Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

PENGANTAR MANAJEMEN PASTURA

KELOMPOK G1 (PAGI)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR MANAJEMEN PASTURA

Nama anggota :

1. 1. Rodex Jordan Simangunsong D14100033


2. 2. Lidia Yuliandani D14100045
3. 3. Yusuf Jafar Rizali D14100064
4. 4. Nenik Tri Wahyuni D14100116

MAHASISWA ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

EFFECT OF DIFFERENCES IN SOIL TEXTURE, SOIL FERTILITY, WATER


AVAILABILITY, AND LIGHT INTENSITY ON GROWTH AND PRODUCTIVITY OF
FORAGE
Nenik Tri Wahyuni/ D14100116 a ,Yusuf Jafar Rizali/ D14100064 b ,Lidia Yuliandani/
D14100045 c ,Rodex Jordan S/ D14100033 d
a Soil Texture
b Soil Fertility
c Availability of Water
d Intensity Light

Abstract

Grass is the main forage for ruminant livestock such as cows, goats and buffaloes. Availability of
grass or forage significantly affect the rate of production of livestock. In general forage given to
the cattle were divided into two kinds, namely grasses and legumes (legumes). The ability to
grow and develop each lawn is different. At least two factors that affect growth and productivity
in the cultivation of forage ie biotic factors and abiotic factors. Biotic factors consist of crops,
livestock, and humans. While abiotic factors more related to the influence of environment on the
growth of green fodder, such as soil, temperature, wind, temperature, humidity, rainfall (water),
and light.

Keywords: Grasses, legumes, livestock, biotic factors, abiotic factors.

Pengaruh perbedaan tekstur tanah, kesuburan tanah, ketersediaan air, dan intensitas
cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas hijauan pakan ternak

Nenik Tri Wahyuni/ D14100116 a ,Yusuf Jafar Rizali/ D14100064 b ,Lidia Yuliandani/
D14100045 c ,Rodex Jordan S/ D14100033 d
a Tekstur Tanah
b Kesuburan Tanah
c Ketersediaan Air
d Intensitas Cahaya

Abstrak

Rumput merupakan hijauan pakan utama bagi ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan
kerbau. Ketersedian rumput atau hijauan pakan ternak berpengaruh besar terhadap tingkat
produksi dari ternak tersebut. Secara umum hijauan pakan ternak yang diberikan pada ternak
dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput-rumputan dan polong-polongan (leguminosa).
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang setiap rumput berbeda-beda. Setidaknya ada dua
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dalam budidaya hijauan pakan yaitu
faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik terdiri dari tanaman, ternak, dan manusia.
Sedangkan faktor abiotik lebih dihubungkan pada pengaruh dari lingkungan terhadap
pertumbuhan hijauan makanan ternak tersebut, diantaranya tanah, suhu, angin, suhu,
kelembaban, curah hujan (air), dan cahaya.

Kata kunci: Rumput, legum, ternak, faktor biotik, faktor abiotik.

PENDAHULUAN

Tanaman atau hijauan bagi pakan ternak akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara baik. Selain itu, pemberian pupuk yang
cukup merupakan hal yang penting karena tidak semua unsur hara serta mineral yang dibutuhkan
oleh tanaman tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya pemberian zat tambahan dengan dosis
yang tepat dan seimbang. Dan terakhir yaitu pemberian cahaya atau penyinaran yang akan
menunjang pada proses fotosintesis dari tanaman tersebut, perlu diperhatikan pula agar saat
proses pemanenan dapat menghasilkan hasil yang sesuai.

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan tekstur tanah (perlakuan
remah, pasir, dan liat), kesuburan tanah (perlakuan kontrol, organik, an-organik dan lengkap),
ketersediaan air (perlakuan kering, kapasitas lapang, dan genangan), dan intensitas cahaya
(perlakuan 100% dan 50%) terhadap pertumbuhan dan produktivitas hijauan pakan.

TINJAUAN PUSTAKA

Hijauan Pakan Ternak

Hijauan pakan ternak yang berupa daun-daunan, kadang-kadang masih bercampur dengan
batang, ranting, serta bunganya yang umumnya masih berasal dari tanaman sebangsa rumput
(Graminea, Cyperaceae) atau daun kacang-kacangan (Leguminosae) atau jenis lainnya (Lubis,
1963).

Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh hijauan makanan ternak antara lain: sebagai penghasil
hijauan yang banyak dan mempunyai bagian tumbuhan yang banyak untuk memudahkan
pemulihan akibat renggutan ternak, jaringan yang baru-baru tumbuh terlindungi oleh organ lain,
dapat berkembang biak secara vegetatif dan generatif, dan memiliki sistem perakaran yang luas
dan dalam sehingga mampu memenfaatkan unsur-unsur hara dalam kondiis kering (McIlroy,
1976).

Tekstur Tanah
Menurut Suwardi dan Wiranegara (1998), tekstur tanah adalah perbandingan relative antara
fraksi pasir, debu, liat yang terkandung dalam suatu massa tanah. Sifat tanah seperti aerosi,
konsistensi tanah, permeabilitas dan infiltrasi dengan mudah dapat diketahui bila kita mengenal
tekstur tanah. Berdasarkan penelitian, di dapatkan 3 kelas dasar dari tanah yaitu pasir lempung
dan liat. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, berdasarkan perbandingan banyaknya
butir butir pasir, debu dan clay maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas
tekstur yaitu kasar (sand, loamy sand), agak kasar (sandy loam, small sandy loam), sedang (very
small sandy loam, loam, silty loam, silty), agak halus (sandy, clay, silty clay, clay).

Tanah merupakan bagian-bagian bumi dimana akar tanaman tumbuh, tanah juga merupakan
komponen hidup dari lingkungan yang penting dan dapat di manipulasi untuk mempengaruhi
penampilan tanaman (Harjadi, 1979). Tanah terdiri dari 3 fase yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan organik), cairan dan gas disamping jasad-jasad, yang karena pengaruh berbagai
macam faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu tertentu, membentuk
berbagai hasil perubah yang memiliki ciri-ciri morfologis yang khas, sehingga berperan sebagai
tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tiga fase penyusun tanah tersebut tidak berada
dalam bagian yang terpisah-pisah, melainkan merupakan suatu sistem yang saling berinteraksi
(Baver dalam Kusharsoyo, 2001).

Klasifikasi Tanah

Partikel tanah memiliki ukuran yang berbeda-berbeda. Partikel tersebut digunakan kedalam
ukuran pasir, debu, dan tanah liat. Fraksi kasar yang meliputi batu, kerikil, pasir berperan untuk
menumpu atau menunjang tegaknya tanaman. Peranan dari fraksi dalam retenan air dan nutrisi
tanaman kecil sekali. Fraksi halus yang terdiri dari debu dan tanah liat sangat menentukan
kapasitas penahanan air tanah, aerasi tanah, dan penyediaan unsur hara dalam bentuk tersedia (
Indranada, 1998 dalam Kusharsoyo, 2001).

