Tulisan ini membahas asas-asas hukum perjanjian yang berlaku umum dalam membuat kontrak antara pihak-pihak. Lima asas utama yang dijelaskan adalah kebebasan berkontrak, konsensualisme, kepastian hukum, itikad baik, dan kepribadian. Tulisan ini bertujuan menginformasikan pembaca tentang pentingnya memahami asas-asas tersebut dalam membuat kontrak yang sah menurut hukum.
Tulisan ini membahas asas-asas hukum perjanjian yang berlaku umum dalam membuat kontrak antara pihak-pihak. Lima asas utama yang dijelaskan adalah kebebasan berkontrak, konsensualisme, kepastian hukum, itikad baik, dan kepribadian. Tulisan ini bertujuan menginformasikan pembaca tentang pentingnya memahami asas-asas tersebut dalam membuat kontrak yang sah menurut hukum.
Tulisan ini membahas asas-asas hukum perjanjian yang berlaku umum dalam membuat kontrak antara pihak-pihak. Lima asas utama yang dijelaskan adalah kebebasan berkontrak, konsensualisme, kepastian hukum, itikad baik, dan kepribadian. Tulisan ini bertujuan menginformasikan pembaca tentang pentingnya memahami asas-asas tersebut dalam membuat kontrak yang sah menurut hukum.
M. Muhtarom Dosen Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, tromol pos I Pabelan Kartasura
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan mengenai para pihak
memahami asas-asas perjanjian (contract principles) dalam melakukan atau membuat suatu kontrak. Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk menyampaikan gambaran atau deskripsi kepada pembaca mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat kontrak yang berkaitan dengan perbuatan hukum. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk memahami karakteristik suatu kontrak yang bersifat terbuka yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan teori-teori Ilmu Hukum. Dari penelusuran penulis disimpulkan bahwa Untuk memahami dan membentuk suatu perjanjian, maka para pihak harus memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, yakni syarat subjektif: adanya kata sepakat untuk mengikatkan dirinya dan kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan, sedangkan syarat objektif adalah suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Oleh sebab itu, dalam melakukan perbuatan hukum membuat suatu kontrak/perjanjian haruslah pula memahami asas-asas yang berlaku dalam dasar suatu kontrak/perjanjian antara lain: asas kebebasan berkontrak, asas konsesnsualisme, asas kepastian hukum/pacta sunt servanda, asas itikad baik dan asas kepribadian. Dari kelima asas yang berdasarkan teori ilmu hukum tersebut ditambahkan delapan asas hukum perikatan nasional yang merupakan hasil rumusan bersama berdasarkan kesepakatan nasional. Kata Kunci: asas-asas, kontrak, hukum.
48 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56
Pendahuluan membuat suatu perikatan; 3. Mengenai Hukum yang berlaku di Indonesia suatu hal tertentu; dan 4. Atas suatu banyak dipengaruhi oleh sistem-sistem sebab yang halal (Soebekti dan R. Tji- hukum asing, terutama adalah sistem trosudibio, 1996: 132). Dengan dipenuh- hukum Eropa atau disebut juga sistem inya empat syarat sahnya perjanjian ter- hukum Romawi Jerman. Sistem hukum sebut, maka suatu perjanjian menjadi sah ini melalui jalur hukum Belanda. telah me- dan mengikat secara hukum bagi para nancapkan pilar-pilar hukum yang meng- pihak yang membuatnya. ikat antara masyarakat dengan penguasa Di dalam kegiatan hukum sehari- maupun masyarakat dengan masyarakat. hari banyak ditemukan perbuatan-per- Sistem hukum ini pertama kali ber- buatan hukum yang berkenaan dengan kembang dalam hukum perdatanya atau perjanjian atau kontrak antara dua pihak private law atau civil law, yaitu hukum atau lebih. Umumnya mereka melakukan yang