Skripsi Septiana Utaminingrum

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 135

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA PADA KETERAMPILAN MENYIMAK


CERITA SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PANDAK
BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi Sebagian Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Septiana Utaminingrum
NIM 08108244083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
AGUSTUS 2015
ii
iii
iv
MOTTO

Karena sebuah proses tidak akan mengkhianati sebuah hasil.


(Darwis Tere Liye)

Mencoba menggunakan media pembelajaran lebih baik dari pada tidak mencoba
sama sekali.
(Penulis)

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, makalah tugas akhir ini saya persembahkan

kepada:

1. Orang tuaku Bapak Sukijan dan Ibu Rinah, terima kasih atas semua kasih

sayang, dukungan, motivasi serta doa-doanya yang senantiasa selalu

dipanjatkan demi keberhasilan dan kesuksesanku.

2. Almamater S1 PGSD FIP UNY.

3. Nusa, Bangsa, dan Agama.

(Septiana Utaminingrum)

vi
PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA PADA KETERAMPILAN MENYIMAK
CERITA SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PANDAK
BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:

Septiana Utaminingrum
NIM 08108244083

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh yang signifikan


pada keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD di kecamatan Pandak
Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media audiovisual,
dan (2) perbedaan pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran keterampilan
menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta dibanding menggunakan metode konvensional (ceramah)
dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di
Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-eksperimental designs dengan
metode one group pre-test-post-test design. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V di Sekolah Dasar di kecamatan Pandak Bantul yang berjumlah 40 siswa.
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (pos-test).
Teknik analisis data menggunakan uji paired t test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh yang
signifikan penggunaan media audiovisual terhadap efektifitas pembelajaran
keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul
Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dari nilai nilai thitung lebih besar dari pada ttabel
(12,353>2,042), dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
signifikansi 0,05 (0,000<0,05); dan (2) terdapat perbedaan pengaruh media
audiovisual dalam pembelajaran keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD
di kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibanding
menggunakan metode konvensional yang ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata
pada posttest lebih besar dari pada pada pretest (17,65>14,65). Besarnya
peningkatan tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD di
kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan
metode konvensional dan tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD
di kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar
menggunakan media audiovisual sebesar 3,00.

Kata Kunci: media audio visual, keterampilan menyimak cerita, dan


pembelajaran, bahasa indonesia

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah Swt., atas segala rahmad dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan
judul Pengaruh Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada
Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD di kecamatan Pandak Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi ini dapat terwujud dengan baik berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
seetinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd MA, selaku Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan dan kesempatan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Haryanto, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta yang telah memberikan berbagai kemudahan.
3. Prof. Dr Anik Ghufron, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
memberi petunjuk, bimbingan, dan dorongan serta nasehat dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Sri Nuryani Samsiatun, M.S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD di Kecamatan
Pandak Bantul yang telah memberikan ijin dan dukungan dalam penelitian.
5. Bapak dan ibu guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pandak Bantul atas
partisipasi dan kerjasamanya.
6. Siswa-siswi kelas V SD di Kecamatan Pandak Bantul atas partisipasi dan
kerjasamanya.
7. Adikku tercinta Fajar Subekti yang senantiasa memberikan motivasi dan doa
hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-temanku di Prodi PGSD angkatan 2008, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, terimakasih untuk kerjasama dan kekompakkan kita.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah mereka berikan
senantiasa mendapatkan ridho dari Alloh Swt.

viii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan. Namun, penulis bersyukur karena dengan
kemampuan yang dimiliki dengan segala keterbatasan penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Amin.

Yogyakarta, 29 April 2015


Penulis

Septiana Utaminingrum
NIM. 08108244083

ix
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ......................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
F. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teorisasi .......................................................................................... 10
1. Pengertian Menyimak ............................................................................ 10
2. Tujuan Menyimak .................................................................................. 12
3. Manfaat Menyimak ................................................................................ 13
4. Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ................................................ 13
5. Tes Keterampilan Menyimak ................................................................ 15
6. Pembelajaran .......................................................................................... 16
7. Media Pembelajaran .............................................................................. 19
8. Jenis dan Manfaat Cerita Anak .............................................................. 33
9. Metode dan Elemen Struktur Cerita ...................................................... 35

x
10. Karakteristik Anak SD ........................................................................... 36
B. Penelitian Relevan ....................................................................................... 40
C. Kerangka Pikir ............................................................................................ 41
D. Perumusan Hipotesis ................................................................................... 43

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 45
B. Desain Penelitian ........................................................................................ 46
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 48
D. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 48
E. Populasi dan Subjek Penelitian .................................................................. 49
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 50
G. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 51
H. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................ 53
I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 57

BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 60
B. Pembahasan ................................................................................................ 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ..................................................................................................... 76
B. Saran ........................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 82

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Populasi Penelitian .................................................................................. 49
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen ................................................................................. 52
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi .............................................................. 55
Tabel 4. Hasil Uji Validitas ................................................................................... 55
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pretest .................................................................... 62
Tabel 6. Hasil Kategori Pretest ............................................................................ 63
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Postest.................................................................... 65
Tabel 8. Hasil Kategori Postest............................................................................. 67
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 68
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Variansi............................................................ 70
Tabel 11. Hasil Uji Paired T Test .......................................................................... 70

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran .................................................................... 43
Gambar 2. Desain Penelitian ......................................................................... 46
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian .......................................................... 59
Gambar 4. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Pretest .................... 62
Gambar 5. Pie Chart Hasil Uji Kategori Pada Pretest.................................. 64
Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Postest .................... 66
Gambar 7. Pie Chart Hasil Uji Kategori Pada Postest ................................. 67

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan Bab 1 Pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa Standar Kompetensi

lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Praktisi pendidikan terutama para guru

dituntut untuk kerja keras mewujudkan apa yang disebutkan dalam Ketentuan

Umum Pasal 1 ayat 2. Proses pembelajaran di kelas menjadi tumpuan

diperolehnya lulusan yang tidak hanya mampu menguasai pengetahuan, namun

juga diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang memadai. Untuk

mencapai lulusan yang berkualitas dalam berbagai hal baik sikap, pengetahuan,

maupun keterampilan maka disusunlah kurikulum pada setiap jenjang

pendidikan yang terdiri dari beberapa mata pelajaran dan diharapkan dapat

menunjang kompetensi lulusan.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia secara umum adalah mengembangkan

keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa, baik untuk kemampuan

menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Salah satu kegiatan

berbahasa adalah bercerita. Bercerita merupakan salah satu metode yang

diyakini efektif menyampaikan pendidikan nilai. Hal ini disebabkan karena, (1)

1
cerita dapat menciptakan emosi kasih sayang yang mengarah pada kebaikan,

hasrat untuk melakukan perbuatan yang benar, (2) cerita menyediakan

kekayaan keteladanan akan kebaikan, (3) cerita dapat membiasakan remaja

dengan aturan moral yang perlu mereka ketahui, dan (4) cerita dapat membantu

untuk membuat pengertian kehidupan, membantu untuk menciptakan

kehidupan diri sendiri sebagaimana sebuah cerita (OSullivan dalam Felicia

2005: 6-7). Dibutuhkan beberapa langkah dalam bercerita agar kegiatan

bercerita menjadi lebih menarik, rapi dan runtut. Pembelajaran bercerita

sebagai bagian dari pembelajaran menyimak dan berbicara, harus dilaksanakan

sebaik mungkin agar minat dalam pembelajaran bercerita siswa lebih

bersemangat.

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki

urgensi yang tinggi untuk memperoleh keterampilan-keterampilan yang lain.

Keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa

yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Proses

pembelajaran menyimak lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan

keterampilan berbahasa lainnya. Hasil penelitian Burhan (2010: 82)

menyatakan bahwa pada umumnya setiap hari orang menggunakan waktu

komunikasinya 45% untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk

membaca, dan 9% untuk menulis. Goleman (2002: 59) menyatakan bahwa

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menaksir dari seluruh waktu yang

disediakan untuk berkomunikasi, 22% digunakan untuk membaca dan menulis,

23% untuk bicara, dan 55% untuk mendengarkan.

2
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk

menyimak lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk

berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini membuktikan bahwa dalam

kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, baik

menyimak cerita, berita, laporan, iklan, dan lain-lain.

Faktanya di berbagai sekolah dasar kondisi pembelajaran menyimak

cerita masih terkesan monoton, sehingga kualitas keterampilan berbahasa siswa

masih kurang. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa di kelas, tidak semua siswa

dapat aktif selama kegiatan pembelajaran bercerita. Apabila anak sudah

mengetahui isi dan jalan cerita, ditambah guru dalam bercerita kurang menarik

akan mengakibatkan suasana kelas kurang kondusif. Selain itu, masih banyak

terdapat guru yang mengambil materi pembelajaran keterampilan menyimak

dari buku ajar yang sudah dimiliki siswa, baik materi tentang menyimak cerita,

menyimak pidato, menyimak petunjuk, menyimak ceramah, maupun materi

menyimak yang lain. Hal ini berdampak pada produksi bahasa mereka.

Kemampuan dalam menuangkan ide atau gagasan melalui tulisan masih

kurang, hal ini bisa dilihat dari pendeknya tulisan siswa kalau siswa disuruh

menceritakan kembali isi cerita.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran menyimak cerita siswa supaya

lebih efektif perlu adanya media pembelajaran yang baik. Dikalangan pendidik

tradisional kata media selama ini sering terkesan sesuatu yang mahal, rumit,

dan berteknologi tinggi. Akibatnya terjadi keengganan berhubungan dengan

media meskipun sebenarnya di sekolah sudah terdapat sarana pembelajaran

3
bahasa yang memadai akan tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik dan

maksimal. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari teacher

centered ke student centered, dari passive learning ke active learning,

penggunaan media juga merupakan alat bantu bagi guru sehingga siswa lebih

mudah dalam memahami isi atau pesan yang terkandung dalam suatu mata

pelajaran, apalagi bagi anak usia sekolah dasar yang dalam perkembangannya

masih berada dalam tahap operasional kongkrit. Keberadaan media

pembelajaran akan sangat membantu belajar anak-anak diusia tersebut.

Menurut Akhadiah, dkk (1991: 1) secara umum tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia adalah (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; (2) siswa memahami

bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya

dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan

keadaan; (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan

kematangan sosial; (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa

(berbicara dan menulis); (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya

sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan,

serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) siswa

menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia.

Memperhatikan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut sebaiknya

penyelenggara pembelajaran bahasa Indonesia mampu mempersiapkan,

4
membina, dan membentuk kemampuan peserta didik agar menguasai

pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan

di masyarakat serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Hal ini

berimplikasi pada bagaimana seorang pendidik mendesain pembelajaran

bahasa Indonesia di kelas. Pemilihan media dan metode yang sesuai dengan

kurikulum dan potensi siswa adalah bagian lain yang harus diperhatikan oleh

pendidik.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa pembelajaran

Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita belum berjalan secara

optimal. Hal ini dapat dilihat dari setiap pembelajaran, guru masih

menggunakan metode ceramah pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Sehingga, siswa terlihat kurang antusias dan cenderung pasif karena proses

pembelajaran bersifat monoton dan membosankan, serta guru lebih banyak

mendominasi kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan

menyimak cerita berlangsung. Selain itu, belum maksimalnya penggunaan

media oleh guru yang sudah disediakan pihak sekolah. Hal lainnya adalah

materi-materi dan tugas yang diberikan guru pada saat proses pembelajaran

berlangsung kurang menarik karena masih terpaku pada buku pegangan.

Menurut Rohani (1997: 97-98) penggunaan media audiovisual dalam

pembelajaran sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir

yang diharapkan. Kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dapat

mempersiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang berkualitas.

Melalui media audiovisual diharapkan ada peningkatan dalam proses

5
pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam hal peningkatan pembelajaran

menyimak cerita dan peningkatan prestasi siswa. Atas dasar tersebut peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Media Audiovisual

Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Keterampilan Menyimak Cerita

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah

penelitian antara lain:

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita belum

berjalan secara optimal di Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia pada keterampilan menyimak cerita di Sekolah Dasar Kecamatan

Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia

pada keterampilan menyimak cerita di Sekolah Dasar Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Penyajian materi yang kurang menarik sehingga siswa mudah bosan dalam

mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak

cerita di Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

6
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia disajikan lebih bersifat teacher centered

daripada student centered, sehingga siswa cenderung pasif karena guru lebih

banyak mendominasi kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada

keterampilan menyimak cerita berlangsung.

6. Materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru masih terpaku pada buku

pegangan.

7. Belum diketahuinya pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita siswa kelas V

Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada

pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V Sekolah Dasar Kecamatan

Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Peningkatan keterampilan

menyimak cerita dilihat dari tes yang diberikan pada awal pembelajaran

sebelum menggunakan media audiovisual dan sesudah menggunakan media

audiovisual.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada keterampilan menyimak cerita

siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yang diajar menggunakan media audiovisual?

7
2. Apakah ada perbedaan pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibanding menggunakan metode

konvensional (ceramah) dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita

siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk

mengetahui:

1. Pengaruh yang signifikan pada keterampilan menyimak cerita siswa kelas V

SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar

menggunakan media audiovisual.

2. Perbedaan pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran keterampilan

menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta dibanding menggunakan metode konvensional

(ceramah) dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas

V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Dengan penelitian ini diharapkan siswa semakin termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran

menyimak cerita. Muncul kesadaran guru untuk lebih mengoptimalkan

sarana media khususnya dalam pembelajaran menyimak cerita, sehingga

8
pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi anak didik.

Dengan demikian pada akhirnya pembelajaran dengan media audiovisual

mampu meningkatkan prestasi belajarnya dan juga perilaku atau

sikapnya sesuai dengan nilai-nilai yang hendak dicapai khususnya

melalui pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Mengemas pembelajaran bahasa Indonesia secara lebih kreatif,inovatif,

dan menarik dengan menggunakan media audiovisual, sehingga kesan

konvensional dan membosankan pada pembelajaran bahasa khususnya

menyimak cerita dapat diminimalisir.

c. Meningkatkan prestasi dan keunggulan bahasa Indonesia siswa yang baik

dan benar akan menambah nilai tawar bagi sekolah.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk

peningkatan metode pembelajaran menyimak cerita pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dengan menggunakan media audiovisual di sekolah dasar.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Menyimak

Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran

menyimak kurang mendapat perhatian sebagaimana keterampilan berbahasa

yang lain. Belum tentu guru bahasa secara khusus mengajarkan sekaligus

menguji kemampuan menyimak siswa, walaupun sebenarnya kemampuan

itu sangat diperlukan untuk mengikuti kemampuan pembelajaran

selanjutnya.