Luas permukaan dan muatan listriknya tiap satuan massa sangat besar sehingga menjadi pemeran
utama pada proses yang berlangsung didalam tanah. Koloid tanahlah yang menahan air dan
unsur hara yang kemudian akan diserahkan kepada tanaman. Tanah berstuktur halus memegang
terlalu banyak air, sehingga udara tanahnya tidak kebauan ruang pori-pori lagi. Dan akibatnya
tanaman malah mengalami defisiensi air ( Indranada, 1998 dalam Kusharsoyo, 2001).

Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penetapan tekstur tanah sangat perlu sekali dilakukan,
karena dapat memberikan gambaran luas mengenai sifat-sifat tanah lainnya. Tanah liat dan
humus (bahan organik aktif) sebenarnya tergolong koloid dan mempunyai sifat menguntungkan
(Indranada, 1998 dalam Kusharsoyo, 2001).

Tanah Remah
Tanah yang berstruktur remah pada umumnya mempunyai perbandingan yang relatif seimbang
antara bahan padat dan ruang pori-pori pada tanahnya. Keseimbangan ini sangat berpengaruh
pada pencukupan kebutuhan tanaman akan air dan udara bagi kelangsungan pertumbuhannya
yang baik, sedang bahan padatnya dapat menjadi pegangan akar sehingga pertumbuhannya kuat
dan resistensi terhadap berbagai pengaruh yang akan merobohkannya (Kartasapoetra, 1989).

Tanah Liat

Tanah liat merupakan tanah yang tergolongkan koloid dengan diameter kurang dari 0,002 mm.
Luas permukaan dan muatan listriknya tiap satuan massa begitu besar sehingga tanah liat yang
menjadi pemeran utama pada proses yang berlangsung dalam tanah. Koloid tanahlah yang
menahan air dan unsur hara yang kemudian akan diserahkan kepada tanaman. Tanah liat
memegang terlalu banyak air sehingga udara tanahnya tidak kebagian ruang pori lagi dan
akibatnya tanaman malah mengalami defisiensi air (Indranada,1989 dalam Kusharsoyo, 2001).

Menurut Kartasapoetra (1989.), tanah liat adalah tanah yang berbutir halus yang bersifat seperti
lempung yang memiliki kapasitas, tidak memperlihatkan sifat dilatasi dan tidak mengandung
sejumlah butir kasar yang berarti mekanika tanah. Tanah lempung berbentuk lempeng
berkenaan daya stukturnya yang berlapis-lapis-lapis kecuali mengandung oksida dan hidroksida
besi. Lempung berwarna kelabu, putih, dan merahjika mterselaputi oleh besi. Tanah berstuktur
halus sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu
kering. Tanah yang dirajai fraksi lempeng juga disebut berstuktur berat ( Hadiprawiro, 1989).

Tanah Pasir

Pasir adalah tanah yang berasal dari hasil palapukan berupa mineral primer yang terlepas dari
timbunan batuan dan bibir batuan. Pasir biasanya berbentuk gumpal membulat, gumpal
menyudut atau kubik. Tanah yang dirajai fraksi pasir dapat bersifat kasar, pasiran atau ringan
mudah diolah karena longgar dan gembur ( Hadiprawiro, 1998).

Tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi jumlahnya. Tanah pasir ini
memiliki diameter antara 2,00-0,02 mm. Zarah pasir biasanya berbentuk gumpal membulat,
gumpal menyudut atau kubik. Zarah tersebut adalah hasil pelapukan berupa mineral primer yang
terlepas dari embanan dan sibir batuan. Tanah pasir tidak penah menyediakan air dan unsur hara
yang tinggi jumlahnya (Hadiprawiro,1998).

Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah
berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Petunjuk yang berguna untuk
mengestimasi kesuburan tanah adalah struktur, tekstur, dan keasaman tanah (Nyakpa et al,
1988).
Menurut Harjadi (1979) menyatakan kesuburan tanah secara tidak langsung berhubungan dengan
komposisi kimia dari mineral-mineral anorganik. Faktor yang paling penting adalah tingkatan
bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Tingkatan tersebut tergantung faktor kelarutan zat hara,
pH tanah, kapasitas pertukaran kation, tekstur tanah dan jumlah bahan organik yang ada. Tanah
yang subur dapat menghasilkan banyak bahan makanan ternak, karena disiram air hujan atau
dengan pengairan. Kesuburan tanah dapat dipelihara dan ditingkatkan dengan pengelolaan yang
baik, termasuk pemberian pupuk hijau, kompos, kandang, dan pupuk buatan (Tafal, 1981).

Pupuk

Leiwekabessy dan Sutandi (1988) menyatakan bahwa pupuk adalah semua bahan yang
mengandung unsur-unsur yang berfungsi sebagai hara tanaman serta tidak mengandung unsure-
unsur toksik yang dapat memperburuk keadaan tanaman. Pengaruh kesuburan tanah berkaitan
erat dengan pemberian pupuk pada tanah tersebut, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik

Menurut Sarief (1985) dalam Kusharsoyo, (2001), pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke
dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman. Arti pemupukan adalah setiap usaha pemberiaan pupuk yang bertujuan
menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi
dan mutu hasil tanaman.

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang dihasilkan oleh ternak. Leiwakabessy (1998),
pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa
makanan. Setiawan (1996) menyebutkan bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap
sifat tanah antara lain : memudahkan penyerapan air hujan, memeperbaiki kemampuan tanah
dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi
kecambah biji dan akar, dan merupakan sumber unsur hara tanaman. Pupuk kandang membuat
tanah lebih subur, gembur, mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk
buatan.

Leiwakabessy (1998) menyatakan bahwa pemberian bahan organik yang mudah


didekomposisikan misalnya pupuk kandang membantu memperbaiki struktur tanah. Penyusun
organik dari pupuk kandang yang penting adalah komponen hidup yaitu jasad mikro terutama
dalam hewan pemamah. Sejumlah tertentu dari unsur hara yang terdapat dalam pakan dapat
dijumpai kembali dalam kotoran mereka. Pupuk kandang merupakan sumber N2, F yang sangat
dibutuhkan tanaman, selain itu juga merupakan sumber unsur Fe, Zn, Cu, dan B.

Urea
Pupuk urea adalah pupuk yang berupa hablur atau serbuk putih (prill), hampir tidak berbau atau
mengeluarkan bau amonia. Urea merupakan pupuk nitrogen dalam bentuk amida dengan rumus
kimia CO(NH2)2. Bahan baku utama urea adalah amonia, NH3, dan gas Co2 tanpa menggunakan
bahan penunjang (Sutedjo, 1994 dalam Kusharsoyo, 2001 ). Pupuk urea mempunyai fungsi
antara lain sebagai sumber nitrogen terbesar, memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein (Endah, 1987 dalam Kusharsoyo, 2001). Sifat urea adalah higroskopis
dengan kelembaban nisbi 73% sudah dapat menyerap air dari udara dan mudah larut dalam air.

