Professional Documents
Culture Documents
A12 Wca
A12 Wca
WILLY CANDRA
A24080132
Abstract
The internship was done in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunjaya Agro for three
months beginning on 13 Februari 2012 to 13 Mei 2012. The internship covers activity
concerning both technical and manajerial aspect such as worker, foreman, and as an
assistant.The purpose of this internship program is to improve technical and managerial
skill. The data were gained are primary data (direct method) and secondary data (indirect
method). Primary data are all information which was gained directly from observation by the
writer on the field covering accuracy of variety, accuracy of time, accuracy of dosage,
accuracy of fertilization method, accuracy of fertilization where, deficiency ditermined by
direct discussion with labors and staff about palm oil. Secondary data was gained from office
garden files, oscar office files, and literary study. The secondary data gained were climate
data, productivity, fertilizer recommendation and realization, organization structure and
matters pertain to man power. From the data gathered then it is analyzed by using
descriptive method. Based on the observation, fertilization in plantation of Bangun Koling
Estate in general has fulfilled the accuracy of fertilization method and accuracy of variety
precises.
RINGKASAN
WILLY CANDRA
A24080132
Menyetujui,
Pembimbing
Dr Ir Sudradjat, MS
NIP. 19541120 198003 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Studi Pemupukan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan
Bangun Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro
Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan program studi strata satu di Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan semua
pihak yang telah membantu baik langsung maupun tak langsung. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan
kepercayaan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi karena telah
membantu memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr.Ir Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi selaku dosen
pembimbing akademik dan dosen penguji.
4. Bapak Sutikno, SP (Asisten Divisi II), Bapak Turmudzi (Asisten Divisi
III), Bapak Najamudin, SP (Asisten Divisi I), Bapak Khairul Ahmad, SP
(Estate Manager), dan Bapak Khairul Ikhwan, SP (Kasie) selaku
pembimbing lapangan dan manajerial yang telah membimbing selama
menjalani magang.
5. Keluarga besar kebun Bangun Koling Estate dan PT. Bumitama Gunajaya
Agro.
Bogor, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Fasilitas Kebun BKLE (a. TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.Perumah-
an Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g. Masjid; h. Gudang dan
Kantor BMS; i. Polibun) ....................................................................................... 16
2. Pengendalian Gulma Secara Manual (a. Tebas Gawangan; b. Babat Piring-
an dan Garuk Kacangan) ....................................................................................... 21
3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan ............................................ 22
4. Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun .................................................... 25
5. Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS .................................................................. 26
6. Penguntilan Pupuk di Gudang BMS ..................................................................... 27
7. Pelangsiran Pupuk di Jalan CR ............................................................................. 28
8. Penaburan Pupuk RP............................................................................................ 29
9. Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23 ...................... 31
10. Aplikasi Janjang Kosong TBS ............................................................................. 34
11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012 .................................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, tekstur
ringan, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal
sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Kemiringan yang paling baik untuk areal
pertanaman kelapa sawit adalah 0 - 15. Kelapa sawit tumbuh baik pada pH 5.0
5.6, tetapi tanaman ini masih dapat tumbuh pada pH 4.0 6.0.
Ketepatan pemupukan
Pupuk adalah sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan
dan produksi tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, pemupukan perlu dilakukan
secara efisien dan efektif karena biaya yang di butuhkan dalam pemupukan
tidaklah sedikit. Menurut Darmosarkoro (2003) biaya pemupukan kurang lebih
24% dari total biaya produksi atau sekitar 40-60% dari total biaya pemeliharaan.
Pemupukan yang efektif dan efisien harus memperhatikan 5T yaitu tepat dosis,
tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat tempat.
Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman (tepat dosis). Tepat dosis artinya pupuk harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak
kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan
semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Beberapa kisaran dosis
pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat
pada Tabel 1.
6
METODE MAGANG
Kegiatan magang ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari tanggal 13
Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012 di Bangun Koling Estate, PT Windu
Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup, Kotawaringin Timur,
Kalimantan Tengah.
Metode Pelaksanaan
Kebun kelapa sawit Bangun Koling Estate (BKLE) adalah salah satu
kebun dari unit usaha yang dimiliki oleh PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT
WNA merupakan anak perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup di
daerah Kalimantan Tengah. Kebun BKLE ini terletak di desa Tumbang Koling,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cempaga
Estate (SCME), sebelah barat berbatasan dengan PT TASK Kelapa Sawit, sebelah
utara berbatasan dengan PT Nabatindo Karya Utama (NKU), dan sebelah selatan
berbatasan dengan PT Sarana Sawit. Kebun BKLE terletak pada koordinat
diantara 112.01-113.09BT dan 1.45-1.85LS. Peta Kebun BKLE dapat dilihat
pada Lampiran 4.
12
dilakukan dengan cara penanaman LCC (Legum Cover Crop), pemupukan yang
efektif dan efisien, dan aplikasi bahan organik sehingga dapat meningkatkan
produktifitas tanaman kelapa sawit.
Luas HGU kebun BKLE adalah 3,203 ha, dengan rincian 2,530 ha sudah
diusahakan yang terdiri dari 2,087 ha tanaman menghasilkan (TM) dan 443 ha
tanaman belum menghasilkan (TBM). Kemudian untuk areal prasarana seluas 140
ha dan areal yang mungkin bisa ditanam yaitu seluas 178 ha. Kebun ini memiliki
empat divisi , yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas
876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE
Uraian Luas (ha)
I. Areal yang diusahakan
A. Areal yang ditanam
Tanaman Menghasilkan (TM) 2,087
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 443
TOTAL AREAL DITANAM 2,530
B. Areal Prasarana
Emplasemen 67
Jalan dan Jembatan 73
TOTAL AREAL PRASARANA 140
II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan
C. Okupasi 178
TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN 178
D. Tanah Desa 53
E. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus 303
TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN 356
GRAND TOTAL 3,203
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
varietas Marihat V. Komposisi bibit yang ditanam di kebun BKLE dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE
Jenis bibit Luas (ha) Persentase (%)
ASD/Costarica 421.79 16.67
Lonsum 2 144.65 5.71
Lonsum 8.07 0.32
PNG 438.06 17.31
Marihat V 1,323.3 52.31
Socfindo 193.8 7.66
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Jarak tanam yang digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak
antar baris 7.97 m dan jarak dalam baris 9.2 m sehingga populasi dalam 1 ha 136
tanaman. Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa terdapat jarak tanam yang
berbeda-beda pada satu blok dan populasi yang berbeda-beda juga pada setiap
satu hektar. Hal ini di akibatkan karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan
untuk ditanami, adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit tanaman. Jumlah
populasi tanaman di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE
Satuan Pokok/Ha
Tahun Tanam Luas Areal (ha) Populasi
(pkk/ha)
2006 560.06 76,097 136
2007 1,526.55 204,666 134
2008 261.05 37,727 145
2009 34.63 5,025 145
2010 122.33 16,622 136
2011 25.01 3,401 136
TOTAL 2,529.65 343,535 136
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Kebun ini mulai berproduksi pada tahun 2009 karena tahun tanam pertama
adalah tahun 2006. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE untuk
3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.
15
Dari data diatas terlihat bahwa produksi tandan buah segar meningkat
setiap tahunnya. Data menunjukan bahwa kebun BKLE terus mengalami
peningkatan produksi dari 1 868 ton TBS pada tahun 2009 menjadi 21 892 ton
TBS pada tahun 2011. Hal tersebut karena peningkatan adanya luas areal dan
pemeliharaan tanaman yang efektif meliputi kegiatan pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Selain itu juga peningkatan
produksi akibat dari bertambahnya areal TM yang ada di kebun BKLE.
