Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

DATA PENGAMATAN

1. Persiapan
Pembuatan HCl 0,5 N 250 ml
N1 = 1 N
N2 = 0,5 N
V2 = 250 ml
V1 =.?

1 1 = 2 2
1 1 = 250 0,5
1 = 125
Volume HCl yang dipipet dari HCl 1 N sebanyak 125 ml.

Pembuatan 1000 ml NaOH 35%



%= 100%


35% = 100%
1000
= 350

Pembuatan Garam Kjeldahl Sebanyak 60 gram


Perbandingan mol komposisi
CuSO4 : Na2SO4 = 1 : 9
Massa CuSO4 = 5,9997 gram
Massa Na2SO4 = 54,0634 gram

Pembuatan 1000 ml asam borat 2%



%= 100%


2% = 100%
1000
= 20
Massa asam borat yang ditimbang : 20,0041 gram

Standarisasi HCl dengan Boraks


Volume labu takar = 100 ml
Massa Boraks seharusnya
1000
=

1000
0,1 =
190,5 100
= 1,905
Massa boraks yang ditimbang = 1,9051 gram
1,9051 1000
=
190,5 100
= 0,1000052
Konsentrasi HCl hasil standarisasi
Nboraks = 0,1000052 N
Vboraks = 25 ml
VHCl = 5,6 ml
NHCl =.?

=
0,1000052 25 = 5,6
= 0,45

Persiapan sampel (telur rebus bagian putih)


Sampel 1= 0,5020 gram
Sampel 2= 0,5047 gram
Sampel 3= 0,5031 gram

Persiapan H2SO4
H2SO4 pekat (98%) dimasukkan masing-masing 20 ml ke dalam tabung
destruksi.

2. Titrasi hasil destilasi dengan HCl 0,5 N


Volume HCl (ml)
Blanko 1,6
Sampel 1 2,5
Sampel 2 2
Sampel 3 2

No Berat sampel Berat garam Volume asam Volume HCl


(gram) kjeldahl (gram) sulfat (mL) (mL)
1 0,5020 60 ( 54 gram 20 2,5
Na2SO4 + 6 gram
CuSO4)
2 0,5047 60 ( 54 gram 20 2
Na2SO4 + 6 gram
CuSO4)
3 0,5031 60 ( 54 gram 20 2
Na2SO4 + 6 gram
CuSO4)
Pengamatan Visual
No Proses Gejala/Peristiwa selama proses
1 Destruksi Terjadi perubahan warna menjadi warna
biru.
Sampel yang semula dimasukkan dalam
bentuk gumpalan putih telur menjadi
tidak terlihat setelah mengalami
destruksi.
Terdapat uap berwarna putih yang
dihasilkan pada proses destruksi
berlangsung.
2 Destilasi Warna larutan yang berada di tabung
destilasi berubah setelah ditambahkan
NaOH, yaitu dari warna biru menjadi
hitam.
Mulai muncul cairan warna hijau yang
sedikit demi sedikit menetes ke tempat
penampung destilat (larutan asam
borat).
Larutan asam borat berubah warna
setelah cairan hijau menetes, dari warna
merah muda menjadi warna hijau jernih.
3 Titrasi Terjadi perubahan warna larutan pada
tempat penampung destilat setelah
dititrasi dengan HCl, yaitu dari warna
hijau jernih menjadi merah muda.
PENGOLAHAN DATA
Perhitungan persen (%) nitrogen total dalam sampel

[( ) %]
% =
[]

a) Sampel 1
Va = 2,5 ml
Vo = 1,6 ml
N HCl = 0,45 N
P = 0,5020 x 103 mgram
[( ) %]
% =
[]
[(, , ), %]
% =
[]
% = 1,129 %
Perhitungan kadar protein
% protein = f x % N
% protein = 6,25 x 1,129 %
% protein = 7,05625 %

b) Sampel 2
Va = 2 ml
Vo = 1,6 ml
N HCl = 0,45 N
P = 0,5047 x 103 mgram
[( ) %]
% =
[]
[( , ), %]
% =
[, ]
% = 0,499 %
Perhitungan kadar protein
% protein = f x % N
% protein = 6,25 x 0,499 %
% protein = 3,11875 %

c) Sampel 3
Va = 2 ml
Vo = 1,6 ml
N HCl = 0,45 N
P = 0,5031 x 103 mgram
[( ) %]
% =
[]
[( , ), %]
% =
[, ]
% = 0,500 %

