Professional Documents
Culture Documents
Makalah Seminar "Respon Fisiologis Dan Profil Darah Domba Jantan"
Makalah Seminar "Respon Fisiologis Dan Profil Darah Domba Jantan"
ABSTRACT
Sheep farmer in the Petir village of common sweet potato leaves (Ipomoeae batatas)
animal feed. Sweet potato leaves are given can be increased by improving the physical form
of the enumeration and the substitution of other feed. The purpose of this study is to analyze
the provision of sweet potato leaves are chopped concentrate substitution and substitution of
cassava leaf silage on physiological responses and blood profile of local rams. Treatment of
feed given that the TO (100% sweet potato leaves), T1 (100% potato leaves chopped), T2
(80% chopped potato leaves + 20% concentrate), and T3 (80% chopped potato leaves + 20%
silage cassava leaves). Pshyiological response that were observed are respiration, heart rate,
and rectal temperature. Blood profile that were observed are haemoglobin, hematocrit,
erythrocytes, and leucocyte. The design used was a randomized block design with 4
treatments and 4 groups as replications. Data proccesed with ANOVA and Duncan analysis.
The results showed that treatment of feed is not significant (P>0.05) on rectal temperature,
respiration frequency, heart rate, hematocrit, hemoglobin and erythrocytes. Chopped potato
leaves a significant effect (P <0.05) against the number of leukocytes. The content of saponin
in potato leaves can increased the number leukosytes.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu hewan penghasil daging yang cukup diminati di
Indonesia. Badan Pusat Statistik (2013) mencatat, impor produk daging domba pada
tahun 2012 mencapai 1 270 ton. Pemenuhan kebutuhan daging domba dalam negeri
dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi domba dalam negeri, salah satu
caranya melalui perbaikan kualitas pakan yang digunakan oleh peternak. Peternakan
domba di Indonesia sebagian besar merupakan peternakan rakyat dengan skala usaha
relatif kecil, sebagai usaha sampingan dan sulit untuk mengadopsi teknologi
(Batubara 2014). Salah satu contoh peternakan rakyat yang berada di Kabupaten
Bogor terletak di Desa Petir, Kecamatan Darmaga.
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
4
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pemberian pakan berbeda
berupa daun ubi jalar yang di chopp dengan subtitusi silase daun singkong, dan
subtitusi konsentrat terhadap respon fisiologis (suhu rektum, frekuensi respirasi,
denyut jantung) dan profil darah (hematokrit, hemoglobin, butir darah merah, butir
darah putih) domba jantan yang dipelihara peternak Desa Petir Kecamatan Darmaga,
Kabupaten Bogor.
METODOLOGI PENELITIAN
Materi
Ternak
Domba lokal dengan jenis kelamin jantan sebanyak 16 ekor dengan rataan
bobot badan awal 21.55 2,02 kg.
Pakan
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
6
Pakan yang diggunakan adalah hijauan berupa daun ubi jalar (Ipomoea
batatas), konsentrat dan silase daun singkong (Manihot esculenta sp.). Formulasi
konsentrat, pakan yang digunakan, dan komposisi nutrien ransum perlakuan selama
penelitian disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
Metode
7
Pemeliharaan
Profil Darah
terhubung pada tabung vacutainer yang berisi EDTA sebagai anti koagulan darah.
Tabung kemudian diberi kode sesuai perlakuan. Tabung dimasukkan ke dalam
cooling box yang telah berisi es batu dan ice gell sebagai pendingin dan selanjutya
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis profil darah.
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993) :
Yij = + i + j + ij
Keterangan :
Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i, blok ke-j
: rataan umum
i : efek perlakuan ke-i
j : efek blok ke-j
ij : galat perlakuan ke-i dan blok ke-j
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan
apabila terdapat perbedaan nyata pada level P<0.05 akan dilanjutkan dengan Uji
Duncan (Steel dan Torrie 1993).
