Lap - akhirPKM UNS PKM-PE AnisaNurraudah

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Karakterisasi, Modeling dan Replikasi Sayap Kupu-kupu Blue Morpho


Didius Secara In Situ Sebagai Biotemplate TiO2 Nanopartikel dalam
Optimalisasi Kerja Dye-Syntesized Solar Cell (DSSC)
BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN
Disusun oleh:

Anisa Nurraudah (K3314004/2014)

Nurrudin Mahmud Zinki (K3314038/2014)

Warih Purwendah (K3315060/2015)

Satria Aji Wicaksana (K3315054/2015)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2017
LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Karakterisasi, Modeling dan Replikasi Sayap Kupu-kupu Blue Morpho


Didius Secara In Situ Sebagai Biotemplate TiO2 Nanopartikel dalam
Optimalisasi Kerja Dye-Syntesized Solar Cell (DSSC)
BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN
Disusun oleh:

Anisa Nurraudah (K3314004/2014)

Nurrudin Mahmud Zinki (K3314038/2014)

Warih Purwendah (K3315060/2015)

Satria Aji Wicaksana (K3315054/2015)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2017

i
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Daftar Isi iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Rumusan Masalah 1
1.3.Tujuan Penelitian 2
1.4.Urgensi Penelitian 2
1.5.Target dan Kontribusi Penelitian 2
1.6.Manfaat Penelitian 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dye-sensitized solar cell (DSSC) 3
2.2. Kupu-kupu Blue Morpho Didius 3
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat 4
3.2. Alat dan Bahan 4
3.3. Tahap Penelitian 4
3.4. Diagram Alir Penelitian 5

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS


4.1. Karakterisasi SEM 6
4.2. Karakterisasi EDX 6
4.3. Karakterisasi XRD 7
4.4. Karakterisasi FT-IR 8
4.5. Karakterisasi I-V 8
4.6. Potensi Khusus 8

BAB 5 PENUTUP 9
DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan 11
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan 14
Lampiran 3. Dokumentasi Bukti Pembayaran 15
Lampiran 4. Hasil Karakterisasi 16
Lampiran 5. Full paper dan Bukti Letter of Acceptance (LoA) 17

iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengubah energi


panas matahari melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.
Teknik pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839 oleh A.C.
Becquerel dengan memanfaatkan kristal silikon dalam mengkonversi radiasi sinar
matahari. Meskipun sel surya sangat berpotensi menjadi salah satu sumber energi
alternatif di masa depan, akan tetapi teknologi ini masih memiliki beberapa
kendala, salah satunya yaitu biaya pembuatannya membutuhkan investasi awal
yang cukup besar (Walisiewicz, 2002).
Pada tahun 1991, Grtzel menciptakan suatu alat foto-elektrokimia dengan
efisiensi serapan cahaya yang tinggi menggunakan film lapis tipis TiO2 (~10 m)
yang dideposisikan pada kaca konduktif sebagai media pendukung dalam adsorpsi
zat warna kompleks ruthenium (Sengupta et al., 2016). Alat inilah yang kini kita
kenal sebagai dye-sintesized solar cell (DSSC). Sistem DSSC ini diyakini
memiliki kelebihan dalam hal pembuatan dan penggunaannya yang sederhana dan
ekonomis sebagai sumber energi terbarukan jika dibandingkan dengan sel surya
konvensional.
Diantara keempat komponen utama dalam sistem DSSC, fotoanoda
merupakan salah satu komponen yang paling penting. Hal inilah yang
menyebabkan banyak peneliti tertarik untuk membahas fotoanoda sebagai fokus
penelitiannya. Diantara sekian banyak publikasi dalam peningkatan kerja DSSC,
suatu kebaharuan (novelty) dalam hal pembuatan biotemplate fotoanoda dari
sayap kupu-kupu blue Morpho dididus secara in situ telah dikembangkan guna
meningkatkan kemampuan absorbsi cahaya dalam sistem DSSC.Sayap kupu-kupu
blue Morpho didius dinilai sangat menjanjikan untuk diaplikasikan dalam sistem
DSSC karena permukaan sayap kupu-kupu Morpho memiliki beberapa struktur
yang kompleks dan canggih. Sayap-sayap tersebut terdiri dari suatu sistem film
multilayer dalam bentuk kitin dimana lapisan udaranya memiliki indeks bias yang
berbeda. Disamping itu, struktur tersebut dapat berinteraksi kuat dengan cahaya
tampak karena fitur strukturnya yang berada pada range yang sama dengan
panjang gelombang cahaya. (Zhang et al., 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disusun rumusan
masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh replikasi sayap kupu-kupu blue Morpho didius sebagai
biotemplate dalam optimalisasi kerja dye-sensitized solar cell (DSSC)?
2. Berapa besar nilai efisiensi kerja () DSSC setelah dimodifikasi dengan
sayap kupu-kupu blue Morpho didius sebagai biotemplate?
3. Bagaimana karakterisasi sayap kupu-kupu blue Morpho didius sebagai
biotemplate TiO2 nanopartikel?

1
1.3 Tujuan Program
Tujuan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Mengkaji pengaruh replikasi sayap kupu-kupu blue Morpho didius sebagai
biotemplate dalam optimalisasi kerja dye-sensitized solar cell (DSSC).
2. Mengetahui nilai efisiensi kerja () DSSC setelah dimodifikasi dengan sayap
kupu-kupu blue Morpho didius sebagai biotemplate.
3. Meneliti bentuk karakterisasi sayap kupu-kupu blue Morpho didius sebagai
biotemplate TiO2 nanopartikel.

