Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/284788538

MODEL PEMBELAJARAN KREATIVITAS DAN


CINTA TANAH AIR MELALUI APRESIASI SENI
TARI (LEARNING MODEL FOR...

Conference Paper January 2015

CITATIONS READS

0 784

7 authors, including:

Muhammad Thoyibi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Thoyibi on 28 November 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

MODEL PEMBELAJARAN KREATIVITAS DAN CINTA TANAH AIR


MELALUI APRESIASI SENI TARI
(LEARNING MODEL FOR CREATIVITY AND NATIONALISM
THROUGH DANCE APPRECITION)

M. Thoyibi1, Nanik Prihartanti2, Dwi Wahyudiarto3


1
Universitas Muhammadiyah Surakarta.Alamat Pos: Jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura,
Surakarta INDONESIA, 57102. Alamat email: mthoyibi@ums.ac.id
2
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
3
Institut Seni Indonesia Surakarta

ABSTRACT

This study aims at developing a learning model for creativity and nationalism through dance
appreciation. The study was conducted in two phases, namely module construction and its
implementation. The activities related to module construction were determining the learning
objectives, structuring the learning material and media, determining the learning method, and
settling the learning procedures. The activities related to module implementation were putting
the moduloe into practice and studying the participants behavior in responding the
implementation. The study showed that the modul implementation was able to encourage
creativity in choreography construction, spatial optimization, configuration, harmony
establishment, and design creation. The study also suggested that the modul implementation
constituted an alternative approach to character education integrated into course subjects
instead of being presented as an independent subject.

Keywords: model pembelajaran kreativitas, cinta tanah air, apresiasi seni tari, lagu daerah,

1
Universitas Muhammadiyah Surakarta.Alamat Pos: Jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura,
Surakarta INDONESIA, 57102. Alamat email: mthoyibi@ums.ac.id
2
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
3
Institut Seni Indonesia Surakarta

262
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

1. PENDAHULUAN Pancasila sebagaimana yang diberikan dalam


Ketika berbagai media, baik cetak, penataran P4, atau 18 nilai pendidikan
elektronik, maupun virtual mengungkap budaya dan karakter bangsa sebagaimana
berbagai peristiwa yang melanda bangsa dirumuskan oleh Pusat Kurikulum
Indonesia, sejak dari korupsi, tawuran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
bentrok antarwarga, geng motor hingga (Kemendiknas, 2010),materi pendidikan
pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, karakter dapat digali secara langsung dari
dan terorisme, sebagian orang menyimpulkan masyarakat atau kelompok masyarakat
bahwa fenomena-fenomena tersebut sendiri.
merupakan indikasi gagalnya pendidikan Dalam kaitannya dengan materi
karakter dalam menghasilkan warga negara pendidikan karakter, Thoyibi, et al., (2012)
yang berbudi luhur atau berakhlak mulia telah mengidentifikasi sebanyak 20 nilai
(JPNN, 25 September 2012; yang dihargai di masyarakat dan dipandang
antarajatim.com, 5 Oktober 2012; perlu diajarkan kepada peserta didik.Dari 20
kompas.com, 3 November 2012). Oleh nilai tersebut, terdapat enam nilai yang nama
karena itu, banyak orang mengusulkan dan deskripsinya hampir sama dengan nilai-
perlunya penataran P4 (Pedoman nilai yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) lagi pendidikan budaya dan karakter bangsa
sebagaimana yang dilaksanakan pada masa (Thoyibi, et al., 2012; Kemendiknas, 2010),
Orde Baru (Kompas, 2 Maret 2012). yaitu: kejujuran, tanggung jawab,
Namun demikian, sebagian kedisiplinan, kerja keras, toleransi, dan
berpandangan bahwa kegagalan tersebut kreativitas. Selain itu, terdapat tujuh nilai lain
terletak pada proses pembelajaran kelompok yang namanya berbeda tetapi deskripsinya
mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan hampir sama, yaitu: sportivitas/menghargai
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan prestasi, sopan santun/cinta damai,
dan kepribadian yang merupakan komponen keramahan/bersahabat/komunikatif,
utama pendidikan karakter di sekolah, pementingan orang lain/semangat
sebagaimana diatur dalam Peraturan kebangsaan, keimanan-ketakwaan/religius,
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang kasih sayang/peduli sosial, dan
Standar Nasional Pedidikan. Sebagaimana patriotisme/cinta tanah air.
halnya P4 dan PMP pada era Orde Baru, Tanpa mengecilkan peran penting
proses pembelajaran pendidikan karakter di nilai-nilai lain dalam pendidikan karakter,
sekolah pada sekarang juga dilaksanakan penelitian inimemfokuskan pada metode
dengan lebih banyak menekankan pada aspek pembelajaran kreativitas dan cinta tanah air.
kognitif daripada afektif, sehingga upaya Di antara alasan yang mendasari pemilihan
pembangunan karakter tidak berjalan kreativitas dan cinta tanah sebagai fokus
sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena penelitian ini adalah karena kedua nilai
itu, sebagian orang kemudian mengusulkan tersebut merupakan nilai yang sangat penting
pentingnya revitalisasi Pancasila dalam konteks globalisasi dewasa ini. Di satu
(Kompasiana.com, 23 Mei 2011), dalam arti sisi, perdagangan bebas mengakibatkan
bagaimana nilai-nilai luhur yang ada di persaingan kualitas sumber daya manusia
dalam Pancasila itu dapat diajarkan secara antarbangsa, dan sebagaimana dinyatakan
tepat kepada peserta didik. oleh Richard Florida (Wince-Smith, 2006),
Terdapat dua persoalan penting kreativitas merupakan sumber daya ekonomi
dalam pendidikan karakter, yaitu materi dan yang sangat penting pada abad ke-21. Di sisi
metode. Materi terkait dengan nilai-nilai apa lain, berkembangnya budaya global dapat
saja yang perlu untuk diinternalisasi oleh mengancam berbagai tradisi dan nilai-nilai
peserta didik, sedangkan metode tekait kebangsaan (Popa, 2012: 248; Nistor, 2007:
dengan cara sosialisasi agar nilai-nilai 158; Budimansyah, 2010).
tersebut diinternalisasi oleh peserta didik. Fokus penelitian ini adalah
Selain 45 butir penghayatan dan pengamalan bagaimana pendidikan karakter, terutama

