Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

ASEAN DAN GLOBALISASI PERDAGANGAN

1. LATAR BELAKANG

Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejalan dengan dinamika hubungan

antar bangsa di ASEAN yang menyadari pentingnya integrasi negara-negara di Asia

Tenggara. Dengan berlakunya MEA 2015, berarti negara-negara ASEAN menyepakati

perwujudan integrasi ekonomi kawasan yang penerapannya mengacu pada ASEAN

Economic Community (AEC) Blueprint.1 Dalam MEA 2015, perdagangan memegang

peran sentral ekonomi. Adapun tujuan dibentuknya ASEAN adalah2:

1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural development


in the region through joint endeavours in the spirit of equality and partnership
in order to strengthen the foundation for a prosperous and peaceful community
of South-East Asian Nations;
2. To promote regional peace and stability through abiding respect for justice and
the rule of law in the relationship among countries of the region and
adherence to the principles of the United Nations Charter;
3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of common
interest in the economic, social, cultural, technical, scientific and
administrative fields;
4. To provide assistance to each other in the form of training and research
facilities in the educational, professional, technical and administrative spheres;
5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their agriculture
and industries, the expansion of their trade, including the study of the problems
of international commodity trade, the improvement of their transportation and
communications facilities and the raising of the living standards of their peoples;
6. To promote South-East Asian studies;
7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international and
regional organizations with similar aims and purposes, and explore all avenues
for even closer cooperation among themselves.
Sesuai dengan salah satu tujuan dibentuknya ASEAN, yaitu untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan

melalui usaha bersama, dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkukuh

1
Atep Abdurofiq, Menakar Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 terhadap Pembangunan Indonesia,
Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2014, hlm. 251-252
2
ASEAN, 1967 ASEAN Declaration, Bangkok: 1967.
https://cil.nus.edu.sg/rp/pdf/1967%20ASEAN%20Declaration-pdf.pdf, hlm. 1-2 (diakses Sabtu, 14 Mei 2016,
jam 22.00).

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai. Hal

ini tidak akan tercapai apabila kita hanya menjadi penonton saja.3

Salah satu perangkat penting yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi MEA adalah

pembangunan perangkat hukum berupa peraturan perundang-undangan yang mendukung

kebutuhan MEA. Persiapan perangkat hukum ini bukanlah suatu yang mudah untuk

dilakukan karena penerapan integrasi ekonomi ASEAN ini masih dibatasi oleh kebijakan-

kebijakan dan keputusan ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing negara ASEAN.

Ketika Indonesia ingin bekerjasama lebih erat dengan negara ASEAN lain, mau tidak mau

Indonesia harus mampu membuat keputusan bersama. Kondisi tersebut memaksa bahwa

perangkat peraturan perundang-undangan yang inline dengan kebijakan dari MEA harus

mengandung prinsip-prinsip yang sama, atau paling tidak memiliki dasar nilai filosofis dan

sosiologis yang mendukung dengan prinsip-prinsip dalam MEA. Jika pengaturan hukum

nasional kita belum sejalan, Indonesia hanya sebagai negara tujuan penjualan barang dan

jasa sebagai akibat dari MEA, bukan sebagai pelaku perdagangan itu sendiri.4 Liberisasi

yang berjalan sejauh ini lebih banyak menempatkan Indonesia sebagai pasar.5

Kerangka konsep hukum wilayah ASEAN untuk menunjang bisnis perlu dipikirkan

karena hingga kini kajian-kajian tentang penyatuan hukum kawasan ASEAN masih lemah,

tidak adanya regulasi yang jelas terkait landasan hukum bersama. Ketika ada kerangka

hukum yang mewadahi 10 negara ASEAN dalam MEA, jika terjadi konflik ada hukum

bersama dan ada standardisasi di negara-negara ASEAN sehingga terjadi kepatuhan hukum.6

3
Soekarwo, et.al, Pintu Gerbang MEA 2015 Harus Dibuka, Prenadamedia Group, Jakarta, 2015, h. 123
4
Akhmad Aulawi,Arah Pembangunan Hukum dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015,
Jurnal Rechtsvinding, Agustus 2014.

5
Syprianus Aristeus, Peluang Industri dan Perdagangan Indonesia dalam Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN, Jurnal Rechtsvinding, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2014, hlm.152.
6
Benny Hermawan, MEA, Indonesia Rentan Alami Sengketa Hukum, 2014.
http://www.rri.co.id/post/berita/168379/nasional/mea_indonesia_rentan_alami_sengketa_hukum.html. (diakses
Rabu, 22 Juli 2015, jam 22.00).

