Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

PENGARUH SEKTOR PERBANKAN SYARIAH DAN PASAR MODAL

SYARIAH TERHADAP FINANCIAL DEEPENING DI INDONESIA

Ami Latifah

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan


Arief Fitrijanto
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT:

This study aimed to analyze the factors that affect financial deepening in Indonesia. The variables
used in this study is a Third Party Fund (DPK), Islamic Financing, Corporate Bonds, Sukuk to
Financial Deepening in Indonesia. Analyses were performed using monthly time series data
published by Bank Indonesia in the study period from January 2011 to December 2015.
The analytical method used in this research is Ordinary Least Square (OLS). The resulting
regression model showed that the variables Third Party Fund (DPK), Islamic Financing, Sukuk,
Sukuk Corporation together have an influence on Financial Deepening in Indonesia. Partial, this
research supports the Third Party Funds (TPF) positive and significant impact on the Financial
Deepening, whereas in Islamic Financing does not affect the Financial Deepening. In addition the
results of this study showed Corporate Sukuk and significant negative effect on the Financial
Deepening, and for Sukuk which means partially positive and significant impact on the Financial
Deepening in Indonesia.

Keyword: Financial Deepening, DPK, Islamic Financing, Corporate Bonds, Sukuk.

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi financial deepening
di Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga
(DPK), Pembiayaan Syariah, Sukuk Korporasi, Sukuk Negara terhadap Financial Deepening di
Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtun waktu bulanan yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia dalam penelitian periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2015.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS).
Model regresi yang dihasilkan menunjukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 107


Syariah, Sukuk Negara, Sukuk Korporasi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
Financial Deepening di Indonesia. Secara partial, penelitian ini menunjukan Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Deepening, sedangkan pada
Pembiayaan Syariah tidak berpengaruh terhadap Financial Deepening. Selain itu hasil penelitian ini
menunjukan Sukuk Korporasi berpengaruh negative dan signifikan terhadap Financial Deepening,
dan untuk Sukuk Negara yang berarti secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Financial Deepening di Indonesia.

Kata Kunci : Financial Deepening, DPK, Pembiayaan Syariah, Sukuk Korporasi, Sukuk Negara.

I. PENDAHULUAN intermediasi. Keseluruhan kegiatan


1. Latar Belakang intermediasi dan investasi tersebut
Pertumbuhan ekonomi suatu negara menumbuhkan berbagai kegiatan ekonomi
akan sangat ditentukan oleh perkembangan yang menciptakan lapangan kerja, nilai
dalam sektor keuangannya. Hal ini karena tambah ekonomi, serta meningkatkan
pembangunan dalam sektor keuangan pendapatan masyarakat dan nilai aset
melibatkan rencana dan implementasi dari lembaga-lembaga keuangan yang
kebijakan untuk mengintensifkan tingkat berpartisipasi dalam industri keuangan.
moneterisasi perekonomian melalui Peranan dan kegiatan dari jasa-jasa keuangan
peningkatan akses terhadap institusi terhadap ekonomi sering disebut sebagai
keuangan, transparansi, dan efesiensi, serta Financial Deepening (kedalaman sector
mendorong rate of return yang rasional keuangan suatu negara). Financial Deepening
(Pradeep Agrawal, 2001:83). merupakan sebuah terminologi yang
Sektor jasa keuangan memainkan peranan digunakan untuk menunjukan terjadinya
yang signifikan dalam menggerakan roda kenaikan peranan dan kegiatan dari jasa-jasa
perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat keuangan terhadap ekonomi (Ika
ditinjau dari perannya sebagai sumber Akbarwati:2011). Indikator financial
pembiayaan, sarana bagi masyarakat dalam deepening yaitu rasio Jumlah uang beredar
melakukan investasi pada berbagai instrument (M2) terhadap PDB, sebagai proksi
keuangan, dan penyelenggara industri jasa perkembangan atau kedalaman sektor
keuangan yang menyelenggarakan fungsi keuangan suatu negara.

108 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


Indonesia sebagai negara berkembang baik tetap dibutuhkan untuk mendorong
memiliki karakter yang tidak berbeda jauh inovasi dalam bidang keuangan.
dengan negara berkembang lainnya. Tujuan Gregorio (1999) dan Alejandro (1985)
utama dari pembangunan ekonominya adalah mengemukakan bahwa financial deepening
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang suatu negara akan meningkatkan
tinggi. financial deepening secara tidak pertumbuhan ekonomi karena dapat
langsung akan meningkatkan akses individu mengalokasikan dana secara efektif ke sektor-
dan rumah tangga terhadap kebutuhan utama sektor yang potensial, meminimalkan resiko
seperti kebutuhan primer, kesehatan, dan dengan diversifikasi produk keuangan,
pendidikan. financial deepening akan meningkatkan jumlah faktor produksi atau
berlanjut kepada turunnya angka kemiskinan. meningkatkan efesiensi dari penggunaan
Terlebih lagi lembaga-lembaga keuangan faktor produksi tersebut, dan meningkatkan
yang lebih kuat dan resiko yang semakin tingkat investasi atau marginal produktifitas
terdiversifikasi akan dapat memperkuat akumulasi modal dengan penggunaan yang
ketahanan ekonomi sautu negara terhadap semakin efisien dari masyarakat yang
gejolak ekonomi. Namun demikian, memiliki dana lebih ke masyarakat yang
fleksibilitas, fungsi pengaturan yang lebih memiliki peluang-peluang investasi produktif
kuat dan tata kelola perusahaan yang lebih (Mishkin, 2008).