Menurut Hardjowigno (1995), Urea [CO(NH2)2] berbentuk kristal yang berwarna putih, kadar N
sebesar 45%, ekonomis, higroskopis (mulai menarik uap air pada kelembaban nisbi udara 73%
sering diberi selaput untuk mengurangi sifat higroskopis ini). Pemupukan N akan membantu
tanaman dalam pembentukan klorofil, mempercepat laju pertumbuhan serta memperbesar ukuran
daun (Russel, 1961).

Pupuk SP36

Pupuk pospor yang sering digunakan petani saat ini adalah SP36 [Ca(H2PO4)2]. Pupuk ini
merupakan pupuk soper pospor yang mengandung kadar P2O3 sebanyak 36%. SP36 berbentuk
butir kecil berwarna abu-abu, larut dalam air, bekerja lambat sehingga dianjurkan untuk
pemupukan sebelum tanam (Hardjowigeno, 1995). Menurut Anonymous (1967), unsure P dapat
menstimulasi pembentukan akar, mempercepat kematangan dan pertumbuhan akar serta
menstimulir pembungaan dan pembentukkan biji.

Pupuk ini disebut juga dengan pupuk Enkel-Super Fosfat. SP36 ini mudah larut dalam air dan
agak sedikit higroskopis. Bentuknya berwarna abu-abu dan mengandung zat fosfat 14-20%
(Lingga,1998). Menurut Rismunandar (1990), fosfor merupakan unsur yang penting bagi setiap
tanaman dalam bagian protoplasma. Fosfor penting untuk pertumbuhan, pembentukan protein,
pembentukan akar, mempercepat tuanya buah.

Kalium Klorida (KCl)

Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa kalium merupakan unsur hara mineral yang paling
banyak dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan tanaman monokotil biasanya membutuhkan
lebih banyak kalium daripada tanaman dikotil. Selain itu, jumlah kalium yang diserap tanaman
tergantung pada jenis dan besarnya produksi tanaman.

Peranan unsur kalium pada tanaman menurut Leiwakabessy (1988) antara metabolisme
karbohidrat; pembentukan, pemecahan, dan translokasi pati; mengatur bebrbagai unsur mineral
lain; menetralisasi asam-asam organik yang penting bagi proses fisiologi; mengaktifkan berbagai
enzim; mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik karena pada tanaman unsur kalium
terkumpul pada titik tumbuh; mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap gangguan hama serta dapat meningkatkan kualitas
buah. Ahn (1993) menyatakan bahwa kalium akan diserap tanaman dalam bentuk K+ bersama
kation lainnya dari larutan tanah dalam jumlah yang relatif besar.

Ketersediaan Air

Air merupakan bagian dari semua sel, jumlahnya bervariasi tergantung dari jaringannya. Air
merupakan sistem pelarut dari sel dan memberikan suatu medium untuk pengangkutan di dalam
tanah. Air dapat mempertahankan turgor yang sangat perlu dalam kerumitan transpirasi dan
pertumbuhan pada tanaman. Air juga diperlukan sebagai hara untuk pembentukan senyawa baru
(Harjadi, 1979). Air merupakan senyawa yang penting bagi tanaman, pada sebagian besar sel-sel
dan jaringan tanaman tingkat tinggi jumlah air dapat mencapai 80 % berat segarnya.

Jumin (1992) menjelaskan beberapa fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai unsur penting pada
pembentukan protoplasma, sebagai pelarut dan pengangkut media unsur hara, berperan dalam
proses fotosintesis dan respirasi, sebagai penjaga turgor sel tanaman dan pengatur mekanisme
gerakan dalam tanaman, karena pentingnya air bagi banyak proses di dalam tanah, maka
kestabilan ketersediaan air dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
akhirnya.

Menurut Soepardi (1983) Aerasi tanah yang kurang baik dapat mengakibatkan kekurangan O2,
terganggunya kegiatan bakteri seperti nitrifikasi, perikatan nitrogen, dan amonifikasi. Kelebihan
air juga akan menghilangkan unsur hara karena pencucian. Air tersedia merupakan air yang
terdapat antara air kapasitas lapang dan koefisien layu. Penelitian irigasi menunjukkan bahwa
untuk pertumbuhan optimum tanaman, air yang harus ditambahkan adalah 50% hingga 85 % dari
air tersedia telah habis.

Produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air yang diantaranya berasal dari curah
hujan menyatakan bahwa kebutuhan air yang berbeda pada setiap fase pertumbuhan, akibat
kekurangan air pada setiap fase menyebabkan gangguan yang berbeda. Air yang melebihi
kapasitas lapang (air berlebihan) kurang berguna bagi tanaman karena akan menyebabkan aerasi
yang buruk sehingga akan menyebabkan tanah kekurangan oksigen yang diperlukan oleh
tanaman dan bakteri penambat nitrogen dalam tanah (Gupta dan Otoole, 1986).

Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya (penyiranan) adalah jumlah energi yang diterima oleh bumi pada waktu dan
areal tertentu (Wetzel and Licken, 1979 dalam Kusharsoyo, 2001). Jumlah energi yang diterima
oleh bumi bergantung pada kualitas dan lama periode penyinaran (Porcella dan Bishop, 1975
dalam Kusharsoyo, 2001). Intensitas cahaya yang tinggi mempengaruhi kandungan air daun dan
daun akan mengalami defisit air yang akan diikuti oleh penutupan stomata sehingga akan
mengurangi laju fotosintesis (Harjadi, 1979). Intensitas cahaya tinggi juga meningkatkan
ketebalan batang dengan pertumbuhan yang baik dari xylem dan menyebabkan jaringan dan
internode pendek, juga akan mempengaruhi perkembangan dan perluasan daun yang baik bila
dalam keadaan cocok (Daryanto,1973 dalam Kusharsoyo, 2001).

Cahaya merupakan bagian spectrum radiasi matahari dan merupakan komponen lingkungan
fisik yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup khususnya tanaman, yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Jumin, 1992).
Menurut Setiadi (1986), bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada intensitas, kualitas,
lamanya (perioditas) dan arah cahaya. Energi cahaya bertanggung jawab terhadap kegiatan
fotosintesis dan sejumlah pengikatan N melalui reaksi kimia.

Aspek dasar dari cahaya yang penting secara biologi adalah kuantitas dan kualitasnya. Kedua
karakter ini berfluktuasi di laut, bergantung pada waktu (harian, musiman dan tahunan), ruang
(perbedaan lokasi di bumi dan kedalaman), kondisi cuaca, penyebaran sudut datang termasuk
arah perubahan maksimum dan tingkat difusi, dan tingkat polarisasi (Parson et al,. dalam
Kusharsoyo, 2001). Makin dalam penetrasi cahaya kedalam perairan menyebabkan semakin
besar daerah di mana proses fotosintesis dapat berlangsung, sehingga kandungan oksigen terlarut
masih tinggi pada lapisan air yang lebih dalam (Ruttner dalam Widodo, 2004).