Menurut Tarigan (2003: 24) menyimak diartikan sebagai kemampuan

menangkap dan memahami bahasa lisan. Bahan yang sesuai berupa wacana

yang memuat informasi. Untuk mengukur kemampuan siswa menangkap

dan memahami informasi yang terkandung didalam wacana yang diterima

melalui saluran pendengaran.

Menyimak merupakan proses untuk mengorganisasikan apa yang

didengar dan menempatkan pesan suara-suara didengar ditangkap menjadi

makna yang dapat diterima. Proses menyimak terdiri dari tiga langkah yaitu:

(1) menerima masukan yang didengar, (2) melibatkan diri terhadap masukan

yang didengar, dan (3) menginterpretasikan dan berinteraksi dengan

masukan yang didengar.

10
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-

baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan

menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam

kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan

dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan.

Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat

pendengar lalu diidentifikasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase,

klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana (Sutari dkk, 1997: 17).

Tarigan (1983: 19) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan

oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menurut Akhaidah

(dalam Sutari, dkk. 1997: 19) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan

mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan

mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.

Menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh

seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang

masuk kuping kiri keluar kuping kanan atau sebaliknya. Menyimak

adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain dengan

proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan

kebiasaan, reflex maupun insting (Adnan,http://jejakkelana.

Wordpress.com).

11
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

menyimak adalah mendengarkan lambing-lambang bunyi yang dilakukan

dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi,

interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan, informasi,

menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi.

2. Tujuan Menyimak

Perbedaan tujuan menyimak dapat menyebabkan adanya perbedaan

aktivitas menyimak. Adapun tujuan menyimak antara lain sebagai berikut:

a. Untuk Mendapatkan Fakta


Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk
memperoleh fakta. Cara yang pertama adalah dengan mengadakan
eksperimen, penelitian, membaca buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan mendengarkan radio,
melihat televisi, berdiskusi, menghadiri seminar, dan sebagainya. Dari
uraian diatas, maka menyimak merupakan suatu media untuk
mendapatkan fakta dan informasi.
b. Untuk menganalisis fakta.
Proses menganalisis fakta adalah proses menaksir kata-kata atau
informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat
yang terkandung dalam fakta-fakta tersebut.
c. Untuk mengevaluasi fakta.
Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan
muncul beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya
terhadap suatu bahan simakan. Dalam mengevaluasi fakta, penyimak
perlu mempertimbangkan bahan simakan dengan menggunakan segala
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
d. Untuk mendapatkan inspirasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering dihadapkan pada
beberapa masalah dalam hidup mereka. Kadang-kadang, kegiatan
menyimak dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah
tersebut dengan cara mencari inspirasi. Kegiatan menyimak yang dapat
menimbulkan inspirasi adalah seperti menyimak pengajian, seminar, dan
sebagainya.
e. Untuk mendapatkan hiburan.
Pada dasarnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan.
Hiburan dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah
kegiatan menyimak. Manusia jaman sekarang sering menyimak radio,
televisi, film, dan sebagainya untuk memperoleh hiburan.
12
f. Memperbaiki kemampuan berbicara.
Tujuan menyimak yang terakhir adalah memperbaiki kemampuan
berbicara. Dengan menyimak pembicaraan yang terpilih, kita dapat
memperbaiki kemampuan berbicara.

3. Manfaat Menyimak

Menurut Setiawan (dalam Dani Suci Arini, 2007: 20-21), manfaat

menyimak adalah sebagai berikut:

a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi


kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu
memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman.
b. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan
dan khasanah ilmu kita.
c. Memperkaya kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat,
bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya
menjadi lebih lancer dan kata-kata yang digunakan menjadi lebih variatif.
d. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup serta membina
sifat terbuka dan objektif.
e. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian social.
f. Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan
simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak
dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau
pendapat orang lain dalam kehidupan serta meningkatkan selera estetis
kita.
g. Menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan
ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak
menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar
serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita
untuk giat berkarya dan kreatif.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Menurut Dani Suci Arini (2007: 26) Faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang
turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya,
ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan seperti itu,
mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya.
Juga secara fisik dia berada jauh dibawah ukuran gizi yang normal,
13
sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta
kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan
menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak,
seperti ruangan terlalu panas,lembab atau terlalu dingin, dan suara bising
dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup masalah-
masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara
dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan
terhadap minat pribadi serta masalah pribadi; 3) kepicikan yang
menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4) kebosanan dan kejenuhan
yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok
pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, pokok
pembicaraan, atau sang pembicara.
c. Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu factor penting dalam
menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari
kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikap
yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak
menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan mendengar ide-ide yang
berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
d. Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada
topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui
dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada dasarnya
manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu
sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada
hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap
memolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan
baginya.
e. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan
seseorang. Jika motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat
diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Dorongan dan tekad
diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan
maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan
suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta
memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.
f. Faktor Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan
bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang
berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun
berbeda pula.
g. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan
14
faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh
perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa
dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan
gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan
kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyimak. Lingkungan
sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana
mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat
mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka dihargai. Anak-anak
yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi
mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi,
suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang
memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas
untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka.
h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam
masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk
menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang
berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran.

5. Tes Keterampilan Menyimak

Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta

tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan

langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video (Soenardi

Djiwandono, 2008: 114). Selanjutnya Soenardi mengatakan pemahaman

tersebut dapat mengacu kepada pemahaman secara umum seperti topik yang

dibahas atau sekedar garis besar isinya, atau bagian-bagian yang lebih

terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol.

Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan dengan hal-hal yang

lebih bersifat mendalam, yang tidak terbatas pada hal-hal yang secara tegas

dan langsung terungkapkan.

Penetapan jenis sasaran kemampuan yang dijadikan fokus tes

disesuaikan dengan tinkat kemampuan peserta tes. Untuk tingkat pemula


15
dapat digunakan butir-butir tes yang jawabannya memerlukan sekedar

pemahaman tentang hal-hal yang secara langsung, konkrit, dan harfiah

termuat dalam wacana. Pertanyaan-pertanyaan yang kurang langsung

sifatnya, termasuk kaitan antara berbagai bagian wacana, menemukan

implikasi dan menarik kesimpulan, sampai dengan menentukan sikap dan

melakukan evaluasi terhadap isi wacana, lebih sesuai bagi peserta tes yang

tingkat kemampuan bahasanya lebih tinggi.

Disamping tentang identifikasi dan rincian kemampuan tes menyimak,

bagian penting lain adalah pemilihan wacana untuk dipahami dengan

memperdengarkannya kepada peserta tes. Dari wacana itulah nantinya

sejumlah pertanyaan harus dijawab oleh peserta tes sesuai dengan

pemahamannya terhadap isi wacana. Tes menyimak sebaiknya tidak

merupakan sesuatu yang asing dalam berbagai aspek, kecuali isi wacananya

yang pemahamannya merupakan sasaran pokok dari tes menyimak.

6. Pembelajaran

Pembelajaran diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

disebutkan pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar (Poerwadarminta W.J.S., 1984: 849). Pembelajaran

terjemahan dari kata instruction yang terdiri dari self instruction (dari

dalam internal) dan eksternal instruction (dari eksternal). Pembelajaran

yang bersifat internal antara lain datang dari pendidik yang disebut teaching

atau pengajaran. Pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar

dengan sendirinya menjadi prinsip pembelajaran (Oemar Hamalik, 2004: 9).

16
Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional diartikan sebagai perangkat

komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan

(Djamarah, 2002: 10).

Pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai sebuah usaha

mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar

dengan kehendaknya sendiri (Abuddin, 2009: 85). Melalui pembelajaran

terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas

peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran

berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas

pendidik, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 297), pembelajaran adalah kegiatan

pendidik secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat

peserta didik belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar. Kokom Komalasari (2010: 3) memberikan pengertian pembelajaran

sebagai berikut:

Suatu sistem atau proses menjelaskan subjek didik/pembelajar yang


direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.

Menurut Oemar Hamalik (1995: 57) pembelajaran adalah upaya

mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta

didik. Kegiatan ini meliputi unsur manusiawi, material fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Unsur manusiawi ini meliputi peserta didik, pendidik dan

tenaga lainnya.
17
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh pendidik secara terprogram agar peserta didik mampu belajar secara

aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik. Darsono (2000: 25) mengemukakan ciri-ciri

pembelajaran sebagai berikut:

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis


b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik
dalam belajar
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi peserta didik
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi peserta didik
f. Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran, baik
secara fisik maupun psikologis.

Dari beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran

adalah suatu kegiatan yang melibatkan pendidik, peserta didik dan

komponen lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan

kata lain, pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif dan ditunjang oleh berbagai unsur

lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Pembelajaran dapat berhasil jika ada feed back atau balikan yang baik

antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik harus berusaha sebaik

mungkin agar peserta didik dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan

dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan

memahami yang dipelajari, sehingga membentuk suatu perubahan pada diri

18
peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika

sudah terjadi feed back antara pendidik dan peserta didik, diharapkan tujuan

pembelajaran tersebut dapat tercapai.

Pembelajaran dikatakan efektif, jika mampu memberikan pengalaman

baru kepada peserta didik, membentuk kompetensi peserta didik serta

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Model

mengajar yang tidak efektif menjadi penghambat kelancaran proses

pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh

karena itu, model yang diterapkan oleh seorang pendidik akan berdaya guna

dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan (Rusman, 2010: 325).

7. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan aspek yang penting dalam proses

pembelajaran selain metode atau pendekatan yang digunakan oleh

pendidik. Bahkan dapat dikatakan bahwa media akan menunjang pilihan

metode atau pendekatan yang telah didesain oleh guru dalam skenario

pembelajarannya.

Kata media berasal dari kata latin medius yang artinya tengah,

perantara, atau pengantar. Secara umum, media adalah semua bentuk

perantara untuk menyebarkan atau menyampaikan sesuatu pesan

(message) dan gagasan kepada penerima. National Education

Association (NEA) mendefinisikan media sebagai suatu benda yang

19
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta

instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut (Mukminan, 2009:

97). Heinich (1996: 8) menyatakan:

A medium (plural media) is channel of communication. Derivered


from the Latin word meaning between, the refers to anything
that carries information between a source and receiver. Examples
include film, television, diagrams, printed materials, computers,
and inctructors. These are considered instructional media hen the
carry message with in instructional purpose. The purpose of media
is to facilitate communication.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa media merupakan

segala sesuatu yang membantu atau memfasilitasi sampainya sebuah

pesan dari pengirim atau penyampai pesan kepada penerima pesan.

Termasuk dalam media ini adalah film, televisi, diagram, dan lain-lain.

Pada konteks pembelajaran, media pembelajaran adalah sebuah

alat yang berfungsi dan digunakan untk menyampaikan pesan

pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara

pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Bentuk komunikasi tidak akan

berjalan tanpa adanya bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.

Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebgai media, diantaranya

adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau

tidak, tulisan dan suara yang direkam (Hujair AH Sanaky, 2009: 3).

Smaldino dkk (2005: 86) beberapa prinsip penggunaan media

secara umum yang disebut dengan The Assure Model yaitu:

1) Analyze learners
2) State standards and objectives
3) Select strategies, technology, media, and materials
4) Utilize technology, media, and materials
20
5) Require learner participation
6) Evaluate and revise

Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya

memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: (Arief S. Sadiman dkk:

86): (a) ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang

bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli

atau dibuat sendiri, (b) apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri

tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya, (c) faktor yang menyangkut

keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk

waku yang lama artinya media dapat digunakan dimanapun dengan

peralatan yang ada disekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan

dipindahkan, dan (d) evektivitas biayanya dalam jangka waktu yang

panjang.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Media mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar

mengajar, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut

Nana Sudjana & A Rifai (2002: 2) merinci manfaat media pembelajaran

yang meliputi:

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat


menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehinga dapat dipahami
oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran.

21
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Hujair AH. Sanaky (2009: 5) menjelaskan tentang manfaat media

pembelajaran baik bagi pengajar maupun bagi pembelajar antara lain:

1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu: (a) memberikan

pedoman, arah untuk mencapai tujuan, (b) menjelaskan struktur dan

urutan pengajaran secara baik, (c) memberikan kerangka sistematis

mengajar secara baik, (d) memudahkan kendali pengajar terhadap

materi pembelajaran, (e) membangkitkan rasa diri seorang pengajar,

dan (f) meningkatkan kualitas pengajaran.

2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar yaitu: (a) meningkatkan

motivasi belajar mengajar, (b) memberikan dan meningkatkan variasi

belajar pembelajar, (c) memberikan struktur materi pembelajaran dan

memudahkan, (d) pembelajar untuk belajar, (e) memberikan inti

informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan

pembelajar untuk belajar, (f) merangsang pembelajar untuk berpikir

dan beranalisis, (g) menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa

tekanan, (h) pembelajar dapat memahami materi pembelajaran dengan

sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

Dari uraian dan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar

mengajar dapat memperjelas penyajian pesan sehingga dapat

memperlancar dan meningkatkan.

22
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Bentuk dan jenis media pembelajaran sangat beragam. Dari

berbagai aneka ragam media tersebut maka dapat dijumpai berbagai

macam klasifikasi jenis media pembelajaran. Menurut Nana Sudjana &

Ahmad Rifai (2002: 3-4) ada beberapa jenis media pembelajaran yang

biasa digunakan dalam proses pengajaran, yaitu: (1) media grafis seperti

gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-

lain. Media grafis juga sering disebut media dua dimensi karena media

ini mempunyai ukuran panjang dan lebar; (2) media tiga dimensi, yaitu

dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model

penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain;

(3) media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP

dengan transparasi, dan lain-lain; dan (4) lingkungan, yaitu segala

sesuatu yang ada disekitar siswa, pasar, kebun, pedagang, perilaku guru,

hewan dan lain-lain. Pendapat lain oleh Nasution (2008: 101) alat

pendidikan seperti fotografi, gramofon, film, film strip, sampai kepada

radio, televisi, komputer, laboratorium bahasa, video, dan sebagainya.