263
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

kreativitas dan cinta tanah air, dapat (2005),pengertian baru dimaknai sebagai
disajikan secara terintegrasi dengan mata sesuatu yang original dan unexpected.
pelajaran lain dan dengan cara yang menarik, Dalam literatur budaya Indonesia,
jauh dari kesan indoktrinasi dan verbalisme. konsep Cinta Tanah Air sering
dipertukarkan dengan konsep nasionalisme
2. TINJAUAN PUSTAKA dan patriotisme karena dalam KUBBI baik
Kreativitas didefinisikan secara nasionalisme maupun patriotisme
berbeda oleh ahli yang berbeda.Torrance mengandung pengertian cinta tanah air
(1984) mendefinisikan kreativitas sebagai a atau cinta bangsa dan negara
process of becoming sensitive to sendiri.Bunyamin Maftuh (2008)
problems.Dia berpandangan bahwa mendefinisikan nasionalisme sebagai dengan
kreativitas melibatkan komponen kefasihan, rasa kebangsaan.Hans Kohn (1984) dan
fleksibilitas, elaborasi, dan originalitas.Yang Nazaruddin Syamsudin (1988)
dimaksud dengan kefasihan adalah mendefinisikan nasionalisme sebagai konsep
kemampuan untuk menghasilkan banyak yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
gagasan; fleksibiltas adalah kemampuan individu diserahkan sepenuhnya kepada
menghasilkan aneka ragam gagasan; Negara.
elaborasi adalah kemampuan untuk Daniel Druckman (1994) yang
mengembangkan gagasan; dan originalitas melihat nasionalisme dan patriotisme dari
adalah kemampuan untuk menghasilkan perspectif psikologi sosial, membedakan
gagasan yang tidak biasa. pengertian kedua konsep tersebut. Menurut
Definisi serupa juga dibuat oleh Druckman (1994) konsep cinta tanah air
penulis-penulis lain seperti Quigley, Healy, lebih dekat dengan konsep patriotisme, yaitu
Schifter, dan Simonton.Quigley (1998) perasaan kuat terhadap negara seseorang,
mendefinisikan kreativitas sebagai sebagai tercermin melalui ungkapan "I love
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu my country," "I am proud to be ...," dan "In a
yang baru dan efektif. Healy (1994) sense, I am emotionally attached to my
mendefinisikannya sebagai the ability to country and emotionally affected by its
generate, to approach problems in any field actions." Adapun nasionalisme dipahami
from fresh perspectives, Schifter (1999) sebagai perasaan yang menunjukkan
mendefinisikannyasebagai the ability to take superioritas kebangsaan dan pentingnya
existing objects and combine them in kekuatan dan dominasi nasional atas negara
different ways for new purposes,Simonton lain.
(2000) mendefinisikannya sebagai Dalam penelitian pengertian cinta
kemampuan menghasilkan sesuatu atau tanah air dipahami sebagai rasa cinta dan
pengetahuan baru, Pope (2005: 27) hormat seseorang pada negara, bangsa, dan
mendefinisikan kreativitas sebagai the budaya Indonesia.
application of knowledge and skills in new
ways to achieve a valued goal, dan 3. METODE PENELITIAN
Sternberg et al. (2005) mendefinisikan Penelitian ini bertujuan menciptakan
kreativitas sebagai kemampuan model pembelajaran kreativitas dan cinta
menghasilkan karya baru, yang berkualitas tanah air.Subjek penelitian adalah peserta
tinggi, dan tepat. didik sekolah menengah atas (SMA) dan
Berdasarkan literatur tentang sekolah yang dipilih sebagai lokus
kreativitas tersebut terdapat benang merah implementasi penelitian ini adalah SMA
yang menghubungkan antara definisi yang Batik Surakarta.Jumlah peserta sebanyak 35
dirumuskan oleh ahli satu dengan orang, yang terdiri dari 21 orang putri dan 14
lainnya.Salah satu hal yang merupakan orang putra. Peserta penelitian berasal dari
benang merah tersebut adalah aspek kelas X, XI dan kelas XII yang direkrut
kebaruan.Dalam definisi Sternberg et al. secara suka rela. Pemilihan sekolah
didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu: (1)

