Professional Documents
Culture Documents
I11 Tju
I11 Tju
I11 Tju
Oleh:
Thresa Jurenzy
I34070062
Oleh:
THRESA JURENZY
I34070062
SKRIPSI
Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Pada
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
sering melanda Indonesia adalah banjir, gempa, tsunami, tanah longsor dan
gunung meletus. Dampak yang diakibatkan dapat berupa dampak fisik maupun
non fisik. Oleh karena itu perlu diadakan kegiatan penanggulangan bencana yang
bencana. Karakteristik sosial budaya ini berbeda antara suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.
yaitu Ciliwung. Daerah ini sangat rentan untuk mengalami banjir dan sudah
pernah mengalami banjir dalam satu tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan
data kuantitatif yang didapatkan melalui survei dan data kualitatif yang
v
pertanyaan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara mendalam, sedangkan data
sekunder didapatkan dari buku, jurnal, hasil penelitian, monografi kelurahan dan
Ciliwung.
stratifikasi sosial, kelembagaan, kohesi sosial, kearifan lokal dan pengetahuan dan
karakteristik sosial yang terdiri atas kelembagaan, stratifikasi sosial, kohesi sosial,
kearifan lokal dan pengetahuan dan sikap. Akan tetapi karakteristik sosial budaya
ini tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kesiapsiagaan dan mitigasi,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat
THRESA JURENZY
I34070062
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Thresa Jurenzy dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1989
di Kota Bukittinggi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, anak
dari pasangan suami istri Jumardi, S.Pd dan Resnetty. Penulis telah menempuh
(USMI).
Sains Indonesia 2+ tingkat Kota Bukittinggi. Penulis juga aktif dalam organisasi,
baik pada masa sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi. Pada saat SMP,
penulis mengikuti Forum Studi Islam dengan kedudukan sebagai ketua Divisi
Hubungan Masyarakat. Ketika SMA, penulis juga aktif dalam organisasi ekstra
kurikuler sekolah yaitu Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) sebagai Ketua Umum.
Selain itu, penulis juga aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan
Daerah Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang Bogor sebagai Ketua Divisi Hubungan
Luar. Tahun 2009/2010 penulis aktif menjadi Badan Pengawas Anggota Ikatan
Pelajar Mahasiswa Minang Bogor, dan terakhir penulis juga aktif di Divisi
Lingkungan (2009), Ecology Sport Event (2010), Lets Get The Essential of CSR
(2010), Seminar Lahan Gambut Berkelanjutan (2010) dan Konser Amal Mini
(2010).
kemampuan di luar bidang akademis dan organisasi, yaitu pelatihan dan magang.
diadakan oleh Pusat Studi Bencana- IPB (2010), magang di Institute for Research
dan karunia- Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat gelar Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Karakteristik Sosial Budaya
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkaitan
Thresa Jurenzy
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Selama
penelitian dan penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan dukungan
materil maupun moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar membimbing, memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr Satyawan Sunito selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
masukan dan arahan kepada penulis.
3. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku dosen penguji kedua yang juga telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis.
4. Ir. Hadiyanto, MS selaku dosen penguji petik yang telah memberikan banyak
masukan dalam format penulisan kepada penulis.
5. Papa, Mama, dan Viona yang senantiasa mencurahkan kasih sayang,
memanjatkan doa, memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
6. Aris Safrudin, yang selalu memberikan segala motivasi, semangat, dukungan,
dan perhatiannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Ibu Zakiyah dan seluruh warga RT 3 RW I Kelurahan Katulampa yang
membantu penulis untuk mendapatkan informasi dan data.
8. Marifatu Rodiah dan keluarga yang telah menerima dan memberikan
dukungan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaikku Eka, Dian, Tita, Kidut, Akira, Dewi, Mutia dan Ira.
10. KPM 44 yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis. Semoga kita
menjadi orang-orang yang sukses. Amin.
Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang sukses dan berbahagia.
Amin.
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Indonesia yang berada di antara tiga lempeng besar dunia telah mengakibatkan
Indonesia menjadi sangat rentan terhadap bencana. Selain itu terdapat beberapa
faktor lain yang menimbulkan bencana. Faktor lainnya adalah akibat kerusakan
yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah gempa dan tsunami Aceh
(2004), gempa Nias (2006), gempa Jogjakarta dan Jawa Tengah (2006), gempa
Tasikmalaya (2009), gempa Padang (2009), longsor Ciwidey (2009), dan berbagai
bencana lainnya. Semua bencana ini telah merenggut banyak korban jiwa dan
Psikologis masyarakat yang menjadi korban maupun tidak menjadi korban pun
ikut terganggu.
dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami oleh
masyarakat, akan tetapi juga dirasakan oleh pemerintah. Untuk mengatasi dan
bencana ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah, tapi
juga lembaga-lembaga lain yang ikut membantu dan tanggap dalam bencana
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Bahkan, masyarakat pun juga ikut
dipusatkan pada usaha yang dilakukan setelah terjadinya bencana, seperti tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Akan tetapi, perspektif ini telah bergeser
bencana (mitigasi). Bencana tidak pernah diketahui kapan akan melanda suatu
untuk dapat mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana. Usaha pengurangan
resiko bencana ini melibatkan berbagai pihak yang sangat terkait dengan bencana.
yang ikut membantu dalam penanggulangan bencana. Begitu pula pada usaha
yang dilakukan saat terjadinya bencana dan setelah terjadinya bencana sangat
budaya ini mungkin dimiliki oleh masyarakat dan dapat digunakan sebagai modal
resiko bencana dan dapat mempengaruhi tindakan yang diambil oleh masyarakat
pada saat terjadinya bencana dan setelah terjadinya bencana, sehingga dapat
dilihat tingkat kesiapan yang dimiliki oleh masyarakat di daerah rawan bencana
karakteristik sosial yang dimiliki oleh masyarakat ini juga dapat menjadi kendala
Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Daerah ini adalah
daerah yang tergolong rawan bencana banjir karena berada pada aliran Sungai
Ciliwung dan berada pada pintu air Bendungan Katulampa yang debit airnya
sering naik pada beberapa bulan terakhir. Pada Februari 2010 lalu daerah ini
mengalami banjir bandang dan merugikan kurang lebih 80 rumah tangga yang
mengalami langsung akibat banjir ini. Daerah ini juga termasuk ke dalam daerah
1. Apa saja karakteristik sosial budaya yang ada di dalam masyarakat Kelurahan
lingkungan hidup?
4
Katulampa?
menghadapi bencana?
lingkungan hidup.
menghadapi bencana.
Penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang terkait, terutama
bagi akademisi dan perguruan tinggi. Penelitian ini dapat berguna bagi perguruan
tinggi sebagai salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu bidang
menghadapi bencana yang dikaitkan dengan karakteritik sosial yang dimiliki oleh
penanggulangan bencana.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
kerugian yang besar pada masyarakat, yang bersifat merusak, merugikan dan
2010). Pengertian ini lebih diperjelas lagi dalam UU Nomor 24 Tahun 2007
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
merupakan suatu kejadian yang murni disebabkan oleh alam. Padahal, bencana
tidak hanya diakibatkan oleh faktor alam, tapi juga nonalam dan manusia. Namun,
dalam penelitian ini akan difokuskan pada bencana alam. Menurut Lindell dan
Prater (2003), bencana alam terjadi akibat adanya suatu keadaan geologi,
metereologi dan hidrologi yang sangat besar dan mengakibatkan komunitas tidak
bencana alam sebagai suatu kejadian yang bersifat alami dan berasal dari alam.
bencana alam sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
6
peristiwa yang disebabkan oleh, antara lain berupa tsunami, gempa bumu, gunung
politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Mitigasi merupakan
bencana.
tanggap darurat.
darurat.
kesiapsiagaan. Mitigasi dibagi menjadi dua, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif
pencegahan bencana.
4. Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
terjadi bencana.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
2.1.3.1 Kelembagaan
institusi sosial. Lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu
tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau sekumpulan
kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada kegiatan pokok manusia, dan
merupakan suatu kompleks nilai dan norma yang berpusat pada kepentingan atau
tujuan tertentu. Lembaga dapat diciptakan dengan sengaja dan tidak dengan
hutang piutang, dan lainnya. Sedangkan lembaga yang tidak sengaja ditumbuhkan
individu dan masyarakat agar sejalan dengan tujuan umum yang ditetapkan.
masyarakat modern. Kelembagaan sosial ini memiliki wujud konkrit yaitu asosiasi
(Soekanto, 2003). Lembaga bersifat dinamis dan selalu berubah dari waktu ke
2004). Menurut Horton dan Hunt (1999), lembaga dasar yang sangat penting
perekonomian, dan pendidikan. Hal ini hampir serupa dengan yang disampaikan
oleh Sunarto (1993), sejumlah institusi utama adalah institusi di bidang ekonomi,
kebutuhan-kebutuhan.
Menurut Horton dan Hunt (1999), fungsi lembaga terdiri atas fungsi
manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes merupakan fungsi lembaga yang
tidak dapat dihindari dan diramalkan. Fungsi laten ini kadang mendukung fungsi
kemasyarakatan.
berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka
(Tonny, 2004). Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soekanto (2003) lembaga
kelembagaan tersebut.
yang sangat penting didalam masyarakat. Menurut Cartwright dan Zander (1968)
ikatan yang berperan dalam keanggotaan kelompok. Lebih lanjut lagi, kohesivitas
Hadipranata, 1986).
akan bekerjasama dengan kompak dalam mencapai tujuan bersama. Di lain pihak,
Collin dan Raven (1964) dalam Arishanti (2005) menjelaskan bahwa kohesi
14
kelompok dikatakan sudah kohesif apabila terdiri dari anggota yang berusaha
dalam kelompok yang kohesif, komunikasi lebih lancar, kooperatif, dan lebih
sangat erat dan nilai gotong royong yang sangat tinggi dapat membantu
masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi lebih siap dalam
digunakan dalam masa tanggap darurat dan memperkuat keadaan rumah mereka.
Hal ini juga dijelaskan oleh Brym (2009) dalam tulisannya yang berjudul
Hurricane Katrina and The Myth of Natural Disaster dalam bukunya Sociology
as a Life or Death Isuues bahwa antara masyarakat yang berada pada kelas lebih
tinggi dengan masyarakat yang berada pada kelas lebih rendah tidak memiliki
berada di kelas lebih rendah bertempat tinggal di daerah yang sangat rentan untuk
mengalami banjir, sedangkan masyarakat yang berada di kelas lebih tinggi dapat
tinggal di tempat yang lebih jauh dari bahaya. Masyarakat yang berada di kelas
16
lebih rendah adalah masyarakat berkulit hitam yang telah lama didiskriminasi dan
(2008) adalah segala sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya
tertentu dan mencerminkan gaya hidup suatu masyarakat tertentu. Dalam hal
mengenai lingkungan setempat, yang terbentuk dari tempat tinggal mereka secara
secara non formal, dimiliki secara kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan,
dalam kehidupan masyarakat untuk bertahan hidup (Shaw, 2008). Kearifan lokal
ini merupakan sebuah simpul perekat antara kehidupan masa lalu dan kehidupan
17
kearifan lokal dan semangat gotong royong masyarakat sangat berperan dalam
sistem peringatan dini sebelum terjadinya bencana, karena masyarakat telah lama
tinggal di daerah tersebut dan mengenal keadaan alam lebih baik dibandingkan
hanya terkait dengan hal-hal yang menyangkut kebutuhan hidup mereka saja,
Masyarakat juga memiliki sikap yang tidak terlalu menentang dan juga tidak
pengetahuan dan sikap pasangan usia subur mengenai gizi seimbang dan
pasangan usia subur masih tergolong rendah. Praktek gizi seimbang tersebut
diprediksi kapan akan melanda suatu masyarakat. Dampak yang diakibatkan oleh
bencana sangat besar dan bersifat merugikan. Bagi masyarakat yang mengalami
psikologis. Untuk itu diperlukan suatu upaya yang bertujuan untuk mengurangi
dampak yang akan melanda masyarakat tersebut. Upaya tersebut adalah upaya
penanggulangan bencana yang terdiri atas upaya pencegahan, tanggap darurat dan
Tindakan pencegahan yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana ini terdiri
kesiapan masyarakat ini yang terintegrasi dalam upaya mitigasi dan kesiapsiagaan
stratifikasi sosial, kearifan lokal, dan pengetahuan dan sikap yang sudah tertanam
Kesiapsiagaan
Hubungan Mitigasi
Kesiapan
dan mitigasi.
20
mitigasi.
dan mitigasi.
resiko bencana.
a. Stratifikasi Sosial
Unsur kekayaan, dapat diukur melalui aset rumah tangga, dengan skor:
dengan skor:
Tidak tamat SMP, tamat SMP dan tidak tamat SMA: Sedang
21
Penyebab banjir
Akibat banjir
bencana.
Asuransi
Jenis asuransi
Pelaksanaan evakuasi
terjadinya bencana.
Jenis rumah
Timur. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas potensi bencana yang terdapat di desa
tergolong daerah rawan bencana berdasarkan peta daerah rawan bencana Kota
Bogor. Daerah Katulampa memiliki potensi yang sangat besar untuk dilanda
banjir karena posisinya yang berada di daerah aliran Sungai Ciliwung yang sudah
banjir bandang yang sangat merugikan masyarakat pada bulan Februari 2010 lalu.
merupakan daerah rawan banjir sesuai dengan peta rawan bencana yang dapat
dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada responden
sekunder diperoleh dari hasil dokumentasi dan studi literatur melalui hasil
tertutup dan pertanyaan semi tertutup. Selain itu pertanyaan yang diberikan juga
dalam bentuk skala Lickert sehingga dapat diketahui mengenai sikap responden
masyarakat yang pernah mengalami bencana banjir pada Februari 2010 lalu.
sampel yang diambil adalah orang yang ada ditempat tersebut dan berdasarkan
data korban banjir Februari 2010 lalu yang terdaftar di dalam daftar korban banjir.
Teknik ini dipilih karena jumlah rumah tangga yang tetap tinggal di daerah
25
tinggal di daerah penelitian sudah berkurang atau pindah rumah karena banjir.
