Hubungan Sanitasi Lingkungan Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal TAHUN 2017

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA BALITA DI KELURAHAN SIABU KECAMATAN SIABU


KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2017.

Linda Sari1, Dady Hidayah Damanik2, Ns. Ganti Tua Siregar


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan
2
Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan

ABSTRACT
Diarrhea is an environment-based disease and occurs almost in all regions. Clinical
features of diarrhea are watery stools with frequencies four or more times a day, often
accompanied by vomiting, lethargy or weakness, heat, no appetite, blood and mucus in the stools of
nausea and vomiting
The purpose of this study is to determine the relationship between family sanitation with
diarrhea in children under five in Siabu Sub-district, Siabu District, Mandailing Natal Regency,
2017. Type This research is an observational analytic research with the aim of knowing the
environmental sanitation of the family with the incidence of diarrhea in infants in Siabu sub-district
Siabu Regency Mandailing Natal, the research design used is cross sectional.
Population in this research is entire family in Siabu Sub-District of Siabu Regency of
Mandailing Natal Regency with sample determination using Simple Random Sampling technique
with total sample 53 people.
The result of this research is to know the relation between family sanitation with incident of
diarrhea in toddler in Siabu sub-district of Siabu Regency of Mandailing Natal Regency 2017 with
p value = 0,023 (<0,05). t is suggested to the community to further improve the sanitation of the
environment in terms of garbage disposal where the house has a closed and strong garbage for
curing the transmission of diarrhea in infants through disease vectors.
Keyword : Enviromental Sanitation of family, Diarrhea