264
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

SMA Batik mempunyai visi dan misi yang Lagu-lagu daerah yang kemudian dipilih
sesuai dengan tema penelitian, (2) SMA sebagai repertoire sebanyak sembilan lagu,
Batik memiliki nota kesepahaman dengan yaitu: (1) Bungong Jeumpa dari Nangro
salah satu institusi tempat tim peneliti Aceh Darussalam, (2) Gundhul-Gundhul
bekerja. Pacul dari Jawa Tengah, (3) Dayuang
Kegiatan dalam penelitian terdiri dari Palinggam dari Sumatra Barat, (4) Don
dua tahap, yaitu: penyusunan modul dan uji- Dadape dari Bali, (5) Pakarena dari
coba modul. Kegiatan yang dilakukan dalam Sulawesi Selatan, (6) Onde-Onde dari Jawa
penyusunan modul meliputi: (1) perumusan Tengah, (7) Paris Barantaidari Kalimantan
capaian pembelajaran, (2) penataan bahan Selatan, (8) Gunung Salahutu dari Maluku,
dan media pembelajaran, (3) penentuan dan (9) Yamko Rambe Yamko dari Papua.
metode pembelajaran, dan (4) pengaturan Pemilihan lagu-lagu daerah tersebut menjadi
prosedur pembelajaran. Secara keseluruhan repertoire dalam model pembelajaran
modul pembelajaran kreativitas dan cinta kreativitas dan cinta tanah air ini adalah
tanah air ini terdiri dari 16 kali pertemuan; bahwa lagu-lagu tersebut sampai pada
masing-masing pertemuan terdiri dari 120 tingkat tertentu merepresentasikan
menit, termasuk istirahat selama 15 menit. keanekaragaman bangsa Indonesia yang
Kegiatan dalam uji-coba modul terdiri dari banyak pulau dan suku bangsa
mencakup penerapan modul sesuai dengan sejak dari Nangro Aceh Darussalam hingga
prosedur pembelajaran yang sudah tanah Papua. Kesembilan lagu daerah
dirumuskan dan pengamatan terhadap tersebut sampai pada tingkattertentu
perilaku subjek dalam merespon stimulan mewakili pembagian Indonesia sesuai
yang diberikan oleh tutor melalui bahan- dengan wilayah waktu, yaitu Indonesia
bahan pembelajaran, baik rangsangan gerak- bagian barat, Indonesia bagian tengah, dan
gerak dasar maupun lagu-lagubeserta Indonesia bagian timur.Dengan lagu-lagu
aransemen dalam repertoire yang sudah daerah tersebut subjek penelitian dirangsang
disiapkan, sejak dari keraguan peserta, untuk mengeksplorasi tidak hanya makna
langkah coba-coba hingga pembentukan pola syair lagu-lagu tersebut tetapi juga konteks
ekspresi gerak. sosial-budaya masyarakat pendukungnya.
Pengumpulan data dilakukan dengan Aransemen yang dipilih adalah
tigacara, yaitu: (1) studi pustaka, (2) orchestra lengkap yang dapat memberikan
pengamatan, dan (3) analisis dokumen. Studi kesan dinamis, bersemangat, lincah,
pustaka digunakan untuk menyusun gagah,dan megah.Pilihan aransemen ini
repertoire lagu-lagu daerah dalam dimaksudkan untuk menyesuaikan tempo dan
penyusunan modul dan menjadi basis bagi irama lagu dengan jiwa remaja yang penuh
penciptaan koreografi.Metode pengamatan dinamika. Selain itu, pemilihan anransemen
digunakan untuk mengumpulkan data yang juga dimaksudkan untuk menarik minat
terkait dengan perilaku subjek dalam uji coba subjek penelitian yang semuanya berusia
modul.Adapun analisis dokumen merupakan remaja yang pada umumnya menyukai lagu-
data yang terkait dengan ungkapan lagu pop, baik yang berbahasa Indonesia
pengalaman subjek dalam implementasi maupun berbahasa Inggris, terutama yang
program. dipopularkan oleh berbagai media televisi
dan youtube.
4. Hasil dan Pembahasan Repertoire dan aransemen ini
1. Repertoir Lagu Daerah digunakan sebagai pedoman dan sekaligus
Bahan pembelajaran yang digunakan dalam stimulant bagi subjek penelitian untuk
modul berupa lagu-lagu daerah beserta melatih kepekaan rasa dan keterampilan
aransemen masing-masing yang dapat motorik mereka, sehingga dapat merespon
membangun kesadaran tentang rangsangan tersebut dengan ekspresi gerak
keanekaragaman bangsa Indonesia dan subjek penelitian yang mengarah pada
menumbuhkan rasa cinta tanah air Indonesia. penciptaan pola gerak dalam

