Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 46

I LMU H U K U M

DAN

KEADILAN

OLEH:

Mr. VUSUMASUMANTRI

n n n ja rakjat san g a t' setia dan bertaat kepada


' ppm erintah-pem erintq.hnju.
lagi kepada p em e rin ta h R ep u b lik Indonesia ia
-it p a tu h , 'sehingga ia h a m p ir patah dalam
(jo a n g a n n ja ; ia sangat m engerti kepada keivadji-
h a n n ja , a ka n teta p i belum in s ja f benar akan h a k2nja.
Zl bu' Ul AJOf q-
Q \ W
2 5 SE? B *

' 1; . .* ->

* 5 SEP 2003 ffS/UtTi


%LP - m y M > . 3

Kangkaiau Kitab
K eadilan ba"i Rakjat
Kitab 11

i L M U* H U M U M IZ
\ V ? p U2
d a Kv v

KEA

Ho

& t/fW

OLEH:

Mr. IWA KUSUMASUMANTRI

PENERBIT DJAKARTA

KRAMAT RAYA 152


K O T A K PO S 87 V ,1?

yN
H / n i A H I
.. ...................... !
A "'i 8 / ^ / 2 ^ . .............1
TGL.

hill's
1Jk** ieill2t*r>
i ^ o a l 2 jang penting jang mendjadi kepentingan dan
dewasa ini mendjadi perhatian rakjat dalam membangun
dan menjusun N egara, ialah, soal2: Kehakiman, Perbu-
ruhan, Pertanian, Perdagangan, Kesehatan, Keamanan.
Pemberantasan buta huruf, Olah-raga, Koperasis, Soals
Demokrasi, M inoriteit, Kebudajaan dsb.

Kami selalu berusaha agar diantaranja dapat diterbit


kan brosur-brosur mengenai soal2 tsb., dan buku ketjil
inipun sebagian ketjil untuk memenuhi maksud diatas.

Oleh karena itu, kami m engadjak kepada kaum tjerdik-


pandai, para achli dan jang ada kesempatan menulis,
suka menjumbangkan 'buah fikiran berupa karangan2
atau tulisan2, jang berguna bagi rakjat dan T an ah Air,
untuk mendorong terlaksananja usaha pembangunan
dewasa ini.

Penghargaan (honorarium) atas buah itu, dapat di


rundingkan.

Penerbit.
M erdeka / / /

R akjat Indonesia sekarang masih menghadapi


m a s a p e r d j o a n g a n disamping usahanja untuk
pem bangunan. Kemerdekaan negara mesti dilengkapkan,
kem erdekaan bangsa mesti dipenuhkan dengan kemer
dekaan rakjat. Didalam segala lapangan mesti ditjapai
kesadaran dan keadilan. Rangkaian kitab K E A D IL A N
B A G I R A K J A T " ini adalah salah satu usaha untuk
supaja rakjat Indonesia akan lebih insjaf, lebih sadar
dalam usahanja m enuntut Keadilan.
Sebagai kitab pertama dari rangkaian kitabe ini di-
sadjikan tentang ilmu hukum dan keadilan. Pengetahuan
tentang ilmu hukum bukan sadja berfaedah bagi pela-
djars ilmu ini, akan tetapi ia sangat perlu d juga bagi
rakjat umum dalam usahanja menuntut Keadilan.
Didalam sebuah negara jang benar* merdeka tidak
boleh tidak k e s a d a r a n keadilan rakjat
u m u m mesti mendjadi dasar tertib^hukum baru; djika
tidak, maka selalu akan timbul kekuatan* jang dengan
bermatjam-matjam tjara menentang tertib-hukum jang
tidak berdasarkan kesadaran keadilan umum itu. Dem i
kianlah kitab8 ini terutama ditulis untuk rakjat, sedapat
m ungkin disadjikan dengan tjara jang mudah dimengerti
oleh rakjat. Karena itu sedapat mungkin akan dihindar
kan segala perkataan asing jang kurang perlu. Apalagi
kutipan8 dari buku bahasa Barat jang lazim diperguna
kan oleh para-peniru, tidak akan disadjikan dalam kitab*
ini. supaja rakjat umum akan lebih mudah mengerti-
kannja.
Sesudahnja k ita b ^ J L M U H U K U M D A N K E
A D I L A N ini, akan.;diusahakan d engari- segera kitab
jang berikutnja, 'jaitu -tentang H A K -H A K A S A S I
R A K J A T M E R D E K A d a n kemudian jang berikutnja
lagi tentang K E fA T A ^ N E G A R A A N J A N G A D I L "
dan selandjutnja te^t&ri'gP bahan* la in ,/ja n g m ungkin
berfaedah bagi kesadkraH k&kiat ,umum dalam usahanja
m enuntut Keadilan.
M udah-m udahan tulisan3 k a m i ini dengan perto
longan Tuhan Jang M aha Kuasa akan berfaedah hen-
daknja bagi pentjinta kemerdekaan rakjat.

Salam bahagia.
Penulis.
n c la k u lu a f\^ ,

H A K R A K J A T K E P A D A K E A D IL A N

Berpuluh~puluh, bahkan beratus tahun R akjat Indo


nesia bekerdja bagi nusa dan bangsa, memenuhi kebu
tuhan hidupnja dengan melimpahkan bermatjam-matjam
hasil pekerdjaannja bagi berpuluh-puluh bangsa lain.
Kopi, gula, kina, karet, minjak. kopra, dan berpuluh-
puluh hasil bumi lainnja dikirimkan keseluruh dunia.
U m um nja rakjat sangat setia dan bertaat kepada peme-
rintah*~nja. A palagi kepada pemerintah R epublik Indo
nesia ia sangat patuh, sehingga ia hampir patah dalam
perdjoangannja; ia sangat mengerti kepada kewadjiban-
nja, akan tetapi belum insjaf benar akan hak-haknja.
Inilah salah satu sebab jang terpenting, jang oleh
karenanja bagi pemerintah Republik sukarlah rupanja
memberikan pimpinan jang djitu.
R akjat berhak kepada Keadilan disegala lapangan,
akan tetapi ia berkewadjiban pula menjokong pemimpin3
negaranja d e n g a n p i k i r a n i - n j a d a n p e n-
d a p a t n j a.
Pengetahuan tentang ilmu hukum memberikan ke-
insjafan jang tegas tentang segala soal masjarakat, djuga
tentang hak* rakjat, tentang haks-nja kepada keadilan.
R akjat bertaat dan berpatuh; ia berhak kepada
keadilan; pada rakjat terletak kewadjiban m e n j a t a-
k a n d e n g a n t e g a s kesadaran keadilannja dan
pada pem im pin* negara Indonesia terletak kewadjiban
m endengarkan dan memperhatikannja, dan merunding-
kannja dengan wakilB rakjat, supaja terselenggaralah
segala hukum jang adil, jang harus dilaksanakan dengan
tjara jang adil pula. H anja dengan djalan demikian ini
lah hak rakjat kepada Keadilan akan tertjapai.
I S I K IT A B
K a ta P e n g a n ta r .................................................................... h ala m a n 4
P endahuluan (H ak r a k ja t kepada keadilan) ........... 6
Bab Pertama.
Tentang hukum dan masjarakat.
1. A sal k a ta dan a rtin ja ........... .................................... 9
2. H ukum P o sitif dan H ukum A lam ............................ 9
3. M a sja ra k a t dan tertib -h u k u m ................................ 11
4. A n g g aran (norm a) hukum ................................................. 11
5. Sanctie a ta u a n tja m a n lang su n g p elanggaran
hukum .............................................................................. 12
Bab Kedua.
Pengertian asas tentang hukum.
1. S ifatn ja dan d z atn ja ............................................................... 13
2. Sum ber hukum d alam d jiw a m a n u s ia .............................. 14
3. Sum ber hukum bagi m a s ja ra k a t dan n e g a ra ... 15
4. K esadaran keadilan um um ................................................. 15
5. K esadaran keadilan dunia ..................................... 17
6. H ukum d an k ek u asaan ........................................................ 18
Bab Ketiga.
Perintjian hukum dan lain-lain
1. P erin tjian hukum ............................................... 20
2. G am bar rin g k as m atjam -m atjam n ja hukum ... 21
3. H ak dan kew adjiban ......................................... 23
4. H ukum tid ak t e r s u r a t .......................................................... . 23
5. P enjusunan hukum ................................................................i 25
6. G am bar-ringkasan te n ta n g penjusunan hukum 28
7. K esatu an K epastian dan p erp u stak aan
hukum ...................................................................... 29
Bab Ke-empat.
Hukum nasional, Hukum darurat, Hukum m iliter dll.
1. T en tan g hukum nasional ................................................... 31
2. K eadaan hukum nasional um um nja ........... 32
3. G am bar-ringkasan te n ta n g b erlak u n ja hukum ... 34
4. K eadaan hukum positif di Indonesia se k aran g 36
5. H ukum d a ru ra t ....................................................................... 37
6. H ukum m iliter ............................................................. .. 39
7. H ak r a k ja t dan. pendapat um um ............................ 40
Tambahan (Supplement).
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
P asal I .............................................................. 43
b. Aturan Peralihan (Undangi Dasar Republik Indonesia).
P & s e I t t ci&n
c. Maklumat Wakil Presiden No. X ttg. 16 Oktober 1945.
Bab Pertam a.
T E N T A N G H U K U M D A N M A SJA R A K A T .

1. A sal k a ta Perkataan hukum berasal dari bahasa A rab, jakni


dan artinja. dari pokok-kata hakam a, jang berarti jn en indjau
dan m enetapkan sesuatu hal dengan adil dengan
berat sebelah. K ata hukum diperguna!k an dalam dua arti.
Pertam a dalam arti jang luas, seperti dalam kata : hukum2 ekonomi,
hukum2 tentang kesehatan, hukum tentang djatuhnja b aran g 2
dll. Kedua chusus dalam ilmu hukum ; didalam arti inilah perka
taan hukum itu mempunjai arti jang lebih dekat kepada arti-
pokok tersebut, jakni bahw a ia seharusnja mesti sesuai atau ber
sangkutan dengan keadilan. A kan tetapi dalam arti jang luas tadi
ia umumnja berarti sebagai suatu kedjadian, jang dalam akibatnja
selalu sama, djika sjarat2nja dan keadaannja sama pula.
A dapun didalam ilmu hukum sendiri kata hukum itu diper
gunakan dalam dua arti djuga : pertama, dalam arti jang biasa,
jaitu sebagai hukum jang berlaku m enurut undang2 atau dikuatkan
olehnja ; inilah jang dinamai hukum positif, dan kedua, dalam arti
jang biasanja dipergunakan dalam lingkungan ilmu filsafah hukum,
jakni sebagai hukum alam atau hukum jang seharusnja mesti ber
laku atau sebagai hukum jang seadil-adilnja.

2. H ukum positif dan Hukum positif jang selandjutnja kita sebut


hukum alam . hukum sadja, adalah peraturan2 tentang pe~
ri-kelakuan manusia, jang berlakunja di~
kuatkan oleh kekuasaan negara; ia ditetapkan dalam undang2
atau tumbuh sendiri dalam m asjarakat dan dikuatkan oleh negara
(m isaln ja : hukum a d a t). Didalam kebanjakan bahasa B arat-pun
(Inggris, Perantjis, Itali, Sepanjol dan bahasa Skandinavia) arti,
kata hukum itu berpokok kepada arti terikat atau terikat bersama.
Dem ikianlah, sedang dalam bahasa kita, ia bersangkutan dengan
arti-pokok keadilan, m aka dalam bahasa2 B arat itu sifat a rti pokok-
n ja terutam a ialah bahw a ia m engikat.