Keadaan Umum
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
10
Rata-rata suhu lingkungan pada pagi dan sore hari lebih rendah dibandingkan
pada siang siang hari. Sedangkan kelembaban udara pada pagi dan sore hari lebih
tinggi daripada siang hari. Data pada Tabel 4 menunjukan bahwa suhu didalam
kandang berkisar 22.4-30.4 C dengan kelembaban yang cukup tinggi mencapai 84.4-
91.9 %. Menurut Yousef (2000), suhu dan kelembaban yang nyaman untuk ternak
domba yaitu berkisar 22-31 C dengan kelembaban dibawah 75%. Suhu di dalam
kandang masih berada pada zona nyaman (thermoneutral zone) untuk domba, akan
tetapi kelembaban didalam kandang yang cukup tinggi berada diluar zona nyaman
untuk domba menurut Yousef (2000). Kelembaban yang cukup tinggi didalam
kandang tersebut dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan dan terjadinya penguapan
amoniak dan uap air dari kotoran yang terjebak dalam kandang yang berasal dari
timbunan kotoran dan urin domba.
Waktu Pengukuran
Parameter
Pagi Siang Sore
Suhu Rektum (C) 38.57 0.45 39.04 0.35 39.23 0.50
Frekuensi Respirasi (hembusan/
32.39 7.59 68.63 21.29 64.23 26.17
menit)
Denyut Jantung (detak/ menit) 81.54 12.65 95.23 14.54 100.59 15.19
Berdasarkan Tabel 5 suhu rektum domba lebih rendah pada pagi hari dan
meningkat pada siang dan sore hari. Hal tersebut terjadi karena suhu lingkungan pada
pagi hari lebih rendah dibanding pada siang dan sore hari. Semakin tinggi suhu
lingkungan semakin tinggi pula suhu rektum domba. Purwanto et al. (1994)
menyatakan bahwa suhu rektum, suhu permukaan kulit dan suhu tubuh akan
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan
Frekuensi respirasi domba pada siang hari lebih tinggi dibandingkan pagi dan
sore hari. Domba meningkatkan frekuensi respirasinya dalam upaya mengimbangi
suhu lingkungan yang tinggi. Peningkatan frekuensi respirasi merupakan salah satu
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan
meningkatnya suhu lingkungan. Pelapasan panas pada suhu tinggi akan efektif
dengan cara pelepasan panas melalui evaporasi, dalam hal ini yaitu dengan
peningkatan laju respirasi, sehingga terjadi peningkatan pelepasan panas melalui
pernafasan (Ali 1999).
Pengaruh faktor peningkatan suhu lingkungan juga meningkatkan denyut jantung
domba. Denyut jantung pada pagi hari lebih rendah dibandingkan pada siang dan sore
hari. Peningkatan denyut jantung tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan suhu
pada siang dan sore hari (Tabel 4). Peningkatan denyut jantung domba tersebut
merupakan upaya domba dalam mengimbangi suhu lingkungan yang tinggi, sehingga
suhu tubuh tetap dalam batas normal. Adisuwirdjo (2001), menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi denyut jantung yaitu suhu tubuh, semakin tinggi suhu
maka frekuensi jantung juga semakin besar. Peningkatan laju denyut jantung yang
tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan (Edey 1983).
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
12
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
14
energi pakan dalam ransum yang mengandung konsentrat (T2) dan HCN
(hidrocyanic acid) yang masih terkandung dalam silase daun singkong.
Sudaryanto (1987) menyatakan bahwa, keberadaan HCN dalam tubuh ternak
akan mengganggu transpor elektron yang dapat menyebabkan terjadinya reduksi
oksigen sehingga pernafasan atau oksidasi sel terganggu. Jantung memiliki fungsi
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Reduksi oksigen tersebut dapat
mengakibatkan berkurangnya asupan oksigen kedalam jantung, sehingga proses
denyut jantung dan sistem sirkulasi menjadi terganggu. Asam sianida dalam tubuh
akan berikatan dengan hemoglobin membentuk cyanoglobin yang tidak dapat
membawa oksigen. Sehingga oksigen didalam darah akan menurun. Domba akan
meningkatkan denyut jantung dan frekuensi respirasi dalam upaya mengimbangi
ketersediaan oksigen dalam darah. Ternak akan mengalami kondisi hipoksia atau
bahkan asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen dalam jaringan tubuh) apabila darah
tidak mengandung cukup O2 untuk memenuhi kebutuhannya (Ganong 2002).
