Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Pengembangan Kawasan Minapolitan Tanggap Bencana Berbasis Sosial

Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

R. Hamdani Harahap*

Abstract
This paper is the result of research on Minapolitan area Development Social
and Culture-base Disaster Responses in Serdang Bedagai regency. Minapolitan is
the center of economy and subsistence which integrated with production speed of
potential based on marine and fisheries sector. The data of this research were
collected by observation, interview and survey GIS.
From the results showed that (1) the facilities and infrastructures in the main
of Minapolitan (both in the district of Tanjung Beringin, Perbaungan, Teluk
Mengkudu and district of Tebing Tinggi ) have been available, but the quality and
quantity still need to be improved especially the condition of the fishing harbor / TPI,
means the main roads which connected between the districts included in the main
region of Minapolitan. (2) The potential of fisheries still can be improved, by the
consideration of sustainable line which need to be developed as an alternative
aquaculture saltwater/brackish and fresh water. (3) The quality components
supporting the environment of Minapolitan are varies, such as coastal environment
occurs reclamation, and mangrove need to be conserved. (4) Development of
Minapolitan must consider the balance between regional infrastructure distribution
to increase the welfare of society. (5) The most important strategiy in building
Minapolitan in Serdang Bedagai is to accelerate the construction of physical
facilities with the construction of disaster mitigation and build the capacity of society
in supporting the development of the Minapolitan itself.
The research recommended that all agencies to understand and concern to
the issue of Minapolitan and actively involve the community in planning, especially
to the manage of natural resources.

Keywords : Minapolitas Areas, Disasater Responses, Social and Cultural

PENDAHULUAN No. 39 Tahun 1980 tentang


penghapusan pukat harimau, untuk
Nikijuluw (2001), memaparkan meningkatkan produksi udang nasional.
tentang program yang telah dilakukan Program motorisasi mengalami
dalam rangka pemberdayaan nelayan kegagalan karena tidak tepat sasaran
secara nasional, yaitu program yaitu terjadi manipulasi penerima
motorisasi armada nelayan skala kecil program yang dilakukan oleh aparat
yang dikembangkan pada awal tahun dan elit lokal demi untuk kepentingan
1980-an untuk meningkatkan kelompok tertentu dan bukannya untuk
produktifitas. Kebijakan ini merupakan kepentingan nelayan.
respons atas dikeluarkannya Keppres
_______
* Staf Pengajar Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 10


Program pembangunan lainnya budaya masyarakat dalam kaitannya
yang secara tidak langsung berkaitan dengan pola pengelolaan sumberdaya
dengan pengentasan kemiskinan adalah lingkungan yang ada selama ini serta
Protekan 2003 yaitu Gerakan kaitannya dengan daya dukung
Peningkatan Ekspor Perikanan hingga lingkungan yang ada pada rancangan
menjelang tahun 2003 mencapai nilai pengembangan kawasan minapolitan,
ekspor 10 milyar dollar di masa era (3) Tersedianya konsep dan strategi
pemerintahan Habibie. Namun gerakan pembangunan yang aplikabel dalam
ini tidak berlangsung lama dan bahkan rangka mendukung pengembangan
bisa dikatakan mati muda, sejalan wilayah minapolitan yang tahan
dengan habisnya masa kepemimpinan bencana dengan berbasis pada kondisi
Habibie sebagai presiden. sosial dan budaya masyarakat di
Kabupaten Serdang Bedagai.
Selanjutnya kebijakan
pembangunan sektor kelautan adalah Salah satu pendekatan
dengan membuat pusat-pusat pembangunan yang dilakukan untuk
perekonomian dan penghidupan yang pengelolaan lingkungan hidup adalah
terintegrasi dengan mempercepat pembangunan berkelanjutan (Siregar,
proses produksi potensial yang 2004). Pembangunan Berkelanjutan
berbasiskan pada sektor kelautan dan adalah paradigma pembangunan yang
perikanan atau dengan istilah lain menyepakati suatu pendekatan yang
dikenal juga dengan program terintegrasi/ terpadu terhadap
pembangunan kawasan Minapolitan. pembangunan yang menggabungkan
sekaligus tiga pilar pembangunan, yaitu
Bencana alam adalah hal
pembangunan ekonomi, pembangunan
potensial yang selalu mengancam
sosial dan perlindungan lingkungan
wilayah Indonesia terutama daerah
hidup.
pesisir dan laut. Untuk implementasi
kebijakan pembangunan kawasan Siregar (2004) menjelaskan
produksi perikanan yang berbasiskan terdapat tiga aset dalam pembangunan
sumberdaya kelautan dengan tetap berkelanjutan yaitu sumberdaya alam,
mempertimbangkan ancaman bahaya sumberdaya manusia, dan infrastruktur.
dari bencana alam yang mungkin Dalam pembangunan berkelanjutan
melanda, maka kajian tentang terkandung dua gagasan penting yaitu
bagaimana membangun kawasan gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan
Minapolitan di Serdang Bedagai yang esensial yang memberlanjutkan
tahan terhadap bencana dengan kehidupan manusia dan gagasan
berbasiskan pada kondisi sosial dan keterbatasan yang bersumber pada
budaya masyarakat lokal menjadi perlu kondisi teknologi dan organisasi sosial
dilakukan. terhadap kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan kini dan hari
Tujuan penelitian ini adalah
depan. Tidak hanya itu, setiap elemen
(1) Teridentifikasinya sarana dan
pembangunan berkelanjutan juga harus
prasana umum, sarana dan prasarana
diuraikan menjadi empat hal yaitu;
sektor kelautan yang ada di kawasan
pemerataan dan keadilan sosial,
potensial minapolitan di Serdang
keanekaragaman, integratif dan
Bedagai dengan tingkat utilitasnya oleh
perspektif jangka panjang.
masyarakat serta analisis kondisi sarana
(Djajadiningrat, Surna T dan Melia
dan prasarana tersebut dikaitkan
Famiola, 2004).
dengan sebaran daerah rawan dan
resiko bencana yang ada, (2) Pengalaman penanganan
Teridentifikasinya potensi sosial bencana raksasa yang terjadi di