Perhitungan kadar protein


% protein = f x % N
% protein = 6,25 x 0,500 %
% protein = 3,125 %
PEMBAHASAN

Rizqi Amaliyah (161411086)

Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar protein dalam bahan pangan berdasarkan
kadar nitrogen total yang terkandung dalam bahan tersebut dengan menggunakan metode Kjeldahl.
Analisis protein ini dapat menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi,
serta menelaah protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia, fisiologis, reologis
dan enzimatis.
Prinsip kerja dari metode kjeldahl adalah protein dalam suatu sampel didestruksi dengan
menggunakan asam sulfat dan katalis (garam kejeldahl). Selanjutnya, hasil destruksi dinetralkan
dengan menggunakan asam borat dan melalui destilasi. Kolom destilat adalah larutan asam borat,
yang pada saat destilasi gas amoniak dari tabung destruksi akan berpindah ke kolom destilat (asam
borat) dan akan merubah warna kolom destilat menjadi hijau muda akibat adanya reaksi antara gas
amoniak dengan asam borat. Selanjutnya, kolom destilat dititrasi dengan HCL yang sudah
diketahui konsentrasiya untuk menentukan kadar nitrogen yang dikandung dalam sampel.
Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah susu bubuk. Susu bubuk yang
dimasukkan kedalam destruktor adalah sebanyak 0 gram (blanko) , sampel 1 0.5020 gram, sample
2 0.5047 gram, dan sample 3 sebesar 0.5031. Kemudian ke dalam labu, ditambahkan masing-
masing 20 mL H2SO4 , tujuan dari ditambahkannya asam sulfat ini adalah untuk mengubah amonia
menjadi amonium sulfat sehingga amonia dapat berubah menjadi ion nya. Kemudian dimasukkan
garam kjeldahl sebanyak 60 gram (yang terdiri dari 54 gram Na2SO4 dan 6 gram Cu SO4) . Fungsi
dari garam kjeldahl ini adalah sebagai katalis

Destruksi sampel bertujuan untuk mempercepat reaksi dan hidrolisis protein menjadi unsure
C, H, O, N, S dan P. Proses destruksi akan menghasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O) dan
ammonium sulfat (( NH4)2SO4).
Senyawa N + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4

Pada saat proses destruksi lama kelamaan semua larutan sampel menjadi warna hijau.
Sampel yang sudah didestruksi, akan didinginkan yang kemudian akan berwarna hijau bening agak
tosca setelah ditambahkan aquades, lalu dilanjutkan dengan proses destilasi. Destilasi merupakan
suatu proses memisahkan cairan maupun larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih.
Tujuan dari proses destilasi adalah memisahkan zat yang akan dianalisa dengan cara memecah
ammonium sulfat menjadi ammonia (NH3). Pemecahan tersebut melibatkan peran NaOH 35% yang
ditambahkan kedalam kolom belakang alat destilasi kjeldahl sebanyak 1000 ml. Penambahan NaOH
bertujuan untuk mempercepat pelepasan ammonia dengan cara menciptakan suasana basa ( reaksi
tidak dapat berlangsung dalam kondisi asam ).

