Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

ISSN : 2337-3253

MEMUTUS MATA RANTAI BUDAYA KORUPSI DENGAN


PENDIDIKAN KARAKTER
(Nur Ainiyah)

Abstract

This writing will describe corruption that up to now still become big problem of
countries. The negative effect of corruption is both from the material side and
immaterial. Therefore, with any reasons, corruption can not be accepted and must be
eliminated. Corrupt practices and mitigation in Indonesia have existed since pre-
independence era to the present. We hope that the world of education to establish anti-
corruption stante and to create an anti-corruption education, it should be oriented at the
level of moral action, it mean learners do not only stop at competence, but they have
willness, habitual in the values of realization in their life everyday.
The character education into cultivation system of citizens school character which
includes knowledge, awareness , and activities to implement the values. The character
education has 18 values derived from religion, Pancasila, culture and national education
purposes, namely: religious, Honesty, Tolerance, Discipline, Work hard, Creative,
Independent, Democratic, curiosity, passion Nationality, love the country, Rewarding
Achievement, Friendly / Communicative, Peace, Joy of Reading, Environmental Care,
Social Care, & Responsibility learning activities within the framework of development,
learners can use contextual approach as a teaching and learning concepts that help
teachers and learners are taught to relate the material to real situations, so they are able
to implement their knowledge into their life. There fore, through contextual learning
students have more comprehensive results not only at the cognitive level, at the level
affective , and at the psychomotor level.

Keywords: budaya, korupsi, pendidikan karakter, sekolah

Pendahuluan anti korupsi, membangun sikap amanah.