Tabel 1
Perkembangan DPK, Pembiayaan, Sukuk Korporasi, Sukuk Negara, Financial Deepening
Periode 2011-2015
Financial Sukuk Sukuk
Periode Deepening DPK Pembiayaan Korporasi Negara
2011 1362281375 115415 102655 7915 62771
2012 1475788647 147512 147505 9790 98818
2013 170367094 183534 184122 11994 118707
2014 2181068453 217858 199330 12956 143901
2015 1616095002 215339 203895 14483 195501
Sumber : Bank Indonesia (diolah)

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 109


Pada tabel 1. menggambarkan peningkatan kebutuhanlainnya. (2) Dapat juga dengan
financial deepening dari tahun ke tahun. meningkatkan akses masyarakat terhadap
Kondisi tersebut diharapkan akan sekor perbankan itu sendiri, yakni dengan
memberikan potensi pertumbuhan ekonomi di melakukan ekspansi layanan kepada
Indonesia dengan kondisi sistem keuangan masyarakat luas seperti penambahan unit
yang ada, khususnya disektor perbankan dan bank sehingga fungsi dari sektor perbankan
sektor keuangan non bank (pasar modal) yang itu sendiri dapat dirasakan oleh seluruh
dapat menjalankan fungsinya seoptimal masyarakat.
mungkin. Sedangkan pasar modal menjalankan
Pada sisi lain, perkembangan sektor keuangan fungsinya sebagai financial intermediaries
syariah di Indonesia juga menunjukkan ketika pasar modal tersebut dapat
perkembangan yang menggembirakan. mempertemukan pihak-pihak yang
Kondisi ini dapat dilihat pada pertumbuhan membutuhkan dana dengan pihak-pihak yang
nilai rata-rata jumlah dana pihak ketiga dan ingin mengoptimalkan dananya. Misalnya
pembiayaan pada sector keuangan syariah perusahaan yang ingin melakukan ekspansi
dari tahun ke tahun. Pada periode bulan bisnis atau pemerintah butuh dana untuk
Januari 2011 sampai dengan bulan Desember proyek pembangunan, dimana kedua pelaku
2015 menunjukkan tren perkembangan yang tersebut dapat mengatasinya salah satunya
menaik (tabel 1), dengan nilai rata rata dengan cara menerbitkan sukuk. Dan ketika
sebesar 115.415 (milyar Rupiah) untuk DPK pasar modal dapat secara efektif
dan 102.655 (milyar Rupiah) untuk rata-rata mempertemukan pihak yang ingin
nilai pembiayaan. mengoptimalkan excess fund dengan pihak-
Data di atas paling tidak menjadi indicator pihak yang membutuhkan dana maka fungsi
dengan adanya reformasi sektor keuangan pasar modal sebagai financial intermediaries
terjadi peningkatan kinerja di sektor keuangan terbentuk.
sehingga menyebabkan financial deepening. Dari uraian diatas maka yang paling penting
Perbankan menjalankan fungsinya sebagai adalah bagaimana kedua sektor keuangan
financial intermediaries dapat dengan: (1) tersebut dapat menjalankan fungsinya secara
Lebih fokus untuk mengalokasikan dana yang optimal sehingga akan terus menciptakan
telah dihimpun (DPK) dengan memberikan sisten keuangan yang semakin dalam dari
pembiayaan baik untuk investasi atau waktu ke waktu. Financial deepening baik

110 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


pada sektor perbankan dan pasar modal dapat semakin kecil rasio antar jumlah uang beredar
dimanfaatkan untuk pertumbuhan sektor rill dengan PDB menunjukan semakin dangkal
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan sektor keuangan suatu negara (Lynch,
pertumbuhan ekonomi. 1996:3). Nasution (1990) dalam kaitannya
Paper ini akan membahas beberapa masalah dengan pendalaman keuangan mengatakan
yang berkaitan dengan bagaimana DPK, bahwa ukuran pendalaman keuangan suatu
pertumbuhan pembiayaan syariah, sukuk negara ditunjukan oleh rasio antara jumlah
korporasi serta sukuk negara mempengaruhi kekayaan yang dinyatakan dengan uang
financial deepening di Indonesia. (financial asset) dengan pendapatan nasional.
Keberadaan sektor keuangan dapat dilihat dari
2. Tinjauan Literatur berbagai indikator dalam perkembangannya.
Pendalaman sektor keuangan (financial Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan
deepening) merupakan sebuah terminologi mengenai indikator untuk mengetahui
yang digunakan untuk menunjukan terjadinya perkembangan sektor keuangan di suatu
peningkatan peranan dan kegiatan dari jasa- negara. Diantaranya pendapat yang
jasa keuangan terhadap ekonomi. Maksud dari dikemukakan oleh Lynch (1996:3-33) yang
terminologi ini juga mengarah kepada makin menyatakan terdapat lima indikator untuk
beragamnya pilihan-pilihan jasa keuangan mengetahui perkembangan sektor keuangan
yang dapat diakses oleh masyarakat dengan suatu negara, yakni :
cakupan yang semakin luas. Dengan a. Ukuran kuantitatif (Quantity Measures)
pendalaman sektor keuangan diharapkan Indikator kuantitatif bersifat moneter dan
dapat berfungsi untuk menurunkan resiko dan kredit, seperti rasio uang dalam arti
kerentanan dari salah satu sub sektor sempit terhadap PDB, rasio uang dala arti
keuangan. luas terhadap PDB dan rasio kredit sektor
Financial Deepening menurut Shaw (1973) swasta terhadap PDB. Indikator
merupakan akumulasi dari aktiva-aktiva kuantitatif ini untuk mengukur
keuangan yang lebih cepat dari pada pembangunan dan kedalaman sektor
akumulasi kekayaan yang bukan keuangan keuangan.
(Kitchen, 1988:14). Pendalaman keuangan b. Ukuran struktural (Structural Measures)
ditunjukan oleh semakin besarnya rasio antara Indikator stuktural menganalisa struktur
jumlah beredar dengan PDB. Sebaliknya sistem keuangan dan menentukan

