Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 92

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN


(TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE,
PT.WINDU NABATINDO ABADI,
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP,
KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

WILLY CANDRA
A24080132

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Study of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Fertilization on Mature Plant in Bangun
Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group,
Kotawaringin East, Central Kalimantan

Abstract
The internship was done in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunjaya Agro for three
months beginning on 13 Februari 2012 to 13 Mei 2012. The internship covers activity
concerning both technical and manajerial aspect such as worker, foreman, and as an
assistant.The purpose of this internship program is to improve technical and managerial
skill. The data were gained are primary data (direct method) and secondary data (indirect
method). Primary data are all information which was gained directly from observation by the
writer on the field covering accuracy of variety, accuracy of time, accuracy of dosage,
accuracy of fertilization method, accuracy of fertilization where, deficiency ditermined by
direct discussion with labors and staff about palm oil. Secondary data was gained from office
garden files, oscar office files, and literary study. The secondary data gained were climate
data, productivity, fertilizer recommendation and realization, organization structure and
matters pertain to man power. From the data gathered then it is analyzed by using
descriptive method. Based on the observation, fertilization in plantation of Bangun Koling
Estate in general has fulfilled the accuracy of fertilization method and accuracy of variety
precises.

Key words :Oil Palm, accuracy of fertillization, dosage, time.

RINGKASAN

WILLY CANDRA. Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate,
PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup,
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Dibimbing oleh SUDRADJAT).
Kegiatan magang mempunyai tujuan untuk memperoleh pengalaman
kerja, keterampilan teknis dan manajerial pada perusahaan perkebunan kelapa
sawit. Selain itu tujuan khusus magang yaitu memperdalam pengetahuan
mahasiswa dalam penanganan permasalahan dan teknik budidaya kelapa sawit
khususnya pada aspek manajemen pemupukan, sehingga dapat meningkatkan
efesiensi dan efektivitas pemupukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit.
Magang dilaksanakan di perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu
Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada bulan Februari-
Mei 2012.
Studi ini dilaksankan selama tiga bulan dari tanggal 13 Februari sampai
13 Mei 2012. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer
dengan bekerja secara langsung di lapangan sesuai dengan jenjang jabatan yang
ada di kebun. Selain itu juga dengan wawancara kepada karyawan lapangan dan
staf kebun. Metode tidak langsung dengan mendapatkan data sekunder kebun dan
arsip kebun berupa laporan harian, bulanan, dan tahunan. Pengamatan secara
khusus yaitu dengan mengambil data primer dan sekunder kemudian dianalisis
baik secara deskriptif maupun kuantitatif.
Kebun Bangun Koling Estate (BKLE) terletak di desa Tumbang Koling,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah. Letak geografis kebun BKLE yaitu pada koordinat diantara 112.01-
113.09BT dan 1.45-1.85LS. Luas areal kebun yang diusahakan yaitu 2530 ha.
Iklim pada kebun BKLE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe
iklim A (sangat basah). Rata-rata curah hujan selama lima tahun terakhir adalah
4 099 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 145 hari per tahun. Produksi
TBS kebun BKLE mengalami peningkatan sejak tahun 2009 dari 1 868 ton TBS
hingga tahun 2011 menjadi 21 892 ton TBS.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di kebun BKLE terhadap
manajemen dan keefektifan pemupukan diperoleh hasil untuk tingkat ketepatan
dosis, ketepatan waktu, dan ketepatan tempat masih belum sesuai rekomedasi
pemupukan dan belum mencapai standar kebun. Walaupun untuk ketepatan dosis
untilan pupuk sudah mencapai standar kebun. Kriteria ketepatan jenis dan
ketepatan cara sudah tercapai sesuai SOP yang telah ditetapkan perusahaan.
Realisasi pemupukan di kebun ini belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan
rekomendasi, hal ini dapat diketahui dengan masih cukup banyak tanaman yang
mengalami defisiensi hara. Dalam penggunaan tenaga kerja pemupukan masih
belum efisien sehingga berdampak pada menurunnya efesiensi biaya dan waktu.