mengatur hubungan sesama anggota perjanjian-perjanjian dengan sistem masyarakat. Oleh karena itu, sistem hu- terbuka, yang artinya bahwa setiap orang kum Romawi Jerman ini lebih terkenal bebas untuk mengadakan perjanjian baik dengan nama sistem hukum civil law yang diatur maupun yang belum diatur di (Rene Devid and John. E.C. Brierley, dalam suatu undang-undang, Hal ini 1978: 21) sesuai dengan kriteria terbentuknya Dalam Burgerlijk Wetboek kontrak dimana berdasarkan Pasal 1338 (BW) yang kemudian diterjemahkan oleh ayat (1) KUHPer menegaskan bahwa Prof. R. Subekti, SH dan R. Tjitrosudi- semua perjanjian yang dibuat secara sah bio menjadi Kitab Undang-Undang Hu- berlaku sebagai undang-undang bagi kum Perdata (KUHPer) bahwa menge- mereka yang membuatnya. Biasanya nai hukum perjanjian diatur dalam Buku dalam suatu kontrak terdiri dari 6 (enam) III tentang Perikatan, dimana hal tersebut bagian, yakni judul perjanjian, pembu- mengatur dan memuat tentang hukum ke- kaan, pihak-pihak dalam perjanjian, kayaan yang mengenai hak-hak dan ke- recital, isi perjanjian, dan penutup. Dari wajiban yang berlaku terhadap orang- enam bagian tersebut terdapat beberapa orang atau pihak-pihak tertentu. Kebe- klausula umum seperti wanprestasi, radaan suatu perjanjian atau yang saat pilihan hukum dan pilihan forum, domisili, ini lazim dikenal sebagai kontrak, tidak force majeur, yang banyaknya tergan- terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat tung dari kesepakatan para pihak. Kebe- mengenai sahnya suatu perjanjian/kon- radaan suatu kontrak tidak terlepas dari trak seperti yang tercantum dalam KUH asas-asas yang mengikatnya. Asas-asas Perdata, sebagai berikut: 1. Adanya ke- dalam berkontrak mutlak harus dipenuhi sepakatan dari mereka yang mengikat- apabila para pihak sepakat untuk mengi- kan dirinya; 2. Adanya kecakapan untuk katkan diri dalam melakukan perbuatan-
Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 49
perbuatan hukum. Namun demikian, se- Kontrak, dalam bentuk yang pa- ringkali ditemui ada beberapa kontrak ling klasik, dipandang sebagai ekspresi yang dibuat tanpa berdasarkan asas-asas kebebasan manusia untuk memilih dan yang berlaku dalam suatu kontrak. Hal mengadakan perjanjian. Kontrak meru- seperti ini terjadi karena disebabkan ke- pakan wujud dari kebebasan (freedom kurangpahaman para pihak terhadap of contract) dan kehendak bebas untuk kondisi dan posisi mereka. Oleh karena memilih (freedom of choice) (Ati- itu, timbulah pertanyaan meliputi asas- yah,1983: 5). asas apa sajakah yang berlaku dalam me- Sejak abad ke-19 prinsip-prinsip lakukan suatu kontrak/perjanjian? itu mengalami perkembangan dan berba- Pada tulisan ini, akan dicoba dipa- gai pergeseran penting. Pergeseran demi- parkan mengenai para pihak memahami kian disebabkan oleh: pertama, tumbuh- asas-asas perjanjian (contract princi- nya bentuk-bentuk kontrak standar; ples) dalam melakukan atau membuat kedua, berkurangnya makna kebebasan suatu kontrak (Imran, 2007: 78). Tujuan memilih dan kehendak para pihak, seba- umum dari tulisan ini adalah untuk me- gai akibat meluasnya campur tangan pe- nyampaikan gambaran atau deskripsi merintah dalam kehidupan rakyat; keti- kepada pembaca mengenai hal-hal yang ga, masuknya konsumen sebagai pihak harus diperhatikan dalam membuat kon- dalam berkontrak. Ketiga faktor ini be- trak yang berkaitan dengan perbuatan rhubungan satu sama lain (Atiyah,1983: hukum. Sedangkan tujuan khusus adalah 13). Tetapi, prinsip kebebasan berkon- untuk mendiskripsikan karakteristik sua- trak dan kebebasan untuk memilih tetap tu kontrak yang bersifat terbuka yang dipandang sebagai prinsip dasar pem- didasarkan pada prinsip-prinsip dan bentukan kontrak. teori-teori