Professional Documents
Culture Documents
Bahan Ajar-Rekayasa Hidrologi - Compressed
Bahan Ajar-Rekayasa Hidrologi - Compressed
PERTEMUAN KE 3-4
1. Presipitasi/hujan
2. Analisis Presipitasi/Hujan
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 3
2.1 Presipitasi/Hujan
Dari daur hidrologi, air yang berada dibumi, langsung maupun tidak
langsung berasal dari air hujan. Hujan (presipitasi/precipitation) adalah
produk dari awan yang turun berbentuk air hujan ataupun salju. Presipitasi
adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosphere ke permukaan bumi.
Proses/faktor pengaruh terhadap terbentuknya hujan adalah tersedianya
udara lembab, tersedia sarana, keadaan yang dapat mengangkat udara
lembab ke atas (kondensasi), dan adanya gerakan udara mendatar
terutama dari lautan. Terbentuknya hujan karena terjadinya penggumpalan
uap air (evaporasi) yang bertemu dengan uap air lainnya, yang
penggumpalan tersebut lebih besar dari grafitasi bumi sehingga terjadi
hujan.
Dalam praktek sering dijumpai data yang tidak lengkap akibat kerusakan
alat atau karena kelalaian petugas. Untuk mengatasi hal tersebut maka
data tersebut bisa dibiarkan kosong seperti apa adanya atau bisa diisi
dengan cara yang ada. Dalam prosedur yang digunakan oleh U.S.
Environmental Data Service, jumlah hujan dihitung dari pengamatan di tiga
stasiun terdekat dan sedapat mungkin berjarak sama terhadap stasiun yang
kehilangan data tersebut. Bila hujan tahunan normalnya pada masing-
masing stasiun indeks berada dalam 10 persen dari stasiun-stasiun yang
kehilangan catatan tersebut, rata-rata aritmatik sederhana dari hujan di
stasiun-stasiun indeks dapat memberikan jumlah yang diperkirakan.
Metode lainnya yang digunakan oleh U.S. National Weather Service untuk
peramalan sungai, memperkirakan hujan pada suatu titik sebagai rata-rata
berbobot dari empat stasiun yang masing-masing terdapat dalam kuadran
yang dibatasi oleh garis utara-selatan dan timur-barat melalui titik yang
bersangkutan. Masing-masing stasiun merupakan yang terdekat dalam
kuadrannya ke titik yang hujannya akan dihitung. Bobot yang dapat dipakai
untuk masing-masing stasiun sama dengan kebalikan akar jarak antara titik
dengan stasiunnya. Dengan mengalikan hujan untuk hujan lebat (atau
periode lain) pada masing-masing stasiun dengan factor bobotnya,
menambahkan 4 jumlah berbobot, dan membaginya dengan jumlah
bobotnya menghasilkan hujan yang diperkirakan untuk titik tersebut.
Apabila satu atau lebih kuadran tak berisi stasiun hujan, seperti yang
mungkin terjadi pada kasus suatu titik di daerah pantai, maka perhitungan
selanjutnya hanya melibatkan kuadran-kuaadran sisanya.
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 9
Adapun cara pengisian data hujan dengan cara Normal Ratio Method
adalah:
1 n An x
Px = Pi
n i = 1 An i (1)
dengan:
n
1 Pi
Px = n (dXi) 2
(dXi) 2 i=1
i=1 (2)
dengan:
Contoh :
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 11
Penyelesaian :
Karena kedalaman hujan bervariasi baik dalam ruang dan waktu, maka
diperlukan data hujan dari beberapa stasiun penakar hujan untuk
memperkirakan hujan kawasan/ hujan DAS
Data hujan yang diperlukan dalam analisis hidrologi adalah hujan rata-rata
DAS (catchment rainfall) yang dihitung dari data hujan di beberapa stasiun.
Metode yang biasa digunakan adalah metode aritmetik/rata-rata aljabar,
thiessen polygon, dan isohyet. Metode aritmetik/rata-rata aljabar adalah
yang paling sederhana dan dapat memberikan hasil yang teliti bila stasiun
yang tersebar merata di DAS yang ditinjau dengan variasi hujan antar
stasiun relatif kecil.
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 12
N
P = P
i
i=1 (3)
P = 1 ( P1 + P2 + ... + Pn
n (4)
Metode Thiesssen Polygon adalah lebih teliti tetapi kurang fleksibel dan
tidak memperhitungkan faktor topografi.
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 13
n
P= Pi x i
i =1
(5)
A1
1 =
A (6)
A2
2 =
A (7)
A3
3 =
A (8)
dengan
N: jumlah stasiun
1 n Pi+ Pi+1
P= xA
A i=1 2
(9)
P1 + P2 P +P
x A1 + 2 3 x A2 + .....
P= 2 2
A1 + A2 + ... (10)
dengan:
n : jumlah luasan
QT = C i(tc ,T ) A
(11)
dengan:
C : koefisien pengaliran
i(tc,T) : intensitas hujan untuk waktu konsentrasi tc dan kala ulang T tahun
A : luas DAS
w
iak
I = P / Td (12)
Dengan:
t
RT 24 n
I = 24
T
24 t ---- 1 jam, R1 = R24 / 24 (1 / 24 )3/4 (13)
dengan:
n = konstanta
Formula Kirpich
Formula Bransby-Williams
Australian rainfall-runoff
Hitung kedalamannya
Contohnya:
50
42
40
kedalam an hujan (m m )
30
20
11
10 8
5 6
4 5 4
3
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam -ke)
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 21
Lama Intensitas Depth (mm) Incremental depth Rainfall dist
1 45.18 45.18 45.18 4.43
2 26.86 53.73 8.55 8.55
3 19.82 59.46 5.73 45.18
4 15.97 63.89 4.43 5.73
5 13.51 67.56 3.67 3.67
50
40
Intensitas hujan
(mm/jam)
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Waktu (jam ke-)
30
25
20
%P
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (jam)
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 22
Contoh intensitas hujan dengan kala ulang 5, 10 dan 25 tahun
1000
Intensitas Hujan (mm/jam)
800
600 5 tahun
10 tahun
400 25 tahun
200
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
25
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
3333
3333
3333
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
REKAYASA HIDROLOGI (3-4) RITA T. LOPA 24
60
30
10
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
60
30
10
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
INPUT OUTPUT
MODEL
PMP PMF
PMP = X + Km . S (17)
Dengan :
3.1 Rangkuman
Panjang sungai, L = 61 km
Konstanta n = 0.4
2. Dari DAS tersebut diatas tercatat data curah hujan harian maksimum
sebagaimana pada lampiran 2. Hitunglah hujan rerata DAS dengan
menggunakan metode Rata-rata Aljabar, dan Polygon Thiessen,
selanjutnya bandingkan hasil perhitungan keduanya. Data dianalisis
berdasarkan sifat distribusinya.
3. Untuk Das yang sama dengan soal no. 1, hujan tahunan terekam di
masing-masing stasiun adalah sebagaimana dalam tabel di bawah.
Ujilah kepanggahan data stasiun A dengan cara kurva massa ganda.