9
A d ap u n hukum dalam arti filsafahnja, hu'kum jang seadil-
adilnja ialah hukum a la m ; ia adalah peraturan2 tentang peri-kela-
kuan m anusia jang djuga berlaku, meskipun ia tidak dikuatkan oleh
n eg ara ; ia berlaku karena kekuatan alam atau karena dengan sen-
dirinja ia m em punjai kekuatan. H ukum ini berlaku karena keadilan
alam sendiri ; d jika ia tidak dipenuhi, m aka nistjaja timbullah aki
b a t jang sepadan dengan kerugian jang timbul dari pelanggaran
hukum alam itu ; m isalnja : tiap-tiap djandji m engikat, ia mesti
dipenuhi ; djika hukum ini dilanggar, nistjaja akan timbul akibat-
akibatrija ; sekurang-kurangnja orang jang m elanggar djandji itu
tid ak lagi a k a r ^ | Bf3aV;pertjajaan dari fihak lain dan dari
orang2 lain pu1- 5rnn-
A kan teta m T .aimn Sukum tidaklah seia-sekata tentang
jang d in am ai , _^um -alam ', atau tentang hukum jang seadil-
adilnja, hukv > 3 seolah-olah berlaku dengan kekuatannja sendiri
itu. B anjak- achli filsafah jang beragam a m enganggap hukum
agam anja (Islam , N asran i dll.) sebagai hukum iimg seadil-adilnja
atau sebagai hukum jang sesuai dengan tabiat alam, sedang achli2
lain m entjoba memahamkan hukum alam itu dari tabiat alam, sen
diri 'lan m entjari pula persesuaian hukum2 ini dengan tabiat m a
nusia, seperti ia bergaul didalam m asjarakatnja.
P en d ek kata, banjaklah perselisihan faham antara achli2 fil
safah hukum teiuang hal i n i ; ada jang m enganggap alam sekililing
kita ini m endjadi ukuran, dan banjak pula ng m em pergunakan
sebagai ukuran itu tabia t alam manusia sc d, d an selandjutnja
a n ta ra m ereka jang memakai tabiat ma" . sebagai dasar, ada
pula perselisihan fah am ; sebagian menc . gap bahw a manusia
itu adalah m achluk jang suka h: . ti' ' ^ ul sedap (harm onis)
dengan sesam anja, sedang sebagiaa am berpendapat bahw a m a
nusia itu m achluk jang bertabiat seperti serigala, suka bertjakar-
tjakaran dengan sesam anja.
M eskipun demikian, an tara semua achli2 hukum alam 'itu a d a
lah persesuaian faham jang besar, jakni bahw a adalah hukum2 jang
tidak tergantung dari apa jang ditetapkan oleh manusia (batja :
negara) dalam undang2nja, akan tetapi hukum ini tetap berlaku
karena kekuatan2 alam s e n d iri; ia mempunjai sanctie (hukum an
atas pelanggarannja) sendiri buat meridjamin 'berlakunja, meski
pun ia dihalang-halangi oleh aturan2 atau tindakan2 orang (batja:
n e g a ra ).

10
3. M asjarak at dan T iap-tiap m asjarakat hanja bisa tersusun
tertib hukum . dan berw udjud langsung selama ada tertib
didalamnja, dan tertib ini pun tidaklah dapat
tjukup mendjamin keam anan dalam m asjarakat, djika ia tida'k ter
diri dari hukum (positif); pendek-kata sesuatu m asjarakat atau ne
gara hanja bisa aman, djika ada tertib-hukum didalam nja; ter-
tib-hukum, jakni tertib jang diselenggarakan oleh sedjum lahnja
hukum jang berlaku dalam sesuatu m asjarakat, tertib-hukum ini
adalah sebagai tiang2 bagi m asjarakat itu ; m enurut beberapa achli
filsafah, hukum telah harus ada, djika m asjarakat terdiri lebih dari
dua orang.
Didalam tiap2 m asjarakat, didalanv/, r.n t^ n , negara seolah-
olah adalah djaring jang terdiri dari sfan9 peri-kela-
kuan manusia ; peraturan2 te rs e b jjt^ ii^ r-j . . '<*rufama untuk
membatasi kem erdekaan anggauta mas/a*. j ?S !? ^ a la m sepak-
terdjangnja, sehingga hanja dalam b a ta s-b ata i1 ^ ia m erdeka
berbuat sekehendak hatinja. Selandjutnja p e ra tfii'J ^ 'prsebut di
m aksudkan untuk memberikan djalan (tjara) supajii'h id u p dan
kerdja-bersam.<? "jEtara anggauta2 m asjarakat dapat diselenggara
kan sebaik-bjiknja, jakni baik bagi kepentingan umum m aupun
bagi kepentingan mereka jang bersangkutan. '

4. A nggaran (norm a) hukum. Hukum terdiri dari peraturan*, pe


n e ta p a n la r a n g a n 2 atau perintah2
bagi manusia: isii^ia hukum ini dinam akan n o rg ^ (bah. G riek).
jang dalam bahascjE|d ta dapat dinam akan an ggaran atau ugeran.
karena ialah jang jadikan anggaran atau ugeran (penetapan)
dalam pergaulan h ii^ ^ m a n u s ia . M isajaja : N egara Indonesia Se
rikat meliputi selurir aerah H irclia"B elanda dahulu, atau tidak
boleh membunuh o r a ^ ^ i n . .-r>f'-*!^iap2 kepala rum ah-tangga mesti
m embajar padja'k. % ^{iT'dasan m asjarakat agak berlainan
dalam tiap-tiap masa (zam anjT dan daerah, adalah didalam tiap-
tiap m asjarakat ini 4 matjam norma, jaitu norma jang berasal: a. dari
agam a, b. norm a keadaban, c. norm a kesopanan, d. norm a hukum
(positif). Sangat banjak dari norm a-norm a a, b dan c ini seka
rang telah mendjadi norma hukum djuga, jakni sebagai peraturan
hukum, berlakunja didjamin oleh kekuatan negara. H al ini diang
gap perlu, karena kebutuhan negara m emperkuat (m em perkeras)
antjam an langsung atas pelanggaran norma a, b dan c tersebut.
D engan lebih tjerdasnja m asjarakat, maka umumrija lebih banjak-
lah peraturan2 hukum jang tidak berasal dari norma agam a, keada
ban dan kesopanan, jaitu jang sum bernja terletak dalam kebutuhan

11
ketjerdasan m asjarakat itu dilapangan ekonomi dan technik, kare
n a terutam a dilapangan inilah letaknja banjak pertentangan an tara
an g g au ta2 m asjarakat.

5. Sanctie a ta u antjam an N orm a2 itu mempunjai antjam an


langsung p elanggaran- langsung atas pelanggarannja (sanc-
hukum . tie ). Sanctie ini bagi tiap2 m atjam
norm a adalah berlainan dan banjak
ragam nja. Sanctie bagi norm a2 agam a ialah, bahw a si-pelanggar
akan m endapat hukum an T u h an di acherat atau (dan) didunia
sanctie bagi norma2 keadaban ialah, bahw a si-pelanggar dalam
m asjarakat itu akan dianggap sebagai orang tidak beradab, dan
karena itu orang2 lain akan m entjatji dan m endjauhi padanja, se
dang sanctie pada pelanggaran atas norma2 kesopanan, tergantung
dari kalangan berlakunja norm a kesopanan itu, m isalnja kalangan
dagang atau ningrat, jang biasanja m engadakan pemboikotan atau
tjatjian djuga. Sanctie2 tersebut didalam prakteknja tidaklah tju-
kup kuat untuk m enentang pelanggaran2 dari norm a2 agam a, ke
adaban dan kesopanan, jang antaranja banjak jang sangat penting
bagi tertib ~hukum dan keamanan dalam masjarakat sendiri. Karena
itu m aka negara m enganggap perlu memberikan sanctie2 (hukuman
pendjara dll.) jang lebih k u a t ; djadi oleh kekuasaan negara banjak
norm a2 agam a dan keadaban jang penting itu diberi sanctie jang
lebih kuat, jakni sanctie jang d ap at didjalankan oleh kekuatan lahir
(kekuasaan n eg ara sen d iri). D em ikianlah norm a2 agam a dan keada
ban tersebut m endjadi norm a2 hukum (positif) pula. D an lagi ka
rena dalam m asjarakat zaman sekarang ini lebih banjak berhubu
ngan dan pertentangan2 ekonomi dll. antara negara2 sedunia, m aka
bagi kebanjakan pem erintah negara2 timbul pula keperluan untuk
m engatur perhubungan2 dan m engatasi pertentangan2 tersebut. M a
ka dibuatnjalah lebih banjak lagi undang* (hukum) untuk meme
nuhi keperluan itu, terutam a untuk m enangkis pertentangan2 ekono
mi dll. dari luar negeri dan untuk memadamkan pertentangan2 jang
timbul dalam negaranja sendiri.

12
Bab Kedua.
P E N G E R T IA N A SA S T E N T A N G H U K U M .

1. Sifatnja dan dzatnja. Hukum adalah peraturan tentang ke


lakuan manusia dan (sebagai hukum
positif ia) dikuatkan oleh kekuasaan negara. Sesungguhnja ini
lah sifat dan tabiat hukum jang umum dikenal orang; akan tetapi
apabila kita selami lebih landjut, maka nam paklah banjak lagi soal2
tentang hakekatnja hukum itu. Sebagai pokok-pengertian, maka
perlulah diketahui bahwa dzat hukum itu terletak dalam pikiran
m anusia; meskipun segala undang2 dan kitab tentang hukum di-
lenjapkan, maka tetaplah hukum itu ada dan berlaku dalam m asja-
rakat manusia. Hukum alam, jang tak dikuatkan sebagai hukum
positif, berlakunja karena ia dikuatkan oleh kekuatan alam. Ia a d a
lah suatu arti jang abstrak, seperti kesehatan, kemanusiaan dll. ;
ia bukanlah suatu barang jang dapat dilihat, dirasai dengan lidah
ataupun ditjium bahunja. D zat hukum terletak dalam pikiran m anu
sia dan hanja berlakunja dan pengaruhnja jang dirasakan baik atau
buruknja. Hukum, m enurut ilmu filsafah, ialah hukum jang seadil-
adilnja, sedang hukum positif sering tidak sesuai dengan keadilan.
Hukum jang adil menimbulkan kebaikan sebesar^besarnja, sedang
hukum jang buruk, ia membawa kepada kekatjauan dan achirnja
menimbulkan keruntuhan dan kebinasaan. D engan berdasarkan hu
kum jang adil segala perbuatan dan kedjadian m endjadi baik atau
membawa kepada penjelenggaraan jang m enjenangkan. Sebaliknja
tindakan2 jang berdasarkan hukum jang ta adil atau jang tidak ber
dasarkan hukum jang adil, ta boleh tidak menimbulkan keburukkan.
M asjarakat zaman sekarang ini memberikan bukti jang sangat b a
njak dan djelas tentang hal2 ini: D jadi sangatlah penting tiap2 usa
ha kearah perbaikan hukum positif, apalagi dalam suatu m asjarakat
jang sedang bergolak karena keruntuhan hukum jang lama dan
pembangunan hukum jang baru. Sesungguhnja tiap2 hukum jang
berlaku dengan kekuatan negara, mesti disesuaikan dengan keadi
lan, jakni m enurut kesadaran (perasaan) adil jang hidup tum buh
dalam kebanjakkan anggauta m asjarakat tem pat berlakunja.

13
2. Sum ber hukum dalam Sifat keadilan ini sangatlah bergande-
djiw a m anusia. ngan dengan tabia t dasarnja hukum
jang terletak dalam djiwa tiap2 orang.
D ari kekuatan djiwa manusia maka timbullah beberapa aliran se
m angat pikirannja. Suatu aliran ialah semangat-perseorangan
(egoisme) ; dengan semangat ini maka manusia selalu ingin madju.
ingin berkuasa dan ingin kaja ; pendek kata ia berhadjad m engua
sai orang dan barang sebanjak^banjaknja bagi kesenangan dirinja
sendiri. Disamping aliran tersebut, maka adalah semangat kemasja
rakatan, dengan semangat ini maka manusia selalu hendak bersa
m a-sama dengan orang lain, hendak menenggelamkan (melebur)
diri dalam massa, seperti ternjata dalam keinginannja untuk hidup
berkeluarga, untuk bekerdja bagi kepentingan umum dll. Dalam
kelandjutannja, semangat kemasjarakatan ini sering melenjapkan
sama sekali keinginan untuk madju kemuka sebagai orang jang ter
pandang, m alahan ia hanja ingin tenggelam sadja dalam aliran
orang-orang lain (m assa), misalnja dalam gelombang pertjintaan,
dalam organisasi kepartaian dll. D an disamping semangat perse
orangan dan semangat kem asjarakatan itu, maka ada dalam tiap-
tiap manusia aliran semangat jang kita dapat namakan semangat-
ketertiban atau keadilan. Semangat tersebut ini tidaklah begitu ter
tam pak sehari-sehari dalam hidup manusia, seperti kedua aliran
semangat jang disebut lebih dahulu. Dengan adanja aliran2 sema
ngat perseorangan dan kem asjarakatan tsb. maka manusia akan se
lalu terombang-ambing antara kedua matjam nafsu jang timbul dari
aliran2 semangat itu ; suatu waktu ia sangat mementingkan kehen-
daknja sendiri sebagai pendjelmaan dari aliran perseorangan dan
dilain w aktu ia terlempar dalam gelombang nafsu meleburkan diri
dalam kehendak bersatu, dalam keinginan bersama dengan mengab
dikan dirinja kepangkuan m asjarakatnja. D engan demikian m anu
sia tidaklah tetap arah hidupnja, akan tetapi ia selalu akan terom
bang-ambing oleh kehendaknja jang ditetapkan oleh barang atau
hal jang mendjadi tudjuan aliran-perseorangan dan aliran kemasja
rakatan itu. Akan tetapi dalam kenjataan boleh dikatakan tiap2
orang mempunjai tudjuan-hidupnja masing2, tiap2 orang mempunjai
keinginan dan usaha bagi penjelenggaraan hidupnja se n d iri;
dan tiap2 orang mempunjai pendapat sendiri tentang apa jang
baik dan jang buruk dan apa jang patut dan jang tidak patut.
D ari kenjataan inilah antaranja dapat dibuktikan bahwa manusia
dalam hidupnja mempunjai kemudi sendiri2, kemudi jang mampu
menjesuaikan aliran2 sem angat-perseorangan dan kem asjarakatan
tersebut. D an kemudi inilah dalam hidupnja itu diwudjudkan karena

14
ia mempunjai aliran2 semangat-ketertiban atau keadilan itu. T iap2
manusia mempunjai perasaan (kesadaran) keadilan (rechtsgevoel,
rechtsbewustzijn) sendiri2, jang mendjadi dasar atau sumber hu
kum dalam djiwanja manusia.

