Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP INTENSI


PENGUNGKAPAN TINDAKAN KECURANGAN
KEUANGAN (WHISTLEBLOWING)
(Studi Empiris Pada Inspektorat Magelang, Temanggung,
dan Wonosobo)

ARTIKEL

Disusun oleh:
Diah Dwi Hastuti
NIM. 13.0102.0060

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2017
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING CIVIL SERVANT TO THE INTENSION
DISCLOSURE OF ACTION FRAUDULENT FINANCIAL
(WHISTLEBLOWING)
(Empirical Study At Inspectorate Magelang, Temanggung, And Wonosobo)

Oleh:
Diah Dwi Hastuti
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Magelang
diah.ddh94@gmail.com

ABSTRACT

The rise of frauds revealed in recent years in the government sector received serious
attention from the public. This study aims to analyze the factors influencing civil servants
against the intention of disclosure of the act of financial fraud (whistleblowing). This study
uses variable organizational commitment and professionalism variable with five dimensions,
namely affiliation with community, social obligation, dedication to work, belief to
professional regulation, and demands for independence. Population in this research is
employee Inspectorate Magelang, Temanggung, and Wonosobo with amount of sample that is
43 internal auditor. The method used in this research is purposive sampling method. The
results of the analysis show that the dimensions of social obligations and beliefs on the rules
themselves have a positive effect on whistleblowing intentions, while the dimensions of
affiliation with community, dedication to work, demands for independence and
organizational commitment do not affect internal auditors to conduct whistleblowing. This
may be caused by a lack of self-awareness of internal auditors and also internal auditors are
in a dilemmatic position.

Keywords: Professionalisme, Organizational Commitment, Whistleblowing Intent.

1. PENDAHULUAN mendukung whistleblowing. Menjadi


seorang whistleblower kerap kali
Maraknya tindak kecurangan yang mengalami suatu dilema, di satu sisi dia
terungkap beberapa tahun belakangan ini akan dianggap sebagai pengkhianat
baik di sektor privat maupun di sektor perusahaan karena telah mengungkap
pemerintahan mendapat perhatian yang rahasia perusahaan dan di satu sisi
serius dari publik. Khususnya yang terjadi lainnya whistleblower akan dianggap
di sektor publik di Indonesia, tipologi sebagai pahlawan yang menjunjung tinggi
fraud yang paling sensitif dan menjadi nilai-nilai moral, hingga ketika seseorang
perhatian adalah Korupsi. Munculnya melakukan tindakan yang tidak etis dia
berbagai kasus kecurangan keuangan akan meniup pluit, sekalipun orang
harus diatasi secara cepat supaya tidak tersebut adalah teman maupun atasannya
semakin membudidaya di Indonesia. di perusahaan tempatnya bekerja.
Whistleblowing adalah suatu tindakan Permasalahan internal yang
yang diharapkan dapat mengurangi dihadapi Inspektorat Magelang,
tindakan kecurangan. Profesi akuntansi Temanggung dan Wonosobo dalam
yang dalam hal ini memiliki peran penting menjalankan tugas dan fungsi pengawasan
terhadap kasus kecurangan, seharusnya adalah keterbatasan jumlah APIP
menjadi orang pertama yang dapat khususnya untuk tenaga pemeriksa/pejabat
fungsional tertentu, sehingga pelaksanaan dan profesionalisme, hasil menunjukkan
pembinaan dan pengawasan belum prosentase pengaruh antar variabel-
optimal dibanding dengan luasnya objek variabel dalam menjelaskan minat
pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan melakukan whistleblowing hanya
Inspektorat masih bersifat post audit sebesar 12%.
sehingga belum optimal dalam Penelitian ini berusaha
pengendalian intern di unit kerja dan memberikan kontribusi pengetahuan
belum mendukung pemeriksaan BPK-RI. dengan tentang intensi melakukan
Penelitian mengenai intensi whistleblowing dan aspek keperilakuan
seseorang untuk melakukan yang dimiliki PNS yang bekerja sebagai
whistleblowing telah dilakukan baik di auditor internal pada Inspektorat
luar maupun dalam negeri. Penelitian oleh Magelang, Temanggung dan Wonosobo
Elias (2008) yang menguji kecenderungan dengan memberikan bukti secara empiris
intensi melakukan whistleblowing auditor mengenai faktor-faktor yang
internal pemerintah. Hasil penelitian memengaruhi PNS terhadap intensi
menunjukkan Komitmen profesional dan pengungkapan tindakan kecurangan
sosialisasi antisipatori berpengaruh (whistleblowing).
signifikan terhadap intensi melakukan Penelitian ini bertujuan untuk
whistleblowing. Penelitian lainnya oleh Menguji dan menganalisis pengaruh
Taylor dan Curtis (2010) yang meneliti profesionalisme dan komitmen organisasi
teori pengaruh lapisan di tempat kerja terhadap (PNS) untuk melakukan intensi
(Layers of Workplace Influence Theory) di whistleblowing. penelitian ini diharapkan
kalangan eksternal auditor Amerika. Hasil dapat memberikan kontribusi positif
menunjukkan Identitas Profesional, Locus dalam bidang akuntansi sektor publik,
of Commitment, dan Intensitas Moral khususnya dalam hal meningktakan
secara positif terkait dengan intensi intensi whistleblowing untuk mencegah
pelaporan. Penelitian oleh Ghani (2010) terjadinya tindakan kecurangan. Selain itu
menguji hubungan komitmen profesional penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dan sosialisasi antisipatif terhadap bagi auditor internal inspektorat untuk
whistleblowing. Hasil menunjukkan meningkatkan fungsi pengawasan dan
bahwa terdapat hubungan antara pembinaan pemerintah daerah.