Pada tanggal 9 Desember Karena pada dasarnya pendidikan di
diperinagati sebagai Hari Anti Korupsi. sekolah, mengembangkan pendidikan
Masyarakat yang anti dengan tindak iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi)
korupsi menyanyikan lagu menjadi tugas dan tanggung jawab para
pemberantasannya. Sepertinya dengan pendidik (guru) di sekolah. Maka untuk
lagu saja tidak cukup untuk mengatasi hal mewujudkan pendidikan anti korupsi,
tersebut, apalagi budaya korupsi terjadi pendidikan di sekolah harus diorientasikan
secara turun temurun sebelum dan pada tataran moral action, agar peserta
sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, didik tidak hanya berhenti pada
Orde Baru hingga era reformasi dan kompetensi (competence) saja, tetapi
sampai detik ini berbagai upaya juga telah sampai memiliki kemauan (will), dan
dilakukan untuk memberantas korupsi, kebiasaan (habit) dalam mewujudkan
namun hasilnya masih jauh panggang dari nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.
api Tuntutannya, sistem pendidikan
Harapan mulai dibebankan pada harus dibenahi agar dapat menjawab
dunia pendidikan untuk membangun sikap permintaan tersebut. Pertanyaannya
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 1
apakah pendidikan di Indonesia siap untuk Masalah mutu pendidikan dan mutu
itu? Sebab realitas dalam dunia sumber daya manusia adalah salah satu
pendidikan di Indonesia, masih banyak imbas dari perbuatan koruptor. Salah satu
terjadi tindak penyimpangan dalam proses dampak massif korupsi adalah terbatasnya
yang dapat dikatakan sebagai indikator akses bagi masyarakat miskin, karena
rendahnya sikap amanah atau tindak mereka tidak bisa mengakses jasa dengan
korupsi. Katakan saja dalam dunia mudah seperti: pendidikan, kesehatan,
pendidikan, muncul dan terjadi tindak rumah layak huni, informasi hukum dan
pemalsuan ijazah, penjualan ijazah, sebagainya. Kondisi in akan akan semakin
pembocoran soal, penjualan soal, terjadi menyudutkan rakyat miskin karena
penjualan nilai, terjadi manipulasi nilai, mengalami kebodohan. Dengan tidak
tradisi nyontek di kalangan bersekolah maka akses untuk
siswa/mahasiswa,. Fenomena semacam ini mendapatkan pekerjaan menjadi sangat
sangat memilukan dan menyedihkan dunia terbatas, yang pada akhirnya rakyat
pendidikan dan merupakan tantangan miskin tidak mempunyai pekerjaan dan
yang perlu segera dijawab oleh lembaga selalu dalam kondisi yang miskin seumur
pendidikan itu sendiri, sehingga dapat hidup, kalau sudah seperti ini kondisinya
membangun masyarakat yang memiliki maka tidak menutup kemungkinan terjadi
sikap amanah yang tinggi. Harapan adanya peningkatan tindak kriminal.
terhadap kualitas pendidikan dan kualitas Situasi seperti ini layak disebut sebagai
sumber daya manusia, misalnya. menurut lingkaran setan. Menurut survey yang
survey Political and Economic Risk dilakukan oleh Transparency International
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia (TII) bahwa Corruption
indonesia berada pada urutan ke-12 dari Perception Index (CPI) tahun 2012 yang
12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada surveynya dilakukan pada tahun 2012 dan
di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan dipublikasikan pada Desember 2012 skor
The World Economic Forum Swedia Indonesia adalah 32, pada urutan 118 dari
(2000) Indonesia memiliki daya saing 176 negara yang diukur. Indonesia sejajar
yang rendah yaitu hanya menduduki posisinya dengan Republik Dominika,
urutan ke 37 dari 57 negara yang disurvey Ekuador, Mesir dan Madagaskar.
di dunia. Sedangkan ditingkat ASEAN menduduki
Kualitas pendidikan di Indonesia peringkat ke 6 dari 8 negara . Skor 32
masih sangat rendah tingkat kompetisi dan menunjukkan bahwa Indonesia masih
relevansinya (Parawansa, 2001; belum dapat keluar dari situasi korupsi
Siskandar, 2003; Suyanto, 2001). Laporan yang sudah mengakar. Oleh sebab itu
United Nation Development Program pemerintah melalui Kementerian
(UNDP) tahun 2005 mengungkapkan Pendidikan dan Kebudayaan
bahwa kualitas pendidikan di Indonesia (Kemendikbud) dan Komisi
menempati posisi ke-110 dari 117 negara. Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan
Laporan UNDP dan PERC tersebut penandatanganan nota kesepahaman
mengindikasikan bahwa kualitas bersama (MoU) tentang Kerja Sama
pendidikan di Indonesia masih relatif dalam Pemberantasan Tindak Pidana
rendah, hal ini membuktikan bahwasanya Korupsi
masih banyak yang perlu diperbaiki baik Bermacam jalan telah ditempuh
dari segi kebijakan (undang-undang dan untuk membangun kejujuran yang bertaut
peraturan pemerintah) maupun segi dengan menebar budaya malu. Di antara
pelaksanaan yang hari ini masih dengan beragam kreasi elemen rakyat yang
pengawasannya yang tidak cukup ketat. peduli, maka kantin kejujuran
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 2
merupakan ungkapan perlawanan yang jika dilihat dari struktrur bahasa
terhadap korupsi secara edukatif. Maka dan cara penyampaiannya yang
sebenarnya para pelaku korupsi, atau berbeda, tetapi pada hakekatnya
mereka yang berada dalam lingkaran mempunyai makna yang sama.
kekuasaan mestinya tersentuh ketika anak- Wertheim (dalam Lubis, 1970)
anak muda sekarang ini telah menyatakan bahwa seorang pejabat
mengembangkan penalarannya sendiri dikatakan melakukan tindakan korupsi
untuk membangun budaya jujur, budaya bila ia menerima hadiah dari seseorang
malu, dan budaya anti korupsi. yang bertujuan mempengaruhinya agar
Sejalan dengan pemikiran diatas , ia mengambil keputusan yang
salah satu upaya yang dilakukan untuk menguntungkan kepentingan si
penanaman pola pikir, sikap dan perilaku pemberi hadiah. Kadang-kadang orang
anti korupsi melalui sekolah, karena yang menawarkan hadiah dalam bentuk
sekolah adalah proses pembudayaan. balas jasa juga termasuk dalam korupsi.
Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi Selanjutnya, Wertheim menambahkan
anak dapat menjadi tempat pembangunan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang
karakter dan watak. Caranya sekolah diterima atau diminta oleh seorang
memberikan nuansa dan atmosfer yang pejabat untuk diteruskan kepada
mendukung upaya untuk keluarganya atau partainya/
menginternalisasikan nilai dan etika yang kelompoknya atau orang-orang yang
hendak ditanamkan, termasuk didalamnya mempunyai hubungan pribadi
perilaku anti korupsi. dengannya, juga dapat dianggap
Pendidikan anti korupsi dapat sebagai korupsi. Dalam keadaan yang