3. Sum ber hukum bagi m a- D ari uraian dalam Bab Pertam a dje-
sjarakat dan negara. laslah kiranja keperluan adanja hu
kum didalam m asjarakat dan nega
ra, akan tetapi dengan itupun belumlah djelas letaknja sumber hu
kum itu bagi kehidupan bersama dalam m asjarakat umumnja dan
dalam negara chususnja. Seperti telah ternjata dari uraian diatas
ini, maka sumber hukum pada dasarnja terletak dalam djiwa ma
nusia. Achli2 filsafah jang paling term asjhur telah mengakui semen-
djak kira2 aba'd ke-17 th M asehi bahwa pada asasnja manusia ada
lah merdeka ; pada asasnja ia berdaulat atas dirinja sendiri. Bagi
mereka jang mengakui kemerdekaan umat manusia itu, maka akibat
pengakuannja ialah bahwa sepandjang uraian berpikir jang sehat
(logis) seharusnja rakjat mestilah berdaulat dalam m asjarakat dan
negara ; kedaulatan rakjat bukanlah suatu s o a l; Suara R akjat ia
lah suara T uhan, kata bangsa Rumawi (Rom ein).
Demikianlah, soalnja sekarang ialah, bahwa pada asasnja ma
nusia adalah merdeika dan berdaulat atas dirinja sendiri, akan te
tapi ia tidak mungkin hidup bersama dalam m asjarakat atau negara,
djika ia m endjalankan kemerdekaan dan kedaulatannja itu dengan
seluas-luasnja. Karena itu maka ia mesti menjerahkan sebagian ke
daulatannja bagi kepentingan hidup bersama dalam m asjarakat,
dengan perdjandjian bahwa penjerahan sebagian kedaulatan itu di
pergunakan untuk memperlindungi semua anggauta m asjarakat dari
ketakutan, takut bahaja bagi hidupnja dan kehidupanrija. D an dari
penjerahan sebagian kedaulatan kepada wakil2 rakjat itu, maka
timbullah kekuasaan wakil2 (jaitu pemerintah dan dewan2 perw a
kilan) tsb. untuk mengatur, untuk memberikan peraturan2 dan me-
laksanakannja, seh'ingga terdjaminlah keamanan dan kemakmuran
dalam m asjarakat dan negara ; 'dengan peraturan2 (hukum) itu ma
ka tidak boleh tidak terbataslah kemerdekaan asli jang seluas-luas
nja itu ; djadi dalam penjerahan sebagian kedaulatan rakjat inilah
letaknja sumber hukum bagi m asjarakat dan negara.

4. K esadaran keadilan umum. D iantara orang2 jang bergaul dan


hidup dalam satu m asjarakat, ter
utam a antara mereka jang berasal dari satu bangsa, banjaklah
persamaan pendapat, banjaklah persamaan perasaan, disamping
banjak perbedaan faham. Demikian pula diantara mereka itu, di-
samping perbedaan dalam perasaan keadilannja, disamping perbe
daan dalam semangat tertibnja, maka terdapat pula banjak per
samaan dalam garis* besar kesadaran keadilannja.
Seringkali kesadaran keadilan ini karena beberapa hal, seperti
terpendam antara anggota2 masjarakat, dan ia hanja diinsjafi oleh
pemuka2-nja dalam m asjarakat itu; demikianlah antara pemuka2 ini
hidup tumbuh kesadaran keadilan umum (algemeen rechtsbewust-
zijn) jang mendjadi dasar atau sumber jang njata bagi hukum di-
dalam masjarakat tersebut.
Adapun kesadaran keadilan umum sesuatu bangsa dapatlah
diketahui antaranja dari adat-istiadat dan kebiasaan anggota8
m asjarakat bangsa itu, akan tetapi seringkali ia mesti diselidiki; ia
seringkali hanja dapat diketahuinja dengan bermatjam-matjam dja-
lan atau tjara, misalnja dari suara2 dalam pers (antaranja surat2
kabar) dari putusan2 perkumpulan2 dll. Didalam negara (m asjara
kat) jang demokratis, jang mengenal pemilihan utusans bagi Dewan
Perwakilan R akjat, kesadaran keadilan umum itu dapat diketahui
dengan setjara tersusun dan teratur dari suara2 dan putusan2 D e
w an Perwakilan Rakjat tersebut. Selainnja itu dari petisi2, demon
strasi, pemungutan suara langsung (referendum) dll. dapat djuga
diketahui 'kesadaran keadilan umum itu.
Hukum jang adil ialah hukum jang benar2 sesuai dengan
perasaan kesadaran keadilan umum dari sesuatu bangsa jang ter
tentu dalam w aktu jang tertentu ; sebagian dari padanja sering
sesuai djuga dengan kesadaran keadilan dunia, seperti nanti di-
baw ah akan diuraikan.
Sebagian dari hukum positif di banjak negara dapat dianggap
sesuai dengan kesadaran keadilan umum dalam negara tempat ber-
lakunja hukum itu, karena hukum di negara2 tersebut ini telah di
susun dengan persetudjuan Dew an Perwakilan R akjat di negara2
itu, sedang dewan tersebut disusunnja dengan pemilihan umum.
A kan tetapi banjak djuga bagian2 hukum di negara2 demokratis itu
telah ternjata tidak sesuai atau kurang sesuai dengan kesadaran
keadilan berpuluh2 ribu rakjat disana. H al ini terbukti dari besar-
nja perlawanan dari fihak rakjat sendiri terhadap beberapa un
dang2 ; dalam hal jang demikian ini djadi hanja menurut tjara di
susunnja (formeel) sadja hukum itu sesuai dengan perasaan ke
adilan umum, akan tetapi pada hakekatnja (materieel) ia tidak se
suai dengan keadilan, atau keadilannja hukum tsb. masih mendjadi
soal. D an dalam hal jang demikian ini maka 'kedudukan hukum itu
agak tidak kokoh. M eskipun ia sebagai hukum positif dikuatkan
oleh kekuasaan negara, akan tetapi kekuasaan inipun sering dapat

16
dibekukan oleh pendapat umum jang dengan tegas dan keras me
njalakan kesadaran keadilan umum didalam hal jang tertentu pada
masa jang tertentu pula.

5. K esadaran keadilan Disamping kesadaran 'keadilan umum d a-


dunia. lam sebuah negara atau m asjarakat, maka
ada pula tingkatan kesadaran keadilan
jang lebih tjerdas, jaitu kesadaran keadilan jang boleh dikatakan
umum diseluruh dunia. Dimasa sekarang ini, dimasa perhubungan
antara negara2 karena kemadjuan technik, telah mendjadi sangat
rapat, maka disamping perbedaan faham jang sangat besar, telah
tumbuh dalam banjak perihal kesadaran keadilan 'jang sedemikian
tjerdasnja, sehingga ia oleh (ham pir) semua negara besar dan ketjil
diakui dengan terus terang. Didalam konperensi wakil negara2 se
ringkah beberapa hal tidak m endjadi soal perdebatan, karena hal
itu dianggapnja bersendi 100% kepada peri-kemanusiaan dan ke
adilan. Demikianlah 'kebanjakan peraturan tentang tugas kewadjiban
organisasi Palang M erah jang dimuat dalam Persetudjuan
Geneve bisa dianggap sesuai benar dengan 'kesadaran keadilan
dunia ; usaha menolong korban2 perang dan mereka jang dalam ke
susahan umumnja memang bersendi pada peri-kem anusiaan.
Selain dari pada itu banjak djuga bagian2 Hukum Interna
tional sesuai benar dengan kesedaran keadilan dunia, misalnja ten
tang hak-asyl, jaitu hak m endapat perlindungan dari negara lain
(tem pat ia berdiam) bagi orang jang dituntut atau dikedjar dalam
negaranja sendiri karena kejakinan politiknja : misal jang lain ialah
perdjandjian bahwa dalam peperangan tidak akan dipergunakan
sendjata jang m engandung kuman2 (bacterie) jang djahat. Selan-
djutnja ada banjak perihal lain pula jang diakui (diandjurkan)
oleh banjak (kebanjakan) negara, karena ia bersendi kepada peri
kemanusiaan dan keadilan ; misalnja : putusan D ew an Keamalian
Perserikatan Bangsa2 jang dimuat dalam resolusinja tanggal 28
D januari 1949 tentang pembebasan tahanan2 politik dari Republik
Indonesia jang ditangkap oleh tentara B elanda sesudah tan g
gal 17 Desember 1948 ; bagian dari resolusi D ew an K eam anan ini
tidaklah pernah dibantah oleh negara m anapun, m alahan ia diper
kuat lagi oleh resolusi D ew an Keam anan tg. 23 M aret 1949 d an
oleh persetudjuan Rum Royen tg. 7 M ei 1949.
T iap 2 tindakan jang m elanggar suatu peraturan jang sesuai
dengan kesadaran keadilan dunia tidaklah d a p a t dipertahan'kan la
ma ; ia mesti runtuh karena pukulan atau desakan pendapat umum
jang njata sesuai benar dengan kesadaran keadilan dunia. ,

17
6. H ukum d an kekuasaan. Lebih dulu telah diuraikan tentang
hukum jang sesuai dan jang tidak
sesuai dengan kesadaran keadilan umum ; kedua-duanja bisa d jadi
hukum positif, jaitu hukum jang berla'kunja dikuatkan oleh kekua
saan negara. D juga telah diuraikan tentang kekuasaan pendapat
umum jang m endjadi djuru-bitjara kesadaran keadilan dan kadang2
bisa membekukan, bahkan merobahkan berlakunja hukum ppsitif
jang dikuatkan oleh kekuasaan negara itu. Akan tetapi kebanjakan
orang tidak insjaf akan kenjataan terseibut ini, misalnja bahw a har
ga beras 1 kg. di D jokja dalam pertengahan tahun 1948 kira2 45
rupiah (O R I) meskipun undang2 m enetapkan bahw a harga beras
1 kg. mesti 20 rupiah. Demikianlah banjak orang jang bukan ahli
hukum a'tau ahli hukum jang beraliran kolot berpendapat sadja
bahw a kekuasaan (negara) itulah hukum, atau lebih tepat, bahw a :
hukum itu adalah kemauan negara ; inilah katanja, kenjataan se-
hari-hari. P endapat jang demikian ini menundjukkan aliran putus
asa dan kolot, jang sem endjak zaman dulu terkenal dalam utjapan
hak si-teckuat. Sesungguhnja benarlah kenjataan membuktikan
bahw a hukum positif itu sering tidak adil, sering tidak sesuai de
ngan kesadaran keadilan umum, karena ia semata-mata hanja di
tetapkan oleh orang2 atau golongan jang berkuasa dalam negara
m enurut kem auan golongannja se n d iri; akan tetapi kenjataan lain-
pun membuktikan kekuatan pendapat-um um jang sesuai dengan
kesadaran keadilan.
H ukum ialah kemauan negara, kata aliran putus-asa dan kolot
itu. A kan tetapi sesungguhnja hanjalah hukum positif jang tidak
adil sadja jang sem ata-m ata adalah djuru-bitjara (kristalisasi) ke-
m auan negara itu.
A dapun hukum alam dan hukum positif jang benar adil bu
kanlah sem ata-m ata kemauan negara, akan tetapi ia adalah keteta
pan, larangan atau perintah tentang kelakuan manusia jang benar2
sesuai dengan kesadaran keadilan umum. D an djika hukum jang
demikian itu tidak m endjadi hukum positif pun, jakni dikuatkan
oleh kekuasaan negara, maka tetaplah ia berlaku dengan pem bala
san2 (sanctie-)nja, meskipun sanctie itu sering lain2 ragam nja de
ngan sanctie2 hukum jang dikuatkan oleh negara dan penglaksa-
naan sanctie itu sering tidak langsung sesudahnja pelanggaran hu
kum tersebut dapat diketahui dan diadili oleh kesedaran keadilan
umum.
Dem ikianlah hukum itu -bukan sem ata-m ata kemauan negara ;
hanja hukum positif jang tidak adil sadja adalah sem ata-m ata ke
m auan negara, artinja kemauan golongan jang berkuasa di d a
lam negara. D an karena menurut pendapat orang banjak jang m en