265
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

koreografi.Melalui aransemen tersebut,


subjek penelitian dirangsang untuk masuk ke
dalam irama dan meresponnya secara
individual dengan ekspresi gerak sesuai
dengan kreasi masing-masing.Setelah
beberapa kali ulangan dan pola gerak
terbentuk, ekspresi gerak tersebut selanjutnya
dibakukan atau ditetapkan sebagai bagian
dari koreografi.

2. Modul
Modul yang disusun adalah modul
pembelajaran apresiasi seni tari, tetapi yang
menjadi fokus dalam pembelajaran ini
sebenarnya bukan tarinya itu sendiri,
melainkan pada proses dan pengalaman
subjek penelitian dalam menghasilkan
sebuah karya kolektif berupa koreografi.
Tujuan utama penyusunan modul ini
bukan untuk melatih kemahiran dan
keterampilan gerak subjek dalam menari,
melainkan untuk membangun sikap dan
menerapkan nilai-nilai seperti nilai kreatif,
cinta terhadap budaya bangsa (cinta tanah
air), disiplin, bertanggungjawab, dan
toleran/tenggang rasa. Jika pada
akhirnya,melalui modul ini subjek ternyata
menjadi terampil menari, maka keterampilan
tersebut semata-mata merupakan produk
samping dari kegiatan dan bukan tujuan
utama.
Secara keseluruhan modul terdiri
dari 16 kali pertemuan. Adapun fokus
capaian pembelajaran pada masing-masing
pertemuan adalah sebagai berikut.