Pada dasarnya pengelompokan-pengelompokan media seperti di

atas bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna media

dalam memanfaatkan media dan bagi para petugas media dalam

mengelola media pembelajaran sehingga dapat memberi masukan yang

positif agar media pembelajaran dimanfaatkan dengan baik. Dalam hal

23
ini peneliti memilih jenis media audiovisual film animasi, yakni film

yang disesuaikan dengan tema atau materi dak karakteristik siswa.

d. Media Audiovisual

Kecanggihan teknologi saat ini, memungkinkan kita untuk

berekspresi maupun menyajikan informasi tidak hanya dalam bentuk

gambar melainkan audiovisual. Gambar yang bergerak, sekaligus disertai

musik dan suara.

Media audiovisual adalah sarana atau media yang utuh untuk

mengkolaborasi bentuk-bentuk visual dengan audio. Menurut Syaiful

Bahri dan Aswan (2002: 141) media audiovisual adalah media yang

mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai

kemampuan lebih baik karena mencakup dua aspek media sekaligus.

Adapun pembagian dari media audiovisual terbagi menjadi 2 bagian

yaitu:

1) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara,

cetak suara.

2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.

Adapun pembagian yang lain dari media audiovisual ini adalah

sebagai berikut:

1) Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar

berasal dari satu sumber seperti film video-cassette.

24
2) Audiovisual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambar berasal

dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur

gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya

bersumber dari tape recorder.

Media audiovisual ini bisa dipergunakan untuk membantu

penjelasan guru sebagai peneguh, sebagai pengantar, atau sebagai sarana

yang didalami. Media ini tidak hanya dikembangkan melalui bentuk film

saja, tetapi dapat dikembangkan melalui sarana komputer dengan tehnik

powerpoint dan fash player, hal ini perlu ketrampilan dan sarana yang

khusus. Menurut Amir H. Sulaiman (1985: 11) alat-alat audiovisual

adalah alat-alat audible artinya dapat didengar dan alat-alat yang

visible artinya dapat dilihat yang berfungsi agar komunikasi menjadi

efektif. Dale (1996: 180 dalam Azhar Arsyad, 2004: 24) menambahkan

bahwa bahan-bahan audiovisual dapat memberikan banyak manfaat

asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Azhar Arsyad (2004: 30) penggunaan teknologi

audiovisual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan

menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan

pesan-pesan audio dan visual. Andre Rinanto (1982: 21) menambahkan

media audiovisual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang

disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjadinya

komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar

mengajar. Atau dengan kata lain, media audiovisual merupakan

25
perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang

mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang melihatnya. Jadi,

pengajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi

yang penerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak

seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang

serupa. Masih menurut Andre Rinanto, (1982: 52-56) penggunaan media

audiovisual dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1) Pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga motivasi anak lebih


meningkat dan mampu menghilangkan kejenuhan.
2) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati,
mendengar dan melakukan demonstrasi.
3) Mampu melatih taraf berpikir anak dari yang konkret ke abstrak, dari
berpikir sederhana ke berpikir yang komplek.
4) Siswa mampu menghubungkan pesan visual dengan pengalaman-
pengalamannya. Selain itu, media audiovisual juga mempunyai
kepraktisan antara lain: (1) dapat mengatasi keterbatasan pengalaman
yang dimiliki anak didik, (2) dapat melampaui batas ruang dan waktu,
(3) memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik
dengan lingkungannya, (4) memberikan keseragaman pengamatan, (5)
dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkret dan realistis, (6)
membangkitkan keinginan dan minat baru, dan (7) memberikan
pengalaman yang integral dari yang konkret sampai ke abstrak.
Menurut Azhar Arsyad (2004: 30) ciri-ciri utama teknologi media
audiovisual adalah (1) biasanya bersifat linier, (2) dinamis, (3) sudah
ditetapkan sebelumnya, (4) merupakan representasi fisik dari gagasan
real atau gagasan abstrak, (5) dikembangkan menurut prinsip
psikologis behaviorisme dan kognitif, dan (6) umumnya berorientasi
kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

Abdul Majid (2006: 180) menandaskan kelebihan dan keuntungan

yang didapat jika bahan ajar disajikan dalam bentuk video/film, antara

lain:

26
1) Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri.
2) Sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang
komunikatif dan dapat diulang-ulang.
3) Dapat menampilkan sesuatu yang detail.
4) Dapat dipercepat maupun diperlambat.
5) Memungkinkan untuk membandingkan antara dua adegan berbeda
diputar dalam waktu bersamaan.
6) Dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan,
mengangkat, suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu
produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses.

Adapun tujuan pemakaian media audiovisual, dalam hal ini yang

dimaksud secara umum dalam proses pembelajaran adalah :

1) Untuk Tujuan Kognitif

Dengan menggunakan video, mitra kognitif dapat

dikembangkan yakni yang menyangkut kemampuan mengenal

kembali kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang

serasi. Misalnya : pengamatan benda terhadap kecepatan relatif suatu

objek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi

antara ojek dan benda. Dengan video dapat pula dipertunjukan

serangkaian gambar diam maupun untuk menunjukkan contoh-contoh

bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang

menyangkut interaksi manusiawi, sehingga dapat dimungkinkan

mengoreksi langsung terhadap penampilan yang tidak memenuhi

syarat.

2) Untuk Tujuan Psikomotor

Video merupakan media yang paling tepat untuk

memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak, karena

dapat diperjelas dengan cara dipercepat atau diperlambat.


27
3) Untuk Tujuan Afektif

Dengan menggunakan dengan berbagai teknik dan efek, video

dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap

dan emosi.

e. Film Sebagai Media Pembelajaran

1. Pengertian Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame

dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor

secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.

(Arsyad, 2004: 49)

Film adalah gambar hidup yang terlihat pada gambar. Gambar

yang terlihat tersebut merupakan hasil proyeksi melalui lensa

proyektor secara mekanis. Film itu bergerak dari frame ke frame

didepan lensa pada layar, gambar-gambar itu juga secara cepat

bergantian dan memberikan proses visual yang kontinyu diantara

gambar demi gambar tak ada celah-celah, benda-benda, dan murni

seperti pada aslinya (Oemar Hamalik, 1995: 84).

Pada umumnya film digunakan untuk tujuan hiburan,

dokumentasi, dan pendidikan. Media ini dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,

dan mempengaruhi sikap.

28
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa film sebagai

media audio visual merupakan sederetan gambar dengan ilusi gerak,

sehingga terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melalui

proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat dilihat dan

didengar.

2. Film Animasi

Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2005: 53) animasi adalah acara televisi yang

berbentuk rangkaian tulisan atau gambar yang digerakkan secara

mekanis elektronis sehingga tampak dilayar menjadi gerak.

Kata animasi berasal dari kata anima yang berarti jiwa (soul)

atau nafas kehidupan. Animasi berasal dari semua penciptaan

kehidupan baik dalam objek mati maupun ke dalam objek yang tidak

bernyawa (Herman Harry, 1991: 2).

Dari definisi diatas, tampak bahwa animasi sebenarnya

merupakan teknik dan proses memberikan gerakan yang tampak pada

objek mati. Animasi sering dihasilkan dari seni bentuk yang

berurutan. Gerak gambar animasi dihasilkan dari suatu rangkaian

gambar tak hidup yang tersusun dengan urut dalam perbedaan gerak

yang minim pada setiap frame. Frame adalah struktur gambar dasar

pada suatu gerakan animasi atau gambar-gambar berkesinambungan

sehingga menghasilkan gerak yang baik di dalam film maupun video.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media film animasi

29
adalah media audio visual berupa rangkaian gambar tak hidup yang

berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis elektronis

sehingga tampak hidup pada layar.

Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

beberapa SD siswa kelas V Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta

masih monoton sampai saat ini. Oleh karena itu, pemilihan media film

animasi dapat didayagunakan sebagai alternatif dalam proses

pengajaran untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran terutama

mata pelajaran bahasa Indonesia.

3. Keuntungan dan Keterbatasan Media Film

Menurut Azhar Arsyad (2004: 49-50) media film dan video

memiliki keuntungan dan keterbatasan sebagai berikut :

a) Keuntungan Film atau Video


1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman
dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik,
dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan
bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak
dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.
2) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat
yang disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
Misalnya, langkah-langkah dan cara yang benar dalam
berwudhu.
3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan
video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok
siswa. Bahkan film dan video seperti slogan yang sering
didengar, dapat membawa dunia kedalam kelas.
5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila
dilihat secara langsung seperti perilaku binatang buas.
6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.

30
7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame
demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu
satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.

b) Keterbatasan Film atau Video


1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal
dan waktu banyak.
2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus
sehingga tidak semua siswa mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui film tersebut.
3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan
video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan
sendiri.

f. Media Film Animasi

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses

penyampaian informasi atau perantara untuk menyampaikan pesan,

informasi, materi ajar kepada peserta didik sehinggga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses

pembelajaran yang dilakukan.

Film sebagai media audio visual merupakan sederetan gambar

dengan ilusi gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang

diproyeksikan melalui proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga

dapat dilihat dan didengar.

Animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak hidup yang

tersusun dengan urut dalam perbedaan gerak yang minimpada setiap

frame. Frame adalah struktur gambar dasar pada suatu gerakan animasi

atau gambar-gambar berkesinambungan sehingga menghasilkan gerak

yang baik di dalam film maupun video.

31
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media film

animasi adalah suatu perantara audio visual untuk menyampaikan pesan,

informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses

pembelajaran yang dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar tak

hidup yang berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis

elektronis sehingga tampak hidup pada layar.

g. Pembelajaran Menyimak Cerita dengan Media Audio visual (Film


Animasi)

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak

cerita dengan menggunakan media film animasi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Guru dan peneliti menyiapkan laptop, LCD proyektor, layar

proyektor, dan CD/VCD cerita anak.

2. Siswa diminta untuk mengkondisikan diri dengan duduk rapih.

3. Siswa ditayangkan film animasi cerita anak sebanyak satu kali.

4. Siswa diminta untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita

seperti penokohan, tema, latar, dan amanat cerita.

5. Salah satu siswa diminta untuk membacakan hasil dari tugas yang

diberikan oleh guru di depan kelas.

6. Beberapa siswa diminta dengan sukarela untuk menceritakan kembali

tayangan film yang sudah diputar.

32
8. Jenis dan Manfaat Cerita Anak

Cerita sebagai kegiatan yang telah ada sejak dahulu kala hingga

sekarang mempunyai beberapa jenis dan manfaatnya bagi siswa. Cerita

untuk anak-anak menurut Takdioratun Musfiroh (2008: 69) dapat

dikategorikan kedalam tiga jenis yaitu: cerita rakyat, cerita fiksi modern,

dan cerita faktual.

Adapun manfaat cerita bagi anak diantaranya adalah: (a) membantu

pembentukan pribadi dan moral anak; (b) menyalurkan kebutuhan imajinasi

dan fantasi; (c) memacu kemampuan verbal anak; (d) merangsang minat

menulis anak; (e) merangsang minat baca anak; (f) membuka cakrawala

pengetahuan anak.

Selain cerita mempunyai manfaat yang positif bagi anak, cerita juga

mempunyai efek yang negatif dan membahayakan bagi perkembangan diri

maupun psikologis anak. Dampak tersebut diantaranya adalah berasal dari

cerita-cerita yang bermuatan asing dan tidak sesuai dengan budaya timur

apalagi ajaran dan nilai-nilai islami. Disamping dari muatan isi cerita juga

hal tersebut merupakan akibat semakin canggihnya teknologi. Menghadapi

hal ini perlu adanya langkah-langkah pencegahan antisipasi, diantaranya

menurut Conny M. Semiawan (2008: 38) adalah: (a) batasi anak menonton

TV pada jam-jam yang sesuai; (b) damping anak-anak pada saat menonton

tayangan yang tidak dimaksudkan untuk anak; (c) bila ceritanya cerita asing,

berikan penjelasan-penjelasan untuk disesuaikan kepada kehidupan di

Indonesia; (d) usahakan juga menyajikan cerita-cerita Indonesia yang

33
memiliki nilai-nilai kemanusiaan tentang kebaikan dan keburukan seperti

Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang dan sebagainya; (e)

teroboslah (penetrate) dunia anak untuk selalu menjaga agar kita dapat

mengikuti perkembangannya. Masih menurut Conny, cerita berpengaruh

positif terkait dengan perluasan wawasan pengetahuan, sedangkan

berpengaruh negatif terjadi apabila mengandung unsur kekerasan, seks, dan

anti sosial yang akan meracuni kehidupan kejiwaan anak.

Secara khusus dalam Al-Quran cerita berfungsi sebagai pelajaran

bagi orang-orang yang berakal dengan cara mengambil hikmah yang ada

didalam cerita tersebut sebagaimana yang tercantum dalam (QS. Yusuf:

111):

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi


orang-orang yang berakal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi sebagai pembenar kitab-kitab yang sebelumnya dan
penjelas segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum
yang beriman.

Cerita yang bernilai tauhid dan akhlak, akan dapat mendekatkan anak

pada nilai-nilai-nilai fitrahnya, serta menumbuhkembangkannya secara

wajar untuk beriman kepada Alloh SWT. Selain itu, dengan mengenalkan

anak akan pribadi para Rosul dan Nabi dengan mengisahkan pengalaman

hidupnya, maka keteladanan pribadi para Utusan Alloh akan memberi

peluang pada anak untuk menumbuhkan sikap, perilaku seperi yang

diceritakan tanpa ada paksaan.

Menurut Slamet, (2007: 124-125) dalam memilih cerita tradisional

misalnya cerita rakyat, sering dipilih untuk kegiatan bercerita

34
(mendongeng). Namun, bentuk karya sastra anak-anak yang lama juga dapat

digunakan. Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih

cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya cerita tersebut sederhana, alur

cerita yang jelas, tema cerita yang jelas, jumlah pelaku cerita tidak banyak,

cerita menggunakan gaya bahasa perulangan, dan cerita menggunakan

bahasa yang mendukung keindahan.