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 111


pentingnya elemen-elemen yang berbeda- mengambang fluktuasi nilai tukar mata
beda pada sistem keuangan. uang dapat berdampak pada
c. Harga Sektor Keuangan (Financial perekonomian. Suatu apresiasi mata uang
Price) domestik terhadap mata uang asing dapat
Indikator ini dilihat dari tingkat bungaan menyebabkan semakin meningkankan
kredit dan pinjaman sektor riil. permintaan masyarakat akan barang dan
d. Skala Produk (Product Range) jasa. Bila terjadi over demand, maka hal
Indikator ini dilihat dari berbagai jenis- tersebut dapat mengakibatkan inflasi
jenis instrument keuangan yang terdapat yang tinggi. Sedangkan apabila mata
dipasar keuangan. uang domestik mengalami depresiasi
e. Biaya Transaksi (Transaction Cost) terhadap mata uang asing, maka hal
Indikator ini dilihat dari spread suku tersebut mengakibatkan masyarakat akan
bunga. terus memburu mata uang asing. Kondisi
Dan adapun faktor-faktor yang ini dikarenakan masyarakat akan
mempengaruhi financial deepening adalah menyimpan sebagian kekayaan dalam
sebagai berikut : bentuk mata uang asing. Sehingga secara
a. Nilai Tukar Mata Uang umum depresiasi nilai tukar mata uang
Naik turunnya nilai tukar mata uang pada akan berdampak negatif terhadap
dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor financial deepening.
sesuai dengan sistem yang dianutnya. b. Pendapatan Nasional
Dalam sistem nilai tukar tetap, maka nilai Dalam pengertian ekonomi mikro
kurs mata uang domestik terhadap mata pendapatan merupakan intensif yang
uang asing besar kecilnya ditentukan oleh diperoleh masyarakat dari kegiatan
kebijakan pemerintah. Sedangkan dalam usahanya. Semakin tinggi pendapatan
sistem nilai tukar mengambang, maka menunjukan semakin besarnya insentif
nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh yang diterima masyarakat dalam kegiatan
faktor-faktor seperti jumlah uang beredar, ekonomi. Pendapatan yang tinggi
inflasi, tingkat bunga dan pendapatan tersebut pada akhirnya berdampak pada
(Kuncoro, 1996:157) semakin tinggi pula permintaan terhadap
Baik dalam sistem nilai tukar tetap barang dan jasa dalam perekonomian.
maupun dalam sistem nilai tukar

112 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


Dalam kontek makro ekonomi dananya di bank dan pada akhirnya suply
pendapatan diartikan sebagai keseluruhan dana investasi akan berkurang.
barang dan jasa (output) yang dihasilkan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
oleh perekonomian suatu negara pada adalah dana yang dipercayakan oleh
suatu periode waktu tertentu. Pendapatan masyarakat kepada bank berdasarkan
yang tinggi menandakan bahwa output perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk
yang dihasilkan oleh perekonomian giro, tabungan, simpanan berjangka dan
menjadi meningkat. Secara umum sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang
semakin tinggi pendapatan masyarakat, dipersamakan dengan itu dengan prinsip
maka akan semakin meningkatkan syariah. (Arifin, 2006:98). Modal yang
financial deepening. dimiliki bank sebagian besar berasal dari dana
c. Tingkat Suku Bunga pihak ketiga (DPK) sesuai dengan salah satu
Berkaitan dengan peranan tingkat bunga fungsi bank yaitu menghimpun dana dan
terhadap pendalaman keuangan (financial menyalurkan kepada masyarakat. (Siamat,
deepening), maka Mc Kinnon dan Shaw 2004). Dana pihak ketiga adalah dana yang
pada tahun 1973 menguraikan suatu teori diperoleh dari masyarakat, dalam arti
yang dijadikan dasar bagi pengambilan masyarakat individu, perusahaan, pemerintah,
kebijakan di sektor keuangan di negara rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain
sedang berkembang pada tahun 1980-an. baik dalam mata uang rupiah maupum dalam
Pandangan Mc Kinonn dan Shaw mata uang asing. Pada sebagian besar atau
mengenai peranan suku bunga sangat setiap bank, dana masyarakat ini umumnya
terkait dengan adanya kebijakan represi merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal
keuangan (financial repression) yang ini sesuai dengan fungsi bank sebagai
terjadi dalam perekonomian suatu negara. penghimpun dana dari masyarakat. (Rivai,
Menurutnya represi keuangan yang salah dkk, 2007)
satunya adalah ditandai oleh adanya Pemberian kredit pada bank konvensional
pembatasan dalam tingkat bunga (suku dalam menjalankan uang kepada yang
bunga riil rendah) dalam perekonomian, membutuhkan dan mengambil bagian
justru dapat menyebabkan rendahnya keuntungan berupa bunga dan proporsi
minat masyarakat untuk menyimpan dengan cara membungakan uang yang
dipinjam tersebut. Prinsip syariah

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 113


menandakan transaksi semacam ini dan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain
mengubahnya menjadi pembiayaan. Bank itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah
tidak meminjamkan sejumlah uang kepada agar instrument keuangan ini aman dan
nasabah, tetapi membiayai proyek keperluan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
nasabah. Dalam hal ini bank berfungsi Definisi sukuk atau sertifikat ialah sertifikat
sebagai intermediasi uang tanpa bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya
meminjamkan uang dan membungakan uang dari kepemilikan harta berwujud untuk
tersebut sebagai gantinya, pembiayaan uang mendapatkan hasil dan jasa didalam
nasabah tersebut dapat dilakukan dengan cara kepemilikan aset dan proyek tertentu atau
membelikan barang yang dibutuhkan aktivitas investasi khusus, sertifikat ini
nasabah. Lalu bank menjual kembali kepada berlaku setelah menerima nilai sukuk, saat
nasabah atau dapat pula dengan cara bank jatuh tempo menerima dana sepenuhnya
mengikutsertakan modal dalam usaha sesuai dengan tujuan sukuk tertentu.
nasabah. (Rivai, 2007:470) Sementara itu menerut fatwa Majelis Ulama
Menurut Nafik (2009:246) kata sukuk berasal Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk
dari bahasa Arab shukuk, bentuk jamak dari adalah suatu surat berharga jangka panjang
shakk, yang dalam istilah ekonomi berarti berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
legal instrument, deed, atau check. Secara emiten kepada pemegang obligasi syariah.
istilah didefinisikan sebagai surat berharga Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar
yang berisi kontrak (akad) pembiayaan yang pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berdasarkan prinsip syariah. Sukuk secara berupa bagi hasili margin/fee, serta membayar
umum dapat dipahami sebagai obligasi yang kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
sesuai dengan syariah. Sukuk pada prinsipnya Menurut Rodoni (2009:109) obligasi syariah
mirip dengan obligasi konvensional, dengan pada prinsipnya adalah pendanaan jangka
perbedaan pokok antara lain berupa panjang yang berarti modal dari sukuk itu
penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil harus kembali kepada para investor,
sebagai pengganti bunga, adanya suatu disamping tambahan keuntungan yang
transaksi pendukung (underlying transaction) diharapkan. Praktek sukuk harus dilaksanakan
berupa sejumlah aset tertentu yang menjadi secara hati-hati karena berkaitan dengan
dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang
perjanjian antara para pihak yang disusun terlibat. Pada prinsipnya terdapat tiga pelaku

