Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

EVALUASI KECERNAAN RANSUM BERBAHAN DASAR RUMPUT

KUMPAI MINYAK DENGAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK


BIOPLUS PADA SAPI BALI

DIGESTIBILITY EVALUATION OF RATION BASED


HYMENACHNE AMPLEXICAULIS WITH BIOPLUS
PROBIOTIC SUPLEMENTATION ON BALI CATTLE

Muhamad Fajrin*), Muhakka1 dan Afnur Imsya2


Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya, Ogan Ilir

ABSTRACT

MUHAMAD FAJRIN. Digestibility Evaluation Of Ration Based Hyminachne


Amplexicaulis With Bioplus Probiotic Supplementation On Bali Cattle (Supervised by
MUHAKKA and AFNUR IMSYA).
The aim of the research was to study the digestibility evaluation of ration based
hyminachne amplexicaulis with bioplus probiotic suplementation on Bali cattle. The research
was held from April to June 2016 at Animal Feed and Nutrition Laboratory, Agriculture
Faculty, Sriwijaya University. This study uses the Latin square design (RBSL) with 4
treatment and 4 replication. The treatments were PO: Without Bioplus robiotic, P1: 62,5 gram
of bioplus probiotic, P2: 75 gram of bioplus probiotic, P3: 82,5 gram of bioplus probiotic.
The observed parameters were digestibility value of dry matter, organic matter, and crude
fiber. The result showes that the bioplus probiotic supplementation showed significant effect
(P<0,05) on the dry matter, organic matter, and has no significant effect on crude fiber
digesbility (P>0,05). In conclusion, the bioplus probiotic supplementation has significant
effect on the dry matter digesbility, organic matter digestibility, and has no significant effect
on crude fiber digesbility. Bioplus probiotic supplementation on the level 62,5 gram showed
effect on the dry matter and organic matter.

Keyword: Bioplus Probiotic, Digestibility, Bali Cattle.