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 11


Indonesia seperti gempa bumi dan sebagai elemen pembangunan kawasan
tsunami di Aceh tahun 2004 minapolitan itu sendiri.
memperlihatkan bahwa ketidaksiapan
mengatasi bencana memicu tingginya
METODOLOGI PENELITIAN
angka korban jiwa. Kehadiran NGO, Penelitian ini dilakukan di
nasional maupun asing, UN-organ dan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi
lembaga perwakilan pemerintah dari Sumatera Utara karena telah
negara-negara sahabat serta perwakilan ditetapkan sebagai kawasan
resmi pemerintah pusat (lebih dikenal minapolitan perikanan tangkap,
dengan BRR) saat menangani bencana minapolitan budidaya tawar dan
di Aceh telah memberi kontribusi minapolitan pengolahan/ pemasaran,
tersendiri bagi pembangunan kembali serta memiliki masyarakat yang
masyarakat (Aceh). Penelitian yang heterogen. Tipe penelitian ini adalah
disponsosri The Asia Foundation
deskriptif kualitatif, data utama yang
(TAF) (2005 dan 2006) menunjukkan dicari dalam penelitian model
gejala bahwa masalah koordinasi deskriptif kualitatif ini adalah informasi
merupakan kendala utama yang tentang kata-kata dan tindakan
menghambat percepatan proses (Moloeng, 1991). Data primer yang
rehabilitasi dan rekontruksi di Aceh. diperlukan dalam penelitian ini
Gejala tentang pentingnya dikumpulkan dengan teknik wawancara
menghilangkan bias tertentu dalam
dan pengamatan (observasi).
membangun (proses pemberian Wawancara yang dilakukan bersifat
bantuan dalam beberapa hal dapat bebas mendalam (depth interview)
diidentikkan dengan proses maupun wawancara biasa, dengan
pembangunan) telah diungkapkan oleh menggunakan pedoman wawancara
Chamber (1987). Penelitian TAF yang (interview guide).
dilakukan di beberapa daerah itu juga
menunjukkan kenyataan bahwa Sementara itu, data spasial
mentalitas masyarakat (Aceh) keruangan yang mengangkut data
bervariasi dalam merespon setiap eksisting tentang kawasan rawan
bantuan. Dalam banyak buku bencana diperoleh melalui survey
disebutkan bahwa bantuan asing yang dengan menggunakan teknologi
diberikan tidak bernah benar-benar Geography Information System (GIS)
gratis. Istilah No Free Lunch berupa GPS portable. Data-data
adalah slogan umum yang diyakini sekunder diperoleh melalui studi
orang menjadi pegangan lembaga- kepustakaan. Data-data kualitatif yang
lembaga pemberi bantuan, termasuk telah diperoleh dari hasil wawancara
bantuan kemanusiaan (untuk lebih jelas mendalam dan pengamatan dianalisa
baca Erler, 1989; Hancock, 2005). berdasarkan tema tertentu secara
Kondisi yang demikian ini haruslah kualitatif.
dihindari sehingga pengintegrasinya
proses mitigasi bencana, standar HASIL DAN PEMBAHASAN
penanganan korban paska bencana
alam harus terakomodir dalam Grand Kabupaten Serdang Bedagai
Design pengembangan kawasan merupakan pemekaran dari kabupaten
Minapolitan khususnya di Kabupaten Deli Serdang. Penduduk kabupaten
Serdang Bedagai. Eksistensi nilai Serdang Bedagai sekitar 583.000 jiwa.
budaya masyarakat tetap harus menjadi Kepadatan penduduk sekitar 308 km
asset yang perlu dipertimbangkan persegi. Sebagian daerah ini terdiri dari
hutan, sungai dan rawa-rawa.