Wawancara dilakukan pada salah satu anggota rumah tangga yaitu suami atau
istri. Kuesioner untuk data kuantitatif diberikan kepada responden dan ditinggal di
tempat penelitian karena responden merasa lebih baik untuk ditinggal, sehingga
mereka dapat mengisi data dengan tenang dan tidak terburu-buru. Responden juga
tersebut serta orang yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Data kualitatif
terhadap informan dengan cara tinggal di daerah penelitian dan ikut kegiatan yang
pengkodean data agar data lebih seragam. Setelah itu dilakukan penghitungan
persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabel frekuensi. Data
pengolahan data. Dari data kuantitatif yang telah terkumpul akan dilakukan
analisis uji korelasi dengan menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Kelurahan ini dialiri oleh salah satu sungai
besar di Jawa Barat, yaitu Ciliwung. Kelurahan Katulampa berada tidak jauh dari
pusat kota Bogor dengan jarak tempuh sekitar 15 menit. Kelurahan ini memiliki
luas 491 ha dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 82 RT dan Rukun
Warga (RW) sebanyak 13 RW. Curah hujan rata-rata tiap tahunnya adalah 250
mm dengan suhu rata-rata harian 25o C. Kelurahan ini berada pada ketinggian 300
sekitar Kota Bogor maupun luar Kota Bogor karena aksesnya yang dekat dengan
Tol Jagorawi. Keadaan ini sangat mempengaruhi keadaan sosial dan ekonomi
Sarana transportasi yang tersedia di daerah ini berupa sarana transportasi darat
berupa ojeg sebanyak 65 buah. Sarana komunikasi dan informasi yang tersedia
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kelurahan Katulampa berupa 2 buah
gedung SMA, 4 buah gedung SMP, 5 buah gedung SD, 2 buah TK dan 2 buah
Katulampa berupa tempat pembuangan sementara yang tersebar di lima lokasi dan
penduduk yang lumayan padat, yaitu 25.065 jiwa. Jumlah penduduk laki-lakinya
Total kepala keluarga yang mendiami kelurahan ini adalah 6.462 kepala keluarga
dengan kepadatan penduduk sebesar 510 jiwa per km2. Pendidikan masyarakat
seperti Kristen, Hindu dan Budha hanya sebagian kecil saja. Mata pencaharian
berdagang, tukang bangunan, tukang ojeg, petani dan buruh tani. Sedangkan pada
daerah Bogor, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di daerah ini banyak
terdapat rumah yang disewakan atau dikontrakkan dan tidak banyak penduduk asli
sepanjang lebih kurang 337 Km2. Daerah aliran Sungai Ciliwung dibagi menjadi
a) DAS Ciliwung bagian I yang dimulai dari hulu sampai ke stasiun pengamat
b) DAS Ciliwung bagian II yang dimulai dari stasiun pengamat Katulampa hingga
c) DAS Ciliwung bagian III yang dimulai dari stasiun pengamat Ratujaya sampai
Katulampa. Bendungan Katulampa dibagi menjadi dua aliran, yaitu aliran yang
berfungsi untuk irigasi dan aliran Sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta.
Rata-rata debit air yang mengaliri bendungan Katulampa dari Januari hingga
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
5.1 Kelembagaan
kelembagaan yang tidak disadari telah menjadi bagian dari masyarakat, mengatur
dan memberi nilai-nilai dan norma-norma tertentu. Horton dan Hunt (1999)
menyatakan bahwa lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu
tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau sekumpulan
kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada kegiatan pokok manusia, dan
RT memiliki jadwal yang berbeda dengan jumlah pertemuan yang berbeda setiap
minggunya.
Nilai dan norma yang berkembang dalam kelembagaan ini adalah nilai dan
kegiatan yang dilakukan selama pengajian. Kegiatan pengajian ini gunanya adalah
untuk memanjatkan syukur dan doa-doa kepada Sang Pencipta agar kehidupan
melakukan pertemuan rutin yang bisa menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan
34
berbagi pengalaman. Namun dalam pengajian ini tidak ada materi yang
Sesuai yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin dalam Soemardjan dan
terwujud melalui aktifitas sosial berupa pengajian ini telah menjadi pola
dan memiliki kegiatan yang jelas dan dikonsep dengan rapi oleh anggotanya.
tempat pengajian.
Kegiatan pengajian ini telah lama dilaksanakan oleh masyarakat dan tidak
3. Terdiri atas satu atau beberapa tujuan tertentu. Kegiatan pengajian ini
dilaksanakan atas tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya
diri pada Yang Maha Kuasa dan selain itu kegiatan ini bertujuan untuk
untuk mencapai tujuan kelembagaan itu sendiri. Pada lembaga pengajian rutin
masyarakat dan juga menjadi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan-
tujuannya.
dimiliki oleh setiap anggota pengajian, dibawa dan dipanjatkan setiap kali
mereka mengadakan pengajian. Simbol yang berbentuk logo atau gambar tidak
merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku dan lainnya. Pengajian yang
dan mufakat dalam menentukan jadwal pelaksanaan, isi kegiatan dan tujuan
kegiatan.
kelembagaan primer yang tumbuh dari adat istiadat, yang salah satunya adalah
masyarakat dari dulu hingga sekarang dan menjadi arahan bagi masyarakat dalam
menjadi kurang berkembang karena tidak ada lembaga yang mampu untuk
hanyalah simpanan biasa yang kadang-kadang jumlah yang dituntut juga cukup
dalam masyarakat. Keterlibatan masyarakat tidak terlalu besar dan hanya orang-
lainnya.
status debit air. Apabila debit air dirasa akan membahayakan dan dapat
melalui ketua RT dan ketua RW. Selain RT dan RW, lembaga lain yang juga
kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Timur. Di setiap kelurahan terdapat satu
37
banjir seperti yang diungkapkan oleh Bapak K (38 Tahun) sebagai anggota
TAGANA,
mulai meningkat.
yang disebut dengan derajat kohesi sosial. Masyarakat dianggap sebagai suatu
satu tempat ke tempat lain, sedikit yang menetap di daerah tersebut. Mobilitas
penduduk yang lumayan tinggi ini diakibatkan oleh banyaknya jumlah rumah
38
kepala keluarga yang merasakan banjir telah pindah rumah atau meninggalkan
daerah tersebut. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Collin dan Raven (1964)
kelompok, yaitu keadaan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
pertukaran anggota masyarakat. Harga sewa rumah yang lumayan murah yaitu
jumlah pendatang di daerah ini. Untuk mendapatkan derajat keeratan yang tinggi,
tersebut. Daerah tersebut tidak termasuk daerah yang banyak pendatang. Rata-rata
daerah tersebut. Hubungan kekeluargaan lebih erat dan sering melakukan kegiatan
dibandingkan dengan RT 5 RW I.
39
Masyarakat dengan ciri-ciri sosial yang lebih mirip satu sama lainnya akan
memiliki kohesivitas yang cenderung lebih tinggi. Hal ini terjadi pada RT 3 RW
berbagai daerah seperti Jawa dan tidak menetap lama di daerah tersebut.
Perbedaan adat dan budaya antara pendatang dan penduduk asli mengakibatkan
Kelurahan Katulampa berada tidak jauh dari pusat Kota Bogor. Hal ini
sebagai alternatif untuk berdomisili atau bertempat tinggal agar akses terhadap
etnis. Kehidupan masyarakat yang memiliki status sosial yang berbeda-beda ini
pernah mengalami banjir dan berada di sepanjang aliran Ciliwung. Sungai ini
telah lama menjadi pusat kehidupan bagi masyarakat yang berada di sekitarnya
sehingga banyak masyarakat yang memilih tinggal di dekat sungai agar dapat
melalui aset rumah tangga atau pribadi, yaitu pendapatan, kepemilikan rumah,
sebesar Rp. 3.000.000,00 dan terendah sebesar Rp, 300.000,00. Berdasarkan data
pendapatan rendah, rata-rata dan tinggi sehingga didapatkan bahwa sebanyak 73,3
Tinggi
Menengah
Rendah
22
pada golongan ekonomi ini diakibatkan oleh pekerjaan yang dilakukan oleh
responden rata-rata pada sektor iinformal seperti wiraswasta dan buruh yang tidak
bidang wiraswasta yaitu sebesar 36,67 persen, buruh sebesar 26,67 persen, ibu
rumah tangga dan pegawai swasta masing-masing sebesar 16,67 persen dan 10
persen serta diikuti oleh pegawai negeri, bertani dan pengangguran yang masing-
Bertani
8 Buruh
11
Ibu Rumah Tangga
Pelajar
Menganggur
Pensiun
memiliki usaha sendiri atau berwiraswasta dan buruh. Hal ini berhubungan
yang dilakukan oleh responden rata-rata adalah berjualan atau pedagang kaki lima
dan warung.
rumah, tanah, tabungan, dan benda berharga didapatkan jenjang ukuran kekayaan
yang dimiliki oleh responden. Sebanyak 96,67 persen responden memiliki rumah
yang luasnya dibawah 200 m2, dan sisanya adalah kepemilikan rumah seluas 1500
m2. Rata-rata luas rumah responden adalah seluas 122 m2. Responden yang
43
sedang atau menengah sebanyak 56,67persen dan tinggi sebanyak 13,3 persen.