Secara tidak langsung intensitas cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan melalui proses
transpirasi. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada intensitas, kualitas,
lamanya penyinaran dan periodesitasnya.variasi dari faktor-faktor tersebut menentukan kuantitas
dan kualitas pertumbuhan. Panjang gelombang yang paling bermanfaat bagi tanaman adalah 400-
700 nm. Laju fotosintesa diperlambat oleh intensitas cahaya yang melebihi atau di bawah kisaran
normal bagi kebutuhan normal karena intensitas cahaya matahari adalah peubah yang kritis pada
proses fotosintesa (Monteith, 1977 dalam Kusharsoyo 2001).

Intensitas cahaya yang tinggi akan menyebabkan perubahan di dalam sifat-sifat morfologi pohon,
perkembangan akar dan rasio akar pucuk aka meningkat. Daun yang mendapat cahaya penuh
akan lebih tebal karena cahaya penuh merangsang pembentukan sel-sel palisade. Disamping itu
daun yang mendapat intensitas cahaya yang tinggi mempunyai banyak stomata dengan dinding
sel yang tebal, ukuran kloroplas besar tapi jumlahnya sedikit. Smith (1982) dalamKusharsoyo
(2001) berpendapat bahwa beberapa jeis tanaman memerlukan cahaya penuh untuk pertumbuhan
dan produksi, sedangkan beberapa yang lain memerlukan naungan.

MATERI DAN METODE

Tekstur Tanah

Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum pengaruh perbedaan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan dan kemampuan produktivitas hijauan pakan diantaranya cangkul, polybag
kapasitas, label, spidol/tipe-x, meteran dan alat untuk menyiram air. Bahan yang digunakan
diantaranya bahan tanaman berupa stek rumput gajah (Pennisetum purpureum), tanah (pasir, liat
dan remah), dan pupuk organik (pupuk kandang).

Metode

Praktikum dilaksanakan di laboratorim pada pukul 08.00 s/d selesai. Proses awal yang disiapkan
dari penanaman yaitu media tanam yang akan digunakan untuk rumput gajah. Media tanam ini
berupa tanah pasir, tanah liat dan tanah remah. Untuk tanah pasir telah disediakan oleh petugas
yang berada dilaboratorium, sehingga praktikan tidak perlu untuk mencari terlebih dahulu.
Sedangkan tanah liat, sebelumnya diambil oleh praktikan dari lahan dibagian depan laboratorium
agrostologi. Namun, berbeda untuk tanah remah, media tanam ini dibuat dengan cara dua per
tiga bagian dari polybag diisi dengan tanah liat dan sisanya diisi dengan pupuk kandang
kemudian dicampur hingga keduanya tercampur menjadi rata. Selanjutnya masing-masing media
tanam disimpan dalam polybag dan diberi label sebagai penanda perlakuan.

Setelah media tanam siap, tahap berikutnya stek dimasukan ke dalam tanah dengan posisi agak
dimiringkan hingga salah satu node terbenam ke dalam tanah. Stek atau bahan tanam yang
digunakan oleh praktikan, sebelumnya telah muncul tunas dari bagian batang sehingga tidak
diperlukan waktu yang lama untuk menunggu hingga tunas muncul. Kemudian, dilakukan proses
penyiram setiap hari dengan cara membagi kelompok untuk tugas menyiram, ini dimaksudkan
agar bahan tanam dapat tumbuh dengan baik. Dari bagian tunas tumbuh daun dan saat itu pula
dilakukan pengukuran untuk data pertumbuhan, diantaranya tinggi vertikal, jumlah dan warna
daun, serta gulma dari masing-masing perlakuan. Pengukuran dilakukan sampai 7 kali
pengamatan.

Saat panen tiba, batang setinggi 10cm dari permukaan tanah dipotong dan diambil bagian tanah
yang tersisa lalu dibersihkan antara bagian akar dari tanah yang menempel. Kemudian dilakukan
pencucian dan penimbangan berat bagian yang dipotong setinggi 10cm dari bagian permukaan
tanah. Bagian ini disebut bagian non edible. Akar dipisahkan dari bagian non edible, lalu akar
tersebut ditimbang kembali. Selajutnya bagian sisanya ditimbang, yaitu daun serta batang, dan
bagian ini menunjukan bagian edible atau bagian yang dapat dimakan ternak.

Kesuburan Tanah

Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum pengaruh perbedaan kesuburan tanah terhadap
pertumbuhan dan kemampuan produktivitas hijauan pakan ternak diantaranya cangkul, polybag
kapasitas, label, spidol/tipe-x, timbangan, meteran dan alat untuk menyiram air. Bahan yang
digunakan diantaranya bahan tanaman berupa pols Setaria splendida, tanah liat, pupuk organik
(pupuk kandang) dan pupuk an-organik (urea, SP36, KCl).
Metode

Praktikum dilaksanakan di laboratorim pada pukul 08.00 s/d selesai. Proses awal yang disiapkan
dari penanaman yaitu media tanam. Media tanam yang digunakan berupa polybag sebanyak 4
buah. Sebelumnya, polybag diberi label yang diisi dengan keterangan diantaranya kelompok,
departemen, dan nomor perlakuan (nama perlakuan). Selanjutnya mulut polybag dilipat keluar 3
cm, dan dimasukkan tanah kedalamnya hingga batas bawah lipatan polybag untuk masing-
masing polybag. Tanah yang digunakan yaitu tanah liat. Untuk perlakuan tanaman kontrol (P1)
tidak dilakuakan pemberian tambahan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Perlakuan kedua
(P2) diberikan tambahan pupuk kandang sebanyak 100 gram. Perlakuan tiga ( P3 ) diberikan
pupuk anorganik yaitu: urea 1,1 gram, SP36 1,04 gram dan KCl 0,625 gram. Perlakuan empat
(P4) merupakan gabungan antara perlakuan dua (P2) dengan perlakuan 3 (P3) yaitu diberi pupuk
organik dan pupuk anorganik. Khusus untuk (P3) dan P(4), pupuk urea diberikan setelah dua
minggu penanaman.

Setelah media tanam siap, tahap berikutnya pols dimasukan ke dalam tanah dengan posisi yang
tegak. Pols atau bahan tanam yang digunakan oleh praktikan merupakan bagian dari sobekan
rumpun setinggi 10cm. Kemudian, dilakukan proses penyiraman setiap hari dengan cara
membagi kelompok untuk tugas menyiram, ini dimaksudkan agar bahan tanam dapat tumbuh
dengan baik. Dari bahan tanam yang digunakan, langkah berikutnya dilakukan pengukuran untuk
data pertumbuhan, diantaranya tinggi vertikal, jumlah dan warna daun, serta gulma dari masing-
masing perlakuan. Pengukuran dilakukan sampai 7 kali pengamatan.