114 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


pokok dalam sistem sukuk, yaitu perusahaan penerbitan SBSN ini (special purpose
yang memerlukan dana, investor yang vehicle-SPV).
kelebihan dana menginginkan dananya SBSN atau sukuk negara ini merupakan suatu
produktif dan pihak yang mengatur instrumen utang piautang tanpa riba
pelaksanaan sistem sukuk ini, yaitu mediator sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk
(Special Purpose Vehicle/SPV) dan Lembaga ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan
Pasar Modal Syariah. yang sesuai dengan prinsip syariah.Dalam
Menurut Huda dan Mustafa Edwin aplikasinya SBSN ini merupakan alternatif
(2008:136) kata sukuk, sakk, dan sakaik pembiayaan APBN melalui penerbitan SBN.
berasal dari bahasa Arab yang jika ditelusuri Sukuk Ritel Negara merupakan sukuk yang
dalam literature Islam sering digunakan untuk dikeluarkan oleh pemerintah dan ditunjukan
perdagangan Internasional di wilayah muslim bagi individu warga negara Indonesia. Meski
pada abad pertengahan, bersama kata sukuk memiliki pengertian yang sama dengan
hawalah (menggambarkan transfer atau obligasi konvensional, tetapi sukuk memiliki
pengiriman uang) dan mudharabah (kegiatan perbedaan mendasar. Jika obligasi
bisnis persekutuan). Akan tetapi sejumlah konvensional tidak mengharuskan adanya aset
penulis barat mengenai perdagangan Islam yang menjamin (underlying asset), sukuk
abad pertengahan memberikan kesimpulan harus memiliki underlying asset yang jelas
bahwa kata sakk merupakan kata dari suara sebagai penjamin.
latin cheque atau check yang biasanya Beberapa penelitian mengenai financial
digunakan pada perbankan konteporer. deepening secara umum memberikan hasil
Sukuk yang akan dikeluarkan pemerintah bahwa menguatnya sector keuangan akan
disebut dengan Surat Berharga Syariah memperkuat financial deepening. Azhari
Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk Nourman, (2010) dengan menggunakan
Negara dan pertama kali diterbitkan pada dependen Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
tahun 2008. Sukuk ini merupakan surat sedangkan variabel independen yaitu Dana
berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Pihak Ketiga (DPK), Kredit, Obligasi
Republik Indonesia berdasarkan prinsip Pemerintah, Obligasi Korporasi, dengan
syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan menggunakan teknik analisis yang metode
SBSN ini adalah merupakan perusahaan yang Ordinary Least Square (OLS), menyimpulkan
secara khusus dibentuk guna kepentingan bahwa pertumbuhan outstanding obligasi

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 115


perusahaan, pertumbuhan kredit yang financial deepening terhadap pertumbuhan
disalurkan perbankan dan pertumbuhan dana ekonomi di Negeria dengan menggunakan
pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan metode Multiple Regression Model (MRM).
berkolerasi positif dan berpengaruh signifikan Hasilnya menunjukan bahwa jumlah uang
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. beredar (M2/GDP) dan likuiditas pasar
Dede Ruslan, (2011) menggunakan variabel berhubungan positif (nilai total saham/GDP)
dependen Financial Deepening dan variabel dengan pertumbuhan ekonomi di Nigeria,
independen yaitu Tingkat Bunga, Pendapatan sementara untuk persediaan uang (DD/M1),
Nasional, dan Nilai Tukar, dengan votalitas ekonomi (kredit swasta/GDP) dan
menggunakan metode analisis regresi linear kapitalis pasar (nilai saham/GDP)
berganda (OLS), menyimpulkan bahwa berhubungan negatf dengan pertumbuhan
variabel independen yang digunakan dalam ekonomi. Kebijakan pemerintah karenanya
model mempunyai pengaruh yang signifikan harus diarahkan untuk meningkatkan strategis
terhadap financial deepening. Samuel uang beredar dan mempromosikan pasar
Mbadike Nzotta dan Emake .J. Okereke modal yang efisien yang akan meningkatkan
(2009), menyimpulkan bahwa tingkat suku efesiensi ekonomi secara keseluruhan.
bunga kredit, rasio tabungan keuangan, GDP, Pradham, Prakash Rudra (2010) dalam
deposito bank memiliki hubungan yang penelitiannya yang berjudul Financial
signifikan terhadap financial deepening. Deepening, Foreign Direct Investment and
Eduardo Court, Emre Ozsoz, dan Erick W. Economic Growth: Are The Cointegrated.
Rengifo (2010), dengan judul penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Deposit Dollarization and Its Impact on India, penelitian yang dilakukan yaitu melihat
Financial Deepening in the Developing keseimbangan jangka panjang financial
World, menyimpulkan bahwa dolarisasi deepening atara investasi langsug dan
memiliki dampak negative pada financial pertumbuhan ekonomi di India selama 1970-
deepening kecuali pada keadaan ekonomi 2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dengan inflasi yang tinggi. kedalaman sektor keuangan (financial
Onwumera et al (2012) dalam penelitiannya deepening), investasi asing dan pertumbuhan
yang berjudul The Impact of Financial ekonomi keseimbangan berkelanjutan jangka
Deepening on Economic Growth : Evidence panjang. Error Correction Modl (ECM) lebih
from Nigeria bertujuan menganalisis dampak lanjut menegaskan adanya kausalitas dua arah

116 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


antara investasi langsung asing dan dari financial deepening untuk investasi asing
pertumbuhan ekonomi dan kausalitas searah langsung.