PENDAHULUAN Masalah utama pada rumput kumpai
minyak adalah serat kasarnya yang cukup
1.1. Latar Belakang tinggi, sehingga rumput ini sulit dicerna
Hijauan makanan ternak adalah oleh ternak (Sutardi, 1993). Tingginya
hijauan atau rumput-rumputan yang kandungan serat kasar pada rumput
memiliki angka kecukupan gizi yang tepat kumpai minyak ini dapat diatasi dengan
untuk ternak ruminansia, tidak semua penambahan atau suplementasi probiotik
rumput dapat dikategorikan hijauan bioplus. Probiotik bioplus adalah
makanan ternak, rumput yang dapat campuran mikroba nonpathogen yaitu
dikategorikan sebagai hijauan makanan bakteri pencerna serat dan fungi pencerna
ternak adalah rumput yang dapat serat. Probiotik bioplus memiliki
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak keunggulan dapat berfungsi meningkatkan
(Rukmana, 2005). efisiensi penggunaan dan daya cerna pakan
Salah satu rumput yang bisa serta memacu pertumbuhan ternak dan
dimanfaatkan sebagai hijauan makanan mencegah penurunan bobot ternak.
ternak adalah rumput rawa dimana lahan Probiotik bioplus dapat meningkatkan
rawa banyak menyimpan potensi pakan kinerja mikroorganisme dalam rumen
untuk bidang peternakan utamanya pakan (Winugroho, 2004). Mikroba selulotik
ternak ruminansia seperti kerbau rawa yang terdapat pada probiotik bioplus akan
(kerbau kalang), sapi dan kambing. meningkatkan produksi enzim selulase
Pemanfaatan hijauan rawa oleh peternak yang akan membantu pemecahan ikatan
baik rumput maupun leguminosa masih lignoselulosa, sehingga akan
sangat terbatas. Keterbatasan pemanfaatan meningkatkan kecernaan (Balitnak, 1996).
rumput rawa tersebut adalah karena masih Hasil penelitian Ella et al. (2004)
rendahnya tingkat nilai kecernaan pada melaporkan bahwa pemberian probiotik
rumput rawa tersebut (Fahriani dan bioplus sebanyak 250 g selama 1 periode
Eviyati, 2008). Padahal potensi lahan rawa pemeliharaan merupakan hasil terbaik
di provinsi Sumatera Selatan cukup luas terhadap pertumbuhan sapi bali,
yaitu 14,6% dari keseluruhan lahan berdasarkan hal tersebut maka perlu
pertanian atau 1.027.447 ha dari total luas dilakukan penelitian dengan penggunaan
lahan pertanian 7.267.138 ha (BPS probiotik bioplus untuk mengetahui
Sumsel, 2006). kecernaan pakan secara in vivo pada ternak
Hasil penelitian Sulistiawati (2005) sapi Bali.
melaporkan bahwa rumput kumpai perlu
dikembangkan sebagai hijauan pakan 1.2. Tujuan
ternak. Rumput rawa beragam jenisnya, Penelitian ini bertujuan untuk
salah satu dari yang telah teridentifikasi mengetahui pengaruh pemberian ransum
ternyata dapat dikonsumsi ternak dan berbahan dasar rumput kumpai minyak
cukup disukai oleh ternak ruminansia dengan suplementasi probiotik bioplus
adalah rumput kumpai minyak terhadap kecernaan bahan kering, bahan
(Hymenachne amplexicaulis) (Mannetje organik, dan serat kasar dengan metode in
dan Jones, 1992). Rumput kumpai minyak vivo.
merupakan salah satu jenis rumput rawa
yang berpotensi cukup baik sebagai 1.3. Hipotesis
hijauan makanan ternak (Soerjani, et al., Diduga penggunaan probiotik
1987). bioplus pada ransum berbahan dasar
Heyne (1994) menyatakan bahwa rumput kumpai minyak berpengaruh
rumput kumpai minyak disukai hewan terhadap kecernaan bahan kering, bahan
pemamah biak dan sering dipotong oleh organik, dan serat kasar dengan metode in
penduduk sebagai cadangan pakan ternak. vivo.
PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode in-vivo. Rancangan
3.1. Waktu dan Tempat penelitian yang digunakan adalah
Penelitian ini berlangsung dalam rancangan bujur sangkar latin (RBSL)
dua tahap, tahap pertama di Desa dengan 4 perlakuan dan 4 periode sebagai
Sambirejo kabupaten Banyuasin dan tahap ulangan, satu periode dilakukan selama 10
kedua analisa kecernaan di Laboratorium hari, adapun perlakuan yang dilakukan
Nutrisi dan Makanan Ternak Program adalah sebagai berikut :
Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan bulan juni 2016 R0 = Tanpa probiotik
R1 = 62,5 gram Probiotik Bioplus
3.2. Alat dan Bahan R2 = 75 gram Probiotik Bioplus
Alat - alat yang digunakan dalam R3 = 87,5 gram Probiotik Bioplus
penelitian adalah timbangan, baskom, Ransum perlakuan terdiri dari 70% ransum
plastik, terpal, ember, gelas ukur, cawan basal berupa rumput kumpai minyak dan
porselen, gelas piala, desikator, kertas 30% konsentrat (Tabel 3.2)
saring, hot plate, erlenmeyer, desikator,
penjepit, oven, timbangan analitik, alat Model matematika sebagai berikut :
penyaring Buchner, tanur pengabuan Yij (t) = + i + j + (t) + ij
(furnace), spatula, corong Buchner, beaker (t)
glass, alumunium foil, dan pipet tetes. Dimana :
Bahan - bahan yang digunakan Yij = nilai pengamatan perlakuan ke t,
dalam penelitian adalah pakan konsentrat pada baris ke i dan kolom ke j
(dedak, jagung giling, mineral, ampas = nilai tengah umum
tahu, urea, dan garam), Probiotik Bioplus, i = pengaruh baris ke i
air, rumput kumpai minyak, H2SO4 j = pengaruh kolom ke j
(1,25%), NaOH (3,25%), aquadest, acetol, (t) = pengaruhperlakuan ke t
H2SO4 (75%), NaOH (40%), H2SO4 (0,1 ij (t) = pengaruh galat percobaan
N), dan NaOH (0,1 N).
Ternak yang digunakan adalah sapi 3.3.2. Cara Kerja
Bali yang berumur 1,5 tahun dengan bobot 3.3.2.1. Penyusunan Ransum
badan rata-rata 120 kg per ekor. Ternak di Komposisi ransum yang
letakkan pada kandang individu (ukuran digunakan adalah Konsentrat 3 Kg,
1,2 x 2 m), dan setiap unit kandang berisi 1 Rumput Kumpai Minyak 10 Kg, dan
ekor ternak. ditambah dengan Probiotik Bioplus sesuai
perlakuan.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Rancangan penelitian
Tabel 3.1. Kandungan nutrisi bahan pakan
No Bahan Pakan PK SK TDN
1 Dedak** 11,2 18,513 65
2 Jagung Giling* 10,5 2 83
3 Mineral** 0 0 0
4 Garam*** 0 0 0
5 Urea* 18,75 0 0
7 Ampas Tahu* 11,6 7,79 70
9 Rumput Kumpai Minyak* 7,99 27,85 59,3
Sumber : *Sulistyowati dan Erwanto (2009), **Santosa (1995) dan ***Permata (2012).