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN
(TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE,
PT.WINDU NABATINDO ABADI,
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP,
KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

WILLY CANDRA

A24080132

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul : STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis


guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASI-
LKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN
KOLING ESTATE, PT. WINDU NABATINDO
ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP,
KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN
TENGAH
Nama : WILLY CANDRA
NIM : A24080132

Menyetujui,
Pembimbing

Dr Ir Sudradjat, MS
NIP. 19541120 198003 1 003

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr Ir Agus Purwito, M. Sc. Agr.


NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Willy Candra dilahirkan di Banyumas,


Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Maret 1989. Penulis
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kismo
dan Ibu Dasminah. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 2
Darmaji, kemudian pada tahun 2005 menyelesaikan studi di
SMPN 2 Purwokerto. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1
Purwokerto pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Kemudian penulis diterima di IPB
sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun
2009.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif diberbagai organisasi
kemahasiswaan. Pada tahun 2010 menjabat sebagai Ketua Masa Perkenalan
Departemen Agronomi dan Hortikultura dan staff divisi PSDM Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Tahun 2011 menjabat sebagai Ketua
Festival Tanaman XXXII (FESTA XXXII) sekaligus pada tahun itu sebagai Ketua
Divisi Litbangtan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Penulis
juga sebagai Ketua Divisi Kesekretariatan KOPERASI AGROHOTPLATE
HIMAGRON tahun 2011.
Penulis aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan IPB
seperti Agrosportment 2011 HIMAGRON IPB, Farmer Field Day (FFD) 2010
IPB, Temu Keluarga Besar 2009 (TEGAR) Departemen Agronomi dan
Hortikultura, up grading 2011 HIMAGRON IPB. Penulis juga sebagai Asisten
Praktikum MK. Dasar-Dasar Agronomi tahun 2011 dan MK Ekologi Pertanian
tahun 2011.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Studi Pemupukan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan
Bangun Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro
Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan program studi strata satu di Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan semua
pihak yang telah membantu baik langsung maupun tak langsung. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan
kepercayaan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi karena telah
membantu memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr.Ir Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi selaku dosen
pembimbing akademik dan dosen penguji.
4. Bapak Sutikno, SP (Asisten Divisi II), Bapak Turmudzi (Asisten Divisi
III), Bapak Najamudin, SP (Asisten Divisi I), Bapak Khairul Ahmad, SP
(Estate Manager), dan Bapak Khairul Ikhwan, SP (Kasie) selaku
pembimbing lapangan dan manajerial yang telah membimbing selama
menjalani magang.
5. Keluarga besar kebun Bangun Koling Estate dan PT. Bumitama Gunajaya
Agro.
Bogor, Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... viii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan ................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Botani Kelapa Sawit .......................................................................... 3
Syarat Tumbuh ........................................................................................ 3
Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit .................................................... 4
METODE MAGANG ................................................................................ 7
Waktu dan Tempat ............................................................................ 7
Metode Pelaksanaan .......................................................................... 7
Pengamatan dan Pengumpulan Data ...................................................... 8
Analisis data dan Informasi ............................................................... 10
KEADAAN UMUM .................................................................................. 11
Letak Wilayah Administratif ............................................................. 11
Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................. 12
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan ........................... 13
Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................... 13
Fasilitas Kebun ........................................................................................ 15
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................... 16
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. 19
Pelaksanaan Teknis .......................................................................... 19
Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman, dan Gulma .......... 19
Pemupukan ........... 23
Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit .... 33
Pemanenan TBS ................................ 34
Perawatan Jalan dan Piringan Manual ................ 39
Kegiatan Stimulasi Kebun (Field Visit) ....... 40
Penggunaan Bor Biopori ...... 41
Kegiatan Sekat Air, Monding, dan Siltpit ............... 41
Penunasan .. 42
Aspek Manajerial .............................................................................. 43
Karyawan Non-Staf ...... 43
Karyawan Staf ... 46
PEMBAHASAN ..................................................................................... 47
Konsep Pemupukan ..................................................... 47

Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk ........ 54


Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan ........ 55
Defisiensi Tanaman ............................ 57
Biaya Pemupukan dan Cost/Ha Pemupukan .............................. 57
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 58
Kesimpulan .............................................................................. 58
Saran ....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 60
LAMPIRAN ............................................................................................... 62