17
Tinggi
Menengah
Rendah
4
berharga dan bernilai tinggi. Pendapatan tidak dapat menggambarkan aset atau
kekayaan individu dan rumah tangga dengan baik, karena kepemilikan terhadap
benda berharga juga merupakan salah satu bentuk kepemilikan materi yang
lainnya. Selain itu kepemilikan kendaraan juga menjadi salah satu ukuran dalam
tangga.
44
responden tempuh dalam jalur formal. Didapatkan bahwa 36,67 persen responden
menempuh pendidikan hanya sampai pada pendidikan dasar yaitu sekolah dasar.
baik sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas adalah sebanyak
tinggi.
20
18
18
16
Jumlah Responden
14
12 11
10
8
6
4
2 1
0
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi
Kategori Pendidikan
yang telah disebutkan diatas yaitu ukuran kekayaan, pendidikan, kekuasaan dan
yang dimaksud oleh anggota masyarakat itu adalah kekuasaan formal yaitu ketua
dalam masyarakat terlihat dengan jelas apabila dilihat dari ukuran kekuasaan.
orang yang dipercaya dapat mengontrol saat datangnya banjir agar dampak banjir
dibandingkan dengan masyarakat lainnya juga sebagai orang yang lebih dituakan
di daerah tersebut karena beliau adalah penduduk asli daerah tersebut dan telah
berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu dan mencerminkan gaya hidup
Penduduknya tidak berasal dari daerah setempat saja, akan tetapi juga dari luar
apabila batu yang berukuran besar di pinggir sungai sudah terendam sampai atas.
Batu tersebut telah menjadi ukuran sejak lama dan memberikan peringatan kepada
tersebut kurang lebih 2,5 meter. Selama ini batu tersebut telah memberikan
peringatan datangnya banjir kepada masyarakat, akan tetapi berbeda dengan banjir
yang terjadi pada Februari 2010 lalu. Banjir yang melanda daerah tersebut adalah
banjir bandang, sehingga masyarakat tidak dapat bersiap-siap dan tidak ada tanda-
anggota masyarakat dapat mengusir banjir yang melanda daerah tersebut. Menurut
Bapak A mampu untuk mengusir banjir dengan cara mengambil air banjir tersebut
dengan wajan, kemudian di rebus dan diberikan doa-doa. Kemudian air yang
direbus tersebut dibuang kembali ke arah sungai. Kepercayaan ini telah lama
diyakini oleh masyarakat setempat dan menurut pengakuan Ibu T, air yang
melanda daerah tersebut. Hal ini juga dilakukan pada saat banjir yang terjadi
sekitar mereka memiliki penunggu berupa arwah atau roh adalah sebanyak 40
kepercayaan inilah yang membuat lingkungan mereka menjadi lebih lestari karena
adanya rasa takut untuk melakukan penebangan pohon secara sembarangan. Oleh
karena itu jumlah pohon tidak berkurang, sehingga air yang dapat diserap lebih
banyak.
lingkungan yang mempengaruhi gaya hidup mereka. Pengetahuan ini bisa disebut
hal ini khususnya banjir dapat dilihat dari beberapa pertanyaan yang diajukan
rawan bencana, penyebab banjir, akibat banjir, cara mengurangi resiko banjir dan
48
dimana suatu daerah rentan untuk mengalami bencana dan orang-orang yang
dimana suatu daerah tidak dapat mengalami bencana adalah sebanyak 6,67
persen dan sisanya 3,33 persen responden tidak menjawab pertanyaan tersebut.
tidak hanya daerah yang rentan mengalami bencana akan tetapi juga orang-orang
yang berada di daerah tersebut tidak mampu untuk mengatasinya atau orang-orang
Sedangkan yang menjawab daerah rawan bencana hanya diakibatkan oleh daerah
yang rentan untuk mengalami bencana menempati urutan kedua. Responden yang
menjawab tersebut hanya melihat dari sisi alamnya, tidak memandang kesiapan
terlalu memahami mengenai daerah rawan bencana. Daerah rawan bencana bisa
ada dimana saja sehingga mampu tidak mampu daerah tersebut tetap dianggap
sebagai daerah yang rawan bencana. Responden yang tidak menjawab pertanyaan
tidak dapat digali pengetahuannya karena tidak menjawab pertanyaan belum tentu
memilih hujan lebat sebagai penyebab utama terjadinya banjir. Hilangnya pohon-
pohon sebagai penyerap air menjadi penyebab kedua setelah hujan lebat. Jumlah
Sedangkan sampah yang menumpuk di aliran sungai dan sampah padat di saluran
air tidak banyak dipilih oleh responden. Hanya 46,67 persen dan 40 persen
responden yang memilih sampah sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir.
bahwa banjir selama ini datang diakibatkan oleh adanya hujan lebat atau hujan
besar di daerah hulu dan terbawa hingga ke daerah tengah dan hilir. Responden
pohon-pohon sebagai penyerap air, berkurangnya daerah resapan air, serta sampah
yang menumpuk di aliran sungai. Seorang responden yang bernama Ibu A (46
tahun) menyatakan,
... sampah mah ga ngaruh sama banjir, soalnya sampah yang dibuang
palingan dikit, satu kantong plastik aja. Itu kan ngga menghambat aliran
sungai...
campur tangan dari manusia. Padahal banjir tidak hanya diakibatkan oleh alam,
akan tetapi juga tindakan manusia yang merusak alam tanpa memperhatikan
akan tetapi juga akibat dari banjir. Pertanyaan yang diajukan kepada responden
berbagai barang dan harta, yaitu sebanyak 76,67 persen. Menurut responden
banjir juga mengakibatkan tergenangnya daerah yang berada di sekitar sungai dan
rusaknya sarana seperti jembatan, tanggul, bendungan, jalan dan rumah, yang
masing-masingnya 66,67 persen dari jumlah responden yang memilih jawaban ini.
terganggunya layanan umum seperti air dan listrik sebanyak 43,33 persen.
Hanyutnya berbagai barang dan harta sebagai akibat dari banjir lebih
banyak dipilih oleh responden karena pengalaman responden pada saat banjir
yang terjadi bulan Februari tahun 2010 lalu. Kerugian yang dialami oleh reponden
barang elektronik dan peralatan rumah tangga. Rusaknya rumah juga menjadi
kerugian yang seluruh responden alami pada saat banjir terjadi. Kebanyakan
rusaknya layanan umum seperti air dan listrik tidak terlalu dirasakan pada saat itu.