Tabel 3.2. Penyusunan konsentrat.

No Bahan Pakan Penggunaan PK % SK % TDN %


1 Dedak 60 6,72 11,11 39
2 Jagung Giling 12 1,26 2,4 9,96
3 Ampas Tahu 26 3,02 2,02 18,2
4 Mineral 0,5 0 0 0
5 Garam 0,5 0 0 0
6 Urea 1 1,88 0 0
Jumlah 100 12,88 15,53 67,16
Keterangan : dihitung berdasarkan tabel 3.1. dengan penggunaan bahan pakan dalam
Konsentrat.

Tabel 3.3. Susunan ransum penelitian

No Bahan Pakan Penggunaan PK % SK % TDN %


1 Rumput Kumpai Minyak* 70 5,59 19,50 41,51
3 Konsentrat* 30 3,86 4,66 20,15
Jumlah 100 9,45 24,16 61,66
Keterangan : *Perhitungan berdasarkan pustaka

3.3.2.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian dilakukan selama 10 hari, sedangkan


Pelaksanaan penelitian secara in-vivo kegiatan yang dilakukan pada tahap
yang terdiri dari dua tahap yakni tahap pengumpulan data adalah meliputi koleksi
adaptasi dan tahap pengumpulan data. feses dan ransum setiap hari selama 3 hari
Tahap adaptasi, ternak percobaan terakhir tiap periodenya dan ditimbang
dibiasakan terhadap lingkungan pakan, beratnya. Kemudian dilakukan analisis
kandang, dan perlengkapan lain yang proksimat.
dibutuhkan selama penelitian. Selama Kolekting yang dilakukan selama
tahap adaptasi ternak dibiasakan terhadap periode antara lain kolekting sisa pakan
pakan yang dievaluasi karena biasanya dan feses. Sisa pakan dan feses ditampung
bahan pakan tersebut merupakan bahan dan ditimbang setiap hari sampai hari
pakan yang tidak biasa dikonsumsi oleh terakhir. Kemudian feses dikompositkan,
ternak sebelumnya. Tahap adaptasi lalu diambil sebanyak lebih kurang 300
gram sebagai sampel. Feses yang dikoleksi kering, kecernaan bahan organik, dan
di semprot dengan H2SO4 0,01% untuk kecernaan serat kasar.
mencegah penguapan kandungan nitrogen
yang terdapat dalam feses. lalu 3.4. Peubah yang diamati
dikeringkan dengan oven pada suhu 600 C Peubah yang diamati selama
selama 24 jam, dan di timbang kembali penelitian adalah koefisien cerna bahan
berat keringnya, kemudian dihomogenkan kering, bahan organik, dan serat kasar.
dengan mixer baru dilakukan analisis Pengukuran koefesien cerna dilakukan
proksimat. Setelah dilakukan analisis dengan metode koleksi total, selanjutnya
proksimat dihitung nilai kecernaan bahan perhitungan menggunakan rumus berikut:

