Professional Documents
Culture Documents
Doni Arief Kurniawan
Doni Arief Kurniawan
id
TUGAS SKRIPSI
Dikerjakan oleh :
ABSTRACT
This study uses statistical description method with the method of SWOT analysis.
SWOT analysis is used to identify factors that produce internal and external
aspects of the strength (Strength), weakness (Weakness), opportunities
(Opportunity) and threats (Threats) of the problems faced in the management of
waste, especially those served by the WWTP Semanggi. Once the factors are
known, it can be formulated strategies that are suitable for companies using
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) refers to the internal matrix, the
external matrix, SWOT quadrants, and the matrix IE (Internal-External).
Based from the results of research on the development strategy of urban waste
water treatment (WWTP case study Semanggi Surakarta) produced three of the
most attractive alternative strategies for development and proper management of
urban waste water. The resulting strategy is the strengthening of policies related to
the intensify of dissemination and communication in order to arouse public
awareness and involvement of the importance of good sanitation. Maintain
coordination with relevant agencies to strengthen the legal regulations. Increase
Cash Flow and Levies by utilizing cooperation with relevant parties and the
participation of the community.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia di bumi ini yang tidak dapat
melangsungkan hidupnya tanpa tersedianya air. Hidup manusia mutlak
membutuhkan air, karena dalam penyusun tubuh manusia 85% komponennya
terdiri dari air. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi,
mencuci, untuk pengairan pertanian, sanitasi, transportasi, baik di sungai maupun
di laut. Kegunaan air tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional
(Arya W, 1995).
Aktivitas rumah tangga banyak yang memanfaatkan air khususnya air bersih
untuk keperluan sehari-hari. Akibat dari penggunaan air untuk aktivitas rumah
tangga maka menghasilkan air limbah yang berupa limbah rumah tangga.
Pencemaran air merupakan salah satu sumber pencemaran yang ada di Indonesia,
dan limbah rumah tangga adalah sumber penyebab pencemaran yang paling
dominan. Pencemaran air ini di timbulkan dari sektor-sektor industri maupun
rumah tangga. Dan akibat dari pencemaran air tersebut adalah menurunnya kadar
kualitas air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
Kota Surakarta mempunyai jumlah penduduk lebih dari 550.000 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk rata-rata 0,64% pertahun dalam luas wilayah 44,040 km2.
Meskipun laju pertumbuhan penduduk relatif rendah namun dengan adanya
orang-orang yang datang pada siang hari untuk melakukan kegiatan bisnis di Kota
Surakarta maka penduduk Kota Surakarta seolah-olah menjadi 3 kali lipat dari
jumlah penduduk sebenarnya. Pengolahan limbah domestik Kota Surakarta telah
diputuskan dalam Surat Keputusan (SK) Walikota Surakarta Nomor 002 Tanggal
26 Juni 1998, menunjuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta
sebagai pengelola air limbah domestik. Disamping itu juga terdapat Peraturan
Daerah Nomor 03 Tahun 1999 tanggal 27 Mei 1999 tentang pengolahan limbah
cair, yang mengatur tentang IPAL, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
jaringan air limbah, sambungan rumah serta peralataan penunjang lainnya. Kota
Surakarta memiliki 3 unit pengolah air limbah, yaitu IPAL Semanggi, IPAL
Mojosongo dan IPLT Putri Cempo (Angen Santi, 2010).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas Kota Surakarta yang
menjadi sentra bagi kota di sekitarnya, dirasakan perlu adanya optimalisasi dan
pemeliharaan maupun perbaikan infrastruktur secara berkelanjutan. Salah satu
infrastruktur yang sangat penting diperhatikan adalah perihal perbaikan sistem
sanitasi di lingkungan perkotaan, diantaranya adalah perbaikan serta
pengembangan IPAL Semanggi. IPAL Semanggi mempunyai daerah layanan
yang lebih luas daripada instalasi pengolah limbah lainnya yang ada di Surakarta.
Pengamatan dan penelaah yang lebih lanjut di IPAL Semanggi sebelum diperluas
pelayanannya atau dilakukan perbaikan. Oleh karena itu penelitian ini adalah
membuat langkah strategis dalam upaya pengembangan pengelolaan air limbah
perkotaan dengan fasilitas IPAL Semanggi Surakarta ini. (www.solopos.co.id).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pengembangan pengelolaan air limbah perkotaan ada tujuh aspek yang perlu
ditinjau, yaitu aspek teknis, aspek kelembagaan dan manajerial, aspek sosial,
aspek komersial, aspek finansial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan (Robert J.
Kodoatie, 2003).