Saat panen tiba, daun setinggi 10cm dari permukaan tanah dipotong dan diambil bagian tanah
yang tersisa lalu dibersihkan antara bagian akar dari tanah yang menempel. Kemudian dilakukan
pencucian dan penimbangan berat bagian yang dipotong setinggi 10cm dari bagian permukaan
tanah. Bagian ini disebut bagian non edible. Akar dipisahkan dari bagian non edible, lalu
ditimbang kembali. Selajutnya, bagian sisanya ditimbang, yaitu daun pada bagian atas dari batas
potongan rumpun setinggi 10cm dan bagian ini menunjukan bagian edible atau bagian yang
dapat dimakan ternak.

Ketersedian Air

Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum pengaruh perbedaan ketersediaan air terhadap
pertumbuhan dan kemampuan produktivitas hijauan pakan ternak diantaranya cangkul, polybag
kapasitas, label, spidol/tipe-x, timbangan, meteran dan alat untuk menyiram air. Bahan yang
digunakan diantaranya bahan tanaman berupa pols rumput benggala (Panicum maximun), tanah
liat, pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk an-organik (urea, SP36, KCl).
Metode

Praktikum dilaksanakan di laboratorim pada pukul 08.00 s/d selesai. Proses awal yang disiapkan
dari penanaman yaitu media tanam. Media tanam yang digunakan berupa polybag sebanyak 3
buah. Sebelumnya, polybag diberi label yang diisi dengan keterangan diantaranya kelompok,
departemen, dan nomor perlakuan (nama perlakuan). Selanjutnya mulut polybag dilipat keluar 3
cm, dan dimasukkan tanah kedalamnya hingga batas bawah lipatan polybag untuk masing-
masing polybag. Tanah yang digunakan yaitu tanah liat. Tanah yang akan dipakai dicampur
dengan pupuk kandang 100 gram, SP36 1,04 gram dan KCl 0,625 gram hingga tercampur
seluruhnya. Khusus untuk pupuk urea diberikan setelah dua minggu penanaman sebanyak 1,1
gram. Untuk perlakuan pertama (P1), tanah diberikan penambahan air lebih sedikit atau kondisi
ini dibuat kondisi kering. Pada perlakuan kedua (P2), tanah diberikan air sesuai dengan kapasitas
lapang tanah atau air yang cukup. Perlakuan terakhir yaitu perlakuan genangan (P3), sesaat
sebelum tanah akan dimasukan ke dalam polybag, tanah dimasukan ke dalam kantong plastik
terlebih dahulu dengan tujuan agar tidak ada air yang menetes keluar dari polybag tersebut.

Setelah tanaman berumur dua minggu, ketiga perlakuan tersebut mulai diberi pupuk urea. Untuk
perlakuan (P1), penyiraman cukup dilakukan tiga hari sekali. Sedangkan pada perlakuan (P2),
penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanah tersebu mencapai kapasitas lapangnya. Dan
perlakuan (P3) dikondisikan agar tanaman tersebut selalu tergenang oleh air. Setelah dua minggu
pols/rumpun tumbuh, langkah berikutnya dilakukan pengukuran untuk data pertumbuhan,
diantaranya tinggi vertikal, jumlah dan warna daun, serta gulma dari masing-masing perlakuan.
Pengukuran dilakukan sampai 6 kali pengamatan.

Saat panen tiba, daun setinggi 10cm dari permukaan tanah dipotong dan bagian tanah yang
tersisa diambil lalu dibersihkan antara bagian akar dari tanah yang menempel. Kemudian
dilakukan pencucian dan penimbangan berat bagian yang dipotong setinggi 10 cm dari bagian
permukaan tanah. Bagian ini disebut bagian non edible. Akar dipisahkan dari bagian non edible,
setelah itu ditimbang kembali. Selajutnya, bagian sisanya ditimbang, yaitu daun pada bagian atas
dari batas potongan rumpun setinggi 10 cm. Bagian ini menunjukan bagian edible atau bagian
yang dapat dimakan ternak.

Intensitas Cahaya

Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum pengaruh perbedaan intensitas cahaya terhadap
pertumbuhan dan kemampuan produktivitas hijauan pakan ternak diantaranya cangkul, polybag
kapasitas, label, spidol/tipe-x, timbangan, meteran dan alat untuk menyiram air. Bahan yang
digunakan diantaranya bahan tanaman berupa biji jagung (Zea mays), tanah liat, furadan
(insektisida), pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk an-organik (urea, SP36, KCl).
Metode

Praktikum dilaksanakan di laboratorim pada pukul 08.00 s/d selesai. Proses awal yang disiapkan
dari penanaman yaitu media tanam. Media tanam yang digunakan berupa polybag sebanyak 2
buah. Sebelumnya, polybag diberi label yang diisi dengan keterangan diantaranya kelompok,
departemen, dan nomor perlakuan (nama perlakuan). Selanjutnya mulut polybag dilipat keluar 3
cm, dan dimasukkan tanah kedalamnya hingga batas bawah lipatan polybag untuk masing-
masing polybag. Tanah yang digunakan yaitu tanah liat. Campurkan tanah yang akan dipakai
dengan pupuk kandang 100 gram, SP36 1,04 gram dan KCL 0,625 gram. Setelah tanah tercampur
dengan pupuk, tanah dimasukan ke dalam masing-masing polybag. Bahan tanam berupa biji
jagung dimasukan kedalam tanah serta ditambahkan furadan sebagai bahan insektisida.

Salah satu polybag ditempatkan di dalam paranet dengan intensitas cahaya 50%. Polybag yang
lain ditempatkan di ruangan terbuka dengan intensitas cahaya 100% atau penyinaran langsung.
Setelah tanaman berumur 2 minggu, diberikan tambahan pupuk an-organik (Urea). Kemudian,
dilakukan proses penyiram setiap hari dengan cara membagi kelompok untuk tugas menyiram.
Ini dimaksudkan agar bahan tanam dapat tumbuh dengan baik. Dari bagian tunas tumbuh daun
dan saat itu pula dilakukan pengukuran untuk data pertumbuhan, diantaranya tinggi vertikal,
jumlah dan warna daun, serta gulma dari masing-masing perlakuan. Pengukuran dilakukan
sampai 6 kali pengamatan.