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada


Tanah Mineral .................................................................................................. 6
2. Jenis Tanah Kebun BKLE ................................................................................ 12
3. Topografi Lahan Kebun BKLE ........................................................................ 12
4. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE .................................................... 13
5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE .......................................... 14
6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE.................................... 14
7. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKLE Tahun 2009-2011.................. 15
8. Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE .......................................................... 17
9. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP ................................................................. 30
10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB ............................................................ 30
11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan ...................................................... 31
12. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk ....................................................................... 32
13. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Kebun BKLE ......................................... 32
14. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan RP .............................................. 33
15. Komposisi Kandungan Nutrisi JJK .................................................................. 34
16. Peralatan Panen Kebun BKLE ......................................................................... 36
17. Realisasi Pemupukan Kebun BKLE Tahun 2011 ............................................ 48
18. Rencana Aplikasi Pemupukan kebun BKLE ................................................... 51
19. Realisasi Aplikasi Pemupukan BKLE Bulan Januari-April 2012 .................... 51
20. Profil Pemupuk dan Prestasinya ....................................................................... 55

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Fasilitas Kebun BKLE (a. TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.Perumah-
an Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g. Masjid; h. Gudang dan
Kantor BMS; i. Polibun) ....................................................................................... 16
2. Pengendalian Gulma Secara Manual (a. Tebas Gawangan; b. Babat Piring-
an dan Garuk Kacangan) ....................................................................................... 21
3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan ............................................ 22
4. Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun .................................................... 25
5. Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS .................................................................. 26
6. Penguntilan Pupuk di Gudang BMS ..................................................................... 27
7. Pelangsiran Pupuk di Jalan CR ............................................................................. 28
8. Penaburan Pupuk RP............................................................................................ 29
9. Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23 ...................... 31
10. Aplikasi Janjang Kosong TBS ............................................................................. 34
11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012 .................................................... 51

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas .......... 63


2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor ............... 65
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten ................ 67
4. Peta Kebun Bangun Koling Estate (BKLE) .............................................. 71
5. Data Curah Hujan Kebun BKLE Tahun 2007-2011 ................................. 72
6. Peta Jenis Tanah ........................................................................................ 73
7. Struktur Organisasi Kebun Wilayah 4 ..................................................... 74
8. Struktur Organisasi BKLE ........................................................................ 75
9. Peta Status Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit Kebun BKLE ................ 76
10. Biaya Pemeliharaan TM Kebun BKLE Tahun 2011 ................................ 77

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman


perkebunan unggulan di Indonesia. Prospek pengembangan tanaman kelapa sawit
di Indonesia ini masih prospektif. Tanaman ini merupakan salah satu penghasil
devisa non migas terbesar bagi negara kita. Pada sektor perkebunan, kelapa sawit
merupakan komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan
perekonomian negara. Volume ekspor minyak kelapa sawit menunjukan data yang
terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2008
mencapai 18,141,006 ton dengan nilai US$ 14,110,229 dan pada tahun 2010
mengalami peningkatan dengan volume ekspor 20,615,958 ton dengan nilai US$
12,626,595 (Ditjenbun, 2011).
Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek
cerah karena seiring dengan berjalannya waktu, industri-industri yang berbasis
bahan baku produk kelapa sawit meningkat pesat. Peningkatan produksi minyak
sawit sejalan dengan pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan
produksi tandan buah segarnya. Data menunjukan pada tahun 2008 terdapat 7,363,
847 ha luas areal kelapa sawit dengan produksi CPO sebesar 18,141,006 ton dan
tahun 2010 meningkat menjadi 8,430,027 ha dengan produksi CPO 20,615,958
ton (Ditjenbun, 2011).
Produktivitas yang sesuai dengan standar kelas lahan kelapa sawit dapat
dicapai melalui kegiatan pemeliharaan. Menurut Febriana (2009) pemeliharaan
tanaman meliputi kegiatan pengendalian gulma, pemeliharaan piringan,
pemeliharaan pasar pikul, pemeliharaan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH),
pemeliharaan gawangan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
produktivitas kelapa sawit.
Kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur
panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan
hara harus diimbangi dengan penambahan unsur hara yang dilakukan melalui