komitmen profesional dan sosialisasi
antisipatif terhadap whistleblowing. 2. KERANGKA TEORITIS DAN
Berbeda dengan hasil penelitian PENGEMBANGAN HIPOTESIS
yang dilakukan oleh Jalil (2012) yaitu
komitmen profesional auditor tidak 2.1. Kerangka Teoritis
berpengaruh terhadap intensi 2.1.1 Etika Deontologi
whistleblowing. Demikian juga Sagara Menurut Immanuel Kant (2009)
(2013) yang melakukan pengujian Deontologi Theory merupakan sebuah
profesionalisme auditor internal dengan teori yang berkaitan dengan tugas etika
menggunakan lima dimensi yaitu afiliasi dan tanggung jawab seseorang.
komunitas, kewajiban sosial, dedikasi Deontologi melakukan evaluasi terhadap
terhadap pekerjaan, keyakinan terhadap etikalitas perilaku yang didasarkan pada
peraturan sendiri atau komunitas dan motivasi pembuat keputusan dan
tuntutan untuk mandiri. Hasil riset menurut deontologi suatu tindakan dapat
menunjukkan hanya dimensi tuntutan dibenarkan secara etika meskipun tidak
untuk mandiri yang berpengaruh positif menghasilkan keuntungan atas kebaikan
terhadap intensi whistleblowing. Khasanah terhadap kejahatan bagi para pengambil
(2016) melakukan penelitian untuk keputusan atau bagi masyarakat
menguji pengaruh komitmen profesional keseluruhan. Teori deontologi
memandang sebuah tindakan adalah acuan, termasuk di dalamnya organisasi
tindakan yang bernilai baik karena formal dan kelompok-kelompok kolega
tindakan tersebut dilakukan berdasarkan informal yang dijadikan sebagai sumber
kewajiban yang dimiliki seseorang, oleh ide utama. Para profesional akan
karena itu ketika seseorang mengetahui berpartisipasi dalam seminar-seminar
bahwa telah terjadi penyimpangan di dan berkumpul dengan rekan
dalam organisasi tempatnya bekerja maka seprofesinya untuk mendapatkan
berdasarkan teori deontologi dirinya wajib pengetahuan yang lebih luas. Melalui
mengungkapkan penyimpangan tersebut. ikatan profesi ini mereka membangun
kesadaran profesional.
2.1.2 Theory Of Planned Behaviour b. Profesionalisme Dimensi Kewajiban
Teori ini memprediksi dan Sosial
menjelaskan perilaku manusia dalam Kewajiban sosial adalah suatu
konteks tertentu. Serta, sikap dan pandangan tentang pentingnya profesi
kepribadian seseorang berpengaruh dan manfaat yang akan diterima baik
terhadap perilaku tertentu hanya jika oleh masyarakat maupun profesional
secara tidak langsung dipengaruhi oleh karena adanya profesi tersebut. Para
beberapa faktor yang berkaitan erat profesional akan menyadari pentingnya
dengan perilaku (Ajzen, 1991). Theory of pekerjaan mereka sehingga tidak
Planned Behavior (TPB) dalam hal ini sembarang orang dapat mengambil
cocok untuk menjelaskan niat keputusan yang berkaitan dengan
whistleblowing, dalam hal ini adalah pekerjaannya.
tindakan yang dilakukan didasarkan pada c. Profesionalisme Dimensi Dedikasi
proses psikologis yang sangat kompleks terhadap Pekerjaan
(Glundlach et al, 2003). Selanjutnya Dedikasi terhadap pekerjaan
Ajzens mengatakan TPB telah diterima dicerminkan dari dedikasi profesional
secara luas sebagai alat untuk dengan menggunakan kecakapan dan
menganalisis perbedaan antara sikap dan pengetahuan yang dimiliki. Keteguhan
niat serta sebagai niat dan perilaku. untuk tetap melaksanakan pekerjaannya
meskipun imbalan ekstrinsik yang
2.1.3 Professionalisme diterimanya tidak sebanding dengan
Profesionalisme auditor adalah pekerjaannya atau imbalannya
terpenuhinya kecocokan antara berkurang.
kemampuan aparatur dengan kebutuhan d. Profesionalisme Dimensi Keyakinan
tugas yang merupakan syarat terbentuknya terhadap Peraturan Sendiri atau
aparatur yang professional, artinya Profesi
keahlian dan kemampuan aparat Keyakinan terhadap peraturan sendiri
merefleksikan arah dan tujuan yang atau profesi adalah yang paling
dicapai oleh organisasi. Konsep berwenang menilai pekerjaan profesional
profesionalisme yang dikembangkan oleh adalah rekan seprofesinya, bukan orang
Hall (1968: 92-104) digunakan untuk luar yang tidak memiliki kompetensi di
mengukur bagaimana para profesional bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
memandang profesi mereka tercermin e. Profesionalisme Dimensi Tuntutan
dalam sikap dan perilaku mereka. Konsep untuk Mandiri
profesionalisme yang dikembangkan oleh Tuntutan untuk mandiri
Hall (1968) lima elemen, yaitu : merupakan suatu pandangan bahwa
a. Profesionalisme Dimensi Afiliasi seseorang yang profesional harus
dengan Komunitas mampu membuat keputusan sendiri
Afiliasi dengan komunitas adalah tanpa tekanan dari pihak lain seperti
menggunakan ikatan profesi sebagai Pemerintah, klien, ataupun mereka yang
bukan anggota profesi. Setiap adanya orang lain yang berada dalam situasi
campur tangan yang datang dari luar, yang sama akan bertindak dengan cara
dianggap sebagai hambatan terhadap yang sama. Seorang internal auditor
kemandirian secara profesional. yang mempunyai intensitas berkumpul
dengan rekan seprofesinya, membaca
2.1.4 Organizational Commitment majalah-majalah, serta berpartisipasi
Komitmen organisasi menurut dalam seminar-seminar akan membuat
Aranya et. al (1981) didefinisikan sebagai seorang internal auditor memiliki
perpaduan antara sikap dan perilaku yang pandangan yang semakin luas dan
menyangkut tiga sikap yaitu rasa secara tidak sadar akan meniru apa yang
mengidentifikasikan dengan tujuan rekan seprofesinya lakukan.
organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas Sagara (2013) menjelaskan
organisasi dan rasa kesetiaan pada semakin tinggi profesionalisme (dimensi
organisasi. Komitmen organisasi yang afiliasi dengan komunitas) maka semakin
lebih tinggi harus direfleksikan di dalam tinggi pula intensi melakukan
kepekaan yang lebih kuat terhadap whistleblowing. Hasil penelitian tersebut
masalah-masalah mengenai etika profesi mendukung penelitian yang dilakukan
(Aranya et al. 1981). Hal ini pun muncul oleh Sari dan Laksito (2014) tingkat
berdasarkan pertimbangan seseorang atas profesionalisme pada aspek afiliasi dengan
apa yang dinilainya baik dan benar. komunitas berpengaruh positif namun
Semakin tinggi komitmen organisasi maka tidak signifikan terhadap intensitas
semakin tinggi pula kecenderungan melakukan whistleblowing, sehingga
mereka untuk menganggap whistleblowing afiliasi dengan suatu komunitas yang
menjadi suatu hal yang penting serta dilakukan oleh seorang internal auditor
semakin tinggi pula kemungkinan mereka akan membuat internal auditor menjadi
melakukan whistleblowing. semakin profesional dan kemudian akan
mempengaruhi intensi dalam melakukan
2.2. Pengembangan Hipotesis whistleblowing. Hipotesis yang akan
diuji adalah :
H1a. Profesionalisme PNS dimensi
afiliasi komunitas berpengaruh
positif terhadap intensi melakukan
whistleblowing

2.2.2 Pengaruh Profesionalisme


(Kewajiban Sosial) Pegawai Negeri Sipil
Terhadap Intensi Pengungkapan
Tindakan Kecurangan (Whistleblowing)
Dijelaskan dalam teori
deontologi bahwa tugas adalah standar
yang menilai etika perilaku. Nilai moral
hanya ada ketika seseorang bertindak
berdasarkan rasa kewajiban, bukan
2.2.1 Pengaruh Profesionalisme karena tugas dan kewajiban tersebut
(Afiliasi Komunitas) Pegawai Negeri akan menimbulkan konsekuensi yang
Sipil Terhadap Intensi Pengungkapan baik, dan juga bukan karena hal- hal
Tindakan Kecurangan (Whistleblowing) tersebut dapat meningkatkan
Teori deontology menjelaskan kesenangan, tetapi tugas tersebut
bahwa seseorang seharusnya hanya dilakukan karena memang itu
bertindak dengan cara sebagaimana merupakan tugas orang tersebut.
Internal auditor harus menyadari bahwa dimiliki auditor dalam menentukan
profesinya sangat penting bagi tanggung pertimbangan materialitas akan lebih
jawab sosial yang tinggi, dan juga ia fokus.
harus menyadari bahwa porfesinya Sagara (2013) membuktikan dalam
menuntut kekhususan sehingga segala penelitiannya bahwa semakin tinggi
keputusan mengenai profesinya tidak profesionalisme (dimensi dedikasi
dapat dibuat oleh sembarang pihak. terhadap pekerjaan) maka intensi untuk
Sagara (2013) menyebutkan bahwa melakukan whistleblowing menjadi tinggi.
semakin tinggi profesionalisme (dimensi Hasil penelitian tersebut mendukung
kewajiban sosial) maka akan semakin penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
tinggi pula intensi melakukan Laksito (2014) pada aspek dedikasi
whistleblowing. Oleh karena itu, terhadap pekerjaan berpengaruh positif
kewajiban sosial mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap intensitas
yang positif dengan intensi melakukan melakukan whistleblowing dan auditor
whistleblowing. Hasil penelitian tersebut dengan dedikasi terhadap pekerjaan yang
mendukung penelitian yang dilakukan baik cenderung memiliki intensitas
oleh Sari dan Laksito (2014) tingkat melakukan whistleblowing yang tinggi.
profesionalisme pada aspek kewajiban Sehingga hipotesis yang akan diuji
sosial berpengaruh positif dan signifikan adalah :
terhadap intensitas melakukan H1c. Profesionalisme PNS dimensi
whistleblowing dan auditor dengan rasa dedikasi terhadap pekerjaan
kewajiban sosial yang tinggi cenderung berpengaruh positif terhadap
memiliki intensitas melakukan intensi melakukan whistleblowing
whistleblowing yang tinggi. Sehingga
hipotesis yang akan diuji adalah:
H1b. Profesionalisme PNS dimensi 2.2.4 Pengaruh Profesionalisme
kewajiban sosial berpengaruh (Keyakinan Peraturan Sendiri) Pegawai
positif terhadap intensi melakukan Negeri Sipil Terhadap Intensi
whistleblowing Pengungkapan Tindakan Kecurangan
(Whistleblowing)
Teori deontologi menjelaskan
2.2.3 Pengaruh Profesionalisme
bahwa terdapat hukum yang menjadi
(Dedikasi Terhadap Pekerjaan)
tolak ukur dalam melakukan suatu
Pegawai Negeri Sipil Terhadap Intensi
tindakan. Seorang internal auditor yang
Pengungkapan Tindakan Kecurangan
profesionalismenya dari kesungguhan
(Whistleblowing)
bahwa sebagai suatu profesi internal
Teori deontologi menjelaskan audit memiliki standar yang penting
bahwa tugas akan dilaksanakan bukan untuk diterapkan dan menyadari bahwa
karena tugas tersebut akan memberikan standar tersebut merupakan ukuran
manfaat atau keuntungan bagi minimum yang dapat berlaku di dalam
seseorang. Dalam hubungannya antara organisasi manapun juga dan
minat melakukan tindakan whistleblowing penegakkan standar perlu dilakukan dan
dengan dimensi profesionalisme dijadikan suatu tolak ukur agar
pengabdian pada peraturan profesi dapat profesionalisme internal auditor dapat
dilihat pada seorang auditor yang lebih diandalkan.