3. Kerangka Berfikir

Dana Pihak Ketiga

Sektor Keuangan
Bank
(Perbankan Syariah)
Pembiayaan

Financial Deepening

Sukuk Korporasi

Sektor Keuangan Non


Bank
(Pasar Modal Syariah)

Sukuk Negara

Sektor perbankan syariah dan pasar modal Pemilihan variabel sebagai proksi financial
syariah merupakan dua sektor yang dianggap deepening pada sektor perbankan didasarkan
memiliki kontribusi besar terhadap pada aktivitas atau kegiatan utama perbankan
pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari yaitu menghimpun dana dari masyarakat
kedalaman nilai financial deepening. Di dalam bentuk dana pihak ketiga yang
Indonesia sektor pasar modal memang bukan dihimpun perbankan kemudian menyalurkan
merupakan bagian terbesar dari sektor dana tersebut sebagai pembiayaan. Sedangkan
keuangan. Sektor perbankanlah yang instrument sukuk pada sektor pasar modal
merupakan bagian dominan dalam sektor syariah merupakan alternative pembiayaan
keuangan Indonesia. Namun baik pasar modal jangka panjang yang dapat digunakan tidak
maupun perbankan keduanya mengalami hanya oleh perusahaan, tetapi juga oleh
pertumbuhan yang berjalan beriringan. pemerintah.

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 117


Semakin meningkatnya peranan sektor Januari 2011 sampai dengan Desember 2015
perbankan dan pasar modal melalui dengan urutan waktu bulanan.
peningkatan kontribusi, dana pihak ketiga Data yang diambil meliputi data Financial
(DPK), pembiayaan, sukuk korporasi, dan Deepening, Dana Pihak Ketiga (DPK)
sukuk negara sehingga dapat mempengaruhi perbankan syariah, Pembiayaan Perbankan
nilai financial deepening suatu negara. syariah, Sukuk Korporasi, dan Sukuk Negara.
Metode analisis pada penelitian ini
4. Hipotesis menggunakan model Regresi linier berganda
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan metode Ordinary Last Square (OLS)
adalah sebagai berikut: sebagai motode estimasi parameter modelnya.
1. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai kelengkapan metode OLS, juga
berpengaruh terhadap secara dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu Uji
signifikan terhadap Financial Deeping. Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji
2. Variabel Pembiayaan berpengaruh Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi.
secara signifikan terhadap financial
Deepening. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Variabel Sukuk Korporasi 1. Analisis Model Regresi
berpengaruh secara signifikan Pengujian normalitas dilakukan untuk
terhadap Financial Deeepening. menguji apakah model regresi yang dibuat
4. Variabel Sukuk Negara berpengaruh nilai residualnya mengikuti distribusi normal.
secara signifikan terhadap Financial Asumsi kenormalan dibutuhkan sebagai
Deepening syarat pengujian signifikansi parameter
modelnya.
II. METODOLOGI PENELITIAN Dengan menggunakan metode Jarque-Bera
Data dan metode analisis dengan menggunakan taraf nyata () 5%
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai probability
adalah data sekunder yang bersumber dari sebesar 0.381700 yang lebih besar dari
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan tingkat signifikansi sebesar 0.05 yang berarti
(OJK). Data diambil pada periode data bulan bahwa residual berdistribusi normal.

118 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


Tabel 2. Uji Normalitas Residual
Jarque-Bera Probability
1.926239 0.381700
Sumber : hasil olah data
Uji multikolinieritas dilakukan untuk terkena multikolinieritas atau tidak, yaitu
mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) dengan menguji koefisien korelasi antar
yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independen, jika terjadi korelasi,
variabel independen dalam model regresi. maka terdapat multikolinieritas, dimana
Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan model regresi yang baik adalah tidak terjadi
dengan menggunakan uji korelasi parsial multikolinieritas antar variabel independen
antar variabel independen. Dengan melihat dengan variabel dependen. Hasil pengujian
nilai koefisien korelasi (r) antar variabel multikolinieritas menggunakan uji korelasi (r)
independen, dapat diputuskan apakah data dapat dilihat pada table 3 berikut :

Tabel 3 . Hasil Uji Correlation Matrix


DPK Pembiayaa Sukuk Sukuk
n NEG Korp

LDPK 1.000000 0.992319 0.964340 0.959064


Pembiayaa 0.992319 1.000000 0.957801 0.954056
n
Sukuk 0.964340 0.957801 1.000000 0.957213
NEG
Sukuk 0.959064 0.954056 0.957213 1.000000
Korp
Sumber : hasil olah data

Nilai pada Correlation Matrix menunjukkan multikolinieritas terjadi kemungkinan


bahwa korelasi terjadi multikolinieritas antara disebabkan oleh tren yang sama pada variabel
variabel variabel independen yang dipakai. variabel tersebut pada perkembangan tahun
Namun demikian analisis terhadap model ke tahunnya untuk periode penelitian yang
tetap dilanjutkan dengan pertimbangan bahwa diambil. Disamping itu secara structural,

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 119


model yang dibangun juga didukung secara Jika variance dari residual satu pengamatan
teoritis. ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk Homoskedastisitas. Dengan menggunakan uji
menguji apakah dalam model regresi terjadi white untuk mendeteksi adanya
ketidaksamaan variance dari residual dari heterokedastisitas didapatkan hasil sebagai
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. berikut :