Koefisien cerna bahan kering (KCBK) dihitung dengan rumus:


KCBK (%) = BK yang di konsumsi (g) BK dalam feses (g) x100%
BK yang di konsumsi (g)

Koefisien cerna bahan organik (KCBO) dihitung dengan rumus:


KCBO (%) = BO yang dikonsumsi (g) BO dalam feses (g) x 100%
BO yang dikonsumsi (g)

Koefisien cerna serat kasar (KCSK) dihitung dengan rumus:


KCSK (%) = SK yang dikonsumsi (g) SK dalam feses (g) x 100 %
SK yang dikonsumsi (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rata-rata perhitungan


4.1. Koefisien Cerna Bahan Kering pengukuran kecernaan bahan kering dan
(KCBK) dan Koofisien Cerna Bahan bahan organik, selama penelitian dari
Organik masing-masing perlakuaan dapat dilihat
pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Rataan nilai koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan nilai koofisien cerna bahan
organik (KCBO)
Perlakuan Rataan KCBK % Rataan KCBO %
P0 50,37a 4,52 39,91a 5,94
P1 53,25ab 2,06 44,97b 2,67
P2 56,69b 4,15 48,72b 4,93
P3 56,38b 4,79 48,53b 5,90
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan berbeda nyata P(0,05).
R0 = ransum dasar (rumput kumpai minyak 70% + konsentrat 30% ), R1 = ransum dasar +
62,5g Probiotik Bioplus, R2 = ransum dasar + 75g Probiotik Bioplus, R3 = ransum dasar +
87,5g Probiotik Bioplus.
Hasil analisa keragaman bahan kering dan bahan organik yang lebih
menunjukkan bahwa penambahan tinggi dibandingkan perlakuan kontrol
suplementasi probiotik dalam ransum (Tabel 4.1). Hal ini karena peningkatan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pemberian probiotik memberikan efek
kecernaan bahan kering (KcBK) dan bahan yang baik pada konsumsi ransum sehingga
organik (KcBO) ransum. Suplementasi nilai kecernaan bahan kering dan bahan
probiotik dapat meningkatkan kecernaan organiknya mengalami peningkatan. Nilai
bahan kering dan bahan organik kecernaan bahan kering pada penelitian ini
disebabkan karena probiotik bioplus sudah memenuhi kebutuhan ternak
mengandung bakteri pencerna serat dan ruminansia, pada umumnya kebutuhan
fungi pencerna serat sehingga ternak ruminansia akan kecernaan bahan
meningkatkan populasi mikroba rumen. kering adalah di atas 50% (Thalib, 2000).
Meningkatnya populasi dan aktivitas Pemberian probiotik bioplus meningkatkan
mikroba rumen dapat meningkatkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan
kecernaan (Siregar, 2013). Suplementasi organik. Nilai kecernaan pada penelitian
probiotik dengan taraf 62,5 gram hingga ini berbeda dibandingkan dengan
87,5 gram mampu memberikan pengaruh penelitian Siregar (2013) mengenai
terhadap nilai kecernaan bahan kering pengaruh pemberian probiotik terhadap
(KcBK) dan bahan organik (KcBO). Nilai sapi potong KcBK (68,93%) dan KcBO
kecernaan bahan organik tidak jauh (72,33%) dengan dosis probiotik cair
berbeda dengan nilai kecernaan bahan 0,1%. Hasil penelitian tersebut sama
kering. Hal ini disebabkan karena dengan penelitian ini, dengan pemberian
kecernaan bahan organik itu sendiri probiotik dapat meningkatkan nilai
berkaitan dengan kecernaan bahan kering. kecernaan bahan kering dan kecernaan
Sesuai dengan pernyataan Tillman et al. bahan organik. Hal tersebut disebabkan
(1998) bahwa sebagian besar komponen suplementasi probiotik yang merupakan
bahan kering terdiri dari bahan organik sumber bakteri selulotik yang
sehingga faktorfaktor yang menghasilkan enzim selulase, dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya kecernaan mengakibatkan populasi dan aktifitas
bahan organik akan mempengaruhi juga mikroba di rumen meningkat sehingga
tinggi rendahnya kecernaan bahan kering kecernaan pakan akan meningkat pula
ransum. (Apriyadi, 1999).
Kecernaan bahan kering dan
kecernaan bahan organik pada penelitian 4.2. Koefisien Cerna Serat Kasar
ini bervariasi dari yang terendah hingga (KCSK)
yang tertinggi yaitu 50,37 (P0) 56,69 Hasil rataan perhitungan
(P2) dan 39,91 (P0) 48,72 (P2), dapat pengukuran kecernaan serat kasar, selama
dilihat bahwa perlakuan 1 hingga penelitian dari masing-masing perlakuaan
perlakuan 3 mempunyai nilai kecernaan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rataan nilai koefisien cerna serat kasar (KCSK)