18
derita kesusahan dan kekurangan, kebanjakan hukum (positif) itu
tidak adil, maka sesungguhnja tam paklah bahwa seluruh hukum
itu hanja sem ata-m ata kemauan orang2 jang berkuasa dalam ne
gara sadja. Kebanjakan rakjat memang benar termasuk golongan
jang menderita, golongan jang tertindas penghidupannja dan inilah
sebabnja maka perihal adil atau tidak adilnja hukum ini selalu
m endjadi salah satu soal jang terpenting didalam tiap2 negara.
D an djika hukum positif itu di sebuah negara terus-menerus tidak
sesuai dengan kesadaran keadilan umum seperti di negeri2 djadja-
han, di negeri2 fascis Djerm an, Itali dan Djepang, maka nistjajalah
hukum jang dikuatkan oleh negara pun akan runtuh bahkan nega-
ranja sendiri akan hantjur, kehilangan kemerdekaannja.
Bab Ketiga.
P E R IN T JIA N H U K U M D A N L A IN a.
1. P erintjian Hukum .
U ntuk pengertian jang djelas berhubung dengan berlainan ma-
tjam akibatnja, maka ilmu hukum merintji dan membagi-bagi semua
peraturan hukum menurut sifat-tabiat dan tjoraknja.
A dapun matjam hukum jang penting sekali ialah jang menge
nai semua peraturan tentang hal kenegaraan dalam arti jang se-
luas-luasnja, seperti peraturan2 tentang pemerintahan, ke-w arga-
negaraan, perwakilan, pengadilan dll.; semua itu boleh dinamakan
hukum jang mengenai soal politik. Hukum sematjam ini kebanjakan
m enentukan susunan dan segala hal-ichwal jang langsung menge
nai kenegaraan ; banjak an'taranja bersifat sebagai ketetapan2 sa-
d'ja jang mesti diselenggarakan oleh pemerintah atau oleh wakil-
wakil rakjat, dan banjak djuga diantaranja jang mempunjai sanctie
lain dari pada jang biasa dipakai oleh hukum, akan tetapi sanctie
terhadap pelanggarannja hanja terdiri dari bagaimana kata penda
pat umum sadja. M itsalnja, djika hukum menetapkan bahw a sidang
D ew an Perw akilan R akjat musti terbuka, jakni supaja umum dapat
mengetahui dengan tjara bagaimana dirundingkannja dan ditetap-
kannja putusan2 jang mengenai nasib rakjat umum, akan tetapi
D ew an Perwakilan' Rakjat itu hampir selalu bersidang dengan pin
tu tertutup, maka hukuman atas pelanggaran hukum itu hanja da
pat diberikan oleh pendapat umum, jang m enjatakan dengan dje
las dan tegas kesadaran keadilan umum. D jika rakjat tidak insjaf
akan pelanggaran tersebut itu, maka pendapat umumpun ni'stjaja
tidak akan m enjatakan sesuatu sanctie tentang tidak terbukanja
sidang2 itu, karena rakjat jang tidak insjaf, tidak djuga mempunjai
kesadaran keadilan dan mudah dipermainkan dengan kata2 jang
muluk2 sadja.
Selandjiitnja, sedjumlah hukum jang mempunjai tjorak sendiri
djuga ialah hukum atjara (hukum formil) ; inilah semua peraturan
hukum jang m aksudnja m engadakan tjara atau djalan jang tertentu
bagi penglaksanaan peraturan hukum lainnja jang isinja lebih lang

20
sung mengenai keadilan, jaitu jang dinamakan hukum materieel (hu
kum jang sesungguhnja). M itsalnja untuk melaksanakan keadilan
(melaksanakan hukum materieel tentang pentjurian, utang-piutang
dsb.), maka perlulah kita menempuh djalan jang telah ditetapkan
oleh hukum atjara dulu, jaitu rapot kepada polisi, memasukkan pen
dakwaan di pengadilan dll.
A dapun pembagian ilmu hukum jang terpenting karena perbe
daan ma'tjam akibatnja ialah perintjian hukum dalam dua matjam,
jaitu hukum perdata dan hukum pidana; jang pertam a ialah se
mua hukum jang mengenai perhubungan antara orang-perseora-
ngan satu sama lain, antara rakjat dengan rakjat, sedang jang ke
dua ialah semua hukum jang mengenai perhubungan antara negara
dengan rakjat atau antara negara satu sama lain dalam perhubu-
ngannja sebagai negara,
Keinsjafan tentang perbedaan antara hukum perdata dan hu
kum pidana ini sangatlah penting, karena pada umumnja berlainan-
lah akibat pelanggaran2nja. A gak diketahui umum bahw a tinda
kan terhadap orang jang mentjuri (pelanggar hukum pidana) sa
ngatlah berlainan dari pada tindakan terhadap orang jang tidak
membajar utangnja (pelanggar hukum perdata); dalam hal jang
pertam a negara (kepentingan umum) langsung berkepentingan un
tuk keamanan, dan dalam hal jang kedua tidaklah negara langsung
berkepentingan,

2. Gambar ringkas matjam2nja hukum.

Hukum (posltii)

Hukum Internasional (Dalam arti jg- luas) Hukum N asional

Hukum HUKUM Hukum publik Hukum p e rd a ta


In ternasional PE R D A T A IN TER N A SIO N A L (dlm. arti jang luas)
(voltenrecht) Hukum kenegaraan Hukum pidana

Hukum Hukum'
perdata dagang

Hukum N egara Hukum atjara


pidana
Hukum
a tiara perdata

Hukum tata-negara
Keterangan.
1 Hukum nasional dapat dikatakan mempunjai dua arti, pertama
ialah sebagai hukum jang berlaku diseluruh daerah negara, berlaku
bagi bangsa jang mewudjudkan negara itu, dan kedua ialah sebagai
hukum jang mempunjai arti demikian djuga, dan lagi ia sesuai de
ngan kesadaran keadilan umum dari bangsa jang mendiami negara
itu.
Hukum internasional berlaku antara negara2, d jadi tidak buat
didalam sesuatu negara. Hukum internasional dalam arti sebagai
jang biasa dipergunakan ialah hukum jang berlaku antara negara2
dalam perhubungannja sebagai negara, sedang hukum perdata in
ternasional ialah hukum jang berlakunja langsung mengenai rakjat
perseorangan dari negara2 jang berlainan atau jang langsung me
ngenai barang (seperti tanah) jang letaknja dinegara lain dari pada
negaranja orang jang berurusan tentang barang itu.
Hukum publik diartikan dengan arti seperti jang diuraikan di-
atas tentang hukum pidana, sedang didalam gambaran ringkas ini
hukum pidana m endapat arti jang chusus sebagai hukum jang pe-
langgarannja diantjam dengan hukuman2 biasa, seperti pendjara,
denda dsb.; kadang2 orang menjebut hukum ini dengan nama hu
kum siksa.
Hukum negara m engatur susunan hak dan kewadjiban negara
dalam perhubungannja, dan ia mengenai djuga segala sesuatu ten
tang hak dan kewadjiban rakjat terhadap negaranja. Disam pingnja
adalah hukum tata-negara, ialah hukum jang m engatur tata-tertib
(adm inistrasi) pemerintahannja.
A dapun hukum pidana mengenai langsung keamanan dan ke
tertiban umum; ia mengenai tanggung-djaw ab rakjat dalam sepak-
terdjangnja apabila ia m engganggu keamanan dan ketertiban itu.
Seperti telah disebutkan, pelanggar hukum pidana ini di
antjam dengan hukuman2 biasa, jang umumnja berat benar, apa
lagi didalam w aktu keributan atau peperangan.
T entang hukum perdata sudah dinjatakan bahw a ia mengenai
rakjat satu sama lain, jang pada asasnja mempunjai hak dan kewa
djiban sama sebagai w arga-negara. Hukum dagang pada hakekatnja
sama dengan hukum p e rd a ta ; ia mengenai chusus hal perdagangan
jang umumnja menghendaki perlakuan dan keadilan jang lebih tje-
pat, sebab umumnja ia mengenai harta jang lebih besar.
3. H ak dan kew adjiban. Lebih dahulu telah dinjatakan bahwa:
hukum adalah peraturan tentang hi
dup dan kelakuan manusia (jang dikuatkan oleh kekuasaan nega
ra ). Peraturan2 itu terdiri dari penetepan, larangan dan perintah,
sedang pelanggarannja hampir selalu diantjam oleh suatu sanctie
seperti hukuman, penggantian kerugian, batalnja perbuatan menu
ru t hukum, perlutjutan dari sesuatu hak, misalnja untuk bekerdja
sebagai tentera, untuk memilih wakil2 rakjat dll. Peraturan2 hu
kum 'itu melindungi kepentingan2 manusia (rakjat dan negara);
ia menimbulkan djuga hak dan kewadjiban jang njata. Seringkali
ia nampaknja sebagai suatu hak dan sering djuga ia kelihatan-
nja sebagai suatu kewadjiban, akan tetapi sesungguhnja tidak
ada hak djika tidak ada kewadjiban dan sebaliknja ; djadi dibela-
kang tiap2 hak terdapat suatu kewadjiban dan dibelakang tiap2
kewadjiban terdapat suatu hak. M isalnja: hukum (peraturan) ten
tang padjak dan bea, antaranja menimbulkan kewadjiban rakjat
untuk membajar padjak, dan ini berarti bahwa negara berhak me
minta pembajaran padjak itu. Larangan membunuh orang berarti
hak tiap-tiap orang pada djiwanja sendiri dan ini mengandung ke
wadjiban dari semua orang lain supaja menghormati (jakni
djangan mengganggu) djiwanja orang lain itu.
Seringkali hak seseorang tidak usah dipergunakan, djika orang
itu tidak mau mempergunakannja, akan tetapi sering djuga jang
mempunjai sesuatu hak berwadjib memakai haknja itu, meskipun
ia tidak menghendakinja, misalnja : hak untuk memilih wakil rakjat
(bagi dewan2 perwakilan negara), anggota pemerintah berwadjib
m endjalankan sesuatu hak jang diberikan padanja oleh hukum
dalam m endjalankan pekerdjaannja. Demikianlah umumnja hak
jang diberikan oleh hukum bagi kepentingan umum menimbulkan
kewadjiban untuk m endjalankan hak itu, karena kepentingan umum
menuntut, supaja hak itu benar2 didjalankan (dipergunakan).
Hukum positif menimbulkan hak dan kewadjiban jang njata, jaitu
dalam arti bahwa hak dan (atau) kewadjiban itu d ap at ditun
tut, djika perlu dengan mempergunakan kekuasaan negara.