2

pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk menyediakan unsur


hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi,
serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua yaitu,
pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan ini didasarkan pada tujuan
pemupukannya. Pemupukan pada TBM lebih ditujukan untuk memacu
pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pemupukan pada TM ditujukan untuk
mendukung pertumbuhan generatif. Secara umum pemupukan bermanfaat
menyediakan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi
dan produksi yang maksimal dapat tercapai (Qomar, 2010).
Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan
tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan, 2010). Selain itu,
pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi persediaan unsur hara di dalam
tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk dilakukan dua
kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis pupuk
ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi
visual tanaman. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal umur tanaman.
Peningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan yang
efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan yang
baik meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu
pemupukan, frekuensi pemupukan, dan pengawasan mutu pupuk.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya agar dapat memahami
dan melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan tentang
budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis lapangan serta manajerial dalam
melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit. Selain itu, tujuan khusus
dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman
kelapa sawit, mencakup efisiensi dan efektivitas pemupukan yang dilakukan oleh
tenaga kerja pemupukan di perusahaan ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa


pohon batang lurus dari kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili
Arecaceae, dan genus Elaeis (Mangoensoekarjo, 2007). Nama latin kelapa sawit
Elaeis berasal dari elaion yang berarti minyak, guineensis berasal dari kata guinea
berarti Pantai Barat Afrika, dan Jacq yang merupakan botanis Amerika pemberi
nama latin kelapa sawit.
Batang kelapa sawit tidak memiliki cabang dan kambium dengan tipe
pertumbuhan primer. Titik tumbuhnya berada pada ujung batang. Tinggi
maksimum kelapa sawit yang ditanam di perkebunan mencapai 18 meter,
sedangkan yang tumbuh di alam mencapai 30 meter.
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap hara dalam tanah
dan respirasi tanaman. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke
samping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer
tumbuh hingga perbatasan air tanah, sedangkan akar sekunder, tersier, kuarter
tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tersier dan kuarter
menuju lapisan atas yang mengandung banyak zat hara.
Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap,
dan bertulang daun sejajar. Daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai
lebih dari 7.5 9 meter, dimana jumlah anak daun 250 400 helai per pelepah.

Syarat Tumbuh

Faktor iklim berpengatuh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa


sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropis basah (12LU 12LS)
dengan ketinggian 0 500 meter dpl. Curah hujan yang baik bagi kelapa sawit
adalah 2000 2500 mm/tahun dengan hujan yang agak merata dan tidak memiliki
defisit air. Suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar 24 28 C, namun masih
dapat tumbuh pada suhu terendah 18 C dan tertinggi 32 C (Setyamidjaja, 2006).
4

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, tekstur
ringan, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal
sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Kemiringan yang paling baik untuk areal
pertanaman kelapa sawit adalah 0 - 15. Kelapa sawit tumbuh baik pada pH 5.0
5.6, tetapi tanaman ini masih dapat tumbuh pada pH 4.0 6.0.

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit

Manajemen pemupukan yang baik pada kelapa sawit harus mengacu


pada konsep efektivitas dan efisiensi. Tujuan dari manajemen aplikasi pupuk di
perkebunan kelapa sawit yaitu menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit sehingga dapat memberikan
produksi yang ditargetkan sesuai dengan produktivitas kelas lahannya
(Adiwiganda, 2007). Menurut Andayani (2008) pemupukan merupakan upaya
untuk menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendorong peertumbuhan
vegetatif tanaman dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan
ekonomis, serta untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemberian pupuk
yang tepat dapat meningkatkan produksi untuk mencapai produtivitas standar
yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan.

Kegunaan unsur hara


Jenis dan kegunaan unsur hara penting dalam kegiatan pemupukan di
perkebunan kelapa sawit. Pengetahuan ini bertujuan untuk meningkatkan
ketepatan baik jumlah, saat pemupukan, dan efektivitas pupuk terhadap produksi
tanaman. Beberapa unsur hara yang penting bagi kelapa sawit, antara lain:
1. Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna
bagi pertumbuhan tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil.
Kekurangan unsur N mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun dan
produksi daun juga menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan
terhambat dan daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk
yang mengandung N adalah Urea atau ZA.
2. Phospor (P), merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak,
berperan dalam proses transfer energi sebagai penyusun ADP/ATP maupun
5