Tabel 4. White Heterokedasticity Test


Obs*R-squared Prob
12.88493 0.0119
Sumber : hasil olah data

Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa nilai tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Uji
probabilitas sebesar 0.0119 yang lebih kecil autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam
dari nilai sebesar 0.05. Karena nilai model regresi ada korelasi antara kesalahan
probabilitas lebih kecil dari = 5% maka pada periode waktu yang lain. Untuk
disimpulkan bahwa dalam model terdapat mendeteksi masalah autokorelasi digunakan
masalah heteroskedastisitas. uji Breuesch Godfrey atau lebih dikenal
dengan uji Langrange Multiplier (LM-Test)
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadi
(Pengganda Langrange).
korelasi antara residual tahun ini dengan

Tabel 5. Langrange Multiple Test (LM-Test)

Obs*R-squared Prob
46.51541 0.0000
Sumber : hasil olah data
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Beberapa asumsi terhadap model yang tidak
probabilitas 0.0000 yang lebih kecil dari nilai dipenuhi pada pengujian di atas (Autokorelasi
sebesar 0.05 , sehingga dapat disimpulkan dan heteroskedastisitas) tidak menghalangi
bahwa di dalam model terdapat masalah model untuk tetap digunakan sebagai analisis,
autokorelasi. dikarenakan estimasi yang dihasilkan tetap

120 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


unbiased walaupun hasil estimasinya tidak 2. Pengujian Hipotesis Model
effisien (gujarati, 2006). Model regresi yang dibagun adalah sebagai
berikut :

Financial Deepening (FD) = C + 1 DPK + 2 Pembiayaan (Pb) + 3 Sukuk Negara (SN) + 4


Sukuk Korporasi (SK)
Hasil pengujian terhadap ketepatan model yang dibuat (Uji-F) didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 6 Uji F

F-statistic 93.15079
Prob. F(2,54) 0.0000

Sumber : hasil olah data

Berdasarkan tabel 6, diperoleh nilai R2 , didapatkan nilai sebesar 0.490911,


probabilitas sebesar 0,0000, sehingga dapat menunjukkan bahwa variasi nilai yang
disimpulkan bahwa model signifikan dalam terdapat pada variabel Financial Deepening
menjelaskan pengaruh DPK, Pembiayaan dapat dijelaskan oleh variabel independen
Syariah, Sukuk Negara, Sukuk Korporasi yang ada (DPK, Pembiayaan, Sukuk Negara,
terhadap Financial Deepening. Sukuk Korporasi) sebesar 49,09%, sedangkan
sisanya 50,91 % dijelaskan oleh faktor atau
Koefisien determinasi menggunakan adjusted
variabel lain diluar variabel yang diteliti.

Tabel 7 Uji Partial Model (Uji t)

Variabel Koefisien Prob


DPK 1,552 0,0239
Pembiayaan -1,095 0,0698
Sukuk Negara 0,698 0,0006
Sukuk Korporat -1,295 0,0002

Sumber : hasil olah data

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 121


Pengujian untuk mengetahui pengaruh secara nilai probability sebesar 0,0698
parsial (individu) variabel-variabel sehingga dengan taraf nyata 5% dapat
independen (DPK, Pembiayaan, Sukuk disimpulkan Pembiayaan tidak
Korporasi, dan Sukuk Negara) terhadap berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu Financial Deepening financial deepening di Indonesia.
menggunakan uji-t. 3. Untuk variabel Sukuk Negara
Dari tabel 7, didapatkan hasil pengujian didapatkan nilai probability sebesar
hipotesis terhadap variabel variabel yang 0,0006 sehingga dengan taraf nyata 5%
diduga mempengaruhi financial deepening, dapat disimpulkan Sukuk Negara
sebagai berikut : berpengaruh signifikan terhadap
1. Untuk variabel DPK didapatkan nilai financial deepening di Indonesia.
probability sebesar 0,0239 sehingga 4. Untuk variabel Sukuk Korporasi
dengan taraf nyata 5% dapat didapatkan nilai probability sebesar
disimpulkan DPK berpengaruh 0,0002 sehingga dengan taraf nyata 5%
signifikan terhadap financial deepening dapat disimpulkan sukuk korporasi
di Indonesia. berpengaruh signifikan terhadap
2. Untuk variabel pembiayaan didapatkan financial deepening di Indonesia.

Hasil akhir model yang diperoleh adalah sebagai berikut :


Financial Deepening (FD) = 1,552 DPK 1,095 Pembiayaan (Pb) + 0,698 Sukuk Negara
(SN) 1,295 Sukuk Korporasi (SK)

3. Pengaruh Dana Pihak Ketiga 2006:98). Hasil regresi Dana Pihak Ketiga
terhadap Financial Deepening (DPK) terhadap Financial Deepening
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang menghasilkan nilai koefisien sebesar
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank 1,552772. Hal ini berarti Dana Pihak Ketiga
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana (DPK) memiliki pengaruh yang positif dan
dalam bentuk giro, tabungan, simpanan signifikan terhadap Financial Deepening.
berjangka, dan sertifikat deposito dan atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dengan menggunakan prinsip syariah. (Arifin, sebelumnya yang dilakukan oleh Azhari

122 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


Norman (2010) yang menyatakan bahwa dana yang sifatnya produktif, sehingga akan
pihak ketiga berpengaruh positif dan mendorong meningkatnya pertumbuhan
signifikan terhadap financial deepening ekonomi.
Indonesia. Semakin banyak dana yang
dihimpun dari masyarakat maka akan Secara umum, pada periode penelitian terjadi
semakin banyak pula dana yang akan tren kenaikan yang cukup signifikan pada
dialokasikan sebagai dana pinjaman yang DPK. Berikut ini adalah gambar grafik
dapat digunakan untuk investasi atau kredit perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Gambar 2. Perkembangan DPK