(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + Na2SO4 + 2H2O

NH3 dihasilkan dalam destilat berupa gas. Gas NH3 tersebut ditangkap oleh asam borat.
Asam borat yang ditambahkan kedalam destilat sebanyak 100 ml sudah ditambahkan 3 tetes mixed
indicator sehingga asam borat berwarna merah muda. Sesudah proses destilasi apabila sampel
mengandung gas amoniak (NH3) akan bereaksi dengan asam borat di kolom destilat dan
menimbulkan warna hijau muda bening, sedangkan larutan blanko (tidak mengandung gas
amoniak) kolom destilasi (asam borat) menjadi tidak berwarna (bening). Reaksinya adalah sebagai
berikut :

2NH3 + H3BO3 (NH4)2BO3 +H2

Kolom destilat selanjutnya diuji dengan melakukan titrasi volumetric dengan HCL yang
sudah distandardisasi. Berdasarkan standardisasi konsentrasi HCL yang didapat adalah 0.45 N. Titik
ekivalen titrasi adalah ketika larutan dalam kolom destilat berubah warna dari hijau muda bening
menjadi merah muda kembali. Setelah melakukan titrasi, dapat diketahui kadar proteinnya yang
tertuang dalam bentuk persen kadar nitrogen. Berikut adalah rumus menentukan kadar nitrogen :

[() 14 100%]
% Nitrogen =
[]

Selanjutnya, dari persen kadar nitrogen dapat diketahui kadar proteinnya dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

% Protein = % Kadar Nitrogen x Fk

Larutan hasil destilat selanjutnya di titrasi dengan menggunakan HCl yang sudah di
standarisasi. Berdasarkan hasil titrasi yang kami lakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
HCl (ml)
Blanko 1,6
Sampel 1 2,5
Sampel 2 2
Sampel 3 2
Setelah diketahui volume HCl yang di perlukan untuk titrasi, dapat di lakukan penentuan persen
kadar nitrogen dalam sampel sehingga secara otomatis nanti dapat diketahui pula persen kadar
protein.

HCl (mL) % kadar Nitrogen % kadar protein

Sampel 1 2,5 1,129 % 7,05625 %


Sampel 2 2 0,499 % 3,11875 %
Sampel 3 2 0,500 % 3,125 %

Kadar protein pada putih telur menurut literature adalah 12,71 %. Sedangkan menurut hasil
praktikum , kadar protein pada sampel 1 adalah 7,05625%, sample2 3,11875 %, dan sample 3
sebesar 3,125%. rata-rata kadar protein sampel adalah 4,4333%. Apabila dibandingkan dengan
literatur, didapatkan bahwa hasil praktikum berbeda jauh nilainya dibandingkan dengan literature.
Kemungkinan perbedaan tersebut disebabkan oleh kelemahan metode Kjeldahl yang memiliki
ketelitian rendah.
Sani Kartika (161411087)
Pada praktikum kali ini akan dilakukan penentuan kadar protein dalam bahan
pangan dengan menggunakan metode Kjeldahl. Bahan pangan yang digunakan yaitu berupa
putih telur matang. Prinsip dari penentuan kadar protein ini adalah menentukan jumlah
Nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan dengan cara mendegradasi protein pada
putih telur dengan menggunakan asam sulfat pekat untuk menghasilkan nitrogen sebagai
amonia, kemudian menghitung jumlah nitrogen yang terlepas sebagai amonia lalu
mengkonversikan ke dalam kadar protein dengan mengalikannya dengan konstanta tertentu.
Pada praktikum dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