dimasukkan kedalam kurikulum sekolah, demikian, jelas bahwa ciri yang paling
namun tidak terkotak atau berdriri sendiri menonjol di dalam korupsi adalah
dalam satu mata pelajaran. Pendidikan tingkah laku pejabat yang melanggar
Anti Korupsi harus terintegrasi dalam azas pemisahan antara kepentingan
berbagai pelajaran, sehingga mampu pribadi dengan kepentingan
mewarnai pola pikir, sikap dan kebiasaan masyarakat, pemisaham keuangan
peserta didik. Untuk maksud tersebut pribadi dengan masyarakat.
tersebut dukungan budaya dan iklim Sementara itu Alatas (1983)
sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam menyatakan bahwa korupsi secara
konteks penanaman nilai dan umum adalah apabila seorang pegawai
pembentukan karakter siswa. Tulisan negeri menerima pemberian yang
singkat ini akan menguraikan berbagai hal disodorkan oleh seorang swasta dengan
tentang mengapa pendidikan karakter anti maksud mempengaruhinya agar
korupsi penting dan sangat diperlukan memberikan perhatian istimewa pada
terutama dapat dijadikan tindakan kepentingan si pemberi. Lebih lanjut
preventif dalam menanggulangi korupsi. Alatas menyebutkan tiga fenomena
Pada tulisan ini, penulis hanya akan yang termasuk dalam korupsi yaitu
membatasi permasalahan bagaimana bribery, extortion dan nepotism.
penerapan pendidikan karakter disekolah Dengan demikian korupsi merupakan
dalam menanngulangi korupsi. gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
Kajian Pustaka salah urus dan kesewenangan terhadap
1. Budaya Korupsi dan Pencegahannya sumber-sumber kekayaan negara
Secara istilah Banyak para ahli dengan menggunakan
yang mencoba merumuskan korupsi, wewenang/kekuasaan dan kekuatan
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 3
kekuatan formal (misalnya denagan sebagai Menkohankam/Kasad yang
alasan hukum dan kekuatan senjata) tugasnya meneruskan kasus-kasus
untuk memperkaya diri sendiri. korupsi ke meja pengadilan. Lembaga
Korupsi terjadi disebabkan adanya ini dikemudian hari dikenal dengan
penyalahgunaan wewenang dan istilah Operasi Budhi. Sasarannya
jabatan/kekuaasaan yang dimiliki oleh adalah perusahaan Negara serta
pejabat atau pegawai demi kepentingan lembaga-lembaga lainnnya yang
pribadi dengan mengatasnamakan dianggap rawan praktik korupsi dan
pribadi dan atau keluarga, sanak kolusi. Operasi Budhi juga mengalami
saudara dan teman. hambatan, karena dianggap
Diera Pra Kemerdekaan salah menggangggu prestise presiden,
satu contoh perilaku korupsi yang akhirnya operasi ini dihentikan.
mengakibatkan kehancuran kerajaan- Pada pemerintahan Orde Baru
kerajaan besar (Sriwijaya, Majapahit, dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi
dan Mataram) adalah karena korup dari (TPK) yang diketuai Jaksa Agung,
sebagian besar bangsawannya dan namun Tim ini pada tahun 1970
kebiasaan mengambil upeti dari terdorong oleh ketidak seriusan TPK
rakyat kecil yang dilakukan oleh raja dalam memberantas korupsi akhirnya
jawa ditiru oleh belanda ketika dibubarkan, dan sebagai penggantinya
menguasai Nusantara (1800-1942), dibentuk Komite Empat, tetapi komite
akibatnya banyak terjadi perlawanan- ini hanya macan ompong karena
pelawanan rakyat terhadap belanda, hasil temuannnya tentang dugaan
misalnya: Diponegoro, imam Bonjol korupsi di Pertamina tak direspon
dan rakyat Aceh. Lebih menyedihkan Pemerintah. Ketika Laksamana
lagi penindasan atas penduduk pribumi Sudomo diangkat sebagai
oleh bangsa Indonesia sendiri pada Pangkopkamtib, dibentuklah Opstib
pelaksanaan system Cultur Stelsel, (operasi Tertib) dengan tugas antara
yang secara harfiah berarti Sistem lain juga memberantas korupsi, tetapi
Pembudaayaan, walaupun ttujuan seiring berjalannya waktu, Opstib
utama system ini adalah inipun hilang tanpa bekas sekali.
membudayakan tanaman produktif Pada Era Reformasi hampir
dimasyarakat agar hasilnya mampu seluruh elemen penyelenggara negara
untuk meningkatkan kesejahteraan sudah terjangkit Virus Korupsi yang
rakyat dan memberi konstribusi ke kas sangat ganas. Pada pemerintahan
Belanda, namun kenyataannnya justru presiden BJ Habibie mengeluarkan UU
memprihatinkan. nomor 28 tahun 1999 tentang
Pada orde Lama dibentuk Badan Penyelenggaraan Negara yang bersih
Pemberantasan Korupsi, Panitia dan Bebas dari KKN. Kemudian
Retooling Aparatur Negara (PARAN) dilanjutkan oleh Presiden
dibentuk berdasarkan UU Keadaan Abdurrahman Wahid membentuk Tim
Bahaya, dipimpin oleh A.H Nasution, Gabungan Pemberantasan Tindak
namunternyata pada saat itu Pidana Korupsi (TGPTPK) dengan PP
pemerintah hanya setengah hati no 19 tahun 2000, Namun ditengah
menjalankannya. Akan tetapi pada semangat menggebu-gebu untuk
tahun 1963 melalui Keputusan Presiden memberantas korupsi dari anggota tim,
No. 275 Tahun 1963, upaya melalui suatu Judical review
pemberantasan korupsi digalakkkan. A. Mahkamah Agung, tahun TGPTPK
H Nasution yang saat itu menjabat akhirnya dibubarkan, sejak itu
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 4
Indonesia mengalami kemundursn secara bertahap atau sekaligus diterima
dalam upaya pemberantasan Korupsi. oleh masyarakat sebagai sesuatu yang
Pada tahun 2003 dibentuk Komisi wajar, maka disitu telah terjadi korupsi
Pemberantasa Korupsi (KPK) dibentuk budaya yang kemudian membentuk
untuk mengatasi, menanggulangi dan budaya korupsi. Dengan demikian jika
memberantas korupsi di Indonesia. pun benar ada budaya korupsi, maka
Komisi ini didirikan berdasarkan itu sebenarnya terjadi karena korupsi
Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun budaya akibat makin lemahnya kontrol
2002. sosial/pengabaian terhadap upaya
Menilik sejarah perkembangan mementingkat pribadi diatas
korupsi yang telah diuraikan tersebut, kepentingan publik pada saat mereka
apakah korupsi bisa dikatakan menjadi mempunyai kedudukan/jabatan atas
budaya?, tentunya kita tidak boleh mandat publik baik langsung maupun
gegabah dalam menjawabnya, karena tak langsung.
jawabannnya pasti akan bervariasi , ini
tergantung dari pengertian budaya ,
pola dan norma social yang ada di 2. Pendidikan Karakter di Sekolah
masyarakat. Budaya diartikan sebagai Pembangunan karakter yang
keseluruhan system berpikir, nilai, merupakan upaya perwujudan amanat
moral, norma dan itu adalah hasil dari Pancasila dan pembukaan UUD 1945
interaksi manusia dengan sesamanya dilatarbelakangi oleh realita
dan lingkungan alamya (Puskur. permasalahan kebangsaan yang
Pengembangan dan Pendidikan berkembang saat ini, seperti (1)
Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman disorientasi dan belum dihayatinya
Sekolah. 2009:3). Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila; (2) keterbatasan
jika kita melihat gejala korupsi yang perangkat kebijakan teradu dalam
terjadi sebelum masa pra kemerdekaan mewujudkan nilai-nilai Pancasila; (3)
hinggga saat ini semakin menjadi virus bergesernya nilai etika dalam
yang ganas bagi bangsa Indonesia, kehidupan berbangsa dan bernegara;
tentunya hal itu bisa juga dibenarkan, (4) memudarnya kesadaran terhadap
walaupun nenek moyang kita tidak nilai-nilai budaya bangsa; ancaman
mengajarkan atau mewariskan suatu disintegrasi bangsa; dan (5)
perbuatan yang kemudian dalam masa melemahnya kemandirian bangsa
modern ini disebut dengan korupsi. (Buku Induk Kebijakan Nasional
Permasalahn yang ditimbulkan oleh Pembangunan Karakter Bangsa 2010-
korupsi adalah persoalan nilai, dalam 2025). Untuk mendukung perwujudan
hal ini korupsi memiliki nilai yang cita-cita pembangunan karakter
buruk, karena didalamnya mengandung sebagaimana diamanatkan dalam
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
tidak bermoral dan penyimpangan dari serta mengatasi permasalahan
kesucian (Buku: Pendidikan Anti- kebangsaan saat ini, maka pemerintah
Korupsi,Kemendikbud. 2011:23) menjadikan pembangunan
Korupsi yang terjadi dalam level pembangunan karakter sebagai salah
manapun merupakan hal yang dapat satu program prioritas pembangunan
menghancurkan nilai-nilai etika serta nasional. Dalam hal ini sekolah
norma sosial dan nilai agama, sehingga menjadi pilihan untuk melaksanakan
dapat menjadi prilaku yang pendidikan karakter. Pendidikan
mengkorupsi budaya, dan ketika karakter mulai banyak dibicarakan
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 5
dikalangan masyarakat awam maupun terpadu (integral) sehingga tercapai
dunia pendidikan sejak tahun 2010. tujuan proses pendidikan yang
Upaya pembentukan karakter diinginkan dan akan jelas ke mana
sesuai dengan budaya bangsa tidak pendidikan itu akan diarahkan. serta
hanya semata-mata hanya dilakukan peradaban bangsa yang bermartabat
sekolah melalui serangkaian kegiatan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
belajar mengajar dan kegiatan diluar bangsa. Oleh karena itu, sekolah
sekolah. Akan tetapi juga melalui memiliki peranan yang besar sebagai
pembiasaan (habituasi) dalam pusat pembudayaan melalui
kehidupan. Nilai karakter religious, pengembangan budaya sekolah (school
jujur, disiplin, toleran, kerja keras, culture). Namun kenyataanya
cinta damai, tanggungjawab harus kecenderungan dan pencapaian
tercermin dalam perilaku dan habit pendidikan sudah jauh bergeser dari
dalam kehidupan sehari-hari. tujuan idealnya. Sesuai yang tercantum
Pembiasaaan itu bukan hanya dalam Undang-Undang Sistem
mengajarkan (aspek kognitif) mana Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
yang benar dan salah, akan tetapi juga 2003, pasal 3 bahwa pendidikan
merasakan (aspek afektif) nilai yang nasional berfungsi untuk
baik dan tidak baik serta bersedia mengembangkan kemampuan dan
melakukannya (aspek psikomotorik) membentuk watak.
dari lingkup yang terkecil yaitu Atas dasar pemikiran itu,
keluarga sampai pada lingkup yang pengembangan pendidikan karakter
besar yaitu masyarakat. Karena sangat strategis bagi keberlangsungan
dalam pendidikan terdapat tiga ranah dan keunggulan bangsa di masa
dalam taksonomi tujuan pendidikan. mendatang. Pengembangan itu harus
Pertama, ranah kognitif yang dilakukan melalui perencanaan yang
menekankan aspek untuk mengingat baik, pendekatan yang sesuai, dan
dan mereproduksi informasi yang telah metode belajar serta pembelajaran yang
dipelajari, yaitu untuk efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai,
mengkombinasikan cara-cara kreatif pendidikan budaya dan karakter bangsa
dan mensintesakan ide-ide dan materi adalah usaha bersama sekolah; oleh
baru. Kedua, ranah afektif yang karenanya harus dilakukan secara
menekankan aspek emosi, sikap, bersama oleh semua guru dan
apresiasi, nilai atau tingkat kemampuan pemimpin sekolah, melalui semua mata
menerima atau menolak sesuatu. pelajaran, dan menjadi bagian yang tak
Ketiga, ranah psikomotorik yang terpisahkan dari budaya sekolah.
menekankan pada tujuan untuk melatih Di sinilah, pendidikan karakter
keterampilan seperti menulis, teknik menjadi suatu sistem penanaman nilai-
mengajar, berdagang, dan lain-lain. nilai karakter warga sekolah yang
Dari ketiga ranah pendidikan tersebut meliputi komponen pengetahuan,
idealnya harus selaras dan saling kesadaran atau kemauan, dan tindakan
melengkapi. Tetapi kenyataannya untuk melaksanakan nilai-nilai
hubungan antara perubahan sikap tersebut. Pendidikan karakter juga
(afektif) dan meningkatnya ilmu dapat dimaknai sebagai the deliberate
pengetahuan (kognitif) secara statistik use of all dimensions of school life to
cenderung berdiri sendiri. Maka dari foster optimal character development.
ketiga unsur pencapaian pendidikan itu, Dalam pendidikan karakter di sekolah,
idealnya harus dilakukan secara semua komponen (pemangku
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 6
pendidikan) harus dilibatkan, termasuk Proses pendidikan karakter
komponen-komponen pendidikan itu didasarkan pada totalitas psikologis
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses yang mencakup seluruh potensi
pembelajaran dan penilaian, individu manusia (kognitif, afektif,
penanganan atau pengelolaan mata psikomotorik) dan fungsi totalitas
pelajaran, pengelolaan sekolah, sosiokultural dalam konteks interaksi
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko- dalam keluarga, satuan pendidikan, dan
kurikuler, pemberdayaan sarana masyarakat. Totalitas psikologis dan
prasarana, pembiayaan, dan etos kerja sosiokultural dapat dikelompokkan
seluruh warga sekolah. Di samping itu, sebagaimana yang digambarkan dalam
pendidikan karakter juga dapat bagan berikut:
dimaknai sebagai suatu perilaku yang
harus dilakukan warga sekolah untuk RUANG LINGKUP PENDIDIKAN KARAKTER beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil,
cerdas, kritis, bertanggung jawab,
menyelenggarakan pendidikan yang kreatif, inovatif, berempati, berani
ingin tahu, berpikir mengambil resiko,
berkarakter. terbuka, produktif,
berorientasi Ipteks,
OLAH
PIKIR
OLAH pantang menyerah, rela
HATI berkorban, dan berjiwa
David Elkind & Freddy Sweet dan reflektif patriotik