Ilmu Hukum. Asas-Asas Hukum Kontrak Sistem Pengaturan Hukum Kontrak Berdasarkan teori, di dalam suatu Hukum kontrak adalah bagian hu- hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas kum perdata (privat). Hukum ini memu- yang dikenal menurut ilmu hukum satkan perhatian pada kewajiban untuk perdata. Kelima asas itu antara lain melaksanakan kewajiban sendiri (self adalah: asas kebebasan berkontrak imposed obligation). Disebut sebagai (freedom of contract), asas konsen- bagian dari hukum perdata disebabkan sualisme (concsensualism), asas kepas- karena pelanggaran terhadap kewajiban- tian hukum (pacta sunt servanda), asas kewajiban yang ditentukan dalam kon- itikad baik (good faith), dan asas trak, murni menjadi urusan pihak-pihak kepribadian (personality). Berikut ini yang berkontrak (Atiyah,1983: 1). adalah penjelasan mengenai asas-asas dimaksud:
50 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56
1. Asas Kebebasan Berkontrak pemasyarakatan hukum kontrak/perjan- (freedom of contract) jian. Asas kebebasan berkontrak da- pat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 2. Asas Konsensualisme (concen- ayat (1) KUHPer, yang berbunyi: Se- sualism) mua perjanjian yang dibuat secara sah Asas konsensualisme dapat disim- berlaku sebagai undang-undang bagi pulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) mereka yang membuatnya. KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan Asas ini merupakan suatu asas bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian yang memberikan kebebasan kepada adalah adanya kata kesepakatan antara para pihak untuk: (1) membuat atau tidak kedua belah pihak. Asas ini merupakan membuat perjanjian; (2) mengadakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian perjanjian dengan siapa pun; (3) menen- pada umumnya tidak diadakan secara tukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan formal, melainkan cukup dengan adanya persyaratannya, serta (4) menentukan kesepakatan kedua belah pihak. Kese- bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau pakatan adalah persesuaian antara lisan. kehendak dan pernyataan yang dibuat Pada akhir abad ke-19, akibat oleh kedua belah pihak. Asas konsen- desakan paham etis dan sosialis, paham sualisme muncul diilhami dari hukum individualisme mulai pudar, terlebih-lebih Romawi dan hukum Jerman. Di dalam sejak berakhirnya Perang Dunia II. Pa- hukum Jerman tidak dikenal istilah asas ham ini kemudian tidak mencerminkan konsensualisme, tetapi lebih dikenal keadilan. Masyarakat menginginkan pi- dengan sebutan perjanjian riil dan perjan- hak yang lemah lebih banyak mendapat jian formal. Perjanjian riil adalah suatu perlindungan. Oleh karena itu, kehendak perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan secara nyata (dalam hukum adat disebut tetapi diberi arti relatif, dikaitkan selalu secara kontan). Sedangkan perjanjian dengan kepentingan umum. Pengaturan formal adalah suatu perjanjian yang telah substansi kontrak tidak semata-mata di- ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik biarkan kepada para pihak namun per- berupa akta otentik maupun akta bawah lu juga diawasi. Pemerintah sebagai tangan). Dalam hukum Romawi dikenal pengemban kepentingan umum menjaga istilah contractus verbis literis dan keseimbangan kepentingan individu dan contractus innominat. Artinya, bahwa kepentingan masyarakat. Melalui pene- terjadinya perjanjian apabila memenuhi robosan hukum kontrak oleh pemerintah bentuk yang telah ditetapkan. Asas maka terjadi pergeseran hukum kontrak konsensualisme yang dikenal dalam ke bidang hukum publik. Oleh karena itu, KUHPer adalah berkaitan dengan melalui intervensi pemerintah inilah terjadi bentuk perjanjian.
Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 51
3. Asas Kepastian Hukum (pacta asas bahwa para pihak, yaitu pihak sunt servanda) kreditur dan debitur harus melaksanakan Asas kepastian hukum atau dise- substansi kontrak berdasarkan keperca- but juga dengan asas pacta sunt ser- yaan atau keyakinan yang teguh maupun vanda merupakan asas yang berhubung- kemauan baik dari para pihak. Asas iti- an dengan akibat perjanjian. Asas pacta kad baik terbagi menjadi dua macam, sunt servanda merupakan asas bahwa yakni itikad baik nisbi dan itikad baik hakim atau pihak ketiga harus menghor- mutlak. Pada itikad yang pertama, mati substansi kontrak yang dibuat oleh seseorang memperhatikan sikap dan para pihak, sebagaimana layaknya sebu- tingkah laku yang nyata dari subjek. ah undang-undang. Mereka tidak boleh Pada itikad yang kedua, penilaian terletak melakukan intervensi terhadap substansi pada akal sehat dan keadilan serta dibuat kontrak yang dibuat oleh para pihak. ukuran yang obyektif untuk menilai kea- Asas pacta sunt servanda dapat disim- daan (penilaian tidak memihak) menurut pulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) norma-norma yang objektif. Berbagai KUHPer. Asas ini pada mulanya dikenal putusan Hoge Raad (HR) yang erat dalam hukum gereja. Dalam hukum gere- kaitannya dengan penerapan asas itikad ja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu baik dapat diperhatikan dalam kasus- perjanjian bila ada kesepakatan antar kasus posisi berikut ini. Kasus yang pa- pihak yang melakukannya dan dikuatkan ling menonjol adalah kasus Sarong dengan sumpah. Hal ini mengandung Arrest dan Mark Arrest. Kedua arrest makna bahwa setiap perjanjian yang ini berkaitan dengan turunnya nilai uang diadakan oleh kedua pihak merupakan (devaluasi) Jerman setelah Perang Dunia perbuatan yang sakral dan dikaitkan I (Salim H.S, 2004: 3). dengan unsur keagamaan. Namun, dalam Kasus Sarong Arrest: Pada tahun perkembangan selanjutnya asas pacta 1918 suatu firma Belanda memesan sunt servanda diberi arti sebagai pac- pada pengusaha Jerman sejumlah sarong tum, yang berarti sepakat yang tidak dengan harga sebesar 100.000 gulden. perlu dikuatkan dengan sumpah dan tin- Karena keadaan memaksa sementara, dakan formalitas lainnya. Sedangkan penjual dalam waktu tertentu tidak dapat istilah nudus pactum sudah cukup menyerahkan pesanan. Setelah keadaan dengan kata sepakat saja. memaksa berakhir, pembeli menuntut pemenuhan prestasi. Tetapi sejak 4. Asas Itikad Baik (good faith) diadakan perjanjian, keadaan sudah Asas itikad baik tercantum dalam banyak berubah dan penjual bersedia Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang memenuhi pesanan tetapi dengan harga berbunyi: Perjanjian harus dilaksanakan yang lebih tinggi, sebab apabila harga dengan itikad baik. Asas ini merupakan tetap sama maka penjual akan menderita
52 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56
kerugian, yang berdasarkan itikad baik ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk antara para pihak tidak dapat dituntut mengadakan suatu perjanjian, orang ter- darinya. sebut harus untuk kepentingan dirinya Pembelaan yang penjual ajukan sendiri. Pasal 1340 KUHPer berbunyi: atas dasar Pasal 1338 ayat (3) KUHPer Perjanjian hanya berlaku antara pihak dikesampingkan oleh HR dalam arrest yang membuatnya. Hal ini mengandung tersebut. Menurut putusan HR tidak maksud bahwa perjanjian yang dibuat mungkin satu pihak dari suatu perikatan oleh para pihak hanya berlaku bagi mere- atas dasar perubahan keadaan bagaima- ka yang membuatnya. Namun demikian, napun sifatnya, berhak berpatokan pada ketentuan itu terdapat pengecualiannya itikad baik untuk mengingkari janjinya sebagaimana diintridusir dalam Pasal yang secara jelas dinyatakan HR masih 1317 KUHPer yang menyatakan: Da- memberi harapan tentang hal ini dengan pat pula perjanjian diadakan untuk ke- memformulasikan: mengubah inti perjan- pentingan pihak ketiga, bila suatu per- jian atau mengesampingkan secara janjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau keseluruhan. Dapatkah diharapkan suatu suatu pemberian kepada orang lain, putusan yang lebih ringan, jika hal itu bu- mengandung