4. Hukum tidak tersurat. Semendjak zaman dahulu dibanjak ne


geri banjak orang mengakui berla-
kunja hukum agama dan hukum a d a t ; demikianlah hukum Islam
diakui dan ditaati oleh kebanjakan orang dinegara3 jang kebanja-

23
Ira n rak ja tn ja beragam a Islam ; hukum adat sem endjak zaman d a
hulu hidup dikalangan mereka jang m enganggap hukum itu ber
laku bagi m ereka. T erutam a oleh pudjangga2 zaman dahulu hu
kum Islam dan hukum a d a t ini dituliskan djuga dalam banjak
kitab, akan tetapi tentang hukum adat kebanjakannja hanja diri-
wajatkan berturut-turut diantara pemimpin2 m asjarakat jang hi-
dupnja ik u t-b erik u t; ia hanja dipergunakan dan difaham kan djika
benar2 ad a keperluannja. Demikianlah hukum ad at meskipun
sebagiannja tertulis dalam kitab2 lama dan baru tidak tersurat
dalam undangs negara jakni sebagai ia tertulis didalam buku2 ter
sebut tidak disjahkan berlakunja oleh negara, meskipun negara
dalam sesuatu undang2nja sering djuga m engesjahkan berlakunja,
tetapi hanja untuk sesuatu bahagiannja jang tertentu ; m isalnja
di Indonesia ini hukum adat umumnja hanja dianggap berlaku un
tuk bahagian hukum perdatanja, jaitu bagi orang Indonesia sen
diri dalam perhubungannja satu sama lain. Hukum ad at ini diang
gap berlaku oleh negara, antaranja dengan maksud supaja berla
kulah hukum jang benar2 sesuai dengan kesadaran dan keadilan
mereka jang bersangkutan dengan hukum itu.
T ab iat dari hukum ad at ialah bahw a ia agak m udah berganti
(lebih m udah dari undang-undang), djika karena perobahan2 d a
lam m asjarakat perlulah berlaku adat-kebiasaan jang baru,
jaitu jang dianggap sesuai dengan perobahan2 dalam m asja
rak a t te rs e b u t; umumnja m asjarakat ad at tidak meliputi daerah
jang terlalu luas dan karena itu kaum kolot jang selalu m em perta
hankan ad at lama biasanja agak m udah dikalahkan oleh kaum
m uda jang menghendaki ad at kebiasaan jang lebih sesuai de
ngan keadaan m asjarakat jang telah berobah itu.
Selandjutnja di kebanjakan negara umumnja hukum agam a
terhitung hukum jang tidak tersurat. M eskipun hukum agam a
itu tertulis dalam kitab2 jang term asjhur, akan tetapi dikebanja-
kan negara kitab2 tersebut tidak disjahkan. K arena itu hukum
agam a ini tidaklah m endjadi hukum positif, m eskipun m isalnja di
negara jang bersangkutan ini peraturan2 hukum agam a tersebut
d itaati oleh banjak orang jang beragam a, karena oleh m ereka per-
,aturan2 ini dianggap sesuai dengan kesadaran keadilannja. H a n ja
djika oleh undang2 dinjatakan bahw a sebagian jang terten tu d ari
hukum itu berlaku, m aka bagian tersebut ini m endjadilah hukum
(positif) jang tidak tersurat, dan berlakulah ia dengan kekuasaan
negara dibelakangnja.

24,
Seperti telah diuraikan lebih dahulu banjak sekali norm a h u
kum agam a dan norm a hukum a d a t jang penting, terutam a jan g
m engenai keadaban telah didjadikan norm a hukum, terutam a de
ngan m em bubuhi sanctie (jang dikeluarkan oleh neg ara) a ta s pe-
lan g g aran n ja. D engan tja ra begini, m aka sesungguhnja sebagian
besar dari hukum agam a dan hukum ad at jang penting bagi ke
adaban m endjadi hukum positif ; dengan pakaian baru, jakni se
bagai hukum jang ditetapkan oleh negara ia tersu rat dalam un
d an g 2 ; djadi segala hukum jang dimuat dalam undang2 ialah hu
kum tersurat.
Selainnja jang berasal agam a dan adat, ada pula hukum jang
tidak tersurat, jaitu jang dinam akan konvensi ( c o n v e n t i e ) , jakni adat
kebiasaan jang telah berlaku lazim tentang k etata- negaraan, jang
diakui oleh badan2 pem erintah negara dan tidak pula bertentangan
dengan hukum tersurat. H al jang demikian ini sem endjak zam an
dahulu telah terdapat dalam hukum negara Inggris. Didalam hu
kum negara Republik Indonesia telah m endjadi lazim dju g a pe
ngangkatan anggota-anggota Komite N asional P u sat oleh P resi
den, meskipun hal ini tidak terdapat dalam U nd an g 2 D asar R e
publik atau dalam A turan Peralihannja. A pakah hal ini telah m en
djadi konvensi, telah m endjadi hukum jang tidak tersurat, akan
kemudian m endjadi soal an tara ahli hukum Indonesia.

5. Penjusunan hukum. Sebagai telah diuraikan lebih dahulu ba-


njaklah norm a hukum (positif) jang
berasal dari norma-norm a agam a d an keadaban, karena norm a
agam a dan keadaban penting sekali, terutam a bagi keam anan d a
lam negara, maka kepada norma2 itu diberikan sanctie jang lebih
keras, jang dapat dikuatkan oleh negara. Selain dari itu banjak
pula disusun hukum jang timbulnja dari kebutuhan baru untuk
memperlindungi kepentingan baru, jang kebanjakan telah timbul
dari ketjerdasan baru dalam lapangan perekonomian dan technik.
A dapun tjaranja m enetapkan dan m enjusun hukum positif itu ialah
tergantung dari hukum dasar dan dari badan2 kekuasaan jang ter
dapat ditiap-tiap negara, terutam a tentang hal pem bentukan un
dang2. Di negara2 jang bersendi kerakjatan (dem okratis) biasanja
pemerintah atau kabinet (menteri2) m engusulkan rantjangan un-
dang-undang kepada D ew an Perw akilan Rakjat, jang anggota2-nja
dipilih oleh rakjat dengan setjara jang l a n g s u n g - 'dan -rahasia.
Kem udian ra n tja n g a n itu dirundingkan a n tara w akil2 rak ja t ter
sebut dan dirobahnja, djika ini dianggap perlu. A pabila telah di-
setudjui oleh D ew an P erw akilan R akjat itu, ia dim adjukan kepada
Pem im pin n eg ara (ra d ja atau presiden) ; djika ia m endapat d ju -
ga persetudjuan dari pemimpin negara itu, m aka ia sjah m endjadi
undang-undang (hukum ). D em ikianlah dengan tjara jang am at
singkat dan sa n g at sederhana biasanja tjara penjusunan hukum
jang term uat dalam undang-undang negara.
Sebagian dari kekuasaan penjusunan hukum itu, oleh undang2
n eg ara d ap at diserahkan dalam batas2 jang tertentu kepada badan2
n eg ara kedaerahan dengan D ew an2 Perw akilan D aerah. D ew an2
Perw akilan jang dianggap mewakili rakjat pada P u sat Pem erinta
h an N eg a ra dan di daerah2 dianggap perlu untuk turut serta dalam
penjusunan hukum itu, karena pengakuan umum atas asas bahw a
sesungguhnja rakjatlah jang berdaulat di-tiap2 negara, atau seti-
dak-tidaknja sebagai pengakuan atas asas bahw a penjusunan hu
kum jang m engikat rak jat dalam kem erdekaannja, sehingga ia d a
pat dihukum seberat-beratnja, perlulah dengan persetudjuan dari
rak ja t sendiri atau dari w akil2nja.

M eskipun tjara penjusunan hukum tersebut diatas ini nam paknja


agak m endekati keadilan, akan tetapi sesungguhnja tjara jang de
mikian ini masih djauh dari sempurna. M asih banjak sekali perihal
(factor2) jang dalam penjusunan hukum ini, berhubung dengan
pengaruh kaum jang beruang dan m enggenggam kekuasaan,
m en99an99u dan m endjauhkan tjara penjusunan hukum jang se-
adil-adilnja; suara dan putusan dalam D ew an2 Perw akilan R ak
jat itu sering berselisihan dengan kesadaran keadilan umum, jang
tern jata dari sumber2 lain antaranja suara pers jang m erdeka, be
bas dari pengaruh mereka jang selalu hendak m em pertahankan
kedudukannja. Sering kesadaran keadilan umum ini tidak m enda
pat tjukup perhatian dalam D ew an2 Perw akilan tersebut; hukum
jang ditetapkan dengan persetudjuan D ew an2 itu sering tidak a ta u
kurang adil, dan ia terutam a hanja memperlindungi kepentingan
m ereka jang mempunjai harta-benda dan (atau) jang memegang
kekuasaan pada w aktu itu.
D alam hal jang demikian itu, dalam hal undang-undang ter
n ja ta dengan djelas tidak atau kurang adil, terutam a djika hukum
jan g term uat tidak atau kurang memperlindungi kaum lemah jang

26
pantas untuk diperlindungi, maka hakim jang benar2 m enghendaki
keadilan kadang2 dapat djuga m elaksanakan hukum jang demikian
itu dengan setjara adil. Hakim jang menghendaki keadilan dalam
hal tersebut dengan d jalan tafsiran (interpretasi) memberikan arti
kepada kata2 hukum jang kurang adil itu setjara demikian, sehing
ga hukum tersebut dapat dilaksanakan dengan tjara jang adil atau
agak adil. Inilah sesungguhnja suatu tjara penjusunan hukum jang
penting sekali; ia mengkoreksi hukum jang sering tidak adil (lagi)
karena tertinggal oleh perobahan2 baru dalam m asjarakat, men-
djadi hukum jang dapat dilaksanakan dengan adil bagi sesuatu
hal jang tertentu. H al ini sangatlah penting terutam a dimasa ada
perobahan2 jang besar dalam m asjarakat jang m engakibatkan pero
bahan2 besar pula dalam perasaan keadilan rakjat umum; misalnja
dimasa sekarang ini, baik di Indonesia maupun di beberapa negara
lain, banjak berbagai2 undang2 jang pada hakekatnja belum diada
kan perubahan dalam isinja, sedang hukum jang term uat dalam un
dang2 itu dibuatnja didalam masa pendjadjahan dahulu atau dida-
lam masa pendudukan tentara Djepang; djadi hukum jang dimuat
dalam undang2 itu atau dalam undang2 lain hanja dengan sedikit
perobahan, nistjaja sudah sangat tidak sesuai dengan kesadaran
keadilan rakjat umum didalam masa kemerdekaan ini, didalam m a
sa kesadaran harga diri sendiri bagi rakjat umum telah meningkat,
bahkan meluap, sehingga dalam pandangan orang banjak perbe
daan2 kelas dan tingkatan dalam m asjarakat ini sudah tidak pada
tem patnja dan bertentangan dengan keadilan.
Demikianlah bagi keperluan keadilan untuk rakjat didalam
masa ini, lebih2 dari dahulu, perlu sekali adanja hakim2 jang me
ngerti benar2 perobahan2 dalam m asjarakat dan lagi jang berani
m engadakan tjara penjusunan hukum dengan djalan tafsiran seper
ti tersebut diatas tadi. H al ini tentu tidak dapat diharapkan dari
hakim2 jang masih berdjiwa kolonial. A kan tetapi djuga para h a
kim jang masih benar2 m endjadi orang-Republik perlu diperbaiki
kedudukannja. Apabila kedudukan hakim2 ini masih tergantung
dari pemerintah, maka nistjaja kebanjakan dari mereka tidak akan
berani mengambil sikap jang merdeka, antaranja dalam hal tjara
penjusunan hukum tersebut, jang dimasa ini adalah salah suatu
djalan jang terpenting dalam hal m elaksanakan keadilan bagi
rakjat.

27
6. G am bar ringkasan tentang U ntuk memudahkan pengertian
penjusunan hukum. tentang penjusun-hukum dll.,
maka dibawah ini disadjikan
dengan tjara jang sangat bersahadja:

i4
f
// >>
/ Sl \
/ a K
X n
i
V- X 1
aX 7/ /
\ V k.
N\\ i V' /

k A
Keterangan:
x. Bundaran jang dalam (m asjarakat).
1. Norma2 hukum.
2. R adja (presiden).
3. M enteri2 (kabinet).
2 + 3 Pemerintah.
4. Dew an Perwakilan.
5. Hakim2.

a. Pikiran rakjat atau kesadaran keadilan rakjat.


b. U ndang2 (hukum positif), hukum tersu rat)'
jang disusun.
c. Hukum adat.
d. Hukum agama.

28
e. Hukum Alam.
f. Hukum jang seadil-adilnja.
g. Tafsiran hukum, jang biasa.
h. Tafsiran jang merupakan penglaksanaan hu
kum jang adil.

A dapun hal pembentukan undang2 (penjusunan hukum) chu-


susnja, selandjutnja terhitung salah satu bahagian Hukum N egara
jang mudah2an akan dapat diuraikan dalam sebuah kitab sendiri
kemudian.

7. K esatuan kepastian a. Kesatuan H ukum .


dan perpustakaan hukum.Di zaman dahulu hukum adat atau
(dan) hukum agama berlaku di-
kebanjakan negara, sedang hukum adat di beberapa daerah da
lam suatu negara sering (agak) berlainan tjorak dan sifatnja.
Sehingga sekarang di beberapa negara, antaranja di Indonesia, ba
gian Hukum Perdata dari Hukum A dat itu masih berlaku, jakni
berlakunja itu disjahkan dan dikuatkan oleh kekuasaan negara.
Terutam a Hukum A dat itu umumnja dianggap sesuai dengan pe
rasaan keadilan rakjat jang hidup menurut adat dalam m asjara-
kat itu. Akan tetapi adat diberbagai daerah negara tidaklah sama,
sehingga dalam suatu negara sering berlaku hukum A dat jang
agak berlainan atau sangat berlainan dalam beberapa daerahnja.
Selain dari itu beberapa bagian dari Hukum Agam a telah meng
gantikan kedudukan Hukum A dat itu, disatu daerah lebih kuat da
ri pada didaerah lain dari satu negara djuga. D jadi bagi rakjat
dalam satu negara dengan keadaan jang demikian itu hukumnja
tidaklah sama tentang banjak hal jang penting dalam kehidupan-
nja sehari-hari. H al ini menimbulkan banjak kesulitan dalam
penjelenggaraan keadilan; hal ini lebih lama lebih m elanggar kesa
daran keadilan umum, terutama perasaan mereka jang lebih lama
lebih insjaf, bahwa keadilan menuntut persamaan hak dan kewa-
djiban antara rakjat dalam satu negara. K arena itu maka umumlah
diakui bahwa bagi kepentingan keadilan didalam sebuah negara
perlu sekali diwudjudkan kesatuan hukum, ja ni bahwa dalam sa
tu negara perlu ada hukum jang sama bunjinja bagi seluruh rakjat
w arga-negara.
b. Kepastian hukum. Adapun kesatuan hukum itu belumlah
memberikan djaminan tjukup bagi penjelenggaraan keadilan
m enurut hukum jang diseluruh negara telah diw irakan bunjinja.