Perlakuan Rataan %
P0 43,27 4,53
P1 45,27 5,47
P2 45,13 5,65
P3 45,34 4,29
Hasil analisa keragaman penelitian Siregar (2013) yang melaporkan
menunjukkan bahwa penambahan bahwa suplementasi probiotik cair dengan
suplementasi probiotik Bioplus dalam taraf 0,1% pada ransum ternak sapi
ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) menghasilkan kecernaan serat kasar
terhadap nilai kecernaan serat kasar. sebesar 48,09%. Lebih rendahnya nilai
Pemberian probiotik pada level 62,5 gram kecernaan serat kasar pada penelitian ini
hingga 87,5 gram belum mampu diduga karena nilai serat kasar ransum
memberikan pengaruh terhadap nilai pada penelitian ini lebih tinggi
kecernaan serat kasar. Hal ini diduga dibandingkan nilai serat kasar ransum pada
karena pemberian probiotik bioplus pada penelitian Siregar (2013). Nilai serat kasar
level 62,5 gram hingga 87,5 gram masih ransum pada penelitian ini adalah 24,16%
terlalu sedikit sehingga belum bias sedangkan pada penilitian Siregar (2013)
memberikan pengaruh terhadap nilai nilai serat kasar ransumnya adalah
kecernaan serat kasar. Nilai kecernaan 20,71%. Daya cerna sangat berkaitan erat
serat kasar berhubungan erat dengan serat dengan komposisi kimianya dan serat
kasar ransum. Sesuai dengan pendapat kasar mempunyai pengaruh paling besar
Hartadi (2005) yang melaporkan bahwa terhadap daya cerna (Tillman et al., 1991).
kecernaan serat kasar tergantung pada Sesuai dengan pendapat Mcdonald (2002)
kandungan serat kasar dalam ransum dan yang menyatakan Semakin tinggi serat
jumlah serat kasar yang dikonsumsi. Haris kasar yang terdapat dalam suatu bahan
(2012) menyatakan bahwa serat kasar yang pakan, maka semakin rendah daya cerna
tidak mampu dicerna akan lolos dari bahan pakan tersebut. Sebaliknya bahan
degradasi rumen. Dimana serat kasar yang pakan dengan serat kasar yang rendah,
tahan terhadap degradasi akan mencapai maka akan lebih mudah dicerna. Sejalan
saluran cerna pascarumen secara utuh, dengan Apriyadi (1999) yang menyatakan
sehingga serat yang lolos dari degradasi bahwa tinggi rendahnya kecernaan nutrien
rumen tidak dapat dicerna pada usus halus. pada ternak ruminansia bergantung pada
kompenen serat tersebut akan keluar kandungan serat kasar dan aktifitas
bersama feses. mikroorganisme rumen terutama bakteri
Nilai kecernaan serat kasar pada selulolitik.
penelitian ini lebih rendah dibandingkan
KESIMPULAN DAN SARAN organik, namun belum mampu
5.1. Kesimpulan meningkatkan nilai kecernaan serat kasar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa suplementasi probiotik 5.2. Saran
Bioplus pada level 62,5gram dalam Perlu dilakukan penelitian lanjutan
ransum berbahan dasar rumput kumpai dengan suplematasi probiotik Bioplus pada
minyak mampu meningkatkan nilai level di atas 87,5gram guna meningkatkan
kecernaan bahan kering dan bahan efisiensi ransum.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, A., M. Jauhari., dan S.