memandang pekerjaan sebagai auditor Sagara (2013) menyatakan bahwa
merupakan komitmen pribadi dan lebih semakin tinggi profesionalisme (dimensi
mengutamakan kepuasan rohani dari pada keyakinan terhadap peraturan sendiri atau
unsur imbalan instrinsik dan profesi) maka semakin tinggi intensi
menggunakan pengetahuan yang melakukan whistleblowing. Hasil
dimilikinya sehingga dengan totalitas yang
penelitian tersebut mendukung penelitian penelitian tersebut mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Sari dan Laksito yang dilakukan oleh Sari dan Laksito
(2014) tingkat profesionalisme pada aspek (2014) tingkat profesionalisme pada aspek
keyakinan terhadap peraturan profesi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif
berpengaruh positif dan signifikan dan signifikan terhadap intensitas
terhadap intensitas melakukan melakukan whistleblowing dan auditor
whistleblowing dan auditor dengan yang memiliki tuntutan untuk mandiri
keyakinan yang tinggi pada pofesi mereka yang tinggi cenderung memiliki intensitas
sebagai auditor cenderung memiliki melakukan whistleblowing yang tinggi.
intensitas melakukan whistleblowing yang Sehingga hipotesis yang akan diuji
tinggi. Sehingga hipotesis yang akan adalah :
diuji adalah: H1e. Profesionalisme PNS tuntutan
H1d. Profesionalisme PNS dimensi untuk mandiri positif terhadap
keyakinan terhadap peraturan intensi melakukan whistleblowing
sendiri atau profesi positif terhadap
intensi melakukan whistleblowing
2.2.6 Pengaruh Komitmen Organisasi
Pegawai Negeri Sipil Terhadap Intensi
2.2.5 Pengaruh Profesionalisme Pengungkapan Tindakan Kecurangan
(Tuntutan untuk Mandiri) Pegawai (Whistleblowing)
Negeri Sipil Terhadap Intensi Taylor dan Curtis (2010)
Pengungkapan Tindakan Kecurangan mendefinisikan locus of commitment
(Whistleblowing) sebagai arah kesetiaan seseorang ditujukan
Dijelaskan dalam teori deontologi ketika mengalami dilema antara komitmen
bahwa terdapat hukum yang bersifat organisasi dengan komitmen rekan kerja
universal dan semua orang diperlakukan yang saling bertentangan satu sama lain.
sama di bawah hukum moral. Hal ini Dalam konsep teori perilaku terencana
akan mempengaruhi seorang internal (theory of planned behaviour), locus of
auditor dalam melaksanakan tugasnya. commitment merepresentasikan norma
Internal auditor akan bersikap semandiri subyektif. Auditor sebagai seorang
mungkin tanpa menginginkan adanya individu akan melakukan suatu perilaku
campur tangan dari pihak lain dalam tertentu jika perilakunya dapat diterima
melaksanakan tugasnya. Jika ada pihak oleh orang-orang yang dianggapnya
yang berusaha ikut campur maka internal penting dalam kehidupannya. Sehingga
auditor mempunyai wewenang untuk normative beliefes men menghasilkan
menolaknya karena terdapat hukum yang kesadaran akan tekanan dari lingkungan
mengatur wewenangnya. Seorang atau norma subyektif.
internal auditor yang profesional akan Penelitian mengenai locus of
selalu menginginkan otonom yang commitment masih sangat jarang
sebesar-besarnya guna memberikan dilakukan. Taylor dan Curtis (2010)
pelayanan yang lebih baik dan lebih menguji hubungan antara komitmen
independen terhadap organisasinya dan organisasi dan komitmen rekan kerja
memiliki kesadaran penuh bahwa dengan intensi untuk melaporkan
profesinya tidak dapat dibuat oleh pelanggaran di kalangan akuntan publik.
sembarang pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
auditor yang berkomitmen terhadap
Penelitian yang dilakukan Sagara
organisasi berhubungan positif dengan
(2013) menyebutkan bahwa
intensi untuk melaporkan pelanggaran.
profesionalisme (dimensi untuk mandiri)
Hasil penelitian tersebut mendukung
yang tinggi akan meningkatkan intensi
penelitian yang dilakukan oleh Kreshastuti
melakukan whistleblowing. Hasil
(2014) bahwa komitmen organisasi Uji validitas digunakan untuk
berpengaruh positif dan signifikan mengukur sah atau valid tidaknya suatu
terhadap intensi melakukan kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
whistleblowing. Dengan demikian jika pertanyaan pada kuesioner mampu
penelitian ini akan menginvestigasi mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
kemungkinan bahwa komitmen organisasi oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
yang lebih tinggi dari pada komitmen 2013:52). Dalam menguji validitas
rekan kerja akan mempengaruhi intensi instrumen kuesioner penelitian ini
untuk melaporkan pelanggaran. Sehingga menggunakan uji validitas dengan
hipotesis yang akan diuji adalah : Confirmatory Factor Analysis (CFA).
H2. Komitmen organisasi berpengaruh Confirmatory Factor Analysis dengan nilai
positif terhadap intensi melakukan yang dikehendaki harus > 0,50 dan cross
whistleblowing loading > 0,40 untuk dapat dilakukan
analisis faktor.