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 12


Kabupaten Serdang Bedagai terletak perlu dioptimalkan fungsi dan
pada posisi 20 57 Lintang Utara, 30 perannya.
16 Lintang Selatan, 980 33 Bujur Sarana dan prasarana perikanan
Timur, 990 27 Bujur Barat dengan tangkap yang dikelola Dinas Perikanan
luas wilayah 1.900,22 km2 dengan dan Kelautan Kabupaten Serdang
batas wilayah sebagai berikut: sebelah Bedagai yaitu 1 unit Tambat Labuh di
Utara dengan Selat Malaka, sebelah Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung
Selatan dengan Kabupaten Beringin. Sedangkan 3 unit PPI/TPI
Simalungun, sebelah Timur dengan yang berada di Kecamatan Tanjung
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu
Simalungun, serta sebelah Barat dan Kecamatan Pantai Cermin dimiliki
dengan kabupaten Deli Serdang. dan dikelola oleh Dinas Perikanan
Dengan ketinggian wilayah 0-500 Provinsi Sumatera Utara.
meter dari permukaan laut. Serdang
Bedagai memiliki kawasan pesisir yang Kebijakan yang terkait dengan
dimanfaatkan dengan intens untuk MINAPOLITAN di Kabupaten
penangkapan ikan tradisional di Serdang Bedagai memperlihatkan
Sumatera Utara. Budaya bahwa pemerintah daerah telah
masyarakatnya khususnya wilayah merespon ide pembengunan dengan
pesisir adalah budaya maritim yang konsep minapolitan dengan
berasal dari mayoritas etnis Melayu, mengelurkan kebijakan, antara lain
dan etnis lain seperti Batak, Minang, yaitu (1) Keputusan Bupati Serdang
Jawa yang telah berbaur antar Bedagai Nomor 28/523/ TAHUN 2012
sesamanya. Kabupaten Serdang Tentang Penetapan Rencana
Bedagai memiliki 17 kecamatan, dan Pengembangan Investasi Jangka
5 kecamatan diantaranya berbatasan Menengah (RPIJM) Kawasan
dengan Selat Malaka yang disebut Minapolitan Kabupaten Serdang
kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Bedagai dan (2) Keputusan Bupati
Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Serdang Bedagai Nomor 27/523/
Mengkudu, Sei Rampah, Tanjung TAHUN 2012 Tentang Penetapan
Beringin dan Bandar Khalipah. Master Plan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan data produksi
perikanan tangkap tahun 2009 dan Rumusan strategi dalam
dibandingkan dengan data tahun 2010 pengembangan kawasan minapolitan
diketahui bahwa produksi beberapa adalah dengan: (1) Pengelolaan
jenis ikan komersial seperti kembung, Sumberdaya Alam Secara Lestari dan
tongkol, tembang, cencaru dan udang Berkesinambungan, (2) Pengembangan
mengalami peningkatan. Rata-rata Agribisnis yang Bertumpu
interval peningkatannya adalah 2-8 pada Komoditas Unggulan,
persen. (3) Pengembangan sistem investasi
pembangunan yang memadai melalui
Dalam mendorong ketersediaan promosi, penerapan insentif, dan
bibit unggul di Kabupaten Serdang
disinsentif serta pengembangan
Bedagai terdapat 1 unit Balai Benih infrastruktur permodalan yang
Ikan Melati II ( BBI), 1 unit Balai mendukung berkembangnya usaha
Budidaya Air Payau Pantai Kelang kecil dan menengah, (4)
( BBAP ) dan 8 unit Hachery udang, Pengembangan Kapasitas SDM dan
50 lokasi Unit Pembenihan Rakyat. Kelembagaan dan (5) Pembangunan
Seluruh kawasan telah dikembangkan sarana dan prasarana.
lagi Unit Pembenihan Rakyat namun