1.4 Urgensi Penelitian


Sejak ditemukan pada tahun 1991 oleh Gretzel, dye-sensitized solar cell
(DSSC) telah banyak menarik perhatian para peneliti karena sifatnya yang
sederhana dan ekonomis sebagai sumber energi terbarukan jika dibandingkan
dengan sel surya konvensional. Dye-sensitized solar cell (DSSC) memiliki empat
komponen penting yakni fotoanoda, foto-sentizer, elektrolit dan elektroda
pembanding, dimana sebanyak 40,78% publikasi selama kurun waktu 20 tahun
terakhir lebih tertarik untuk membahas fotoanoda sebagai fokus penelitian.
Secara teoritis, suatu fotoanoda yang baik digunakan pada DSSC mempunyai
ciri-ciri, antara lain: cepat dalam mentransfer elektron, luas permukaan yang besar
serta merupakan medium pengumpul cahaya yang baik (Yum et al., 2011).
Struktur fotonik pada sayap kupu-kupu telah dimanfaatkan sebagai detektor
infrared, penjebak foton, dan sensor gas (Jiang et al., 2014). Kini, suatu
kebaharuan (novelty) dalam hal replikasi biotemplate fotoanoda dari sayap kupu-
kupu blue Morpho didius secara in situ telah dapat diaplikasikan ke dalam sistem
dye-sensitized solar cell (DSSC).

1.5. Target dan Kontribusi Penelitian


Adapun target dan kontribusi penelitian terhadap ilmu pengetahuan antara
lain:
1. Adanya pemanfaatan sayap kupu kupu-kupu blue Morpho didius sebagai
sebagai biotemplate pengadsorbsi cahaya matahari guna mengoptimalkan
kinerja DSSC.
2. Terciptanya suatu biotemplate TiO2 berukuran nano dari sayap kupu-kupu
blue Morpho didius guna optimalisasi kinerja dari DSSC.
3. Mampu memberikan kontribusi pengetahuan khususnya dalam dunia sains
serta menjadikan suatu referensi bagi penelitian lanjutan mengenai
biotemplate sayap kupu-kupu blue Morpho didius dalam DSSC.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah pemanfaatan sayap kupu-kupu blue Morpho
didius sebagai biotemplate pengabsorpsi cahaya matahari untuk
mengoptimalkankinerja dari DSSC dengan menggunakan bahan yang terinspirasi
dari alam (bioinspired).

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dye-sensitized solar cell (DSSC)


Teknik dye-sensization pertama kali ditemukan oleh Vogel dan Berlin pada
tahun 1873. Akan tetapi, performa dari DSSC ini kurang optimal (efisiensi < 1%).
Hal ini diakibatkan karena zat pewarna (dye) monolayer yang digunakan kurang
mampu menangkap atau menyerap cahaya dengan optimal. Suatu terobosan baru
mengenai pembuatan DSSC ditemukan oleh Grtzel dan ORegan pada tahun
1991 (O'Regan dan Grtzel, 1991), dimana Grtzel mendemonstrasikan suatu alat
foto-elektrokimia dengan efisiensi serapan cahaya yang tinggi menggunakan film
lapis tipis TiO2 (~10 m) yang dideposisikan pada kaca konduktif sebagai media
pendukung dalam adsorpsi zat warna kompleks ruthenium (Sengupta et al., 2016).
Semenjak saat itu, telah banyak publikasi yang yang membahas peningkatan nilai
efisiensi DSSC sebagai fokus penelitian. Hingga kini, nilai efisiensi terbesar yang
mampu dicapai oleh sistem DSSC sebesar 12-13% (Matthew et al., 2014; Yella et
al., 2011).
Dye-sensitized solar cell (DSSC) terdiri dari empat komponen penting yakni
foto-anoda, foto-sentizer, elektrolit dan elektroda pembanding. Sistem DSSC ini
bekerja dengan cara mengkonversikan sinar matahari yang merupakan energi
foton menjadi arus listrik. Prinsip kerja dye-sensitized solar cell (DSSC) dimulai
ketika cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel, diserap oleh larutan pewarna
(dye) yang sensitif terhadap cahaya matahari (photo-sensitizer). Akibat
terserapnya energi cahaya matahari ini, elektron dari pewarna dapat tereksitasi dan
menuju ke lapisan TiO2 yang terus kemudian dialirkan ke kabel melalui lapisan
tipis kaca konduktor (elektroda). Sedangkan, kehilangan elektron pada larutan
pewarna digantikan oleh adanya donor elektron dari larutan elektrolit iodin
melalui reaksi reduksi-oksidasi dengan lapisan tipis karbon sebagai katoda
(Pancaningtyas dan Akhlus, 2011)

2.2. Kupu-Kupu Blue Morpho Didius


Kupu-kupu Morpho, yang terkenal akan skala sayap penuh warnanya, telah
secara bertahap dalam hal pengembangan dan optimalisasi fungsi serta telah
menarik banyak perhatian baru-baru ini. Di lain hal, perlu diketahui bahwa
permukaan sayap kupu-kupu Morpho memiliki beberapa struktur yang kompleks
dan canggih. Bahkan, sayap-sayap tersebut terdiri dari suatu sistem film
multilayer dalam bentuk kitin dan lapisan udaranya dengan memiliki indeks bias
yang berbeda. Lebih penting lagi, struktur ini dapat berinteraksi kuat dengan
cahaya tampak karena fitur strukturnya berada pada range yang sama besarnya
dengan panjang gelombang cahaya (Niu et al., 2015). Salah satu jenis kupu-kupu
Morpho yaitu kupu-kupu M. didius.

Gambar 1. a) gambar M. didius b) perbesaran optik sayap M. didius c)


cover scale dan ground scale d) gambar SEM ground scale e) gambar
TEM ground scale (Jiang et al., 2014).