9. Metode dan Elemen-elemen Struktur Cerita

Dalam bercerita diperlukan metode maupun teknik bercerita yang

harus diperhatikan oleh guru agar kegiatannya berjalan dengan lancer dan

tujuannya tercapai. Diantara metode tersebut menurut Abdul Aziz (2002:

47-54) adalah: (a) tempat bercerita; (b) posisi duduk; (c) bahasa cerita; (d)

intonasi guru; (e) pemunculan tokoh-tokoh; (f) penampakan emosi; (g)

peniruan suara; (h) penguasaan terhadap siswa yang tidak serius; (i)

menghindari ucapan spontan.

Sedikit berbeda dengan pendapat diatas, Tadzkiroatun Musfiroh

(2008: 119) menyatakan bahwa teknik bercerita bersifat implementasional.

Adapun teknik-teknik tersebut adalah: (a) memilih dan mempersiapkan

tempat; (b) bercerita dengan alat peraga; (c) bercerita tanpa alat peraga; (d)

mengekspresikan karakter tokoh; (e) menirukan bunyi dan karakter suara;

(f) menghidupkan suasana cerita, (g) memilih diksi dan struktur kalimat.

Tomkins dan Hoskisson (1991: 129-131) menyatakan storytelling

involves four step: (1) chosing a story, (2) preparing to tell a story, (3)

adding props, (4) telling a story. Dari pendapat Tomkins ada empat langkah

35
agar kegiatan bercerita menjadi menarik yaitu pemilihan cerita, persiapan

bercerita, menambah bumbu cerita, dan memaparkan cerita.

Selain teknik dalam bercerita yang perlu diperhatikan lagi adalah

elemen-elemen struktur yang ada dalam cerita. Adapun elemen-elemen

tersebut adalah:

a. Plot yang meliputi tiga bagian (permulaan, pertengahan, dan akhiran).


b. Karakter. Karakter merupakan elemen yang paling penting dalam
struktur cerita karena cerita berpusat pada sebuah karakter atau karakter
kelompok.
c. Setting. Empat bentuk dari setting (lokasi, cuaca, waktu periodik, dan
waktu).
d. Pandangan (point of view). Cerita ditulis dari keseluruhan point view dan
focus ini menentukan pada suatu perhatian pembaca terhadap
pemahaman karakter-karakter dan kejadian-kejadian cerita.
e. Tema. Tema adalah makna yang penting dalam sebuah cerita, dan
mengandung kebenaran umum tentang fitrah manusia. Tema biasanya
berkaitan dengan nilai dan karakter (Tomkins dan Hoskisson, 1991: 319-
329).

Dalam menyampaikan cerita, seseorang harus benar-benar

memperhatikan beberapa hal diatas disamping memiliki persiapan yang

cukup matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya. Hal ini penting

dilakukan supaya pada saat cerita disampaikan, tujuan yang ingin dicapai

benar-benar sampai pada sasaran.

10. Karakteristik Anak SD

Menurut Piaget (Sugihartono, dkk, 2008: 109), tahap perkembangan

berpikir anak dibagi menjadi empat tahap yaitu:

a. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)


b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan
d. Tahap operasional formal (12-15 tahun)

36
Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas V Sekolah Dasar termasuk

berada pada tahap operasional konkret dalam berpikir. Anak pada masa

operasional konkret sudah mulai menggunakan operasi mentalnya untuk

memecahkan masalah-masalah yang aktual. Anak mampu menggunakan

kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret.

Kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental

seperti mengingat, memahami, menyimak, dan memecahkan masalah.

Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Dilihat Dari Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik anak usia SD tidak secepat pertumbuhan yang

terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak

dalam mengendalikan tubuhnya dan kemampuan duduk berada dalam

suatu periode yang relatif lama merupakan ciri perkembangan fisik anak

usia sekolah dasar.

Hal ini senada yang dikatakan Desmita (2008: 153) yaitu: masa

pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik

yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi pubertas, kira-kira

2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual. Pada masa ini

pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering juga

disebut sebgai periode tenang sebelum pertumbuhan yang cepat

menjelang remaja. Meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini

tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik

yang terjadi.

37
Dengan demikian kegiatan fisik merupakan hal yang penting bagi

anak usia dasar, tidak hanya akan memperhalus perkembangan

keterampilan dan harga dirinya tetapi juga bagi perkembangan aspek

kognisinya. Misalnya pada saat anak menghadapi suatu konsep abstrak,

aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas itu akan memberikan

pengalaman nyata bagi anak untuk memahami arti suatu konsep yang

abstrak.

b. Dilihat dari Perkembangan Kognitif

Dalam perkembangan kognitif siswa usia SD pada umumnya

berada dalam taraf berpikir konkret operasional. Artinya materi dan

konsep yang diajarkan kepada anak harus diawali dengan hal-hal yang

konkret (Ngalim Purwanto, 1997: 6).

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas

kognitif, psikologis, dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan pertumbuhan struktur dan fungsi karakteristik

manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang

mantap, yang menuju pada suatu kematangan. Perubahan-perubahan ini

tidak bersifat umum, melainkan merupakan hasil interaksi antara potensi

bawaan dengan potensi lingkungan. Baik peserta didik yang cepat

maupun lambat, memiliki kepribadian yang menyenangkan atau

menggelisahkan, tinggi atay rendah, sebagian besar tergantung pada

interaksi antara kecenderungan bawaan dan pengaruh lingkungan

(Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2008: 145).

38
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan

kognitifnya mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk

sekolah, berarti minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat

maka bertambah pula pengertian tentang manusia atau obyek-obyek yang

sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran

anak usia sekolah berkembang secra berangsur-angsur. Kalau pada masa

sebelumnya daya piker anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,

maka pada masa usia sekolah dasar daya piker anak berkembang kearah

berpikir konkrit, rasional, dan obyektif. Daya ingatnya menjadi sangat

kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.

Santrock (2007: 228) mengatakan bahwa perkembangan kognisi

pada anak usia sekolah dasar berada dalam tahapan dua masa transisi,

yaitu masa transisi dari tahap pra operasional ke masa operasional

konkrit dan masa transisi dari tahap operasional konkrit ke tahap

operasional formal. Skema perkembangan kognitif pada tahap ini

berkaitan dengan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah, seperti

mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu yang tetap atau tidak

berubah, mengurutkan. Juga pada tahap anak sekolah dasar ini, tahap

perkembangan kognisinya memperlihatkan kearah kemampuan atau

kecakapan berpikir secara simbolik, yaitu berpikir yang lebih logis,

abstrak, dan imajinatif. Namun demikian, karena dalam keadaan transisi

perkembangan antara tahap operasional formal ke tahap operasional

39
konkrit, anak usia sekolah dasar ini masih memerlukan bantuan obyek

nyata untuk berpikir tersebut.

Sebagaimana para ahli penelitian yang lain, Piaget dalam

Iskandarwassid dan Dadang Iskandar (2008: 146-147) mendeskripsikan

perkembangan kognitif atas beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap-tahap yang berbeda itu membentuk suatu sekuensial, yaitu


tahapan operasi mental yang progresif.
2) Tahap-tahap itu merupakan suatu urutan yang hierarkis, membentuk
suatu tatanan operasi mental yang makin mantap dan terpadu.
3) Walaupun rangkaian tahap-tahap itu konstan, tahapan pencapaian
bervariasi berkenaan dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu yang
menggabungkan pengaruh pembawaan dengan lingkungan.
4) Walaupun faktor-faktor meningkatkan atau menurunkan
perkembangan kognitif, faktor-faktor tersebut tidak merubah
konsekuensinya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan ini bertujuan untuk membeuktikan hasil peneltian

terdahulu dan membuktikan hasil penelitian saat ini. Adapun penelitian

terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Rini Afiati (2009) dalam tesisnya yang berjudul Efektifitas media

komputer dan audio cassette recorder dalam pembelajaran menyimak cerita

siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Kebondalem Kabupaten Pemalang

pada Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan

keefektifan media computer melalui laboratorium bahasa dan media

konvensional dalam pembelajaran menyimak cerita bahasa Indonesia, (2)

tidak ada perbedaan keefektifan media audio cassette recorder dan media

konvensional dalam pembelajaran menyimak cerita bahasa Indonesia, (3)


40
ada perbedaan keefektifan media computer melalui laboratorium bahasa dan

media audio cassette recorder dalam pembelajaran menyimak cerita bahasa

Indonesia, dan (4) ada perbedaan keefektifan penggunaan media computer

melalui laboratorium bahasa, media audio cassette recorder, dan media

konvensional dalam pembelajaran menyimak cerita bahasa Indonesia.

2. Ali Mahsun (2010) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh penerapan

media audiovisual dalam pembelajaran bercerita di MI Perguruan

Muallimat Cukir Jombang pada Program Studi Pendidikan Dasar Pasca

Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: (1) media audiovisual VCD cerita lebih berpengaruh dibandingkan

dengan media konvensional dalam pembelajaran bercerita, (2) terdapat

perbedaan kemampuan bercerita siswa laki-laki dan perempuan pada

kelompok eksperimen dan kontrol, (3) terdapat interaksi variable jenis

kelamin dengan media yang digunakan.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk

mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh setiap individu dengan berbagai

upaya demi penyiapan dirinya di masa yang akan datang. Potensi yang

dikembangkan atau diaktualisasikan meliputi cipta, rasa, dan karsa atau potensi

yang berhubungan dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Peran seorang pendidik dalam membantu siswa mengoptimalkan dan

mengaktualisasikan potensinya sangat tinggi. Pendidik bertugas mengemas

proses pembelajaran termasuk dalam hal ini menciptakan kondisi belajar yang

41
kondusif, menyenangkan, membangkitkan motivasi, dan menggairahkan tentu

menjadi sebuah keniscayaan. Dalam mata pembelajaran bahasa Indonesia

misalnya, karena bahasa Indonesia bukan ilmu pasti seperti matematika, maka

pendidik yang cenderung menggunakan metode ceramah atau hafalan yang

menjadikan siswa cenderung bosan, ditambah lagi dengan tidak adanya upaya

untuk mengoptimalkan pemanfaatan media belajar. Kebosanan ini

menimbulkan rendahnya minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam

proses pembelajaran (aktivitas belajar). Jika kedua hal tersebut terus menerus

terjadi maka bukan tidak mungkin prestasi siswa juga ikut turun, dan tujuan

pembelajaran yang tertuang dalam standart kompetensi lulusan tidak dapat

dipenuhi.

Oleh karena itu berdasarkan asumsi sementara ada kecenderungan bahwa

pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media audiovisual pada

pembelajaran menyimak cerita lebih efektif dibandingkan dengan tanpa media

atau pembelajaran konvensional. Ada keyakinan bahwa pembelajaran

menyimak cerita dengan media audiovisual lebih menarik dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka

berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

42
Pembelajaran Bahasa Indonesia

Keterampilan Menyimak Cerita

Pretest Posttest

Siswa Sebelum menggunakan Media Siswa sesudah menggunakan


Audiovisual pada saat pembelajaran Media Audiovisual pada saat
Bahasa Indonesia pembelajaran Bahasa
Indonesia
Guru masih menggunakan metode
ceramah pada saat proses Pembelajaran lebih menarik, siswa
pembelajaran berlangsung, sehingga antusias sehingga pembelajaran
siswa cenderung bosan dan pasif. Hal Bahasa Indonesia pada keterampilan
ini berdampak pada menimbulkan menyimak cerita berjalan optimal.
rendahnya minat dan motivasi siswa Media Audiovisual efektif dalam
untuk berpartisipasi dalam proses meningkatkan minat dan motivasi
siswa untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran (aktivitas belajar).
proses pembelajaran (aktivitas
belajar).
Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka

pikir seperti tersebut di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan yaitu:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada keterampilan menyimak cerita

siswa kelas V Sekolah Dasar Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Terdapat perbedaan pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibanding menggunakan metode

43
konvensional (ceramah) dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita

siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

44
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-eksperimental designs dengan

metode one group pre-test-post-test design (Sugiyono, 2009: 74), alasan

peneliti memilih penelitian eksperimen karena peneliti ingin mengetahui

pengaruh penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia pada keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD di Kecamatan

Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan, alasan pemilihan

metode one group pre-test-post-test design karena jumlah populasi yang

terdapat pada kelas V SD di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta terbatas, sehingga tidak memungkinkan membagi antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam rancangan ini digunakan satu

kelompok subyek, pertama-tama dilakukan pengukuran (pre-test), lalu

dilakukan perlakuan (treatment), kemudian dilakukan pengukuran kembali

(post-test). Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi

perlakuan.

Dalam penelitian ini sampel pertama-tama kelas diberikan pre-test

terlebih dahulu, lalu diberi perlakuan dengan menggunakan media audiovisual

dan setelah itu diberikan post-test. Kemudian dianalisis apakah ada pengaruh

45
penggunaan media audiovisual dan kefektifannya dibandingkan menggunakan

media konvensional. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

01 x 02
0 0
Gambar 2. Desain
01 Penelitian
x 02 01 x 02
Keterangan :
2 2
O1 = Pre-Test
X = Treatment menggunakan media audiovisual
O2 = Post-Test
Dengan menggunakan metode pre-eksperiment diharapkan dapat

membantu pembelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan menyimak

cerita pada siswa kelas V SD di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah one group pre-test-post-test design, yang

membandingkan satu kelompok sampel dengan kelompok sampel lainnya

berdasarkan variabel atau ukuran-ukuran tertentu (Sugiyono, 2009: 76). Desain

ini melibatkan kelompok subjek yang diberi perlakuan dengan media

audiovisual dan dengan teknik konvensional. Masing-masing kelompok

diberikan penilaian menyimak cerita dan dari data kedua kelompok dilakukan

uji perbandingan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan antara kelas yang

diajar dengan media audiovisual dengan teknik konvensional, apabila terjadi

perbedaan kelas mana yang mempunyai hasil yang lebih tinggi. Prosedur

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

46
1. Pra Penelitian

a. Pelatihan Pelaksana Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian, guru dari kelompok-kelompok

penelitian terlebih dahulu diberi penjelasan bagaimana prosedur

pembelajaran yang akan dilakukan. Pembelajaran dilakukan sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan dan

sesuai waktu yang telah ditentukan.

b. Bahan Pembelajaran

Bahan pembelajaran yang akan diberikan ke siswa adalah bahan

pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Sekolah Dasar yaitu

kurikulum 2013 untuk Provinsi DIY, standar kompetensi, dan

kompetensi dasar untuk kelas V SD Semester 2.

c. Pengelompokan Subjek Penelitian

Pengelompokan dalam penelitian ini hanya membedakan antara

kelompok yang pembelajarannya menggunakan media audiovisual, dan

kelompok yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional

pada kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Teknis Pembelajaran

Dalam melaksanakan penelitian, guru menyesuaikan dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti, yaitu menggunakan media

audiovisual dan dengan mengunakan teknik konvensional dengan waktu

yang telah ditentukan. Setelah dilaksanakannya pembelajaran tersebut maka

47
akan dilaksanakan penilaian. Pengukuran akhir dalam pembelajaran

keterampilan menyimak menggunakan lembar penilaian keterampilan

menyimak cerita berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian. Penilaian

berdasarkan pada skor yang diperoleh dari tes obyektif keterampilan

menyimak cerita.