Padmowijono. 1999. Komposisi Ella, A., A. Nurhayati dan D. Passambe.
kimia dan degradasi in sacco jerami 2004. Respon pemberian Bioplus
padi segar fermentasi. Prosiding serat jerami fermentasi terhadap
Seminar Nasional Peternakan dan pertumbuhan ternak sapi bali
Veteriner. Puslitbangnak Badan bakalan pada pengembangan sistem
Litbang Pertanian Deptan, Bogor. integrasi padi-ternak (SIPT) Sistem
Integrasi Tanaman-Ternak.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Prosiding Seminar Nasional. Pusat
Ternak Umum. Penerbit PT. Penelitian dan Pengembangan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Peternakan bekerjasama dengan
Balai Pengkajian Teknologi
Anggorodi. 2004. Pencernaan Mikrobia Pertanian Propinsi Bali dan Crop-
Pada Ruminansia. Terjemahan. Animal System Reserach Network
Cetakan Pertama. Gadjah Mada (CASREN). hlm. 142-147.
University Press.Yogyakarta.
Fahriani A, Eviyati. 2008. Potensi rumput
AOAC. 1990.Official methods of analysis. rawa sebagai pakan ruminansia :
Association of Official Analytical produksi, daya tampung dan
Chemists. 2 vols. 15th ed. kandungan fraksi seratnya. Jurnal
Washington, DC. Indonesia Tropik Animal
Agriculture. 33: 299-304
Apriyadi L. 1999. Pengaruh Penambahan Humphreys LR. 2001. Tropical
Probiotik Bioplus Serat (BS) pada pasture utilization. Cambridge
Konsumsi dan Kecernaan Pakan university Press, Cambridge.
Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum) yang Diberikan pada Feati, 2011.Teknologi Penggemukan Sapi
Domba Ekor Tipis (DET), Skripsi. Bali. BPPT NTB. It 2-pdf
Fakultas Pertanian Jurusan
Peternakan Universitas Djuanda, Guntoro. 2002. Membudidayakan Sapi
Bogor. Bali. Kanisius, Yogyakarta.

Balitnak. 1996. Probiotik: Pemanfaatannya


Dalam Pakan Ternak. Buletin Haris M. 2012. Evaluasi Kecernaan
Resmi Statistik. Lamtoro (Leucaena Leucocephala)
Sebagai Pakan Sumber Protein
Biro Pusat Statistik Sumatera Selatan. Bypass Dengan Ransum Berbahan
2006. Luas Lahan Menurut Dasar Jerami Padi Amoniasi
Penggunaan di Propinsi Sumatera Secara In-Vitro. Tesis. Program
Selatan. Palembang, Sumatera Pascasarjana. Universitas Andalas.
Selatan. Padang.