3. METODE PENELITIAN 3.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat
Populasi dalam penelitian ini untuk mengukur suatu kuesioner yang
adalah 139 pegawai Inspektorat yang merupakan indikator dari variabel atau
terdiri dari 32 pegawai pada kota konstruk. Kuesioner dikatakan reliabel
Magelang, 41 pegawai pada Kabupaten atau handal jika jawaban seseorang
Magelang, 29 pegawai pada kabupaten terhadap pernyataan adalah konsisten atau
Temanggung dan 37 pegawai pada stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
Kabupaten Wonosobo. Penarikan sampel 2013:47). Suatu konstruk atau variabel
dilakukan menggunakan teknik non dikatakan reliabel jika memberikan nilai
probability sampling dengan metode cronbach alpha > 0.70. Apabila nilai
purposive sampling, yaitu mengambil cronbachs alpha < 0.70 maka dikatakan
sampel para PNS yang bekerja sebagai tidak reliabel.
Auditor Internal pada Inspektorat 3.1.3 Pengujian Hipotesis
Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Model analisis yang digunakan
Variabel-variabel penelitian tersebut dalam penelitian ini adalah Regresi linear
diukur dengan menggunakan instrumen berganda dengan persamaan regresi linear
kuesioner yang berisi beberapa berganda adalah sebagai berikut :
pernyataan. Pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner ini merupakan replikasi yang IW = a + b1AK + b2KS + b3DP + b4KPS
diambil dari beberapa penelitian +b5TM + b6KO + e.
sebelumnya dengan mengacu pada
landasan teoritis yang berkaitan dengan Dimana :
variabel-variabel penelitian. Berdasarkan IW = Intensi whistleblowing
pernyataan-pernyataan dari masingmasing AK = Afiliasi komunitas
variabel penelitian tersebut, responden KS = Kewajiban sosial
diminta untuk memberikan penilaian atau DP = Dedikasi terhadap pekerjaan
pendapat dengan skala Likert 1-5.Angka 1 KPS = Keyakinan peraturan sendiri
menunjukkan penilaian atau pendapat TM = Tuntutan untuk mandiri
sangat tidak setuju (STS) sampai dengan KO = Komitmen organisasi
angka 5 yang menunjukkan a = Konstanta
penilaian/pendapat sangat setuju (SS). b = Koefisien regresi
3.1. Teknik Analisis Data
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
3.1.1 Uji Validitas
Uji Koefisien Determinasi
(Adjusted R2) dengan nilai koefisien
determinan adalah antara nol sampai satu. sebagian besar lebih dari 0.5 (> 0.5) yang
Apabila hanya terdapat satu variabel berarti valid.
independen maka R2 yang dipakai. Tetapi Tabel 1
apabila terdapat dua atau lebih variabel Kaiser-Meyer-Olkin
independen maka yang dipakai adalah Variabel KMO Sig. Ket.
AK 0.669 0.000 Valid
adjusted R2. KS 0.711 0.000 Valid
b. Uji Statistik F DP 0.677 0.000 Valid
Uji F pada dasarnya digunakan KPS 0.717 0.000 Valid
untuk mengukur ketepatan fungsi regresi TM 0.696 0.000 Valid
sampel dalam menaksir nilai aktual KO 0.752 0.000 Valid
(Goodness of fit). Uji F menguji apakah IW 0.754 0.000 Valid
variabel independen mampu menjelaskan Sumber : Data primer diolah tahun 2017
variabel dependen secara baik atau untuk
menguji apakah model yang digunakan Kecuali variabel AK pada
telah fit atau tidak (Ghozali, 2013). Jika F instrument 4 dan variabel KS pada
hitung > F tabel, atau P Value > = 0,05, istrumen 1 yang memiliki nilai Cross
maka Ho tidak diterima atau Ha diterima, Loading < 0.5 sehingga istrumen tersebut
artinya model yang digunakan bagus (fit). tidak dapat digunakan dalam analisis
c. Uji Statistik t selanjutnya.
Uji t digunakan untuk mengetahui 4.3. Uji Reliabilitas
apakah masing-masing variabel Suatu kuesioner dikatakan reliabel
independen mempunyai pengaruh terhadap atau handal jika jawaban seseorang
variabel dependen (Ghozali 2013: 98). terhadap pernyataan adalah konsisten atau
Proses pengujian ini dilakukan stabil dari waktu ke waktu. Suatu
berdasarkan t hitung dengan tingkat kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki
kepercayaan 5%. Jika t hitung > t tabel nilai Cronbach Alpha > 0.70.
atau p value < = 0.05 maka Ho tidak Tabel 2
diterima atau Ha diterima, artinya variabel Pengujian Reliabilitas
independen mempunyai pengaruh terhadap No Variabel Cronbach Ket.
variabel dependen. Alpha
1. AK 0.818 Reliabel
4. HASIL 2. KS 0.863 Reliabel
3. DP 0.710 Reliabel
4.1. Hasil Penyebaran Kuesioner 4. KPS 0.843 Reliabel
Sampel yang menjadi responden 5. TM 0.776 Reliabel
dalam penelitian ini adalah PNS 6. KO 0.733 Reliabel
Inspektorat Magelang, Temanggung dan 7. IW 0.921 Reliabel
Wonosobo yang bekerja sebagai auditor Sumber : Data primer diolah tahun 2017
internal. Kuesioner disebar ke 45
reponden, sedangkan yang kembali Hasil penelitian menunjukkan
sebanyak 43 kuesioner (response rate bahwa seluruh variabel memiliki nilai
95,56%) dan kuesioner yang bisa diolah Cronbach Alpha lebih dari 0.70 (> 0.70),
sebanyak 43. sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
4.2 Uji Validitas variabel reliabel, itu artinya jawaban
Parameter yang digunakan untuk responden dari waktu ke waktu konsisten,
uji validitas yaitu dengan melihat nilai sehingga dapat dilakukan pengujian
faktor loading. Hasil validitas selanjutnya.
menunjukkan bahwa hasil Cross Loading
4.4. Uji Hipotesis 4.4.3 Uji t
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji t digunakan untuk menguji
Koefisien determinasi (R2) signifikansi hubungan antara variabel X
digunakan untuk mengukur seberapa jauh dan Y, apakah variabel independen (X)
kemampuan model dalam menerangkan benar-benar berpengaruh terhadap variabel
variasi variabel independen. dependen (Y) secara terpisah atau parsial
Tabel 3 (Ghozali, 2005).