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Letak IPAL Semanggi dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini :
<
<
IPLT
<
<
<
<
PENGGELONTOR
SISTEM M ANGKUNEGARAN
## IPAL M OJOSONGO
PENGGELONTOR (24 L/DET)
SISTEM KASUNANAN ##
## PENGGELONTOR
SISTEM JEBRES
Skala = 1:50.000
Pada lokasi tertentu kondisi lahan tidak memungkinkan mengalirkan air buangan
secara gravitasi, maka di bangun 3 stasiun pompa, yaitu :
1. Stasiun pompa Sibela (2 unit).
2. Stasiun pompa Dempo.
3. Stasiun pompa Malabar.
Kapasitas IPAL Semanggi Kota Surakarta ditingkatkan dua kali lipat karena
kapasitas semula 30 liter per detik telah dimanfaatkan sehingga ditambah menjadi
60 liter per detik. Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono yang mewakili
Menteri Pekerjaan Umum meresmikan IPAL tersebut memberikan apresiasinya
terhadap komitmen Pemerintah Kota Surakarta dalam penyehatan sanitasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Sejak dibangun pada 2001 hingga 2008, jumlah pelanggan air kotor Surakarta
dapat meningkat lebih dari 60 persen dari semula 6.600 sambungan rumah (SR)
menjadi 10.839 SR. IPAL Semanggi melayani wilayah selatan Surakarta,
sementara untuk wilayah utara dilayani oleh IPAL Mojosongo dengan kapasitas
24 liter per detik. Pelanggan IPAL Semanggi sendiri berjumlah 6.285 sambungan
rumah yang sebagian besar merupakan rumah tangga dan sisanya merupakan
limbah industri dan rumah sakit (Angen Santi, 2010).
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengolah Limbah (UPL) PDAM, adalah
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Direktur Utama
Direktur Teknik
Drs. Sudiyanto, MM
Seksi Perencanaan Limbah Cair Seksi Instalasi Limbah Cair Seksi Pengolahan Limbah Cair
Ratih Hastuti, S.Si Ir. Muchlis, MT Nuri Mardewi
Dari Angen Santi (2010), sistem pengolahan yang ada di IPAL semanggi dapat
dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini :
Bak Ekualisasi
Pipa
Screen Gambar 4.2. Diagram Alir IPAL Semanggi
Grit Camber
Rumah Tangga
Pengolahan
biologi
Ke Sungai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
1. Grit Chamber
Grit Chamber adalah bak yang berfungsi untuk menangkap pasir endapan dari
interseptor, pasir yang kasar akan mengendap secara gravitasi terlebih dahulu dan
pasir halus akan mengendap di ujung Grit Chamber. Air yang masuk dari jaringan
air limbah domestik mengalir secara gravitasi menuju ke unit Grit Chamber.
Bentuk Grit Chamber dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini :
2. Bak Ekualisasi
Bak Ekualisasi adalah bak berguna untuk meratakan fluktuasi debit harian,
terutama pada jam-jam puncak, untuk dapat dipompa secara kontinu ke bak
Aerasi.
3. Bak Aerasi
Bak Aerasi adalah bak yang berfungsi untuk mengupayakan perpindahan gas dan
penambahan oksigen untuk pengolahan biologi dan oksidasi zat terlarut, dan bola
commit to user
biofilter sebagai media pelekat untuk mengasimilasi material organik tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Bentuk bola-bola filter yang ada dalam bak aerasi dapat dilihat pada Gambar 2.7
di bawah ini :
4. Bak Sedimentasi
Bak Sedimentasi adalah bak yang berfungsi untuk mengendapkan flok yang
terbentuk pada unit aerasi dengan gaya berat flok itu sendiri. Bentuk bak
sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Bak Pengering Lumpur adalah bak yang berfungsi untuk menampung lumpur
encer dari unit Grit Chamber, unit aerasi, dan unit sedimentasi, dimana lumpur
akan mengendap dan air lumpur akan meresap ke dalam filter kerikil-kerikil yang
akan mengalir menuju unit Grit Chamber. Lumpur yang sudah mengendap dapat
dijadikan kompos. Bentuk bak pengering lumpur dapat dilihat pada Gambar 2.9.
2.2.5. Kepegawaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai yang menjadi bagian
dari Unit Pengelolaan Limbah hanya berjumlah 14 orang, namun demikian
kualitas dan kualifikasi pegawai tetap menjadi modal utama. Oleh karena itu
beberapa kegiatan dan pelatihan diadakan dengan maksud untuk meningkatkan
ketrampilan dan pendidikan bagi pegawai UPL sehingga akan mampu
meningkatkan kualitas hasil kerja yang diselenggarakan UPL dalam mewujudkan
kondisi lingkungan sanitasi yang sehat.
Dari Tabel 2.2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai yang mempunyai
pendidikan tinggi di atas sarjana muda dengan pendidikan menengah dari SLTA
commit to user
ke bawah mempunyai rasio yang hampir sama.
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
1. Visi
Menjadi Badan Pengelola Limbah Kota Surakarta dalam upaya pembangunan
lingkungan hidup.
2. Misi
a. Mengembangkan sanitasi Kota Surakarta.
b. Mengambangkan tradisi pengkajian di bidang pengelolaan limbah.
c. Senantiasa memperbaharui diri melalui proses organisasi sesuai dengan
dinamika lingkungan hidup.
d. Berpartisipasi dalam mengembangkan masyarakat yang sadar akan
lingkungan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan koordinasi dengan dinas atau instansi lain dalam pengelolaan IPAL
masih terbatas dan belum ada kooordinasi secara rutin yang diselenggarakan oleh
UPL Surakarta.