Kecenderungan peningkatan denyut dapat pula disebabkan karena kandungan
energi dalam pakan. Ransum T2 dan T3 memiliki kandungan energi yang lebih tinggi
dibanding perlakuan lain. Domba pada perlakuan T2 dan T3 banyak melakukan
aktivitas (tanpa kehendak) sehingga meningkatkan gerakan otot. Aktivitas yang tinggi
dapat meningkatkan frekuensi kerja jantung. Hal tersebut selaras dengan pernyataan
Parakkasi (1998), bahwa salah satu penggunaan energi netto adalah untuk hidup
pokok yang diantaranya digunakan untuk aktivitas (tanpa kehendak). Denyut jantung
merupakan bagian dari respon fisiologis ternak yang di pengaruhi oleh suhu
lingkungan, gerakan dan aktivitas otot (Edey 1983).
Perlakuan
Parameter
T0 T1 T2 T3
Hematokrit (%) 31.75 1.89 28.25 3.86 29.50 3.11 30.50 1.00
Hemoglobin (g/dL) 7.85 1.23 7.08 1.04 7.05 1.34 7.80 0.28
Butir Darah Merah
8.53 0.82 8.60 0.92 8.04 1.47 8.47 1.16
(juta/mm3)
Butir Darah Putih (ribu/ a b a a
mm3) 5.11 0.36 6.51 0.42 5.71 1.03 5.58 0.53
T0 = 100% hijauan (daun ubi atau rumput lapang), T1 = 100% hijauan di chop, T2 = 80% hijauan di
chop + 20% konsentrat, T3 = 80% hijauan di chop + 20% silase daun singkong
Menurut Lawhead dan Baker (2005), jumlah total dan tipe sel darah putih dalam
pemeriksaan hematologi dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa keadaan
atau status infeksi pada hewan.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian daun ubi dengan teknik
pencacahan (chopping) menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap jumlah
butir darah putih (leukosit) domba. Jumlah leukosit domba yang diberi perlakuan
100% daun ubi yang dicacah (6.51 0.42 ribu/mm 3 ) lebih tinggi dibandingkan
domba yang diberi 80% daun ubi dengan subtitusi konsentrat (5.71 1.03 ribu/mm 3),
80% daun ubi dengan subtitusi silase (5.58 0.53 ribu/mm 3) dan perlakuan 100%
daun ubi tanpa pencacahan (5.11 0.36 ribu/mm 3). Peningkatan jumlah leukosit
dapat disebabkan oleh kandungan saponin didalam daun ubi jalar. Aditama (2013)
melaporkan bahwa daun ubi alar (Ipomoeae batatas L.) memiliki kandungan senyawa
flavonoid dan saponin. Peningkatan ini dimungkinkan akibat aktivitas saponin pada
daun ubi jalar yang dapat bertindak sebagai imunostimodulator yaitu imunostimulator
yang dapat meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun sehingga dapat
meningkatkan sistem kekebalan (Cheeke 2000; Baratwidjaja 2006).
Peningkatan saponin sebagai imunostimulator juga dipengaruhi oleh
pencacahan atau pengurangan ukuran partikel pada daun ubi. Pengurangan partikel
dapat memperbaiki laju alir pakan dalam rumen menjadi lebih baik. Tillman (1973)
menyatakan bahwa pengurangan ukuran partikel dapat mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menghancurkan pakan menjadi ukuran yang lebih kecil untuk
melewati rumen menuju alat pencernaan berikutnya dan menambah luas permukaan
sehingga penyerapan lebih baik. Peningkatan leukosit tertinggi terlihat pada
perlakuan T1 dengan pemberian 100% daun ubi yang dicacah ((6.51 0.42 ribu/mm 3
) diikuti perlakuan 80% daun ubi yang dicacah yaitu pada T2 (5.71 1.03 ribu/mm 3)
dan T3 (5.58 0.53 ribu/mm 3). Semakin banyak jumlah pemberian daun ubi yang
dicacah maka semakin tinggi peningkatan jumlah leukosit akibat pengaruh dari
saponin sebagai imunostimulator.