suatu syarat semacam itu. kan merupakan perubahan inti atau Pasal ini mengkonstruksikan bahwa mengesampingkan secara keseluruhan. seseorang dapat mengadakan perjanjian/ Putusan HR ini selalu berpatokan kontrak untuk kepentingan pihak ketiga, pada saat dibuatnya oleh para pihak. dengan adanya suatu syarat yang diten- Apabila pihak pemesan sarong sebanyak tukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 yang dipesan, maka penjual harus melak- KUHPer, tidak hanya mengatur perjan- sanakan isi perjanjian tersebut, karena jian untuk diri sendiri, melainkan juga un- didasarkan bahwa perjanjian harus dilak- tuk kepentingan ahli warisnya dan untuk sanakan dengan itikad baik. orang-orang yang memperoleh hak daripadanya. Jika dibandingkan kedua 5. Asas Kepribadian (personality) pasal itu, maka Pasal 1317 KUHPer Asas kepribadian merupakan asas mengatur tentang perjanjian untuk pihak yang menentukan bahwa seseorang yang ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 akan melakukan dan/atau membuat KUHPer untuk kepentingan dirinya sen- kontrak hanya untuk kepentingan per- diri, ahli warisnya dan orang-orang yang seorangan saja. Hal ini dapat dilihat memperoleh hak dari yang membuatnya. dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPer KUHPer. Pasal 1315 KUHPer mene- mengatur tentang pengecualiannya, gaskan: Pada umumnya seseorang tidak sedangkan Pasal 1318 KUHPer memi- dapat mengadakan perikatan atau per- liki ruang lingkup yang luas. janjian selain untuk dirinya sendiri. Inti
Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 53
Asas-Asas Hukum Perikatan Na- kul pula kewajiban untuk melaksanakan sional perjanjian itu dengan itikad baik. Di samping kelima asas yang telah Asas Kepastian Hukum, yaitu diuraikan di atas, dalam Lokakarya asas ini mengandung maksud bahwa Hukum Perikatan yang diselenggarakan perjanjian sebagai figur hukum mengan- oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional dung kepastian hukum. Kepastian ini ter- (BPHN), Departemen Kehakiman RI ungkap dari kekuatan mengikatnya per- pada tanggal 1719 Desember 1985 janjian, yaitu sebagai undang-undang ba- telah berhasil dirumuskannya delapan gi yang membuatnya. asas hukum perikatan nasional (BPHN, Asas Moralitas, adalah asas 1985:21). Kedelapan asas tersebut yang berkaitan dengan perikatan wajar, adalah: asas kepercayaan, asas persa- yaitu suatu perbuatan sukarela dari sese- maan hukum, asas keseimbangan, asas orang tidak dapat menuntut hak baginya kepastian hukum, asas moralitas, asas untuk menggugat prestasi dari pihak kepatutan, asas kebiasaan, dan asas per- debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwar- lindungan. Adapun penjelasannya adalah neming, yaitu seseorang melakukan sebagai berikut: perbuatan dengan sukarela (moral), yang Asas Kepercayaan, yaitu bahwa bersangkutan mempunyai kewajiban setiap orang yang akan mengadakan hukum untuk meneruskan dan menyele- perjanjian akan memenuhi setiap prestasi saikan perbuatannya. Salah satu faktor yang diadakan di antara mereka di bela- yang memberikan motivasi pada yang kang hari. bersangkutan melakukan perbuatan Asas Persamaan Hukum, yaitu hukum itu adalah didasarkan pada bahwa subjek hukum yang mengadakan kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati perjanjian mempunyai kedudukan, hak nuraninya. dan kewajiban yang sama dalam hukum. Asas Kepatutan, yaitu asas yang Mereka tidak boleh dibeda-bedakan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPer. antara satu sama lainnya, walaupun sub- Asas ini berkaitan dengan ketentuan jek hukum itu berbeda warna kulit, aga- mengenai isi perjanjian yang diharuskan ma, dan ras. oleh kepatutan berdasarkan sifat perjan- Asas Keseimbangan, yaitu asas jiannya. yang menghendaki kedua belah pihak Asas Kebiasaan, yaitu dipan- memenuhi dan melaksanakan perjanjian. dang sebagai bagian dari perjanjian. Su- Kreditur mempunyai kekuatan untuk atu perjanjian tidak hanya mengikat untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan da- apa yang secara tegas diatur, akan tetapi pat menuntut pelunasan prestasi melalui juga hal-hal yang menurut kebiasaan kekayaan debitur, namun debitur memi- lazim diikuti.