Ph.D (2004) dalam Rohman (2012: 66)


memberikan definisi pendidikan OLAH
OLAH
ramah, saling
menghargai, toleran,
bersih dan sehat,
karakter: Character education is the
RASA/
RAGA peduli, suka menolong,
disiplin, sportif, KARSA
gotong royong,
tangguh, andal, nasionalis, kosmopolit ,
deliberate effort to help people berdaya tahan,
bersahabat,
mengutamakan
kepentingan umum,
understand, care about, and act upon kooperatif,
determinatif,
bangga menggunakan
bahasa dan produk
kompetitif, ceria,
care ethical values. When we think dan gigih
Indonesia, dinamis,
kerja keras, dan beretos
about the kind of character we want for kerja

our children,it is clear that we want Gambar 1: Ruang Lingkup Pendidikan


them to be able to a judge what is right, Karakter
care deeply about is right, and then do Berdasarkan gambar tersebut ,
what believe to be right, even in the pengkategorian nilai didasarkan pada
face of pressure from without and pertimbangan bahwa pada hakikatnya
temptation from within. perilaku seseorang yang berkarakter
Dalam rangka lebih memperkuat merupakan perwujudan fungsi totalitas
pelaksanaan pendidikan karakter telah psikologis yang mencakup seluruh potensi
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber individu manusia (kognitif, afektif, dan
dari agama, Pancasila, budaya dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-
tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) kultural dalam konteks interaksi (dalam
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) keluarga, satuan pendidikan, dan
Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, masyrakat) dan berlangsung sepanjang
(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks
Ingin Tahu, (10) Semangat totalitas proses psikologis dan sosial-
Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, kultural dapat dikelompokkan dalam:
(12) Menghargai Prestasi, (13) (1) olah hati (spiritual & emotional
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta development);
Damai, (15) Gemar Membaca, (16) (2) olah pikir (intellectual development);
Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (3) olah raga dan kinestetik (physical &
& (18) Tanggung Jawab (Puskur. kinesthetic development); dan
Pengembangan dan Pendidikan (4) olah rasa dan karsa (affective and
Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman creativity development).
Sekolah. 2009:9-10). Proses tersebut secara holistik dan
koheren memiliki saling keterkaitan dan
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 7
saling melengkapi, serta masing- setiap saat. Misalnya kegiatan
masingnya secara konseptual merupakan upacara hari Senin, upacara besar
gugus nilai luhur yang di dalamnya kenegaraan, pemeriksanaan
terkandung sejumlah nilai sebagaimana kebersihan badan, piket kelas,
dapat di lihat pada gambar di atas (Desain shalat berjamaah, berbaris ketika
Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8-9). masuk kelas, berdoa sebelum
pelajaran dimulai dan diakhiri, dan
Pendekatan Konstektual dalam mengucapkan salam apabila
Pembelajaran bertemu guru, tenaga administratif,
Kegiatan pembelajaran dalam dan teman.
kerangka pengembangan karakter peserta (2) Kegiatan spontan
didik dapat menggunakan pendekatan Kegiatan yang dilakukan peserta
kontekstual sebagai konsep belajar dan didik secara spontan pada saat itu
mengajar yang membantu guru dan juga, misalnya, mengumpulkan
peserta didik mengaitkan antara materi sumbangan ketika ada teman yang
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, terkena musibah atau sumbangan
sehingga peserta didik mampu untuk untuk masyarakat ketika terjadi
membuat hubungan antara pengetahuan bencana.
yang dimilikinya dengan penerapannya (3) Keteladanan
dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, Merupakan perilaku dan sikap
melalui pembelajaran kontekstual peserta guru dan tenaga kependidikan dan
didik lebih memiliki hasil yang peserta didik dalam memberikan
komprehensif tidak hanya pada tataran contoh melalui tindakan-tindakan
kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran yang baik sehingga diharapkan
afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta menjadi panutan bagi peserta didik
psikomotor (olah raga). lain. Misalnya nilai disiplin,
Pembelajaran kontekstual mencakup kebersihan dan kerapihan, kasih
beberapa strategi, yaitu: (a) pembelajaran sayang, kesopanan, perhatian,
berbasis masalah, (b) pembelajaran jujur, dan kerja keras.
kooperatif, (c) pembelajaran berbasis (4) Pengkondisian
proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan Pengkondisian yaitu penciptaan
(e) pembelajaran berbasis kerja. Kelima kondisi yang mendukung
strategi tersebut dapat memberikan keterlaksanaan pendidikan
nurturant effect pengembangan karakter karakter, misalnya kondisi toilet
peserta didik, seperti: karakter cerdas, yang bersih, tempat sampah,
berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa halaman yang hijau dengan
ingin tahu. pepohonan, poster kata-kata bijak
yang dipajang di lorong sekolah
1. Pengembangan Budaya Sekolah dan dan di dalam kelas.
Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah 2. Kegiatan ko-kurikuler dan atau
dan pusat kegiatan belajar dilakukan kegiatan ekstrakurikuler