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


Maka, akselerasi penerapan MEA di 2015 menuntut upaya persiapan yang maksimal, dimulai

dari internal, yaitu pengaturan hukum nasional maupun implementasi yang baik, tidak

mematikan Indonesia, namun juga tidak menghalangi MEA.

Asia South East of Nation merupakan kepanjangan dari ASEAN atau Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok

ibukota Thailand, dengan ditandatanganinya Deklarasi Bangkok (Bangkok Declaration) atau

dikenal juga Deklarasi ASEAN (The ASEAN Declaration) oleh lima menteri luar negeri dari

masing-masing negara pendiri utama yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan

Singapura.

Kelima menteri luar negeri tersebut adalah7:

1. Adam Malik dari Indonesia


2. Tun Abdul Razak dari Malaysia
3. Rajaratnam dari Singapura
4. Thanat Koman dari Thailand
5. Narcisco Ramos dari Filipina

Latar belakang terbentuknya ASEAN juga berdasarkan kesamaan nasib yang pernah dijajah

oleh Jepang. Namun, persamaan lain diantara kelima pendiri ASEAN tersebut yakni:

1. Negara yang sedang berkembang;

2. Penghasilan Bahan Mentah, kecuali Singapura;

3. Negara yang memerlukan modal asing dan teknologi canggih untuk membangun

ekonomi nasionalnya;

4. Negara yang bersifat agraris, (kecuali Singapura) dan industrinya masih pada tahap

permulaan dan lainnya.

7
ASEAN, 1967 ASEAN Declaration, Bangkok: 1967.
https://cil.nus.edu.sg/rp/pdf/1967%20ASEAN%20Declaration-pdf.pdf, hlm.3 (diakses Sabtu, 14 Mei 2016, jam
22.00).

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


Dari persamaan nasib sepenanggungan inilah yang mendorong lahirnya sebuah komunitas

Asia Tenggara atau lebih dikenal ASEAN. Kawasan Asia Tenggara ini memiliki daerah

perairan pokok yaitu Laut China Selatan. Perairan diantara Selat Malaka dan Selat Sunda

merupakan pintu utama disebelah barat untuk pelayaran dan perdagangan dunia. Pada

hakikatnya daerah perairan itu adalah milik bersama negara-negara di kawasan Asia

Tenggara.8

Lambat laun organisasi ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan di bidang politik

dan ekonomi, seperti disepakatinya Deklarasi Kawasan Damai, Bebas, dan Netral (Zone of

Peace, Freedom, and Neutrality Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun 1971.

Kemudian, pada tahun 1976 lima negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat

Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) yang menjadi landasan

bagi negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai. Hal ini mendorong

negara-negara di Asia Tenggara lainnya bergabung menjadi anggota ASEAN. Proses

penambahan keanggotaan ASEAN sehingga anggotanya 10 negara adalah sebagai berikut:

1. Brunei Darussalam resmi menjadi anggota ke-6 ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984

dalam Sidang Khusus Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial

Meeting/AMM) di Jakarta, Indonesia.

2. Vietnam resmi menjadi anggota ke-7 ASEAN pada tanggal 29-30 Juli 1995 dalam

Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-28 di Bandar Seri Begawan, Brunei

Darussalam.

3. Laos dan Myanmar resmi menjadi anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN tanggal 23-28 Juli

1997 dalam pada Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-30 di Subang Jaya,

Malaysia.

8
https://invinoveritas1011.wordpress.com/2014/10/24/jurnal-perdebatan-asean-community-2015-dalam-
perspektif-liberal-dan-realis-part-1/

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


4. Kamboja resmi menjadi anggota ke-10 ASEAN dalam Upacara Khusus Penerimaan

pada tanggal 30 April 1999 di Hanoi, Vietnam.

Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita para pendiri ASEAN

yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara (visi ASEAN-10) telah tercapai.

Dalam masa perkembangannya, ASEAN mengikat dalam sebuah kerjasama yang

harmonis di tahun 2020 untuk membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara

yang menjaga kedamaian dan stabil. Para Kepala Negara ASEAN menuangkan harapan

tersebut dalam Visi ASEAN 2020 yang ditetapkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Selanjutnya, pembentukan Komunitas

ASEAN (ASEAN community) disepakati untuk merealisasikan harapan tersebut pada KTT

ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 di mana Bali Concord II disahkan oleh ASEAN.