Berdasarkan tabel 7 jumlah rata-rata leukosit domba penelitian berkisar 5.11-
6.51 ribu/mm3 dan masih berada dalam kisaran normal. Kelly (1984) menyatakan
jumlah leukosit pada domba normal berkisar 4-12 ribu/mm3 . Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa domba pada penelitian dalam keadaan sehat. Sel-sel darah
putih di dalam aliran darah bersifat non fungsional dan hanya diangkat kejaringan
ketika dibutuhkan saja. Keadaan normal pada leukosit dapat diartikan tidak terjadinya
gangguan non spesifik terhadap tubuh domba (Musmulyadi 2011).
Simpulan
17
Pemberian pakan berbeda berupa daun ubi jalar yang di chopp dengan
subtitusi konsentrat dan subtitusi silase daun singkong tidak mempengaruhi respon
fisiologis domba. Kandungan saponin didalam daun ubi dapat berfungsi sebagai
immunostimulator dan meningkatkan leukosit, akan tetapi dimungkinkan dapat
menurunkan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Pemberian daun
ubi jalar yang di chopp dengan subtitusi silase daun singkong menunjukan respon
fisiologis dan gambaran darah yang tidak jauh berbeda dengan subtitusi konsentrat.
Subtitusi silase daun singkong dapat dijadikan alternatif pengganti konsentrat yang
dapat diterapkan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adisuwirdjo, D. 2001. Buku Ajar Dasar Fisiologi Ternak. Purwokerto (ID): Fakultas
Peternakan, Unsoed.
Aditama T. 2013. Formulasi dan studi sfektifitas krim ekstrak etanol daun ubi jalar
(Ipomoeae batatas L.) untuk pengobatan luka bakar pada mencit putih
(Musmusculus albinus) [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Ali AIM. 1999. Respon fisiologis kambing jantan Peranakan Etawah pada tingkat
konsumsi energi dan protein yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk
sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Baratawidjaja KG. 2006. Sel-sel Sistem Imun. Imunologi Dasar. Ed.3. Hal: 35-58.
Jakarta: Gaya Baru.
Batubara LP. 2014. Pola pengembangan usaha ternak kambing melalui pendekatan
integrasi dengan sistem usaha perkebunan karet dan kelapa sawit. Lokakarya
Nasional Kambing Potong.
[BP3K] Badan Penyuluh Pertanian Perikanan Kehutanan. 2013. Programa
Penyuluhan Pertanian Wilayah Dramga Tahun 2013. Di dalam Laporan
Penyuluh Pertanian. Bogor (ID): BP3K.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2014. http://www.bps.go.id/.
[20 Juli 2014].
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2011. Luas Panen, Produktivitas,
Produksi Ubi Jalar di Jawa Barat. Berita Resmi Statistik [Internet]. [diunduh
pada 13 Januari 2015]. Tersedia pada: http://data%20statistik%20ubi
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
18
%20jalar/luas-panenproduktivitas-dan-produksi-ubi-jalar-di-jawa-barat-
1.htm. Jawa Barat (ID): Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
Cheeke. 2000. Saponin : Suprising benefits of desert plants. http:www.lpi.oregonstate.
edu/sp-spdp/saponin.htm. (6 Mei 2009)
Colville T, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary
Technician. Missouri: Elsevier.
Edey TN. 1983. The Genetic pool of sheep and goats. Dalam : Goat and Sheep
Production in The Tropics. ELBS. Longman Group Ltd, Essex.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr.
Ganong WF. 2002. Pubertas. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta (ID):
EGC, 403-404.
Guyton AC, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Terjemahan:
Irawati. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Hong TTT. 2003. Evaluation of sweet potato leaves as a protein source for growing
pigs in central vietnam [tesis]. SLU,Uppsala, Sweden: Departmen of Animal
Nutrition and Management.
Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta (ID) : Kanisius.
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. London (UK): Bailliere Tindall.
Kushartono B, Nani I, dan Gunawan. 2003. Pengaruh Umur dan Panjang Cacahan
Rumput Raja (Pennisetum Purpurephoides) Terhadap Efisiensi Bagian yang
Termakan Domba Dewasa. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor (ID). P : 42-49.
Marai IFM, El-Darawany AA, Fadiel A, Abdel-Hafez MAM. 2007. Physiological
traits as affected by heat stress in sheep. Small Ruminant Research 71:1-12.