Fasilitas Kebun
Fasilitas yang dimiliki oleh kebun BKLE yaitu kantor kebun, kantor divisi,
poliklinik, Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor Blok Manufaring System (BMS)
dan Blok Spraying System (BSS), beberapa gudang bahan dan alat-alat kebun,
masjid, lapangan sepak bola, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis. Semua
fasilitas yang ada di kebun BKLE bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
karyawan guna meningkatkan kinerja karyawan. Kantor kebun berfungsi untuk
pusat administrasi kebun. Kantor divisi sebagai tempat administrasi masing-
masing divisi, misalnya sebagai tempat rapat divisi. Divisi kebun dipimpin oleh
seorang asisten divisi. Kebun BKLE juga menyediakan perumahan untuk semua
karyawannya. Perumahan untuk karyawan staff dan Divisi II terletak di sekitar
kantor kebun sedangkan untuk karyawan Divisi I, III, dan IV ada di setiap divisi
masing-masing. Pihak kebun menyediakan bus untuk antar jemput putra-putri
karyawan yang sekolah. Beberapa fasilitas yang tersedia di kebun BKLE dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
16
a b c
d e f
g h i
Gambar 1. Fasilitas Kebun BKLE (a.TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.
Perumahan Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g.
Masjid; h. Gudang dan Kantor BMS, i. Polibun)
PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan salah satu unit usaha dari
PT Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA Grup). PT WNA dipimpin oleh
seorang Kepala Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer
Plantation). Seorang Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah untuk
melaksanakan kegiatannya, Departemen Support yang terdiri dari staf PAD
(Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information System), Chief
Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan
Kepala Traksi Wilayah. Struktur organisasi PT WNA wilayah IV dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Kebun Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM)
yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasie) dan tiga Asisten Divisi. Asisten
Divisi akan dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport,
17
mandor perawatan, mandor panen, mandor chemis (semprot), mandor pupuk, dan
mandor mekanik. Bagian kantor yaitu Kasie akan dibantu oleh accounting,
kasier, admin, personalia, dan mantri tanaman.
Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola
dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan
yang meliputi produksi, sumber daya manusia, dan biaya yang dibantu oleh
asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya bertanggung
jawab langsung dengan Kepala Wilayah.
Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas
melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi.
Selain itu juga memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan
kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM
dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor dan kerani
divisi.
Kepala Administrasi yaitu orang yang bertanggung jawab dalam
mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Dalam tugasnya dibantu oleh
karyawan di kantor kebun. Struktur organisasi kebun Bangun Koling Estate
(BKLE) dapat dilihat pada Lampiran 7.
Kebun BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan non staf.
Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala
Administrasi sedangkan karyawan non staf yaitu pekerja langsung di lapangan
dan tidak langsung seperti mandor, kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri
dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Karyawan Harian Tetap (KHT) dan
Karyawan Bulanan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di kebun BKLE
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE
No Status Pegawai Jumlah
1 Staf 5
2 Bulanan 14
3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 199
4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 180
Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.16
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
18
Hari kerja setiap minggu adalah enam hari dengan 7 jam kerja, sedangkan
hari jumat hanya 5 jam kerja. Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian
antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. Pada kebun BKLE diperolah
hasil HK/ha yaitu 0.16. Menurut Pahan (2010) perkebunan kelapa sawit
memerlukan HK/ha atau tenaga kerja sebanyak 0.2 orang setiap ha nya. Sistem
pembayaran gaji untuk karyawan berbeda-beda tergantung pada statusnya.
Perbedaan terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan dari
perusahaan. Ketentuan yang berlaku pada kebun BKLE untuk karyawan adalah
sebagai berikut :
1. Karyawan Bulanan: mendapatkan tunjangan beras, mendapat fasilitas
rumah dan listrik, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan
kebun, mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dari perusahaan dan
tunjangan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat.
2. Karyawan Harian Tetap (KHT): mendapatkan tunjangan beras,
mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung sesuai
dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1,456,000 per bulan, mendapatkan
tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas biaya kesehatan apabila sakit.
3. Karyawan Harian Lepas (KHL): tidak mendapatkan tunjangan beras
dan tunjangan JAMSOSTEK, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji
yang didapatkan per bulan yaitu jumlah upah harian sebesar Rp 58,240 per
HK dikalikan hari kerja, setelah bekerja tiga bulan KHL dapat diangkat
menjadi karyawan KHT.
Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek
manajerial. Aspek teknis yaitu melakukan kegiatan teknis di lapangan selama
menjadi karyawan harian. Aspek manajerial yaitu melakukan kegiatan sebagai
supervisor untuk mempelajari manajerial dan sistem administrasi kebun. Dalam
pelaksanaan magang selalu diarahkan oleh manajer kebun, asisten divisi, kasie
kebun, mandor I, krani divisi, mandor pupuk, mandor chemist (semprot), mandor
perawatan, mandor panen, dan krani panen.
Pelaksanaan Teknis
Penulis melakukan kegiatan teknis dengan menjadi Karyawan Harian
Lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pelaksanaan
kegiatan dimulai dari mengikuti apel pagi pukul 04.45 WIB. Pada apel pagi
dijelaskan untuk kegiatan hari itu dimasing-masing kemandoran dengan terlebih
dahulu melakukan absensi. Apel dipimpin oleh asisten divisi atau mandor I.
Semua pekerjaan selesai pada pukul 13.25 WIB dengan waktu untuk istirahat
antara pukul 10.00-10.30 WIB. Pekerjaan teknis yang dilakukan penulis meliputi
pemupukan, pengendalian hama/penyakit dan gulma, aplikasi janjang kelapa
sawit, dan pemanenan.
Pengendalian Hama
Kegiatan pengendalian hama penting dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman kelapa sawit dan sanitasi kebun. Pengendalian hama
dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati untuk mengendalikan ulat api.
Kebun BKLE menanam tanaman Turnera ulmifolia dan Neprolephis biserata
untuk mengendalikan ulat api. Tanaman ini adalah inang bagi predator hama ulat
api. Tanaman Turnera ulmifolia ditanam disepanjang jalan utama dan jalan antar
blok. Pengendalian kumbang tanduk dilakukan dengan cara membuat perangkap
20
yang disebut dengan ferotrap. Perangkap ini dipasang di jalan antar blok. Di
dalam perangkap ini terdapat bahan kimia yang disebut feromond yang dapat
menarik kumbang tanduk jantan datang karena aroma bahan kimia ini seperti zat
yang dikeluarkan kumbang tanduk betina, sehingga merangsang kumbang jantan
masuk ke dalam perangkap.
Pengendalian Gulma
Gulma yang banyak ditemukan di kebun BKLE adalah Mikania micranta,
Chromolaena odorata, Ageratum conizoides, Dicrapnotheris linearis,
Neprolephis biserata, Melastoma malabathricum, dan Clidemia hirta. Khusus
untuk gulma Neprolephis biserata dibiarkan hidup pada gawangan mati dan
pokok kelapa sawit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat evaporasi pada
tanah sehingga kelembaban tetap terjaga.
Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma dengan cara manual
dilakukan di gawangan dan piringan. Alat yang digunakan yaitu parang dan
golok. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di gawangan dilakukan
dengan cara membabat atau menebas gulma anak kayu yang ada pada gawangan
mati ataupun gawangan hidup. Standar kerja pengendalian gulma secara manual
di gawangan adalah 2 HK setiap gawangan (1 ha).
Pembabatan dilakukan dengan sistem ancak giring, pembabat akan
berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum selesai.
Gulma ditebas 20 cm dari permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual
0.5 ha/HK. Kegiatan piringan manual adalah membersihkan gulma yang terdapat
pada piringan pokok dan mengutip brondolan hitam agar tidak tumbuh menjadi
kentosan serta menarik kacangan yang menutupi tanaman kelapa sawit. Prestasi
kerja untuk piringan manual yaitu 0.5 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma
manual umumnya dilakukan pada tanaman yang baru menghasilkan, karena pada
kondisi ini tanaman memerlukan banyak perawatan dan keadaan piringan yang
harus bersih.
Kegiatan pengendalian gulma manual dilakukan pada blok M 20 di divisi
II. Pembabatan gulma dan piringan manual dilakukan kurang maksimal karena
kurangnya tenaga kerja. Selain itu kondisi lahan dan topografi yang sulit untuk
dilalui tenaga kerja karena sebagian besar tergenang air, lahan yang penuh rawa,
21
dan lahan yang curam. Di bawah ini adalah gambar kegiatan pengendalian gulma
secara manual yang dilakukan karyawan kebun BKLE.
a b
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Manual. (Gambar a. Tebas Gawangan;
Gambar b. Babat Piringan dan Garuk Kacangan)
tenaga kerja dan 2 tenaga pengairan atau pembawa herbisida yang dibagi menjadi
10 Kelompok Kecil Penyemprot (KKP) dan digunakan untuk satu estate. Alat
sprayer yang digunakan adalah SA-15 dengan nozel VLV 100 dan VLV 200.
Kapasitas sprayer ini yaitu 15 liter. Nozel VLV 100 memiliki flow rate 400-430
ml/menit untuk semprot piringan dan semprot semak sedangkan VLV 200
memiliki flow rate 900-915 ml/menit untuk semprot gawangan. Warna nozel
memiliki lebar semprot yang berbeda-beda. Nozel merah memiliki lebar semprot
2 meter dengan flow rate 2,475 ml/menit, nozel biru lebar semprot 1.5 meter
dengan flow rate 1,630 ml/menit, nozel hijau lebar semprot 1 meter dengan flow
rate 900 ml/menit, nozel kuning lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680
ml/menit. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan gawangan menggunakan nozel
warna merah, hijau, dan biru. Warna biru digunakan untuk semprot alang-alang.
Contoh perhitungan volume semprot nozel hijau dengan kecepatan jalan 48
meter/menit adalah:
,
Volume semprot =
.
, /
= = 187,500 ml/menit
/
= 187.5 l/menit
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk penyemprot adalah bendera batas
ancak, topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan
rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot karena
menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Namun pada
kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat
kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan penyemprotan.
23
Pengendalian gulma pada piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan dengan
menggunakan herbisida glifosat (merek dagang KLEENUP 480 SL) dan metil
metasulfuron (merek dagang Meta-prima 20 WG). Dosis glifosat adalah 0.3
liter/ha sedangkan metil metsulfuron adalah 0.016 kg/ha. Sebelumnya glifosat
sudah dicampur dengan air 1:1 dan metil metsulfuron juga dicampur dengan air
1:10, kemudian dicampur dengan glifosat. Biasanya dosis yang digunakan untuk
glifosat 100 cc dan meta prima 30 cc yang diencerkan sesuai dengan volume kap
15 liter. Tangki diisi penuh sehingga dalam satu tangki semprot dapat mengisi
hingga 126 kali kap yang bervolume 15 liter. Standar prestasi kerja untuk
penyemprotan piringan adalah 3 ha/HK dan untuk semprot gawangan 2 ha/HK.
Rotasi kerja semprot yaitu 4 kali setahun.
Pemupukan
24
4. Jumlah blok yang diambil sebagai blok KCD adalah seluruh blok TM
yang ada.
5. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sampel dalam satu blok /KCD
adalah 1 % dari total pokok blok/KCD.
Penentuan contoh tanaman diambil dari baris ketiga dari ujung blok
tanaman di pinggir jalan utama dan dihitung setiap 10 baris tanaman. Tanaman
contoh pertama mulai dari pokok ketiga kemudian selang 10 tanaman sebagai
contoh tanaman kedua. Apabila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman
maka KCD selanjutnya pindah1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10
baris tanaman dari tanaman terakhir. Kemudian tanaman diberi tanda dengan cat
biru pada pangkal pelepah untuk semua pengamatan KCD sampai seluruh
tanaman dalam satu blok selesai agar tahun berikutnya tidak terjadi kesalahan,
tanda tersebut digunakan sampai tanaman diremajakan. Apabila tanaman contoh
mati maka KCD adalah tanaman yang letaknya dua pohon di depannya.
Kemudian tanaman diberi tanda panah (arah ke atas) artinya memasuki jalur
pokok sampel pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping
(sesuai arah perpindahan jalur sampel) artinya tanda keluar dari baris tersebut dan
pindah ke baris berikutnya pada pokok terakhir saat keluar jalur sampel.
dengan menggunakan file (pertinggal) yang ada. Kemudian seluruh sampel daun
yang telah digiling (dihancurkan) diberi label, dimasukkan kedalam kantong
plastik besar dan ditutup dengan rapat, di pack (bungkus) dengan rapi untuk
dikirim. Sebelumnya harus pastikan bahwa kolom pada blangko isian LSU terisi
semua dengan data yang di ambil di lapangan.
Penyimpanan Pupuk
Pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan terlebih dahulu disimpan di
gudang pupuk. Pada kebun BKLE terdapat dua gudang yaitu di divisi II dan divisi
III. Gudang ini masih dibuat dari kayu namun sirkulasi udara dalam ruangan
sudah cukup. Pupuk yang diletakan di dalam gudang diberi alas dari kayu agar
tidak lembab. Lantai untuk gudang pupuk disemen agar tidak mudah lembab juga.
Pupuk ditata rapi di dalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan.
dan melipatnya per 10 karung dan diletakkan di gudang pupuk kembali. Jika tidak
ada pupuk yang diuntil maka semua tenaga kerja akan dikerahkan di lapangan.
28
29
1:2. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan angkong
dan diletakkan di pinggir pokok sampai dengan pasar tengah, dengan terlebih
dahulu mengetahui dosis per pokok dan berat untilan sehingga kita mengetahui
pada selang berapa pokok untilan itu akan diletakan. Bekas karung untilan pupuk
dibawa dan diletakkan di jalan CR dan diambil oleh tenaga pelangsir.
Penaburan pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua orang tenaga
dalam satu KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dan takaran
yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Metode pemupukan RP,
MOP, dan kieserite menggunakan sistem tebar membentuk huruf U atau
mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Tujuan dari
penggunaan sistem ini agar pupuk dapat memepercepat pelapukan pelepah yang
disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif banyak
dijumpai dibawah tumpukan pelepah daun. Pemupukan borate dilakukan
melingkari pokok dan diaplikasikan di piringan dengan jarak 5-8 cm dari pokok
sawit. Pupuk Chelated Zinkcoper diaplikasikan dengan cara ditugal empat lubang
pada setiap pokok sawit dengan jarak 45-50 cm dari pokok.