Menurut salah seorang informan yaitu Bapak E (59 tahun) layanan listrik dan air
waktu banjir kemaren listriknya ga mati, yang ada malah listriknya kita yang
matiin. Takutnya ada konslet, tapi pas airnya udah surut listriknya dinyalain
lagi.
untuk mengurangi resiko banjir yang paling banyak dipilih adalah dengan
jawaban ini. Selain itu, responden juga memilih cara untuk mengurangi resiko
banjir dengan cara menanami pohon di sekitar sungai dan membersihkan saluran
bangunan dengan jarak lebih dari 50 meter dapat menurangi resiko banjir dan
sebanyak 23,33 persen responden memilih dengan mendirikan jalan dengan jarak
melalui membuang sampah pada tempatnya seperti yang dijelaskan pada Tabel 7
dijelaskan pada Tabel 5 mengenai penumpukan sampah di aliran sungai. Hal ini
sudah sering terdedah dengan kata-kata buanglah sampah pada tempatnya. Hal
ini juga dibuktikan dengan tindakan mereka saat membuang sampah. Berdasarkan
16,67 persen sisanya membuang sampah di lapangan atau kebun kosong. Terlihat
bahwa antara pengetahuan, sikap dan tindakan responden tidak berjalan beriringan
atau sejajar.
tidak melakukan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini
sampah.
pendapat responden mengenai siapa saja yang seharusnya ikut berperan serta
dianggap yang memiliki peran lebih besar karena masyarakat yang merasakan
persen responden yang memilih LSM menjadi salah satu pihak yang berperan
penanggulangan banjir yang terjadi pada Februari 2010 lalu. Pada saat terjadinya
darurat bersama-sama dan dibantu oleh masyarakat lain yang tidak mengalami
banjir. Masyarakat mengevakuasi diri mereka sendiri ke daerah yang lebih tinggi
dan tidak tergenang oleh air pada saat banjir. Walaupun banjir tersebut terjadi
hanya dalam waktu kurang lebih 1 jam, masyarakat tetap merasakan kepanikan
Pemerintah pada saat itu hanya memberikan bantuan berupa uang dan
telah digenangi air. Begitu pula dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, mereka
tidak memberikan bantuan terhadap korban banjir tersebut. Pada saat itu,
masyarakat juga mendapatkan bantuan dari Rumah Sakit PMI berupa obat-obatan.
tapi juga sikap dan tindakan. Sikap responden diukur melalui sikapnya terhadap
tersebut. Pernyataan dan jawaban yang diberikan responden dapat dilihat pada
Tabel 10 berikut.
56
responden dalam hal kelestarian alamnya. Dari data diatas, dapat dianalisis bahwa
masyarakat memiliki sikap yang cukup baik terhadap alam. Pada pernyataan yang
alam dengan sesuka hati, baik sangat tidak setuju maupun tidak setuju saja. Begitu
pula dengan pernyataan yang mengaitkan antara kebutuhan pokok, yaitu rumah
dengan kelestarian alam. Responden memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju
lebih banyak bekerja pada bidang wiraswasta dan buruh, sehingga cuaca tidak
terlalu menjadi halangan untuk melakukan kegiatan karena rata-rata setiap harinya
Bogor diguyur hujan pada saat sore hari. Aktivitas yang dilakukan menjadi tidak
6.1 Kesiapsiagaan
seperti gempa, tsunami, banjir, dan gunung meletus. Dalam beberapa tahun
terakhir telah banyak daerah yang menjadi korban bencana, salah satunya adalah
Katulampa. Daerah Katulampa dialiri oleh salah satu sungai besar yang berada di
daerah Jawa Barat hingga ke Jakarta, yaitu Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung
telah mempunyai catatan sejarah yang buruk bagi masyarakat Jakarta karena
setiap tahunnya selalu mengakibatkan terjadinya banjir. Tidak hanya Jakarta dan
sekitarnya, Bogor juga pernah mengalami banjir akibat meluapnya debit air
Sungai Ciliwung. Salah satu daerah yang mengalami banjir bandang akibat
naiknya jumlah debit air Ciliwung adalah Katulampa. Air yang meluap merendam
terakhir, Katulampa telah dilanda banjir sebanyak dua kali. Oleh karena itu
Sungai Ciliwung harus memiliki tingkat kesiapsiagaan yang tinggi. Tidak hanya
keluarga.
barang yang mungkin dibutuhkan pada saat terjadinya bencana seperti makanan
barang yang dianggap berharga oleh responden, dengan tingkat kesetujuan yaitu
setuju sebesar 50 persen dan sangat setuju sebesar 46,67 persen. Berdasarkan
seperti televisi, kulkas, dan lainnya menjadi pilihan terakhir untuk diamankan
karena ukurannya yang besar dan sulit untuk memindahkannya. Menurut sebagian
61
besar responden, hal pertama yang harus diselamatkan adalah nyawa keluarga.
namun menunjukkan sikap yang sama yaitu akan berpindah apabila terjadi banjir.
bahwa selama ini tidak ada daerah evakuasi khusus yang disediakan oleh
pemerintah bagi masyraakat yang mengalami banjir. Akan tetapi mereka pindah
ke daerah yang lebih aman dan sedikit lebih dekat dengan lokasi banjir. Mereka
tidak mau untuk meninggalkan daerah terlalu jauh untuk memastikan bahwa
barang-barang yang tertinggal di dalam rumah lebih aman. Biasanya tempat yang
dijadikan sebagai tempat perlindungan adalah rumah tetangga yang lebih tinggi
jika pasokan makanan habis atau terbawa hanyut. Dari jumlah responden yang
setuju, hanya 3,33 persen yang menyatakan sangat setuju sedangkan sisanya
33,33 persen, tidak setuju sebanyak 26,67 persen dan sangat tidak setuju sebanyak
karena di sekitar daerah rawan banyak terdapat warung yang dapat menyediakan
bahan kebutuhan pokok. Selain itu berdasarkan pengalaman responden dari banjir
tahun lalu, pemerintah biasanya memberikan pasokan bahan makanan selama satu
minggu kepada korban banjir. Oleh karena itu mereka tidak terlalu membutuhkan
ke tempat yang lebih aman. Dari jumlah tersebut, sebanyak 66,67 persen
menyatakan setuju dan 26,67 persen menyatakan sangat setuju. Sikap responden
ini memang sudah terlihat juga pada pernyataan mengenai memindahkan barang
pada saat terjadi banjir. Akan tetapi, pada bagian ini responden ditanyakan
sikapnya apabila sudah ada tanda-tanda akan terjadinya banjir yaitu status
menggunakan ukuran ketinggian air yang merendam batu besar dipinggir sungai.
berikan biasanya adalah mengenai tanda-tanda datangnya banjir dan akibat dari
63
berharga, seperti tenda. Di daerah penelitian tidak satu pun ditemukan responden
yang memiliki tenda untuk menampung keluarga apabila terjadi banjir. Hal ini
dampak pada kesehatan korban setelah terjadinya bencana. Untuk itu diperlukan
hanya 6,67 persen responden yang memiliki asuransi. Sedangkan yang lainnya
status ekonomi yang tidak tinggi sehingga respondennya tidak mampu untuk
asuransi adalah responden yang bekerja sebagai pegawai negeri yang memang
daerah yang rawan bencana saja. Akan tetapi juga dari pemerintah setempat yang
yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui pengaktifan pos-pos siaga
dalam keadaan darurat, simulasi bencana, pembentukan tim penyelamatan dan tim
banjir sudah memiliki tanda-tanda akan datang, seluruh aparat yang ada di dalam
bendungan Katulampa, jadi apabila debit air meningkat masyarakat dapat bersiap-
yang berada di daerah rawan bencana agar bersiaga. Kemudian baru masyarakat
banjir, pihak kelurahan akan langsung mengaktifkan pos-pos siaga bencana banjir
tenda dan obat-obatan. Birokrasi yang ada pada prosedur tanggap darurat ini
dinilai lamban karena kesiapan dinas yang bertanggung jawab belum tentu tinggi,
harus menunggu bantuan dari dinas lain. Sesuai dengan wawancara dengan Bapak
K (38 tahun) yang merupakan salah satu anggota TAGANA, beliau menyatakan:
tanggap darurat seperti evakuasi ketempat yang lebih aman dan menjamin
langsung bekerja sama dengan rumah sakit Palang Merah Indonesia (PMI) untuk
kesehatan ini sebenarnya juga harus langsung ada pada saat tanggap darurat dan
tidak menunggu bantuan dari rumah sakit karena apabila terjadi keadaan bahaya
melakukan koordinasi melalui telepon dan tidak ada sirine atau alat khusus yang
melalukan pelatihan khusus yang membahas masalah bencana, akan tetapi melalui
diberikan oleh banjir. Pemerintah kelurahan atau pun pihak bendungan juga tidak
bencana banjir tidak terlalu luas sehingga tidak membutuhkan persiapan yang
lebih.