melalui kegiatan pengembangan diri, Demi terlaksananya kegiatan ko-
yaitu: kurikuler dan ekstrakurikuler yang
(1) Kegiatan rutin mendukung pendidikan karakter, perlu
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang didukung dengan perangkat pedoman
dilakukan peserta didik secara pelaksanaan, pengembangan kapasitas
terus- menerus dan konsisten sumber daya manusia, dan revitalisasi
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 8
kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang pelajaran tersendiri adalah keputusan yang
sudah ada ke arah pengembangan tidak bijak. Pendidikan karakter harus
karakter. terintegrasi dengan kurikulum yang sudah
ada agar tidak menambah beban belajar
Implementasi Pendidikan Karakter siswa. Dalam aplikasinya, tidak perlu ada
dalam Memberantas Korupsi materi khusus pembelajaran antikorupsi
Indonesia, dengan kasus korupsi dalam kurikulum di sekolah dan
yang merajalela, juga tengah perguruan tinggi. Pendidikan Karakter
menempatkan pendidikan sebagai solusi Antikorupsi dapat diberikan sebagai
permasalahan bangsa. Pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler (seperti pramuka,
utamanya pendidikan karakter, dihadirkan klub debat, atau gerakan mahasiswa
atas dasar kegalauan melihat realitas antikorupsi) dan melalui penanaman nilai-
kehidupan yang terindikasi mengalami nilai pembelajaran atas antikorupsi secara
degradasi moral, termasuk mental korup terintegrasi dalam mata pelajaran yang
yang membudaya di masyarakat. Perang sudah ada. Siswa diharapkan tidak akan
melawan korupsi melalui pendidikan terjebak dalam rutinitas pencapaian nilai
memang bukan satu-satunya cara A dalam mata pelajaran pendidikan
pencegahan korupsi di Indonesia. Namun karakter. Pendidikan Karakter
kesadaran kolektif masyarakat disadari Antikorupsi lebih menekankan upaya
perlu ditumbuhkan sejak dini. pembentukan character building dan
Mulai Juni 2011, Kementerian moral antikorupsi dibanding transmisi
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan pengetahuan dan seluk beluk teori
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) antikorupsi kepada peserta didik.
menerapkan Pendidikan Karakter Agaknya Indonesia perlu mencontoh
Antikorupsi dalam kurikulum prasekolah, Jepang dalam penerapan pendidikan
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan karakter. Di negeri yang kini tengah
perguruan tinggi. Perang wacana pun berduka oleh bencana tsunami, pendidikan
terjadi di kalangan praktisi pendidikan. karakter diajarkan dalam pelajaran
Beberapa pihak menilai bahwa ide seikatsuka atau pendidikan tentang
pendidikan antikorupsi ini nantinya hanya kehidupan sehari-hari. Siswa SD diajari
akan menjadi gincu kurikulum belaka. tatacara menyeberang jalan, adab di dalam
Nilai-nilai agama, moral, dan karakter kereta, yang tidak saja berupa teori, tetapi
antikorupsi hanya menjadi sebuah guru juga mengajak mereka untuk
transformasi konseptual yang tidak bersama naik kereta dan
membumi. Pendidikan karakter pun mempraktikkannya. Norma dalam
nantinya akan bernasib sama dengan masyarakat Jepang sangat terkait dengan
pengajaran nilai moral dan agama yang ajaran Shinto dan Budha, tetapi
selama ini hanya berkutat pada teori dan menariknya agama ini tidak diajarkan di
hadir dalam simbol jasmaniah yang jauh sekolah dalam bentuk pelajaran wajib,
dari pengamalan nyata. seperti halnya di Indonesia. Nilai-nilai
Bukan suatu hal yang salah jika agama diwujudkan dalam kehidupan
pemerintah menetapkan lembaga sehari-hari di sekolah. Karenanya,
pendidikan sebagai bengkel perbaikan pendidikan moral di sekolah Jepang tidak
moralitas bangsa. Lembaga pendidikan diajarkan sebagai mata pelajaran khusus,
adalah pilihan tepat sebagai garda tetapi diintegrasikan dalam semua mata
terdepan pembentukan karakter bangsa. pelajaran. (Murni Ramli : 2008)
Namun menempatkan Pendidikan Budaya malu pada masyarakat pun
Karakter Antikorupsi sebagai mata dicontohkan oleh para pemimpin Jepang
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 9
sebagai upaya mendidik warganya Dengan adanya pendidikan karakter
mewujudkan kultur antikorupsi. Para anti korupsi dapat dipandang sebagai
pemimpin Jepang berani mundur dari upaya preventif bagi berkembangnya
jabatannya ketika tersandung kasus sikap dan perilaku korup meskipun secara
korupsi. Perilaku birokrat negeri sakura empiris jelas tidak cukup. Mengingat
ini merupakan pembelajaran yang faktor pressure social politik yang dapat
sungguh mulia dan elegan guna juga mendistorsi peran normative tersebut.
mendukung terwujudnya kultur Pendidikan karakter anti korupsi bisa
antikorupsi secara jitu. dikatakann sebagai tindakan yang bisa
Saat yang sangat penting untuk memutus mata rantai tindak korupsi,
pembentukan karakter ada dalam Karena dengan adanya penanaman nilai
lingkungan keluarga. Karakter seseorang nilai dalam pendidikan karakter anti
terbentuk melalui pembiasaan dan latihan korupsi diharapkan bisa mencegah sikap
yang dilakukan secara terus-menerus. perilaku korupsi sejak dini. Yang lebih
Perubahan yang ada tidak bisa dilihat penting adalah bagaimana menciptakan
secara kasat mata karena proses karakter bangsa dapat diselenggarakan
pembentukan karakter terjadi secara laten, dengan menjunjung tinggi kemandirian
berlanjut sepanjang hayat. Pendidikan dan kejujuran. Dengan demikian