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 13


Sesuai dengan strategi Tanjung Beringin, dan Bandar
pengembangannya, beberapa program Khalipah) Kabupaten Serdang Bedagai.
pengembangan kawasan minapolitan Aturan tradisional yang ada dan
adalah (1) Program Peningkatan berkaitan dengan pengelolaan
produksi perikanan, (2) Program sumberdaya pesisir dan laut masih
optimalisasi pengelolaan dan belum efektif karena (1) Pola
pemasaran hasil perikanan, (3) pengelolaan kawasan pesisir dan laut
Program Pengembangan jaringan sejauh ini sangat minim melibatkan
utilitas, (4) Program pengembangan masyarakat sebagai pelaku. (2)
SDM dan Kelembagaan, (5) Program Keberadaan nilai budaya yang berupa
pengembangan sarana dan prasarana kearifan tradisional yang secara
transportasi, (6) Program langsung berhubungan dengan
pengembangan dan pengelolaan pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lingkungan perairan, (7) Program
laut belum diapresiasi oleh masyarakat
penataan pemukiman dan lingkungan, dan pemerintah. Hal ini terjadi karena
(8) Program pengendalian dan nelayan tidak berasal dari satu
pengawasan perairan. kelompok entitas etnik sehingga
Kawasan rawan bencana di interpretasi mereka atas nilai-nilai
Kabupaten Serdang Bedagai yang kearifan lokal menjadi tidak sama, (3)
berupa kawasan rawan banjir berada Secara formal, pranata tradisional yang
pada Kecamatan Sei Bamban, fungsinya berhubungan dengan
Perbaungan, Tebing Syahbandar, pengelolaan sumberdaya laut dan
Dolok Merawan, Dolok Masihul, pesisir belum sepenuhnya
Silinda, Sipispis, Tanjung Beringin, terakomodasi dalam sistem formal
Pantai Cermin, Bintang Bayu, Tebing pemerintahan. Sehingga proses
Tinggi, Sei Rampah dan Bandar institusionalisasi pranata tradisional
Khalipah. Kawasan rawan bencana tersebut belum terjadi. Akibatnya
angin puting beliung terdapat di efektifitas operasional pranata tidak
Kecamatan Sei Bamban, Teluk terwujud sebab sumberdaya manusia,
Mengkudu, Perbaungan, Pegajahan, dana dan kelembagaannya belum
Dolok Merawan, Dolok Masihul, sempurna. Salah satu kondisi ini dapat
Sipispis, Tanjung Beringin Pantai dilihat pada pranata jamu laut yang di
Cermin, Bintang Bayu, Sei Rampah beberapa desa pesisir masih
dan Bandar Khalipah. Bencana tanah berlangsung. Keberadaan pranata
longsor di Kabupaten Serdang Bedagai tersebut masih sangat tradisional
sering terjadi di wilayah Kecamatan sehingga rencana kerja, struktur
yang memiliki kemiringan lereng > 450 pengelola dan hal-hal lainnya yang
dan jenis tanah tertentu. Kawasan- mengindikasikan keberadaan sebuah
kawasan yang sering terjadi bencana lembaga formal tidak terlihat.
longsor tersebut terletak di Kecamatan Konsep minapolitan tahan
Dolok Merawan, Silinda, Sipispis dan bencana di Kabupaten Serdang Bedagai
Bintang Bayu. memiliki total luas 1.500 ha, yang
Kawasan rawan bencana yang klasifikasinya terbagi atas:
berpotensi terjadinya gelombang 1. Minapolitan Tangkap,
pasang air laut di wilayah pesisir direncanakan berpusat di
dengan luas sekitar kurang lebih 12.400 Kecamatan Tanjung Beringin, dan
hektar yaitu kawasan disepanjang kawasan pendukungnya adalah
pantai (Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Pantai Cermin,
Perbaungan, Teluk Mengkudu,