A. Tahap Persiapan
a. Pembuatan blanko
Blanko yang digunakan yaitu 20 ml H2SO4 98% yang kemudian ditambahakan
katalis berupa garam Kjedahl (CuSO4 : Na2SO4 = 1: 9)
b. Pembuatan sampel
Sampel yang dibuat terdiri atas 3 sampel, yang masing-masing sampel terdiri atas ;
Sampel 1 = 20 ml H2SO4 98% + (CuSO4 : Na2SO4 = 1: 9) + 0,5020 gram putih telur
Sampel 2 = 20 ml H2SO4 98% + (CuSO4 : Na2SO4 = 1: 9) + 0,5047 gram putih telur
Sampel 3 = 20 ml H2SO4 98% + (CuSO4 : Na2SO4 = 1: 9) + 0,5031 gram putih telur
Pada tiap-tiap tabung, dilengkapi juga dengan 3 buah batu didih yang berfungsi
sebagai perata panas, sehingga panas yang terdistribusi lebih merata.
B. Tahap Percobaan
a. Tahap Destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi
menjadi CO, CO 2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi
(NH4)2SO4. Kemudian diberikan tambahan garam Kjedahl (CuSO4 : Na2SO4 = 1:
9) yang berfungsi sebagai katalisator yang dapat meningkatkan titik didih H2SO4
dan mengefektifkan reaksi antara asam sulfat dengan sampel sehingga proses
destruksi berjalan efektif. Hal tersebut disebabkan oleh lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh asam sulfat untuk menguap (semakin tinggi titik didih, maka waktu
yang dibutuhkan asam sulfat untuk menguap akan semakin lama).
Proses destruksi ini dilakukan selama 30 menit dan proses ini dikatakan
selesai ketika warna larutan telah menjadi bening (hijau bening). Destruksi sampel
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan hidrolisis protein menjadi unsur C, H, O,
N, S dan P. Reaksi yang terjadi pada tahap ini yaitu:

Cu2SO4 + 2H2SO4 2CuSO4 + 2 H2O + SO2


protein / (CHON) + On + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4

Setelah proses destruksi selesai dilakukan, kemudian larutan didiamkan agar


menjadi dingin. Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 15 ml aquades
untuk melarutkan hasil destruksi pada blanko dan sampel. Untuk membilas
dinding labu digunakan pula 10 ml aquades agar tidak ada protein yang tersisa
dalam labu. Setelah proses tersebut dilakukan kemudian dilakukan tahap destilasi.

b. Tahap Destilasi
Destilasi merupakan suatu proses memisahkan cairan maupun larutan yang
berdasarkan pada perbedaan titik didih. Tujuan dari proses destilasi pada praktikum
ini adalah untuk memisahkan zat yang akan dianalisa dengan cara memecah
ammonium sulfat menjadi ammonia (NH3). Pemecahan tersebut melibatkan peran
NaOH 35% yang ditambahkan kedalam sampel sebanyak 100 ml. Penambahan
NaOH bertujuan untuk mempercepat pelepasan ammonia dengan cara menciptakan
suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam kondisi asam.

(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + Na2SO4 + 2H2O

NH3 dihasilkan dalam destilat berupa gas. Gas NH3 tersebut ditangkap oleh
asam borat, sehingga warna asam borat yang semula berwarna merah muda, kini
warnanya menjadi hijau bening seperti semula. Hal tersebut menandakan bahwa
proses destilasi ini telah selesai dilakukan. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai
berikut :

4NH3 + 2H3BO3 2(NH4)2BO3 + H2

Setelah proses destilasi selesai dilakukan, kemudian dilakukan tahap terakhir


yaitu tahap titrasi.

c. Tahap titrasi

Larutan yang telah melalui proses destilasi kemudian di titrasi dengan


menggunakan HCl 0,45 N. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan
yang semula berwarna hijau bening, kemudian berubah kembali menjadi merah
muda.

Berikut adalah hasil perhitungan kadar protein yang diperoleh dari hasil praktikum:

W sampel Volume Kadar N Kadar protein


putih telur titran (HCl) (%) (%)

Blanko - 1,6 ml
Sampel 1 0,5020 g 2,5 ml 1,129 7,05625
Sampel 2 0,5047 g 2 ml 0,499 3,11875
Sampel 3 0,5031 g 2 ml 0,500 3,125