Koordinasi dan kerja sama dianggap juga sebagai salah satu cara terbaik untuk
mencegah ketidakefisienan. Mekanisasinya berawal dan bersumber pada
kesadaran dan kesediaan setiap instansi untuk berkoordinasi dan bekerja sama
dengan instansi atau lembaga lainnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dan
direncanakan.
sungai. Biasanya pengecekan ini dilakukan sebulan sekali langsung dari KLH
sendiri yang melaksanakan.
4. Kelurahan
Yaitu kelurahan sebagai media atau tempat untuk diadakan penyuluhan ataupun
sosialisasi antara UPL dengan warga, terkait pengelolaan limbah dan juga
memberi pengetahuan mengenai pentingnya menggunakan fasilitas saluran
sanitasi air limbah yang dialirkan ke IPAL itu sendiri.
Melihat koordinasi yang selama ini sudah dilakukan oleh UPL dengan
dinas/instansi lain demi kelancaran tugas UPL di atas maka dapat disimpulkan
koordinasi yang rutin itu terkait dengan dana proyek pembagunan IPAL dan biaya
operasional yaitu dengan P2SP serta pihak lain seperti kelurahan, DPU, dan KLH
untuk kemajuan pengelolaan limbah.
Menurut Sugiyono (2007) dalam Irwan Taufik (2011) statistik deskriptif adalah
statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan.
Nugraha Setiawan (2005) dalam Irwan Taufik (2011) menyatakan bahwa analisis
statistik deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data,
serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik yang diperoleh dari
hasil sensus, survey, atau pengamatan lainnya umumnya masih acak, mentah, dan
tidak terorganisasi dengan baik. Data-data tersebut harus diringkas dengan baik
dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau grafik sebagai dasar untuk berbagai
pengambilan keputusan.
Menurut Uma Sekaran (1992) dalam Irwan Taufik (2011) teknik pengambilan
commit to user
sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
populasi, sehingga penelitian terhadap sampel, dan pemahaman tentang sikap atau
karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau
karakterstik tersebut pada elemen populasi. Keuntungan dari teknik sampling
antara lain mengurangi biaya, mempercepat waktu penelitian dan memperbesar
ruang lingkup penelitian.
Menurut Nugraha Setiawan (2005) dalam Irwan Taufik (2011) ada 2 cara
pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel secara acak (probability
sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling).
1. Pengambilan sampel secara acak (probability sampling) adalah metode
sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang yang spesifik dan
bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluang setiap anggota populasi
tersebut dapat sama, dapat juga tidak sama. Pengambilan sampel secara acak
terdiri dari :
a. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) adalah
suatu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki
probabilitas terpilih sama.
b. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih
secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari
daftar populasi dipilih sebagai sampel.
c. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian
anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil
dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini
dilakukan berdasarkan ciri atau karakteristik tertentu dari populasi yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Pengambilan sampel secara kelompok (cluster sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual
melainkan kelompok individual (cluster) berdasarkan ciri atau
karakteristik tertentu, selanjutnya dipilih satu cluster secara acak dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Menurut Uma Sekaran (1992) dalam Irwan Taufik (2011) memberikan usulan
dalam menentukan jumlah sampel yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan sekurang-kurangnya 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian.
2. Seumpama sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, senior/junior,
dan sebagainya) ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah
tepat.
3. Penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel sebaiknya beberapa kali) lebih disukai lebih dari 10 kali atau lebih
besar dari jumlah variabel yang akan dianalisis.
4. Penelitian eksperimen yang sederhana dengan kontrol eksperimen yang
ketat, ukuran sampel bisa 10-20 elemen.
Akan tetapi, dalam kasus ini hanya digunakan beberapa sampel saja. Dikarenakan
responden yang akan dijadikan sampel mempunyai jumlah yang jelas dan pasti,
sehingga untuk teori ukuran sampling yang harus berjumlah antara 30-500 tidak
dapat dipergunakan. Jumlah responden yang dipergunakan itu adalah pejabat yang
ada di tiap instansi yang terkait di dalam pengelolaan limbah cair di Kota
Surakarta, khususnya di wilayah pelayanan yang dimiliki oleh IPAL Semanggi
Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
2.5. Kuesioner
Menurut Yusuf Kuntioaji (2009) dalam Irwan Taufik (2011) kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat
juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. Responden diberi kuesioner yang
diisi dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang diberikan dan berapa
besar penilaian tersebut. Responden diminta memberi saran atau pendapat
sehubungan pelayanan yang diberikan secara langsung memberikan pernyataan
semisal: sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting atau tidak sangat
penting dan sebagainya.
2. Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena
banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor yang
sama.
Menurut Freddy Rangkuti (2002) dalam Riska Bahar (2009) analisis SWOT
(Strenghth, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan bentuk analisis situasi
dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities) dan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats). Analisis ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi
atau yang mungkin akan dihadapi oleh instansi.
Menurut Kuncoro Mudrajad (2006) dalam Riska Bahar (2009) dalam analisis ini
terbagi atas empat faktor dasar yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini.
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa
depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi
dimasa depan.