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 14


Perbaungan, Teluk Mengkudu dan 1. Sarana dan prasarana di kawasan
Bandar Khalifah. Inti minapolitan (Kecamatan
2. Kawasan Minapolitan Budidaya Tanjung Beringin, Perbaungan,
Air Payau, direncanakan berpusat Teluk Mengkudu dan Kecamatan
di Kecamatan Teluk Mengkudu, Tebing Tinggi) telah tersedia,
dan kawasan pendukungnya adalah namun kualitas dan kuantitasnya
Pantai Cermin, Bandar Khalifah, masih perlu ditingkatkan terutama
dengan komoditas unggulan adalah kondisi Pelabuhan/ Pangkalan
Udang, Ikan Kerapu, Ikan Pendaratan ikan dan sarana jalan
Bandeng dan rumput laut. utama yang mengubungkan antar
3. Kawasan Minapolitan Budidaya kecamatan dalam kawasan inti
Air Tawar, direncanakan berpusat Minapolitan.
di Kecamatan Perbaungan dan 2. Perikanan tangkap di Kabupaten
Tebing Tinggi, dan kawasan Serdang berpotensi ditingkatkan
pendukungnya adalah Kecamatan dengan memperhatikan ambang
Tebing Syahbandar, Dolok batas kelestarian penangkapan.
Masihul, Serbajadi, dan Alternatif lain adalah perikanan
Kecamatan lainnya dengan budidaya air asin/ payau dan air
komoditas unggulan Ikan Gurami, tawar.
Lele, dan Ikan Mas. 3. Kualitas komponen lingkungan
4. Kawasan Minapolitan Pengolahan pendukung buatan dan alami tidak
dan Pemasaran Hasil Perikanan, sama, Pantai dan ekosistem
direncanakan berpusat di mangrove mengalami perusakan.
Kecamatan Teluk Mengkudu, dan 4. Pengembangan wilayah
kawasan pendukungnya di minapolitan harus memperhatikan
Kecamatan Pantai Cermin, keseimbangan distribusi
Perbaungan, Tebing Tinggi dan infrastruktur antar daerah sehingga
Kecamatan lainnya dengan peningkatan kesejahteraan
komoditi pengolahan hasil laut dan masyarakat menjadi terjamin.
pengolahan ikan air tawar. Untuk memenuhi gambaran ideal
5. Industri Pengolahan Ikan dan minapolitan perlu dikembangkan
Pakan diarahkan di Kecamatan empat aspek yaitu:
Teluk Mengkudu, Pantai Cermin, a. Aspek ketersediaan
dan Tebing Tinggi; infrastruktur dan pemukiman
Peta rencana pembangunan b. Aspek pengelolaan lingkungan
yang disarankan guna mendukung c. Aspek perekonomian
perwujudan kawasan inti minapolitan d. Aspek pengelolaan potensi dan
di Kabupaten Serdang Bedagai yang dampak bencana alam.
meliputi Kecamatan Tanjung Beringin,
Teluk Mengkudu, Perbaungan dan
Kecamatan Tebing Tinggi dapat dilihat DAFTAR PUSTAKA
pada peta lampiran.
Alikodra, H, S. 2005. Konsep
Pengelolaan Wilayah Pesisir
KESIMPULAN
Secara Terpadu dan
Sesuai dengan rumusan dan
Berkelanjutan. Makalah
sasaran studi yang telah disampaikan,
disampaikan pada Pelatihan
maka beberapa hal yang dapat
ICZPM- Angkatan III/ 2005
disimpulkan dalam studi ini bahwa:
Prov. NTB.