6.2 Mitigasi
Selain kesiapsiagaan, kegiatan lainnya dalam penanggulangan bencana
dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya bencana, khususnya dalam hal ini
adalah kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya banjir.
bangunan diluar daerah sempadan sungai, bangunan yang tahan banjir, pelestarian
Katulampa melalui responden yang berasal dari dua daerah, yaitu RT 5 RW I dan
sekitar sungai (pohon yang ukurannya besar dan belum layak untuk ditebang
sungai hanya 30 persen responden. Hal ini disebabkan oleh lahan yang sempit dan
memang tidak adanya pohon besar yang dapat ditebang di sekitar sungai. Daerah
Katulampa merupakan daerah yang jarang terdapat pohon dan hutan-hutan kecil
disekitar sungai. Daerah ini adalah daerah pinggiran kota yang sudah lama
menjadi pemukiman penduduk karena aksesnya yang lebih dekat dengan pusat
kota. Disepanjang aliran Ciliwung, jumlah pohon-pohon sangat sedikit dan bukan
pohon yang besar dan mampu untuk menyerap air dengan baik.
luar sempadan sungai, yaitu 50 meter dari pinggir sungai. Akan tetapi pada daerah
untuk sempadan sungai. Tanah yang berada di pinggir sungai adalah tanah
69
karena relokasi penduduk akan membutuhkan biaya yang banyak dan adanya
keengganan penduduk untuk pindah karena tidak perlu menyewa tempat lain yang
melakukan mitigasi dengan baik. Fisik bangunan dapat dilihat melalui jenis
bangunan permanen, semi permanen atau tidak permanen dan kondisi fisik
bangunan yang dapat mengurangi resiko banjir yaitu rumah bertingkat atau tidak.
terjadinya banjir dan dampaknya. Keadaan fisik bangunan yang permanen lebih
kuat dibandingkan dengan bangunan semi permanen maupun tidak permanen. Jika
terjadi banjir ketahanan rumah permanen lebih tinggi dan kemungkinan untuk
mengurangi resiko banjir dan dampak banjir yaitu bangunan bertingkat. Rumah
bertingkat lebih aman dibandingkan dengan rumah yang tidak bertingkat karena
barang-barang berharga dapat dipindahkan dengan cepat ke lantai atas yang lebih
tinggi atau bahkan seluruh barang berharga dapat disimpan di lantai atas sehingga
sebanyak 73,33 persen, semi permanen 16,67 persen dan tidak permanen
permanen yang tidak bertingkat dan berada di pinggir sungai. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya kerugian yang sangat besar apabila terjadi banjir karena
banyak barang-barang berharga yang akan terendam atau hanyut terbawa arus air.
25
20
15
Jumlah
10
Kondisi Bangunan
22 5 3
0
Permanen Semi Permanen Tidak Permanen
Kondisi Bangunan
Bertingkat
Tidak Bertingkat
27
resiko banjir. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah latihan dalam upaya
pendidikan dan pelatihan mengenai banjir sendiri belum pernah diadakan secara
pemerintah.
pun bendungan untuk mengendalikan laju air apabila debit air naik. Pengendalian
debit air ini akan membantu masyarakat untuk menyiapkan keadaan sebelum
terjadinya banjir atau bahkan dapat mengendalikan banjir. Akan tetapi apabila
jumlah air yang dialirkan dikendalikan, biasanya daerah yang berada di hulu
bendungan akan menjadi lebih rentan karena jumlah air akan menjadi lebih tinggi
Katulampa yang sudah dibangun sejak zaman penjajahan Belanda. Bendungan ini
dibagi menjadi dua aliran yaitu aliran Ciliwung dan aliran sungai kecil untuk
irigasi.
tidaklah banyak. Hanya 40 persen yang dapat berperan serta dalam proses
lumayan jauh, sehingga menyulitkan masyarakat untuk dapat ikut serta dalam
setempat agar resiko terjadinya banjir dapat dikurangi. Kegiatan yang dapat
yaitu oleh SATKORLAK tingkat kecamatan. Prosedur tanggap darurat ini berisi
kantor kelurahan agar warga yang berada di daerah tersebut dapat melihat peta
penyuluhan.
banjir melalui penyuluhan, akan tetapi apabila tidak diiringi dengan kebijakan
mitigasi tentunya proses mitigasi tidak akan berjalan dengan baik. Pemerintah
diatas tanah warisan atau tanah adat, sehingga pemerintah memiliki kekuasaan
yang kecil dalam memberikan kebijakan tata ruang untuk mengurangi terjadinya
74
mereka tetap mengabaikan kebijakan ini karena mereka merasa tanah tersebut
daerah Katulampa tidak berfokus pada pendidikan mengenai banjir, akan tetapi
biopori. Namun karena pendidikan yang ditanamkan kurang mengena dan anak-
anak masih terpengaruh kuat dari lingkungan, mereka masih belum dapat menjaga
kebencanaan. Namun forum ini tidak dibentuk untuk masyarakat, akan tetapi
hanya untuk aparat pemerintah saja bersama ketua RT dan RW. Keterlibatan
masyarakat dirasakan kurang dan juga pelaksanaan forum ini tidak rutin karena
forum ini diadakan apabila sudah terjadi keadaan darurat atau setelah terjadinya
banjir.
bahaya dan peringatan mengenai banjir. Akan tetapi sikap masyarakat yang masih
peringatan yang dipasang sekarang hanya tinggal 2 tanda peringatan yang masih
yang aman untuk warga yang terkena banjir yaitu rumah-rumah penduduk yang
penanggulangan bencana agar pada saat keadaan tanggap darurat dapat dilakukan
dengan baik usaha pencegahan akibat yang lebih besar. Kegiatan mitigasi oleh
pemerintah ini sudah lumayan baik karena sudah banyak kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko terjadinya bencana. Akan tetapi tanggapan atas usaha
pemerintah dari masyarakat dirasa masih kurang baik karena sikap masyarakat
masyarakat.
Lembaga yang sudah ada di dalam tubuh masyarakat, yaitu RT (Rukun Tetangga)
untuk menghadapi banjir. Ketika debit air naik, penjaga bendungan Katulampa
seluruh masyarakat agar dapat bersiaga akan datangnya banjir. Kelembagaan ini
Seperti yang dinyatakan oleh salah seorang informan, yaitu Bapak An (45 tahun),
... tiap debit air di bendungan naik, maka saya bakal ngasih tau ke pihak
kelurahan. Kadang-kadang juga kelurahan yang suka nanya ke sini keadaan air di
bendungan Katulampa. Trus dari kelurahan, RW bakal dikasih info mengenai
kenaikan air, trus dikasih tau ke masyarakat sama RT supaya bersiap-siap...
kelembagaan ini sangat kuat dalam kesiapsiagaan masyarakat. Selain RT dan RW,
dalam masa tanggap darurat. Akan tetapi fungsi TAGANA di Katulampa masih
belum maksimal karena alat peringatan dini dan alat-alat pada masa tanggap
78
darurat tidak disediakan. Hal ini diakibatkan oleh birokrasi yang harus diikuti oleh
diberikan apabila daerah sudah berada dalam keadaan tanggap darurat oleh dinas
sosial terkait. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dari pemerintah menjadi berkurang
dan dapat meningkatkan resiko yang lebih besar pada masyarakat. Masyarakat
menjadi kurang mengetahui peringatan datangnya banjir dan apabila terjadi banjir
evakuasi, membuat tanda peringatan bahaya dan lainnya. Pada kegiatan ini fungsi
mitigasi tersebut. Seperti yang dikelaskan oleh Bapak K (38 tahun) dalam
wawancara,
forum mengenai kebencanaan dan sosialisasi yang belum terlaksana dengan baik.