Curch DC. dan Pond WE. 1988. Basic Hartadi, H., M.Christiyanto., M.Soejono.,
Animal Nutrition and Feeding. 3rd R.Utomo., dan B.P. Widyobroto.
ed. John Willy and Sons, Inc. 2005. Konsumsi dan kecernaan
United States of America. nutrien ransum yang berbeda
prekursor protein energi dengan
pakan basal rumput raja pada sapi Muhakka. 2007a. Perbandingan nilai
perah. Universitas Diponegoro. nutrisi rumput kumpai
Semarang. (Hymenachne Acutigluma) Di
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan
Hartadi H., Reksohadiprodjo S. dan Kabupaten Muara Enim Sumatera
Tillman AD. 1997. Tabel Selatan berdasarkan analisa Van
Komposisi Bahan Pakan Untuk Soest. (Tidak dipublikasikan).
Indonesia. Gadjah Mada University Fakultas Pertanian Universitas
Press. Yogyakarta Sriwijaya, Indralaya
Hatmono H. dan Hastoro I. 1997. Urea Murtidjo BA. 2001. Memelihara Kambing
Molases Blok Pakan Supplemen Sebagai Ternak Potong dan Perah.
Ternak Ruminansia. Trubus Kanisius. Yogyakarta
Agriwidya. Ungaran.
Nasih, M. 2012. Pengaruh Penambahan
Hau, D.K., M. Nenobais, J. Nulik, dan N.G.F. Probiotik Dalam Pakan Terhadap
Katipana. 2005. Pengaruh probiotik
Konsumsi, Kecernaan Dan Retensi
terhadap kemampuan cerna mikroba
rumen sapi bali. Seminar Nasional Pada Sapi Perah, Skripsi S1.
Teknologi Peternakan dan Veteriner., Fakultas Peternakan. Universitas
Bogor. Brawijaya. (Diakses pada 07
November 2016).
Heyne, K. 1994. Tumbuhan Berguna
Indonesia I. Balitbang. Jakarta. Ngadiyono, Nono., H. Hartadi., M.
Winugroho., D.D. Siswansyah dan
Ismail, R., 2011. Kecernaan In Vitro, S.N. Ahmad. 2001. Pengaruh
http://rismanismail2.wordpress.com/ pemberian Bioplus terhadap kinerja
2011/05/22/nilai-kecernaan-part- sapi Madura di Kalimantan
4/#more-310. (Diakses pada 7 Tengah. JITV. 6 (2) : 69-75.
november 2016).
Permata AT. 2012. Pengaruh Amoniasi
Dengan Urea pada Ampas Tebu
Mannetje LT. dan Jones RM. 1992.
Terhadap Kandungan Bahan
Forage, Plant Resources of South
Kering, Serat Kasar dan Protein
East Asia. Bogor. Indonesia.
Kasar Untuk Penyediaan Pakan
Manurung L. 2008. Analisi Ekonomi Uji Ternak. Artikel Ilmiah. Fakultas
Ransum Berbasis Pelepah Daun Kedokteran Hewan Universitas
Sawit, Lumpur Sawit Dan Jerami Airlangga. Surabaya.
Padi Fermentasi Dengan
Phanerochate Chysosporium Pada Rasmada S. 2008. Analisis Kebutuhan
Sapi Peranakan Ongole. Skripsi, Nutrien dan Kecernaan Pakan pada Owa
Jurusan Peternakan fakultas Jawa (Hylobates moloch) di Pusat
pertanian Universitas Sumatra Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi
Utara, Medan. Bogor. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian,
McDonald P., Edwards R., Greenhalgh J. Bogor.
dan Morgan C. 2002. Animal
Nutrition. 6th Edition. Longman Rukmana R, 2005. Budi Daya Rumput
Scientific and Technical, New Unggul. Kanisius. Yogyakarta
York.
Santosa U. 1995. Tata Laksana Organik. Laporan akhir RUT VIII.
Pemeliharaan Ternak Sapi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Cetakan I. Penebar Swadaya,
Jakarta. Sutardi. 1993. Seminar Nasional
Pengembangan Peternakan Rakyat
Siregar, Y.K. 2013. Pengaruh (Sapi, Kerbau dan Unggas).
Suplementasi Probiotik Padat Dan Fakultas Peternakan. Universitas