Saat panen tiba, batang setinggi 10cm dari permukaan tanah dipotong dan bagian tanah yang
tersisa diambil lalu dibersihkan antara bagian akar dari tanah yang menempel. Kemudian
dilakukan pencucian dan penimbangan berat bagian yang dipotong setinggi 10cm dari bagian
permukaan tanah. Bagian ini disebut bagian non edible. Akar dipisahkan dari bagian non edible,
setelah itu akar tersebut ditimbang kembali. Selajutnya, bagian sisanya ditimbang, yaitu daun
serta batang. Bagian ini menunjukan bagian edible atau bagian yang dapat dimakan ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Pengaruh Tekstur Tanah


1.1 Tabel data pertumbuhan hasil pengamatan Pennisetum purpureum

Pengamatan
Tinggi Jumlah
ke- Perlakuan
Vertikal1 Daun1
(Tanggal)
1 P1 34 cm 6
P2 33 cm 3
22
September P3 52 cm 9
2011
2 P1 47 cm 9
P2 56 cm 5
29
september P3 85 cm 12
2011
3 P1 63cm 15
P2 73,5 cm 8
6 Oktober
2011 P3 95 cm 16
4 P1 82 cm 18
P2 80 cm 9
13 oktober
2011 P3 101 cm 22
5 P1 148 cm 18
P2 105 cm 12
3
November P3 161 cm 22
2011
6 P1 165 cm 19
P2 115 cm 11
10
November P3 180 cm 19
2011
7 P1 185 cm 18
P2 135 cm 13
17
November P3 198 cm 19
2011

Keterangan:
P1 : Perlakuan Pasir

P2 : Perlakuan Liat

P3 : Perlakuan Remah
1
kuantitatif
2
kualitatif

1.2 Grafik data pertumbuhan hasil pengamatan Pennisetum purpureum

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pada tanah yang bertekstur remah mempunyai
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandigkan dengan pasir atau liat. Hal ini
disebabkan tanah yang berstruktur remah pada umumnya mempunyai perbandingan yang relatif
seimbang antara bahan padat dan ruang pori-pori pada tanahnya (Kartasapoetra, 1989). Grafik
1.1 menunjukan tingkat pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada tiap
minggunya.

2.Pengaruh Kesuburan Tanah

2.1 Tabel data pertumbuhan hasil pengamatan Setaria splendida

Pengamatan Tinggi Jumlah


Perlakuan
ke- (Tanggal) Vertikal1 Daun1
1 P1 54 cm 18
P2 46 cm 21
29 September P3 47 cm 14
2011 P4 57 cm 10
2 P1 56 cm 26
P2 52 cm 26
6 Oktober P3 57 cm 29
2011 P4 86 cm 19
3 P1 60 cm 35
P2 62 cm 31
13 Oktober P3 66 cm 33
2011 P4 86 cm 22
P1 68 cm 36
4
P2 96 cm 41
P3 94 cm 66
3 November
P4 90 cm 50
P1 72,5 cm 40
5
P2 100 cm 50
P3 95 cm 71
10 November
P4 100 cm 56
2011
P1 72 cm 31
6
P2 99 cm 53
P3 98 cm 114
17 November
P4 100 cm 66
7 P1 71 cm 32
P2 97 cm 56
24 November P3 90 cm 110
2011 P4 100 cm 89

Keterangan:

P1 : Perlakuan Kontrol

P2 : Perlakuan Organik

P3 : Perlakuan An-Organik

P4 : Perlakuan Lengkap
1
kuantitatif
2
kualitatif

2.2 Grafik data pertumbuhan hasil pengamatan Setaria splendida

Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat tinggi vertikal dari Setaria splendida pada perlakuan 4
yang diberi pupuk lengkap, yaitu organik dan anorganik, memiliki ukuran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang hanya diberi pupuk organik saja ataupun yang hanya diberi
pupuk anorganik saja. Hal ini disebabkan oleh pupuk kandang dapat memperbaiki tekstur dan
unsur hara pada tanah serta pupuk anorganik dapat menambah nutrisi pada tanah yang
selanjutnya akan diserap oleh tanaman sehingga fungsi dari kedua pupuk tersebut dapat
menghasilkan tinggi tanaman menjadi lebih baik.

3. Pengaruh Ketersedian Air

3.1 Tabel data pertumbuhan hasil pengamatan Pannicum maximum

Pengamatan Perlakuan Tinggi Jumlah


ke- (Tanggal) Vertikal1 Daun1
1 P1 82 cm 31
P2 103 cm 8
6 Oktober P3
2011 90 cm 21
2 P1 105 cm 41
P2 120 cm 10
13 Oktober P3
2011 99 cm 29
3 P1 105 cm 45
P2 153 cm 13
3 November P3
2011 163 cm 45
4 P1 110 cm 37
P2 160 cm 15
10 November P3
2011 170 cm 46
5 P1 110 cm 39
P2 182 cm 19
17 November P3
2011 180 cm 49
6 P1 116 cm 33
P2 160 cm 20
24 November P3
2011 185 cm 45

Keterangan:

P1 : Perlakuan Kering

P2 : Perlakuan Kapasitas lapang

P3 : Perlakuan Genangan
1
kuantitatif
2
kualitatif

3.2 Grafik data pertumbuhan hasil pengamatan Pannicum maximum

Berdasarkan pengamatan tentang ketersediaan air pada tanaman Pannicum maximum, pada
minggu keenam tanaman yang diberi perlakuan 3 berupa pemberian air diatas kapasitas lapang
(genangan) ternyata memiliki ukuran paling tinggi. Pada pengukuran minggu sebelumnya,
tanaman yang paling tinggi dimilki oleh tanaman perlakuan kedua yaitu perlakuan kapasitas
lapang. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman ini mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
baik, baik itu pada daerah kering maupun daerah rawa.

4. Pengaruh Intensitas Cahaya

4.1 Tabel data pertumbuhan hasil pengamatan Zea mays

Pengamatan
Tinggi Jumlah
ke- Perlakuan
Vertikal1 Daun1
(Tanggal)
1 100% 8 cm 2

6 Oktober 50% 12 cm 2
2011
2 100% 24 cm 9

13 Oktober 50% 33 cm 7
2011
3 100% 65 cm 11

3 November 50% 55 cm 9
2011
4 100% 70 cm 12

10
50% 65 cm 11
November
2011
5 100% 72 cm 13

17
50% 66 cm 11
November
2011
6 100% 93 cm 14

24
50% 67 cm 12
November
2011

Keterangan:
100% : Langsung diluar lapang

50% : Di dalam paranet (jaring-jaring)


1
kuantitatif
2
kualitatif

4.2 Grafik data pertumbuhan hasil pengamatan Zea mays

Berdasarkan hasil pengamatan, telah diperoleh bahwa tanaman yang diberi perlakuan cahaya
100% pada awalnya tumbuh sedikit. Namun setelah minggu ketiga, tanaman dengan perlakuan
100% mulai tumbuh melebihi tinggi tanaman yang diberi perlakuan cahaya 50%. Hal tersebut
disebabkan oleh tanaman yang sudah berumur 3 minggu mulai membutuhkan cahaya yang lebih
banyak untuk proses fotosintesis. Sehingga tanaman dengan cahaya 50% tidak dapat melakukan
proses fotosintesis dengan maksimal.