Menurut Kuncoro Mudrajad (2006) dalam Riska Bahar (2009) faktor diatas
menghasilkan faktor-faktor internal dan eksternal dengan pembobotan untuk
mengukur posisi institusi yang bersangkutan. Pembobotan dilakukan dengan
memberikan nilai variabel terhadap kekuatan dan peluang serta kelemahan dan
ancaman. Menurut Riska Bahar (2009) tahap tahap analisis data dengan faktor
SWOT sebagai berikut:
1. Pemilihan faktor faktor SWOT
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden, faktor faktor
internal dan eksternal yang ada dipilih dahulu. Pemilihan ke dalam kelompok
strength, weakness, opportunities dan threats dilakukan dengan cara :
a. Skala ordinal Likert untuk rating ditransformasikan terlebih dahulu
menjadi nilai sebagai berikut:
a) Sangat Lemah : -2
b) Lemah : -1
c) Sedang :0
d) Kuat :1
e) Sangat kuat :2
b. Nilai rating yang sudah ditransformasikan dikalikan dengan bobot (hasil
kuesioner) untuk masing masing faktor
c. Hasil perkalian untuk masing masing faktor dijumlahkan dari seluruh
responden. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
d. Tiap faktor internal dan eksternal diurutkan dari jumlah nilai yang
terbesar.
e. Menghitung nilai rata-rata rating dalam skala 1-4
f. Untuk Pemilahan Faktor-faktor ditentukan dengan memilih 5 faktor yang
mempunyai nilai rating terbesar dimasukan dalam kelompok Strength
atau Opportunities, sedangkan 5 faktor dengan nilai rating yang terendah
dimasukan dalam kelompok Weakness atau Threats. Hal ini dimaksudkan
agar semua faktor dapat diketahui masuk kelompok masing-masing.
Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu
tahap masukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Tahap akhir analisis kasus
adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan
atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur
maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan
dengan kondisi yang ada.
Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada
kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut ini :
Pendekatan kuantitatif analisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi
yang sesungguhnya. Setelah ditentukan letak posisi perusahaan, maka dapat
disimpulkan srtategi yang cocok sesuai dengan posisi dan kondisi perusahaan.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan tahap-tahapan sebagai berikut :
1. Penentuan rating faktor faktor SWOT
Setelah dilakukan pemilahan tiap kelompok faktorfaktor SWOT, maka
selanjutnya mengurutkan nilai rating skala 4 sesuai dengan urutan faktor
SWOT.
2. Penentuan bobot relatif faktor SWOT
Penghitungan bobot relatif faktor terlebih dahulu menghitung severity index
dari tiap faktor SWOT. Faktor strength atau weakness dibuat dalam satu set
dan faktor opportunities atau threats dibuat dalam satu set tersendiri. Jumlah
bobot untuk faktor - faktor S/W dan O/T adalah 1.
Rumus pengukuran Severity Index (Is) adalah
5
i =1
ai.xi
Is = 100
5
Dengan :
N = Jumlah total responden
Ni = Jumlah frekuensi jawaban yang menjawab bobot tertentu
i = Nilai skala likert yang menyatakan bobot yang diberikan respon ke-i
xi = ni / N
pada matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor
Evalution).
Tahapan analisis data diatas dapat dibentuk faktor internal dan eksternal
kemudian dapat diketahui kelompok strength atau opportunities dan
kelompok weakness atau threats.
Menurut Freddy Rangkuti (2002) dalam Riska Bahar (2009) analisis strength,
weakness, opportunities dan threats dilakukan dengan mengembangkan
matriks IFE dan matriks EFE.
4. Mengkalikan nilai rating pada tiap tiap faktor untuk mendapatkan score
bobot (Weighted Score).
5. Total skor bobot adalah penjumlahan skor bobot tiap faktor. Nilai rata rata
adalah 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan posisi lemah, sedangkan nilai di
atas 2,5 menandakan posisi kuat. Hasil total skor selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X dalam pemetaan di Matrik IE
6. Selanjutnya dilakukan pengurangan untuk jumlah total skor bobot kekuatan
dengan total skor bobot kelemahan, perolehan angka selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X dalam pemetaan di kuadran SWOT.
Setelah didapatkan hasil perhitungan dari matriks IFE dan EFE, selanjutnya
memetakan titik koordinat X dan Y yang sudah didapatkan kedalam kuadran
SWOT. Kuadran SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.10 sebagai berikut:
Keterangan :
1. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
2. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
commit to user
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.11. Matriks IE
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Dari posisi kesembilan Sel dapat diberikan strategi alternatifnya sebagai berikut :
1. SBU yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Grow
and Build. Strategi yang cocok adalah strategi intensif seperti market
penetration, market development dan product development. Strategi yang
juga bisa dipilih adalah strategi integrasi, seperti backward, forward
(vertikal integration) dan horizontal integration.
2. SBU yang berada pada sel III, V, atau VII dapat digambarkan sebagai
Hold atau Maintain. Strategi yang cocok adalah market penetration atau
product development.
3. SBU yang berada pada sel VI, VIII, atau IX strateginya adalah Harvest
atau Divesture.
Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang mampu mengendalikan
bisnis yang berada pada sel I.
Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT dalam tabel matriks seperti Tabel 2.6.
di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Dari Hasil Perhitungan akan didapatkan nilai TAS untuk tiap alternatif strategi.
Pemilihan strategi didasarkan oleh perolehan nilai TAS yang terbesar, jika
terdapat selisih yang tidak terlalu besar diantara alternatif yang ada, maka dapat
dilakukan combination strategy untuk kedua alternatif tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif statistik dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui analisis SWOT untuk
mengetahui strategi pengembangan limbah perkotaan IPAL Semanggi.
3.2.2. Populasi
Populasi sampel penelitian adalah pejabat ataupun petugas yang mengurusi serta
yang mengetahui tentang kebijakan maupun kegiatan pengolahan air limbah.
3.2.3. Responden
Responden adalah orang yang telah mengerti benar tentang perihal yang diamati
yaitu kinerja pengelolaan dan pelayanan kegiatan pengolahan air limbah. Dalam
hal ini Pejabat ataupun petugas dari instansi yang terkait dalam kegiatan
pengolahan air limbah di IPAL Semanggi.
3.2.4. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini
teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam aspek kelembagaan digunakan
teknik Purposive Sampling.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari survey dan hasil wawancara dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada pejabat dari IPAL serta dari instansi terkait.
Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk membantu dan menunjang
pelaksanaan survey maupun penelitian. Data sekunder ini merupakan studi
literatur yang diambil dari buku, jurnal, dan literatur lainnya yang berkaitan.
Selain itu juga didapat dari peraturan yang berlaku.
Berikut ini beberapa perangkat lunak yang digunakan serta kegunaan dari
perangkat tersebut, antara lain:
a. Microsoft Excel
Digunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan hasil analisis data dalam
bentuk grafik proporsi, mengolah data membuat tabel.
b. Microsoft Word
Digunakan sebagai alat bantu untuk mengolah kata dan membuat tabel.
Perangkat keras yang digunakan berupa form kuesioner yang digunakan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
Alat ukur penelitian ini adalah pendapat dan persepsi tentang penilaian terhadap
pengolahan limbah maka digunakan skala Likert. Dalam penelitian ini digunakan
dua penilaian dalam setiap variabel, yaitu penilaian dengan pembobotan dalam
pengaruhnya terhadap pengelolaan dan penilaian dengan rating dalam
pengaruhnya terhadap pengembangan. Adapun skor atau penilaian setiap variabel
disajikan seperti tabel dibawah ini.
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data
primer diambil kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden oleh
peneliti sehingga responden dapat menanyakan hal hal yang kurang jelas dan
peneliti dapat melakukan wawancara sehubungan jawaban responden. Sebagai
tanda bukti bahwa kuesioner telah dilakukan, peneliti meminta tanda tangan dari
responden.
Selain data dari kuisioner, peneliti juga akan melakukan pengamatan/observasi
dilapangan terkait pengelolaan limbah di IPAL Semanggi.
Data sekunder yang diambil mengenai jumlah karyawan, jumlah sambungan
rumah dan data pendukung lainnya berupa data literatur, peraturan, jurnal karya
tulis dan data lain yang membantu tercapainya penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Data hasil kuesioner yang terkumpul kemudian dilakukan analisis dengan analisis
SWOT. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis SWOT diperoleh dari
beberapa literatur. Dari beberapa literatur tersebut disesuaikan dengan adanya
kebijakan tentang pengembangan pengelolaan limbah guna selanjutnya dapat
ditentukan variabel yang termasuk dalam penilaian SWOT internal dan eksternal
yang akan digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan tersebut
adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
3.5.7. Kesimpulan
kepada pelanggan jasa. Variabel yang dinilai responden paling berpengaruh dalam
pengembangan IPAL tetapi jika kondisinya sudah sesuai yang diharapkan dapat
dipertahankan. Namun jika ternyata variabel yang paling berpengaruh dalam
pelayanan terhadap pelanggan pengguna jasa masih jauh dari yang diharapkan
dapat ditingkatkan pihak yang bertanggungjawab untuk memperbaikinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Mulai
Menentukan topik
Survey Pendahuluan
Desain Kuisioner
Pengumpulan data
Kesimpulan dan
saran
selesai
Keterangan :
:Simbol titik terminal, menunjukkan awal dan akhir suatu