Koefisien Determinasi Tabel 5
Model R R Adjusted Std. Error Uji t
Square R Square of the Var. t t Sig. Ket.
Estimate hitung tabel
a
1 .977 .954 .946 .18826
AK 1.372 2.028 0.178 H1 Tidak
Sumber : Data primer diolah tahun 2017 Diterima
Hasil uji besarnya Adjusted R KS 2.934 2.028 0.006 H2
Square adalah 0.946. Hal ini berarti bahwa Diterima
variabel dimensi afiliasi terhadap DP -0.442 2.028 0.661 H3 Tidak
komunitas, dimensi kewajiban sosial, Diterima
dimensi dedikasi terhadap pekerjaan, KPS 7.894 2.028 0.000 H4
dimensi keyakinan terhadap peraturan Diterima
sendiri, dimensi tuntutan mandiri, dan TM 1.145 2.028 0.260 H5 Tidak
komitmen organisasi mampu menjelaskan Diterima
intensi whistleblowing sebesar 94.6%,
sedangkan sisanya (100% - 94.6% = 5.4%) KO 0.242 2.028 0.810 H6 Tidak
dijelaskan oleh faktor-faktor lain dari luar Diterima
penelitian ini. Sumber : Data primer diolah tahun 2017
4.4.2 Uji Model Hasil uji menunjukkan bahwa
Hasil uji model menunjukkan variabel profesionalisme afiliasi
bahwa, indikator-indikator model fit dan komunitas, dedikasi terhadap pekerjaan,
telah terpenuhi, yaitu nilai F tabel sebesar tuntutan untuk mandiri, dan komitmen
2.36. organisasi tidak berpengaruh positif
Tabel 4 intensi whistleblowing, sedangkan untuk
Uji F variabel profesionalisme kewajiban sosial
Model Sum of df Mean F Sig. dan keyakinan terhadap peraturan sendiri
Squares Square berpengaruh positif terhadap intensi
Regression 26.331 6 4.389 123.824 .000b whistleblowing.
1Residual 1.276 36 .035
Total 27.607 42 5. PEMBAHASAN
Sumber : Data primer diolah tahun 2017
5.5.1 Pengaruh Profesionalisme Dimensi
Afiliasi Komunitas Pegawai Negeri Sipil
Nilai Fhitung 123.824 > Ftabel 2,36
Terhadap Intensi Pengungkapan
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
Tindakan Kecurangan (Whistleblowing)
variabel afiliasi terhadap komunitas,
kewajiban sosial, dedikasi terhadap Hasil penelitian ini menemukan
pekerjaan, keyakinan terhadap peraturan bahwa variabel afiliasi dengan komunitas
sendiri, tuntutan mandiri, dan komitmen tidak berpengaruh positif terhadap PNS
organisasi mampu menjelaskan variabel yang bekerja sebagai auditor internal
intensi whistleblowing secara baik. untuk melakukan intensi whistleblowing di
Inspektorat Magelang, Temanggung, dan
Wonosobo. Rutinitas partisipasi dalam publik. Penelitian ini tidak konsisten
pertemuan atau perkumpulan dengan dengan hasil penelitian sebelumnya,
teman seprofesinya, seringnya mengikuti menurut Sagara (2013), meskipun
seminar dan pelatihan tidak akan keberadaan internal auditor penting bagi
meningkatkan niat untuk melakukan masyarakat, tetapi tidak akan
tindakan whistleblowing. Hal ini bisa saja menumbuhkan niat auditor internal untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengukapkan kecurangan. Tetapi hasil
profesionalisme seorang auditor internal, penelitian ini konsisten dengan penelitian
namun belum tentu dapat menumbuhan yang dilakukan oleh Sari (2014), bahwa
niat seorang auditor internal untuk auditor yang memiliki profesionalisme
mengungkapkan sebuah kecurangan. dalam bentuk kewajiban sosial yang tinggi
Keadaan seperti itu dapat dipahami cenderung memiliki intensitas melakukan
meskipun seorang auditor internal sering whistleblowing yang tinggi pula.
mengikuti diklat, pelathan, dan bertukar
pikiran, namun jika tidak ada keinginan
5.5.3 Pengaruh Profesionalisme Dimensi
dan kesadaran dari diri sendiri maka tidak
Dedikasi Pekerjaan Pegawai Negeri
akan menumbuhkan niat untuk
Sipil Terhadap Intensi Pengungkapan
melaporkan meskipun pegawai
Tindakan Kecurangan (Whistleblowing)
mengetahuinya bahwa itu merupakan
Penelitian ini menunjukkan bahwa
tindakan yang bertentangan dengan kode
variabel profesionalisme dimensi dedikasi
etik, undang-undang, dan lain-lain.
pekerjaan tidak berpengaruh positif
Penelitian ini konsisten dengan hasil
terhadap niat PNS yang bekerja sebagai
penelitian sebelumnya, menurut Sagara
auditor internal pada Inspektorat
(2013) seorang internal auditor yang
Magelang, Temanggung, dan Wonosobo
mempunyai profesionalisme dimensi
untuk melakukan whistleblowing. Seorang
afiliasi komunitas belum tentu mempunyai
auditor internal yang profesional
keinginan untuk melaporkan kecurangan.