30
mandor pupuk dan Rp 36,670 untuk karyawan pupuk. Selain itu juga karyawan
akan mendapat extra fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari.
4 16 15.5 96.8
4 16 15.8 98.7
4 16 15.7 98.1
4 16 15.5 96.8
Rata-rata 97.6
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh persentase rata-
rata ketepatan dosis penguntilan pupuk RP yaitu 97.6%.
Tabel 10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB
TK (orang) Bobot/Until (kg) Bobot Rataan (kg) Ketepatan Dosis (%)
2 10 9.5 95
5 10 9.7 97
5 10 9.3 93
4 10 9.8 98
Rata-rata 95.7
Dibawah ini hasil pengamatan terhadap ketepatan dosis aplikasi pupuk MOP yang
dilakukan di tiga blok.
Tabel 11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan
Blok/ pokok diamati Dosis/pokok Dosis tidak % dosis % tepat dosis
Ulangan (pohon) (kg) sesuai (pohon) tidak sesuai
1 60 1.25 9 15 85
2 60 1.25 12 20 80
3 60 1.25 8 13.33 86.67
Rata-rata 9.67 2.08 83.89
100
95
90
Persentase
85
80
75
Tenaga Penabur
32
1 60 59 1 43 3 4 2 7
2 60 58 2 41 1 7 4 5
3 60 60 0 52 0 1 3 4
Pemanenan TBS
Panen adalah kegiatan dari mulai pemotongan TBS, pengutipan brondolan,
pemotongan pelepah, pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH, dan
35
Persiapan panen
Persiapan panen dimulai dari kondisi prasarana dari lapangan sampai
dengan ke pabrik pengolahan. Sarana jalan yang memadai akan meningkatkan
kinerja karyawan sehingga produksi akan tetap meningkat. Selain itu yang harus
diperhatikan adalah:
1. Pasar pikul, jalan ini dibuat dengan interval 2 baris tanaman 1 jalan pikul
dan lebar 1.2 m. Jalan pikul harus tetap dalam kondisi bersih agar proses
pengangkutan TBS dari piringan pohon ke TPH berjalan baik. Pembuatan
jalan ini dengan menggunakan manual atau mekanik.
2. Titi panen, beton atau kayu yang digunakan pemanen untuk menyebrang
parit dalam mengangkut buah dari piringan ke TPH.
3. Pasar tengah, jalan di tengah-tengah blok yang memotong jalan pikul
untuk mempermudah pengecekan oleh asisten. Jalan ini harus selalu dalam
kondisi bersih.
4. Pasar kumis, jalan yang memotong ujung gawangan untuk mengarah ke
TPH dengan lebar 1.2 m.
5. TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), setiap 3 pasar pikul dibuat 1 TPH
dengan ukuran 4 m x 6 m. Tempat ini harus selalu bersih dan sebaiknya
dibuat secara permanen.
Peralatan panen
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan panen dapat dilihat pada Tabel
16.
36
Tenaga pemanen
Kebutuhan tenaga panen tergantung pada keadaan topografi, kerapatan
panen, luas kebun, dan umur tanaman. Standar yang diterapkan pada kebun BKLE
yaitu 3-4 ha/HK. Tenaga pemanen di Divisi II dari dua kemandoran yaitu 40
orang yang dibagi menjadi 10 KKP (Kelompok Kecil Pemanen) dengan anggota 4
orang.
37
sudah membrondol 6. Pada kenyataan di lapangan ada buah yang mentah, kurang
matang, dan terlalu matang ketika dipanen. Selain itu juga banyak dijumpai buah
abnormal yang sering disebut buah batu. Oleh karena itu diperlukan pengalaman
dan kriteria matang buah yang baik bagi pemanen sehingga dapat
mengidentifikasi buah normal dan abnormal serta kualitas panen menjadi bagus.
Rotasi Panen
Rotasi panen atau pusingan panen adalah lamanya waktu yang diperlukan
antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama di
blok yang sama. Rotasi panen mempengaruhi mutu buah, transportasi, biaya
potong buah, dan pengolahan TBS. Rotasi panen yang sesuai dengan
perkembangan buah dan diterapkan pada kebun BKLE adalah 7 hari. Pusingan 7
hari berkaitan dengan presentase brondolan jatuh, biaya produksi, dan
produktivitas. Ketika dilakukan rotasi 7 hari maka produktivitas tinggi karena
waktu tidak habis untuk mengutip brondolan dan prensentasi buah mentah rendah
sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Rotasi panen tergantung kerapatan
buah dan kapasitas pemanen. Apabila rotasi panen tidak dilakukan secara tepat
dan disiplin sehingga terlambat panen akan menyebabkan tanaman terserang
Marasmius sp.
Seksi panen yaitu pembagian luasan areal ang ditergetkan untuk dipanen
dalam waktu satu hari. Satu seksi panen yaitu empat blok pada divisi II. Seksi
panen tergantung dari potensi produksi pada blok tersebut yang dilakukan pada
sensus produksi semester. Seksi panen mempermudah dalam pengontrolan asisten
atau mandor dan mempermudah perpindahan ancak dari blok yang satu dengen
blok berikutnya. Pada divisi II seksi panen dibagi menjadi 6 seksi dengan luasan
yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha, seksi B
dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19 dengan
luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E dari
blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21 dengan
luasan 72.51 ha.
Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang tandannya dapat dipanen dari
luasan tertentu. Angka kerapatan panen bermanfaat untuk peramalan produksi
esok hari, jumlah pemenen, alat angkut dan rencana pengolahan TBS.
Pelaksanaan panen
Panen yang dilakukan di kebun BKLE untuk setiap pemanen mulai dari
pemotongan buah dari tandan, kutip brondolan, dan pengangkutan tandan ke TPH.
Selain itu pemanen juga langsung memotong pelepah yang tidak berfungsi
menyusun pelepah, dan potong gagang panjang. TBS harus tersusun rapi di TPH,
sedangkan brondolan yang telah dikumpulkan di dalam karung diletakkan di
sebelah TBS. Tandan disusun menurut baris yakni 5-10 tandan per baris dengan
tangkai menghadap kearah jalan. Setelah itu akan diperiksa dan di grading oleh
krani panen sebelum diangkut ke PKS oleh krani transport.
Dalam melakukan kegiatan panen sebaiknya pemangkasan pelepah jangan
terlalu berat karena akan berpengaruh menurunkan produksi buah. Pemangkasan
pelepah sebaiknya mempertahankan jumlah pelepah 48-56 pelepah setiap pohon.
Kondisi piringan pokok harus bersih dari gulma agar memudahkan pemanen saat
mengutip brondolan. Selain itu dalam pengutipan brondolan harus memperhatikan
brondolan yang jatuh di ketiak pelepah dan mengutipnya, jika tidak dikutip akan
menjadi sarang penyakit.
39
40
dan menimbun jalan yang berlubang dengan tanah atau pasir. Pekerjaan rawat
jalan dilakukan dengan standar 7 jam /HK. Apabila rawat jalan di satu tempat
selesai makan akan dilanjutkan ke tempat berikutnya yang perlu di perbaiki lagi.
Pada Divisi II kebun BKLE mempunyai tenaga kerja rawat jalan sebanyak 4
orang.