proses proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
Data Kuisioner
Prosedur Pembobotan
Analisis Ranking
Berdasarkan nilai Severity Index, Ambil faktor yang masuk 5 besar
urutkan faktor dari yang terbesar sehingga menjadi key faktor
untuk tiap kelompok faktor S/W untuk tiap kategori
atau O/P
Bobot Faktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan ringkasan Philip Kotler (Kotler,2008) dalam Eni Dwi Saputri (2011)
diperoleh informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam
identifikasi faktor strategi dilakukan identifikasi terhadap setiap kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman secara mendetail terhadap perusahaan
berdasarkan informasi yang ada. Keseluruhan dara-data yang ada, baik yang
berupa angka maupun yang berupa informasi, diterjemahkan dengan penjelasan
singkat, padat, jelas dan logis.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Lembaga 1 2 3 4 5
No
Faktor Internal B R B R B R B R B R
KELEMBAGAAN
1 Struktur Organisasi 4 4 5 4 3 5 5 5 4 4
2 Sumber Daya Manusia 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5
3 Kesejahteraan Pegawai 4 5 4 5 3 4 5 5 4 4
4 Orientasi Perusahaan 4 5 4 5 3 4 5 5 4 4
TEKNIS OPERASIONAL
Sarana Dan Prasarana Penunjang
5
Kegiatan 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4
6 Instalasi Pengolah Air Limbah 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4
Di lanjutkan ke halaman 51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
PEMBIAYAAN
7 Arus Kas Dan Retribusi 4 4 5 4 2 4 3 5 4 4
8 Ketersediaan Biaya/Modal 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4
9 Investasi Asing 4 3 4 3 5 4 5 4 3 3
HUKUM & PERATURAN
10 Kebijakan Terkait 5 5 4 5 3 4 5 5 4 4
11 Regulasi Hukum 4 4 4 4 2 4 5 5 4 4
Hasil analisis, 2011
Keterangan :
5 = IPAL Semanggi
B = Bobot
R = Rating
Lembaga 1 2 3 4 5
No
Faktor Eksternal B R B R B R B R B R
MASYARAKAT
1 Kesadaran Masyarakat 5 5 4 4 2 4 5 5 2 4
2 Gaya Hidup Masyarakat 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4
3 Kesehatan Masyarakat 5 4 5 4 4 4 4 5 3 3
4 Partisipasi Masyarakat 4 5 5 5 3 4 5 5 2 2
5 Komunikasi Dan Sosialisasi 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4
commit to user Di lanjutkan ke halaman 51
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
5 = IPAL Semanggi
B = Bobot
R = Rating
Analisis kekuatan dan kelemahan didapat melalui hasil kuesioner untuk faktor-
faktor internal. Dimana dari hasil kuesioner nantinya didapat nilai bobot dan
rating, kemudian dengan penjumlahan total nilai bobot dikalikan dengan nilai
rating yang sudah di konversikan melalui skala saaty maka akan didapat nilai dari
faktor internal tiap aspek yang ditinjau. Setelah didapatkan nilai dari setiap aspek
internal yang kemudian dibagi dengan jumlah seluruh aspek yang ada, maka akan
didapat nilai rata-rata dari faktor internal. Setelah didapat nilai rata-rata kemudian
hasilnya harus dijadikan skala 4commitdengantodibagi
user 0,8. Kemudian hasil dari nilai
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
setiap aspek internal tadi diambil dari lima urutan nilai rata-rata skala 4 yang
tertinggi, maka aspek tersebut masuk dalam kategori kekuatan (Strength).
Sedangkan untuk lima urutan nilai rata-rata skala 4 yang terendah, dikategorikan
sebagai kelemahan (Weakness). Untuk contoh perhitungan analisis kekuatan dan
kelemahan, dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Nilai Rata-rata
Faktor Internal Lembaga 1 Lembaga 2 BxR' Skala Skala Kategori
B R R B R R' 5 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Struktur Organisasi x y x y
Sumber Daya Manusia x y x y
Sumber : Irwan Taufik, 2011
Keterangan :
Kolom 1 : Faktor-faktor internal
Kolom 2,5 : Nilai bobot hasil kuesioner
Kolom 3,6 : Nilai rating hasil kuesioner
Kolom 4,7 : Nilai rating hasil transformasi sesuai dengan Tabel 4.1.
Kolom 8 : Jumlah nilai bobot dikalikan dengan nilai rating hasil tansformasi
Kolom 9 : Membagi nilai rata-rata dengan jumlah lembaga yang ditinjau.
Kolom 10 : Pemilahan faktor internal berdasarkan nilai rating skala 4 dengan
cara mengalikan nilai dari skala 5 dengan 0,8 , kemudian
mengkategorikan untuk 5 faktor yang mempunyai nilai rating
skala 4 teratas dikelompokkan dalam kekuatan (Strength), dan 5
faktor yang mempunyai nilai rating terendah dikelompokkan
dalam kelemahan (Weakness).
Dari hasil survei dengan penyebaran kuesioner ke setiap lembaga yang terkait
dalam permasalahan sanitasi dan pengelolaan di IPAL Semanggi, maka
didapatkan hasil seperti dalam Tabel 4.6.