Tak dapat dipungkiri, bahwa kandungan protein terbesar pada telur berada pada
putih telurnya.
Dalam sebuah literature, dinyatakan jumlah kalori dalam putih terlur adalah
sebanyak 17 kal, yang terdiri atas 3% lemak, 6% karbohidrat dan 91% protein
(dalam 3,6 gram putih telur). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
0,5 gram putih telur, kandungan proteinnya harus sebesar 12,71%. Sedangkan
menurut hasil praktikum, kadar protein yang diperoleh yaitu 7,05625% , 3,11875
dan 3,125%.
Perbedaan nilai tersebut dikarenakan beberapa hal, diantaranya :
a. Sumber pada literature :
Jumlah kandungan protein dalam beberapa literature memiliki pendapat yang
beragam, hal tersebut dikarenakan ukuran telur yang diukur tiap-tiap literatur
tidak sama (ada yang besar dan kecil).
b. Kesalahan pada saat pratikum
1. Pada saat titrasi dengan HCl, volume titrasi tidak tepat. Hal tersebut dapat
dilihat dari warna sampel yang seharusnya pink muda, malah pink tua.
2. Ketidaktepatan dalam proses pemipetan larutan, dana lain-lain

Saraswati Ayu Kamadheni (161411088)


Praktikum kali ini memiliki tujuan : menjelaskan prinsip penentuan kadar nitrogen
atau protein dalam cuplikan dengan menggunakan metode mikro kjedahl secara benar dan
jelas, menjelaskan tahapan proses penentuan kadar nitrogen dalam cuplukan dengan
metode mikro kjedahl sesuai penjelasan pembimbing; mengoperasikan proses destruksi,
destilasi mikro, kjedahl, dan dosimal sesuai prosedur; melakukan percobaan penentuan
nitrogen atau protein dengan menggunakan metode kjedahl di laboratorium sesuai dengan
prosedur; serta mengitung kadar nitrogen total atau protein dalam cuplikan berdasarkan
hasil percobaan.
Prinsip kerja dari metode destilasi Kjeldahl adalah komponen organic dalam sampel
didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan
dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan
asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan
HCl.
Pada praktikum, langkah yang pertama dilakukan adalah menyiapkan peralatan serta
bahan-bahan yang dibutuhkan dalam praktukum. Pertama membuat larutan HCl 0,5N
sebanyak 250 ml dengan mengencerkan HCl 1N. menyiapkan boraks 1,905 gram untuk
membuat larutan boraks 0,1N untuk standarirasi larutan HCl 0,5N yang sudah dibuat.
Menimbang sampel yaitu putih telur yang sudah direbus masing-masing 0,5020 gram;
0,5047 gram; dan 0,5031 gram. Menimbang 350 gram NaOH untuk membuat larutan
NaOH 35% sebanyak 1L. Menyiapkan garam kjedahl sebanyak 60 gram dengan komposisi
massa CuSO4 = 5,9997 gram dan massa Na2SO4 = 54,0634 gram. Menyiapkan larutan asam
borat yang digunakan untuk menampung destilat yang sebelumnya sudah ditetesi oleh
mixed indicator. Menyiapkan H2SO4 pekat sebanyak 20 ml ke dalam tiap tabung destruksi.
Selanjutnya adalah proses destruksi. Tujuan dari proses destruksi adalah untuk
mendestruksi sampel menjadi unsur-unsurnya. Dalam tiap tabung destriksi sudah berisi 20
ml H2SO4 pekat, dan garam kjedahl. Dari 4 tabung destruksi digunakan satu tabung tanpa
ditambah sampel sebagai blanko, tuga tabung yang lain ditambahkan sampel. Proses
destruksi dilakukan hingga keluar warna hijau dari larutan di dalam tabung. Kondisi proses
destruksi menggunakan suhu 300oC, selama kurang lebih 30 menit. Setelah proses destruksi
selesai, alat memanas dimatikan dan ke dalam tabung ditambahkan aquades sebanyak 15
ml, penambahan dilakukan secara perlahan dengan mengalirkan aquades ke dinding tabung.
Setelah dingin, gojog larutan dan pindahkan ke tabung lain untuk proses destilasi kemudian
ditambahkan aquades sebanyak 10 ml ke dalam tiap tabung.
Proses destilasi dilakukan dengan mengalirkan NaOH ke larutan hasil destruksi. Hal
ini bertujuan untuk memecah ammonium sulfat menjadi ammonia (NH3). Uap ammonia
kemudian akan memngalir ke Erlenmeyer yang sudah berusis asam borat yang sudah
ditetesi mixed indicator. Pada akhir destilasi, warna lauran dalam erlenmeyer akan berubah
dari semula yang berwarna keunguan, menjadi hijau muda.
Larutan hasil destrilasi kemudian di titrasi dengan menggunakan HCl. Titrasi
dilakukan hingga terjadi perubahan warna pada larutan daam erlenmeyer. Dari hasil
praktikum diperoleh data banyaknya HCl 0,5N yang digunakan dalam titrasi :
HCl (ml)
Blanko 1,6
Sampel 1 2,5
Sampel 2 2
Sampel 3 2
Penentuana kadar nitrogen total yang terkandung dalam sampel putih telur dapat
dihitung dengan menggunakan formula
[() 14 100%]
% Nitrogen =
[]