Rawat jalan dilakukan secara manual dan mekanis. Perbedaan disini
adalah apabila menggunakan cara manual akan membutuhkan tenaga kerja yang
banyak, biaya tenaga kerja lebih murah, butuh waktu yang lama untuk
menyelesaikan pekerjaan, dan jalan rusak dapat langsung diperbaiki. Jika
menggunakan cara mekanis membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit,
pekerjaan cepat selesai, biaya yang dikeluarkan lebih banyak, dan sulit
memperbaiki pada jalan-jalan yang medannya susah dilewati. Masalah yang sulit
untuk diatasi di kebun BKLE yaitu kondisi jalan yang kurang memadai sehingga
perlu ditimbun laterit agar tanah menjadi keras sehingga akses pekerjaan menjadi
lebih cepat dan lancar.
Piringan manual adalah membersihkan gulma dan pelepah yang ada pada
piringan kemudian membuangnya ke gawangan mati. Pekerjaan ini dilakukan
oleh tenaga perawatan. Selain itu pekerjaan piringan manual pada TM juga
dilakukan garuk brondolan hitam, tarik kacangan, dan cabut kentosan. Tenaga
kerja untuk piringan manual yaitu 8 orang wanita. Tiap orang berkewajiban
membersihkan 3-4 pasar pikul atau 0.5 ha/HK dan memenuhi 7 jam/HK.
Penunasan (Prunning)
Penunasan pelepah merupakan upaya untuk menjamin jumlah pelepah
yang optimum dipohon, kebersihan tanaman, fotosintesis, dan pembentukan
bunga betina. Tujuan dari kegiatan ini untuk keseimbangan fisiologis tanaman,
sanitasi, memperlancar penyerbukan, memudahkan panen, menghindarkan
brondolan tersangkut di pelepah. Pemangkasan sebaiknya dilakukan 10-12 bulan
sekali. Jumlah pelepah yang tinggal dipohon 48-56 pelepah (6-7 lingkar) untuk
umur 8 tahun dan 40-48 pelepah untuk umur > 8 tahun (5-6 lingkar). Pemotongan
pelepah saat panen seminimal mungkin dan dipotong mepet ke batang dengan
bekas potongan miring ke luar berbentuk tapak kuda dengan sudut 30. Jumlah
pelepah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, bobot tandan, dan
produksi TBS.
Penyusunan pelepah yang dilakukan di kebun BKLE menggunakan sistem
U-shape. Pelepah disusun berbentuk huruf U dan di letakkan di sekitar pokok
tanaman, yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro di sekitar pokok tanaman,
mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air tetap terjaga, dan mencegah erosi.
Penunasan dilakukan tiap pekerja berkewajiban menunas 2 pasar pikul sekitar 4
baris tanaman 30-40 pokok. Alat yang digunakan dodos dan parang. Pruning
dilakukan secara borongan dan pruning harian yang dihitung per HK. Pruning
harian bertugas 1 pekerja menunas 30 pokok dan upah dibayarkan hanya berupa
HK. Pruning borongan dilakukan setelah pruning harian dihari kerja atau hari
libur dan upah yang dibayar per pokok yang dikerjakan untuk TM diberi premi Rp
700 dan TBM Rp 1,500.
43
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor
Selama menjadi pendamping mandor penulis mengikuti kegiatan dalam
pengawasan di lapangan yaitu sebagai mandor pupuk, krani divisi, mandor
chemist, mandor panen, mandor I, mandor perawatan, krani buah, dan krani
transportasi.
Mandor I
Mandor I bertugas untuk mengontrol dan mengawasi semua karyawan
lapang dan melaporkan ke asisten divisi. Mandor I membantu asisten divisi dalam
mengontrol pekerja di lapangan dan bertanggung jawab untuk mengkordinasikan
semua mandor dalam pembuatan program kerja. Selain itu juga membuat RKH
(Rencana Kerja Harian), merakapitulasi buku saku mandor, memeriksa absensi
lapang dan kator divisi, membantu asisten divisi dalam pembuatan Lembar Harian
Asisten (LHA), mengawasi ketepatan program kerja dan prestasi kerja, dan
memeriksa buah hasil laporan kerani panen. Administrasi kewajiban yang
dilakukan mandor I adalah mengisi laporan harian mandor, melakukan
rekapitulasi taksasi potong buah, mengisi format pemeriksaan aplikasi pupuk,
mutu semprot, mutu buah dan mutu tansportasi.
Krani Divisi
Sebagai kerani divisi penulis mempelajari dan memasukan semua data
Laporan Harian Mandor (LHM) per divisi, memasukan data premi semua
karyawan divisi, monitoring stok gudang, menginput data ke website Bumitama
Plantation System (BPS), melayani pengeluaran bahan yang dibutuhkan oleh
44
mandor, dan mengabsen semua karyawan lapang ketika apel pagi. Selain itu juga
menginput data Surat Pengiriman Buah (SPB) dan Kartu Kendaraan (KKD).
Kerani divisi adalah seorang yang mengurus bagian administrasi tingkat divisi.
Setiap pagi hari mengisi papan rencana kerja harian dan mengisi laporan harian
asisten serta membantu dalam pembayaran gaji karyawan.
Mandor Panen
Selama menjadi mandor panen penulis mempelajari tugas-tugas mandor
panen misalnya mengetahui rotasi dan pusingan panen, blok yang dipanen,
mengecek mutu hancak panen, dan jumlah tenaga kerja pemenen. Mandor panen
harus mengawasi semua kegiatan panen di lapangan. Mandor panen mengecek
mutu hancak dan mutu panen dari pemanen setelah kegiatan panen dilakukan.
Setelah itu pada jam kedua mandor panen mengikuti apel sore, membuat laporan
harian mandor, membuat denda pemanen dan mutu hancak panen. Selain
mengawasi kegiatan lapang, kegiatan administratif panen yang dilakukan setiap
hari harus tepat karena sebagai bahan evaluasi dalam proses pengambilan
keputusan misalnya masalah denda panen, alat bantu supervisi, dan masalh potong
buah.
Mandor Pupuk
Penulis melakukan pengawasan terhadap tenaga penabur, tenaga bongkar
muat pupuk, dan tenaga untilan pupuk ketika menjadi mandor pupuk tim BMS
BKLE. Penulis mengawasi dalam pemupukan organik maupun pemupukan
anorganik. Selain itu juga mengisi buku monitoring pemupukan dan mengecek
kualitas dan hancak pemupukan, mengetahui rekomendasi pemupukan untuk blok
yang akn dipupuk, mengetahui luasan blok yang dipupuk, mengetahui rencana
kerja harian dan menulis laporan harian mandor pupuk. Adapun kegiatan
administratif harian yang dilakukan mandor pupuk adalah membuat laporan
rekapitulasi kegiatan pemupukan untuk luas yang dipupuk, blok yang dipupuk,
jumlah pupuk yang diaplikasi. Selain itu juga mengisi buku atau peta
perkembangan realisasi pemupukan.
45
Mandor Chemist
Mandor chemist memiliki kewajiban untuk mengawasi kegiatan semprot
di lapangan diantaranya memeriksa mutu semprot dan alat-alat semprot agar tetap
terawat. Selain itu juga mengisi LHM, mengisi rencana kerja harian semprot dan
realisasi kerja semprot setiap hari. Penulis ikut beperan dalam mengawasi dan
menyiapkan alat-alat serta bahan semprot sebelum dibawa ke lapangan. Penulis
mengawasi tenaga kerja sebanyak 18 orang dalam penyemprotan. Mandor ini juga
harus memperhatikan keselamatan kerja penyemprot dengan cara menggunakan
APD.