3
Kupu-kupu Morpho didius merupakan kupu-kupu dengan sayap biru
cerah, ditunjukkan pada gambar 1. (a) dengan perbesaran optik sayap M. didius
pada gambar 1. (b). Sayap kupu-kupu ini terdiri dari dua jenis skala: cover scale
dan ground scale cyan-biru, seperti ditunjukkan pada pada gambar. 1. (c) dan (d).
Sedangkan pada gambar 1. (e) menampilkan gambar SEM dari dua skala tersebut,
menunjukkan struktur ridge-lamellae yang kompleks pada daerah punggung kupu.
Gambar 1. (f) menunjukkan visualiasi TEM dari skala ground scale. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa ground scale membentuk susunan yang
teratur pada daerah punggung kupu di mana lamellae hampir sejajar dengan dasar
dan bersifat stagered di kedua sisi daerah punggung kupu. Hal inilah yang
menyebabkan sayap kupu-kupu blue Morpho didius dinilai sangat potensial
sebagai biotemplate dalam sistem dye-sensitized solar cell (DSSC) (Jiang et al.,
2014).

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, terhitung sejak bulan Maret
hingga Juli 2017. Seluruh proses penelitian, analisa dan karakterisasi dilaksanakan
di tiga (3) kota yakni: Solo (Lab. Kimia FKIP dan Lab. Nano Bioenergi FT),
Yogyakarta (UNY dan UII) dan Bogor (LIPI Biomaterial).
3.2 Alat dan bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kupu-kupu blue
Morpho didius (eBay-Arizona, AS), HCl p.a (Merck), NaOH (Merck), air
demineralisasi, etanol absolut (Merck), PEG-PPG-PEG (Merck), TiCl4 (Merck),
N719 (Merck), bubuk TiO2 nanopartikel (Merck). Sedangkan peralatan yang
digunakan meliputi multimeter, ultrasonikator sistem tanduk getar, ultrasonic
cleaner, furnace, serta sejumlah alat gelas laboratorium lainnya.
3.3. Tahap penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium
dengan menggunakan metode sonokimia melalui proses ultrasonikasi dan
kalsinasi pada suhu tinggi.
Mula-mula, sayap kupu-kupu blue Morpho didius direndam dalam HCl
6% dan NaOH 10%. Sayap yang telah melalui proses preparasi dimasukan dalam
larutan etanol/P123/TiCl4 dengan rasio molar sebesar 21,703:0,017:1, lalu di
ultrasonikasi menggunakan ultrasonikator sistem tanduk getar (Sonic Ruptor 400)
berintensitas tinggi dengan pulser 50% dan daya 200 W pada suhu kamar selama
2 jam. Larutan tersebut lalu di aduk dengan menggunakan stirrer magnetik
selama 5 jam pada suhu 45 hingga terbentuk dry-gel. Kemudian, sayap kupu-
kupu di sandwich pada kaca FTO yang telah dilapisi dry-gel. Selanjutnya, sampel
dikalsinasi dalam furnace selama 3 jam pada suhu 450 dengan rata-rata
pemanasan sedang yakni 1 /menit. Replikasi sayap kupu-kupu blue Morpho
didius ini diberi nama MD-TiO2.

Gambar 2. Skema Replikasi Sayap Kupu-kupu Blue Morpho didius (Liu et al.,2010)

4
Kaca FTO dibersihkan dengan alkohol 96% menggunakan ultrasonic
cleaner hingga didapat permukaan kaca yang bersifat hidrofilik. Lalu, kaca FTO
diukur resistansinya guna menentukan bagian yang terkonduksi menggunakan
multimeter (Kim et al., 2015). Proses pendeposisian MD-TiO2 dilakukan pada
kaca FTO berukuran 2,5 x 2,5 cm dengan area deposisi sebesar 1 x 1 cm diatas
permukaan konduktif. Sisi kaca FTO ditempel dengan scotch tape sebagai
pembatas di ketiga sisinya dengan metode rakel pada ketebalan 0,05 m. Film
MD-TiO2 kemudian direndam ke dalam dye senyawa kompleks Ru N719 selama
24 jam. Selanjutnya, elektrolit berbasis PEG/KI/I2 dibuat dengan cara
mencampurkan 0,8 gram Kalium Iodida ke dalam larutan asetonitril sebanyak 10
ml dalam gelas beker, di stirer selama 15 menit dengan skala kecepatan 6.
Kemudian, tambahkan 0,127 gram Iodine (I2) ke dalam larutan tersebut lalu
distirer kembali selama 30 menit. Di sisi lain, sebanyak 7 gram PEG-4000
dicampurkan dengan 25 ml kloroform, distirer selama 30 menit. Larutan elektrolit
cair yang telah di buat di tambahkan ke dalam larutan polimer tersebut, kemudian
di stirrer selama 60 menit pada suhu 85 hingga homogen. Simpan larutan
elektrolit dalam wadah tutup yang dilapisi aluminium foil.
Elektroda pembanding pada penelitian ini berupa kaca FTO dengan
permukaan konduktif berlapis karbon. Pertama-tama, arsir sisi konduktif kaca
FTO dengan menggunakan pensil 8B secara merata. Kemudian, kaca disintering
diatas nyala api lilin hingga seluruh lapisan kaca berwarna hitam akibat timbulnya
lapisan karbon. Selanjutnya kaca dipanaskan secara bertahap hingga 350 lalu
tahan selama 30 menit. Setelah itu turunkan suhu menjadi 70 . (Wulandari dan
Prajitno, 2015). Komponen DSSC disusun secara sandwich, lalu dijepit dengan 2
sebuah penjepit di masing-masing sisi kanan dan kiri.

