Teori Pertumbuhan Berbasis Ekonomi (Ekspor) : Posisi Dan Sumbangannya Bagi Perbendaharaan Alat-Alat Analisis Regional

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indones

Vol. 16, No. 1, 2001, 41 - 53

TEORI PERTUMBUHAN BERBASIS EKONOMI (EKSPOR) :


POSISI DAN SUMBANGANNYA BAGI PERBENDAHARAAN
ALAT-ALAT ANALISIS REGIONAL
Prasetyo Soepono
Universitas Gadjah Mada

ABTRACT

The determinants of regional growth are demand and supply. Demand as a factor
for explaining regional growth inquires where the demand comes from and traces its
impact through the regional economic system, where a demand for a regional output
gives rise to other regional output by way of backward linkages. The export-based
theory of growth claims demand as the determinant of regional growth. It seeks to
identify the region s export activities, to forecast the growth in the activities, and to
evaluate the impact of that additional export activity on the other or non-basic activities
of the region. The export-based theory plays the role of identifying which sectors/
industries are basic and which ones are non-basic after those sectors/ industries
undergoing a shift-share analysis. The export based theory offers various techniques
of determining what a basic sector industry is and various wyas of calculating economic
base multipliers. The export-based theory has some disadvantages: no inter-regional
inter-industry interdependence, short-run analysis, etc. However, one thing the export-
based theory can contribute is that it is useful for small regions like a district
(kecamatan), regency (kabupaten) in determining their ability to export and is the first
to apply the macro-economic model of income determination to regions.
Keywords: basic & non-basic sectors, location quotient, economic base multiplier

Dalam jajaran (urutan menurut perkem- untuk menentukan apakah setiap produk/jasa,
bangan) metode-metode analisis regional, kategori produk, industri , atau sektor ekonomi
seperti tercermin dalam silabus mata kuliah regional, yang pertumbuhannya baru saja
Ekonomi Regional atau dalam kurikulum diurai oleh analisis shift-share, basic atau
univeristas di Amerika Serikat, teori berbasis tidak. Selain menawarkan teknik-teknik peng-
ekspor atau model berbasis ekonomi ukuran basis, sumbangan teori basis ekspor
diposisikan langsung sesudah analisis shift- terhadap perkembangan alat-alat analisis
share (Bendavid-Val, 1991, Richardson, regional adalah 1) merintis penggunaan multi-
1972). Ini menandakan bahwa teori berbasis plier (pengganda) untuk mengukur pengaruh
ekspor merupakan tindak lanjut atau perbaikan ekspor terhadap variable regional seperti
atau pelengkap dari metode regional sebelum- employment (kesempatan kerja), pendapatan
nya, yakni, analisis shift-share. Demikian pula regional, output regional, nilai tambah
dalam penelitian, analisis shift-share sering regional, dan sebagainya, 2) merintis penerap-
diikuti oleh penggunaan location qoutient kan model ekonomi makro pada tingkat
sebagai salah satu teknik pengukuran yang regional melalui model penentuan pendapatan
paling terkenal dari model basis ekonomi daerah dan 3) menyumbang sisi permintaan
42 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

sebagai salah satu penentu pertumbuhan/ naik atau turun, kesempatan kerja yang
perkembangan regional. Tetapi fokus makalah melayani pasar lokal juga naik atau turun.
ini adalah penggunaan location quotient dan Bila pabrik (ekspor) tutup, pedagang
pengganda dalam teori basis ekspor. eceran (lokal) merasakan dampaknya
karena para pekerja pabrik yang
Tidak sulit untuk memahami teori diberhentikan tidak memiliki uang untuk
pertumbuhan berbasis ekspor atau model basis dibelanjakan. Karena peranan penggerak
ekonomi sebagai salah satu metode analisis utama itu, kesempatan kerja ekspor
regional yang membedakan antara sektor/ dipandang sebagai dasar (basic atau
industri/aktivitas basic dan aktivitas/sektor/ basis). Kesempatan kerja yang melayani
industri non-basic. Adalah biasa untuk mem- pasar lokal dipandang menyesuaikan atau
bagi perekonomian menjadi dua bagian, seperti adaptif dan diberi istilah non-dasar
ekspor dan penunjang (menurut Kaum (non-basic).
Merkantilis), produktif dan steril (Kaum
Fisiokrat), produktif dan non-produktif (Adam Studi basis ekonomi regional umumnya
Smith, Karl Marx, Jean Baptiste Say), primer berupaya untuk menemu-kenali aktivitas-
dan sekunder, dan basic dan non-basic. aktivitas ekspor wilayah, untuk meramalkan
pertumbuhan di aktivitas-aktivitas itu dan
Teori pertumbuhan regional berbasis
untuk mengevaluasi dampak dari kenaikan
ekspor menerangkan bahwa beberapa aktivitas
aktivitas ekspor atas aktivitas-aktivitas lain.
di suatu daerah adalah basic dalam arti bahwa
Basis ekonomi dari sebuah komunitas terdiri
pertumbuhannya menimbulkan dan menen-
atas aktivitas-aktivitas yang menciptakan
tukan pembangunan menyeluruh daerah itu,
pendapatan dan kesempatan kerja utama
sedangkan aktivitas-aktivitas lain (non-basic)
(basic) pada man yang menjadi tumpuan
merupakan konsekuensi dari pembangunan
perekonomian. Studi basis ekonomi menemu-
menyeluruh tersebut (Hoover, 1984). Menurut
kenali sumber-sumber utama (basic) dari
teori ini, semua pertumbuhan regional diten-
pendapatan dan kesempatan kerja sebagai
tukan oleh sektor basic, sedangkan sektor non-
suatu basis ekonomi dari suatu wilayah. Semua
basic, yang mencakup aktivitas-aktivitas
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh sektor
pendukung, seperti perdagangan, jasa-jasa
dasar (basic sector). Pendapatan dan
perseorangan, produksi untuk pasar lokal dan
kesempatan kerja basic berasal dari ekspor.
produksi input untuk produk-produk di sektor
Industri-industri ekspor merupakan basis
basic, melayani industri-industri di sektor
ekonomi atau sektor basic dari wilayah.
basic maupun pekerja-pekerja beserta keluar-
Pendapatan dan kesempatan kerja non-basic
ganya di sektor basic (Bendavid-Val, 1991).
ditentukan oleh pendapatan dan kesempatan
Teori pertumbuhan berbasis ekspor atau kerja basic.
teori/model basis ekonomi tertanam dalam
Teori berbasis ekspor atau teori basis
gagasan bahwa perekonomian lokal harus
ekonomi itu dapat dinyatakan menurut
menambah aliran uang masuknya agar tumbuh
pendapatan atau kesempatan kerja:
dan satu-satunya cara yang efektif untuk me-
nambah aliran uang masuk adalah menambah T = k B (1 )
ekspor (Blair, 1991; Hoover, 1984),
Y = k X (1)
Tiebot (1962, p.10) menggambarkan
pentingnya ekspor sebagai berikut: di mana
Pasar ekspor dipandang sebagai peng- T = total kesempatan kerja
gerak utama perekonomian lokal. Bila k = pengganda berbasis eskpor atau
kesempatan kerja yang melayani pasar ini pengganda basis ekonomi
2001 Soepono 43