Musmulyadi. 2011. Profil darah dan konsentrasi serum protein pada domba yang
diberi daun Moringa oleifera lamnk, Gliricidia sepium dan Artocarpus
heterophhyllus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Noveanto I. 2013. Kecernaan nutrien, retensi nitrogen, dan sintesis protein mikroba
pada domba yang mendapat substitusi konsentrat dengan silase daun singkong
(Manihot esculenta sp.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Parakkasi A. 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID) :
Universitas Indonesia Press.
Price, A. dan Wilson, L. (1995). Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. Penebit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta, hal :1117-1119
Purwanto BP, M Harada dan S Yamamoto. 1994. Effect of environmental temperature
on heat production and its energy cost for thermoregulation on dairy heifers.
Asian-aus. J. Anim. Sci. 7(2):179:182.
Rukmana R. 1997. Ubi Jalar dan Pasca Panen. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Sastradipradja D, Hartini S. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): FKH IPB.
Silanikove N. 2000. Effects of heat stress on the welfare of extensively managed
domestic ruminants. J Livestock Production Sci. 67 (12), 118.
Soeharsono, A Mushawwir, E Hernawan, L Adriani, KA Kamil. 2010. Fisiologi
Ternak: Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada
Hewan. Bandung (ID) : Widya Padjadjaran.
19
Sokerya S, Preston TR. 2003. Effect of grass or cassava foliage on growth and
nematode parasite infestation in goats fed low or high protein diets in
confinement. Livestock Research for Rural Development. 15 (8): 47-54.
Steel, R.G.D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. Terjemahan: Bambang Sumantri, Edisi ke-2 cetakan
ke-3. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Umum.
Sudaryanto B. 1987. Suplementasi Na2S2O3 ke dalam ransum berbahan dasar daun
singkong pada domba [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Suprayogi A, Astuti DA, Satrija F, Supriyanto. 2006. Physiological Status of sheep
reared indoor system under the tropical rain forest climatic zone. Proc.
Seminar ISTAP ke 3. Yogyakarta (ID): Faculty of Animal Science, Gadjah
Mada University.
Supriyanto, 1994. Mesin Pencacah Hijauan Pakan Ternak. Laporan Hasil Rekayasa
dan Rancang Bangun. Balai Besar Pengembangan Alat clan Mesin Pertanian .
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Departemen Pertanian .
Sutardi T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba
rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Proceeding
Seminar dan Penunjang Peternakan. Bogor (ID): Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Sutardi T. 1995. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia melalui Amoniasi Pakan
Serat Bermutu Rendah, Defaunasi dan SuplementasiSumber Protein Tahan
Degradasi dalam Rumen. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 1/4 Perguruan
Tinggi Tahun 1995/1996, Bogor (ID): Fakultas Peternakan, IPB.
Taiwo VO and AO Ogunsanmi. 2003. Haematology, plasma, whole blood and
erythrocyte biochemical values of clinically healthy captive-rared grey duiker
(Sylvicarpa grimmia) and West African dwarf sheep and goats in Ibadan,
Nigeria. Isr. J. Vet. Med 58: 5761.
Tillman AD. 1973. Effect of Farms of Non-protein Nitrogen and Methods of
Processing on Their Nutritional Value. Procceding of symposium Effect of
Proccesing on The Nutritional Value of Foods. NAS. Washington (US): 184-
187
Utomo R & Soejono M. 1987. Pengaruh ukuran partikel pakan terhadap kecernaan.
Tahun XI. No. 1. ISSN 0126-4400. Yogyakarta (ID) : Buletin Peternakan
Fakultas Peternakan UGM.
Widjajakusuma R dan SHS Sikar. 1986. Fisiologi Hewan. Bogor (ID): Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Wuryanto IPR, Darmoatmojo LMYD, Dartosukarno S, Arifin M, Purnomoadi A.
2010. Produktivitas. respon fisiologis dan perubahan komposisi tubuh pada
sapi jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein berbeda. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2005 sept 12-13 Semarang
(ID): Universitas Diponegoro.
Yousef MK. 1985. Stress Physiology in livestock. Ed ke-1. Florida (US): CRC Pr.
Press. Inc. Boca Raton.
Yousef MK. 2000. Stress Physiology in Livestock Volume III. Florida (US): CRC
Press. Inc. Boca Raton.
1)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, D24110034, Semester VIII
2)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. Ir. M.Rur Sc.
3)
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, Dr. S.Pt M.Si
20