3.4. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

5
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

4.1. Hasil Yang Dicapai

4.1.1 Karakterisasi SEM


a. Sayap Kupu-kupu Blue Morpho Didius
a b c Lamillae d
Windows

Gambar 4. SEM Sayap Kupu-Kupu Blue Morpho Didius: (a) Fotografi Sayap
Kupu-Kupu Blue Morpho Didius, (b) SEM perbesaran 68x, (c) SEM perbesaran
660x, (c) SEM perbesaran 30000x

b. Serbuk MD-TiO2
a b c d
\

Porous Windows

Gambar 5. Serbuk MD-TiO2: (a) SEM perbesaran 10000x, (b) SEM perbesaran
19000x, (c) SEM perbesaran 21500x, (d) SEM perbesaran 23000x

4.1.2 Karakterisasi EDX


a. Sayap Kupu-kupu Blue Morpho Didius

Gambar 6. Karakterisasi EDX Sayap Kupu-Kupu Blue Morpho Didius

Tabel 1. Komposisi Sayap Kupu-Kupu Blue Morpho Didius

Element Element Element Atomic Error


Number Symbol Name Concentration
6 C Carbon 34.1 0.7
8 O Oxygen 65.7 0.3
49 In Indium 0.3 2.4

6
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sayap kupu-kupu blue Morpho
didius terdiri dari unsur karbon, oksigen dan sedikit unsur indium di dalamnya.
b. MD-TiO2

Gambar 7. Karakterisasi EDX MD-TiO2


Tabel 2. Komposisi MD-TiO2
Element Element Element Atomic Error
Number Symbol Name Concentration
22 Ti Titanium 22.2 0.2
8 O Oxygen 70.5 0.6
13 Al Aluminium 3.2 0.0
17 Cl Chlorine 0.9 0.6
11 Na Sodium 3.1 0.0
Dari tabel diatas diketahui bahwa komponen unsur terbesar dalam sampel uji
berupa oksigen dan logam titanium. Hal ini sesuai dengan tujuan sintesis untuk
mereplikasi struktur sayap kupu-kupu blue Morpho didius menjadi bubuk TiO2.
Munculnya unsur aluminium dan natrium diduga merupakan hasil dari perubahan
fasa dari bentuk pasta menjadi padatan melalui proses kalsinasi. Proses kalsinasi
ini juga menyebabkan tidak adanya unsur karbon sebagai unsur penyusun
makhluk hidup. Di lain hal, adanya sedikit unsur klorin yang terdeteksi berasal
dari prekursor TiCl4 yang tersisa.

4.1.3 Karakterisasi XRD

Gambar 8. Difraktogram XRD TiO2 dan MD-TiO2

Tabel 3. Perbandingan TiO2 komersial dan MD-TiO2


Material Fase Kuantitas Sistem Parameter cell d (int : hkl (int Densitas
(%) ( 1000) ( : 1000) (gr/cm3)
TiO2 Anatase 51,6 Tetragonal a = 3,80400 3,5372 011 3,81400
komersial c = 9,61400
MD-TiO2 Anatase 57 Tetragonal a = 3,78920 3,5214 011 3.87400
c = 9,53700

7
Melalui proses analisa yang dilakukan dengan cara mencocokan 3 data dari
letak dan intensitas puncak tertinggi didapatkan hasil bahwa ke dua sampel uji
dominan berfasa anatase TiO2 dengan sistem kristal tetragonal dan indeks hkl 011.
Dari difraktogram dapat dilihat bahwa meskipun derajat kristalinitas MD-TiO2
lebih rendah dibandingkan TiO2 komersial, akan tetapi kuantitas fase anatase pada
MD-TiO2 lebih besar yakni sebanyak 57% demikian pula dengan nilai
densitasnya. Dalam fotokatalis semakin banyaknya fasa anatase yang terbentuk
akan semakin baik dalam menyerap cahaya. Hal ini dikarenakan nilai band-gap
anatase lebih besar jika dibandingkan fasa rutile. Hal ini juga berdampak pada
tingkat keaktifan material dalam membawa muatan pada DSSC.

4.1.4 Karakterisasi FT-IR


Pada sayap kupu-kupu Blue
Morpho Didius yang murni
(sayap asli) memiliki
intensitas yang besar
dibandingkan dengan sayap
yang sudah diberikan
perlakuan (sayap
pretreatment) dengan gugus
fungsional yang sama. Hal
ini berarti pemberian
pretreatment berhasil
mengurangi zat kandungan sayap yang tidak diperlukan. Kemudian setelah
dibuat replikasi sayap kupu-kupu Blue Morpho Didius ( MD TiO2) hanya ada
gugus fungsional OH, C-H dan C-O yang intensitasnya kecil dan tambahan
gugus fungsional Ti-O-Ti, hal ini berarti replikasi dapat dikatakan berhasil
dan kandungan zat lain yang tidak diperlukan sudah hilang.
Tabel 4. Analisa Spektra FT-IR Sampel

No Sampel Peak 1 2 3 4 5
Intensitas 3441,16 2925,17 1654,03 1381,09 642,32
1 Sayap Asli Gugus
-OH C-H C=C C-O C-X
Fungsional
Sayap Intensitas 344,12 2922,28 1655,96 1381,09 620,14
2 setelah Gugus
-OH C-H C=C C-O C-X
pretreatmant Fungsional
Intensitas 3445,98 2925,17 1365,66 553,59
3 MD TiO2 Gugus
-OH C-H C-O Ti-O-Ti
Fungsional

8
4.1.5. Karakterisasi I-V
Tabel 5. Perbandingan Nilai Parameter Performa Sistem DSSC
Sampel
0.250 0.00048 0.508 0.00077 2.744 0.391
0.391 0.00016 0.711 0.00018 3.260 0.125

0.322 0.0013 0.564 0.0022 2.964 1.241

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sistem prototype ke-3


yakni campuran MD-TiO2 dan TiO2 mempunyai nilai efisiensi terbesar yakni
1.241%.