B = kesempatan kerja basic/dasar (ekspor) jasa-jasa atau ketika penduduk dari luar wila-
Y = total pendapatan yah melakukan perjalanan dari luar wilayah
X = penghasilan ekspor untuk membeli jasa-jasa, seperti halnya,
= perubahan penduduk Jakarta yang melakukan perjalanan
Konsep kunci dari teori berbasis ekonomi ke Yogyakarta untuk berliburan. Bila pen-
itu adalah bahwa kegitan ekspor merupakan jualan oleh sektor jasa lokal membawa rupiah
mesin pertumbuhan. Tumbuh atau tidak dari luar ke perekonomian lokal, itu adalah
tumbuhnya suatu wilayah dan cepat tidaknya basis atau dasar dan seharusnya dipandang
wilayah itu tumbuh ditentukan oleh bagaimana sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.
kinerja wilayah itu sebagai ekportir ke daerah Para pendukung teori basis ekspor meng-
lain dan atau ke luar negeri (Bendavid-Val, akui bahwa banyak bisnis melayani baik
1991). Pertumbuhan suatu wilayah ditentukan konsumen lokal maupun penduduk dari luar
oleh ekspor dan dengan demikian ditentukan daerah. Penggunaan location quotient (hasil-
oleh permintaan eksternal. Oleh karena itu, bagi lokasi) untuk menentukan ekspor dari
diasumsikan bahwa suplai faktor produksi sektor jasa adalah penting untuk diketahui.
adalah elastis sempurna. Pendapatan yang Tujuan dari makalah ini adalah untuk
semula diterima oleh sektor ekspor dibelan- menggambarkan dan menjelaskan posisi,
jakan dan dibelanjakan lagi di daerah setempat, peranan dan/sumbangan teori pertumbuhan
menciptakan tambahan pendapatan melalui berbasis ekspor atau teori basis ekonomi dalam
pengganda. Industri-industri ekspor jajaran metode-metode analisis regional.
menghasilkan uang yang mengalir ke kota.
Sebagian rupiah yang dihasilkan ekpsor itu
dibelanjakan secara lokal oleh para karyawan MODEL BASIS EKSPOR
ekspor, menciptakan pekerjaan-pekerjaan jasa Model basis ekspor adalah model di mana
lokal pula. Karyawan-karyawan yang mencip- penentu satu-satunya dari pertumbuhan ekono-
takan perekonomian lokal, pada gilirannya, mi adalah ekspor. Berdasar model tipe Keynes
membelanjakan penghasilan mereka secara di atas, di bangun model basis ekspor yang
lokal, hingga menciptakan pekerjaan-pekerjaan mencerminkan perekonomian terbuka, di mana
tambahan. Besarnya angka pengganda bergan- ekspor adalah satu-satunya faktor eksogen.
tung pada kesediaan individu-individu untuk Bila ada pengeluaran otonom, misalnya,
membelanjakan uang mereka di perekonomian konsumsi, maka pendapatan regional tetap ada
lokal daripada membelanjakan di luar daerah meskipun ekspor adalah nol (Ghali, 1977).
setempat.
Model basis ekspor yang akan diperli-
Adalah sangat penting untuk membedakan hatkan di bawah agak berbeda dengan model
antara dua arti dari jasa. Jasa adalah suatu jenis tipe Keynes di atas. Dengan model Keynes,
output ekonomi seperti dalam perkataan kebocoran utama adalah tabungan dan variabel
barang dan jasa. Dalam kepustakaan teori endogennya adalah konsumsi. Dalam model
basis ekspor, kegiatan jasa lokal mengacu basis ekspor, tidak diperhatikan tabungan dan
pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang mela- pengeluaran untuk investasi di dalam kerangka
yani penduduk setempat. Kegiatan-kegiatan di pengeluaran domestik, karena yang hendak
sektor jasa dapat menghasilkan ekspor. dijelaskan bukan depresi dalam seluruh
Jasa dapat merupakan suatu sumber perekonomian tetapi perubahan pendapatan
penghasilan ekspor dan bagian dari kegiatan- regional. Fungsi tabungan dalam menciptakan
kegiatan dasar wilayah. Jasa dapat diekspor kebocoran dalam perekonomian dianggap
dari wilayah ketika penduduk lokal melakukan sebagai impor, yang merupakan fungsi dari
perjalanan ke luar wilayah untuk memberi pendapatan. Fungsi investasi sekarang
44 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

diasumsikan sebagai ekspor, yang merupakan Model ini jelas menekankan keterbukaan dan
pendorong dari perekonomian yang berbasis kebergantungan pada peristiwa-peristiwa di
ekspor. luar jangkauannya.
Definisi-definisi atau identitas-identitas:
Total Pengeluaran = Produksi Domestik + TEKNIK MENENTUKAN DAN MENG-
ekspor (aliran masuk) UKUR SUATU BASIS