penyusun kode genetik tanaman, memperkuat perakaran dan batang tanaman,


serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh
kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk
SP-18, rock phosphat, SP-36.
3. Kalium (K), unsur ini juga diperlukan dalam jumlah banyak, penting untuk
penyusunan minyak, pengaktifan enzim, mengangkut hasil fotosintesis dan
mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi
pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejalanya akan timbul
bercak transparan, lalu megering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.
4. Magnesium (Mg), diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam
proses fotosintesis, respirasi tanaman, dan pengaktifan enzim. Kekurangan
unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun tua nampak kekuningan jika
terkena sinar matahari, sedangkan daun yang terlindung tidak terjadi hal
tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.

Ketepatan pemupukan
Pupuk adalah sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan
dan produksi tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, pemupukan perlu dilakukan
secara efisien dan efektif karena biaya yang di butuhkan dalam pemupukan
tidaklah sedikit. Menurut Darmosarkoro (2003) biaya pemupukan kurang lebih
24% dari total biaya produksi atau sekitar 40-60% dari total biaya pemeliharaan.
Pemupukan yang efektif dan efisien harus memperhatikan 5T yaitu tepat dosis,
tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat tempat.
Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman (tepat dosis). Tepat dosis artinya pupuk harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak
kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan
semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Beberapa kisaran dosis
pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat
pada Tabel 1.

6

Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan


pada Tanah Mineral

Kelompok Umur Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)


(tahun) Urea SP-36 MOP Kieserite
38 2 1.5 1.5 1
9 13 2.75 2.25 2.25 1.5
14 20 2.5 2 2 1.5
21 25 1.75 1.25 1.25 1
Sumber: Lubis (2008)
Tepat waktu. Pemupukan yang efektif dilakukan pada saat tanah
mengandung cukup air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan.
Biasanya pemupukan di lakukan dua kali dalam setahun. Waktu pemupukan harus
disesuaikan dengan keadaan tanaman dan juga curah hujan. Pagi sampai siang
hari adalah waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan pada kelapa sawit
(Qomar, 2010).
Tepat jenis. Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa
sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), rock phosphate atau SP-36 (unsur P),
MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat
(unsur B). Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa
sawit.
Tepat cara dan tempat. Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan
untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masing-masing seperti :
(a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai batas bokoran.
(b) P2O5 dan MgO (Phosphate dan Magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari
tanaman sampai ujung bokoran. Namun apabila Rock phosphate yang
digunakan, tempat penaburan pupuknya adalah disekitar gawangan di pinggir
rumpukan pelepah dan diatas gulma lunak yang tumbuh disana.
(c) K2O (Kalium) ditaburkan diujung bokoran.

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari tanggal 13
Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012 di Bangun Koling Estate, PT Windu
Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup, Kotawaringin Timur,
Kalimantan Tengah.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan meliputi seluruh kegiatan aspek


teknis di lapangan dan aspek manajerial baik di kebun maupun di kantor.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain penulis sebagai karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor, pendamping asisten divisi. Kegiatan pada tiga
minggu pertama adalah melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas
(KHL) dan melaksanakan semua kegiatan di lapangan sesuai dengan kegiatan
kebun. Sebagai KHL penulis melaksanakan kegiatan penanaman, pemupukan,
pengendalian gulma, sanitasi, panen, dan pengangkutan tandan buah segar sampai
dengan pabrik pengolahan kelapa sawit. Jurnal harian sebagai KHL dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Selama tiga minggu selanjutnya, kegiatan magang dilaksanakan sebagai
pendamping mandor. Penulis mempelajari kewenangan dan tanggung jawab
seorang mandor. Jurnal kegiatan harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat
pada Lampiran 2. Pada enam minggu terakhir sebagai pendamping asisten/kepala
divisi. Sebagai pendamping asisten divisi penulis belajar cara-cara manajerial
tingkat divisi, misalnya menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana
kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah
dijadwalkan, mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jurnal harian
sebagai pendamping asisten divisi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Metode yang dilakukan secara khusus untuk aspek pemupukan pada
kelapa sawit yaitu mengamati dan menganalisis proses manajemen distribusi
pupuk dari gudang penyimpanan pupuk sampai dengan pekerja atau karyawan di
8