29
D isam ping kesatuan hukum itu perlu ada kepastian hukum , ja ni
bahw a rak ja t umum mesti dapat mengetahui dengan pasti bunji
hukum jang berlaku atasnja, sehingga ia dapat m enjesuaikan peri-
kelakuannja dengan hukum itu, dan barulah ia dapat dipertang-
gung-djaw abkan tentang sesuatu pelanggaran itu. K epastian
hukum ini tentu hanja bisa diperoleh djika ada kesatuan hukum ter
sebut. D jadi dengan adanja hukum jang sama bunjinja dan dengan
pengetahuannja tentang ini, m aka rakjat umumnja bisa m engeta
hui tentang kedudukannja dalam m asjarakat m enurut hukum, se
hingga ia bisa dianggap diberitahu tentang bunjinja hukum
jang berlaku atasnja, supaja ia tidak terdjirat oleh hukum an2 jang
diadakan sebagai antjam an atas pelanggaran hukum itu.

c. Perpustakaan hukum . Demikianlah keadilan m enuntut su


p aja hukum itu dituliskan (dibukukan) dan disjahkan sebagai un
d a n g 2 negara, djadi dengan bunji jang tertentu dan pasti. K arena
itu m aka djustru untuk m endapatkan kesatuan dan kepastian hu
kum itu perlulah segala hukum positif jang tidak tersurat disusun
sa tja ra teratur sebagai undang2 negara; hal ini dinam akan codificatie
(kodifikasi-perpustakaan jang disjahkan) atau dipendekkan da
lam bahasa Indonesia: perpustakaan hukum. H al ini sangat pen
ting bagi kepastian hukum tersebut.
A dapun djika perpustakaan itu ditindjau dari sudut kesada
ran keadilan umum bagi rakjat, m aka mungkinlah orang mempunjai
k eberatan2, karena hukum jang tertulis dalam undang2 itu lebih
susah diperbaharui dari pada hukum ad at jang tidak tersurat, akan
tetapi hidup tumbuh dalam m asjarakat a d a t itu. Selandjutnja, ke
satu an hukum jang memang dim aksudkan oleh kodifikasi itu
m ungkin bertentangan dengan kesadaran keadilan rak ja t di be
b erap a d aerah-adat jang bersangkutan. A kan tetapi kebanjakan
ahli ilmu hukum jang term asjhur m enganggap bahw a keberatan2
terhadap perpustakaan ini dapat dianggap tidak begitu penting,
djika ia dibandingkan dengan banjaknja dan besarnja keuntungan
bagi kepentingan penglaksanaan keadilan jang bisa diperoleh
karena terw udjudnja kesatuan dan kepastian hukum itu.
H U K U M N A SIO N A L , H U K U M D A R U R A T , H U K U M
M IL IT E R dll.

1. T entang hukum nasional. Seperti telah diterangkan didaiara


Bab III, hukum nasional sebenarnja
berarti bukan sadja hukum jang berlaku didalam seluruh daerah
negara, akan tetapi ia mesti sesuai dengan kesadaran keadilan
umum dari bangsa jang mendiami negara itu. Disinilah terletak
titik-beratnja arti hukum nasional. Dan sekarang, maka timbullah
soal apakah sjarat2nja ipenjusunan hukum jang benar2 bersifat na
sional itu, bagaimanakah menjusunnja hukum jang benar2 sesuai
dengan kesadaran keadilan bangsa, jang m ewudjudnja m asjarakat
daerah berlakunja hukum tersebut.
Lebih dahulu telah diuraikan bagaimana tjara2 dan djalannja
dapat diketahui kesadaran keadilan sesuatu bangsa jang tertentu.
Pendapat, jang mendjadi djuru-bahasa perasaan atau kesadaran
keadilan jang ada didalam dada tiap-tiap anggota m asjarakat, da
pat dialirkan dengan djalan pemilihan wakil2 kedalam sidang2
dewan wakil2 rakjat jang memilih itu. T iap2 w arga-negara jang
turut serta dalam pemilihan wakil, sesungguhnja mesti dapat
dianggap sebagai orang jang mewakili djuga pendapatan kesada
ran semua orang, jang dibawah pimpinannja dan tidak mempu-
njai sjarat2 untuk turut serta dalam pemilihan itu; djadi pada
asasnja, tiap2 orang dewasa ja ni jang telah bisa membedakan baik
dan buruk mesti berhak memilih, setidak-tidaknja tiap2 keluarga
jang 'tinggal dalam negara itu sebagai rakjat mesti mempunjai
hak memilih. Inilah tjara jang memberikan djaminan jang agak
pasti untuk supaja kemauan atau kesadaran keadilan rakjat se-
muanja mengalir kedalam sidang2 dewan2 perwakilan rakjat untuk
mendjadi bahan bagi penjusunan hukum jang a d il,-sja ra t2 lain,
untuk supaja m engalirnja pendapat atau (dan) kesadaran keadi
lan itu tidak terganggu, ialah bahw a pemilihan umum mesti
langsung dan didjalankan dengan setjara rahasia, ja ni bahw a jang
memilih itu bisa setjara bebas memberikan suaranja kepada siapa
jang ia kehendaki sebagai wakilnja.
D idalam sebuah negara jang menghimpunkan didalam nja
beberapa bangsa atau suku bangsa jang agak berlainan tingkat per-
adabannja, dapat djuga dalam garis-besarnja terbentuk kesa
daran keadilan jang umum bagi seluruh m asjarakat di negara itu.
M eskipun disebuah negara sering timbul banjak perpetjahan dila-
pangan politik, sosial dan ekonomi, seperti halnja di Indonesia ini,
m aka tetaplah ada kemungkinan terbentuknja kesadaran keadilan
umum. Sebagai bukti jang tegas dapatlah dimadjukan. bahwa
bagaim ana hebatnjapun pertentangan politik antara bangsa Indo
nesia sendiri, antara golongan2 rakjat Indonesia, akan tetapi se-
m endjak 17 A gustus 1945 sehingga sekarang Proklamasi Kem er
dekaan dan djuga U ndang2 Dasa r Republik Indonesia diakui
umum, dari Sabang ke-M aroke dan dari kaum extremis sampai
kaum Federalis. D engan pengakuan umum ini, maka ternjatalah
bahw a Proklam asi dan U ndang2 D asar itu benar2 m endjadi djuru-
bahasa kesadaran keadilan seluruh bangsa kita. D an karena itu
keduanja m endjadi dasar dan bahan bagi penjusunan hukum
nasional kita, jang akan benar2 bersifat nasional, apalagi djika
nanti garis-garis besarnja U ndang-undang D asar kita itu telah di-
setudjui oleh D ew an Perw akilan Rakjat, jang anggotanja dipilih
langsung oleh seluruh rakjat Indonesia. D iatas dasar2 tersebut
nanti akan disusunlah hukum nasional jang adil bagi seluruh
bangsa kita, jakni djika rak ja t kita insjaf dan tjakap memilih pe
m im p in y a jang djudjur dan kuat, tjakap untuk m elenjapkan an a
sir2 asing jang akan m entjoba m enentang penjusunan hukum n a
sional jang benar2 adil.

2. K eadaan hukum nasional Di tiap-tiap negara, hukum na-


umumnja. sionalnja biasanja m enurut ketjer-
dasan dan keadaban rakjat di
masing-masing negara itu. Ini adalah suatu keharusan, karena
sesungguhnja hukum hanja bisa berlaku, hanja bisa diseleng
garakan benar-benar, apabila ia dirasai oleh rakjat umum sebagai
hukum jang adil, dan rakjat hanja bisa m enganggap sesuatu hal

32
adil, djika ini sesuai dengan kesadaran keadilannja, jang tergan
tung dari ketjerdasan dan keadabannja sendiri. D jika rakjat
disebuah negara mempunjai ketjerdasan dan keadaban lain dari
pada rakjat di negara lain, maka kesadaran keadilannjapun m ung
kin lain djuga dan keadaan hukum jang ia anggap adil pun m ung
kin berbeda. Demikianlah misalnja keadaan hukum di negara2 Ba
rat, di Eropa dan di Amerika, umumnja sangat berlainan dari pada
hukum di negara2 Timur, karena tingkat ketjerdasan dan kebuda-
jaan rakjat di dunia Barat dan di dunia Tim ur itu pada dasarnja
sangat berlainan.
Akan tetapi karena banjak negara, antaranja ham pir semua
negara di benua2 Timur, telah berpuluh-puluh, bahkan beratus2
tahun dikuasai langsung atau tidak langsung oleh beberapa ne
gara Barat, jang m endjalankan djuga pengaruhnja dilapangan
ketjerdasan dan kebudajaan bangsa jang dikuasainja itu, maka
bangsa jang bersangkutan dipaksalah menerima hukum jang berfa
edah bagi kepentingan negara2 Barat. Karena pengaruh kaum pen-
djadjah itu dilapangan kebudajaan, dan ditambah pula pengaruhnja
dilapangan ekonomi, politik dan tehnik, maka berlakunja hukum
jang dipaksakan itu tidak dirasai sangat dholim. Bahkan lam a-ke
lamaan antara dunia B arat dan dunia Timur, karena perhubungan-
nja sangat rapat, telah tumbuh banjak persam aan pendapat, djuga
tentang keadilan. Demikianlah di masa sekarang ini telah dapat
dikatakan bahwa adalah satu peradaban manusia, jang meliputi se
luruh dunia. A kan tetapi dilapangan keadilan soal keadaan ekono
mi, karena perbedaannja jang sangat besar, selalu m endjadi soal
jang terpenting, jakni dalam hal m enetapkan tindjauan adil atau
tidaknja tentang keadaan hukum.
Demikianlah disamping perbedaan besar antara kesadaran
keadilan bangsa2, jang menimbulkan hukum nasional jang tjo-
raknja lain2, ada pula persam aan dalam keadaan hukum nasional
bangsa2 itu, jang timbulnja untuk sebagian, karena paksaan dan
untuk sebagian lagi karena memang ada persam aan kesadaran ke
adilan dalam beberapa hal antara bangsa2 itu djuga, sebab adanja
keadaban umum diseluruh dunia.
D engan uraian diatas ini, maka djelaslah kiranja bahw a tidak

33
lah m ungkin ad a hukum nasional jang murni, hukum jang chusus
h a n ja berpedom an kepada kesadaran keadilan nasional. T erutam a
dibekas-bekas d jadjahan jang telah lama dipengaruhi oleh negara2
jang turu t tjam pur dalam pertjaturan politik dunia nistjajalah ke
ad a an kesadaran keadilan dari bagian (lapisan) atas dari rakjat
telah terpaksa m engikuti kepentingan kaum pendjadjah, meskipun
dengan tja ra jang tidak sadar. D inegara ini sebagai bekas d ja
d jah an negara Belanda, keadaannja hukum tidak boleh tidak
m endapat pengaruh besar sekali dari hukum nasional negara Be
landa sendiri, terutam a dilapangan Hukum Pidana dan Hukum
D agang sangatlah banjak persam aannja, karena djustru di lapang
an2 hukum inilah dunia B arat jang sehingga sekarang menguasai
untuk sebagian besar perhubungan dan perniagaan dunia, m enun
tut adanja hukum jang m enurut mereka sesuai dengan kesadaran
keadilan dunia (dalam hal ini, batjalah: kebutuhan atau kepentingan
negara2 B arat itu).