Krani Buah
Kerani panen harus melakukan grading buah yang ada di TPH dan
membaca stempel pemanen setiap hari sebelum diangkut ke PKS oleh kerani
transportasi. Kerani buah mencatat hasil pemeriksaan buah dalam buku
penerimaan buah, mengisi daftar premi pemanen, menghitung jumlah tandan dan
brondolan yang diangkut ke drump truck, mengisi daftar buah mentah, mengecek
buah restant, dan mencatat kesalahan dan denda pemanen. Ketika menjadi
pendamping krani buah penulis melakukan grading buah di TPH dan mencatat
hasil pemeriksaan buah di TPH.
Krani Transportasi
Ketika menjadi krani transportasi penulis belajar dalam mengisi Surat
Pengantar Buah (SPB), mengawasi kegiatan karyawan yang memuat buah ke
dalam dump truck, mengarahkan unit dan tenaga bongkar muat buah ke lapangan
kemudian membuat laporan sebelum buah dibawa ke PKS. Krani transportasi
harus memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tertinggal di TPH. Apabila
dump truck tidak bisa masuk ke jalan karena kondisi jalan rusa, maka oleh
karyawan panen buah akan dilangsir manual ke tempat yang bisa dump truck itu
bisa melewatinya.
46
Pendamping Asisten
Asisten divisi berkewajiban dalam hal mengelola divisi dalam hal teknis
dan administratif dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Dalam prakteknya di
lapangan akan dibantu oleh mandor dan administrasi akan dibantu oleh kerani
divisi. Asisten divisi bertanggung jawab penuh dengan operasional kebun selama
24 jam dari kegiatan kebun maupun lingkungan masyarakat. Tugas di lapangan
yang utama yaitu produksi buah agar tetap tinggi, pemupukan yang efektif dan
efisien, pengendalian gulma, perawatan jalan, dan perawatan kebun.
Selama menjadi pendamping asisten divisi penulis menjalankan lebih dari
satu bulan dengan fokus pada kegiatan pengawasan dan koreksi serta mencari
solusi ketika ada masalah terutama pada kegiatan pemupukan. Pendamping
asisten turut dalam hal pengawasan kegiatan harian secara langsung dan koreksi
terhadap hasil kualitas kegiatan sesuai dengan pedoman kerja kebun BKLE.
Penulis juga ikut belajar dalam hal pembuatan rencana kerja bulanan, mengawasi
kegiatan pemupukan, mengikuti simulasi Field Visit, mengikuti simulasi
pemupukan BMS.
Dalam kegiatan administrasi penulis juga membantu mengabsen karyawan
ketika apel pagi, membuat rencana kerja harian, melakukan taksasi produksi, dan
membantu kegiatan pembagian uang ketika gajian.
PEMBAHASAN
Konsep Pemupukan
Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap
tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman.
Efesiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya dengan tingkat
produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan
rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan keefektifan
dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional
dan rekomendasi pemupukan. Kehilangan hara pupuk dapat terjadi melalui
penguapan, pencucian, aliran permukaan karena erosi. Keefektifan dan efisiensi
pemupukan dipengaruhi beberapa faktor penting dalam pemupukan dan juga
kualitas dari pemupukan itu sendiri.
Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua yaitu kualitas pupuk yang
ditentukan oleh jumlah kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan
kualitas teknik penaburan pupuk di lapangan yang berkaitan dengan pengelolaan
dan organisasi kerja serta administrasinya. Menurut Fauzi et al., (2008) dalam
pemberian pupuk harus memperhatikan kunci keefektifan dan keberhasilan
pemupukan diantaranya: ketepatan jenis pupuk, ketepatan dosis pupuk, ketepatan
waktu pemupukan, ketepatan cara pemupukan dan ketepatan tempat pupuk
diaplikasikan.
Tepat Jenis
Pemilihan jenis pupuk disarankan agar hati-hati mengingat banyak jenis
pupuk di pasar dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. Jenis pupuk yang
digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik yang dipakai adalah limbah dari kebun dan limbah dari
proses pengolahan kelapa sawit. Limbah yang berasal dari kebun yaitu sisa-sisa
tanaman pelepah dan daun kacangan yang ditumpuk di gawangan mati. Limbah
pengolahan kelapa sawit yaitu jenjang kosong kelapa sawit. Jenjang kosong ini
dari pabrik pengolahan kelapa sawit dikembalikan lagi ke lahan sebagai pupuk
48
Tepat Dosis
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk adalah hasil
analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi
pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun sebelumnya, dan hasil
pengamatan di lapangan seperti gejala defesiensi hara (Winarna et al., 2003).
Penentuan dosis pemupukan di kebun BKLE berdasarkan buku rekomendasi
pemupukan dari pihak riset BGA yang sebelumnya dilakukan analisis daun dan
analisis tanah terlebih dahulu.
Penulis mengamati ketepatan dosis untilan dan ketepatan dosis pemupukan
di lapangan. Ketepatan dosis untilan dengan mengambil sampel sebanyak 30
karung until pada setiap untilan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa persentase
hasil rata-rata ketepatan dosis untilan yang dilakukan oleh tenaga penguntil untuk
pupuk RP yaitu 97.6% dan pupuk HGFB yaitu 95.7% (standar kebun 95%). Hal
ini menunjukan bahwa tenaga penguntil pupuk sudah mengetahui ketepatan dosis
untuk jenis pupuk yang berbeda-beda. Selain itu tenaga penguntil pupuk sudah
50
terlatih dan profesional dalam hal ketepatan dosis walaupun belum sampai 100%.
Standar kerja untuk tenaga penguntil pupuk yaitu 2,000 kg/HK. Penulis
menghitung ketepatan dosis pemupukan di lapangan dengan mengamati
pemupukan MOP. Sample yang diambil sebanyak 60 pohon dengan tiga ulangan.
Sampel diambil setiap baris pada kelipatan sebelas dengan mengambil 6-7 pohon
per baris. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ketepatan dosis rata-rata untuk
pemupukan MOP yaitu 83.89% (standar kebun 90%). Nilai ini cukup tinggi
namun masih dibawah standar kebun. Hal ini karena penabur masih menggunakan
takaran pupuk yang sama untuk berbagai jenis pupuk yang berbeda. Selain itu
juga mereka kurang mengetahui tentang dosis pupuk per pokok.
Pelaksanaan pemupukan sebenarnya sudah memperhatikan kondisi areal
pemupukan, mengetahui jarak pemupukan dari pokok, dan sebaran pupuk. Akan
tetapi, tenaga penabur lebih memperhatikan dan mengutamakan target output
yang tercapai. Mereka kurang memperhatikan dosis yang digunakan dan cara
penaburan pupuk yang baik. Tenaga penabur hanya mengacu pada prinsip bahwa
pupuk harus tertabur pada tanaman. Oleh karena itu ketepatan dosis pupuk MOP
di lapangan untuk kebun BKLE kurang memenuhi prinsip tepat dosis pemupukan.
Tepat Waktu
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik, tanah, logistik pupuk,
serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Kegiatan
pemupukan di kebun BKLE dibagi menjadi dua semester yaitu semester I
(Januari-Juni) dan semester II (Juli-Desember). Berdasarkan buku program
pemupukan tahun 2012 pada kebun BKLE aplikasi pemupukan RP dan kieserite
dilakukan sekali setahun dan pada semester I, sedangkan apliaksi pemupukan
MOP, Urea, HGFB, Palmo, dan Chelated Zinkcoper dilakukan dua kali setahun.