4.2. Potensi Khusus


Dengan diketahuinya bahwa aplikasi sayap kupu-kupu blue M. Didius
sebagai biotemplate mampu meningkatkan nilai efisiensi sistem DSSC, maka
dapat dilakukan diseminasi atau sosialisasi kepada pihak terkait dengan harapan
sistem DSSC dapat menjadi energi alternatif yang dapat meningkatkan rasio
elektifikasi di Indonesia pada tempat yang belum memiliki jaringan transmisi
listrik. Potensi lain dari penelitian ini yaitu adanya kontribusi terhadap ilmu
pengetahuan sains melalui jurnal ilmiah yang terpublikasi dalam AIP Conference
Proceedings-SCOPUS Indexed.

BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Metode sonokimia dapat digunakan untuk mereplikasi struktur sayap kupu-
kupu blue Morpho didius dengan baik, mudah dan cepat (in situ)
2. Aplikasi replikasi sayap kupu-kupu blue Morpho didius pada fotoanoda
mampu meningkatkan nilai efisiensi dan performa sistem DSSC
3. Prototype ke-3 dengan komposisi MD-TiO2 dan TiO2 menghasilkan nilai
efisiensi terbesar yakni 1.241%.

5.2. Saran
Hendaknya, untuk penelitian selanjutnya, dalam replikasi sayap kupu-kupu
blue Morpho didius proses ultrasonikasi lebih diperpanjang waktunya agar
struktur yang terbentuk lebih presisi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Jiang, T., Peng, Z., Wu, Wenjun., Shi, T., dan Liao, G. (2014). Gas sensing using
hierarchical micro/nanostructures of Morpho butterfly scales. Sensors and
Actuators A Physical, 213, 63-69.
Liu, X., Zhu, S., Zhang, D., & Chen, Z. (2010). Replication of butterfly wing in
TiO2 with ordered mesopores assembled inside for light harvesting.
Materials Letters, 64 (24), 27452747.
Mathew S,Yella, A., Gao, P., Baker, R.H., Curchod, BFE., Astani,N.A., et al.
(2014). Dye- sensitized solar cells with 13% efficiency achieved through the
molecular engineering of porphyrin sensitizers. Nat Chem;6:2427.
Niu, S., Li, B., Mu, Z., Yang, M., Zhang, J., Han, Z., & Ren, L. (2015). Excellent
Structure-Based Multifunction of Morpho Butterfly Wings: A Review, 12,
170189.
O'Regan, B., dan Grtzel, M. (1991). A low-cost, high-efficiency solar cell based
on dye- sensitized colloidal TiO2 films. Nature; 353:73740.
Pancaningtyas, L. dan Akhlus, S. (2009). Peranan Elektrolit Pada Performa Sel
Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). Laboratorium Kimia Fisik FMIPA
ITS. Surabaya.
Sengupta, D., Das, P., Mondal, B., dan Mukherjee, K. (2016). Effects of doping,
morphology and film-thickness of photo-anode materials for dye sensitized
solar cell application A review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 60, 356376.
Walisiewicz, M. (2002). Alternative Energy. London: Dorling Kindersley.
Wulandari, H. E., dan Prajitno, G. (2012). Studi Awal Fabrikasi Dye Sensitized
Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa
Sinensis L) Sebagai Dye. Jurusan Fisika, FMIPA. ITS. Surabaya.
Yella, A., Lee, H.W., Tsao, H.N., Yi, C., Chandiran, A.K., Nazeeruddin, M.K., et
al. (2011). Porphyrin-sensitized solar cells with cobalt (II/III)based redox
electrolyte exceed 12 percent efficiency. Science; 334 : 62934.
Yum, Jun-Ho., et al. (2011). A cobalt complex redox shuttle for dye-sensitized
solar cells with high open-circuit potentials. Nature Communications;3:631.
Zhang, X., L., Huang, F., Chen, Y., Cheng, Y-B., Amal, R. (2013). An over 10%
enhancement of dye-sensitized solar cell efficiency by tuning nanoparticle
packing. RSCAdv; 3:170036.

10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Bahan habis pakai


Material Justifikasi kuantitas Harga satuan Jumlah (Rp)
pemakaian (Rp)
Sayap kupu- Bahan baku 1 ekor 583.342,00 583.342,00
kupu blue
Morpho didius
Kaca FTO 10 Tempat 1 buah 1.177.166,00 1.177.166,00
cm x 10 cm semikonduk
tor
Air Pelarut 20 liter 95.000,00 95.000,00
demineralisasi
PEG-4000 Pembuatan 1 kg 60.000,00 60.000,00
elektrolit
TiCl4 Bahan 1 liter 804.000,00 804.000,00
pembuat
MD-TiO2
Alkohol 96% Pembersih 1 liter 75.000,00 75.000,00
kaca FTO
Etanol absolut Bahan 100 ml 100.000,00 100.000,00
pembuat
MD-TiO2
P123 Bahan 3 gram 100.000,00 300.000,00
pembuat
MD-TiO2
Dye N719 Pewarna 1 gram 100.000,00 100.000,00
TiO2 Bahan 2 gram 100.000,00 200.000,00
nanopartikel pembuat
MD-TiO2
Jumlah Total =3.494.508,00
2. Peralatan Penunjang
Material Justifikasi kuantitas Harga Jumlah (Rp)
pemakaian satuan (Rp)
SEM-EDX Karakterisasi 2 sampel 500.000,00 1.000.000,00
sampel
XRD Karakterisasi 2 sampel 200.000,00 400.000,00
sampel
FT-IR Karakterisasi 3 sampel 60.000,00 180.000,00
sampel
Keitley I-V Uji 3 sampel 200.000,00 600.000,00
meter performansi
DSSC
Aluminium foil Pembungkus 1 pack 39.000,00 39.000,00
bahan volatil