lapang. Selain itu juga mempelajari pengelolaan analisis daun, rekomendasi


pemupukan, aplikasi pupuk di lapangan, tenaga kerja dan pengawasan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung (data


primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi
yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi
dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Ada beberapa indikator yang harus
diamati secara detail oleh penulis agar pemupukan pada perusahaan tersebut
efektif dan efisien. Kemudian dibandingkan dengan standar yang ada di
perusahaan tersebut. Data ini meliputi ketepatan dosis dan jenis pupuk yang
diberikan, ketepatan cara pemupukan, jumlah HK yang dipakai pada kegiatan
pemupukan, dan pengamatan gejala kekurangan hara tanaman.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data kondisi kebun,
meliputi peta areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman,
produksi dan produktivitas, data curah hujan, serta data rekomendasi pemupukan
kelapa sawit; (2) standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan,
produksi, dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen seperti: struktur
organisasi, jumlah dan status karyawan, dan (4) sarana dan prasarana kebun.
Data primer yang diamati penulis dengan metode sampling secara acak
(Simple Random Sampling) adalah:
a. Ketepatan dosis pemupukan
Data diperoleh dengan mengambil 60 contoh pokok pada beberapa tempat
disesuaikan dengan standar dosis rekomendasi pupuk yang ditetapkan oleh
perusahaan. Data tersebut diambil dari tiga blok sebagai ulangan.
b. Gejala defisiensi hara
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan 330 pokok contoh pada
beberapa tempat dengan melaksanakan pengamatan visual dari gejala
defisiensi hara yang muncul pada tanaman contoh pada perusahaan tersebut.
c. Ketepatan tempat pupuk ditebar
Pengamatan dilakukan pada 60 pokok pada beberapa tempat kemudian
dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapakan perusahaan. Sebelumnya
9

dilakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap jumlah pokok terpupuk dan


tidak terpupuk pada tempat tersebut. Data tersebut diambil dari tiga blok
sebagai ulangan.
Selain data di atas, data yang diamati adalah mengenai tenaga kerja
pemupukan yaitu :
a. Ketepatan dosis untilan pupuk
Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada empat orang penguntil
yang dilakukan selama empat hari dengan mengambil sample sebanyak 30
untilan. Ketepatan untilan dilakukan dengan menimbang kembali bobot
untilan, kemudian dibandingkan dengan standar bobot untilan yang telah
ditetapkan oleh kebun.
b. Aplikasi dan waktu pemupukan
Data diperoleh dengan mengambil 15 penabur untuk diamati ketepatan cara
menabur pupuknya, lalu disesuaikan dengan standar perusahaan dan
dibandingkan dengan pustaka. Untuk ketepatan waktu pemupukan dengan
mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian menganalisis berdasar data
curah hujan.
c. Efisiensi tenaga kerja
Data primer ini penulis peroleh dengan menghitung prestasi kerja pemupuk
berdasar bobot pupuk/HK dan dibandingkan dengan standar kerja yang
diterapakan oleh perusahaan. Prestasi kerja berdasar bobot pupuk/HK yang
diamati meliputi jenis pupuk, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja dalam
satu blok.
d. Manajemen dan distribusi pemupukan di lapangan
Data ini diamati secara pengamatan visual dari gudang pupuk (HK, waktu
sampai ke blok, kebutuhan angkut setiap truk, bobot pupuk), distribusi
mandor di blok (HK, waktu pelangsiran pupuk pada blok, bobot pupuk,
jumlah tenaga kerja), dan pekerja (HK, jumlah tenaga kerja, kebutuhan
pupuk, waktu).

10

Analisis Data dan Informasi

Semua data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan magang


dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan perhitungan
matematis yang meliputi nilai rata rata dan standar deviasi, uji korelasi,
persentase, ataupun perhitungan matematis sederhana lainnya. Data disajikan
dalam bentuk grafik, tabel, dan diagram sesuai dengan kebutuhkan. Setelah itu,
data dan informasi tersebut dibandingkan dengan standar dan aturan kerja dari
setiap kegiatan yang berlaku.