266
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

PERTEMUAN CAPAIAN PEMBELAJARAN


Ke-1 Siswa dapat mengapresiasi kekayaan ragam seni Indonesia sebagai
kekayaan budaya bangsa.
Ke-2 Siswa dapat menyanyikan LaguBeungong Jeumpa dari Aceh,
memahami makna syairnya, dan membuat pola gerak berdasarkan lagu
tersebut.
Ke-3 Siswa dapat mempraktikkan bentuk-bentuk gerak dasar dan keragaman
gerak tari tradisi, seperti srisik, laku telu, kengser, dan tranjalan, serta
bermain ekspresi wajah (mimic).
Ke-4 Siswa dapat menyanyikan Lagu Gundul-Gundul Pacul dari Jawa
Tengah, memahami makna syairnya, dan membuat pola gerak sesuai
dengan lagu tersebut.
Ke-5 Siswa dapat menyanyikan Lagu Dayuang Palinggam Sumatra Barat ,
memahami makna syairnya, dan membuat pola gerak sesuai dengan
lagu tersebut.
Ke-6 Siswa dapat menciptakan pola ekspresi gerak berdasarkan lagu daerah
dan menyusunnya menjadi koreografi tari.
Ke-7 Siswa dapat menyanyikan Lagu Don Dadape dari Bali, memahami
makna syairnya, dan membuat pola gerak sesuai dengan lagu tersebut.
Ke-8 Siswa dapat mempraktikkan ragam gerak yang memiliki nilai rasa
kebersamaan.
Ke-9 Siswa dapat menyanyikan Lagu Onde-Onde, memahami makna syair
lagu, dan membuat pola gerak berdasarkan lagu tersebut.
Ke-10 Siswa dapat menyanyikan Lagu Paris Barantai dari Kalimantan Selatan
dan lagu Pakarena dari Sulawesi Selatan, memahami makna syair kedua
lagu, dan membuat pola gerak berdasarkan kedua lagu tersebut.
Ke-11 Siswa dapat menyanyikan Lagu Gunung Salagutu dari Maluku,
memahami makna syair lagu, dan membuat pola gerak berdasarkan lagu
tersebut.
Ke-12 Siswa dapat menyanyikan Lagu Yamko Rambe Yamko dari Papua,
memahami makna syair lagu, dan membuat pola gerak berdasarkan lagu
tersebut.
Ke-13-16 Siswa dapat memainkan karakter tertentu melalui ekspresi gerak,
melakukan pola gerak dan pola lantai tari Tembang Nusantara secara
utuh.

267
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Media pembelajaran yang memanfaatkan peluang tersebut, tidak hanya


diperlukan dalam mengimplementasikan untuk kepentingan pengembangan pribadi
modul meliputi Tape recorder, VCD/CD tetapi juga pengembangan budaya bangsa.
Player, LCD projector/TV monitor, CD Pengembangan aspek afektif secara
berisi tembang atau lagu nusantara. Selain lebih spesifik dilakukan dalam pengenalan
itu, siswa juga diberi tugas membuat topeng peserta pada repertoire lagu-lagu daerah,
untuk menggambarkan karakter tertentu yang ketika peserta diminta untuk mengeksplorasi
memiliki sifat-sifat tertentu dengan makna lirik lagu dan hubungan antara lagu
karakteristik gerak tertentu. Pada waktu dengan masyarakat pendukungnya dan dalam
menjelang pementasan, siswa diberi tugas konteks Negara Kesatuan Republik
untuk berkreasi merancang kostum yang Indonesia.Pengembangan aspek afektif dapat
dianggap sesuai dengan tema pementasan. diidentifikasi melalui apresiasi peserta pada
Metode pembelajaran yang repertoire tersebut sejak dari pemahaman
digunakan dalam mengimplementasikan terhadap pesan yang terkandung di dalam
modul meliputi ceramah, Focus Group lagu, penyanyian lagu, hingga penciptaan
Discussion (FGD, demonstrasi, penugasan gerak yang sesuai dengan lagu, yang secara
bermain, dan tanya jawab. Adapun prosedur keseluruhan menyiratkan kebanggaan
pelaksanaan pembelajaran mengikuti pola menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
pembukaan, inti, dan penutup. Pembukaan Tanggapan positif peserta dapat
terdiri dari kegiatan berdoa yang dipimpin diidentifikasi melalui perhatian mereka pada
oleh siswa, ice-breaking, dan kegiatan setiap penggalan eskposur yang tiap kali
pengantar atau apersepsi oleh tutor. Kegiatan mereka tersentak oleh pengalaman baru
inti terdiri dari pemberian pengalaman seiring dengan alur sajian eksposur.
pembelajaran, baik berupa pengetahuan Tanggapan positif peserta juga dapat
maupun keterampilan, yang terkait dengan diidentifikasi melalui rasa ingin tahu
apresiasi seni tari dan nilai-nilai dalam (curiosity) mereka sebagaimana yang
pembangunan karakter. Kegiatan inti dibagi terungkap dalam pertanyaan-pertanyaan yang
menjadi dua bagian, yaitu paroh awal dan diajukan kepada tutor, baik di dalam maupun
paroh akhir yang dipisahkan oleh jeda di luar jam pelajaran.
istirahat selama 15 menit. Kegiatan pada Pada tahap pengembangan aspek
Penutup terdiri dari rangkuman pembelajaran psikomotorik, peserta diperkenalkan pada
(wrapping-up) yang dilakukan oleh tutor dan potongan-potongan gerak yang diderivasi
doa yang dipimpin oleh siswa. dari gerak binatang atau alam sekitar yang
dapat disusun menjadi sebuah komposisi
3. Dinamika Proses Pembelajaran tari.Pada tahap ini, peserta didorong untuk
Implementasi modul diawali dengan mencoba mengekspresikan gagasan atau
pengembangan aspek kognitif dan afektif emosi mereka dalam bentuk gerak.Untuk
melalui eksposur pengalaman tutor di membebaskan peserta dari keraguan dan
berbagai peristiwa baik di tingkat lokal, kecanggungan, tutor merangsang mereka
nasional maupun internasional. Dalam dengan materi stomp, yaitu pemanfaatan
eksposur, peserta diperkenalkan pada objek-objek yang ada di sekitar sebagai
berbagai tari tradisi yang digarap dengan perkusi untuk mendorong peserta
pendekatan modern, sejumlah tari modern, menggerakkan tubuh mereka sesuai dengan
dan kemasan tari tradisi dari berbagai daerah irama perkusi. Dengan cara itu, peserta mulai
yang ditampilkan pada event besar. Dalam membuat gerak-gerak dan berkembang dari
eksposur, peserta juga ditunjukkan pada yang semula malu-malu, ragu-ragu, dan kaku
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh menjadi lentur, bebas dan menikmati,
orang-orang yang berminat untuk terutama ketika peserta didorong untuk
mengembangkan potensi seni mengeksplorasi tubuh dengan latihan gerak
Nusantara.Peserta diyakinkan bahwa mereka mengencangkan dan mengendorkan.
termasuk kelompok orang yang dapat