11
Pensil 8B Pelapis 2 buah 3.900,00 7.800,00
katoda
pembanding
Lilin Sintering 1 pack 7.300,00 7.300,00
katoda
pembanding
Kertas saring Penyaring 1 pack 420.000,00 420.000,00
whatmann no.42 halus
Masker Safety 1 pack 32.500,00 32.500,00
Lateks Safety 1 pack 42.000,00 42.000,00
Scotch tape Pembatas 1 buah 28.500,00 28.500,00
Tisu Pembersih 1 pack 15.950,00 15.950,00
Lap Pembersih 1 buah 10.500,00 10.500,00
Cotton buds Pembersih 1 pack 1.350,00 1.350,00
elektroda
pembanding
Pinset Penjepit 2 buah 20.000,00 40.000,00
sampel sayap
kupu-kupu
Botol tetes kaca Wadah pasta 2 buah 3.550,00 7.100,00
TiO2 dan
MD-TiO2
Klip binder Penjepit kaca 8 buah 1.800,00 14.400,00
FTO
Botol semprot Wadah 2 buah 18.000,00 36.000,00
pelarut
Cawan petri Wadah 2 buah 25.000,00 50.000,00
sampel kupu-
kupu
Korek api gas Sintering 1 buah 9.500,00 9.500,00
elektroda
pembanding
Double tape Perekat 1 pack 3.000,00 3.000,00
Botol vial 10 ml Wadah 100 buah 25.000,00 25.000,00
larutan
Jumlah Total = 2.966.900,00
3. Perjalanan
Material Justifikasi kuantitas Harga satuan Jumlah (Rp)
pemakaian (Rp)
Perjalanan Sintesis MD- 1 orang 620.000,00 620.000,00
solo-bogor- TiO2
solo menggunakan
ultrasonikator
Perjalanan Karakterisasi 4 orang 16.000,00 64.000,00
solo-jogja- sampel
solo

12
Uang bensin Membeli 4 orang 20.000,00 80.000,00
ke toko bahan habis
bahan pakai dan alat
penunjang
Uang bensin Melakukan 4 orang 10.000,00 40.000,00
ke penelitian
laboratorium
Jumlah Total = 804.000,00
4. Lain-lain
Material Justifikasi pemakaian Jumlah (Rp)
Konferensi Biaya registrasi publikasi 2.500.000,00
Internasional hasil penelitian
ICIMECE
2017
Jasa Penggunaan alat 90.000,00
penggunaan ultrasonikator
alat
ATK Alat tulis 10.900,00
Laporan Bukti realisasi kegiatan 7.500,00
penelitian
Logbook Buku perencanaan 7.000,00
kegiatan
Poster Pendukung publikasi 75.000,00
penelitian
Materai Bukti resmi pembayaran 7.000,00
Proposal Permohonan akses lab 6.000,00
Konsumsi Konsumsi 31.000,00
Jumlah Total = 2.734.400,00
Jumlah total pengeluaran = Rp. 9.999.808,00

13
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

14
Lampiran 3. Dokumentasi Bukti Pembayaran

15
Lampiran 4. Hasil Karakterisasi
400

200

300

150
Intensity (counts)

Intensity (counts)
200
100

100
50

0 0
10 20 30 40 50 60 70 10 20 30 40 50 60 70
2-theta (deg) 2-theta (deg)

COD 5000223 (Anatase TiO2)

16
Lampiran 5. Full Paper dan Bukti Letter of Acceptance (LoA)

Bukti Letter of Acceptance (LoA)

17
Characterization, Modeling and porous structure at magnification
Replication of Blue Morpho Didius more than 20000xs. An EDAX
Butterfly Wings In Situ as TiO2 characterization showed that the
sample contained mostly by titanium
Nanoparticles Biotemplate in
and oxygen as 22.2 and 70.5 wt%
order to Optimize the Dye- respectively after being calcined at
Sensitized Solar Cells (DSSCs) 450 without any trace of organic
Work element such as carbon. This was
further supported by the FT-IR
Anisa Nurraudah1*, Nurrudin spectra that the stretching vibrations
Mahmud Zinki2, Warih Purwendah3, of C-H bonds and N-H bonds
Satria Aji Wicaksono4 and Haryono5 disappeared after calcination. The
1, 2, 3, 4, 5 DSSC system performance was later
Chemistry Education
characterized using I-V Keithley
Department, Faculty of Teacher
meter by obtaining their I-V curves.
Training and Education, Sebelas
This study demostrates that the
Maret University, Surakarta 57126,
sonochemical method provides a
Indonesia
way to achieve decent efficiency of
*Corresponding Address: DSSC system.
anisanurraudah@student.uns.ac.id
Keywords: DSSC, TiO2
Abstract. Photoanode is one of the nanoparticles, Biotemplate, Blue M.
most important components of the didius butterfly, Sonochemical
dye-sensitized solar cell (DSSC) method
system. A novelty in replication of
the blue Morpho didius butterfly 1. Introduction
wings as photoanode biotemplates Solar energy is the energy
were applied to improve light gained by converting solar thermal
absorption capability in the DSSC
energy through certain equipment
system. The blue M. didius butterfly
is considered very promising because into resources in other forms. Solar
of its complex and sophisticated energy utilization techniques began
multilayer structure. The purpose of to emerge in 1839 by A.C.
this study was to examine the effect Becquerel by utilizing crystalline
of replication of blue M. didius silicon in converting solar
butterfly wings as a biotemplate of
radiation. Although solar cells are
TiO2 nanoparticles in the
optimization of dye-sensitized solar potential to become an alternative
cells (DSSCs) work. This research source of energy in the future, this
was conducted using sonochemical technology still has some
method throughout the constraints, one of which is the cost
ultrasonication and calcination of manufacture requires an
process. The samples were expensive initial investment [1]. In
characterized using X-ray diffraction
(XRD), scanning electron 1991, Grtzel created an
microscopy (SEM), energy- electrochemical photoelectric
dispersive X-ray (EDX) and fourier device with high light-absorbing
transform infrared spectroscopy (FT- efficiency using TiO2 (~10 m) thin
IR). The XRD patterns showed that films deposited on conductive glass
the sample formed the anatase phase. as a support medium in ruthenium
The SEM images showed that the
complex dye adsorption [2]. This
replication process was successfully
done by the formation of windows as tool is what we now know as dye-