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit


yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai
Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling Estate (BKLE). Untuk masing-masing
unit melakukan kegiatan sistem operasional dengan manajemen yang terpisah,
namun ketiga unit usaha ini masih berada dalam satu induk perusahaan, yaitu PT
Bumitama Gunajaya Agro (BGA).
Ketiga unit usaha tersebut mempunyai satu pabrik pengolahan kelapa
sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM) yang terletak tidak jauh dari masing-
masing estate. Pabrik ini yang mengolah tandan buah segar kelapa sawit menjadi
produk Crude Palm Oil (CPO). Sebelumnya kebun ini bernama Tumbang Koling
Estate, tetapi karena ada perbedaan arti nama kebun maka pada tahun 2009
berubah nama menjadi Bangun Koling Estate.

Letak Geografis dan Administratif

Kebun kelapa sawit Bangun Koling Estate (BKLE) adalah salah satu
kebun dari unit usaha yang dimiliki oleh PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT
WNA merupakan anak perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup di
daerah Kalimantan Tengah. Kebun BKLE ini terletak di desa Tumbang Koling,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cempaga
Estate (SCME), sebelah barat berbatasan dengan PT TASK Kelapa Sawit, sebelah
utara berbatasan dengan PT Nabatindo Karya Utama (NKU), dan sebelah selatan
berbatasan dengan PT Sarana Sawit. Kebun BKLE terletak pada koordinat
diantara 112.01-113.09BT dan 1.45-1.85LS. Peta Kebun BKLE dapat dilihat
pada Lampiran 4.

12

Keadaan Iklim dan Tanah

Iklim di kebun BKLE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk


tipe iklim A (sangat basah). Daerah ini memiliki dua musim yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Pada bulan Juli dan bulan September adalah puncak dari musim
kemarau sedangkan bulan April dan bulan Oktober puncak dari musim hujan
berdasarkan data curah hujan dari tahun 2007-2011. Rata-rata curah hujan selama
5 tahun terakhir adalah 4,099 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 145 hari
per tahun. Suhu rata-rata harian adalah 27 C dengan kisaran 23-33C. Rata-rata
bulan kering 0.8 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 10.8 bulan/tahun. Keadaan
curah hujan di BKLE tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Secara umum kebun ini memiliki 4 jenis tanah, yaitu tanah entisol, tanah
gambut, tanah inceptisol, dan tanah ultisol. Tanah yang dominan pada kebun
BKLE adalah tanah inceptisol. Tanah ini berwarna beraneka ragam tergantung
jenis bahan induknya. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tanah Kebun BKLE
Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%)
Entisol (Pasir) 982.67 38.85
Histosol (Gambut) 179.84 7.11
Inceptisol (Kaolin) 1,349.14 53.33
Ultisol (Podzolik) 18.67 0.71
Sumber : Data Kebun BKLE (2012)
Keadaan topografi lahan ini mayoritas relatif datar dengan tingkat
kemiringan 0-8% dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-
15% serta daerah berbukit dengan kemiringan 15-30%. Untuk lebih jelasnya
keadaan topografi lahan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Topografi Lahan Kebun BKLE
Topografi Luas (ha) Persentase (%)
Datar (0%-8%) 2,484 98.18
Bergelombang (9%-15%) 42 1.69
Berbukit (15%-30%) 4 0.16
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Berdasarkan kelas kesesuaian lahan kebun BKLE termasuk dalam lahan
kelas S3. Artinya tanah di kebun ini apabila dimanfaatkan untuk budidaya kelapa
sawit harus diimbangi dengan upaya meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini dapat

13

dilakukan dengan cara penanaman LCC (Legum Cover Crop), pemupukan yang
efektif dan efisien, dan aplikasi bahan organik sehingga dapat meningkatkan
produktifitas tanaman kelapa sawit.