Pembahasan

Pengaruh Tekstur Tanah

Menurut Suwardi dan Wiranegara (1998), tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi
pasir, debu, liat yang terkandung dalam suatu massa tanah.Jenis tekstur tanah yang berbeda akan
mempengaruhi tingkat perkembangan tumbuhan tersebut. pengaruh pebedaan tekstur tanah
terhadap tingkat produksi rumput gajah dapat dilihat pada tabel 1.1.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada tanah yang bertekstur remah
mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandigkan dengan pasir atau liat. Hal
ini disebabkan oleh tanah yang berstruktur remah pada umumnya mempunyai perbandingan
yang relatif seimbang antara bahan padat dan ruang pori-pori pada tanahnya (Kartasapoetra,
1989). Grafik 2.1 menunjukan tingkat pertumbuhan rumput gajah pada tiap minggunya.

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa berat akar yang ditanam pada tanah yang liat memiliki
nilai yang paling rendah. Hal ini disebabkan tekstur tanah liat yang lekat sehingga membatasi
pergerakan akar tersebut. Tanah liat memegang terlalu banyak air sehingga udara tanahnya tidak
memiliki ruang pori lagi dan akibatnya tanaman mengalami defisiensi air (Indranada,1989 dalam
Kusharsoyo, 2001).

Tabel 1.3 data produksirumput benggala (Pennisetum purpureum) dengan perlakuan tekstur
tanah yang berbeda
Perlakuan
No Parameter yang diamati
P1 (Pasir) P2 (Liat) P3 (Remah)
1. Berat edibel 111,8 gram 40,0 gram 186,6 gram
2. Berat nonedibel 44,4 gram 32,0 gram 39,4 gram
3. Berat akar 16,6 gram 12,6 gram 28,2 gram

Pengaruh Kesuburan Tanah

Tingkat kesuburan tanah sangat menentukan tingkat produksi dari sebuah tanaman. Perlu adanya
pemupukan untuk meningkatkan kesedian unsure hara dalam tanah agar tingkat kesuburan
menjadi lebih baik. Pupuk yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, pupuk kompos atau
pupuk organik lainnya. Selain pupuk organik, bisa juga digunakan pupuk kimiawi seperti urea,
SP36 dan KCl yang disesuaikan dengan kebutuhan dari tanah itu sendiri.

Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat tinggi vertikal dari Setaria splendida pada perlakuan 4
yang diberi pupuk lengkap, yaitu organik dan anorganik, memiliki ukuran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang hanya diberi pupuk organik saja ataupun yang hanya diberi
pupuk anorganik saja. Hal ini disebabkan oleh pupuk kandang dapat memperbaiki tekstur dan
unsur hara pada tanah serta pupuk anorganik dapat menambah nutrisi pada tanah yang
selanjutnya akan diserap oleh tanaman sehingga fungsi dari kedua pupuk tersebut dapat
menghasilkan tinggi tanaman menjadi lebih baik. Pupuk kandang merupakan pupuk organik
yang dihasilkan oleh ternak. Leiwakabessy (1998), pupuk kandang merupakan kotoran padat dan
cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa makanan. Tabel 2.1 dan grafik 2.2
menunjukkan tinggkat produksi dari Setaria splendida yang diberi pupuk yang berbeda.

Pada dua minggu awal perlakuan 4 yaitu pemberian pupuk komplit (pupuk kandang ditambah
dengan pupuk anorganik) memilki ukuran yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
lainnya. Perlakuan satu yang tidak mengalami penambahan pupuk baik pupuk organik maupun
pupuk kandang pada setiap pengamatan memiliki tinggi yang paling rendah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa penambahan pupuk dapat
meningkatkan produksi tanaman.

Pada pengamatan data produksi, perlakuan 2 yaitu penambahan pupuk kandang memiliki tingkat
produksi lebih tinggi. Hal tersebut terlihat dari total poduksi setaria splendida yang diberi pupuk
kandang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain. Leiwakabessy (1998) menyatakan bahwa
pemberian bahan organik yang mudah didekomposisikan misalnya pupuk kandang membantu
memperbaiki struktur tanah. Untuk perlakuan 2 yaitu penambahan pupuk kimiawi produksi
totalnya tidak tidak terlalu berbeda dengan perlakuan 4 yaitu pemberian pupuk komplit. Total
produksi yang paling rendah adalah setaria splendida yang tidak diberikan penamabahan pupuk.
Tabel 2.3 menunjukan kemampuan produksi setaria splendida yang diberi pupuk yang berbeda.

Tabel 2.3 data produksisetaria splendida dengan perlakuan pemberian pupuk yang berbeda
Perlakuan
No Parameter yang diamati P1 P2
P3 (An-organik) P4 (Lengkap)
(Kontrol) (Organik)
1 Berat edible 24,4 gram 92,6 gram 102,2 gram 127,2 gram
2 Berat non edible 32,6 gram 66,2 gram 83,0 gram 86,2 gram
3 Berat akar 11,2 gram 35,2 gram 19,4 gram 29,8 gram

Ketersediaan Air

Air berfungsi untuk melarutkan berbagai unsur hara yang ada dalam tanah agar bisa diserap oleh
akar tanaman tersebut. Produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air yang
diantaranya berasal dari curah hujan. Kebutuhan air berbeda-beda pada setiap fase pertumbuhan.
Akibat kekurangan air pada setiap fase menyebabkan gangguan yang berbeda. Air yang melebihi
kapasitas lapang (air berlebihan) kurang berguna bagi tanaman karena akan menyebabkan aerasi
yang buruk sehingga akan menyebabkan tanah kekurangan oksigen yang diperlukan oleh
tanaman dan bakteri penambat nitrogen dalam tanah (Gupta dan Otoole, 1986).

Berdasarkan pengamatan tentang ketersediaan air pada tanaman Pannicum maximum, pada
minggu keenam tanaman yang diberi perlakuan 3 berupa pemberian air diatas kapasitas lapang
(genangan) ternyata memiliki ukuran paling tinggi. Pada pengukuran minggu sebelumnya,
tanaman yang paling tinggi dimilki oleh tanaman perlakuan kedua yaitu perlakuan kapasitas
lapang. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman ini mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
baik, baik itu pada daerah kering maupun daerah rawa. Perbandingan tinggi vertikal antar
perlakuan dapat dilihat di garfik 3.2.

Awal pengamatan, jumlah daun pada perlakuan pertama berupa tanah kering memiliki jumlah
yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lain pada pengamatan setiap minggunya. Namun
pada beberapa minggu terakhir jumlah daun yang paling tinggi adalah pada perlakuan ketiga.
Perbedaan jumlah daun dari masing-masing perlakuan tersaji dalam tabel 3.1.