3. G am bar ringkasan tentang Didalam Bab I telah didjelaskan


berlakunja hukum. bahw a hukum sangatlah penting
bagi seluruh m asjarakat umumnja
dan bagi tiap2 manusia chususnja. K eadaannja hukum mempunjai
pengaruh jang sangat besar atas perbuatan dan sepak-terdjang
orang2 didalam m asjarakat, bukan sadja keadaan ekonomi, politik
dan sosial, akan tetapi peri-kelakuan tiap2 orangpun banjak atau
sedikit terpengaruh oleh keadaannja hukum. M au tidak mau kita
terpaksa menindjau apakah sesuatu hal jang kita ingin atau hendak
perbuat diperbolehkan atau dilarang oleh hukum. A tau apakah
hukum mewadjibkan kita m endjalankan sesuatu hal jang sesung-
guhnja kita tidak ingini. Hukum bertabiat menimbulkan kebiasaan
menurut kepadanja.
M eskipun demikian banjaklah rakjat jang belum insjaf hal ini;
sebaliknja hukum jang njata2 tidak adil lama-kelamaan nistjaja me
nimbulkan perlaw anan terhadapnja, jang makin lama biasanja
m endjadi makin besar.
U ntuk m endjelaskan lagi tentang berlakunja hukum, maka di-
sini disadjikan dengan setjara sederhana gambar ringkasan berikut:

34
Keterangan:
x. B undaran jang dalam (m asjarakat).
a. U ndang2 (hukum positif).
b. Hukum adat.
c. Hukum agama.
d. Hukum alam.
e. Hukum jang seadil-adilnja.

1. Norm a2 hukum.
2. R adja (presiden).
3. M enteri2 (kabinet).
4. D ew an perwakilan.
5. Hakim2.
6. Berlakunja hukum positif.
7. Berlakunja hukum alam (hukum jang seadil-adilnja).

35
D ari gam bar ringkasan ini ternjatalah bahw a rak jat sungguh
m endjadi bulan-bulanan (object) dari pada berlakunja hukum.
A kan tetapi an tara hukum itupun adalah hak-hak asasi rakjat, jang
didalam gam baran diatas tidak term uat. H ak-hak asasi ini ialah
hak tiap-tiap m anusia dan w arga-negara jang asli, sutji, tidak boleh
diganggu atau dilanggar oleh siapapun dengan tidak beralasan jang
sangat kuat, misalnja hak-hidup, hak kem erdekaan diri, hak ke
m erdekaan pikiran, hak kem erdekaan bangsa, hak beker d ja, hak
memilih dan dipilih dll. D jika rakjat insjaf benar dan berani mema
kai hak-hak A sasinja, m aka nasib rak jat itu tidak akan seperti bu-
lan2-an sadja. Sesungguhnja rak jat w arga negara didalam sebuah
negara m erdeka bukan sadja m endjadi orang jang diperintah, akan
tetapi ia harus djuga m endjadi w arga negara jang turut memerintah,
dengan mempunjai pula hak-hak asli dan sutji, jang tidak boleh
dilanggar atau diganggu, djika tidak alasan kuat, jakni jang benar2
bersendi kepada kepentingan umum.
4. K eadaan hukum positif Hukum positif di Indonesia sekarang
di Indonesia sekarang, belumlah teratur baik, didalam masa
perdjoangan ini rakjat masih sedang
m enuntut keadilan. Didalam daerah-daerah pendudukan, jaitu
bagian-bagian Republik Indonesia jang njata masih dikuasai oleh
tentara Belanda, berlaku hukum jang hampir sama (bahkan lebih
keras) dengan hukum didalam masa pem erintahan H india Belanda
dahulu. D idaerah-daerah jang njata (de facto) atau setengah-
setengah dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia, hukum jang
berlaku belumlah m enurut (sesuai dengan) U ndang-undang Dasar
Republik In d o n esia ; untuk sebagian besar hukum tersebut masih
dikuasai oleh pasal II sampai pasal IV A turan-Peralihan U ndang2
D asar, berhubung dengan M aklum at W ak il Presiden N o. X ter
tanggal 16 O ktober 1945 (lihat halam an penutup). K arena masih
berlakunja A turan Peralihan dan M aklum at tersebut, maka di da
erah2 inipun hukum pada asasnja masih banjak sekali jang berupa
landjutan sadja dari hukum dalam masa pendjadjahan dahulu.
Keadaan hukum seperti demikian ini sesungguhnja tidak semes-
tinja, akan tetapi ia dianggap sjah sadja, karena umumnja rakjat-
pun belum mempunjai pengertian jang tjukup tentang kemerdekaan
dan kedaulatan. D ibaw ah pengaruh kekuasaan Badan Pekerdja
Komite N asional Indonesia Pusat, jang bersembojan: Sekali duduk
tetap duduk pengertian rak jat tentang kemerdekaan jang belum
tjukup itupun susah akan dilenjapkannja.
K eadaan Republik Indonesia sem endjak pertengahan tahun
1947 benar terus-m enerus dalam keadaan darurat, dalam keadaan

36
genting. Karena itu segala hukum jang berlaku sem endjak tahun
itu sehingga sekarang didalam Republik ini dianggapnja sebagai
Hukum D arurat; sebelumnja diselidiki ia sudah lebih dahulu (a prio-
ri) dianggap sebagai Hukum D arurat sadja, akan tetapi sesung-
guhnja tidak semua hukum jang berlaku didalam m asa d arurat itu
hukum darurat. Demikianlah hukum positif di Republik Indonesia
pada dasarnja sama atau masih berupa tiruan hukum dimasa
pendjadjahan dahulu, jakni ketjuali Proklamasi dan U ndang2 D asar
jang belum diselenggarakan benar2 itu. D jika hal jang tersebut ini,
jaitu bahwa hukum disini belumlah berupa hukum nasional, djika
hal menjerupai hukum masa pendjadjahan ini hanja mengenai sadja
bagian2 hukum jang berdasarkan persesuaian dengan kesadaran
keadilan dunia, itu tidak m endjadi keberatan, karena dasar jang
dipakai itu memang sesuai dengan tuntutan keadaban umum, jang
beralasan pula kepada peri-kemanusiaan; hal ini tentu tidak sekali2
m engetjewakan kesadaran keadilan nasional. M isalnja banjak pe
rihal kedjahatan, seperti tentang pembunuhan, pentjurian, penipuan
dll. umumnja tetaplah dianggap sebagai kedjahatan djuga diseluruh
dunia jang beradab.
Akan tetapi apabila hal-hal jang lain dari jang tersebut diatas
itu, terutam a tentang hal-hal jang mengenai kehidupan rakjat umum,
apabila dalam hal jang demikian itu masih tetap dipergunakan pe
raturan hukum jang memberikan terlalu banjak kelonggaran kepada
kepentingan negara2 asing, perihal jang demikian itu nistjajalah
merobah sifatnja hukum nasional, merobah sifatnja hukum jang adil.
Hukum nasional ini dikehendaki benar2 oleh rak jat Indonesia mer
deka semendjak Proklamasi 17 A gustus 1945; rak jat merdeka tidak
sudi lagi hidup dibawah tekanan hukum pendjadjahan.

5, H ukum D a ru ra t A dapun jang dimaksudkan dengan hukum


darurat ialah jang sengadja diadakan
dalam dan untuk keadaan darurat, jakni keadaan jang sempit dan
genting, keadaan jang membahajakan sangat. H ukum darurat bia-
sanja term uat dalam undang-undang darurat. U ndang-undang
darurat itu seharusnja dibuat oleh pemerintah dengan sjarat2 a. kea
daan mendesak, b. keamanan m em bahajakan dan m engantjam ter-
w udjudnja negara, c. untuk m engatasi keadaan dan kesulitan2 jang
timbul dari keadaan bahaja itu, d. tidak ada kesem patan buat mem-
bitjarakannja dengan parlemen (dan S enaat), e. undang2 hanja
berlaku selama ada bahaja. Apabila sjarat2 itu tidak ada, undang2
d arurat jang dibuat oleh pemerintah itu sebenarnja m elanggar sis-
tim demokrasi, m elanggar kerakjatan dan biasanja ia m elanggar
hak-hak asasi.

37
D jelaslah bahw a hukum d arurat itu disusun dan berlaku untuk
m engatasi kegentingan, atau setidak-tidaknja untuk didjalankan
h an ja dalam w aktu kegentingan itu. D engan tabiat jang demikian
ini, m aka ternjatalah bahw a hukum jang masih dibiarkan berlaku
dari m asa pendjadjahan Belanda disini, bukanlah hukum d aru rat;
ia masih dianggap perlu berlaku atau belum sem pat dihapuskan,
karena belum ada gantinja ; tabiat untuk m engatasi kegentingan
sam a sekali tidak ada pada hukum jang demikian itu.
Selandjutnja, tabiat untuk m engatasi kegentingan, untuk me
nolak bahaja itu dengan sendirinja menimbulkan keistim ewaan
kepada sifat Hukum D arurat. Um um nja keadaan genting itu me
nimbulkan kesempitan dalam segala lapangan; djadi hukum d arurat
tidaklah seperti hukum positif biasa, akan tetapi ia bersifat istimewa
sempit dan keras. Hukum positif (jang biasa) sering tidak sesuai
dengan kesadaran keadilan umum, djadi apalagi hukum d aru rat se
ring sekali bertentangan dengan kesadaran keadilan umum itu.
M eskipun demikian, kesadaran keadilanpun sering sekali be-
robah dalam w aktu keadaan genting atau sempit. K arena itu maka
adalah kemungkinan bahw a hukum darurat pun sesuai atau agak
sesuai djuga dengan kesadaran keadilan umum, jang telah berobah
itu; supaja kemungkinan persesuaian itu m endjadi suatu kenjataan,
maka dalam penjusunan hukum d arurat itu perlu sekali diperhatikan
apakah ada perobahan dan bagaim anakah bunjinja kesadaran ke
adilan didalam masa kegentingan tersebut.
M eskipun kemungkinan m enjesuaikan hukum d arurat dengan
kebutuhan keadilan baru itu benar ada, akan tetapi penjusunan hu
kum d arurat itu biasanja sangat tergantung dari pem erintah dan
alat2 kekuasaannja dalam masa kegentingan ini. D jika peme
rintah dan alat-alat kekuasaannja itu, jakni orang-orang jang turut
m engendalikan pem erintahan umumnja dan jang berkuasa m enjusun
hukum chususnja terdiri dari mereka jang tidak biasa m enghargai
hak2 kem erdekaan rakjat atau jang terlalu m em entingkan kedudu-
kannja karena kebutuhannja kepada kemewahan, maka nistjajalah
keadaan genting itu akan mempengaruhi djiw a m ereka begitu
sangat, sehingga mereka ini sama sekali tak m engindahkan sedikit-
pun hak-hak asasi rakjat, dasar-dasar kem erdekaan rakjat, jang
sesungguhnja m endjadi djam inan jang besar sekali bagi pembelaan
kem erdekaan bangsa. D an dalam hal jang demikian ini penjusunan
dan penglaksanaan hukum darurat, nistjaja tidak akan sesuai de
ngan keadilan, halm ana tentu akan m em bahajakan terw udjudnja
negara sendiri. Pendek kata: djuga hukum darurat mesti dise
suaikan dengan kesadaran keadilan umum. K eadaan d aru rat
sadja tidak bisa dan tidak boleh dipergunakan sebagai alasan

38
untuk m engadakan peraturan atau (dan) tindakan jang sew enang2.
D jika hukum darurat dan (atau) penglaksanaannja sangat tidak
adil, djika hukum darurat ini memperkosa dasar-dasar peri-kem anu-
siaan, m engindjak-indjak dasar2 kemerdekaan rakjat, nistjajalah
lama-kelamaan dari fihak rakjat sendiri akan timbul perlaw anan
jang djustru membahajakan kedudukan negara dan pem erintahan-
nja sendiri.
6. Hukum M iliter. Hukum militer ialah hukum jang berlaku
chusus untuk kaum militer dan orang2
jang bertindak bersama-sama dengan orang militer dalam pelang
garan hukum itu. Di kebanjakan negara hukum militer hanjalah
mengenai Hukum Pidana, hukum tentang kedjahatan2. Hukum
militer adalah hukum jang istimewa, karena:
le. Kaum militer dianggap sebagai suatu golongan jang istimewa,
sebab berhubung dengan tugasnja membela negara, ia mesti
mempunjai ketaatan jang istimewa, sehingga tiap-tiap pelang
garan hukum oleh mereka, umumnja dianggap lebih berat
dari pada pelanggaran hukum oleh rakjat biasa.
2e. Kaum militer harus berdisiplin benar-benar bagi kepentingan
kekuatan dan keuletan susunan ketentaraan. K arena itu
bagi mereka diadakan beberapa peraturan hukum jang istime
wa, terutama jang bermaksud m emperkuat disiplin tentera.
3e. Kaum militer sering mempunjai atau m endapat tugas, jang
sangat pentingnja berhubung dengan pembelaan negara atau
jang sangat berpengaruh besar kepada perhubungan perang
atau damai dengan negara lain. K arena itu diadakan beberapa
peraturan hukum untuk melindungi kepentingan-kepenti
ngan negara jang istimewa itu ; djadi hukum jang demikian
ini hanja bisa dilanggar oleh kaum militer sadja dan hukum an
atas pelanggarannja biasanja istimewa beratnja.
Demikianlah di kebanjakan negara ada hukum militer jang
chusus; pelanggaran atas norm a2nja diantjam dengan hukum an2
jang biasanja lebih berat dari pada hukum an2 jang umumnja didja-
tuhkan kepada rakjat biasa atas pelanggaran hukum jang kira-kira
sama pentingnja. Apalagi didalam masa ada peperangan atau
bahaja peperangan sanctie atas pelanggaran itu m endjadi lebih berat
lagi. H al jang demikian ini biasanja dibenarkan oleh kesadaran ke
adilan umum, karena rakjatpun umumnja insjaf benar, bahwa
pelanggaran atas hukum jang melindungi kepentingan2 negara jang
istimewa itu, harus dihukum dengan setjara istimewa djuga. A kan
tetapi disam pingnja itu kesadaran keadilan umumpun m enganggap
perlu adanja batas-batas dalam hal keistimewaan kerasnja hukum