Cair Dalam Meningkatkan Jambi. Jambi
Kecernaan Zat-Zat Makanan
Ransum Sapi Potong, Skripsi S1. Suyana, I.N., S. Guntoro., Parwati.,
Fakultas Peternakan. Institut Suprapto., dan S. Widiyazid. 1999.
Pertanian Bogor. (Diakses pada 07 Pemanfaatan probiotik dalam
November 2016). pengembangan sapi potong
berwawasan agribisnis di Bali.
Soerjani, M. A. J. G. H. Kostermans dan J.Pengkajian dan Pengembangan
Tjitosupomo. 1987. Weed Of Rice Teknologi Pertanian. 2 (1).
In Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta. Syamsu, J.A. 2001 Fermentasi jerami padi
dengan probiotik sebagai pakan
Steeel RGD. dan Torrie JH. 1993. Prinsip ternak ruminansia Jurnal Agrista. 5
dan Prosedur Statistika. PT. (3) : 280-283.
Gramedia, Jakarta. Syamsu, J.A. 2003. Kajian Fermentasi
Sulistiawati E. 2005. Eksplorasi rumput jerami padi dengan probiotik
Kumpai (Hymenachine sebagai pakan sapi bali di Sulawesi
amplexicaulis (Rudge) Nees) Selatan. J. Ilmu Ternak. 3 (2).
sebagai pakan ternak di Provinsi Fakultas Peternakan Universitas
Jambi. Pros. Lokakarya Nasional Padjadjaran, Bandung.
Tanaman Pakan Ternak.
Thalib A., Bestari J., Widiawati Y., Hamid
Puslitbang Peternakan, Bogor
H., dan Suherman D. 2000.
Pengaruh perlakuan silase jerami
Sulistyowati E. dan Erwanto. 2009.
padi dengan mikroba rumen kerbau
Produksi susu sapi perah pfh laktasi
terhadap daya cerna dan ekosistem
yang disuplementasi dengan
rumen sapi. J. Ilmu Ternak dan
beberapa level blok tabut. JPPT.
Veteriner 5: 1-6.
Vol. 34 No. 2.: 81- 87.
Tillman AD., Hartadi H., Reksohadiprodjo
Suprapto, H., Suharti F.M, T.Widiyastuti. S., Prawirokusumo S. dan
2013. Kecernaan serat kasar dan Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu
lemak kasar complete feed limbah Makanan Ternak Dasar. Gadjah
rami dengan sumber protein Mada University Press,
berbeda pada kambing peranakan Yogyakarta.
etawa lepas sapih. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1(3):938-946.
Universitas Jendral Soedirman. Tillman, A. D., H. Hartadi, S.
Purwokerto. Reksohadiprodjo, S.
Prawirokusumo, S.
Sutardi T. 2001. Revitalisasi Peternakan
Lebdosoekojo.1991. Ilmu Makanan
Sapi Perah Melalui Penggunaan
Ternak Dasar. Gadjah Mada
Ransum Berbasis Limbah
University Press, Fakultas
Pertanian Dan Suplemen Mineral
Peternakan, Universitas Gadjah
Mada.

Utomo R. 2012. Evaluasi Pakan dengan


Metode Noninvasif. PT. Citra Aji
Parama, Yogyakarta.

Wahyudi A.2005. Evaluasi Daya Hidup


Bakteri Selulolitik dalam Urea
Molasses Mineral Probiotik Blok
(UMMPB) sebagai Bahan
Pembawa.Laporan penelitian.
Malang (ID) : Universitas
Muhammadiyah Malang.

Wallace, R.J. and C.J. Newbold. 1992.


Probiotic for Ruminants. Dalam:
FULLER, R. 1992. Probiotics.
Chapman & Hall., London.
Williamson G. dan Payne WJA. 1993.
Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Alih Bahasa : Djiwa
Darmadja. UGM_Press,
Yogyakarta..

Winugroho, M. dan S. Mariyati. 2001 .


Konsistensi keefektifan bioplus serat
selama masa simpan pada suhu ruang.
Pros . Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner . Bogor, 17-18
Sept . 2001 .Puslitbang Peternakan, Bogor.
him. 214-218 .

You might also like