ii
sensitized solar cell (DSSC). This (Merck), N719 (Merck), TiO2
DSSC system is believed to have nanoparticles powder (Degussa P-
advantages in terms of making and 25). Others tools used includes
using it as simple and economical multimeters, ultrasonicator (Sonic
source of renewable energy Ruptor 400), ultrasonic cleaner,
oven (Memmert), furnace, as well as
compared to conventional solar
a number of other laboratory
cells. Among the four major glassware.
components in DSSC system,
photoanode is the most important At first, the blue Morpho
part. Therefore, about 40.78% didius butterfly wings were
publications in the last 20 years are immersed in 6% HCl and NaOH
more focused on this topic. Among 10% in order to remove the proteins
the many publications on the and salts contained in it. The wings
improvement of the DSSC work, a then soaked in a solution of
novelty in the making of ethanol/PEG-PPG-PEG
(P123)/TiCl4 molar ratio of 21.703:
photoanoda biotemplates from the
0.017: 1, and in ultrasonikasi using
blue Morpho didius butterfly wing ultrasonicator system horn shakes
in situ has been developed to (Sonic Ruptor 400) of high intensity
improve light absorption capability with a pulser 50% And power 200
in the DSSC system [3]. Blue W at room temperature for 2 hours.
Morpho butterfly wings are highly The solution was then stirred using
promising to be applied in the magnetic stirrer for 5 hours at 45
DSSC system because the surface until the dry-gel was formed. Then,
of the wings have several complex the sample was calcined in a furnace
and sophisticated structures. The for 3 hours at a temperature of 450
with an average heating rate 1
wings consist of multilayer film
/ min. The replicated wings were
system in the form of chitin in
obtained after the chitin substrate
which the air layer has a different and other surfactant removed due
refractive index. In addition, the the direct reaction with air. This
structure can interact strongly with replication result is named MD-
visible light due to its structural TiO2.
features that are in the same range FTO glasses were cleaned
as the wavelength of light [4]. with alcohol 96% using the
Herein, we reported, the application ultrasonic cleaner to obtain a glass
of a replicated Morpho blue surface that is hydrophilic. Then, the
measured FTO glasses were
butterfly wings as photoanoda
measured its resistance in order to
biotemplate to the dye-sensitized
determine the conductive parts by
solar cell (DSSC) system. multimeter [5].
2. Experiment Electrode preparation and
2.1. Materials and method manufacture of DSSC were carried
out with the following details [6].
The Morpho didius butterfly The MD-TiO2 deposition process is
wings were purchased online (eBay- performed on a 2.5 x 2.5 cm FTO
Arizona, AS). HCl p.a (Merck), glass with a 1 x 1 cm active
NaOH (Merck), air deminerization deposition area above the
water, absolute ethanol (Merck), conductive surface. The FTO glass
PEG-PPG-PEG (Merck), TiCl4

iii
side was affixed with scotch tape as 2.2. Characterization
a barrier on three sides (right side,
left and top) with a racking method The samples were examined
at 0.05 m thickness. The MD-TiO2 by x-ray diffraction (XRD) on a
film was then immersed into the Rigaku Miniflex 600 x-ray
complex dye Ru N719 for 24 hours. diffractometer system operated at
It is intended that the Ru N719 600 W power (40 kV, 15 mA) with
complex dye can be optimally Cu K radiation ( = 1,5406 ). The
absorbed by the MD-TiO2 film. morphologies of the samples were
After undergoing a soaking process,
conducted using a Phenom Pro X
the MD-TiO2 film-coated FTO glass
is cleaned with absolute ethanol and scanning electron microscope (SEM)
then dried with a tissue. coupled with energy-dispersive X-
ray spectrometer (EDX) system.
Furthermore, the PEG/KI/ I2- Fourier transform infrared (FT-IR)
based electrolyte was prepared by spectra were obtained from KBr
mixing 0.8 grams of potassium pellets using a Shimadzu
Iodide into 10 ml acetonitrile spectrophotometer. Nitrogen
solution in a beaker, in a stirer for adsorption measurements at 77 K
15 minutes at a speed scale of 6. were performed using an Surface
Then add 0.127 grams of Iodine (I2)
area analyzer. The dye N719 was
to In the solution then distilled again
for 30 minutes. On the other hand, 7 analized by spectrophotometer UV-
grams of PEG-4000 were mixed Visibel at 400-500 nm while the
with 25 ml of chloroform, distilled DSSCs performance were
for 30 min. The liquid electrolyte determined from instrument Keithley
solution which has been made was I-V meter.
added to the polymer solution, then
stirred for 60 minutes at 85 . Store 3. Results and discussion
electrolyte solution in aluminum foil The original blue Morpho didius
coated cap [7] butterfly wings are consist of
The comparative electrode in lamillae (ridges) supported by
this study was FTO glass with cross-ribs and windows. The SEM
carbon-coated conductive surface. images show that the forming of
The function of carbon as a catalyst porous structure known as windows
to speed up the reaction in the
were completely done at the
DSSC. First of all, the FTO glass
magnification more than 20000xs
conductive window shading by
using 8B pencil evenly. Then, the (precisely at 21500x and 23000x).
glass was sintered over a candle
flame until all the layers of glass are
black due to the occurrence of the
carbon layer. Next the glass was
heated gradually up to 350 and
hold for 30 minutes. Then lower the
temperature to 70 . [8]. The DSSC XRD patterns showed that the
component was arranged in a MD-TiO2 sample formed the
sandwich, then clamped with 2 pins anatase phase by 57% wt. It can be
on each side of the right and left. seen from difractogram that
although the degree of crystallinity