(1) E = D+X Salah satu langkah menjalankan studi basis


ekonomi adalah memilih dan menentukan
Pendapatan = Pengeluaran Domestik + Impor satuan ukuran. Satuan ukuran yang dipilih
(2) Y = D + M, atau D = Y M dapat berupa pendapatan daerah, employment
(kesempatan kerja/ jumlah orang orang yang
Asumsi-asumsi keperilakuan dan teknis: bekerja), nilai tambah, output, penjualan kotor
Impor = fungsi linier dari pendapatan dan sebagainya. Setelah memilih satuan
pengukuran, langkah berikut adalah memilih
(3) M = mY (m<1, kesediaan marjinal suatu teknik untuk menentukan apakah suatu
untuk impor) aktivitas adalah basic (pokok/utama/dasar/
primer/ekpor) atau tidak (non-basic/ lokal).
Ekspor = nilai yang ditentukan secara eksogen
Dalam hal ini ada dua pendekatan: pendekatan
(di luar daerah)
tidak langsung dan pendekatan langsung.
(4) X = X' 1. Pendekatan tidak langsung meliputi
Syarat keseimbangan: pendekatan asumsi, pendekatan location
quotient dan pendekatan persyaratan mini-
Pendapatan = Pengeluaran total mum.
(5a) Y=E 1.1. Pendekatan asumsi adalah pendekatan
di mana diasumsikan ada beberapa aktivitas
atau
tertentu yang basic seperti pertanian dan
Kebocoran-kebocoran = Penambahan-
manufaktur, sedang aktivitas-aktivitas lain
penambahan
adalah lokal atau non-basic. Kritik terhadap
(5b) M=X pendekatan itu adalah asumsi itu dapat salah.
Pertanian dan manufaktur di suatu wilayah,
Solusi dengan substitusi: misalnya, D.I.Yogyakarta, belum tentu dapat
mengekspor produknya ke luar daerah apalagi
Y=Y-M+X Mengganti (1) dan (2) ke ke luar negeri.
dalam (5a)
1.2. Pendekatan location quotient (L.Q.)
Y = Y - mY + X' Mengganti (3), and (4) adalah pendekatan yang mempunyai
Y - Y + mY = X' Mengumpulkan term Y atau kepopuleran serta penggunaan berkelanjutan
pendapatan dari pengganda basis ekonomi. Hasil bagi
mY = X' Mengeluarkan Y lokasi ini merupakan metode menarik untuk
Y = (1/m)*X' Mencari Y melalui menaksir pendapatan atau kesempatan kerja
pembagian basic/ekspor. Suatu location quotient diberi
batasan sebagai suatu rasio berikut ini.

Jadi, pengganda basis ekspornya adalah: LQ i = (E ij / E j ) / (E in / En)

dY/dX = 1/m di mana


2001 Soepono 45

E ij = variabel regional (pendapatan regio- dihitung suatu angka pengganda rata-rata


nal, employment, dsb.) di industri i untuk kawasan itu.
di wilayah j Selain kesempatan kerja sebagai variabel
E j = variabel regional di wilayah j daerah untuk menentukan apakah suatu sektor
E in = variable regional di industri i di atau industri adalah basic atau ekspor,
perekonomian nasional sebagai per- variabel-variabel daerah lain adalah penda-
ekonomian patan daerah (PDRB), nilai tambah, output,
benchmark/patokan/acuan gajih serta upah (kalau ada), dan sebagainya.
En = variabel regional di di perekono-
mian nasional Pendekatan yang didasarkan atas location
quotient ini memiliki beberapa kekurangan: (1)
Umumnya, perekonomian patokan berupa mengasumsikan adanya permintaan yang
negara yang paling mendekati perekonomian seragam/sama (yakni, pola konsumsi daerah/
yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri. lokal dan nasional/acuan adalah sama) padahal
Dengan mengambil asumsi bahwa perekono- penduduk memiliki selera yang berbeda; (2)
mian acuan adalah perekonomian yang self- asumsi produktivitas adalah sama antar daerah,
sufficient, location quotient yang lebih besar adalah menyesatkan; oleh karena itu, bila
dari satu berarti bahwa perekonomian daerah dipakai data tingkat upah, asumsi produktivitas
memiliki kesempatan kerja lebih dari cukup di konstan dapat diperbaiki mengingat tingkat
industri i untuk menyediakan daerah itu upah dapat berbeda di berbagai daerah. (3)
dengan produk-produknya. Dengan kata lain, masalah product-mix: produk dari merek yang
bila LQ i >1, industri i merupakan industri satu diekspor, sedang produk-produk yang
basic. Bila hasil bagi lokasi itu kurang dari sama dengan rmerek lain di-impor dan (4)
satu, itu berarti daerah itu kekurangan produk ketidakmampuan untuk dapat menerangkan
yang dihasilkan oleh industri i dan harus keterkaitan antar-industri; (5) metode LQ
mendatangkan atau mengimpor produk itu bila bergantung pada tingkat agregasi data;
pola konsumsi di daerah itu ingin diper- misalnya, dengan LQ ternyata industri
tahankan atau bila LQ i < 1, industri i makanan dan minuman di satu wilayah
merupakan industri non-basic. termasuk suatu industri non-basic, tetapi
Kesempatan kerja surplus atau ekspor di setelah dirinci, industri minuman merupakan
industri i dapat dihitung dengan rumus: industri basic, karena di wilayah itu terdapat
kantor pusat sebuah pabrik minuman ringan
EX i = (1 1/(LQ I ) x E ij , LQ I > 1, terkenal. Pendekatan location quotient yang
yang dengan mudah diperlihatkan sebagai telah dipakai oleh para analis regional selama
perbedaan antara kesempatan kerja nyata dan lebih dari 40 tahun sampai sekarang memiliki
kesempatan kerja yang perlu di daerah itu keunggulan besar, yakni, tidak mahal. Di
(Schaffer, 1999) atau dapat dihitung dengan samping itu, LQ memberikan kepada analis
rumus sebagai berikut: peluang untuk memperoleh wawasan ke dalam.