268
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Kreativitas peserta mulai terlihat dilaksanakan di dalam modul ini, pendidikan


ketika peserta diminta untuk membuat karakter tidak sekadar menjadi pengetahuan
bentuk-bentuk gerak sesuai dengan di ranah kognitif, tetapi menjadi pengalaman
imajinasi masing-masing dan ketika yang melibatkan ranah kognitif, afektif, dan
peserta diminta untuk mengekspresikan psikomotorik secara terpadu dan utuh.
karakter-karakter tertentu dan suasana Kedua, pembelajaran kreativitas dan
hati atau emosi tertentu dalam gerak. cinta tanah air yang dilaksanakan di dalam
Peserta selanjutnya diperkenalkan pada modul ini dapat menjadi alternatif
gerak-gerak dasar yang ada dalam tari pendekatan pendidikan karakter yang
tradisi, seperti srisik, laku telu, kengser, dilaksanakan secara terintegrasi ke dalam
tranjalan, ngancap, dan glebagan dalam mata pelajaran lain. Dengan model
tari tradisi Jawa serta pola-pola gerak pembelajaran sebagaimana yang
dasar dalam tari tradisi lain.Kreativitas dilaksanakan di dalam modul ini, pendidikan
peserta semakin terlihat ketika peserta karakter dapat disajikan dalam kemasan yang
diperkenalkan pada aspek keruangan menarik dan jauh dari kesan indoktrinasi
(spatial) dalam tari, baik yang terkait serta verbalisme.
dengan cara mengoptimisasikan ruang,
cara menyesuaikan gerak dengan ruang 6. PERSANTUNAN
yang tersedia, maupun cara membentuk Penelitian ini terlaksana berkat dukungan
konfigurasi yang melibatkan harmoni dana dari program Direktorat Penelitian dan
dengan gerak peserta pasangan dan aspek Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat
musikalitas dalam tari. Kreativitas Jenderal Pendidikan Tinggi, melalui program
menjadi benar-benar terlihat nyata ketika Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
peserta didorong untuk melaksanakan (PUPT), dan dibiayai secara mandiri oleh
pementasan karya mereka, yang Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
melibatkan kreasi kostum, properti, dan Masyarakat (LPPM), Universitas
sarana lain yang diperlukan untuk Muhammadiyah Surakarta. Oleh karena itu,
pementasan. peneliti mengucapkan terima kasih yang
Selain kreativitas dan cinta tanah air, sebesar-besarnya kepada Direktorat
nilai-nilai yang secara jelas terinternalisasi Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat,
melalui implementasi modul adalah nilai- Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan
nilai kedisiplinan, kerja keras, tanggung kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
jawab, dan toleransi, yang tidak hanya pada Masyarakat Universitas
tercermin pada perilaku peserta dari Muhammadiyah Surakarta yang
pertemuan ke pertemuan hingga saat memungkinkan terlaksananya penelitian ini.
pementasan, tetapi juga tertuang dalam
tulisan tentang kesan mereka mengikuti 7. DAFTAR PUSTAKA
kegiatan pembelajaran. Budimansyah, Dasim. 2010. Tantangan
Globalisasi terhadap Pembinaan
5. SIMPULAN Wawasan Kebangsaan dan Cinta
Berdasarkan hasil dan pembahasan Tanah Air di Sekolah. Jurnal
di atas, penelitian ini menyimpulkan sebagai Penelitian Pendidikan, Vol. 11 No.
berikut. Pertama, pembelajaran kreativitas 1, April 2010, hal. 8-16.
dan cinta tanah air yang diimplementasikan Druckman, Daniel. 1994. Nationalism,
di dalam modul ini sampai pada tingkat Patriotism, and Group Loyalty: A
tertentu mampu mendorong kreativitas dalam Social Psychological Perspective.
eksplorasi gerak yang membangun Mershon International Studies
koreografi, optimisasi ruang, pembentukan Review, 38, 43-68.
kofigurasi, pencapaian harmoni, dan Healy, J. M. .1994. Testing for Creativity
penciptaan desain. Melalui model Requires A Clear Definition of What
pembelajaran sebagaimana yang It Is. Brown University Child