sempadan sungai yaitu 50 meter dari pinggir sungai (Permen PU No. 63/ PRT/
menganggap bahwa hak mereka atas tanah adalah sah milik mereka. Pemerintah
juga tidak dapat menghindar dari kenyataan bahwa tanah yang ditempati oleh
bukan milik pemerintah, tapi tanah adat atau tanah pribadi sehingga pemerintah
daerah ini. Kegiatan ini berjalan, akan tetapi tidak memiliki jadwal yang rutin dan
hanya dihadiri oleh aparat pemerintah kelurahan bersama dengan ketua RT dan
kebencanaan. Selain itu forum ini juga tidak dilaksanakan secara rutin. Forum ini
ada apabila keadaan sudah mulai berbahaya atau berada pada tingkat
kewaspadaan yang tinggi. Selain forum, hal yang seharusnya dilakukan oleh
stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial ini dibagi menjadi empat ukuran, yaitu ukuran
tingkat kekayaan menengah berdasarkan aset rumah tangga yang dimiliki oleh
responden.
mitigasi masyarakat yang diwakili oleh responden. Semakin kaya seseorang maka
SPSS berikut.
Tabel 15. Hasil Korelasi Pearson antara Kesiapsiagaan dan Mitigasi dengan
Ukuran Kekayaan, Pendidikan dan Pengetahuan dan Sikap Responden
Korban Banjir Katulampa Tahun 2010
menandakan bahwa antara kekayaan dengan kesiapsiagaan dan mitigasi tidak ada
mitigasi. Masyarakat dengan tingkat kekayaan yang lebih rendah sama saja
tinggi. Seharusnya masyarakat yang memiliki penghasilan dan aset yang lebih
kesiapan yang harus mereka tingkatkan untuk menghadapi banjir. Begitu pula
kesiapsiagaan dan mitigasi tidak memiliki hubungan. Sama halnya dengan ukuran
tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir dan mengurangi
resiko banjir.
kehormatan juga termasuk dalam stratifikasi sosial. Dalam hal kesiapsiagaan dan
mitigasi ukuran kekuasaan dan kehormatan ini juga tidak memiliki hubungan
mitigasi yang sama dengan responden. Mereka juga tidak memiliki persiapan
yang matang terhadap kemungkinan terjadinya bencana. Kedua informan ini juga
berada di daerah yang seharusnya tidak dihuni atau berada di daerah sempadan
sungai. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan dan kehormatan tidak menjamin
keeratan antar anggota masyarakat. Derajat kohesi sosial masyarakat ini diduga
Hubungan masyarakat yang lebih renggang atau pun lebih erat tidak memiliki
karakter masyarakat yang hampir sama sehingga mereka lebih cenderung untuk
setempat. Kearifan lokal yang berkembang di daerah ini adalah mengenai tanda-
tanda datangnya banjir. Tanda-tanda tersebut dapat dilihat melalui batu besar yang
berada di sungai. Apabila batu tersebut sudah terendam, kemungkinan besar akan
terjadi banjir. Pada situasi seperti itu masyarakat mulai memiliki sikap siaga,
dan menghindari untuk mendekati pinggiran sungai. Akan tetapi sebagian besar
masyarakat bertempat tinggal di pinggir sungai sehingga tidak dapat menjauh dari
sungai itu sendiri. Menjauhi sungai hanyalah sebatas tidak mendekati pinggiran
sungai.
masyarakat. Hasil korelasi Pearson pada Tabel 16 diperlihatkan bahwa tidak ada
Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan di
daerah Katulampa. Masyarakat yang memiliki tingkat kekayaan yang tinggi juga
tidak memiliki kesiapan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat melalui aksesnya
terhadap barang-barang untuk kesiapsiagaan dan mitigasi yang juga rendah dan
tergolong rendah karena sikap masyarakat yang pasrah terhadap alam dan
kerugian yang besar ketika banjir pada Februari 2010 yang lalu terjadi. Namun
kerugian ini tidak dijadikan sebagai pelajaran malah mereka terlalu bergantung
alami nantinya juga akan diganti oleh pemerintah melalui bantuan kebencanaan.
bencana masyarakat.
mitigasinya lebih rendah. Kesiapsiagaan dan mitigasi dari pemerintah pun dirasa
85
kesiapan yang matang secara fisik. Kesiapan mereka hanyalah sebatas kesiapan
mental karena sikap mereka yang pasrah. Sebagian besar mereka menjawab ya,
siap ga siap sih, soalnya rumahnya dipinggir sungai. Sikap inilah yang disebut
mereka. Mereka tidak berusaha untuk pindah ke daerah yang lebih aman karena
tuntutan ekonomi. Harga sewa rumah yang lebih murah dan bagi penduduk asli
tanah tersebut adalah tanah warisan yang dapat digunakan mengakibatkan mereka
semakin betah untuk tinggal di daerah yang rawan tersebut. Sikap mereka juga
sampah di sungai dan menganggap bahwa sampah yang sedikit itu tidak
diakibatkan oleh keadaan alam atau cuaca yang buruk, seperti hujan lebat.
Kesadaran masyarakat bahwa banjir itu sebagai akibat ulah manusia seperti
menghadapi banjir.
86
Selain hal tersebut banyak responden yang juga menyalahkan sistem pintu
air di bendungan Katulampa. Mereka menganggap bahwa pintu air tersebut dapat
atau memiliki sistem buka tutup untuk mengendalikan kelebihan debit air. Akan
tetapi bendungan Katulampa berfungsi untuk mengeruk dasar sungai agar jumlah
air yang turun ke bawah lebih sedikit. Namun pengerukan dasar sungai ini tidak
dengan kesiapsiagaan dan mitigasi di daerah rawan bencana banjir ini diduga
Hal ini juga ditemukan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Misron
menganggap bahwa bencana itu merupakan suatu kepastian yang tidak dapat
pemerintah pusat.
87
masyarakat sangat pasrah terhadap keadaan alam dan hanya memiliki kesiapan
mental tanpa kesiapan materi. Mereka menganggap bahwa banjir tidak dapat
dihindari sehingga mereka pasrah dengan keadaan alam. Selain itu pemerintah
kelurahan sendiri pun masih lemah dalam kesiapsiagaan dan mitigasi karena
masih terikat dengan birokrasi yang harus mereka jalani. Pemerintah kelurahan
pun menganggap bahwa daerah yang rawan bencana tidak terlalu besar sehingga
khususnya yang berada di daerah rawan bencana masih belum memiliki perhatian
dan kesadaran yang lebih akan pentingnya aspek penanggulangan bencana melalui
masih terlalu berpusat pada pemerintah dan menganggap bahwa masyarakat tidak
berdaya.
Masyarakat Katulampa yang berada di daerah rawan banjir dianggap belum siap
miliki hanyalah sebatas kesiapan mental tanpa didukung oleh kesiapan fisik dan
materi. Kesiapan yang baik adalah kesiapan yang selaras antara kesiapan mental
8.1 Kesimpulan
1. Karakteristik sosial budaya masyarakat di Kelurahan Katulampa, khususnya
dan sikap.
mempengaruhi masyarakat.
seragam.
adalah terdapat tanda-tanda datangnya banjir apabila batu besar yang berada
di sungai sudah terendam oleh air. Salah seorang anggota masyarakat yang
air banjir, dimasukkan ke dalam wajan lalu direbus dan dipanjatkan doa-
kebencanaan.
mitigasi secara kuantitatif adalah stratifikasi sosial dan pengetahuan dan sikap.