2. ISU HUKUM

Apa ASEAN sebagai organisasi internasional sudah memenuhi tujuan negara-negara

yang bergabung di dalamnya?

Apa ASEAN sudah cukup memberi landasan untuk masalah perdagangan

internasional?

3. PEMBAHASAN

Pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007 para pemimipin ASEAN

menandatangani Deklarasi Cebu mengenai Perepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada

tahun 2015 (Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN

Community by 2015).[5] Dari penandatanganan Deklarasi Cabu (Cebu

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


Declaration) terlihat sekali upaya kesepakatan pembentukan Komunitas ASEAN yang

semakin kuat tersebut. Deklarasi Cebu (Cebu Declaration) menjadi bukti bahwa telah

disepakati percepatan pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun 2015

oleh para Pemimpin ASEAN.

Komunitas ASEAN 2015 (ASEAN Community 2015) mencakup tiga pilar, yaitu :

1. Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community/APSC),

2. Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC),

3. Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).

Indonesia merupakan pencetus Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security

Community/APSC) dan memegang peran yang cukup penting dikedua pilar lainnya. Terlebih

mengingat politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif sangat mendukung setiap agenda

ASEAN. Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2011 merupakan kesempatan paling bagus bagi

Indonesia untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu mewujudkan masyarakat ASEAN

dan menjalankan 3 pilar utama ASEAN Community ditahun 2015 mendatang. Hal ini terlihat

jelas dari berbagai acara yang digelar Indonesia untuk mensosialisasikan ASEAN

Community kepada masyarakat Indonesia, yaitu pergelaran ASEAN Fairs dan ASEAN

Textile Exhibitions 2011.

Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dimaksudkan untuk mencapai hal-hal berikut;

pertama, dalam konteks APSC, ASEAN ingin menciptakan kawasan Asia-Tenggara yang

kondusif, aman, dan terciptanya kedamaian. Penyelesaian masalah antar negara anggota

melalui jalur damai, bukan dengan kekerasan. Sangat menekankan untuk tidak mengambil

keputusan perang. Kedua, dalam konteks AEC, kawasan ini akan dijadikan pasar tunggal

dimana aliran barang dan jasa dalam basis produksi mengalir bebas sehingga secara ekonomi

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


dalam pasar global menjadi lebih dinamis, kuat , dan kompetitif. Ketiga, konteks ASCC

merupakan ajang atau tempat untuk saling bertukar budaya untuk menumpukkan identitas

dirinya pada hubungan antar manusia (people centered). Tujuan secara kompleks dari

Komunitas ASEAN ini adalah membentuk masyarakat ASEAN yaitu people-centered,

people-driven, dan people-oriented.

Dilihat dari tiga pilar yang tercanangkan untuk terwujudnya ASEAN Community tersebut

tersimpan harapan perubahan yang sangat besar. Selama proses untuk mewujudkan harapan

besar tersebut terbentang juga halangan-halangan besar untuk ASEAN. Kasus sengketa

perbatasan tanah di Thailand dan Kamboja, merupakan salah satu hambatan APSC yang

cukup berat. Kedua negara ini mengutarakan bahwa tidak perlunya peran ASEAN dalam

tanah sengketa. Hal ini jika dibiarkan berkepanjangan akan berdampak buruk bagi rencana

ASEAN untuk mewujudkan harapannya pada pilar ASEAN Political-Security Community

(APSC) yang sangat menekankan perdamaian untuk penyelesaian setiap konflik diantara

negara anggota ASEAN tersebut. Selain konflik tersebut, proses perkembangan

demokratisasi Myanmar pun terus dipantau oleh ASEAN. Terlebih ASEAN juga meminta

negara-negara maju seperti USA dan Eropa untuk mempertimbangkan pencabutan sanksi

ekonomi terhadap Myanmar melalui forum ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM) yang

diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat.[6] Penilaian ASEAN, sanksi ekonomi

yang dijatuhkan Myanmar justru memperburuk kondisi perekonomian masyarakat Myanmar.

Disisi lain, ASEAN juga medesak keikutsertaan politik bagi seluruh masyarakat Myanmar

termasuk pihak oposisi Aung San Suu Kyi tersebut.