C. Variabel Penelitian

Suharsimi Arikunto (2002: 104) variabel adalah gejala yang bervariasi,

yang menjadi obyek penelitian.

1. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media audiovisual.

2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menyimak.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan alasan yaitu belum pernah

dilaksanakan penelitian sejenis ini pada sekolah yang bersangkutan,

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014 di

Sekolah Dasar se-Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Uji instrumen dilakukan pada peserta didik berjumlah 32 siswa yang

mempunyai karakteristik yang relatif sama dengan subjek yang menjadi

sampel penelitian. Pemilihan didasarkan pada kesamaan penggunaan

48
kurikulum, latar belakang pendidikan guru, lokasi yang berdekatan, proses

pembelajaran, dan pengalaman guru mengampu bahasa Indonesia. Sasaran

uji instrumen untuk melihat validitas dan reliabilitas soal sehingga

instrumen yang dipakai adalah instrumen yang valid dan layak untuk

diberikan siswa.

E. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi

Riduwan & Akdon (2010: 237) menguraikan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Nawawi (Riduwan &

Akdon 2010: 237) menyebutkan bahwa,populasi adalah totalitas semua

nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif

maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek

yang lengkap. Adapun rincian populasi dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Tabel 1. Populasi Penelitian


No Nama SD Jumlah Siswa
1 SD Tunjungan 16
2 SD Gumulan 20
3 SD Muhammadiyah Tegalayang I 21
4 SD Muhammadiyah Tegalayang II 15
Jumlah Siswa 72

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Sekolah Dasar se-Kecamatan

Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 72 siswa.

49
2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian didasarkan pada hal-hal sebagai berikut (a)

kemampuan awal, (b) sampel penelitian.

a) Kemampuan Awal

Kemampuan awal siswa didasarkan pada data pre-test. Sebelum

melakukan perlakuan pada kelompok siswa, siswa terlebih dahulu

diberikan penilaian.

b) Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

dengan teknik Simple Random Sampling (Riduwan & Akdon, 2010)

simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata

(tingkatan) dalam anggota populasi. Sehingga berdasarkan populasi

sebanyak 72 siswa diperoleh 40 siswa untuk menjadi sampel penelitian

dan 32 siswa sebagai sampel uji coba instrumen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian diperlukan teknik pengumpulan data

yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes awal (pre-test) dan

tes akhir (pos-test), observasi, dan dokumentasi.

50
G. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, diperlukan instrumen yang tepat agar data

yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian dapat dikumpulkan

secara lengkap. Berikut ini prosedur pengumpulan data yaitu:

1. Dokumentasi Sekolah

Data hasil ujian semesteran bahasa Indonesia siswa dapat diperoleh

dari sekolah, dikumpulkan apa adanya. Nilai tersebut akan dianalisa

kesamaannya.

2. Tes

Metode tes adalah cara untuk mengetahui hasil dari pelajaran yang

diberikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini tes menjadi

metode utama yang terdiri dari pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab.

Penelitian dengan metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang

peningkatan keterampilan menyimak yang diterapkan pada pre test dan post

test. Dalam penelitian ini data diperoleh dari tes objektif berbentuk pilihan

ganda dengan indikator: keruntutan cerita, hubungan antar informasi,

ketepatan struktur dan kata-kata, kewajaran urutan wacana, kelancaran

dalam menceritakan kembali. Sehingga apabila semua jawaban benar,

skornya 20 dan apabila semua jawaban salah, skornya 0. Masing-masing

item menggunakan skala Likert (bobot terendah adalah 0 dan bobot tertinggi

adalah 1). Sedangkan secara ringkas, dapat disajikan dalam bentuk kisi-kisi

sebagai berikut:

51
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen
Variabel Definisi Operasional Indikator Penilaian Butir soal
Kemampuan Metode menyimak 1. Mengidentifikasi 6,8,9,13,17
menyimak yang lebih terfokus nama-nama tokoh
cerita Malin sumber informasi
Kundang yang diterima oleh 2. Menuliskan watak 12,15,16
sebelum siswa hanya dari tokoh
menggunakan guru, siswa pasif
media hanya menerima, dan 3. Menentukan latar
audiovisual menganggap sesama 1,3,14, 2, 10
cerita dengan
(konvensional) siswa adalah mengutip kalimat
(X) kompetitor yang atau paragraf yang
harus dikalahkan. mendukung

4. Menentukan unsur- 4,5,7


unsur dalam cerita:
alur, amanat/pesan
moral dan tema
Kemampuan Metode menyimak 5. Siswa mengetahui
menyimak dimana siswa mampu
cerita Malin diposisikan sebagai menceritakan
Kundang subjek, aktif dalam kembali isi cerita 11, 18
sesudah merespon media
menggunakan audiovisual sebagai
media media
audiovisual pembelajaran, dan 6. Memberikan
(Y) siswa dapat ikut pendapat atau saran
berperan aktif (komentar) dengan
dalam proses alasan yang logis dan
pembelajaran memperhatikan 19,20
tersebut pilihan kata dan
bahasa yang santun

3. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian. Observasi akan dilakukan di kelas ketika proses

belajar mengajar antar siswa dan guru berlangsung. Data-data yang dicatat

adalah hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan, perbuatan, atau tingkah

52
laku siswa. Observasi yang digunakan ialah observasi tidak terstruktur, yaitu

observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang pelaksanaan

belajar mengajar atau tanpa instrumen yang telah baku.

H. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas menunjukan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukuran yang menyatakan hasil pengukuran atau

pengamatan yang ingin di ukur (Saifuddin Azwar, 2007: 5). Suharsimi

Arikunto (2006: 168) menyatakan validitas merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

instrumen dikatakan valid apabila memiliki validitas yang tinggi. Begitu

juga sebaliknya suatu instrumen dikatakan kurang valid apabila memiliki

validitas yang rendah. Selain itu, menurut Sugiyono (2010: 121) validitas

merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian

dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 212) terdapat dua macam

validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris dibagi menjadi dua yaitu

validitas konstruk dan validitas isi. Validitas dalam penelitian ini diuji

dengan menggunakan teknik pengujian validitas konstruk, karena instrumen

penelitian disusun berdasarkan teori yang relevan dan dirancang dengan

menggunakan kisi-kisi instrumen yang dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing sebagai ahli (expert judgement), kemudian di uji cobakan dan

53
dianalisis dengan analisis butir. Validitas digunakan dengan

mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total.

Teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

product moment dengan menggunakan fasilitas Computer Program SPSS

For Windows Seri 16.0. Hasil korelasi dalam uji ini kemudian dibandingkan

dengan nilai r tabel pada taraf signifikasi 0,05 dengan jumlah responden

sebanyak 32 siswa, maka diperoleh r tabel sebesar 0,349. Menurut Sugiyono

(2010: 179) bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan 0,349 maka faktor

tersebut memiliki construct yang kuat dan memiliki validitas yang baik.

Sebaliknya apabila korelasi tiap faktor tersebut 0,349 maka butir

instrumen itu tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan hasil ukur yang

mengandung makna kecermatan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2007: 4).

Sama halnya dengan Suharsimi Arikunto (2006: 178) mengatakan bahwa

reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau terpercayanya suatu instrumen.

Setiap alat pengukuran seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan

hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan skor yang

diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi

yang berbeda. Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk mencari

reliabilitas alat ukur tentang minat dan motivasi belajar adalah dengan

Alpha cronbach. Reliabilitas dianggap memuaskan apabila koefisiennya

54
mencapai 0.600, namun demikian, terkadang suatu koefisien yang tidak

setinggi itu masih bisa digunakan bersama-sama dengan skala lain dalam

suatu perangkat pengukuran (Saifuddin Azwar, 2007).

Saifuddin Azwar (2007: 83) menjelaskan bahwa reliabilitas instrumen

dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar 0 sampai 1.00,

dalam hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitasnya

mendekati 1,00 maka semakin tinggi realiabilitasnya. Sebaliknya jika

koefisiennya reliabilitas mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.

Reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui derajat keajegan skor yang

diperoleh oleh subjek penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama

dalam waktu dan kondisi yang berbeda. Sugiyono (2010: 257) juga

memberikan interpretasi koefisien korelasi dari reliabilitas instrumen yang

telah diketahui validitasnya. Interpretasi tersebut yaitu:

Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi


Interval koefisien rhitung Interpretasi
0,80 1,000 Reliabilitas sangat kuat
0,60 0,799 Reliabilitas kuat
0,40 0,599 Reliabilitas sedang
0,20 0,399 Reliabilitas rendah
0,00 0,199 Reliabilitas sangat rendah

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Hasil Uji Validitas

Hasil uji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Validitas


No r hitung r tabel Ket
Butir_1 0,784 0,349 Valid
Butir_2 0,784 0,349 Valid

55
Lanjutan Tabel 4

Butir_3 0,626 0,349 Valid


Butir_4 0,945 0,349 Valid
Butir_5 0,597 0,349 Valid
Butir_6 0,945 0,349 Valid
Butir_7 0,603 0,349 Valid
Butir_8 0,749 0,349 Valid
Butir_9 0,541 0,349 Valid
Butir_10 0,603 0,349 Valid
Butir_11 0,945 0,349 Valid
Butir_12 0,924 0,349 Valid
Butir_13 0,603 0,349 Valid
Butir_14 0,924 0,349 Valid
Butir_15 0,541 0,349 Valid
Butir_16 0,603 0,349 Valid
Butir_17 0,626 0,349 Valid
Butir_18 0,603 0,349 Valid
Butir_19 0,626 0,349 Valid
Butir_20 0,597 0,349 Valid

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat 20 butir soal

yang digunakan dalam uji coba instrumen ini dengan jumlah responden

sebanyak 32 siswa. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir

soal tersebut dinyatakan valid karena nilai r hitungnya lebih besar dari

nilai r tabel sebesar 0,349. Jadi, seluruh butir soal dalam penelitian ini

dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui bahwa nilai koefisien

reliabilitasnya sebesar 0,957. Artinya nilai sebesar 0,957 lebih besar dari

0,6; sehingga instrument dalam penelitian ini dapat dinyatakan reliabel dan

dapat melanjutkan kepenelitian tahap selanjutnya.

56
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal.

Untuk menguji normalitas digunakan dari kolmogorov Smirnov dengan

bantuan program komputer SPSS. Apabila probabilitas asymp.sig > 0,05

maka data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai asymp.sig < 0,05

maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2011: 29).

b. Uji Homogenitas

Bertujuan untuk mengetahui apakah variasinya homogen. Cara yang

digunakan untuk uji homogenitas adalah menggunakan uji F dengan

bantuan program komputer SPSS. Rumus yang akan digunakan, yaitu

uji-f menurut Nurgiyantoro (2010: 191-193) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

f = koefisien reliabilitas yang dicari

2 = variabel terbesar

2 = variabel terkecil

2. Uji Hipotesis

Untuk teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji

paired T test dengan taraf signifikan 5%. Rumus yang digunakan uji t

menurut Jerry R. Thomas and Jack K Nelsen (1996: 146) adalah:

57
t= D

(N D) - (D)

N-1

Keterangan :
t = student test (t test).
N = jumlah subyek penelitian.
D = jumlah skor posttest jumlah pretest.
(D) = hasil dari jumlah skor posttest jumlah skor pretest
dikuadratkan.

Kriteria pengujian dalam penelitian ini, dinyatakan hipotesis diterima

apabila nilai t hitung > dari t tabel, dan signifikansi < 0,05; sehingga

hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Sebaliknya apabila nilai t

hitung < dari t tabel, dan signifikansi > 0,05 maka hipotesis dalam penelitian

ini dapat dinyatakan di tolak. Untuk lebih jelasnya tentang prosedur

penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini :

58
Identifikasi masalah, pembatasan masalah

Tujuan penelitian

Kerangka berfikir

Penyusunan kisi-kisi instrumen

Instrumen

Validasi Instrumen

Validasi Instrumen

Pre-test

Menggunakan
Audiovisual dalam
pembelajaran Bahasa
Indonesia

Post- test

Analisis data hasil penelitian

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Komparasi

59
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar se-Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Uji instrumen akan dilakukan di SD

Muhammadiyah Tegalayang 1, Muhammadiyah Tegalayang 2, dan SD

Negeri Gumulan. Peserta didik berjumlah 28 siswa yang mempunyai

karakteristik yang relatif sama dengan subjek yang menjadi sampel

penelitian. Pemilihan didasarkan pada kesamaan penggunaan kurikulum,

latar belakang pendidikan guru, lokasi yang berdekatan, proses

pembelajaran, dan pengalaman guru mengampu bahasa Indonesia.

2. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) pengaruh yang

signifikan pada keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar

menggunakan media audiovisual dan (2) perbedaan pengaruh media

audiovisual dalam pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibanding

menggunakan metode konvensional (ceramah). Data-data dalam penelitian

ini diperoleh dari nilai pretest dan posttest tingkat keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yang diajar menggunakan metode konvensional dengan tingkat

60
keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media

audiovisual.

a. Data Pretest

Dalam penelitian ini data pretest diperoleh dari data tingkat

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan metode

konvensional. Data pretest terdiri dari 20 butir pertanyaan dengan jumlah

responden sebanyak 40 siswa. Terdapat dua alternatif jawaban dimana

jawaban tertinggi bernilai 1 dan jawaban terendah bernilai 0.

Berdasarkan data hasil pretest, diperoleh nilai terendah sebesar

11,00; nilai tertinggi sebesar 17,00; median sebesar 15,00; modus sebesar

16,00; mean sebesar 14,65 dan standar deviasi sebesar 1,94. Dari data

tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005: 29)

mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan

menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas

interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas.

Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu

jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau

responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 40 sehingga diperoleh

banyak kelas 1 + 3.3 log 40 = 6,28 dibulatkan menjadi 6. Rentang data

dihitung dengan rumus nilai maksimal nilai minimal, sehingga

61
diperoleh rentang data sebesar 17 11 = 6 Sedangkan panjang kelas

(rentang)/K = (6)/6 = 1.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Pretest


No. Interval f f (%)
1 16,5 - 17,5 7 17,5%
2 15,4 - 16,4 11 27,5%
3 14,3 - 15,3 6 15,0%
4 13,2 - 14,2 4 10,0%
5 12,1 - 13,1 4 10,0%
6 11,0 - 12,0 8 20,0%
Jumlah 40 100,0%
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pretest tingkat keterampilan

menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan metode konvensional di

atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut.

Pretest
14

12 11

10
8
Frekuensi

8 7
6
6
4 4
4

0
11-12 12,1-13,1 13,2-14,2 14,3-15,3 15,4-16,4 16,5-17,5
Interval
Gambar 4. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Pretest

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi

tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan

Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan

62
metode konvensional terletak pada interval 15,4-16,4 sebanyak 11 siswa

(17,5%) dan paling sedikit terletak pada interval 12,1-13,1 dan 13,2-14,2

masing-masing sebanyak 4 siswa (10,0%).

Pengkategorian data hasil pretest tingkat keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yang diajar menggunakan metode konvensional

menggunakan rumus dari Azwar (2011: 109) berdasarkan pada nilai

mean dan standar deviasi diatas yaitu sebagai berikut.

Tingi : X M + SD
Sedang : M SD X < M + SD
Rendah : X< M SD
Keterangan:
X : skor hasil pretest
M : mean
SD : standar deviasi
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas,

diketahui bahwa mean (M) sebesar 14,65 dan standar deviasi sebesar

1,94. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga

kategori sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil Kategori Pre-test


No. Interval Kategori Frekuensi Persentase (%) Kategori
1 X 16,59 7 17,5 Tinggi
2 12,71 X < 16,59 25 62,5 Sedang
3 X < 12,71 8 20,0 Rendah
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui pie chart

sebagai berikut:

63
Pretest

8 7
Tinggi
Sedang
25
Rendah

Gambar 5. Pie Chart Hasil Uji Kategorisasi Pada Pre-test

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa hasil

pre-test tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar

menggunakan metode konvensional berada pada kategori tinggi sebanyak

7 siswa (17,5%), kategori sedang sebanyak 25 siswa (62,5%), dan berada

pada kategori rendah sebanyak 8 siswa (20,0%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kecenderungan hasil pretest tingkat keterampilan

menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan metode konvensional

berada dalam kategori sedang (62,5%).

b. Data Posttest

Dalam penelitian ini data posttest diperoleh dari data tingkat

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media

audiovisual. Data posttest terdiri dari 20 butir pertanyaan dengan jumlah

responden sebanyak 40 siswa. Terdapat dua alternatif jawaban dimana

jawaban tertinggi bernilai 1 dan jawaban terendah bernilai 0.

64
Berdasarkan data hasil posttest, diperoleh nilai terendah sebesar

13,00; nilai tertinggi sebesar 20,00; median sebesar 18,00; modus sebesar

19,00; mean sebesar 17,65 dan standar deviasi sebesar 2,06. Dari data

tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005: 29)

mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dibuat dengan

menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas

interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas.

Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu

jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau

responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 40 sehingga diperoleh

banyak kelas 1 + 3.3 log 33 = 6,28 dibulatkan menjadi 6. Rentang data

dihitung dengan rumus nilai maksimal nilai minimal, sehingga

diperoleh rentang data sebesar 20 13 = 7. Sedangkan panjang kelas

(rentang)/K = (7)/6 = 1,1.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Posttest


No. Interval f f (%)
1 19,0 - 20,1 18 45,0%
2 17,8 - 18,9 6 15,0%
3 16,6 - 17,7 4 10,0%
4 15,4 - 16,5 3 7,5%
5 14,2 - 15,3 6 15,0%
6 13,0 - 14,1 3 7,5%
Jumlah 40 100,0%
Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil posttest tingkat keterampilan

menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah

65
Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media audiovisual di

atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut.

20
Postest
18
18
16
14
Frekuensi

12
10
8 6 6
6 4
4 3 3
2
0
13-14,1 14,2-15,3 15,4-16,5 16,6-17,7 17,8-18,9 19-20,1
Interval
Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Posttest

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi

tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan

Pandak Bantul Yogyakarta yang diajar menggunakan media audiovisual

terletak pada interval 19,0-20,1 sebanyak 18 siswa (45,0%) dan paling

sedikit terletak pada interval 13,0-14,1- dan 15,4-16,5 masing-masing

sebanyak 3 siswa (7,5%).

Pengkategorian data hasil posttest tingkat keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yang diajar menggunakan media audiovisual menggunakan

rumus dari Azwar (2011:109) berdasarkan pada nilai mean dan standar

deviasi diatas yaitu sebagai berikut.

Tinggi : X M + SD
Sedang : M SD X < M + SD

66
Rendah : X< M SD
Keterangan:
X : skor hasil pretest
M : mean
SD : standar deviasi
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas,

diketahui bahwa mean (M) sebesar 17,65 dan standar deviasi sebesar

2,07. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga

kategori sebagai berikut.

Tabel 8. Hasil Kategori Posttest


Persentase
No. Interval Kategori Frekuensi Kategori
(%)
1 X 19,72 9 22,5 Tinggi
2 15,58 X < 19,72 22 55,0 Sedang
3 X < 15,58 9 22,5 Rendah
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui pie chart

sebagai berikut:

Postest

9 9
Tinggi
Sedang
22 Rendah

Gambar 7. Pie Chart Hasil Uji Kategorisasi Pada Posttest

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa hasil

posttest tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar

67
menggunakan media audiovisual berada pada kategori tinggi sebanyak 9

siswa (22,5%), kategori sedang sebanyak 22 siswa (55,0%), dan berada

pada kategori rendah sebanyak 9 siswa (22,5%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kecenderungan hasil pretest tingkat tingkat

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media

audiovisual berada dalam kategori sedang (22,5%).

3. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data

Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan analisis data. Persyaratan

yang harus dipenuhi adalah uji normalitas dan uji homogenitas variansi.

Berikut ini adalah hasil dari uji normalitas dan uji homogenitas variansi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Data pada uji normalitas diperoleh dari hasil pretest

dan posttest. Uji normalitas dilakukan menggunakan bantuan komputer

program SPSS for windows 13.00 dengan rumus One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan berdistribusi normal apabila

nilai Zhitung lebih kecil dari Ztabel (1,96) atau signifikansi lebih besar dari

0,05 (P>0,05). Berikut adalah hasil uji normalitas data hasil pretest dan

posttest dalam penelitian ini.

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas


Variabel Zhitung P (Sig.) Ket
Pretest 1,306 0,066 Normal
Posttest 1,220 0,102 Normal

68
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil uji

normalitas pada pretest tingkat keterampilan menyimak cerita siswa

kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yang diajar menggunakan metode konvensional dan posttest tingkat

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media

audiovisual diketahui bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari Ztabel (1,96) dan

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau (p>0,05); sehingga dapat

disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Secara lengkap

perhitungan dapat dilihat pada lampiran uji normalitas.

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dimaksudkan untuk mengetahui apakah

sampel yang diambil dari populasi berasal dari variansi yang sama dan

tidak menunjukan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Dalam

penelitian ini, tes statistik yang digunakan adalah Uji F. Uji F adalah tes

yang dilakukan dengan membandingkan varian terbesar dan varian

terkecil. Syarat agar variansi bersifat homogen apabila nilai Fhitung lebih

kecil dari nilai Ftabel pada signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil

perhitungan uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan program

SPSS for windows 13.0 menunjukan bahwa Fh<Ft dan nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05; berarti data kedua kelompok tersebut bersiifat

homogen. Berikut adalah hasil uji homogenitas variansi data pretest dan

posttest.

69
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Variansi
Kelompok Db Fh Ft P(Sig.) Keterangan
Pretest
1: 78 0,202 3,963 0,655 Homogen
Post-test

Dari data di atas menunjukkan bahwa untuk data pre-test dan post-

test diketahui nilai Fhitung (Fh) lebih kecil dari Ftabel (Ft) dan nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05), artinya data pre- dan post-test

kedua kelompok tersebut bersifat homogen, sehingga memenuhi syarat

untuk dilakukan Uji-t.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berbunyi terdapat

perbedaan pengaruh positif dan signifikan penggunaan media

audiovisual terhadap efektifitas pembelajaran. Bahwa penggunaan media

audiovisual lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran secara

konvensional. Untuk pengujian hipotesis, langkah yang dilakukan

adalah menganalisis hasil uji-t. Kriteria hipotesis akan diterima apabila

harga thitung lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 5%, dan

signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini

dapat diterima.

Tabel 11. Hasil Uji Paired Test (Uji T)


Kelompok Mean thitung ttabel Sig. Keterangan
Pretest 14,65 Thitung>ttabel
12,353 2,042 0,000
Posttest 17,65 (signifikan)

70
Dari tabel di atas, hasil analisis data diketahui bahwa nilai thitung

sebesar 12,353 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai

thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5%,

sehingga diperoleh ttabel sebesar 2,042. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

thitung lebih besar dari pada ttabel (12,353>2,042). Apabila dibandingkan

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05

(0,000<0,05), maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima.

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media

audiovisual terhadap efektifitas pembelajaran keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Selanjutnya, untuk melihat keefektifan tingkat keterampilan

menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan metode konvensional

dan tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar

menggunakan media audiovisual ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata

dimana diketahui bahwa nilai rata-rata pada pretest sebesar 14,65 dan

nilai rata-rata pada posttest sebesar 17,65. Artinya, media audiovisual

lebih efektif diterapkan untuk meningkatkan keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yang ditunjukkan dari nilai rata-rata pada posttest lebih

besar dari pada pada pretest (17,65>14,65). Besarnya peningkatan

71
tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan

Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan

metode konvensional dan tingkat keterampilan menyimak cerita siswa

kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yang diajar menggunakan media audiovisual sebesar 3,00. Artinya media

audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa

kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD Di


Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Diajar
Menggunakan Media Audiovisual

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan penggunaan media audiovisual terhadap efektifitas

pembelajaran keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini

ditunjukkan dari nilai nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (12,353>2,042),

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05

(0,000<0,05).

Media audiovisual adalah sarana atau media yang utuh untuk

mengkolaborasi bentuk-bentuk visual dengan audio. Media audiovisual

merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara,

yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang melihatnya.

Jadi, pengajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan

materi yang penerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak

72
seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang

serupa.

Pembelajaran menggunakan media audiovisual membuat

pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga motivasi anak lebih

meningkat dan mampu menghilangkan kejenuhan. Siswa lebih banyak

melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, mendengar dan melakukan

demonstrasi. Mampu melatih taraf berpikir anak dari yang konkret ke

abstrak, dari berpikir sederhana ke berpikir yang komplek dan siswa

mampu menghubungkan pesan visual dengan pengalaman-pengalamannya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Ali Mahsun (2010) yang berjudul Pengaruh penerapan media

audiovisual dalam pembelajaran bercerita di MI Perguruan Muallimat

Cukir Jombang pada Program Studi Pendidikan Dasar Pasca Sarjana

Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

media audiovisual VCD cerita lebih berpengaruh dibandingkan dengan

media konvensional dalam pembelajaran bercerita, (2) terdapat perbedaan

kemampuan bercerita siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok

eksperimen dan kontrol, (3) terdapat interaksi variabel jenis kelamin

dengan media yang digunakan.

2. Perbedaan Pengaruh Media Audiovisual Dalam Pembelajaran


Keterampilan Menyimak Cerita Dibanding Menggunakan Metode
Konvensional (Ceramah) Dalam Meningkatkan Keterampilan
Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta)
Berdasarkan pengujian hipotesis hasil nilai rata-rata diketahui bahwa

nilai rata-rata pada pretest sebesar 14,65 dan nilai rata-rata pada posttest

73
sebesar 17,65. Artinya, media audiovisual lebih efektif diterapkan untuk

meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di

Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ditunjukkan

dari nilai rata-rata pada posttest lebih besar dari pada pada pretest

(17,65>14,65). Besarnya peningkatan tingkat keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yang diajar menggunakan metode konvensional dan tingkat

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang diajar menggunakan media

audiovisual sebesar 3,00. Artinya media audiovisual dapat meningkatkan

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Keterampilan adalah kesanggupan dimana seseorang dapat

melakukan sesuatu dengan kekuatan serta kecakapan yang dimilikinya.

Begitu pula dengan keterampilan menyimak cerita. Dalam pembelajaran

menyimak cerita guru biasa menggunakan metode konvensional. Metode

konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru.

Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena

guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Dalam

suatu kelas yang dilaksanakan pembelajaran secara konvensional, guru

berperan sebagai pusat dan pengatur kegiatan.

Masalah yang umum timbul dari penerapan metode pembelajaran

konvensional yaitu kurang efektif, siswa lebih pasif, dan kemampuan

74
bekerja sama dari siswa rendah. Oleh karena itu, agar menarik minat siswa

dalam menyimak cerita, lebih efektif dengan penggunaan media

pembelajaran, yakni media auidovisual. Penggunaan media audiovisual

dapat menyajikan objek baik secara audio (suara) dan visual (gambar)

sehingga siswa dapat langsung menyerap materi pelajaran. Keefektifan

media audiovisual terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa akan

terlihat dari selisih nilai pretes (sebelum penggunaan media) dan nilai

postes (setelah penggunaan media).

Media audio visual merupakan media yang efektif dalam

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita anak. Efektivitas

pembelajaran menulis cerita anak melalui penggunaan media audio visual

dapat dilihat dari peningkatan kemampuan menulis cerita anak baik dalam

tingkat ketuntasan maupun nilai rata-rata kelas.

Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa penggunaan media

audiovisual efektif digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak

cerita. Selain itu, siswa juga memberikan respon yang lebih baik dalam

mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan pengajaran tanpa

menggunakan media audiovisual.