EX i = E ij (E i n /E n) x E j 1.3. Teknik Persyaratan Minimum (Pratt,


1968, Ullman and Dacey, 1960) merupakan
Bila kita menaksir kesempatan kerja basic/ sedikit revisi dari rumus location quotient
ekspor sebagai variabel daerah bagi tiap untuk menghitung kesempatan kerja surplus
industri di suatu kawasan dan menjumlah hasil atau ekspor sebagai berikut:
taksiran-hasil taksiran itu, kita memperoleh
suatu nilai untuk kesempatan kerja ekspor di EX i = E i j - (E in / E n) min E j
kawasan itu di suatu tahun tertentu. Dengan dimana :
angka itu dan kesempatan kerja total, dapatlah
46 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

(E in /E n)min adalah proporsi minimum semua kebutuhannya (self-sufficient/


kesempatan kerja bagi industri i di kota-kota mandiri);
yang ukurannya serupa dengan kota yang 5) semua kesempatan kerja untuk industri
menjadi subyek. yang bersangkutan di komunitas-komu-
Untuk mengganti proporsi kesempatan nitas kabupaten/kota lain di atas persen-
kerja acuan yang konstan menjadi proporsi tase terendah dipandang sebagai kesem-
acuan yang berubah, location quotient bagi patan kerja basic atau ekspor.
suatu industri i adalah sebagai berikut: 6) dengan mengulangi proses ini untuk tiap
LQ i = (E ij / E j) / (Ein / E n) min industri diperoleh total ekspor untuk suatu
komunitas kabupaten/kota yang
Kelemahan-kelemahan utama dari teknik diteliti/dipelajari.
persyaratan minimum itu adalah (1) bila cukup
Kelemahan dari teknik persyaratan minimum
banyak kabupaten/kota terpilih untuk menen-
adalah dalam menentukan di manakah cut-off
tukan syarat minimum sabagai suatu basis,
point-nya? Kalau tidak digunakan pertim-
semua daerah dimungkinkan untuk mengeks-
bangan yang baik, pendekatan ini dapat keliru,
por dan tidak ada yang mengimpor; (2) bila
karena makin tinggi titik cut-off-nya, makin
data yang dipakai sangat rinci, dapat
kurang komunitas dapat disebut sebagai
dimungkinkan semua produksi untuk ekspor.
komunitas ekspor.
Bagaimanapun, teknik itu tidak lazim dipakai
sekarang, sedang teknik location quotient 2. Pendekatan langsung untuk menentukan
masih merupakan satu-satunya suatu cara apakah suatu sektor atau industri adalah basic
untuk mengidentifikasikan industri-industri atau non-basic adalah mengukur commodity &
ekspor. money flows (aliran komoditi dan uang) dan
melakukan survei tentang perekonomian lokal.
Sebagai gambaran, langkah-langkah untuk
menentukan suatu variabel daerah (kesempatan 2.1. Mengukur aliran komoditi dan uang
kerja) yang basic dengan teknik persyaratan adalah memantau dan mencatat barang-barang
minimum adalah: serta jasa-jasa yang berpindah dari suatu
kabupaten/kota melewati batas kabupaten/kota
1) diambil sejumlah komunitas kabupaten/
hingga diperoleh volum ekspor kabupaten/
kota yang serupa dengan komunitas
kota itu, mengadakan observasi pada industri
kabupaten /kota yang kita pelajari;
transportasi yang dapat memberi informasi
2) untuk tiap komunitas kabupaten/kota, tentang perpindahan barang-barang serta orang
dihitung persentase total labor force ke luar daerah. Bila semua bentuk pengang-
(angkatan kerja total) yang diperkerjakan kutan dicakup, maka jumlahnya memberi
di suatu industri tertentu (industri i) atau taksiran tentang barang-barang serta jasa-jasa
digunakan rumus (E in / E n ); yang diekspor (baik dalam satuan maupun
3) persentase-persentase itu untuk industri dalam nilai). Kesulitan metode ini adalah
yang sama, disusun rankingnya dari murni empiris, data yang sebenarnya ternyata
persentase tertinggi sampai dengan sulit tersedia, data dalm satuan uang mungkin
persentase terendah; tidak tersedia, aliran dana yang ke luar masuk
tidak terkait dengan pertukaran barang dan
4) persentase tatal labor force yang terendah
jasa.
(E in/En) min untuk industri itulah yang
merupakan syarat/batas minimum yang 2.2. Survei adalah metode yang paling
harus dipenuhi oleh industri yang langsung untuk memperoleh data melalui
bersangkutan untuk dapat dikatakan basic wawancara langsung dan kuesioner per pos. Di
/ekspor, yakni, yang dapat memenuhi sini orang dan perusahaan adalah dua
2001 Soepono 47

kelompok dari mana informasi diperoleh PENGGANDA BASIS EKONOMI


seperti pendapatan total keluarga dan di mana
Langkah-langkah untuk menghitung peng-
diperoleh, konsumsi lokal, dan sikap tentang
ganda basis ekonomi berdasar data empiris:
komunitas, dan sebagainya. Satu masalah
mengadakan survei pada perusahaan adalah 1) mengidentifikasi tiap sektor basic dan tiap
bahwa kuesioner yang sama tidak berlaku sektor non-basic dengan kesempatan kerja
untuk semua industri, seperti: apakah pen- (employment) masing-masing sebagai
jualan dari bank? Apakah yang perusahaan variabel daerah yang dipilih;
tilpun lakukan? Apakah tilpun jarak jauh yang 2) menghitung total employment (E) dari
keluar dan yang masuk memrupakan ekspor? employment dari tiap basic sector dan
Kesulitan lain dengan survei perusahaan total employment dari employment dari
adalah beberapa perusahaan mempunyai lebih tiap non-basic sectors, misal:
dari satu bidang, misalnya, perusahaan kaleng
aluminium juga memiliki pabrik cangkir
kertas. Ini harus diidentifikasi secara terpisah.