Berdasarkan pengamatan data produksi, perlakuan satu memiliki nilai produksi yang paling
rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan genangan memiliki nilai produksi
paling besar diantara perlakuan lainnya. Perbandingan data produksi yang di pengaruhi
ketersediaan air tersaji dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3 data produksi rumput (Panicum maximun) dengan perlakuan jumlah ketersediaan air
yang berbeda.
Perlakuan
No Parameter yang diamati
P1 (Kering) P2 (Kapasitas lapang) P3 (Genangan)
1. Berat edible 51,4 gram 116,8 gram 166,0 gram
2. Berat nonedibel 40,6 gram 66,0 gram 112,8 gram
3. Berat akar 14,0 gram 28,6 gram 44,4 gram

Pengaruh Intensitas Cahaya

Besar tidaknya cahaya yang diterima oleh tanaman menentukan kemapuan tanaman tersebut
untuk berfotosintesis. Intensitas cahaya (penyiranan) adalah jumlah energi yang diterima oleh
bumi pada waktu dan areal tertentu (Wetzel and Licken, 1979 dalam Kusharsoyo, 2001). Jumlah
energi yang diterima oleh bumi bergantung pada kualitas dan lama periode penyinaran (Porcella
dan Bishop, 1975 dalam Kusharsoyo, 2001).

Pada perlakuan pertama yang diberikan intensitas cahaya sebesar 100% memiliki tinggi yang
hampir sama dengan yang diberikan cahaya sebesar 50%. Terdapat perbedaan bentuk fisik, pada
jagung yang ditanam dengan cahaya 50% bentuk batang menjadi rebah dan memiliki beberapa
lekukan. Hal ini disebabkan karena jagung mencari sumber cahaya untuk proses fotosintesisnya,
lekukan tersebut merupakan bentuk adaptasi dari tumbuhan tersebut akibat keadaan lingkungan
yang berbeda. Bentuk batang pada jagung yang diberi cahaya 100% adalah tegak. Grafik 4.2
menunjukan tinggi jagung yang diberi intensitas cahaya yang berbeda.

Daun merupakan alat yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Berdasarkan hasil
pengamatan ternyata pada perlakuan kedua berupa pemberiaan cahaya 50% memiliki jumlah
daun yang lebih banyak dibandingkan tanaman yang diberi cahaya 100%. Hal ini disebabkan
adanya proses penyesuaian dari tanaman ini untuk mendapatkan sinar matahari dalam proses
fotosintesis dengan cara memperbanyak jumlah daun yang dimiliki tumbuhan tersebut. Grafik
4.2 menunjukan jumlah daun jagung yang dipengaruhi intensitas cahaya yang berbeda.

Berdasarkan pengamatan pada data produksi, jagung yang diberi cahaya 100% ternyata memiliki
berat edible 14 kali lipat dari berat edible jagung yang hanya diberi cahaya 50%. Hal ini
membuktikan bahwa besarnya tingkat intensitas cahaya yang diterima suatu tanaman dapat
mempengaruhi tingkat produksi dari tanaman tersebut. table 4.3 menunjukkan kemampuan
produksi jagung terhadap intensitas cahaya yang berbeda.

Table 4.2 data produksi jagung (Zea mays) dengan perlakuan pemberian intensitas cahaya yang
berbeda.

No Perlakuan
P2
Parameter P1 (cahaya
(cahaya
yang diamati 100%)
50%) KESIMPULAN
1. Berat edible 44,2 gram 3,2 gram
Berat Beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas suatu
2. 8 gram 6,4 gram rumput diantaranya tekstur tanah, kesuburan tanah,
nonedibel
3. Berat akar 9,6 gram 2,2 gram ketersediaan air, dan intensitas cahaya. Tekstur tanah
yang paling optimal untuk pertumbuhan rumput adalah
tanah yang bertekstur remah. Pemberiaan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk an-organik
(urea, SP36, KCl) yang ditambahkan pada media tanam, dapat meningkatkan tersedianya unsur
hara yang ada dalam tanah serta memperbaiki nutrisi dan tekstur tanah. Selain itu, penyinaran
cahaya yang cukup dapat pula dijadikan salah satu faktor pertumbuhan karena dengan
mengoptimalkannya sebagai proses penunjang dalam fotosintesis. Untuk mendapatkan hasil
yang baik pada tahap akhir atau ketika pemanenan, semua faktor diatas harus didukung pula
dengan tersedianya air yang cukup, sehingga tanaman tumbuh dengan lebat dan tidak cepat
layu/mati.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Hijauan Makanan Ternak Potong dan Kerja. Kanisus. Yogyakarta.

Ahn, P. M. 1993. Tropical Soils and Fertilizer Use. Longman Scientific and Technical. England.

Anonymous. 1967. Rice Production Manual. Compiled by Coorperation with


IRRI. Philipines.

Ayala, J. R., M. Sistach and R. Tuero. 1983. Faktor Effecting The Establishment of King Grass
(Pennisetum purpureum x Pennisetum thypoides) . Planting Depth and Number / Seed Pieces
in The Day Season . Cuban Agric. Sci 17 (2).

Balai Informasi Pertanian Lembang. 1988. King Grass. Departemen Pertanian Balai Penelitian
Ciawi. 1988. Apa itu King Grass. Departemen Pertanian

Bogdan. 1977. Tropical Pasture and Fodder Plants (Grasses and Legume). Longman Ltd and
New York.

De Datta. 1981. Pinciples and Practice of rice Production. John Willey and Sons, Inc. New
York.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.

Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.

Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.


Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. IPB.
Bogor.

Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman sebagai Pendekatan Fisiologis. Rajawali Press.

Kusharsoyo, A.P. 2001. Pengaruh Pupuk NPK, Asam Humat dan Frekuensi Pemanenan terhadap
Produktivitas dan Rendemen Handeuleum pada Intensitas cahaya matahari yang berbeda.
Skripsi. Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusworo, J. 1982. Diktat Kuliah Jagung. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut


Pertanian Bogor, Bogor. 294 hal.

Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Indonesia.

Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan ke-2. PT. Pembangunan Jakarta.

Mannetje, L. T. and R. M. Jones. 1992. Tropical Grass Food and Agricultural of the United
Nations. Rome.

Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika (terjemahan).

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munanar, Go Ban Hong, N. Hakim,
1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Pradnya Paramita. Jakarta. 167 hal.

Prawirohartono, S. 1989. Biologi Edisi Kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Rismunandar. 1990. Mendayagunakan Tumbuhan Rumput. Penerbit Sinar Baru. Bandung.

Russel, J. E. and E Russel. 1961. Soil Condution and Plant Growth. 9th ed. Congmang. Furrold
and Sons Ltd. Norwich.

Setiadi. 1986. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A. 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soepandi, G. 1989. Sifat dan Ciri-ciri Tanah. Terjemahan : Harry O Buckman and Nyle C.
Brady. Depaertemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Intitut
Pertanian Bogor. Bogor.
Soewardi dan H. Wiranegara.1998. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutoro, Y. S. Dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Bogor. Bogor.

Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi (Usaha Peternakan yang Lebih Bermanfaat). Bharata Karya
Aksara. Jakarta.

Widodo. 2004. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kosentrasi Pupuk Daun Organik terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

You might also like