X1 4 4 1 5 4 1 3 5 2 5 5 2 4 4 1 29 S5 4,4 3,52 88
X2 4 5 2 4 5 2 4 4 1 5 5 2 5 5 2 40 S1 4,8 3,84 96
X3 4 5 2 4 5 2 3 4 1 5 5 2 4 4 1 33 S2 4,6 3,68 92
X4 4 5 2 4 5 2 3 4 1 5 5 2 4 4 1 33 S3 4,6 3,68 92
X5 5 4 1 5 5 2 4 4 1 5 5 2 4 4 1 33 S6 4,4 3,52 88
X6 5 4 1 5 4 1 4 5 2 5 5 2 4 4 1 32 W1 4,4 3,52 88
X7 4 4 1 5 4 1 2 4 1 3 5 2 4 4 1 21 W2 4,2 3,36 88
X8 4 4 1 4 4 1 3 4 1 3 5 2 4 4 1 21 W3 4,2 3,36 84
X9 4 3 0 4 3 0 5 4 1 5 4 1 3 3 0 10 W5 3,4 2,72 76
Dengan keterangan :
N = Jumlah total 5 responden
Ni = Jumlah frekuensi jawaban yang menjawab bobot tertentu
i = Bobot yang diberikan kepada respon ke-i
xi = ni / N
Adapun tata cara sama penghitungan severity index sama dengan langkah dalam
tugas akhir Riska Bahar (2009) seperti Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Jumlah Frekuensi Yang Menjawab Bobot Tertentu Pada Faktor Internal
Bobot Variabel Jumlah
Faktor
Internal
1 2 3 4 5 responden
X1 0 0 0 3 2 5 88
X2 0 0 0 1 4 5 96
X3 0 0 0 2 3 5 92
X4 0 0 0 2 3 5 92
X5 0 0 0 3 2 5 88
X6 0 0 0 3 2 5 88
X7 0 0 0 3 2 5 88
X8 0 0 0 4 1 5 84
X9 0 0 2 2 1 5 76
X10 0 0 0 2 3 5 92
X11 0 0 0 4 1 5 84
Hasil analisis, 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis data terhadap pengelompokan kategori S/W pada Tabel
4.6, diperoleh 6 faktor yang dikelompokkan dalam kekuatan (Strength), dan 5
faktor yang dikelompokan dalam kelemahan (Weakness). Adapun hasil pemilahan
faktor internal dapat dilihat seperti Tabel 4.8.
Analisa peluang dan ancaman merupakan hasil kategori yang didapat dari
pemilahan faktor-faktor eksternal, dimana untuk perhitungan data dari hasil
kuesioner sama dengan perhitungan untuk analisis kekuatan dan kelemahan pada
halaman sebelumnya. Sehingga hasil perhitungan dari kuesioner untuk faktor
eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
X14 5 4 1 5 4 1 4 4 1 4 5 2 3 3 0 22 T2 4 3,2 80
X19 4 4 1 4 4 1 4 5 2 4 4 1 3 3 0 20 T3 4 3,2 28
X21 4 5 2 4 5 2 4 4 1 3 3 0 3 3 0 20 T4 4 3,2 24
Dengan keterangan :
N = Jumlah total 5 responden
Ni = Jumlah frekuensi jawaban yang menjawab bobot tertentu
i = Bobot yang diberikan kepada respon ke-i
xi = ni / N
Adapun tata cara penghitungan severity index sama dengan langkah dalam tugas
akhir Riska Bahar (2009) seperti Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Jumlah Frekuensi Yang Menjawab Bobot Tertentu Pada Faktor
Eksternal
Bobot Variabel Jumlah
Faktor
Eksternal
1 2 3 4 5 Responden
X12 0 0 0 3 2 5 88
X13 0 0 0 4 1 5 84
X14 0 0 1 3 1 5 80
X15 0 1 0 1 3 5 44
X16 0 0 0 3 2 5 48
X17 0 1 0 4 0 5 32
X18 0 1 0 1 3 5 44
X19 0 0 1 1 3 5 28
X20 0 0 1 1 3 5 28
X21 0 0 2 1 2 5 24
Hasil analisis, 2011
Berdasarkan hasil analisis data terhadap pengelompokan kategori O/T pada Tabel
4.9, diperoleh lima faktor yang dikelompokkan dalam peluang (opportunities),
dan lima faktor yang dikelompokkan dalam ancaman (threats). Adapun faktor-
faktor yang dikelompokkan seperti Tabel 4.11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan analisis data terhadap rating untuk tiap faktor internal dan eksternal
pada Tabel 4.6. dan Tabel 4.9 di atas kemudian disajikan dalam Tabel 4.12. dan
Tabel 4.13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
Penghitung bobot relatif faktor terlebih dahulu menghitung severity index dari tiap
faktor SWOT, kemudian dilakukan analisis rangking yaitu dengan mengurutkan
nilai hasil perhitungan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Tahapan ini
faktor-faktor SWOT akan bergeser sesuai dengan posisi nilai severity index
masing-masing faktor. Selisih severity index kemudian ditransformasikan ke skala
Saaty dengan ketentuan pada Tabel 2.5 Jumlah nilai hasil transformasi (skala
Saaty) untuk tiap faktor, kemudian dihitung nilai eigen value-nya. Hasil
perhitungan severity index faktor internal dan eksternal seperti Tabel 4.7. dan
Tabel 4.10. kemudian dilakukan analisis rangking seperti Tabel 4.14. dan 4.15.
Adapun tata cara sama penghitungan nilai bobot relatif sama dengan langkah
dalam Riska Bahar (2009) disajikan ke dalam Tabel 4.17. dan 4.19.
commit to user
63
Keterangan :
Langkah-langkah perhitungan :
1. Mencari selisih antar severity index kemudian ditransformasikan ke dalam
skala Saaty, dimasukkan pada kolom sesuai dengan kode pemilahan faktor
SWOT. Contoh pengubahan ke dalam skala Saaty seperti Tabel 4.18.