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 15


Anonimous, 2011. Potensi Ancaman Bantuan Internasional. Kata
Bencana pada laman Pengantar oleh Goerge Junus
www.bnpb.go.id Aditjondro. Penerjema; Yos
Anonimous, 2011. Kepmen Kelautan Suprapto. Yogyakarta: Cidelaras
dan Perikanan Nomor Kep. 18/ Pustaka Rakyat Cerdas.
MEN/ 2011 tentang Pedoman Juwono, Pujo Semedi H. 1998. Ketika
Umum Minapolitan. Jakarta. Nelayan Harus Sandar Dayung,
BPS, 2012. Kabupaten Serdang Studi Nelayan Miskin di Desa
Bedagai Dalam Angka 2011. Sei Kirdowono. Jakarta;
Rampah, BPS Kabupaten Kophalindo.
Serdang Bedagai. Kementerian Kelautan dan Perikanan,
BAPPEDA, 2121. RPJM Kabupaten Ditjen Perikanan Budidaya, 2010.
Serdang Bedagai 2011- 2030. Pedoman Perencanaan
BAPPEDA Serdang Bedagai; Sei Pengembangan Kawasan
Rampah Perikanan Budidaya
Chambers, Robert. 1987. Pembangunan (Minapolitan). Jakarta: Ditjen
Desa Mulai dari Belakang. Perikanan Budidaya
Penerjemah Pepep Sudrajat: Marwoto, Heriyanto. 2010. Penerapan
Pengantar, M. Dawam Rahardjo. Program Minapolitan Di
Jakarta; LP3ES. Pelabuhan Perikanan. makalah
Damara, Muhamad Iman 2011. disampaikan pada Rapat
Kesiapan Indonesia Menuju Koordinasi Teknis Pelabuhan
Minapolitan. Bogor-Kementerian Perikanan Direktorat Jenderal
Kebijakan Pertanian BEM KM Perikanan Tangkap Kementerian
IPB. Kelautan Dan Perikanan RI.
Direktorat Prasarana dan Sarana Moleong, Lexy J. Metode Penelitian
Budidaya, Ditjen Perikanan Kualitatif. Bandung; Remaja
Budidaya 2009. Pengembangan Rosdakarya.
Kawasan Minapolitan. Jakarta, Mubyarto, at.al. 1984. Nelayan dan
Ditjen PB. Kemiskinan Studi Ekonomi
Djajadiningrat, Surna T dan Melia Antropologi di Dua Desa Pantai.
Famiola, 2004. Kawasan Industri Jakarta; Penerbit Rajawali Press.
Berwawasan Lingkungan (Eko- Nikujuluw, Viktor P.H. 2001. Aspek
Industrial Park) Fenomena Baru Sosial Ekonomi Masyarakat
dalam Membangun Industri dan Pesisir dan Strategi
Kawasannya Demi Masa Depan Pemberdayaan Mereka Dalam
Berkelanjutan. Bandung: Konteks Pengelolaan
Rekayasa Sains Sumberdaya Pesisir Secara
Elfindri. 2002. Ekonomi Patron-Client Terpadu. Bogor; PSKPL IPB.
Fenomena Mikro Rumah Tangga Siregar, D, D. 2004. Manajemen Aset
Nelayan dan Kebijakan Makro. Strategi Penataan Konsep
Padang; Andalas University Pembangunan Berkelanjutan
Press. Secara Nasional dalam Konteks
Erler, Brigitte. 1989. Bantuan Kepala Daerah Sebagai CEOs
Mematikan: Catatan Lapangan pada Era Globalisasi & Otonomi
tentang Bantuan Asing. Jakarta; Daerah. Gramedia Pustaka
LP3ES. Utama. Jakarta
Hancock, Graham. 2005. Dewa-dewa Siregar, Hairani. 2002. Memahami
Pencipta Kemiskinan: Penyebab Kemiskinan
Kekuasaan, Prestise dan Korupsi Masyarakat Nelayan dalam

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 16


Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Perikanan, CRC Univ. Or Rhode
USU, Vol. 1 No. 2 September Island, Pemda Tk. I Sulawesi
Desember. Medan; FISIP-USU. Selatan dan LSM Konsorsium
Sugandhy, Aca. 2000. Pembangunan Kelautan Sulawesi Selatan.
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Makassar. Hal B1-12
Berkelanjutan dalam prosiding TAF. 2005 dan 2006 Laporan Untuh
Konfrensi Nasional II Penelitian Aceh Rehabilitation
Pengelolaan Sumberdaya Pesiisr and Reconstruction Appraisal I
dan Lautan Indonesia. Kerjasama dan II. Kerjasama antara TAF
Proyek Pesisir Jakarta, UNHAS, dengan FH Unsyiah, FISIP
Departemen Eksplorasi Laut dan Unimal, MISPI, YPK- Meulaboh.

Agrisep Vol (15) No. 1 , 2014 17

You might also like