iv
of MD-TiO2 is lower than that of successfully reduces unnecessary
commercial TiO2, but the anatase wing content. Then after replication
phase quantity on MD-TiO2 is of Blue Morpho didius butterfly
greater as well as its density value. wings (MD TiO2) there were only a
In the photocatalyst, the number of small intensity of -OH, CH and CO
anatase phases that are formed will functional groups and Ti-O-Ti
be better in absorbing light. This is functional groups.
because the anatase band-gap value
is greater when compared to the Based on calculation result of
rutile phase. It also affects the level Keithley I-V meter characterization
of material activity in carrying the showed that sample with mixture of
charge on the DSSC system. MD-TiO2 and TiO2 has the biggest
EDX characterization showed efficiency value that is 1,241%.
that the largest component of the
MD-TiO2 sample are oxygen and 4. Conclusions
titanium. This corresponds to the Based on the results of research
purpose of synthesis to replicate the that has been done, it can be
blue Morpho butterfly wings concluded that:
structure into a TiO2 powder. The
appearance of aluminum and 1. The sonochemical method can be
sodium elements is thought to be used to replicate the blue Morpho
the result of phase changes from the didius butterfly wings structure
paste form to solids through the really well, easily and quickly (in
calcination process. This situ)
calcination process also causes the
2. The application of blue Morpho
absence of carbon elements as the
didius butterfly replication on the
constituent elements of living
photoanoda can improve the
things. On the other hand, a small
efficiency and performance of the
amount of detected chlorine is
DSSC system
derived from the remaining TiCl4
precursor. 3. The 3rd DSSC prototype which is
consist of paste made by mixing
MD-TiO2 powder with TiO2 powder
has the best efficiency by 1.241%

Acknowledgements
This work was supported by
Kemeristekdikti, Nanobienergy
Laboratory, Chemistry Laboratory
From the FTIR spectra, the Blue and Sebelas Maret University. We
Morpho Didius butterfly wings (the also want to thank LIPI Biomaterial
original wings) have a great Bogor for the ultrasonicator Sonic
intensity compared to the treated Ruptor 400 instrument.
wings (pretreatment wings) with
the same functional group. This References
means that giving pretreatment Jiang, T., Peng, Z., Wu, Wenjun.,

v
Shi, T., dan Liao, G. (2014). G. (2015). Peningkatan Kinerja
Gas sensing using hierarchical Dye-Sensitized Solar Cells
micro/nanostructures of menggunakan Metode
Morpho butterfly scales. Ultrasonikasi Peningkatan
Sensors and Actuators A Kinerja Dye-Sensitized Solar
Physical, 213, 63-69. Cells menggunakan Metode
Kim, J., Kim, T. Y., Park, K. H., Ultrasonikasi. Jurnal Fisika
Lee, J., Engineering, B., & Dan Aplikasinya, 11, 32-35.
Wing, B. (2015). Electron
Sengupta, D., Das, P., Mondal, B.,
Lifetimes in Hierarchically
dan Mukherjee, K. (2016).
Structured Photoelectrodes
Effects of doping, morphology
Biotemplated from Butterfly
and film-thickness of photo-
Wings for Dye-Sensitized
anode materials for dye
Solar Cells, Int. J.
sensitized solar cell application
Electrochem. Sci., 10, 5513
A review. Renewable and
5520.
Sustainable Energy Reviews,
Liu, X., Zhu, S., Zhang, D., & Chen,
Z. (2010). Replication of 60, 356376.
butterfly wing in TiO2 with Wulandari, H. E., dan Prajitno, G.
ordered mesopores assembled (2012). Studi Awal Fabrikasi
inside for light harvesting. Dye Sensitized Solar Cell
Materials Letters, 64 (24), (DSSC) Menggunakan
27452747. Ekstraksi Bunga Sepatu
Mathew S,Yella, A., Gao, P., Baker, (Hibiscus Rosa Sinensis L)
R.H., Curchod, BFE., Sebagai Dye. Jurusan Fisika,
Astani,N.A., et al. (2014). FMIPA. ITS. Surabaya.
Dye- sensitized solar cells with Walisiewicz, M. (2002). Alternative
13% efficiency achieved Energy. London: Dorling Kindersley.
through the molecular
Yella, A., Lee, H.W., Tsao, H.N., Yi,
engineering of porphyrin
C., Chandiran, A.K.,
sensitizers. Nat Chem;6:2427.
Nazeeruddin, M.K., et al.
Niu, S., Li, B., Mu, Z., Yang, M.,
(2011). Porphyrin-sensitized
Zhang, J., Han, Z., & Ren, L.
solar cells with cobalt (II/III)
(2015). Excellent Structure-
based redox electrolyte exceed
Based Multifunction of
12 percent efficiency. Science;
Morpho Butterfly Wings: A
334 : 62934.
Review, 12, 170189.
O'Regan, B., dan Grtzel, M. (1991). Yum, Jun-Ho., et al. (2011). A
A low-cost, high-efficiency cobalt complex redox shuttle
solar cell based on dye- for dye-sensitized solar cells
sensitized colloidal TiO2 films. with high open-circuit
Nature; 353:73740. potentials. Nature
Pancaningtyas, L. dan Akhlus, S. Communications;3:631.
(2009). Peranan Elektrolit Zhang, X., L., Huang, F., Chen, Y.,
Pada Performa Sel Surya Cheng, Y-B., Amal, R. (2013).
Pewarna Tersensitisasi An over 10% enhancement of
(SSPT). Laboratorium Kimia dye-sensitized solar cell
Fisik FMIPA ITS. Surabaya. efficiency by tuning
Santoso, H., Zharvan, V., Daniyati, nanoparticle packing. RSCAdv;
R., As, N. I., dan Yudoyono, 3:170036.

vi

You might also like