54 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56
Asas Perlindungan, yaitu asas kapan para pihak untuk membuat yang mengandung pengertian bahwa suatu perikatan, sedangkan syarat antara debitur dan kreditur harus objektif adalah suatu hal tertentu dan dilindungi oleh hukum. Namun, yang suatu sebab yang halal. Oleh sebab itu, perlu mendapat perlindungan itu adalah dalam melakukan perbuatan hukum pihak debitur karena pihak ini berada pa- membuat suatu kontrak/perjanjian da posisi yang lemah. haruslah pula memahami asas-asas yang Asas-asas inilah yang menjadi berlaku dalam dasar suatu kontrak/ dasar pijakan dari para pihak dalam perjanjian antara lain: asas kebebasan menentukan dan membuat suatu kontrak/ berkontrak, asas konsesnsualisme, asas perjanjian dalam kegiatan hukum sehari- kepastian hukum/pacta sunt servanda, hari. Dengan demikian, dapat dipahami asas itikad baik dan asas kepribadian. bahwa keseluruhan asas di atas merupa- Dari kelima asas yang berdasarkan teori kan hal penting dan mutlak harus ilmu hukum tersebut ditambahkan diperhatikan bagi pembuat kontrak/ delapan asas hukum perikatan nasional perjanjian, sehingga tujuan akhir dari yang merupakan hasil rumusan bersama suatu kesepakatan dapat tercapai dan berdasarkan kesepakatan nasional, terlaksana sebagaimana diinginkan oleh antara lain: asas kepercayaan, asas para pihak. persamaan hukum, asas keseimbangan, asas kepastian hukum, asas moralitas, Kesimpulan asas kepatutan, asas kebiasaan dan asas Untuk memahami dan memben- perlindungan. Dengan demikian asas- tuk suatu perjanjian, maka para pihak asas perjanjian tersebut berlaku secara harus memenuhi syarat sahnya perjanjian umum dalam hal membentuk atau berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, yakni merancang suatu kontrak di dalam syarat subjektif: adanya kata sepakat kegiatan hukum. untuk mengikatkan dirinya dan keca-
DAFTAR PUSTAKA
Atiyah. 1983.The Law of Contract. London: Clarendon Press.
Devid, Rene and John. E.C. Brierley.1978. Major Legal Systems in the World Today. London: Stevens & Sons. Salim H.S. 2004. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cet. II. Sinar Grafika.
Asas-Asas Hukum Perjanjian ... (M. Muhtarom) 55
Soebekti dan R. Tjitrosudibio. 1996. Kitab Undang-undang Hukum Perdata = Burgerlijk Wetboek (terjemahan). Cet. 28. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. S. Imran, 2007. Asas-Asas dalam Berkontrak: Suatu Tinjauan Historis Yuridis pada Hukum Perjanjian, Sinar Grafika. Tim Naskah Akademik BPHN. 1985. Lokakarya Hukum Perikatan. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Deparetmen Kehakiman RI.