karakter sejatinya mampu terwujud ketika pendidikan merupakan sarana atau bisa
seorang anak dan keluarga di dalamnya juga dipandang sebagai suatu respon yang
berjuang bersama untuk menghayati visi tepat untuk meningkatkan ketahanan etika
dan mengaktualisasikan nilai-nilai bangsa melalui reformasi social yang pada
antikorupsi secara berjamaah di dalam gilirannnya dapat menjadi pemicu bagi
masyarakat. terjadinya reformasi kelembagaan. Yang
Pendidikan Karakter Antikorupsi nantinya reformasi kelembagaan dapat
yang ditawarkan oleh Kemendiknas dan memagari secara internal kemungkinan
KPK memang tidak menawarkan sebuah tumbuh dan berkembangnya prilaku
keajaiban yang mampu menjamin semua korupsi, dan semua ini dapat memperbaiki
manusia Indonesia bebas korupsi. serta meningkatkan mutu manusia, dalam
Keteladanan masih menjadi poin penting konteks inilah pendidikan menjadi amat
dalam keberhasilan implementasi penting.
Pendidikan Karakter Antikorupsi di Menghadapi tuntutan era globalisasi
Indonesia. Semua modul pelajaran yang antar lain yang antara lain ditandai
sekolah yang terintegrasi dengan dengan adanya persaingan bebas dalam
Pendidikan Karakter Antikorupsi tidak pergaulan dunia, maka pengelolaan
akan memberikan hasil apapun sepanjang pendidikan dirancang secara
keteladanan masih menjadi barang langka komprehensif dan integratif, direncanakan
di masyarakat. implementasi pendidikan secara matang, dan mendapat dukungan
anti korupsi melalui internalisasi sembilan dari semua pihak. Trianto (2010: 11)
nilai inti dalam pendidikan anti korupsi mengatakan, perkembangan dan
yaitu 1) Jujur; 2) Peduli; 3) Mandiri; 4) perubahan yang terjadi dalam kehidupan
Disiplin; 5) Tanggung jawab; 6) Kerja bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
keras; 7) Sederhana; 8) Berani; dan 9) di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Adil yang akan diimplementasikan dalam perubahan global, perkembangan ilmu
kegiatan pengajaran di setiap jenjang pengetahuan dan teknologi, serta seni
pendidikan. Dimana 9 (Sembilan) nilai budaya. Dalam kaitan ini, yang terpenting
inti tersebut termuat dalam pendidikan adalah pencapaian substansi tujuan
karakter. pendidikan dan proses pendidikan yang
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 10
telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan
kurikulum yang merupakan serangkaian Gambar 2: Desain pengembangan
proses pembelajaran membentuk siswa pendidikan karakter secara mikro
agar memiliki integritas dan membangun
sikap mandiri individual dalam diri siswa, Implemetasi pendidikan karakter
secara kolektif dan kumulatif pada disekolah dikembangkan melalui
akhirnya akan membentuk sikap mental pengalaman belajar dan proses
kemandirian bangsa. Dan yang terpenting pembelajaran yang bermuara pada
dalam kurikulum harus ada kemampuan pembentukan karakter dalam diri siswa.
dalam mengadaptasi perkembangan yang Pendidikan karakter dalam kegiatan
terjadi dimasyarakat dan bias diterapkan belajar mengajar dikelas, dilaksanakan
dalam proses pendidikan. Konsepsinya menggunakan pendekatan terintegrasi
yang diharapka dari kurikulum yang dalam semua mata pelajaran, selain itu,
terutama adalah melakukan suatu konteks pendidikan karakter juga dikembangkan
dan secara kreatif. Dimana kreativitas melalui kegiatan siswa secara
sebagai wujud pendidikan ini yang ekstrakurikuler. Kegiatan pembinaan
kemudianakan menjadi suatu hal yang kesiswaan yang selama ini
dapat memperkaya budaya dan peradaban diselenggarakan sekolah, merupakan salah
bangsa. Untuk itu isi (konten) suatu satu wadah yang potensial dalam
kurikulum harus berisikan usaha-usaha pendidikan karakter .
yang terarah dan terpadu untuk Apabila pendidikan karakter
membangun sikap mental bangsa yang diintegrasikan dalam ko-kurikuler dan
memiliki karakter dan mampu ekstrakurikuler akan memerlukan waktu
membangun peradaban bangsanya sendiri. sesuai dengan kebutuhan dan
Pendidikan karakter pada konteks karakteristiknya. Untuk itu, penambahan
mikro difokuskan pada sekolah. Sekolah alokasi pembelajaran dapat dilakukan,
merupakan sektor utama yang secara sebagai berikut:
optimal memanfaatkan dan (1) Sebelum pembelajaran di mulai atau
memberdayakan semua lingkungan setiap hari seluruh siswa diminta
belajar yang ada untuk menginisiasi, membaca surat-surat pendek,
memperbaiki, menguatkan dan melakukan refleksi (masa hening)
menyempurnakan secara terus menerus selama 15 s.d. 20 menit.
proses pendidikan karakter disekolah. (2) Di hari-hari tertentu sebelum
Dalam kegiatan ini sekolah dapat pembelajaran dimulai dilakukan
mengupayakan terciptanya keselarasan kegiatan muhadarah (berkumpul di
antara karakter yang dikembangkan di halaman sekolah) selama 35 menit.
sekolah dengan pembiasaan di rumah dan Kegiatannya berupa baca al Quran
masyarakat. Agar pendidikan karakter dan terjemahan, siswa berceramah
dapat dilaksanakan secara optimal, dengan tema keagamaan maupun
pendidikan karakter dapat yang lain dalam tiga bahasa (bahasa
diimplementasikan sebagaimana yang Indonesia, Inggris, dan bahasa
terdapat dalam tabel di bawah ini. Minang), ajang kreatifitas seperti
menari, musik dan baca puisi. Selain
itu juga dilakukan kegiatan
membersihkan lingkungan di hari
jumat atau sabtu (jumat/sabtu bersih)