TAGANA dan RT dan RW membantu dalam hal penyiapan semua hal yang
bantuan. Kearifan lokal yang sangat berperan adalah batu penanda banjir
masih belum siap. Hal ini dapat dilihat dari minimnya kesiapsiagaan dan
bahaya banjir.
8.2 Saran
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
evakuasi untuk korban banjir, pengadaan alat peringatan dini seperti alarm
pada tanda batu atau hanyut, dan pengadaan alat-alat yang dapat digunakan
92
seperti tenda.
Munaf, Muslim. 1992. Kajian Sifat Aliran Sungai Ciliwung. Thesis. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Nasution, M Safii. 2005. Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas, Studi
Kasus Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Komunitas Daerah Rawan
Bencana Alam Tanah Longsor di Desa Kidangpananjung Kecamatan
Cililin Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Thesis. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Pattinama, Marcus J. 2009. Pengentasan Kemiskinan dengan Kearifan Lokal
(Studi Kasus di Pulau Buru Maluku dan Surade Jawa Barat). Makara
Sosial Humaniora, Vol. 13 No.1, Juli 2009 hal 1-12.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/e98e701d3488e758e71344d4c
5a109bd7770dbd0.pdf diunduh tanggal 20 Juni 2010 pukul 12.50.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/ PRT/ 1993 tentang Garis Sempadan
dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Bekas Sungai. digilib-
ampl.net/.../Permen%20PU%20No.63%20Tahun%201993.pdf diunduh
pada 27 Januari 2011 pukul 11:32.
Profil Desa dan Kelurahan Katulampa tahun 2008.
Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Ramdhani, Nella dan Martono. 1996. Kohesivitas Pada Masyarakat Miskin,
Jurnal Psikologi, No. 2, hal 84-94.
i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=4232 diunduh tanggal 21 Juni
2010, pada 00:04 WIB
Kode 1
1= Laki-laki 4= Tidak tamat SMP 6= Ibu rumah tangga 6= Pengajian
2= Perempuan 5= Tamat SMP 7= Pelajar 7= Karang Taruna
Kode 2 6= Tidak tamat SMA 8= Menganggur/ mencari kerja 8= LPM
1= Kepala Keluarga 7= Tamat SMA 9= Beristirahat/ pensiun 9= BPD
2= Istri 8= Perguruan Tinggi 10= Tidak mampu bekerja 10= Dewan Sekolah
3= Anak Kode 4 Kode 5 11= Lainnya, ...........
4= Lainnya (sebutkan) 1= Bertani 1= PKK
Kode 3 2= Pegawai negeri 2= Posyandu
1= Tidak bersekolah 3= Pegawai swasta 3= KB
2= Tidak tamat SD 4= Wiraswasta 4= Koperasi
3= Tamat SD 5= Buruh 5= Arisan
98
B. PENGUASAAN ASET
a) Berapakah pendapatan keluarga anda dalam sebulan?
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
b) Apakah keluarga anda memiliki tabungan?
1. Ya, jika ya jawab pertanyaan c) 2. Tidak
c) Berapakah jumlah tabungan anda saat ini?
............................................................................................................................................................................ ......
..................................................................................................................................................................
d) Berapakah luas rumah anda?
..................................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................... .......................
e) Bagaimanakah status kepemilikan rumah anda?
1. Milik 2. Sewa 3. Numpang 4. Gadai
f) Bagaimanakah status fisik rumah anda?
1. Permanen 2. Semi permanen 3. Non permanen
g) Barang elektronik apa saja yang anda miliki?
1. Televisi 4. Handphone
2. Radio 5. Kulkas
3. Komputer 6. Lainnya, ....................................
h) Apakah anda memiliki kendaraan?
1. Ya, jika ya jawab pertanyaan i 2. Tidak
i) Apakah jenis kendaraan yang anda miliki?
1. Mobil
2. Motor
3. Sepeda
j) Apakah anda memiliki lahan (pertanian atau lahan kosong) dan berapa luasnya?
1. Ya, ..................... m2 2. Tidak
k) Apakah anda memiliki perhiasan dan berapa jumlahnya?
1. Ya,....................... gr 2. Tidak
l) Apakah anda memiliki hewan ternak?
1. Ya 2. Tidak
m) Apa sajakah hewan ternak yang anda miliki?
1. Itik 5. Sapi 9. Lainnya,................
2. Ayam 6. Kerbau
3. Kambing 7. Kelinci
4. Domba 8. Ikan
n) Apakah anda mengikuti asuransi?
1. Ya, lanjut ke pertanyaan o) 2. Tidak
o) Apakah jenis asuransi yang anda ikuti?
1. Asuransi Jiwa 2. Asuransi Kesehatan
C. PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MENGENAI LINGKUNGAN DAN BENCANA
a) Dimanakah anda membuang sampah rumah tangga anda?
1. Tempat pembuangan sampah 5. Dinas kebersihan/ petugas pengumpul sampah
2. Lapangan atau kebun kosong
3. Sungai
4. Saluran air/ selokan
b) Jika anda memiliki industri, kemanakah anda membuang limbahnya?
1. Tempat pembuangan sampah 5. Dinas kebersihan/ petugas pengumpul sampah
2. Lapangan atau kebun kosong
3. Sungai
4. Saluran air/ selokan
99
No Pernyataan STS TS KS S SS
1. Apabila terjadi banjir, saya dan keluarga akan memindahkan barang-barang
berharga ke tempat yang aman.
2. Apabila terjadi banjir, saya dan keluarga akan pindah ke daerah evakuasi.
3. Saya akan membeli persediaan makanan apabila debit air sungai sudah pada
status Siaga 4.
4. Saya akan memindahkan barang-barang berharga saya apabila debit air
sungai sudah pada status Siaga 4.
5. Saya memberikan pendidikan mengenai kebencanaan kepada anggota
keluarga saya.
6. Jika tanaman/ pohon tidak memberikan manfaat kepada saya, maka saya
boleh memperlakukannya sesuka hati saya.
7. Jika saya membutuhkan lahan untuk membuat rumah/ bertani, saya akan
menebang pohon untuk membuka lahan tanpa memperhatikan
100
kelestariannya.
8. Kehidupan saya tergantung pada keadaan alam (mis: cuaca)
9. Selama saya masih bisa mengambil manfaat dari alam saya akan
menggunakan sesuka hati saya.
10. Pohon-pohon yang berada di sekitar saya harus dijaga karena ada
penjaga/penunggunya.
D. KESIAPAN MASYARAKAT
a) Apakah anda pernah mengadakan dan atau ikut serta dalam latihan-latihan dan upaya pencegahan dan
penanganan banjir?
1. Ya 2. Tidak
b) Apakah rumah anda tergolong rumah yang tahan atau anti banjir (rumah bertingkat)?
1. Ya 2. Tidak
c) Apakah anda pernah mengadakan dan ikut serta dalam pendidikan umum yang berkaitan dengan banjir?
1.Ya 2. Tidak
d) Apakah anda pernah mengadakan dan ikut serta dalam gotong royong membersihkan saluran/ drainase/ selokan?
1. Ya 2. Tidak
e) Apakah anda pernah ikut bergotong royong membantu pembangunan dam/ tanggul/ bendungan?
1. Ya 2. Tidak
f) Apakah anda memiliki tenda yang dapat menampung satu keluarga?
1. Ya 2. Tidak
g) Menurut anda apakah anda sudah siap dalam menghadapi kemungkinan terjadinya banjir? Jelaskan.
1. Ya 2. Tidak
.....................................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................................
-Terima Kasih-
101
Daerah
Penelitian
Daerah
Penelitian
105