Urutan aplikasi pemupukan kebun BKLE yaitu RP-HGFB-Chelated Zinkcoper-
Palmo-Kieserite-MOP-Urea.
Penetapan waktu aplikasi pupuk didasarkan pada pola curah hujan
(Winarna, 2003). Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan
pelaksanaan pemupukan tepat waktu diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit
diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan
51
untuk aplikasi pupuk. Data curah hujan Januari-April 2012 dapat dilihat pada
Gambar 11, rencana waktu aplikasi pemupukan pada Tabel 18, dan realisasi
pemupukan bulan Januari-April 2012 pada Tabel 19.
250
200
206.9
150
156
mm
100 134.5
110
50
0
Januari Februari Maret April
Bulan
selesai dalam waktu dua bulan untuk memberikan keseimbangan hara di dalam
tanah sehingga unsur hara tersebut akan mudah diserap oleh tanaman. Aplikasi
pupuk urea pada musim kemarau (curah hujan <100mm/bulan) sebaiknya tidak
dilakukan karena memiliki potensi penguapan yang tinggi. Sebaliknya pada
kondisi curah hujan lebih dari 250 mm/bulan aplikasi pupuk urea, MOP, RP,
HGFB, dan kieserit juga sebaiknya tidak dilakukan karena menyebabkan
kehilangan tinggi melalui proses pencucian.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis rata-rata curah hujan bulan
Januari-April 2012 yaitu 151.85 mm/bulan. Sesuai rekomendasi rotasi pemupukan
di kebun BKLE dengan curah hujan tersebut tepat untuk aplikasi pupuk RP,
HGFB, MOP, dan Palmo. Dalam kondisi curah hujan yang optimal untuk
pemupukan dapat mengurangi tingkat kehilangan pupuk akibat pencucian, erosi,
dan aliran air. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat
keefektifan tenaga kerja dan penyerapan hara oleh tanaman lebih baik, serta
mengurangi penguapan pupuk akibat panas.
Berdasarkan Tabel 19 realisasi pemupukan di BKLE mengalami
ketidaktepatan dari rencana aplikasi pemupukan. Hal ini terjadi pada beberapa
aplikasi pemupukan seperti RP, HGFB, dan Palmo. Aplikasi pupuk tersebut
megalami kemunduran dari rencana pemupukan karena hari hujan dan
keterlambatan datangnya pupuk ke gudang kebun akibat keterbatasan alat
transportasi dan stok gudang sentral yang tidak selalu tersedia. Sebaliknya pada
pupuk MOP diaplikasikan lebih cepat karena pemupukan ini menggunakan stok
pupuk tahun kemarin yang masih ada di gudang kebun. Oleh karena itu ketepatan
waktu pemupukan kebun BKLE berdasarkan curah hujan dapat dikatakan tepat
waktu namun secara teknis di lapangan masih belum memenuhi prinsip ketepatan
waktu.
cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum mugkin hilang karena penguapan
dan aliran permukaan.
Pemupukan di kebun BKLE dilakukan secara manual yaitu dengan sistem
tebar dan dibenamkan. Pupuk Chelated Zinkcoper dan Palmo pada areal berpasir
diaplikasikan dengan cara dibenamkan dengan jarak 50 cm dari pokok tanaman.
Pupuk urea, kieserit, dan MOP diaplikasikan dengan ditebar berbentuk U-shape
dengan radius 1.5-2 m dari pangkal pokok (arah dalam piringan) dan pupuk RP
berbentuk U-shape dengan ditebar radius >2 m dari pangkal pokok (arah luar
piringan). Pupuk HGFB daplikasikan tebar disekeliling pokok dengan radius 0.5-1
m dari pangkal pokok. Penebaran dengan radius 2 m atau pada pelepah dan
berbentuk U-shape dilakukan karena akar tertier dan kwarter yang aktif menyerap
hara lebih banyak terdapat dibawah pelepah di gawangan mati dibanding pada
piringan (Lubis, 2008).
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis untuk menghitung ketepatan
cara/aplikasi pada pemupukan RP didasarkan pada kondisi penyebaran pupuk di
piringan, pupuk diecer, pokok yang dipupuk, dosis/takaran pupuk, untilan tinggal,
dan karung tinggal. Penulis mengamati 15 penabur pada satu blok. Tanaman yang
diamati yaitu tiga baris sampai pasar tengah untuk masing-masing penabur.
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata ketepatan aplikasi tenaga penabur untuk
pupuk RP adalah 93%. Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja penabur cukup
tepat dalam kegiatan aplikasi pupuk yang dilakukan karena standar kebun 90%.
Tenaga penabur telah mengetahui dan memperhatikan aplikasi pada piringan dan
kondisi kemerataan pupuk pada pirirngan. Hasil pengamatan ketepatan aplikasi
dapat dilihat pada Gambar 9.
Berdasarkan pengamatan penulis pada penempatan aplikasi pupuk RP
terdapat 1.2% pokok pengamatan tidak terpupuk dan 98.8% pokok pengamatan
terpupuk. Pokok yang tidak terpupuk berada di sekitar pasar tengah. Hal ini
karena takaran pupuk yang digunakan tidak dikalibrasi dan hanya mengandalkan
perkiraan sehingga ketepatan dosis pupuk yang diaplikasikan pada tiap pokok
menjadi tidak rata dan tidak sampai pasar tengah. Selain itu juga karena piringan
yang kotor dan tertutup oleh gulma serta kacangan membuat pokok tidak
terpupuk.
54
sebagai penabur pupuk, dan pendidikan. Data diperoleh dari data sekunder jumlah
aplikasi pupuk oleh tenaga pemupuk dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Profil Pemupuk dan Prestasinya
Nama Umur Pendidikan Lama Prestasi ST Dev
Pemupuk (tahun) Bekerja kerja
(tahun) (kg/HK)
Hernita 39 SD 6 786.9 218.50
Rukhayah 40 SD 6 786.6 218.50
Misnah 31 SMP 1 786.9 218.54
Supriatin 35 SMA 1 825.2 210.29
Suharni 38 SMP 1 825.2 210.29
Sutimah 43 SD 6 835.1 197.28
Siti Rahma 29 SMP 2 835.4 197.15
Mahni 31 SD 1 851.8 204.62
Aswi 40 SD 4 851.9 204.57
Riska 21 SMA 0.5 858 209.79
Sumber: Data Kebun (2012)
Data diuji dengan uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat
pendidikan dengan prestasi, lama bekerja dengan prestasi. Hasil menunjukan
bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara pengaruh umur, tingkat
pendidikan, dan lama bekerja terhadap prestasi yang dicapai penabur pupuk. Dari
hasil ini menunjukan bahwa kualifikasi tenaga penabur pupuk relatif merata.
dipisahkan antara pupuk yang telah diuntil dengan pupuk yang belum
diuntil agar mudah dalam perhitungan kebutuhan pupuk dan stok pupuk
digudang.
b. Takaran untilan dan takaran penabur yang digunakan untuk berbagai
macam jenis pupuk menyebabakan tidak tepatnya dosis untilan dan
penaburan. Hal ini karena tidak adanya pengawasan pada kegiatan
penguntilan pupuk dan jarang sekali dilakukan penimbangan sampel
untilan oleh tenaga penguntil. Perlu adanya pengawasan dalam ketepatan
bobot untilan dan sering dilakukan kalibrasi takaran agar sesuai dosis yang
direkomendasikan.
c. Pelangsir dan pengecer pupuk cukup sulit menentukan jumlah untilan
pupuk dengan benar karena perbedaan jumlah pokok antara rekomendasi
dengan di lapangan sehingga untilan pupuk tidak sesuai. Oleh karena itu
perlu dilakukan sensus pokok yang rutin untuk mengetahui jumlah
tanaman dan kondisi blok yang ada.
d. Penabur pupuk kurang memperhatikan ketepatan dosis per pokok sehingga
masih ada pokok tidak terpupuk dan pupuk tercecer di pasar tengah.