seharusnya memiliki dedikasi terhadap
Serta di dukung dari hasil penelitian yang
profesi yang tinggi, karena auditor akan
lain, menurut Sari (2014) auditor yang
senang dan terdorong melihat dedikasi dan
memiliki afiliasi komunitas profesional
idealisme teman seprofesinya memiliki
auditor yang tinggi cenderung tidak
komitmen terhadap pekerjaannya.
memiliki intensitas melakukan
Penelitian ini konsisten dengan hasil
whistleblowing yang tinggi pula.
penelitian sebelumnya, menurut Sagara
(2013) walaupun internal auditor
5.5.2 Pengaruh Profesionalisme melakukan pekerjaan audit internal dengan
Dimensi Kewajiban Sosial Pegawai seluruh kemampuannya, tidak akan
Negeri Sipil Terhadap Intensi menumbuhkan niat dari auditor untuk
Pengungkapan Tindakan Kecurangan mengungkapkan pelanggaran. Tetapi hasil
(Whistleblowing) penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
Penelitian ini menggambarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari
bahwa variabel profesionalisme dimensi (2014), bahwa terdapat pengaruh yang
kewajiban sosial mempunyai pengaruh signifikan dari dedikasi pekerjaan terhadap
positif terhadap niat PNS yang bekerja intensitas melakukan whistleblowing.
sebagai auditor internal untuk melakukan
whistleblowing. Sebagai seorang auditor 5.5.4 Pengaruh Profesionalisme
internal yang mempunyai kode etik profesi Dimensi Keyakinan Peraturan Sendiri
harus menyajikan hasil laporan keuangan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Intensi
yang transparan sebagai bentuk Pengungkapan Tindakan Kecurangan
tanggungjawab kepada instansi dan (Whistleblowing)
Hasil penelitian ini menunjukkan dari pihak lain seperti pemerintah, klien,
bahwa profesionalisme (dimensi ataupun mereka yang bukan anggota
keyakinan terhadap peraturan sendiri) profesi. Namun dengan adanya tuntutan
berpengaruh positif terhadap PNS yang peraturan dari atasan, maka seorang
bekerja sebagai auditor internal untuk auditor akan bertindak sesuai dengan
melakukan tindakan whistleblowing. aturan yang ada sehingga dapat
Seorang auditor internal yang profesional memengaruhi kemandirian auditor internal
menyadari bahwa sebagai suatu profesi untuk tidak melakukan whistleblowing.
yang memiliki standar penting untuk Dengan adanya peraturan dari atasan
diterapkan, dan menyadari bahwa standar tersebut menjadikan auditor merasa bahwa
tersebut merupakan ukuran minimum yang mereka harus tergantung pada keputusan
dapat berlaku di dalam organisasi dari pihak lain termasuk atasan. Penelitian
manapun juga. Dan seorang auditor yang ini tidak konsisten dengan penelitian yang
memiliki profesionalisme (dimensi sebelumnya, menurut Sagara (2013)
keyakinan terhadap peraturan sendiri) internal auditor yang mempunyai
maka akan memengaruhi niatnya untuk profesionalisme (dimensi untuk mandiri)
melakukan whistleblowing apabila yang tinggi akan meningkatkan intensi
ditemukan tindakan kecurangan. Pada melakukan whistleblowing, dan didukung
aspek ini dikatakan bahwa semakin tinggi oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari
profesionalisme dimensi keyakinan (2014), bahwa terdapat pengaruh positif
terhadap peraturan sendiri maka semakin yang signifikan dari tuntutan untuk
tinggi pula niat untuk melakukan mandiri pada auditor terhadap intensitas
whistleblowing. Penelitian ini tidak melakukan whistleblowing.
konsisten dengan hasil penelitian
sebelumnya, menurut Sagara (2013)
5.5.6 Pengaruh Profesionalisme
semakin tinggi profesionalisme (dimensi
Komitmen Organisasi Pegawai Negeri
keyakinan terhadap peraturan sendiri atau
Sipil Terhadap Intensi Pengungkapan
profesi) yang dimiliki internal auditor
Tindakan Kecurangan (Whistleblowing)
tidak akan membuat intensi melakukan
Hasil pengujian pada penelitian ini
whistleblowing menjadi semakin tinggi
menunjukkan komitmen organisasi tidak
juga. Tetapi hasil penelitian ini didukung
berpengaruh positif terhadap niat untuk
dengan hasil penelitian yang dilakukan
melakukan tindakan whistleblowing pada
oleh Sari (2014), bahwa terdapat pengaruh
Inspektorat Magelang, Temanggung, dan
positif dari keyakinan terhadap profesi
Wonosobo. Komitmen organisasi
auditor terhadap intensitas melakukan
menyiratkan hubungan pegawai dengan
whistleblowing.
perusahaan atau organisasi secara aktif.
Karyawan yang menunjukkan komitmen
5.5.5 Pengaruh Profesionalisme tinggi terhadap organisasi memiliki
Dimensi Tuntutan Mandiri Pegawai keinginan untuk memberikan tenaga dan
Negeri Sipil Terhadap Intensi tanggung jawab yang lebih dalam
Pengungkapan Tindakan Kecurangan menyokong kesejahteraan dan
(Whistleblowing) keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.