Dana Pihak Ketiga


250000

200000

150000

Dana Pihak Ketiga


100000

50000

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Bank Indonesia

Dapat diketahui bahwa nilai dana pihak ketiga nilai dari tahun ke tahun menunjukan adanya
dari tahun ketahun mengalami peningkatan. kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
Jumlah nilai tertinggi peningkatan dana pihak untuk menyimpan dananya di bank.
ketiga terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah Dana pihak ketiga relative sangat
dana senilai Rp 36.022 miliyar. Sedangkan di berpengaruh dalam penentuan pembiayaan
tahun sebelum 2013 dan sesudahnya yang akan disalurkan perbankan tersebut,
mengalami peningkatan tetapi tidak sebanyak karena pembiayaan perbankan sampai saat ini
jumlah pada tahun 2013. Adanya peningkatan masih didominasi dari dana pihak ketiga yang

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 123


dihimpun perbankan. Semakin banyak dana jumlah komposisi pada tahun 2014 di
yang dihimpun dari masyarakat maka akan sebabkan karena adanya perubahan komposisi
semakin banyak pula dana yang akan akad yaitu akad qard yang mengalami
dialokasikan sebagai dana pinjaman yang penurunan dikarenakan menurunnya aktifitas
dapat digunakan untuk investasi atau gadai emas di bank syariah. Dan pada sampai
pembiayaan lainnya yang bersifat produktif, 2015 pembiayaan menggunakan akad
sehingga akan mendorong meningkatnya murabahah masih mendominasi bank syariah.
pertumbuhan ekonomi. 5. Pengaruh Sukuk Negara terhadap
4. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Financial Deepening
Financial Deepening Hasil regresi sukuk negara terhadap financial
Hasil regresi Pembiayaan terhadap Financial deepening menghasilkan nilai koefisien
Deepening menghasilkan nilai koefisien sebesar 0,698. Hal ini berarti sukuk negara
sebesar -1,095. Hal ini berarti pembiayaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial deepening. Hasil tersebut
terhadap Financial Deepening. Hasil yang hampir sama dengan yang didapat oleh
tidak signifikan tersebut kemungkinan peneliti lainnya dimana sukuk negara
dikarenakan industri keuangan syariah pada memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pembiayaan masih relative kecil dan masih financial deepening. Dengan memperhatikan
terbatasnya akad yang dikeluarkan perbankan fakta-fakta bahwa penerbitan sukuk negara
sehingga porsi pembiayaan pada perbankan mengambil peranan penting dalam keuangan
syariah masih sedikit dan tidak negara terutama pembiayaan APBN, maka
mempengaruhi sektor keuangan secara umum pemerintah selalu berupaya agar dapat
di Indonesia. menerbitkan sukuk negara sesuai dengan
Bila dilihat pertumbuhan pembiayaan dari target APBN secara efisien.
tahun 2011 hingga 2015 memang mengalami Sukuk Negara adalah Surat Berharga Syariah
peningkatan dari sisi jumlah. Meski Negara (SBSN) yang diterbitkan berdasarkan
mengalami peningkatan dari segi jumlah prinsip syariah sebagai bukti atas bagian
pembiayaan, semula Rp 184 miliar pada penyertaan terhadap aset sukuk negara
Desember 2013 menjadi Rp 199 miliar pada (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008
Desember 2014, namun dari sisi komposisi Tentang SBSN). Peran Surat Berharga
akadnya mengalami penurunan. Penurunan Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara

124 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


sebagai salah satu instrument pembiayaa pemerintah menerapkan kebijakan anggaran
APBN semakin meningkat dari waktu ke ekspensif untuk mendorong pertumbuhan
waktu. Sesuai dengan Undang-Undang No 19 ekonomi. Kebijakan pemerintah untuk
Tahun 2008 tentang SBSN, tujuan penerbitan meningkatkan belanja tersebut, tentu bukan
SBSN yang utama adalah untuk membiayai hanya didukung oleh penerimaan pajak dan
defisit APBN termasuk didalamnya untuk non pajak, tetapi juga harus didukung oleh
pembiayaan proyek-proyek pemerintah. Peran instrument pembiayaan, termasuk sukuk
SBSN sebagaimana tersebut dalam Undang- negara di dalamnya.
Undang SBSN semakin dirasakan ketika

Gambar : 3. Perkembangan Sukuk Negara

Sukuk Negara
250000

200000

150000

Sukuk Negara
100000

50000

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Perkembangan sukuk negara selama 5 tahun negara dalam pembiayaan APBN diantaranya
terakhir terus mengalami peningkatan. Pada dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
tahun 2011 jumlah sukuk negara sebesar Rp penerbitan sukuk negara dari tahun ke tahun.
62.771 Miliyar dan pada tahun 2015 jumlah Berdasarkan data dari Direktorat Jendral
sukuk negara sebesar Rp 201.017 Milyar. Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko
Meningkatnya nilai sukuk dari tahun ke tahun (DJPPR).
terdapat indikasi menguatnya peran sukuk Sesuai strategi pembiayaan yang ditetapkan