Sebaiknya sebelum kegiatan pemupukan, dilakukan penjelasan tentang
pentingnya ketepatan dosis kepada penabur agar mereka menyadari bahwa
selain bekerja juga harus dituntut kualitas pemupukan.
e. Kurangnya simulasi dari mandor atau asisten tentang aplikasi pemupukan
yang benar kepada penabur. Oleh karena itu perlu dilakukan simulasi
terlebih dahulu sebelum pemupuk masuk ke blok oleh asisten atau mandor
pupuk.
Oleh karena itu, upaya dalam meningkatkan keefektifan pemupukan dapat
dilakukan dengan cara pengaturan transportasi yang baik, penyediaan tenaga kerja
yang cukup, akses atau prasarana jalan yang baik, pemupukan dengan
berpedoman pada prinsip 5T, pengawasan atau supervisi yang baik, penerapan
reward dan punishment yang adil. Apabila upaya diatas dapat dijalankan maka
efektivitas pemupukan dapat tercapai.
57
Defisiensi Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman
pemupukan tanaman kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu, dan B. Masing-masing
unsur hara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Faktor penyebab
defesiensi yaitu jumlah pupuk yang diberikan tidak mencukupi, genangan air,
aplikasi pupuk yang buruk, dan perkiraan efesiensi pemupukan yang tidak tepat.
Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa defisiensi salah satu unsur hara
dapat dideteksi secara visual pada daun tanaman kelapa sawit.
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis secara visual terhadap gejala
defisiensi hara yaitu sebanyak 36.16% mengalami defisiensi unsur N, 25.05%
mengalami defisiensi unsur K, 7.98% mengalami defisiensi unsur B, 6.36%
mengalami defisiensi unsur P, dan 4.14% mengalami defisiensi unsur Mg. Gejala
defesiensi N disebabkan oleh berkurangnya mineralisasi N pada tanah dan tidak
cukupnya atau tidak efektifnya aplikasi nitrogen. Selain itu juga aplikasi
pemupukan yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah ditentukan.
Dampaknya yaitu menurunnya produksi tanaman kelapa sawit pada tahun
berikutnya. Peta status hara daun kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 8.
Kesimpulan
Pelaksanaan magang sudah sesuai dengan tujuan, terutama pada aspek
khusus pemupukan. Manajemen pemupukan pada kebun Bangun Koling Estate
(BKLE) secara umum dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapakan oleh
PT. Bumitama Gunajaya Agro pada setiap masing-masing kegiatan dari
pemeliharaan sampai dengan panen.
Dalam mencapai produksi yang optimal harus memperhatikan prinsip
pemupukan 5T (Tepat Dosis, Tepat Jenis, Tepat Cara, Tepat Waktu, Tepat
Tempat). Ketepatan jenis dan ketepatan cara di kebun BKLE secara umum sudah
berlangsung dengan baik. Ketepatan dosis untilan sudah sesuai dengan standar
kebun tetapi dalam aplikasi di lapangan masih belum tercapai sesuai dengan
rekomendasi. Kriteria ketepatan waktu belum berlangsung secara baik karena
terjadi kemunduran jadwal pemupukan akibat belum tersedianya pupuk di gudang
kebun. Aplikasi pupuk disesuaikan dengan pola curah hujan. Kriteria ketepatan
tempat juga belum sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh kebun.
Realisasi pemupukan belum sepenuhnya dilakukan sesuai rekomendasi,
hal ini dapat diketahui masih cukup banyak tanaman yang mengalami defesiensi
hara. Penggunaan tenaga kerja pemupukan masih belum efisien sehingga
berdampak pada menurunnya efesiensi pemupukan. Dari hasil uji korelasi
menunjukan pengaruh umur, pendidikan, dan lama bekerja sangat lemah
pengaruhnya terhadap prestasi yang dicapai pemupuk.
Saran
Siklus pemupukan di kebun BKLE perlu ditingkatkan kembali dalam hal
teknis pemupukan untuk mengurangi ketidakefisienan waktu, tenaga kerja, dan
biaya yang dikeluarkan. Perlu disusun strategi untuk meningkatkan efesiensi
pemupukan sehingga tercapainya realisasi pemupukan, kualiatas pemupukan, dan
mengoptimalkan konsep pemupukan 5T. Selain itu perlu dilakukan kalibrasi
terhadap target tenaga pemupukan dan disesuaikan dengan dosis, jenis pupuk, dan
kondisi areal, serta keadaan infrastruktur. Pendataan dan kalibrasi secara
59
DAFTAR PUSTAKA
Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Poeloengan, Z., M.L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta. 2003.
Permasalahan Pemupukan pada Kelapa Sawit. Dalam W.
Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. PPKS. Medan
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)
64
65
67
68
69
70
71
72
Lampiran 5. Data Curah Hujan Kebun BKLE Tahun 2007-2011
TAHUN
Rata-Rata
BULAN 2007 2008 2009 2010 2011
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
JANUARI 13 232,6 13 484,0 14 298,3 16 471,0 14 415,8 14 380,3
PEBRUARI 16 467,9 11 511,0 13 246,0 13 285,5 6 292,0 12 360,5
MARET 15 349,5 13 404,0 18 800,5 16 318,5 10 233,8 14 421,3
APRIL 19 698,0 14 469,5 14 558,0 11 198,5 12 373,0 14 459,4
MEI 10 201,6 7 145,5 10 293,0 15 437,1 8 208,5 10 257,1
JUNI 14 162,5 9 277,5 7 245,0 18 464,8 6 105,0 11 251,0
JULI 12 235,9 13 119,0 6 242,0 15 414,8 4 81,0 10 218,5
AGUSTUS 6 680,0 17 439,8 1 17,0 12 201,0 2 8,5 8 269,3
SEPTEMBER 1 12,0 12 271,0 2 26,0 13 532,3 4 62,8 6 180,8
OKTOBER 13 489,0 18 615,0 10 544,0 16 427,8 8 233,5 13 461,9
NOVEMBER 12 327,0 18 362,5 20 546,5 18 404,3 9 342,0 15 396,5
DESEMBER 19 382,0 22 369,5 22 850,8 12 363,8 11 249,3 17 443,1
JUMLAH 150 4.238 167 4.468 137 4.667 175 4.519 94 2.605 145 4.099
BK 1,0 - 2,0 - 1,0 0,8
BL 2,0 0,4
BB 11,0 12,0 10,0 12,0 9,0 10,8
Keterangan: BK= MM < 60 mm, BL= MM 60-100 mm, BB= MM > 100 mm
,
Q= 100% Q = 100% 7,4%
,
Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson tipe iklim kebun BKLE termasuk kelas A
73