LATAR BELAKANG mengelilingi kondisi luar manusia atau hewan


PENDAHULUAN yang menyebabkan penularan penyakit.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut
Upaya kesehatan lingkungan antara lain mencakup sumber air, kebersihan
merupakan salah satu cara yang dilakukan jamban, pembuangan sampah, kondisi rumah,
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang pengelolaan air limbah (Timmreck, 2006).
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun Keadaan lingkungan dapat
sosial yang memungkinkan setiap orang mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
mencapai derajat kesehatan yang setinggi- Banyak aspek kesejahteraaan manusia
tingginya. Lingkungan sehat yang dimaksud dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak
mencakup lingkungan pemukiman, tempat penyakit dapat dirnulai, atau dirangsang oleh
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan faktor-faktor lingkungan. Dengan alasan
fasilitas umum (UU Kesehatan RI, 2009). tersebut, interaksi antara manusia dengan
Kesehatan lingkungan merupakan lingkungannya merupakan komponen penting
bagian dari dasar-dasar kesehatan masyarakat dari kesehatan masyarakat (Mulia, 2005).
modern yang meliputi semua aspek manusia Pengelolaan sampah yang tidak baik
dalam hubungannya dengan lingkungan, yang dapat menjadi sarang vektor penyakit,
terikat bermacam-macam ekosistem. terutama lalat. Lalat merupakan Salah satu
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang vektor yang dapat membawa bakteri
1
Menurut data Organisasi Kesehatan bahwa Sumatera Utara adalah propinsi
Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dengan jumlah penderita diare terbanyak
dari satu milyar kasus diare. Angka kesakitan (Anies, 2008).
diare pada tahun 2011 yaitu 411 penderita per Salah satu daerah dengan jumlah diare
1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian yang cukup tinggi di Sumatera Utara adalah
akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada Kabupaten Mandailing Natal. Dinas
negara berkembang, terutama di Asia dan Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
Afrika, dimana akses kesehatan dan status mencatat sebanyak 188 masyarakat yang
gizi masih menjadi masalah. mengalami diare selama tahun 2010. Pada
Di negara yang sedang berkembang tahun 2011-2013 penderita diare di Tapanuli
seperti Indonesia, insiden yang tinggi dari Selatan mengalami penurunan masing-masing
penyakit diare didukung oleh faktor yaitu tiap tahun menjadi 159 dan 142 orang, Akan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, tetapi pada tahun 2014, jumlah penderita diare
kekurangan protein dan kalori yang kembali meningkat menjadi 156 orang, pada
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. tahun 2015 jumlah penderita diare diketahui
Penyakit diare dapat ditularkan melalui jalur sebanyak 162 orang dan pada tahun 2016
feses ke mulut (fecal-oral) seperti dengan sebanyak 173 orang menderita diare (Dinkes
makan dan minum minuman yang tercemar kab.Mandailing Natal, 2016).`
atau terkontaminasi feses dan dapat terjadi Siabu merupakan salah satu Kelurahan
pada balita laki-laki dan balita perempuan di Kabupaten Mandailing Natal dengan
dengan besar kemungkinan yang hampir sama jumlah rumah tangga sebanyak 950 orang dan
(Suharyono, 2006). balita sebanyak 112 orang. Berdasarkan data
Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang laporan bulanan yang dilakukan di Puskesmas
tersebar di 6 Propinsi, 8 kabupaten dengan Siabu, didapatkan data kunjungan pasien
jumlah penderita 646 orang dengan kematian dengan jumlah penderita diare pada bulan
7 orang (CFR 1,08%). Sedangkan pada tahun Januari 2017 terdapat 32 balita dan Bulan
2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 Februari 2017 terdapat 35 balita yang
propinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah mengalami diare dan berkunjung di
penderita 2.549. 5 propinsi tersebut adalah Puskesmas.
Sumatera Utara (Tapanuli Selatan dan Padang Berdasarkan survey awal yang peneliti
Lawas Utara), Sulawesi Utara, Lampung, lakukan dengan melakukan observasi
NTT dan Jawa Timur, (Kemenkes RI, 2014). terhadap 10 rumah tangga yang memiliki
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB balita, diketahui bahwa 4 dari rumah tangga
Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 yang di observasi memiliki kondisi rumah
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. yang belum memenuhi syarat yaitu sarana air
213 orang dan kematian 30 orang (CFR bersih yang kurang dan SPAL yang belum
2,47%). Angka kematian (CFR) saat KLB memenuhi syarat, dan dari wawancara yang
diare diharapkan <1%. Pada tahun 2008 dilakukan ditemukan bahwa 4 balita dari
sampai dengan tahun 2015, diketahui bahwa rumah tangga tersebut pernah mengalami
CFR saat KLB masih cukup tinggi (>1%) diare 1 bulan sebelum penelitian dilakukan.
kecuali pada tahun 2011 CFR saat KLB