75
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media audiovisual terhadap

efektifitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak

cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar dari pada ttabel

(12,353>2,042), dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf

signifikansi 0,05 (0,000<0,05).

2. Terdapat perbedaan pengaruh media audiovisual dalam pembelajaran

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Di Kecamatan Pandak

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibanding menggunakan metode

konvensional. Hal ini ditunjukkan dari perbandingan nilai rata-rata pretest

dan posttest, dimana nilai rata-rata pada posttest lebih besar dari pada pada

pretest (17,65>14,65) dengan gain score (peningkatan) sebesar 3,000.

Artinya, penggunaan media audiovisual lebih efektif dibandingkan

menggunakan metode konvensional (ceramah) pada pembelajaran Bahasa

Indonesia dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V

SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

76
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas

maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa disarankan agar dapat meningkatkan keterampilan menyimak

cerita berdasarkan materi yang sudah diberikan oleh pihak sekolah maupun

sumber belajar lainnya seperti internet, buku, dan sebagainya, sehingga hasil

belajar dapat dicapai dengan maksimal.

2. Bagi Guru

Guru diharapkan mampu melanjutkan penggunaan media audiovisual

dan mampu memvariasikan media audiovisual dalam proses pembelajaran

Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita sesuai dengan kondisi

peserta didik.

3. Bagi Sekolah

Pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi dan mendukung

pengembangan media pembelajaran, mengingat pentingnya dan bergunanya

media dalam proses belajar mengajar karena dapat membantu peserta didik

dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya dan sebagai

bahan referensi untuk melanjutkan penelitian. Hal ini perlu dilakukan agar

proses pembelajaran dimasa-masa selanjutnya bisa lebih inovatif dan

berkembang sesuai dengan kemajuan zaman yang semakin modern.

77
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Abdul Azis. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

__________. 2002. Mendidik Dengan Cerita. Bandung: Remaja.

Abuddin Nata, 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta.


Kencana Prenada Media Group.

Ahmad Rohani HM dan Abu Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:


Gema Insan Pers.

Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta Erlangga.

Ali Mahsun. 2010. Pengaruh penerapan media audiovisual dalam pembelajaran


bercerita di MI Perguruan Muallimat Cukir Jombang. Thesis. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Amir Hamzah Sulaiman. 1985. Media Audio Visual untuk Pengajaran


Pengarahan dan Penyuluhan. Jakarta: P.T Gramedia.

Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Burhan Nurgiyantoro. 2010. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta: BPFE UGM.

Dani Suci Arini. 2011. Pengaruh Keefektifan Media Komik terhadap


Keterampilan Bercerita siswa kelas V SD N Tegalpanggung Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: FIP.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang
Press.

Desmita, R. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Djamarah, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

78
Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar
Bahasa. Jakarta: Indeks.

Felicia, Cynthia A. 2005. Developing Character Through Reading Incorporating


Character Education into Curriculum. Mimeograf, EDU.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goleman, Daniel. 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan).


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Heinich, Robert, et. Al. 1996. Instructional media and technologies for learning
5 d). New Jersey : Simon & Schuster Company Engelewood Cliffs.

Herman Harry. 1991. Animasi. Yogyakarta: Multi Media Training Center.

Hujair AH. Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania


Press.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kokom Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.


Bandung: PT Refika Aditama.

Mukminan. 2009. Handout Mata Kuliah Strategi Pembelarajan Di Jurusan


Geografi. Yogyakarta: FISE.

Nana Sudjana & Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Bumi Aksara.

Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nurgiyantoro. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Oemar Hamalik. 1995. Dasar Motivasi. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

79
Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Riduwan dan Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta.

Rinanto Andre. 1982. Peranan Media Audio Visual dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Yayasan Kanesius.

Rini Afiati. 2009. Efektifitas media komputer dan audio cassette recorder dalam
pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02
Kebondalem Kabupaten Pemalang. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Saifuddin Azwar. 2007. Sikap Manusia. Teori Dan Pengukurannya. Edisi ke-2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santrock, J.W. 2007. Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Semiawan, Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah


Dasar. Jakarta: PT Index.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

_________. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, Alfabeta.


Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

__________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

__________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sutari, dkk. 1997. Menyimak. Jakarta: Departemenan Pendidikan dan


Kebudayaan.

Suwarto dan Slamet. 2007. Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup Universitas


Pendidikan Indonesia.

80
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk


Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tarigan, Dj. 1983. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I Universitas


Terbuka. Jakarta: Depdikbud.

Thomas, Jerry R and Nelson, Jack K. 2001. Research Methods in Physical


Activity. United States of America: Human Kinetics Publisher.

Tompkins, GE & Hoskisson, K. 1991. Language Art. New York: Macmillan


Publishing Company.

81
PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA PADA KETERAMPILAN MENYIMAK
CERITA SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN
PANDAK BANTUL YOGYAKARTA

PEDOMAN OBSERVASI

1. Situasi dan kondisi sekolah.

2. Situasi dan kondisi siswa.

3. Situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

4. Mengamati proses pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada

keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD di Kecamatan Pandak

Bantul Yogyakarta tanpa menggunakan media audiovisual.

5. Mengamati dampak penggunaan media audiovisual pada proses

pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan

menyimak cerita siswa kelas V SD di Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta.

6. Mengamati penggunaan media audiovisual pada proses pembelajaran dalam

pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita siswa

kelas V SD di Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta.

82
PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA PADA KETERAMPILAN MENYIMAK
CERITA SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN
PANDAK BANTUL YOGYAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA GURU

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan :
4. Hari, tanggal :

B. Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual

pernah diterapkan di sekolah ini?

2. Jenis media tersebut apa saja?

3. Bagaimanakah respon siswa ketika proses pembelajaran dilakukan tanpa

menggunakan media audiovisual?

4. Bagaimanakah respon siswa ketika proses pembelajaran dilakukan

menggunakan media audiovisual?

5. Bagaimana proses pembelajaran tanpa mengunakan media?

6. Bagaimana dampak penggunaan media audiovisual terhadap proses

pembelajaran siswa?

7. Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual?

8. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat dalam melaksanakan proses

pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual?

9. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

83
PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA PADA KETERAMPILAN MENYIMAK
CERITA SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN
PANDAK BANTUL YOGYAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan :
4. Hari, tanggal :

B. Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat adik tentang pembelajaran dengan menggunakan media

audiovisual?

2. Apa sajakah yang adik peroleh melalui pembelajaran dengan dengan

menggunakan media audiovisual?

3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual lebih menarik?

Mengapa?

4. Bagaimana pendapat adik tentang guru bidang studi bahasa Indonesia?

5. Bagaimana pendapat adik tentang cara Bapak / Ibu mengajar mata pelajaran

bahasa Indonesia dengan menggunakan media audiovisual?

6. Menurut adik apakah pemilihan media tersebut sudah tepat?

7. Kesulitan apa sajakah yang adik temui saat pembelajaran dengan menggunakan

media audiovisual?

8. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang adik hadapi, saran adik seperti apa?

84
DATA LOKASI PENELITIAN

SD MUHAMMADIYAH TEGALAYANG 1

No. Nama

1. Agilmas
2. Amelia
3. Annisa
4. Arya
5. Asih
6. Cicilia
7. Desta
8. Fadila
9. Fai
10. Fairuz
11. Fara
12. Fatma
13. Fauzi
14. Haliza
15. Herla
16. Kanaya
17. Makmun
18. Muh. Iksan
19. M. Zacky
20. Nur Rahman
21. Raeykhin
22. Riski Ferdi
23. Rizal
24. Toni
25. Udin
26. Wisnu
27. Yuli
28. Yoga
SD

85
MUHAMMADIYAH TEGALAYANG 2

No. Nama

1. Akhmad
2. Andina
3. Anggi
4. Anthesa
5. Bintang
6. Dika
7. Fadhalan
8. Fadhilah
9. Fahmi
10. Hartedinur
11. Helarion
12. Mashudi
13. Mei Kusuma
14. Prayudha
15. Titik
16. Vauzia

86
SD TUNJUNGAN

No. NAMA
1. Dani Fahlul Rahman
2. Ahmat Taufiq Restu Jaya
3. Feri Triyani
4. Arvina Kurniasari
5. Bintang Bangun Budi Susilo
6. Malika Yesha Maurani
7. Septira Nisa Andriani
8. Muhammad Iqbal Prihanto
9. Wahyu Toyyibah
10. Satria Krisna Aji
11. Aida Mahani
12. Tri Fery Gunawan
13. Ibnu Adha Salsabilah
14. Andhana Warih Atibrata
15. Anata Ramadani

87
SD GUMULAN

NAMA
xdeNo.
1. Hidayah Nur Wahid
2. Mukhlis Fahrudin
3. Fredian Edwin Pratama
4. Muhammad Ardiansyah
5. Tri Hartanto
6. Rizqi Wijayanto
7. Azka Intan Firsta
8. Fadhilah Nuraini Wibawa
9. Shifa Nabilla Rahmawati
10. Selvi Catur Anggita
11. Radite Tejo Kesumo
12. Dwi Pradana
13. Loeiz Agun Nandyto
14. Satria Galih Ramadhoni
15. Ajeng Dafiq Muslichah
16. Tri Ambarwati
17. Feriyan Nanda Kurniawan
18. Reni Dwi Lestari
19. Putri Deby Amelia Sari
20. Putra Brendy Alfana Sari

88
DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jml
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
6 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 5
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
9 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 7
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
15 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 14
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
17 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 7
18 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
21 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 5

89
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
24 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 7
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
30 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 14
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

90
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 32 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 32 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,957 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Butir_1 16,5000 22,581 ,784 ,954
Butir_2 16,5000 22,581 ,784 ,954
Butir_3 16,3750 23,984 ,626 ,956
Butir_4 16,4375 22,448 ,945 ,951
Butir_5 16,4375 23,609 ,597 ,956
Butir_6 16,4375 22,448 ,945 ,951
Butir_7 16,3438 24,362 ,603 ,956
Butir_8 16,5000 22,710 ,749 ,954
Butir_9 16,4063 23,991 ,541 ,957
Butir_10 16,3438 24,362 ,603 ,956
Butir_11 16,4375 22,448 ,945 ,951
Butir_12 16,5000 22,065 ,924 ,951
Butir_13 16,3438 24,362 ,603 ,956
Butir_14 16,5000 22,065 ,924 ,951
Butir_15 16,4063 23,991 ,541 ,957
Butir_16 16,3438 24,362 ,603 ,956
Butir_17 16,3750 23,984 ,626 ,956
Butir_18 16,3438 24,362 ,603 ,956
Butir_19 16,3750 23,984 ,626 ,956
Butir_20 16,4375 23,609 ,597 ,956

91
DATA PENELITIAN
(PRETEST)

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jml
1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 13
2 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 11
3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
4 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 14
5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
6 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15
7 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 12
8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17
10 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13
11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17
12 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 15
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17
14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 15
16 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 12
17 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 13
18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17
19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

92
20 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 14
21 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 11
22 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17
23 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 14
24 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16
25 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16
26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
27 0 0 2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15
28 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17
29 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 11
30 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 14
31 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 15
32 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 12
33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
34 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 13
35 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 12
36 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 15
37 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17
38 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 12
39 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16
40 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

93
DATA PENELITIAN
(POSTEST)

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jml
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 15
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 18
7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
10 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 15
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 17
13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18
15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
16 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 13
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19
19 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 16

94
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16
21 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 15
22 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
23 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 15
24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 15
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 14
30 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
32 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
34 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 16
35 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 15
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
37 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
38 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18
39 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

95
RANGKUMAN DATA PENELITIAN
No PRETEST POSTEST
1 13 17
2 11 15
3 16 20
4 14 19
5 16 19
6 15 18
7 12 17
8 16 19
9 17 20
10 13 15
11 17 20
12 15 17
13 17 19
14 16 18
15 15 19
16 12 13
17 13 19
18 17 19
19 16 16
20 14 16
21 11 15
22 17 19
23 14 15
24 16 18
25 16 20
26 16 20
27 15 15
28 17 20
29 11 14
30 14 14
31 15 20
32 12 17
33 16 18
34 13 16
35 12 15
36 15 20
37 17 19
38 12 18

96
39 16 18
40 16 20
MEAN 14,650 17,650
GAIN SCORE 3,000

97
HASIL UJI DESKRIPTIF

Statistics

Pretest Postest
N Valid 40 40
Missing 0 0
Mean 14,6500 17,6500
Median 15,0000 18,0000
Mode 16,00 19,00a
Std. Deviation 1,94211 2,06993
Minimum 11,00 13,00
Maximum 17,00 20,00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

98
PERHITUNGAN KELAS INTERVAL

1. PRETEST

Min 11,0 No. Interval f f (%)


Max 17,0 1 16,5 - 17,5 7 17,5%
R 6,00 2 15,4 - 16,4 11 27,5%
N 40 3 14,3 - 15,3 6 15,0%
K 1 + 3.3 log n 4 13,2 - 14,2 4 10,0%
6,286797971 5 12,1 - 13,1 4 10,0%
6 6 11,0 - 12,0 8 20,0%
P 1,0000 Jumlah 40 100,0%
1

Pretest
14

12 11

10
8
Frekuensi

8 7
6
6
4 4
4

0
11-12 12,1-13,1 13,2-14,2
Interval 14,3-15,3 15,4-16,4 16,5-17,5

99
2. POSTEST

Min 13,0 No. Interval f f (%)


Max 20,0 1 19,0 - 20,1 18 45,0%
R 7,00 2 17,8 - 18,9 6 15,0%
N 40 3 16,6 - 17,7 4 10,0%
K 1 + 3.3 log n 4 15,4 - 16,5 3 7,5%
6,286797971 5 14,2 - 15,3 6 15,0%
6 6 13,0 - 14,1 3 7,5%
P 1,1667 Jumlah 40 100,0%
1,1

Postest
20
18
18
16
14
12
Frekuensi

10
8
6 6
6
4
4 3 3
2
0
13-14,1 14,2-15,3 15,4-16,5 16,6-17,7 17,8-18,9 19-20,1
Interval