Basic Sectors Non-Basic Sectors


: :
: :
: :
: :
Total Basic Employment (B) Total Non-Basic Employment (NB)

3) mencari kesempatan kerja total dari Propinsi Bali antara tahun 1985 dan tahun
employment (E) baik dari sektor-sektor 1995. Dengan data kesempatan kerja di tiap
basic sektor dan kesempatan kerja total di Kabupaten
(B) maupun dari sektor-sektor non-basic Badung dan data kesempatan kerja di tiap
(NB); sektor yang sama di Propinsi Bali sebagai
daerah yang lebih tinggi tingkatannya dan
4) Membagi E dengan B untuk memperoleh sebagai daerah acuannya, dapatlah dihitung
EBM (Economic Basic Multiplier atau location quotient untuk menentukan apakah
Pengganda Basis Ekonomi (PBE)): suatu industri atau sektor ekonomi adalah
EBM = ( E / B ) basic atau bukan. Dalam tahun 1985 di antara
sembilan sektor di Kabupaten Badung, enam
5) Bila EBM sebagai rasiodipakai untuk sektor-sektor : Listrik, Gas dan Air, Bangunan,
proyeksi, maka rumusnya menjadi: Perdagangan/Hotel, Pengangkutan, Keuangan/
Asuransi, dan Jasa Kemasyaratan merupakan
E = (E / B ) B,
sektorsektor basic, masing-masing dengan
dengan asumsi bahwa rasio, (E/B) adalah LQ = 1,404, LQ = 1,132, LQ = 1,532, LQ =
konstan. 1,615, LQ = 1,459, dan LQ = 1,745, sedangkan
tiga sektor lainnya, yakni, Pertanian , Tambang
& Penggalian, dan Industri adalah sektor-
PENERAPAN TEORI BASIS EKSPOR
sektor non-basic masing-masing dengan LQ =
PADA DATA INDONESIA
0,558, LQ =0,695 dan LQ = 0,817 (Tabel 1).
Data Indonesia yang dipilih untuk makalah Ini menandakan bahwa Kabupaten Badung
ini adalah data tentang kesempatan kerja di berorientasi pada wisata. Kabupaten Badung
sembilan sektor di Kabupaten Badung dan telah mengekspor jasa kepada wisatawan asing
48 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

terutama. Kabupaten ini telah berusaha itu agar menghindari penafsiran yang salah
menyediakan berbagai fasilitas listrik dan air tentang studi-studi lain dan untuk memahami
agar wisatawan nyaman selama tinggal di Bali, batas-batas pendekatan ini. Pada umumnya,
mendorong pengembang untuk membangun keberatan-keberatan dapat dibedakan antara
berbagai tempat penginapan bagi wisatawan, yang menyangkut teori dan yang menyangkut
membenahi pepmebrian jasa perhotelan bagi teknik. Kritik-kritik terhadap teori basis ekspor
mereka, membuat sistem transportasi yang merupakan basis bagi landasan bagi teori sisi
memudahkan wisatawan dalam bepergian, penawaran tentang pertumbuhan kota dan
menyediakan fasilitas-fasiltas perbankan dan daerah yang populer akhir-akhir ini. Kritik-
jasa kemasyarakatan lainnya. Pada tahun 1995 kritik tentang teknik menyarankan bahwa
jumlah yang bekerja di sektor Listrik, Gas dan analisis lebih rinci tentang perekonomian lokal
Air, turun cukup banyak, yakni, 62, 65 persen, adalah perlu. Tetapi, meskipun kriti-kritik
sedangkan di Propinsi Bali sektor Listrik, Gas berikut ini, pendekatan basis ekspor tetap salah
dan Air sebaliknya bertambah lebih dari dua satu teori-teori prinsipiil yang melandasi
kali penurunan persentase, yakni, 184,50 kebijakan-kebiajakan banyak pejabat-pejabat
persen di sektor yang sama di Kabupaten pembangunan dan perencana-perencana perko-
Badung. Akibatnya, sektor Listrik, Gas dan Air taan.
berubah dari sektor basic menjadi sektor non-
basic. Sebaliknya, sektor yang semula non-
1. Keutamaan Ekspor
basic di tahun 1985 tetapi berubah menjadi
basic sepuluh tahun kemudian adalah sektor Teori basis ekspor terlalu menekankan
Tambang dan Penggalian. ekspor sebagai satu-satunya penentu
Dari Tabel 1 juga dapat dihitung pertumbuhan ekonomi padahal penentu-
pengganda basis ekonomi. Jumlah seluruh penentu pertumbuhan banyak seperti
orang yang bekerja di sektor-sektor basic (B) peningkatan produktifitas sumberdaya dan
di Kabupaten Badung di tahun 1985 dan di peningkatan investasi dari luar daerah atau
tahun 1995, masing-masing adalah 74971 dengan mengganti produk-produk dan jasa-jasa
orang dan 127400 orang, sedang jumlah yang semula diimpor dengan produksi dalam
seluruh orang yang bekerja di sektor-sektor negeri (Ghali, 1977, Sirkin, 1959).
non-basic (NB) di Kabupaten tersebut pada
tahun 1985 dan pada tahun 1995, masing- 2. Substitusi Impor
masing adalah 43710 orang dan 57132 orang.
Substitusi impor merupakan suatu alternatif
Dengan demikian, pengganda basis strategi pembangunan yang masyarakat
ekonomi untuk tahun 1985 adalah 1,715 dan gunakan untuk mendorong pertumbuhan tanpa
untuk tahun 1995 adalah 2,23. Pengganda menambah ekspor. Daripada menambah
basis ekonomi 2,23 dapat ditafsirkan bahwa ekspor, lebih baik menghasilkan di daerah
bila sektor-sektor basic meningkat sebesar 100 setempat apa yang semula diimpor. Strategi
persen, maka jumlah keseluruhan yang bekerja demikian akan mengakibatkan kebocoran-
di Kabupaten Badung menjadi (2,23 x 100%) kebocoran yang lebih kecil; tiap rupiah yang
= 223 persen. masuk ke dalam aliran uang berputar akan
menciptakan pendapatan lebih banyak.
KRITIK-KRITIK TERHADAP Bila produk dapat dibuat secara lokal,
PENDEKATAN BASIS EKSPOR produk itu harus memiliki keuntungan biaya,
Studi-studi berbasis ekspor telah dikritik. artinya, biaya transportasinya harus lebih
Penting untuk meninjau kembali kritik-kritik rendah daripada produk yang sama yang
2001 Soepono 49