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 125


oleh pemerintah, penerbitan sukuk negara saat menerbitkan sukuk negara sesuai dengan
ini lebih banyak dipergunakan untuk target APBN secara efisien.
pembiayaan proyek infrastruktur 6. Pengaruh Sukuk Korporasi Terhadap
dibandingkan dengan pembiayaan defisit Financial Deepening
APBN secara umum. Adanya sukuk negara Hasil regresi sukuk negara terhadap financial
sebagai instrument pembiayaan diharapkan deepening menghasilkan nilai koefisien
dapat menambah kapasitas pemerintah dalam sebesar 0,698. Hal ini berarti sukuk negara
pembangunan infrastruktur. memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
Seiring berkembanganya keuangan syariah di terhadap financial deepening. Hasil yang
Indonesia, peran sukuk negara sebagai sama juga didapat oleh peneliti lain dimana
pendorong pertumbuhan keuangan syariah sukuk korporasi memiliki pengaruh yang
juga semakin penting. Saat ini sukuk negara signifikan terhadap financial deepening. Hasil
bukan hanya bermanfaat sebagai acuan bagi penelitian juga menunjukkan bahwa sukuk
sektor swasta untuk menerbitkan sukuk dan korporasi dapat bermanfaat bagi
instrument investasi bagi lembaga keuangan perkembangan institusi perusahaan itu sendiri
yang memiliki ekstra likuiditas, tetapi juga sehingga dapat menambah instrument syariah
dipergunakan oleh Bank Indonesia sebagai yang bisa digunakan sebagai alternatif
instrument operasi pasar terbuka. Dengan pembiayaan dan investasi dalam pasar yang
demikian fungsi sukuk negara saat ini bukan pada gilirannya mampu menompang
hanya pada sektor fiskal sebagai instrument perkembangan pendalaman pada
pembiayaan APBN, tetapi juga berperan pada perekonomian Indonesia.
sektor moneter sebagai pengendali jumlah Perkembangan jumlah sukuk korporasi dari
uang beredar. Dengan memperhatikan fakta- tahun ke tahun juga menunjukkan
fakta bahwa penerbitan sukuk negara perkembangan yang baik. Hal ini dapat dilihat
mengambil peranan penting dalam keuangan dari tren kenaikan yang selalu positif,
negara terutama pembiayaan APBN, maka sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4
pemerintah selalu berupaya agar dapat berikut.

126 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


Gambar : 4 Perkembangan Sukuk Korporasi

Sumber : Otoritas Jasa Keungan (OJK)

Pertumbuhan sukuk pada level tertinggi pada sukuk negara. Bapepam (2012) menjelaskan
tahun 2015 sedangkan terendah pada tahun tentang beberapa faktor penyebab rendahnya
2011. Namun jika di analisis pada tingkat penerbitan sukuk tersebut diantaranya kondisi
kenaikan pada pertumbuhan sukuk korporasi ekonomi secara umum, pehamanan
dari tahun 2011 hingga tahun 2015 memiliki manajemen terhadap sukuk, proses penerbitan
pertumbuhan yang naik turun. Pertumbuhan sukuk, dan aspek perpajakan dalam
sukuk korporasi pada level tertinggi adalah penerbitan sukuk. Selain itu, terdapat faktor
pada tahun 2013 dengan kenaikan jumlah yang secara tidak langsung terkait dengan
emisi 13 sukuk dari tahun 2012 ke tahun 2013 likuiditas pasar sekunder sukuk, yaitu
dengan nilai sebesar Rp 2204 milyar. Dan pertama; masih terbatasnya penerbitan sukuk
kenaikan jumlah emisi sukuk korporasi korporasi di Indonesia baik dari aspek jumlah,
terendah adalah pada tahun 2011 yaitu variasi tenor maupun jenis akad. Kedua;
sejumlah 1 emisi sebesar Rp 100 milyar dari masih kurangnya pemahaman investor
tahun 2010 ke tahun 2011. terhadap perdagangan sukuk korporasi di
Walaupun sukuk koroporasi muncul lebih pasar sekunder. Ketiga; penerbitan sukuk
awal dari pada sukuk negara tetapi korporasi masih ditawarkan tidak secara retail
pertumbuhannya cukup lambat dibandingkan kepada masyarakat luas namun terbatas

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 127


kepada investor institusi atau individu dengan negatif dan signifikan terhadap Financial
nilai nominal yang relatif besar, walaupun Deepening di Indonesia.
beberapa regulasi yang telah ada cukup
memfasilitasi untuk dijadikan sebagai
landasan dalam penerbitan sukuk korporasi
ritel. Keempat; mayoritas karakter investor
sukuk korporasi merupakan investor institusi
lokal seperti perusahaan asuransi, dana
pensiun dan reksadana terstruktur yang
memiliki kecenderungan membeli untuk
disimpan hingga jatuh tempo.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan


analisis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Variabel Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan
Syariah, Sukuk Korporasi, dan Sukuk
Negara bersamasama berpengaruh
signifikan terhadap variabel Financial
Deepening di Indonesia.
2. Variabel Dana Pihak Ketiga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Financial
Deepening di Indonesia.
3. Variabel Pembiayaan Syariah tidak
berpengaruh terhadap variabel Financial
Deepening di Indonesia.
4. Variabel Sukuk Negara memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap
Financial Deepening di Indonesia.
5. Variabel Sukuk Korporasi berpengaruh

128 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016


DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul Rohmatul. Cara Cerdas Menguasi Eviews, Salemba Empat, Jakarta, 2011
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dan Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006.
Gujarati, Damadar. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, 2006.
Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah, PT RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2009.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Edisi Kedua, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2002.
Kuncoro, Mudrajad. Manajemen Keuangan Internasional Edisi Pertama, BPEE, Yogyakarta,
1996.
Mankiw, Gregory, N. Makroekonomi Edisi Lima Harvard University, Erlangga, Jakarta, 2003.
Mckinnon, Ronald and Edward Shaw. Money and Capital in Economic Development, Brooking
Institution, Wahington DC, 1973.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah, AMP YKPN, Yogyakarta, 2002.
Nafik, Muhammad. Bursa Efek dan Investasi Syariah, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2009.
Pradhan, Prakash Rudra. Financial Deepening, Foreign Direct Investment and Economic Growth:
Are They Cointegrated, Internasional Journal of Financial Research Vol. 1, No. 1;
Desember 2010
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ciputat, 2009.
Ruslan, Dede. Analisis Financial Deepening di Indonesia, Journalof Indonesian Applied
Economics, Universitas Negeri Medan, Medan, 2011
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga, FEUI, Jakarta, 2001.
Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Ekonomi Makro, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi Kedua, UPP
STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Widarjono, Agus. Ekonomi:Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonisia,
Yogyakarta, 2005.
Nachrowi, Hadius Usman. Pendekatan Populer dan Praktisi Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan, FEUI, Jakarta, 2006.

JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016 129


Norman, Azhari. Analisis Pengaruh Financial Deepening Pada Sektor Perbankan dan Pasar
Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id

130 JURNAL EKONOMI ISLAM Volume 7, Nomor 2, September 2016

You might also like