Kolom (S4,S2) =
4. Baris kedua kolom kedua dilakukan dengan cara seperti perintah 1 sampai 3
kemudian baris ketiga kolom ketiga juga sama caranya sampai terakhir
Kolom Eigen = Hasil pembagian skala Saaty tiap variabel dengan jumlah
skala Saat Jumlah total eigen harus sama dengan 1.
commit to user
65
Keterangan :
Kolom variabel = Faktor-faktor eksternal
Kolom IS = Severity index
Kolom notasi = Notasi untuk eksternal
Kolom = Penjumlahan hasil transformasi ke skala Saaty
Langkah-langkah perhitungan:
5. Mencari selisih antar severity index kemudian ditransformasikan kedalam
skala Saaty, dimasukkan pada kolom sesuai dengan kode pemilahan faktor
SWOT. Contoh pengubahan ke dalam skala Saaty seperti Tabel 4.20.
Kolom (T1,T3) =
8. Baris kedua kolom kedua dilakukan dengan cara seperti perintah 1 sampai 3
kemudian baris ketiga kolom ketiga juga sama caranya sampai terakhir
Kolom Eigen = Hasil pembagian skala Saaty tiap variabel dengan jumlah
skala Saat Jumlah total eigen harus sama dengan 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan nilai Eigen value untuk menentukan nilai bobot relatif pada
setiap faktor internal dan eksternal dijumlahkan dan hasilnya sama dengan 1,
penyajian data untuk tiap faktor internal dan eksternal ditunjukan pada Tabel 4.21.
dan Tabel 4.22.
Dari hasil perhitungan di atas, didapat nilai total peluang (O) adalah 1,693 dan
total skor ancaman adalah 1,669. Setelah dilakukan pengurangan sebagai berikut:
Nilai total skor O T = 1,693 1,669 = 0,023 Digunakan sebagai koordinat
titik Y.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
4.1.3.5. Pemetaan Hasil Matriks IFE dan EFE Kedalam Kuadran SWOT
Berdasarkan perhitungan matriks IFE dan EFE didapatkan koordinat untuk
kuadran SWOT dimana diperoleh data titik X dan titik Y dari hasil selisih tiap
faktor. Sehingga didapat hasil bahwa posisi perusahaan berada pada titik (1,385 ,
0,023).
OPPORTUNITIES (O)
0 1,385
WEAKNESS (W)
THREATS (T)
baik peluang yang ada dan memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi
ancaman. Kemudian dari hasil skor tersebut dipetakan ke dalam matriks IE
dimana skor internal sebagai nilai sumbu X, dan skor eksternal sebagai nilai
sumbu Y,seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.
4,00
I II III
3,362
Atractive
IV V VI
Moderate
Businees
Sektor
VII VIII IX Prospects
Unatractive
Posisi kelembagaan didalam Intalasi
1,00
Pengolah Air Limbah (IPAL) Semanggi
Menurut Matriks IE
0
3,568
Excellent Moderate Weak
4,00 1,00
Businees Strength
Dari matriks IFE didapat skor 3,568 sedangkan untuk matriks EFE didapat skor
3,362. Berdasarkan Gambar 4.2 untuk posisi kelembagaan dalam IPAL Semanggi
terletak pada sel I yang digambarkan sebagai Grow atau Build Strategy. Dengan
Strategi yang direkomendasikan adalah market development dan product
development.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
Setelah tahap matching stage atau perpaduan antara faktor-faktor SWOT yang
menggunakan kuadran SWOT dan matriks SWOT, dihasilkan beberapa alternatif
strategi, seperti pada Tabel 4.26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah proses analisis, berikut ini dibuat kesimpulan mengenai pencapaian dalam
penelitian ini dan kemudian saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan
strategi yang dilaksanakan.
5.1. Kesimpulan
77
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah penulis susun, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Penelitian ini perlu dilakukan studi literatur lebih lanjut terutama dalam
pemilihan variabel agar mendapatkan kuesioner yang efisien dan lebih detail
untuk diberikan kepada responden.
2. Dalam pemilihan variabel sebaiknya dilakukan survey pendahuluan terlebih
dahulu agar terjadi persamaan persepsi antara peneliti dengan obyek yang
akan diteliti.
3. Perlunya menambahkan aspek kemasyarakatan secara lebih luas, yang terkait
dengan pelayanan air limbah.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat diperluas bukan hanya pada satu lingkup
IPAL Semanggi saja, tetapi dengan meninjau dari IPLT Mojosongo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ajeng Peny. 2005. Peranan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Cair Melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Rumah Tangga Di Wilayah Surakarta (Suatu Studi Di Perusahaan Air Minum
Daerah Di Surakarta. Skripsi, S1 Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Freddy Nelwan, Kawik Sugianan & Budi Kamulyan. 2003. Kajian Program
Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Studi Kasus Pengelolaan IPAL Margasari
Balikpapan. UGM. Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Santi, Angen, 2010. Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Semanggi
Kota Surakarta. Tugas Akhir, Diploma III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
Websites
www.pdamsolo.or.id. Profile PDAM. 10 Juli 2011
www.sanitasi.net
www.menlh.go.id
www.solopos.co.id
commit to user