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 11


(3) Pelaksanaan ibadah bersama-sama di pendidikan untuk membangun sikap anti
siang hari selama antara 30 s.d. 60 korupsi; (3) untuk mewujudkan
menit. pendidikan anti korupsi, pendidikan di
(4) Kegiatan-kegiatan lain diluar sekolah harus diorientasikan pada tataran
pengembangan diri, yang dilakukan moral action, agar peserta didik tidak
setelah jam pelajaran selesai hanya berhenti pada kompetensi
(5) Kegiatan untuk membersihkan (competence) saja, tetapi sampai memiliki
lingkungan sekolah sesudah jam kemauan (will), dan kebiasaan (habit)
pelajaran berahir berlangsung selama dalam mewujudkan nilai-nilai dalam
antara 10 s.d. 15 menit. kehidupan sehari-hari; (4) pendidikan
Untuk membangun budaya sekolah, karakter menjadi suatu sistem penanaman
perlu dikondisikan agar lingkungan fisik nilai-nilai karakter warga sekolah yang
dan sosial-kultural sekolah, meliputi komponen pengetahuan,
memungkinkan para siswa membangun kesadaran atau kemauan, dan tindakan
kegiatan seharian disekolah yang untuk melaksanakan nilai-nilai; (5)
mencerminkan perwujudan karakter yang Pendidikan karakter memiliki 18 nilai
dituju. Pola ini ditempuh dengan yang bersumber dari agama, Pancasila,
melakukan pembiasaan dengan budaya dan tujuan pendidikan nasional,
pembudayaan aspek-aspek karakter dalam yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,
kehidupan keseharian disekolah dengan Kerja keras, Kreatif, Mandiri,
pendidik sebagai teladan. Agar Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
pelaksanaan pendidikan karakter Kebangsaan, Cinta Tanah Air,
disekolah bisa mencapai tujuannnya perlu Menghargai Prestasi,
adanya evaluasi hasil, untuk itu harus Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai,
dilakukan assesment program untuk Gemar Membaca, Peduli Lingkungan,
perbaikan kelanjutan yang dirancang dan Peduli Sosial, & Tanggung Jawab (6)
dilksanakan untuk mendekati aktualisasi Kegiatan pembelajaran dalam kerangka
karakter dalam diri siswa sebagai pengembangan karakter peserta didik
indikator bahwa proses pembudayaan dan dapat menggunakan pendekatan
pemberdayaan karakterberhasil dengan kontekstual sebagai konsep belajar dan
baik, menghasilkan sikap yang kuat dan mengajar yang membantu guru dan
pikiran yang argumentatif. peserta didik mengaitkan antara materi
Ketika semua urusan sekolah dari yang diajarkan dengan situasi dunia nyata,
hari kehari dikelola dengan dilandasi oleh sehingga peserta didik mampu untuk
pelaksanaan nilai-nilai karakter, sekolah membuat hubungan antara pengetahuan
akan menjadi komunitas yang berkarakter. yang dimilikinya dengan penerapannya
Sekolah akan menjadi tempat dimana dalam kehidupan mereka. Dengan begitu,
nilai-nilai karakter dilaksanakan, dan melalui pembelajaran kontekstual peserta
sekolah akan menjadi tempat bagi setiap didik lebih memiliki hasil yang
siswa membiasakan perilaku berkarakter. komprehensif tidak hanya pada tataran
kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran
Simpulan afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta
Dari uraian dalam tulisan ini maka psikomotor (olah raga).
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Praktik korupsi di Indonesia dan
penanggulangannya sudah ada sejak era Daftar Rujukan
pra Kemerdekaan sampai sekarang; (2)
Harapan mulai dibebankan pada dunia
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 12
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi
Undang-Undang Republik Kurikulum Pendidikan Karakter.
Indonesia No. 20 Tahun 2003 Jogjakarta: Citra Aji Parama.
tentang Sistem Pendidikan Trianto. 2007. Model-Model
Nasional. Pembelajaran Inovativ Beroientasi
Listyarti, Retno, Pengantar: Prof. Dr. Konstrktivistik. Jakarta: Prestasi
Winarno Surakhmad. 2012, Pustaka.
Pendidikan Karakter dalam http://ebookbrowse.com/master-buku-
Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. pendidikan-anti-korupsi-untuk-
Jakarta: Erlangga. perguruan-tinggi-2012-1-pdf-
Pusat Kurikulum Balitbang Kementrian d423507219
Pendidikan Nasional. 2010. http://www.ti.or.id/index.php/press-
Pengembangan Pendidikan release/2012/12/06/peluncuran-
Budaya dan Karakter Bangsa, corruption- perception-index-2012
Pedoman Sekolah. http://itjen.kemdiknas.go.id/berita-101-
Rohman, Muhammad. 2012. Kurikulum upaya-membentuk-pribadi-yang-
Berkarakter: Refleksi dan Proposal berkarakter-dan-berintegritas-
terhadap KBK dan KTSP. melalui-implementasi-nilainilai--
Surabaya:Prestasi Pustaka. pendidik.html

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Hal. 13

You might also like