269
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

&Adolescent Behavior Letter, Quigley, P. (1998). Creativity and


10(12), 1-2. Computers. Retrieved April 12,2004,
Kemendiknas. 2010. Pengembangan from http://erica.net/edo/ED315063
Pendidikan Budaya dan Karakter .htm
Bangsa: Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Berdasarkan Nilai-Nilai Seltzer, K. and Bentley, T. (1999) The
Budaya untuk Membentuk Daya Creative Age: Knowledge and Skills
Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: for the New Economy, Buckingham:
Badan Penelitian dan Pengembangan Demos. Available online at
Pusat Kurikulum. www.creativenet.org.uk
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme, Arti dan Simonton, D. K. 2000. Creativity:
Sejarahnya. Jakarta: PT. Cognitive, Personal, Development,
Pembangunan. and Social Aspects. American
Maftuh, Bunyamin. 2008. INternalisasi Psychologist, 55(1), 151-158.
Nilai-Nilai Pancasila dan Sternberg, R. J., Lubart, T. I., Kaufman, J.
Nasionalisme Melalui Pendidikan C., & Pretz, J. E. (2005). Creativity.
Kewarganegaraan. Dalam In K. J. Holyoak & R. G. Morrison
Educationist, Vol. II, No. 2, Tahun (Eds.), Cambridge handbook of
2008, hal. 134-144. thinking and reasoning (pp. 351
Popa, Claudia Diana. Is Globalization a 370). Cambridge: Cambridge
Necessary Evil? Side Effects of the University Press.
Globalization International Journal Syamsudin, Nazaruddin. 1998. Bung Karno
of Academic Research in Kenyataan Politik dan Kenyataan
Accounting, Finance and Praktek. Jakarta: CV. Rajawali.
Management Sciences Volume 2, Thoyibi, M., Nanik Prihartanti, dan Dwi
Special Issue 1 (2012), pp. 243-250. Wahyudiarto. 2012. Pendidikan
Pope, Rob. 2005. Creativity Theory, History, Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Practice. New York: Routledge. melalui Apresiasi Seni Tradisi.
Prebel, Laura. Teachers Must Encourage Laporan Penelitian. Surakarta:
Students Creativity. Diunduh pada LPPM UMS.
18-02-2014 dari Torrance, E. P. 1984. Torrance Tests of
http://www.teachhub.com/teaching- Creative Thinking. Bensenville, IL:
creativity. Scholastic Testing Service.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi.
Dokumen pdf.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dokumen pdf.

270

View publication stats

You might also like