100
RUMUS PERHITUNGAN KATEGORISASI

PRETEST

MEAN = 14,650
SD = 1,942

Tinggi : X M + SD
Sedang : M SD X < M + SD
Rendah : X < M SD

Kategori Skor
Tinggi : X 16,59
Sedang : 12,71 X < 16,59
Rendah : X < 12,71

POSTEST

MEAN = 17,650
SD = 2,070

Tinggi : X M + SD
Sedang : M SD X < M + SD
Rendah : X < M SD

Kategori Skor
Tinggi : X 19,72
Sedang : 15,58 X < 19,72
Rendah : X < 15,58

101
RANGKUMAN HASIL UJI KATEGORISASI
NO PRETEST KTG POSTEST KTG
1 13 Sedang 17 Sedang
2 11 Rendah 15 Rendah
3 16 Sedang 20 Tinggi
4 14 Sedang 19 Sedang
5 16 Sedang 19 Sedang
6 15 Sedang 18 Sedang
7 12 Rendah 17 Sedang
8 16 Sedang 19 Sedang
9 17 Tinggi 20 Tinggi
10 13 Sedang 15 Rendah
11 17 Tinggi 20 Tinggi
12 15 Sedang 17 Sedang
13 17 Tinggi 19 Sedang
14 16 Sedang 18 Sedang
15 15 Sedang 19 Sedang
16 12 Rendah 13 Rendah
17 13 Sedang 19 Sedang
18 17 Tinggi 19 Sedang
19 16 Sedang 16 Sedang
20 14 Sedang 16 Sedang
21 11 Rendah 15 Rendah
22 17 Tinggi 19 Sedang
23 14 Sedang 15 Rendah
24 16 Sedang 18 Sedang
25 16 Sedang 20 Tinggi
26 16 Sedang 20 Tinggi
27 15 Sedang 15 Rendah
28 17 Tinggi 20 Tinggi
29 11 Rendah 14 Rendah
30 14 Sedang 14 Rendah
31 15 Sedang 20 Tinggi
32 12 Rendah 17 Sedang
33 16 Sedang 18 Sedang
34 13 Sedang 16 Sedang
35 12 Rendah 15 Rendah
36 15 Sedang 20 Tinggi

102
37 17 Tinggi 19 Sedang
38 12 Rendah 18 Sedang
39 16 Sedang 18 Sedang
40 16 Sedang 20 Tinggi

103
HASIL UJI KATEGORISASI

Frequency Table

Pretest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 7 17,5 17,5 17,5
Sedang 25 62,5 62,5 80,0
Rendah 8 20,0 20,0 100,0
Total 40 100,0 100,0

Postest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 9 22,5 22,5 22,5
Sedang 22 55,0 55,0 77,5
Rendah 9 22,5 22,5 100,0
Total 40 100,0 100,0

104
HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Postest
N 40 40
Normal Parametersa,b Mean 14,6500 17,6500
Std. Deviation 1,94211 2,06993
Most Extreme Absolute ,207 ,193
Differences Positive ,114 ,128
Negative -,207 -,193
Kolmogorov-Smirnov Z 1,306 1,220
Asymp. Sig. (2-tailed) ,066 ,102
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

HASIL UJI HOMOGENITAS

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Pretest_Postest
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,202 1 78 ,655

105
HASIL UJI PAIRED T TEST

T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Pretest 14,6500 40 1,94211 ,30707
1 Postest 17,6500 40 2,06993 ,32728

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & Postest 40 ,709 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Pretest - Postest -3,00000 1,53590 ,24285 -3,49120 -2,50880 -12,353 39 ,000

106
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MODEL SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP)

Satuan Pendidikan : SD Negeri Tunjungan, Pandak, Bantul

Kelas/Semester : V/II

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Hari/Tanggal : Sabtu/22 Maret 2014

Keterampilan : Menyimak Cerita

Alokasi Waktu : 2x35 menit

A. Standar Kompetensi
Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan
secara lisan.
B. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
- Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
- Menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita.
- Menemukan nilai-nilai dari tokoh-tokoh yang ditonton, didengarkan (film)
b. Afektif
- Menghargai pendapat teman lain dengan baik.
c. Psikomotor
- Mencatat hal-hal penting.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Setelah mendengarkan cerita siswa dapat:
- Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
- Menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita.
- Menemukan nilai-nilai dari tokoh-tokoh yang ditonton, didengarkan (film)

107
E. Materi Pokok Pembelajaran
Cerita Rakyat Anak (Cerita Pendek)

F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah Bervariasi
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan Waktu
(menit)
1. Kegiatan Awal 5
a. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
b. Guru melakukan presensi.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
d. Apersepsi: guru menghubungkan pengetahuan dengan
memberikan beberapa pertanyaan sebelum memulai pelajaran.

2. Kegiatan Inti 45
Eksplorasi
a. Guru memberikan soal pretest kepada siswa.
b. Guru menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam cerita.
c. Guru menyiapkan LCD, laptop, dan speaker.
d. Siswa menyimak pemutaran film cerita rakyat.
Elaborasi
a. Siswa mencatat hal-hal yang penting yang ada dalam cerita.
b. Guru menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita.
Konfirmasi
a. Guru memberikan penekanan pada hal-hal yang belum dimengerti
siswa.
b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru.

3. Kegiatan Akhir 20
a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b. Guru memberikan soal posttest.
c. Siswa mengerjakan soal posttest.
d. Guru memberikan pesan moral untuk siswa.
e. Guru mengucapkan salam.

108
H. Alat dan Sumber Bahan
1. Alat
a. LCD
b. Laptop
c. Speaker
d. Video CD
2. Sumber Bahan
a. Silabus KTSP 2006
b. BSE Bahasa Indonesia kelas 5
I. Penilaian
1. Penilaian Kognitif ( Pretest )
a. Teknik Penilaian
Tes uraian
b. Rubrik Penilaian
No Soal Skor

1. Soal ke 1 25
2. Soal ke 2 25
jumlah 50
Nilai = Jumlah skor x

2. Penilaian Kognitif ( Post test )


a. Teknik Penilaian
Tes Pilihan Ganda
b. Rubrik Penilaian
No Soal Skor

1. Soal ke 1 1
2. Soal ke 2 1
3. Soal ke 3 1
4. Soal ke 4 1
5. Soal ke 5 1
6. Soal ke 6 1
7. Soal ke 7 1
8. Soal ke 8 1
9. Soal ke 9 1
10. Soal ke 10 1
11. Soal ke 11 1
12. Soal ke 12 1
13. Soal ke 13 1
14. Soal ke 14 1
15. Soal ke 15 1
16. Soal ke 16 1

109
Lanjutan Rubrik Penilaian

17. Soal ke 17 1
18. Soal ke 18 1
19. Soal ke 19 1
20. Soal ke 20 1
Jumlah 20
Nilai = Jumlah Skor x 5

3. Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )


Kriteria ketuntasan yang harus dicapai siswa minimal 75

Yogyakarta, 22 Maret 2014

Menyetujui Menyetujui

Guru Kelas V Praktikan,

Paina, S. Pd.Sd Septiana Utaminingrum

NIP. 19590208 198012 1 003 NIM. 08108244083

Mengetahui

Kepala Sekolah

Sri Nuryani Samsiatun M, S. Pd


NIP. 19711221 199606 2 001

110
Lampiran Materi

MALIN KUNDANG

Dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra Barat
tepatnya di desa air manis. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak laki-laki
yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang memprihatinkan,
sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang
luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan,
dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung
halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.

Malin kecil termasuk anak yang cerdas, aktif, dan suka membantu ibunya meski
terkadang Malin masih bersikap manja. Suatu hari ketika Malin pergi kehutan bersama ibunya
untuk mencari ranting kayu tiba-tiba Malin bertemu dengan seekor monyet dan burung, mereka
bersepakat untuk berteman. Malin memberi nama si monyetnya cerdas dan burungnya si beo.
Malin, cerdas, dan beo sering bermain-main bersama. Suatu hari ketika Malin akan membantu
ibunya, ia tersandung dan terbentur pelipis kepalanya (kening) terkena batu. Luka tersebut
menjadi berbekas di pelipis kepalanya dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa, Malin kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting
tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri
seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi
seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan Rahmat seorang perantau yang dulunya
miskin sekarang sudah menjadi saudagar kaya. Malin Kundang mengutarakan maksudnya
kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin, tetapi karena ia terus
mendesak ibu akhirnya beliau menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan
bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibu,
cerdas, dan beo. Malin memutuskan untuk mengajak si beo sedangkan si cerdas menemani
ibunya. Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau
lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, nak, ujar ibu Malin sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan sang ibu.
Selama berada di kapal, Malin banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang
sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin terserang badai
laut kapalnya tenggelam, beruntung Malin bisa selamat dan terdampar di sebuah pantai. Malin
bertemu dengan saudagar kaya dan putrinya yang cantik, dia diajak bekerja untuk si saudagar
kaya tersebut. Pada suatu hari saudagar kaya tersebut jatuh sakit dan meninggal, akhirnya Malin
menikah dengan putrinya yang cantik dan mewarisi kekayaan ayahnya. Malin hidup bahagia
dengan putri cantik sedangkan ibunya hidup bersusah payah.

111
Pada suatu ketika Malin dan istrinya melakukan pengiriman barang dengan menaiki
kapal besar dan bagus ke suatu desa terpencil yang tak lain adalah kampung halamannya. Setelah
sampai di dermaga ia pun turun dari kapalnya. Ibu Malin juga melihatnya, setelah cukup dekat,
ibunya melihat bekas luka di pelipis tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati
adalah Malin Kundang. Malin tidak mau mengakui anak dari ibu yang miskin dan tua renta, ia
mendorong ibunya hingga terjatuh. Ibunya sangat bersedih dan sakit hati karena Malin menjadi
sombong dan takabur, dan akhirnya ibunya mengutuk Malin menjadi batu.

Berikut ini unsur-unsur intrinsik cerpen.


1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita.
2. Alur (Plot)
Alur adalah jalan cerita sebuah karya sastra. Secara garis besar urutan tahapan alur dalam
sebuah cerita antara lain: perkenalan pemunculan masalah (konflik) peningktan
masalah puncak masalah (klimaks) penurunan masalah (peleraian) penyelesaian.
3. Latar (setting)
Jika membahas tentang latar atau setting ini berarti menyangkut tentang tempat, waktu, dan
suasana dalam sebuah cerita.
4. Tokoh
Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerita kita mengenal tokoh baik
(protagonis) dan tokoh jahat (antagonis) serta tokoh utama dan tokoh tambahan atau
sampingan.
5. Penokohan
Penokohan ialah penggambaran watak tokoh yang ada di dalam sebuah cerita.
6. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang ini ada berbagai macam. Ada sudut pandang orang pertama dan sudut
pandang orang ketiga.
7. Amanat
Amanat ialah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

112
Lampiran Soal

Soal Pretest dan Postest

Nama :

Kelas :

Pilihlah A, B, C atau D untuk jawaban yang benar!

1. Cerita rakyat Malin Kundang berasal dari daerah . . . . .


A. Sumatera utara C. Sumatera barat
B. Sumatera selatan D. Sulawesi barat
2. Pekerjaan ayah Malin adalah . . . . .
A. Petani C. Pedagang
B. Nelayan D. Nahkoda
3. Ayah, ibu, dan Malin tinggal di desa yang bernama. . . . .
A. Air manis C. Anggur manis
B. Arum manis D. Lenggang manis
4. Biasanya ibu dan malin pergi kehutan untuk mencari . . . . .
A. Ilalang C. Jamur
B. Kelapa D. Ranting kayu
5. Saat Malin dan ibunya pergi kehutan, Malin bertemu dengan . . . . .
A. Kelinci dan katak C. Ayam dan kelinci
B. Monyet dan burung D. Buaya dan ayam
6. Malin memberi nama monyet kesayangannya adalah . . . . .
A. Koko C. Cerdas
B. Ulung D. Pandai
7. Pada saat Malin membantu ibunya, ia terjatuh dan terbentur di bagian . . . . .
A. Kening (pelipis kepala) C. Dagu
B. Lengan D. Pipi
8. Malin ingin pergi merantau karena ajakan dari . . . . . seorang perantau yang miskin dan
menjadi kaya.

113
A. Razaq C. Rizki
B. Rahmat D. Roby
9. Dari salah satu temannya Malin memilih . . . . .untuk menemaninya merantau.
A. Si Beo C. Ibu Malin
B. Si Cerdas D. Ayah Malin
10. Pada akhir cerita Malin dikutuk menjadi . . . . .
A. Monyet C. Pasir
B. Kayu D. Batu
11. Lawan kata miskin adalah . . . . .
A. Sombong C. Kaya
B. Kikir D. Sopan
12. Malin tidak mau mengakui anak dari ibu yang miskin dan tua renta, ia . . . . . ibunya
hingga terjatuh.
A. Menggendong C. Memukul
B. Memeluk D. Mendorong
13. Malin bisa menjadi kaya karena bertemu dengan . . . . .
A. Rahmat C. Saudagar Kaya
B. Ayahnya D. Nahkoda kapal
14. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Setelah sampai di . . . . . ia pun turun dari kapalnya.
A. Dermaga C. Kota
B. Pantai D. Desa
15. Ibu malin mempunyai sifat . . . .kecuali
A. Jahat C. Rajin
B. Ramah D. Penyayang
16. Tokoh antagonis dalam cerita Malin Kundang adalah . . . . .
A. Ibu Malin C. Beo
B. Malin D. Si Cerdas
17. Tokoh utama dalam cerita rakyat Malin Kundang adalah . . . . .
A. Ibu Malin C. Malin
B. Beo D. Rahmat

114
18. Pernyataan berikut ini yang sesuai dengan isi cerita Malin Kundang adalah . . . . .
A. Malin Kundang adalah anak yang jujur dan tidak sombong.
B. Ibu Malin tidak mau menemui anaknya.
C. Sebenarnya Malin orang yang baik, tetapi ia jadi lupa diri setelah memiliki harta yang
banyak.
D. Karena merasa senang setelah bertemu anaknya, Ibu Malin pulang dengan perasaan
bahagia.
19. Cerita Malin Kundang bertema tentang . . . . .
A. Moral C. Pendidikan
B. Ekonomi D. Pahlawan
20. Ide atau gagasan pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita disebut . . .
A. Amanat C. Latar
B. Alur D. Tema

115
Kunci Jawaban (soal pretest dan posttest)
1. C
2. B
3. A
4. D
5. B
6. C
7. A
8. B
9. A
10. D
11. C
12. D
13. C
14. A
15. A
16. B
17. C
18. C
19. A
20. D

116
DOKUMENTASI

117
118
119
SURAT IJIN PENELITIAN

120
121
122

You might also like