Dari beberapa halangan besar ASEAN yang dipaparkan diatas merupakan cobaan bagi

seluruh negara anggota ASEAN untuk saling bekerjasama dalam mewujudkan harapan

bersama ASEAN Community 2015. Keterlibatan masyarakat dalam ASEAN Community

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


juga sangat berpengaruh penting untuk segeranya terlaksana dengan baik ketiga pilar ASEAN

tersebut. ASEAN Community ini lebih terlihat seperti meniru Uni Eropa dalam membentuk

satu kawasan yang bekerjasama dalam perekonomian pasca Perang Dunia II. Uni Eropa

terbentuk secara ilmiah dari kesamaan negara-negara di kawasan Eropa tersebut yang ingin

memulihkan perekonomian masing-masing negara. Dari dasar kesamaan latar belakang

dalam kerjasama ekonomi tersebut yang mampu melebur dengan cepat sehingga tujuan Uni

Eropa yang saat itu ingin membangkitkan perekonomian mereka pasca perang pun terlaksana

secara fungsional dan bertahap. Terlebih negara-negara dalam kawasan Eropa tersebut

memiliki satu paham yaitu liberal. Maka, dengan persamaan paradigma ini Uni Eropa lebih

mudah mewujudkan harapannya sesuai dengan paham liberalnya.

Kembali ke ASEAN, ASEAN Community berdiri tidak berdasarkan latar belakang ekonomi

yang sama dalam salah satu pilarnya yaitu ASEC. Negara-negara dalam kawasan ini

memiliki perkembangan ekonomi yang berbeda disetiap anggotanya meskipun sama-sama

negara berkembang. Dan lagi, ASEAN tidak memiliki kesamaan paradigma atau paham

seperti Uni Eropa. Demokrasi yang dijunjung tinggi oleh ASEAN serta penekanan

perdamaian dalam penyelesaian konfliknya ini sangat terbalik dengan kondisi Myanmar yang

merupakan anggota ASEAN yang belum menerapkan secara keseluruhan sistem demokrasi

dalam negaranya. Dari sini sangat nampak perbedaan latar belakang berdirinya ASEAN

Community dan Uni Eropa yang lebih utama mencanangkan kerjasama antar kawasan

regionalnya.

Propek yang dianggap peluang besar bagi ASEAN terdapat dalam salah satu pilarnya yaitu

Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASCC). Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini

merupakan kawasan yang sama-sama memiliki budaya yang tidak berbeda jauh satu sama

lain. Pelaksanaan ASCC pun dapat dilakukan secara meluas, yaitu berupa pertukaran pelajar,

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


pembinaan guru, pemberian kesempatan kerja disatu kawasan Asia Tenggara. Manfaat dari

pertukaran pelajar atau mahasiswa akan lebih dapat dirasakan apabila ASEAN mampu

membuat satu kurikulum pendidikan yang sama untuk seluruh negara anggota ASEAN.

Secara perlahan dari mutu kualitas pendidikan yang sama, ini mampu merubah status

kesenjangan sosial untuk menentaskan masalah kemiskinan dan pengangguran di setiap

negara kawasan ini. Maka pilar ASEAN Community yang lain pun akan dengan sendirinya

terwujud apabila ASCC ini berjalan dengan baik.

ASEAN terkesan tidak bisa melakukan apa-apa dengan kesepakatan yang banyak, namun

implementasinya lemah. Hal ini disebabkan salah satunya karena ada prinsip nonintervensi

yang dimiliki ASEAN. Jika sudah menyangkut masalah dalam negeri, ASEAN tidak boleh

ikut campur.

4. KESIMPULAN

Dalam hukum internasional, dasar yang penting adalah kesepakatan. Kesepakatan

yang ada melahirkan hak dan kewajiban. Organisasi internasional sebagai wujud kerja

sama antar negara yang merupakan wadah/ forum untuk mewujudkan kepentingan

dalam hukum internasional. Tidak ada yang mewajibkan Indonesia untuk ikut sebagai

anggota organisasi internasional (dalam hal ini ASEAN), namun Indonesia

mengikatkan diri pada organisasi internasional karena suatu negara tidak dapat

memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri. Jika tidak ada

kontrol atau wadah, suatu keluarga besar masyarakat internasional tidak bisa berjalan

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg


dengan damai. Memang terkesan jika ASEAN lemah, namun jika dilihat ke hukum

nasional saja juga sering terjadi pelanggaran, apa kemudian hukum menjadi tidak

penting, terlebih lagi hukum internasional yang mengatur lebih besar. Maka,

organisasi internasional di era globalisasi menjadi penting.

UNOFFICIAL TEXT CENTRE FOR INTERNATIONAL LAW www.cil.nus.edu.sg

You might also like