Selanjutnya, setelah kadar nitrogen total sudah diketahui, maka dapat dikethui pula
kandungan proteinnya dengan menggunakan faktor konversi dalam perhitungan dengan
formula

% Protein = % Kadar Nitrogen Total x Fk

Setelah dilakukan pengolahan data percobaan dapat diperoleh data kandungan nitrogen
total dan kadar protein dalam sampel putih telur seperti dalam tabel :

Sampel %Nitrogen Total %Protein


1 1,129 % 7,05625 %
2 0,499 % 3,11875 %
3 0,500 % 3,125 %
Berdasarkan literatur kadar protein putih telur adalah 25%, namun terdapat
perbedaan dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidak tahun fa.

Shania Aqmarina (161411089)

Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran kadar protein melalui pengkuran kadar
nitrogen dalam sampel, yaitu putih telur yang sudah direbus dengan cara kjedahl. Massa
sampel yang akan diukur sebanyak 0,5 gram untuk setiap tabung. Pada praktikum kjedahl
terdapat tiga tabung sampel dan satu tabung blanko sehingga massa sampel yang
dibutuhkan sebanyak 1,5 gram untuk tiga tabung.

Tahap pertama yang dilakukan adalah destruksi. Pada tahap ini 20 ml asam sulfat
dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang berfungsi sebagai destrukor yang
menghancurkan senyawa organik menjadi senyawa anorganik, kemudian dimasukkan
garam kjedahl, yaitu campuran tembaga sulfat dan natrium sulfat dengan perbandingan 1 :
9 sehingga dapat ditimbang 6 gram tembaga sulfat dan 54 gram natrium sulfat. Jumlah
garam kjedahl tersebut dapat digunakan untuk delapan tabung destruksi sehingga garam
yang dimasukkan ke dalam setiap tabung cukup sebanyak 7,5 gram. Proses destruksi
dilakukan selama 30 menit dan dilakukan di dalam lemari asam karena proses ini
menghasilkan gas. Setelah proses destruksi selesai, larutan yang berada di dalam tabung
berubah warna menjadi hijau jernih. Setelah tabung tidak terlalu panas, ditambahkan
aquades ke setiap sampel. Penambahan aquades dilakukan secara perlahan karena reaksi ini
merupakan reaksi eksoterm sehingga penambahannya dilakukan sedikt demi sedikit.
Sebanyak 10 ml aquadest dimasukkan ke dalam tabung destruksi kemudian dipindahkan ke
dalam tabung destilasi. Setelah itu ditambahkan 90 ml aquades secara perlahan.