diimpor. Substitusi impor tidaklah mudah menyediakan modal untuk memulai bisnis
dilaksanakan, karena masyarakat lokal belum ekspor, sebuah universitas mungkin
tentu dapat membuatnya secara ekonomis, memberikan gagasan yang menghasilkan
bahan baku tidak mudah didapat, diperlukan inovasi atau seorang pengembang lahan
skala produksi yang besar untuk membuat mungkin menciptakan kawasan industri yang
barang substitusi impor untuk pasar lokal yang menarik. Secara kolektif, sektor jasa
kecil. Dalam hal demikian, barang-barang mendorong pengembangan ekspor.
impor dapat dijual lebih lebih murah daripada Kebanyakan kota-kota besar memiliki badan-
aitem-aitem substitusi impor yang dibuat badan pengembangan yang mengabdi pada
secara lokal di pasar lokal. dorongan pertumbuhan ekonomi. Anggota-
Thompson (1968) menyarankan suatu anggota yang paling aktif umumnya adalah
perokonomian boleh membuat barang-barang bankir, pengembang real estate, pialang,
substitusi impor sesudah sektor ekspor pejabat universitas, dan perencana public
melakukan diversifikasi. Pembuatan barang utility. Orang-orang ini mewakili sektor jasa,
substitusi impor menghendaki modifikasi tetapi memainkan peranan utama dalam
proses produksi atau produk itu sendiri. mendorong lokasi dan pertumbuhan
Banyak barang-barang yang akhirnya menjadi perusahaan-perusahaan ekspor.
barang ekspor terkemuka semula adalah Dalam hubungan itu, Chinitz (1961)
barang-barang pengganti impor. mempertanyakan mengapa beberapa daerah
yang mampu memperoleh kembali setelah
kehilangan basis ekspornya, semetara kota-
3. Produktivitas
kota lain mengalami masa stagnasi yang
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja berkepanjangan pada waktu kehilangan basis
dan sumberdaya lain juga dapat menaikkan ekspor mereka. Ia menyimpulkan bahwa
tingkat pendapatan tanpa menaikkan tingkat kelenturan bergantung pada struktur perekono-
ekspor. Kenaikan produktivitas dapat pula mian lokal, terutama ketersediaan jasa-jasa
menambah ekspor bila perbaikan produktivitas antara (intermediate).
itu berada di sektor ekspor. Dalam hal ini,
kenaikan ekspor bukalah eksogen, seperti
5. Daerah Kecil versus Daerah Besar
kenaikan pada permintaan dari luar daerah.
Kenaikan ekspor disebabkan oleh kekuatan- Teori basis ekspor lebih dapat diterapkan
kekuatan yang meningkatkan produktivitas pada daerah-daerah kecil, seperti kecamatan,
yang berada di dalam wilayah, seperti daripada daerah-daerah besar, seperti propinsi.
kegiatan-kegiatan penelitian atau pendidikan. Di satu ekstrim, seseorang akan menjual jasa-
jasa di luar rumahtangga agar menambah
pendapatan karena kesempatan untuk mening-
4. Ekspor Tidak Selalu Eksogen
katkan dengan produksi sendiri (substitusi
Teori basis ekspor mengandung asumsi impor) terbatas pada kebun belakang, proyek
implisit (tersirat) bahwa permintaan akan mengerjakan sendiri, dan sebagainya. Pada
ekspor berasal dari luar daerah yang ber- waktu masyarakat bertambah besar,
sangkutan. Kemampuan untuk mengembang- kesempatan untuk meningkatkan pendapatan
kan dan menghasilkan ekspor bergantung pada dengan produksi sendiri bertambah pula. Di
kualitas jasa lokal di dalam perekonomian. satu ekstrim, dunia telah tumbuh tanpa ekspor.
Persahaan-perusahaan jasa memainkan Jelas, lingkup untuk pertumbuhan melalui
peranan dalam membangun sektor ekspor. produksi sendiri lebih besar makin besar
Suatu lembaga keuangan tertentu mungkin daerah itu. Jadi, makin besar daerah itu, makin
50 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