0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat
KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%. RUMUSAN MASALAH
Menurut profil kesehatan Indonesia Berdasarkan latar belakang
tahun 2015, 5 propinsi dengan jumlah diatas,maka rumusan masalah dari penelitian
penderita diare yang ditemukan dan ditangani ini adalah apakah ada hubungan sanitasi
adalah Sumatera Utara sebanyak 490 lingkungan keluarga dengan kejadian diare
penderita, Nusatenggara Timur sebanyak 452 pada balita di Kelurahan Siabu Kecamatan
penderita, Jawa tengah sebanyak 116 Siabu Kabupaten Mandailing Natal tahun
penderita, Sulawesi Tengah sebanyak 60 2017.
penderita, dan Banten sebanyak 19 penderita.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan TUJUAN PENELITIAN
2
Mengetahui hubungan antara sanitasi dari manusia telah mengakibatkan perubahan
lingkungan keluarga dengan kejadian diare ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah
pada balita di Kelurahan Siabu Kecamatan sanitasi.
Siabu Kabupaten Mandailing Natal tahun Berdasarkan UU RI No. 23 tahun
2017. 1977 tentang pengelolaan lingkungan hidup,
lingkungan adalah kesatuan ruang dengan
MANFAAT PENELITIAN semua benda, daya keadaan dan makhluk
1. Bagi Perkembangan Ilmu hidup termasuk di dalamnya manusia dan
Kesehatan Masyarakat perilakunya yang mempengaruhi
Sebagai data dasar bagi peneliti perikehidupan dan kesejahteraan manusia
selanjutnya yang ingin meneliti serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan
tentang hubungan sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan
keluarga dengan kejadian diare pada juga kondisi luar manusia atau hewan yang
balita. bisa menyebabkan akan penularan penyakit.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi 3. Balita
masyarakat tentang pentingnya Balita balita adalah balita yang telah
sanitasi lingkungan keluarga dan menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
hubungannya dengan kejadian diare popular dengan pengertian usia balita di
pada balita. bawah lima tahun. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh
DEFENISI kembang manusia. Perkembangan dan
1. Pengertian Diare pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
Menurut Departemen Kesehatan keberhasilan di periode selanjutnya. Masa
Republik Indonesia (2011) diare adalah suatu tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
kondisi dimana seseorang buang air besar yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan terulang, karena itu sering disebut golden age
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih atau masa keemasan (Muaris.H, 2006).
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam
satu hari. KERANGKA KONSEP
Diare ialah buang air besar dengan
konsistensi yang lebih encer/cair dari Variabel Independen Variabel Dependen
biasanya sebanyak lebih dari 3 kali per hari Kejadian Diare
yang dapat/tidak disertai dengan lender atau Sanitasi Lingkungan
Pada Balita
darah yang timbul secara mendadak dan Sehat
berlangsung kurang dari 2 minggu Tidak Sehat 1. Terjadi
2. Tidak Terjadi
(Syamsudin, 2013).
2. Pengertian Sanitasi Lingkungan
Menurut Notoadmojo (2007), sanitasi
lingkungan adalah status kesehatan suatu METODOLOGI PENELITIAN
lingkungan yang mencakup perumahan, Dalam penelitian ini penulis
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, menggunakan metode deskriptif korelasional,
dan sebagainya. Banyak sekali permasalahan yaitu metode penelitian yang dilakukan oleh
lingkungan yang harus dicapai dan sangat peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan
mengganggu terhadap tercapainya kesehatan antara dua variabel atau lebih, tanpa
lingkungan. Kesehatan lingkungan bisa melakukan perubahan, tambahan atau
berakibat positif terhadap kondisi elemen- manipulasi terhadap data yang memang sudah
elemen hayati dan non hayati dalam ada (Arikunto, 2010). Populasi dalam
ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka penelitian ini adalah seluruh balita dan berada
sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika di Kelurahan Siabu Kabupaten Kecamatan
lingkungan sehat maka sehat pulalah Siabu Mandailing Natal yaitu sebanyak 112
ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik orang. Tekhnik Simple Random Sampling
3
yang digunakan adalah Tekhnik ordinal yaitu 2 Tidak Sehat 21 39,60
tekhnik pengambilan sampel dengan cara Total 53 100
kelipatan dari sampel sebelumnya, yaitu
menggunakan kelipatan tiga. Banyaknya Distribusi Kejadian Diare Pada Balita di
sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 53 Kelurahan Siabu Kecamatan Siabu
orang (Sugiyono, 2008). Kabupaten Mandailing Natal
NO Kejadian Diare Ketegori
ANALISIS DATA
N %
1. Univariat 1 Terjadi 17 32,10
Analisa Univariat dilakukan untuk
2 Tidak Terjadi 36 67,90
mendapatkan gambaran distribusi dan
frekuensi dari variabel independent dan Total 53 100
dependent. Data disajikan dalam bentuk tabel
dan diinterprestasikan (Riyanto, 2011).

2. Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan
melihat hubungan antara variabel independent Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan
(sanitasi lingkungan keluarga) dengan Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten
variabel dependent (kejadian Diare), apakah Mandailing Natal
variabel tersebut mempunyai hubungan yang Kejadian Diare
signifikan atau hanya hubungan secara Santasi Tidak Total
kebetulan. Dalam analisis ini uji statistik yang Value
Lingkungan Terjadi Terjadi
digunakan adalah Chi-Square, dalam f % f % f %
penelitian kesehatan uji signifikan dilakukan Sehat 4 7,5 28 52,8 32 60,3
dengan menggunakan batas kemaknaan Tidak Sehat 13 24,6 8 15,1 21 39,7 0,023
(alpha) = 0,05.
Total 17 32,1 36 67,9 53 100,0
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Distribusi Responen Berdasarkan Umur 1. Distribusi Responen Berdasarkan
NO Karakteristik Jumlah Persentase Umur
Responden (n) (%) Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
1 <20 Tahun 7 13,21
bahwa umur proporsi tertinggi adalah umur
2 20-30 Tahun 31 58,50
antara 20-30 tahun yaitu sebanyak 31 orang
3 >30 Tahun 15 28,29
(58,50%).
Jumlah 53 100

2. Distribusi Responen Berdasarkan


Distribusi Responen Berdasarkan Jenis Jenis Kelamin
Kelamin Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
NO Karakteristik Jumlah Persentase bahwa propoorsi jenis kelamin tertinggi
Responden (n) (%) adalah perempuan yaitu 47 orang atau 88,70
1 Laki-Laki 6 11,30
%.
2 Perempuan 47 88,70
3. Sanitasi Lingkungan Responden
Jumlah 53 100
Sanitasi lingkungan dalam penelitian
ini meliputi sarana air bersih, jamban, sarana
Hasil Observasi Sanitasi Lingkungan di pembuangan air limbah dan sarana
Kelurahan Siabu Kecamatan Siabu pembuangan sampah yang di observasi di
Kabupaten Mandailing Natal Kelurahan Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten
NO Sanitasi Lingkungan Ketegori
Mandailing Natal. Sanitasi lingkungan
N % dikategorikan menurut kriteria pada
1 Sehat 32 60,40 Kepmenkes RI Nomor
4
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan sumur bor dan mata air pegunungan yang secara
kesehatan perumahan, yang terdiridari 2 (dua) fisik sudah memenuhi syarat kesehatan
kriteria yaitu sehat apabila skor = 334 dan berdasarkan Permenkes No.
tidak sehat apabila skor < 334. 416/Menkes/Per/1990, yaitu tidak berasa, tidak
Berdasarkan hasil observasi diketahui berbau, tidak berwarna, dan tidak keruh. Air
bahwa masih ada responden dengan sanitasi bersih ini digunakan untuk menyuci peralatan
lingkungan yang tidak sehat yaitu sebanyak makan dan minum, menyuci bahan makanan,
21 responden (39,60 %). Sarana Air Bersih di mandi, dan minum. Namun, setengah dari
kelurahan Siabu Kecamatan Siabu bersumber responden mengatakan bahwa air mereka sering
dari PDAM dan air tanah. Namun mengalami kekeruhan apabila sedang musim
hujan dan air tersebut tetap digunakan untuk
penggunaan air tanah lebih dominan karena
mencuci alat makan dan dimasak sebagai air
aliran air dari PDAM yang kecil tidak cukup
minum. Jika sumber air yang digunakan
memenuhi kebutuhan kegiatan keluarga. terkontaminasi bakteri patogen seperti E.Coli
Berdasarkan penelitian di Kelurahan maka peralatan makan dan minum berisiko
Siabu Kecamatan Siabu masih ada untuk terkontaminasi, terlebih jika perilaku
masyarakat yang tidak memiliki jamban dan mencucinya kurang baik. Akibatnya terjadi
masih ada rumah dengan jamban sendiri yang rantai penularan penyakit diare.
tidak memiliki septic tank. Berdasarkan
penelitian sajidah (2012), lingkungan yang KESIMPULAN
tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan diketahui bahwa responden dengan
dan Air buangan dapat menjadi tempat sanitasi lingkungan sehat kejadian
berkembangbiaknya mikroorganisme diare terjadi pada 4 balita dan yang
penyebab berbagai penyakit, termasuk salah tidak sehat kejadian diare terjadi pada
satunya diare. 13 balita. Berdasarkan hasil uji chi
square diperoleh nilai p = 0,023.
4. Kejadian Diare Pada Balita Artinya ada hubungan antara sanitasi
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui lingkungan dengan kejadian diare
bahwa kejadian diare pada balita dalam satu pada balita.
bulan terakhir sebanyak 17 balita (32,1 %). 2. Berdasarkan Hasil Penelitian
Dalam pengertian bahwa penyakit diare dapat ditemukan bahwa sebagian besar
ditandai dengan bertambahnya frekuensi sanitasi lingkungan responden yang
defakasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) diteliti adalah sehat yaitu 60,40 %,
disertai dengan perubahan konsistensi tinja tetapi masih ada lingkungan dengan
(menjadi cair) (Suraatmaja, 2007). Penelitian sanitasi yang tidak sehat yaitu
sebelumnya yang dilakukan oleh Yusiana sebanyak 39,60%.
juga mengatakan bahwa penyakit diare sering 3. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disebabkan oleh faktor sanitasi yang buruk diketahui bahwa dari 53 balita,
seperti tidak memadainya penyediaan air kejadian diare yang terjadi yaitu pada
bersih, kekurangan sarana kebersihan dan 17 balita (32,10%) dalam satu bulan
pencemaran air. terakhir.
5. Hubungan Sanitasi Lingkungan
dengan Kejadian Diare Pada Balita SARAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian 1. Bagi masyarakat
dengan chi square diperoleh nilai p = 0,023 Disarankan agar lebih meningkatkan
lebih kecil dari nilai ( = 0,05) artinya sanitasi lingkungan terutama dalam hal
terdapat hubungan yang signifikan antara pembuangan sampah dimana sebaiknya
sarana sanitasi lignkungan dengan kejadian masyarakat memiliki tempat sampah yang
penyakit diare pada balita. tertutup dan kuat untuk mencegah penularan
Sebagian besar responden penelitian diare pada balita melalui vektor penyakit.
memiliki sarana air bersih yang berasal dari 2. Bagi peneliti selanjutnya
5
Diharapkan dapat mempergunakan
penelitian ini untuk lebih meningkatkan
kesehatan sanitasi lingkungan keluarga dan
menurunkan angka kejadian diare
3. Bagi Instansi kesehatan
Diharapkan dapat melakukan
peningkatan terhadap program penyehatan
lingkungan pemukiman dan melakukan
sosialisasi tentang cara mencegah penyakit
diare pada balita melalui penyuluhan dalam
kegiatan posyandu ataupun kegiatan
kemasyarakatan.

DAFTAR PUSAKA

Kepmenkes RI, (2014). Profil Kesehatan


Indonesia tahun. Jakarta : Kemenkes
RI; 2015.

Mukono, (2000). Sarana Pembuangan Air


Limbah Manusia. Bandung: Rineka
Cipta

Muaris, (2006). Tumbuh Kembang Balita.


Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan


Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.

Depkes RI, (2011). Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan Situasi Diare di
Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Dinkes, (2016). Laporan Tahunan Dinas


Kesehatan Kabupaten Mandailing
Natal Tahun 2015. Tuapejat.

You might also like