39
tersebut. H a l ini terbukti dari adanja ahli2 hukum dalam kalangan
pengadilan militer; djadi terutam a dalam hal penglaksanaan hukum
itu dianggap perlu adanja djam inan2 tjukup untuk keadilan. A p a
lagi dalam w aktu tidak ada peperangan atau bahaja peperangan
rak ja t m engaw asi benar2 terdjam innja keadilan umumnja, djuga
bagi kaum militer. D iw aktu damai rakjat hidup bergaul bersam a2
dengan pradjurit2 dan perw ira2 dan m em perhatikan benar-benar
penglaksanaan keadilan atas mereka itu; adanja ahli-ahli hukum
dalam kalangan pengadilan militer dianggap sebagai sjarat untuk
keadilan itu.
D jika keadilan dikalangan militer tidak terdjam in, nistjaja hal
ini lam a-kelam aan menggelisahkan rakjat umum, bahkan ia tentu
akan m engganggu hati dan pikiran kaum militer sendiri, dan ini
tidak akan m endjadi baik bagi disiplin dan kekuatan susunan ke
tentaraan umumnja.
Demikianlah hukum militer pun, terutam a dalam penglaksa-
naannja mesti disesuaikan benar-benar dengan kesadaran keadilan
umum. Pendapat umum jang n jata 2 timbul dari terganggunja keadi
lan, tidaklah dapat ditekan dengan djalan dan tjara apapun.
P endapat umum jang keras dan djelas, sepandjang riw ajat 3 abad
telah m endjadi pedom an bagi beberapa pem erintahan jang de
mokratis; bahkan pemerintah negara2 totaliter (fasis) pun sering
terpaksa menjelidiki dan m engindahkan pendapat umum itu. K esa
daran keadilan rakjat umum bukanlah suatu hal jang boleh
diperm ainkan oleh pemerintah negara m anapun.

7. H ak rak jat dan D asar dan tudjuan seluruh pergerakan


pendapat umum. bangsa Indonesia ialah mentjapai keadilan
bagi rakjat Indonesia seluruhnja. Um um
nja rakjat sudah insjaf bahwa kemerdekaan bangsa (negara) adalah
sjarat jang terpenting bagi m entjapai keadilan, setidak-tidaknja
untuk memperbaiki nasibnja. A kan tetapi kebanjakan rakjat belum
lah insjaf, bahwa kemerdekaan bangsa dan negara itu belum
tentu berarti djuga kem erdekaannja rakjat umum. Sesungguhnja
kem erdekaan negara hanja berarti bahw a pemerintah negara itu
tidak dikuasai oleh pemerintah negara lain dan bahwa pem erintah-
nja itu berdaulat atas seluruh rakjat dan daerah negara. A kan
tetapi mungkin sekali rakjat negara tersebut tidaklah merdeka,
karena ia tidak m engetjap (m erasai) hak-haknja sebagai rakjat
m erdeka. H an ja kewadjiban-kewadjibanlah jang dipikulkan kepa-
danja, sedang hak-'hak jang diberikan kepadanja dan dirasai
olehnja m ungkin bukanlah jang asli dan sedjati, akan tetapi seolah2

40
hanja kulit-kulitnja jang kosong belaka: misalnja dinegara D jerm an
dalam masa H itler berkuasa hak kemerdekaan m engutarakan piki
ran, hak kemerdekaan pers, hak memilih dan dipilih dan lain-lain
sesungguhnja hanja kulitnja sadja, karena hanjalah orang-orang
fasis (nazi) jang merdeka bersuara, merdeka menulis disurat-surat
kabar dan merdeka memilih dan dipilih sebagai wakil.
D asar d a n tudjuan pergerakan rakjat Indonesia sem endjak
dahulu ialah: Keadilan bagi rakjat. Kemerdekaan negara mesti ada;
ia adalah sjarat jang terpenting bagi kemerdekaan rakjat sendiri, ia
adalah sjarat jang terutam a untuk tertjapainja keadilan bagi rak
jat. N egara H ukum dalam arti N egara Keadilan telah berabad-abad
m endjadi tjita-tjita rakjat Indonesia; Bukanlah Imam M ahdi dan
R atu A dil telah berabad-abad hidup dalam tjita2 rakjat Indone
sia?
U ndang2 D asar Republik Indonesia m enjatakan dalam fasal
I ajat 2: K edaulatan adalah ditangan rakjat, dan dilakukan
sepenuhnja oleh M adjelis Perm usjaw aratan R akjat . Sesudahnja
lebih lima tahun berdjoang membela kem erdekaan negaranja,
rakjat merdeka mesti insjaf akan hak-haknja sebagai manusia dan
w arga-negara jang m erdeka. A palagi dalam sebuah negara jang
U ndang2 D asarnja dengan terang-terangan mengakui kedaulatan
rakjat, maka pastilah rakjat mempunjai hak-hak jang timbul dari
kedaulatannja itu; ia bukan sadja rakjat jang diperintah, akan tetapi
ia berhak pula turut memerintah, jakni dengan perantaraan wakil-
wakilnja. Selandjutnja hak-hak kemerdekaan pikiran, berserikat dan
berkumpul, petisi dan lain-lain mesti terdjam in, bukan sadja diatas
kertas, akan tetapi djuga dalam penglaksanaannja.
R akjat jang tidak insjaf akan hak-haknja m udah di-nina-bobok-
kan dengan sedikit bagian dari distribusi, dengan kata-kata jang
muluk2, dengan djandji2 jang kosong. R akjat mesti m engetahui
kew adjibannja, tetapi ia mesti mengetahui djuga hak-haknja. R ak
jat jang tidak insjaf akan hak-haknja pasti /tidak d a p a t (tidak
berani) melahirkan kejakinannja dengan tegas dan djelas; ia tidak
dapat m enjatakan perasaan atau kesadaran keadilannja, dan karena
itu jang akan dianggap sebagai pendapat-um um mungkin sekali
tidaklah sesuai dengan kesadaran keadilan rakjat. Sesungguhnja
rak jat jang insjaf mesti berani m em pergunakan hak-haknja sebagai
manusia dan w arga-negara, m em pergunakan hak-hak kem erde
kaan pers, petisi, demonstrasi dan lain-lain. H a k 2 asasi sangatlah
penting, jaitu supaja pemerintah negara dapat m engetahui pendapat
umum. Ini adalah kewadjiban tiap-tiap w arga-negara, ini adalah
sum bangan bagi pem erintah supaja ia bisa m em buat peraturan2 atau

il
m engam bil tindakan2nja jang benar-benar sesuai dengan kehen
dak p endapat umum itu, jang sesungguhnja adalah djuru-bahasa
kesadaran keadilan rakjat umum. Djika pemerintah tidak mau
m em perhatikan pendapat umum rakjatnja, maka ini adalah suatu
kekeliruan besar, jang mungkin akan m engakibatkan jang tidak di
ingini. D jika rak ja t tidak mampu atau tidak berani memberikan
petundjuk2 kepada pem erintahnja kearah djalan jang dikehendaki-
nja m enurut kesadaran keadilan umum, dan kemudian terdjadilah
hal-hal jang tidak diingini, maka mau tidak mau rakjat jang tidak
m enjatakan pendapatnja itu turut memikul segala kesalahan
jang dilakukan oleh pem erintahnja. Keadaan Republik Indo
nesia sekarang baik sekali untuk didjadikan peladjaran bagi rakjat
jang ingin insjaf. Bahkan pemuka-pemuka rakjat sendiri banjak jang
tidak tjukup pandai dan berani m em pergunakan hak2nja. Dalam
keadaan daruratpun rak jat diizinkan m endjalankan hak-hak dida-
lam parlem en sepenuhnja. H a k m enetapkan anggaran belandja
negara (begrooting) tidak pernah dipergunakan oleh Badan Pe~
kerdja Komite N asional Indonesia Pusat. H ak-hak kemerdekaan
rak ja t mesti dipakai dengan djalan apa sadja jang diperbolehkan
oleh hukum.
H ukum jang seadil-adilnjapun lam bat-laun nistjaja m endjadi
tidak adil atau penglaksanaannja tidak didjalankan dengan adil,
djika rak jat tidak berani m enjatakan kesadaran keadilannja.
Inilah dengan sangat ringkas jang m erupakan salah satu hu
bungan jang terpenting antara hukum dan keadilan.

42
T A M B A H A N (S U P P L E M E N T ).

a. U ndang-U ndang D a sa r Republik Indonesia. *)


Pasal I. A jat 1 : N egara Indonesia ialah N egara K esatuan, jang
berbentuk Republik.
A jat 2 : K edaulatan adalah ditangan rakjat, dan dilaku
kan sepenuhnja oleh M adjelis P erm usjaw aratan
R akjat.

b. A tu ran Peralihan. (U n d an g -U n d an g D a sa r R epublik In d o n esia).


Pasal II. Segala badan negara dan peraturan jang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan jang baru
m enurut U ndang2 D asar ini.
Pasal IV . Sebelum M adjelis P erm u sjaraw aratan R akjat, D ew an
Perw akilan R akjat dan D ew an Pertim bangan Agung
dibentuk m enurut U ndang2 D asar ini, segala kekuasaan-
nja didjalankan oleh Presiden, dengan bantuan sebuah
Komite N asional.

c. M aklum at W a k il P residen N o . X . *)

Presiden Republik Indonesia


Sesudah m endengar pem bitjaraan oleh Komite N asional P usat ten
tang usul supaja sebelum M adjelis Perm usjaw aratan R akjat dan
D ew an Perw akilan R akjat dibentuk kekuasaannja jang hingga se
karang didjalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite
N asional m enurut pasal IV A turan Peralihan dari U n d an g -U n d an g
D asar hendaknja dikerdjakan oleh Komite N asional P u sat dan su p a
ja pekerdjaan Komite N asional P u sat itu sehari harinja b erhu
bung dengan gentingnja keadaan didjalankan oleh sebuah badan
bernam a D ew an Pekerdja jang bertanggung-djaw ab kepada Kom ite
N asional Pusat.

43
M enim bang, bahw a didalam keadaan jang genting ini perlu
ad a b a d a n jan g ikut bertan g g u n g -d jaw ab tentang nasib bangsa In
donesia disebelah P em erintah;
M enim bang selandjutnja, bahw a usul tadi berdasarkan paham
K edaulatan R akjat;

M em utuskan:

B ahw a Kom ite N asional P usat, sebelum terbentuk M adjelis


P e rm u s ja w a ra ta n R a k ja t d an D ew an P e rw a k ila n R ak jat, diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut m enetapkan garis-garis besar dari pada
haluan N e g a ra, serta m enjetudjui bahw a pekerdjaan Komite N asio
nal P u sa t sehari-hari berhubung dengan gentingnja keadaan didja-
lankan oleh sebuah B adan P ekerdja jang dipilih diantara m ereka dan
jang b e rtan g g u n g -d jaw ab kepada Komite N asional Pusat.

D jakarta, 16 O ktober 1945.

W a k il Presiden Republik Indonesia;


ttd
MOHAMAD HATTA.

Noot.
Tafsiran pasal2 U ndangi D asar Republik Indonesia ini bersama Maklumat
wakil Presiden No. X adalah sangat penting dan m enarik perhatian ditindjau
dari su d u t sedjaiahnja. Tentang tafsiran ini kita harap akan dtapat memberikan
buah tulisan lagi kemudian.

44
PERPl
FAK.
Perpustakaan Ui

01-10-05008965

G R A F ic A - D J A K A R T A '

You might also like