kecil dan makin kurang penting ekspor, dan pemberi jasa lokal tidak mudah dipindah-
daerah tidak akan dapat tumbuh dan basisnya pindah.
adalah nol. Jadi, pertumbuhan antar-daerah Bila ekspor naik (turun) tetapi sektor
kurang diperhatikan. nonbasis tidak naik (turun), maka pengganda
(total kesempatan kerja/kesempatan kerja
6. Umpan Balik basis) tidak cukup mencerminkan dampak
perubahan ekspor. Kegunaan dari pendekatan
Umpan balik adalah fungsi dari kesaling- basis ekspor untuk peramalan dan analisis
bergantungan dan besar wilayah. Tindakan- dampak akan melemah (Blair, 1991). Pendu-
tindakan dari daerah-daerah luas dapat kung teori basis ekspor mengakui bahwa
menciptakan pengaruh umpan balik dari terdapat keterlinggalan di belakang antara
daerah-daerah luas lain. Sampai mana umpan kenaikan ekspor dan perubahan kesempatan
balik itu akan bergantung pada kekuatan- kerja non-basic tetapi menuntut bahwa itu
kekuatan keterkaitan ekonomi antara daerah- hanyalah masalah penyesuaian yang tertunda.
daerah. Bila daerah luas seperti EEC Mereka berpendapat bahwa dampak jangka
(European Economic Community) menambah pendek dari kenaikan ekspor dapat ditentukan
pembelian-pembeliannya dari Amerika Serikat, hanya bila diketahui ketertinggalan yang tepat.
pendapatan di wilayah pengekspor di A.S. Bila ada cukup waktu, rasio total kesempatan
akan bertambah. Amerika Serikat pada kerja terhadap kesempatan kerja basic yang
gilirannya menambah impornya dari EEC, sebenarnya dapat ditentukan. Tetapi, pembe-
mitra dagang utamanya. Jadi, alasan bagi laan ini dipersulit oleh kekhawatiran-kekha-
ekspor EEC adalah tingkat impor mereka. Bila watiran akan kestabilan pengganda jangka
daerah itu kecil atau mempunyai keterkaitan panjang.
lemah, umpan balik itu dapat diabaikan karena
kenaikan pendapatan di daerah kecil hanya
mempunyai umpan balik yang dapat diabaikan. 8. Ketidak stabilan Pengganda Jangka
Tetapi, bila wilayah itu besar, umpan baliknya Panjang
juga besar. Dalam jangka panjang, kebanyakan asumsi
ceteris peribus yang melandasi model-
7. Dorongan otomatis dari Aktivitas- model ekonomi akan berubah. Jadi, penggan-
Aktivitas Non-basic da, kesediaan marjinal untuk konsumsi, dan
kesediaan marjinal untuk impor akan berubah
Pengganda basis ekspor dinyatakan benar pada waktu perekonomian berubah. Kesedian
atas dasar asumsi bahwa bila sektor ekspor marjinal untuk impor khususnya peka terhadap
meluas, permintaan akan jasa-jasa lokal tiga variabel: (1) besarnya perekonomian, (2)
bertambah dan kenaikan permintaan akan pendapatan per kapita, dan (3) kadar isolasi
cukup untuk meningkatkan kenaikan suplai tata ruang. Makin kecil perekonomian daerah,
jasa-jasa itu. Tetapi beberapa jasa lokal, seperti makin sedikit peluang untuk membeli di
yang memerlukan investasi modal yang besar daerah setempat. Misal, bila anda tinggal di
atau tenaga kerja sangat trampil (atau langka) sebuah kota kecil dan ingin makan di sebuah
mungkin tidak mudah untuk ditambah. Banyak rumahmakan berbintang empat, jasa itu harus
kota kecil mempunyai kesulitan menarik diimpor dengan demikian menambah
dokter-dokter medis, misalnya. Demikian pula, kebocoran-kebocoran. Individu-individu
kesempatan kerja nonbasis mungkin tetap berpendapatan tinggi memiliki kecenderungan
tidak berubah untuk beberapa waktu sesudah untuk membeli barang-barang khusus yang
penurunan kesempatan kerja ekspor bila perlu diimpor. Jadi, pada waktu pendapatan per
2001 Soepono 51

kapita naik, kesediaan marjinal untuk impor mengasumsi elastisitas suplai inputs yang
bertambah. Akhirnya, keterdekatan dengan sempurna, pengganda berubah sesuai dengan
masyarakat-masyarakat lain mempunyai besar/kecilnya daerah (Richardson, 1972), arah
kecenderungan untuk menambah berbagai dari kebergantungan diragukan: mana yang
jenis barang dan jasa yang bersaingan. Jadi, datang lebih dahulu, pertumbuhan ekspor
penduduk akan mempunyai kecenderungan ataukah suatu sektor pelayanan yang kuat?
lebih besar untuk berbelanja di luar masyarakat
dan daerah-daerah di dalam kawasan
KESIMPULAN
metropolitan akan mempunyai rasio yang lebih
kecil dari total kesempatan kerja terhadap Teori basis ekonomi diperlukan untuk
kesempatan kerja ekspor. mengidentiifikasi dan menentukan apakah
suatu sektor atau industri merupakan sektor/
industri basic/ekspor sebagai mesin pertum-
9. Agregasi yang Berlebihan
buhan ekonomi atau tidak. Model ini diguna-
Asumsi bahwa dampak semua ekspor kan setelah diukur dan diurai perubahan/
adalah sama tertanam dalam penggunaan pertumbuhan suatu variabel daerah (seperti
pengganda basis ekspor. Kemungkinan bahwa employment, pendapatan, output, nilai tambah,
beberapa jenis ekspor mempunyai dampak dsb.) di tiap sektor/industri di suatu daerah
lebih besar atas perekonomian daripada ekspor selama kurun waktu tertentu dengan analisis
lain tidak dihiraukan. Dalam kenyataan, shift share. Inilah posisi teori berbasis
beberapa bisnis ekspor mempunyai banyak ekspor, yakni, kelanjutan dari analisis shift-
pemasok lokal, sedangkan eksportir lain share. Dengan pengganda basis ekonomi,
mungkin membeli hampir semua input dari dapat diramal/ dihitung berapa kali lipat
luar daerah. Bila ekspor dibuat oleh sebuah pendapatan suatu daerah atau variabel daerah
perusahaan yang secara ekonomis terpadu lain dapat bertambah sebagai akibat dari
dengan perusahaan-perusahaan lain, akibat- kenaikan ekspor pada tingkat yang lebih tinggi.
akibatnya akan terasa dalam bentuk pesanan- Inilah peranan/kontribusi teori basis ekonomi.
pesanan yang bertambah dari perusahaan- Studi basis ekonomi ini lebih tepat digunakan
perusahaan setempat lainnya. Ini bertentangan untuk daerah kecil seperti desa, kecamatan,
dengan dampak dari ekspor yang bertambah dan kabupaten (yang saat ini sedang
dari yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan digalakkan pengembangannya dalam rangka
yang mengimpor semua inputs setengah jadi pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia),
yang dibutuhkan dari pemasok dari luar sebab makin besar suatu daerah , makin kurang
daerah. Dalam kasus yang kedua, mungkin penting ekspor, dan makin kurang teori basis
tidak ada konsekuensi-konsekuensi tingkat ekspor dalam menggambarkn pertumbuhan.
kedua. Sesuai dengan itu, pendekatan basis Inilah peranan/ kontribusi lain dari model basis
ekspor yang di bicarakn mungkin lebih ekonomi. Kontrubusi lainnya lagi adalah
berguna dalam meramalkan pengaruh kenaikan model basis ekonomi adalah yang pertama
10 persen pada ekspor rata-rata daripada menerapkan model ekonomi makro tentang
kenaikan di suatu sektor tertentu. penentuan pendapatan di suatu daerah, di mana
pengganda basis ekonomi merupakan bagian
intergral.
10. Kritik-kritik lain
Model basis ekonomi tidak memperhaikan
sisi penawaran/forward linkage dalam pereko-
nomian, kendala-kendala kapasitas-kapasitas,
non-spasial, jangka pendek pendekatannya,
52 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