Tahap selanjutnya adalah detilasi, yaitu proses pemisahan senyawa berdasarkan titik
didih. Pada proses ini dibuat larutan NaOH 35% dengan volume larutan 1000 ml. Selain itu
dibuat asam borat 2% untuk dimasukkan kedalam erlenmayer. Selanjutnya tabung destilasi
yang berisi sampel dan blanko dimasukkan ke dalam alat destilasi satu per satu. Pada
percobaan ini alat destilasi yang digunakan adalah destilasi modern sehingga diperlukan
pengaturan seperti pengaturan zat yang akan diukur, pengaturan waktu dan sebagainya.
Selain itu, pada alat destilasi modern NaoH dan steam akan dialirkan secara otomatis
sehingga tidak perlu membuka katup untuk mengalirkan NaOH ataupun steam. Selanjutnya
tabung destilasi diletakkan di sebelah kiri dan erlenmayer yang berisi asam borat yang telah
diberi indikator diletakkan di sebelah kanan. Tabung pertama yang dimasukkan ke dalam
alat adalah tabung yang berisi blanko. Proses destilasi dimulai saat larutan NaOH masuk
kedalam tabung destilasi dan mengubah warna larutan dalam tabung menjadi hitam. Setelah
beberapa saat terdapat cairan berwarna hijau yang sedikit demi sedikit menetes dan masuk
kedalam penampungan destilat yaitu erlenmayer berisi asam borat. Cairan yang berwarna
hijau tersebut adalah nitrogen yang telah mengalami proses pemisahan dari larutan yang
berada di dalam tabung destilasi. Pada percobaan pertama, larutan yang diukur adalah
tabung berisi blanko, yaitu tabung yang tidak terdapat sampel didalamnya, tetapi pada hasil
destilasi terdapat cairan hijau yang menetes ke dalam tempat penampungan destilat.

Proses destilasi ini dilakukan pula kepada tiga tabung lainnya yang berisi sampel.
Pada ketiga tabung pun terdapat cairan hijau sebagai destilat dan menetes ke dalam
erlenmayer yang berisi larutan asam borat. Asam borat yang semula berwarna pink
berubah menjadi warna kehijauan karena terdapat nitrogen dari proses destilasi.

Setelah semua tabung didesilasi, erlenmayer yang sebelumnya digunakan sebagai


tempat menampung destilat kemudian dititrasi oleh HCl yang telah dibakukan oleh boraks
sehingga didapat konsentrasi HCl sebesar 0,45 N. Volume HCl yang diperlukan untuk
menitrasi hasil destilat dari blanko adalah 1,6 ml. Volume HCl yang diperlukan untuk
menitrasi sampel pertama sebesar 2,5 ml, sampel kedua memerlukan 2 ml HCl, dan sampel
ketiga memerlukan 2 ml HCl.

Dari percobaan diatas dapat ditentukan kadar protein sampel dangan mengukur kadar
nitrogen yang terdapat dalam sampel. Berdasarkan data yang didapat dari percobaan, kadar
protein putih telur sebesar pada sampel 1 adalah 7,05625%, sample2 3,11875 %, dan sample 3
sebesar 3,125%. rata-rata kadar protein sampel adalah 4,4333%.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum analisa protein menggunakan metode Kjedahl, praktikan telah:

Dapat menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam


cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.
Dapat menjelaskan tahapan proses penentuan kadar nitrogen dalam cuplikan
dalam cuplikan dengan metode mikro kjeldahl sesuai penjelasan
pembimbing.
Dapat mengoperasikan proses destruksi, destilasi mikro kjeldahl, dan
dosimat sesuai prosedur
Dapat melakukan percobaan penentukan nitrogen atau protein dengan
metode kjeldahl di laboratorium sesuai prosedur.
Dapat menghitung kadar nitrogen total atau protein dalam cuplikan
berdasarkan hasil percobaan dengan perolehan hasil %protein rata-rata pada
sample putih telur sebesar 4,33%.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmaji , S. dan Haryono, B. (1981), Proses Analisa untuk bahan Makanan dari
Pertanian, Yogyakarta, Fakultas Teknologi pertanian Universitas Gadjah Mada. Manual
instruction
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/penentuan-kadar-protein-
metode-kjeldahl-dan-lowry/

You might also like