Hasil pengujian pada penelitian ini Namun, adanya faktor kepuasan kerja,
menunjukkan profesionalisme (dimensi serta komitmen terhadap rekan kerja dan
tuntutan mandiri) tidak berpengaruh organisasi dimana mereka bekerja
positif terhadap niat untuk melakukan memungkinkan mereka untuk tidak
tindakan whistleblowing. Seorang auditor melakukan whistleblowing. Hasil
internal yang profesional harus mampu penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan penelitian sebelumnya, menurut Taylor
dan Curtis (2010) auditor yang
berkomitmen terhadap organisasi wawancara agar hasilnya sesuai
berhubungan positif dengan intensi untuk dengan kuesioner yang diisi.
melaporkan pelanggaran. . Berbeda d. Peneliti selanjutnya juga dapat
dengan hasil penelitian sebelumnya yang mengubah objek penelitian pada
dilakukan oleh Kreshastuti (2014) bahwa auditor yang bekerja pada BPK (badan
tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemeriksa keuangan) dan auditor
dari locus of commitment terhadap perusahaan.
intensitas melakukan whistleblowing, e. Perlu adanya perbaikan dalam
artinya auditor yang memiliki locus of pernyataan kuesioner agar responden
commitment terhadap organisasi yang lebih memahami isi kuesioner,
tinggi cenderung tidak memiliki intensi sehingga kevalidan data bisa lebih baik
untuk melakukan whistleblowing. lagi.

6. SIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian menunjukkan 1) Aranya et al. (1981).Community
bahwa variabel profesionalisme afiliasi Size, Socialization, and the Work
komunitas, dedikasi terhadap pekerjaan, Needs of Professionals. Academy of
tuntutan untuk mandiri, dan komitmen Management Journal.
organisasi tidak berpengaruh positif PNS 2) Elias, R.,Z. 2008, Auditing Students
dalam intensi pengungkapan tindakan Profesional Commitment and
kecurangan keuangan (whistleblowing), Anticipatory Socialization and Their
sedangkan untuk variabel profesionalisme Relationship to Whistleblowing,
kewajiban sosial dan keyakinan terhadap Managerial Auditing Journal, Vol. 23,
peraturan sendiri berpengaruh positif No. 3.
terhadap intensi PNS dalam 3) Ghani, Rahardian. 2010. Analisis
mengungkapkan tindakan kecurangan Perbedaan Komitmen Profesional Dan
(whistleblowing) pada Inspektorat Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa PPA
Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Dan Non-PPA Pada Hubungannya
Dengan Whistleblowing. Skripsi.
7. SARAN Semarang : Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Penelitian ini dapat digunakan
4) Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi
sebagai acuan dalam penelitian
Analisis Multivariete dengan Program
selanjutnya, untuk perbaikan selanjutnya
IBM SPSS 21. Semarang: Badan
peneliti memberikan beberapa saran :
Penerbit Universitas Diponegoro.
a. Pada penelitian selanjutnya diharapkan
dapat memperluas objek penelitian 5) Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis
seperti menambahkan Kabupaten Multivariate dengan Program IBM
Purworejo dan Kebumen sebagai SPSS 21, Semarang: Badan Penerbit
sampel penelitian. Universitas Diponegoro, 2013.
b. Diharapkan dapat menambahkan 6) Hall, Richard. 1968. Professionalism
variabel-variabel lain yang dapat and Bureaucratization, American
memengaruhi niat untuk melakukan Sosiological Review, 33: 92-104. New
tindakan whistleblowing. Variabel Jersey.
yang disarankan adalah personal cost 7) http://inspektorat.magelangkab.go.id/i
dan komitmen profesional. ndex.php?option=com_content&view=
c. Penelitian selanjutnya dapat article&id=8.
menggunakan metode langsung atau
8) http://inspektorat.magelangkota.go.id/.
9) http://www.temanggungkab.go.id Semarang : Fakultas Ekonomi
10) http://www.wonosobokab.go.id/ Universitas Diponegoro.
11) Jalil, F.Y., 2012. Pengaruh Komitmen 15) Sagara, Yusar. 2013. "Profesionalisme
Profesional Auditor terhadap Intensi Internal Auditor dan Intensi
Melakukan Whistleblowing: Locus of Melakukan Whistleblowing". Jurnal
Control sebagai Variabel Pemoderasi Liquidity. Januari-Juni 2013, Vol. 2
(Studi Empiris pada KAP di Jakarta) No. 1, h. 33-44. Shawver, Tara. 2011.
[Tesis]. Yogyakarta: Program "The Effects of Moral Intensity on
Magister Sains dan Doktor Universitas Whistleblowing Behaviour
Gadjah Mada. Accounting Professional". Journal of
Forensic and Investigate Accounting,
12) Kant, Immanuel., (2009). Critique of
Vol. 3 Iss.2.
Practical Reason, terjemahan
Indonesia oleh Nurhadi. Yogyakarta : 16) Sari, Devi N. 2014. Profesionalisme
Pustaka Pelajar. Internal Auditor dan Intensi
Melakukan Whistleblowing (Studi
13) Khasanah, Uswatun. 2015. Pengaruh
Empiris pada Auditor Internal
Komitmen Profesi dan
Perbankan di Indonesia). Skripsi.
Profesionalisme terhadap Minat PNS
Semarang : Fakultas Ekonomi
Untuk Melakukan Tindakan
Universitas Diponegoro.
Whistleblowing pada SKPD Kota
Magelang. Skripsi. Magelang : 17) Taylor, Eileen Z, and Mary B. Curtis.
Fakultas Ekonomi Universitas 2010. An Examination of the Layers
Muhammadiyah Magelang of Workplace Influence in Ethical
Judgment: Whistleblowing Likelihood
14) Kreshastuti, Destriana K. 2014.
and Perseverance in Public
Analisis Faktor-Faktor yang
Accounting, Journal of Business
Mempengaruhi Intensi Auditor untuk
Ethics, 93.
Melakukan Tindakan Whistleblowing
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan
Publik di Semarang). Skripsi.

You might also like