Tabel 1. Perubahan Employment di Kabupaten Badung dan Propinsi Bali : 19985 1995

LOCATION
PERUBAHAN EMPLOYMENT
QUOTIENT
NO. SEKTOR 1985 1995 Angka Persen 1985 1995
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kabupaten Badung (Eij) (E*ij)
1 Pertanian 31.035 45.192 14157 45.62 0,558 0,591
2 Tambang dan Penggalian 997 2750 1753 175,83 0,695 1,301
3 Industri 11.678 11847 169 1,45 0,817 0,507
4 Listrik, Gas dan Air 249 93 -156 -62,65 1,404 0,165
5 Bangunan 9.151 28.750 19599 214,17 1,312 2,290
6 Perdagangangan /Hotel 27.534 52.610 25076 91,07 1,532 1,535
7 Pengangkutan 4.854 11.478 6624 136,46 1,615 2,037
8 Keuangan /Asuransi 1.733 3.874 2141 123,54 1,459 1,551
9 Jasa Kemasyaratan 31.450 27938 -3512 -11,1 1,745 1,036
TOTAL 118681 184532 65851 55,49

Propinsi Bali (E in) (E* in)


1 Pertanian 539.414 665.214 125800 23,32
2 Tambang dan Penggalian 13.923 18.278 4355 31,28
3 Industri 138.733 203.420 64687 46,63
4 Listrik, Gas dan Air 249 4.890 3170 184,30
5 Bangunan 67.676 109.119 41443 61,24
6 Perdagangangan /Hotel 27.534 297.877 123592 70,91
7 Pengangkutan 29.158 48.975 19817 67,96
8 Keuangan /Asuransi 11.521 21.714 10193 88,47
9 Jasa Kemasyaratan 174.809 234.506 59697 34,15
TOTAL 1.151.239 1.603.993 452754 39,33

Sumber : Kabupaten Badung dalam Angka Tahun 1995 dan Propinsi Bali dalam Angjka Tahun
1995
Keterangan: * = akhir periode

DAFTAR PUSTAKA Ghali, M. 1977. "Tourism and regional growth:


An empirical study of the alternative
Bendavid-Val, Avrom. 1991. Regional and
growth paths for Hawaii." Studies in
Local Economic Analysis for Practitioners.
applied regional science, Martinus Nijhoff
Fourth Edition. Westport, Connecticut:
Social Sciences Division, Leiden.
Praeger.
Hoover, Edgar and Frank Giarratani. 1984. An
Blair, John P. 1991. Urban and Regional
Introduction to Regional Economics. Third
Economics. Homewood, Il. : Irwin.
Edition. New York: Alfred A. Knopf.
Chinitz, R. Contrasts in Agglomeration: New
Isard, Walter. 1960. Methods of Regional
York and Pittsburgh Reconsidered.
Analysis: An Introduction to Regional
American Economic Review 51, May 1961,
Science. Cambridge, Massachusetts: The
1-12.
M.I.T. Press.
2001 Soepono 53

Pratt, R. T. 1968. "An Appraisal of the Thompson, Wilbur R. 1965. A Preface to


Minimum Requirements Technique." Urban Economics. Baltimore: The Johns
Economic Geography, XLIV, 117-124. Hopkins Press.
Richardson, H. W. 1972. Input-Output and Tiebot, C. 1962. The Community Economic
Regional Economics, Weidenfeld and Base Study. Committee for Economic
Nicolson Development, Supplementary Paper No. 16
Schaffer, Wiliiam A. 1999. Regional Impact Chapters 5-7.
Models. West Virginia University: The Ullman, E. L., and Dacey, M. F. 1960. "The
Web Book of Regional Science. Minimum Requirements Approach to the
Sirkin, G. 1959. "The Theory of the Regional Urban Economic Base." Regional Science
Economic Base." Review of Economics and Association Papers, 6, 175-194.
Statistics, 59, 426-429.

You might also like