kir kritis mahasiswa dapat ditingkatkan. Untuk
respon mahasiswa terkait dengan model dan mencapai sasaran ini maka pada saat mahasiswa
perangkat yang dikembangkan. Berdasarkan mengerjakan LKM, peneliti lebih banyak mem-
hasil tabulasi angket diperoleh total skor respon berikan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang
Ariawan, Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran 149

dapat dijadikan inspirasi bagi mahasiswa dalam bra, perangkat-perangkat pendukung seperti bu-
mengeksplorasi suatu konsep ataupun dalam ku ajar, petunjuk pemanfaatan software, dan
melakukan proses pembelajaran. Melalui upaya LKM, sebaiknya diterapkan dengan cara seperti
ini, akhirnya pada siklus II kemampuan berpikir berikut ini. LKM diterapkan pada tahapan
kritis mahasiswa dapat ditingkatkan sehingga pembelajaran: (a) membaca dan berpikir, (b)
mencapai tingkat penguasaan sebesar 65,16%. eksplorasi dan peren-canaan, (c) menyeleksi stra-
Pada aspek hasil belajar, perolehan tingkat tegi, (d) menemukan jawaban, dan (e) refleksi
penguasaan mahasiswa mencapai 66,34%, Nilai dan perluasan. Buku petunjuk/pedoman peman-
ini lebih besar dari pencapaian tingkat pengua- faatan software Geogebra dimanfaatkan sebagai
saan kemampuan berpikir kritis pada akhir siklus bantuan untuk membuat perintah yang dapat
II. Hal ini disebabkan oleh adanya kontribusi dieksekusi oleh software pada saat mahasiswa
nilai tugas yang diperhitungkan pada hasil bela- memanfaatkan software ini pada tahapan eks-
jar mahasiswa. plorasi dan perencanaan, menyeleksi strategi,
Hasil penelitian yang terkait dengan ke- tahapan refleksi, dan perluasan. Buku ajar
mampuan berpikir kritis mahasiswa seperti yang dimanfaatkan pada kelima tahapan model
sudah diuraikan di atas dapat dicapai dengan pembelajaran agar mahasiswa dapat memperkuat
mengimplementasikan model pembelajaran rea- teori-teori pendukung yang tersaji dalam buku
soning and problem solving berbantuan open ajar dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada
software Geogebra melalui tahapan pembelajar- pada LKM.
an: (1) membaca dan berpikir, (2) eksplorasi dan
perencanaan, (3) menyeleksi strategi, (4) mene- SIMPULAN
mukan jawaban, dan (5) refleksi dan perluasan.
Model pembelajaran reasoning and pro-
Integrasi open software Geogebra dalam model
blem solving berbantuan open software Geogebra
pembelajaran reasoning and problem solving
dan perangkat pembelajaran yang berupa buku
dilakukan pada tahapan-tahapan: (1) eksplorasi
ajar, buku petunjuk pemanfaatan software
dan perencanaan yang dimaksudkan untuk meng-
Geogebra dan LKM yang dikembangkan pada
eksplorasi atau mengkonstruksi model pemecah-
penelitian ini telah memenuhi tiga kriteria
an masalah, (2) menyeleksi strategi yang dimak-
kualitas produk dilihat dari valditas, keter-
sudkan untuk menetapkan pola pemecahan yang
terapan, dan efektivitas. Integrasi open software
akan dipilih dari berbagai kemungkinan model
Geogebra dalam pembelajaran dapat dilakukan
pemecahanan masalah yang bisa dibuat dan
dalam tiga tahapan model reasoning and
menguji pola pemecahan melalui simulasi atau
eksperimen, dan (3) refleksi dan perluasan yang problem solving, yaitu eksplorasi dan peren-
canaan, menyeleksi strategi, refleksi dan perluas-
dimaksudkan untuk menemukan alternatif peme-
an. Penerapan model pembelajaran reasoning
cahan lain dengan memformulasikan masalah
and problem solving berbantuan open software
baru yang mungkin bisa dikembangkan dari kon-
Geogebra dan perangkat pembelajarannya pada
disi permasalahan awal yang ada.
perkuliahan Geometri Bidang dapat mening-
Sementara itu, untuk memperoleh hasil
katkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
kemampuan berpikir kritis secara lebih optimal
dalam model pembelajaran reasoning and pro-
blem solving berbantuan open software Geoge-

DAFTAR RUJUKAN
Aksoy, Y., Bayazit, ., & Soyba, D. 2010. The Conference, hlm, 190-195, Ithaca, New
Effects of GeoGebra in Conjectures and York, USA, 27 - 28 July.
Proofs. First North American GeoGebra
150 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 2, Juli 2012, hlm.141-150

Massachusetts, (Online), (http://www.


exploratorium,edu/IFI/resources/muse
Duval, R. 1998. Geometry from a cognitive point
umeducation/priorknow-ledge, h.ml,
of view, dalam C. Mammana & V.
diakses tanggal 1 Maret 2012).
Villani (Eds.). Perspective on the
Teaching of Geometry for the 21st Cen- Santyasa, I W. 2004, Model Problem Solving
tury (hlm. 37-51), Dordrecht: Kluwer dan Reasoning Sebagai Alternatif
Academic Publishers. Pembelajaran Inovatif, Makalah, Disaji-
kan dalam Konvensi Nasional Pendi-
Facione, P., & Facione, N. 2009. The Holistic
dikan Indonesia (Konaspi) V, Surabaya,
Critical Thinking Scoring Rubric,
5-9 Oktober.
California: California Academic Press.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
Hohenwarter, J., Hohenwarter, M., & Lavicza, Z.
dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Pres-
2008. Introducing Dynamic Mathematics
tasi Pustaka.
Software to Secondary School Teachers:
The Case of GeoGebra, Journal, of Van Blerk, A., Christiansen, I. M., & Anderson,
Computers in Mathematics and Science T. R. 2008. Learners Visual Recog-
Teaching, 28(2): 135-146. nition Of Geometry Theorems. Pro-
ceedings Of ICME-11 Topic Study
Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product
Group 20: Visualization in The Teaching
Quality, dalam Jan Van den Akker, R,M
and Learning of Mathematiscs, hlm.
Branch, K, Gustafson, N, Nieveen, & Tj,
200-212, Monterry: Mexico.
Plom (eds.), Design Approach and
Education and Training, (hlm. 125-135), Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media
Dordrecht: Kluer Academic Publishers. Pembelajaran Matematika Berbasis ICT
yang Berkualitas. Prosiding Seminar
Pederson, J. 2004. Why We Still Need to Teach
Nasional Pascasarjana X ITS 2010, 4
Geometry, Proceedings of the
Agustus, ISBN 979-545-0270-1, hlm, 1-8,
Fourth International Congress on
(online), (http://www, snps,its,ac,id/
Mathematical Education, hlm. 158-
data/makalah/Pengembangan%20Media%
159, Boston: Birkhauser Boston.
20Pembelajaran%20Matematika%20Berba
Roschelle, J. 1995. Environments: Prior sis%20ICT%20yang%20Berkualitas,pdf,
Knowledge and New Experience, the diakses 1 Maret 2011).
American Association of Museums,

You might also like