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan

Luas HGU kebun BKLE adalah 3,203 ha, dengan rincian 2,530 ha sudah
diusahakan yang terdiri dari 2,087 ha tanaman menghasilkan (TM) dan 443 ha
tanaman belum menghasilkan (TBM). Kemudian untuk areal prasarana seluas 140
ha dan areal yang mungkin bisa ditanam yaitu seluas 178 ha. Kebun ini memiliki
empat divisi , yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas
876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE
Uraian Luas (ha)
I. Areal yang diusahakan
A. Areal yang ditanam
Tanaman Menghasilkan (TM) 2,087
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 443
TOTAL AREAL DITANAM 2,530
B. Areal Prasarana
Emplasemen 67
Jalan dan Jembatan 73
TOTAL AREAL PRASARANA 140
II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan
C. Okupasi 178
TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN 178
D. Tanah Desa 53
E. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus 303
TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN 356
GRAND TOTAL 3,203
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Keadaan Tanaman dan Produksi


Kebun BKLE mempunyai sumber tanaman kelapa sawit yang berkualitas.
Varietas kelapa sawit yang ditanam pada kebun ini yaitu ASD/Costarica, Marihat
V, Socfindo, PNG, Lonsum, Lonsum 2. Bibit yang paling banyak ditanam yaitu

14

varietas Marihat V. Komposisi bibit yang ditanam di kebun BKLE dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE
Jenis bibit Luas (ha) Persentase (%)
ASD/Costarica 421.79 16.67
Lonsum 2 144.65 5.71
Lonsum 8.07 0.32
PNG 438.06 17.31
Marihat V 1,323.3 52.31
Socfindo 193.8 7.66
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Jarak tanam yang digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak
antar baris 7.97 m dan jarak dalam baris 9.2 m sehingga populasi dalam 1 ha 136
tanaman. Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa terdapat jarak tanam yang
berbeda-beda pada satu blok dan populasi yang berbeda-beda juga pada setiap
satu hektar. Hal ini di akibatkan karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan
untuk ditanami, adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit tanaman. Jumlah
populasi tanaman di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE
Satuan Pokok/Ha
Tahun Tanam Luas Areal (ha) Populasi
(pkk/ha)
2006 560.06 76,097 136
2007 1,526.55 204,666 134
2008 261.05 37,727 145
2009 34.63 5,025 145
2010 122.33 16,622 136
2011 25.01 3,401 136
TOTAL 2,529.65 343,535 136
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Kebun ini mulai berproduksi pada tahun 2009 karena tahun tanam pertama
adalah tahun 2006. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE untuk
3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

15

Tabel 7. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKLE Tahun 2009-2011


Tahun Luas Lahan Produksi Jumlah BJR Produktivitas
(ha) (ton) Janjang (JJR) (ton/ha)
2009 2,264 1,868 470,984 3.97 0.83
2010 2,348 10,441 2,544,210 4.10 4.45
2011 2,348 21,892 4,602,846 4.76 9.33
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Dari data diatas terlihat bahwa produksi tandan buah segar meningkat
setiap tahunnya. Data menunjukan bahwa kebun BKLE terus mengalami
peningkatan produksi dari 1 868 ton TBS pada tahun 2009 menjadi 21 892 ton
TBS pada tahun 2011. Hal tersebut karena peningkatan adanya luas areal dan
pemeliharaan tanaman yang efektif meliputi kegiatan pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Selain itu juga peningkatan
produksi akibat dari bertambahnya areal TM yang ada di kebun BKLE.

Fasilitas Kebun

Fasilitas yang dimiliki oleh kebun BKLE yaitu kantor kebun, kantor divisi,
poliklinik, Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor Blok Manufaring System (BMS)
dan Blok Spraying System (BSS), beberapa gudang bahan dan alat-alat kebun,
masjid, lapangan sepak bola, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis. Semua
fasilitas yang ada di kebun BKLE bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
karyawan guna meningkatkan kinerja karyawan. Kantor kebun berfungsi untuk
pusat administrasi kebun. Kantor divisi sebagai tempat administrasi masing-
masing divisi, misalnya sebagai tempat rapat divisi. Divisi kebun dipimpin oleh
seorang asisten divisi. Kebun BKLE juga menyediakan perumahan untuk semua
karyawannya. Perumahan untuk karyawan staff dan Divisi II terletak di sekitar
kantor kebun sedangkan untuk karyawan Divisi I, III, dan IV ada di setiap divisi
masing-masing. Pihak kebun menyediakan bus untuk antar jemput putra-putri
karyawan yang sekolah. Beberapa fasilitas yang tersedia di kebun BKLE dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

16

a b c

d e f

g h i
Gambar 1. Fasilitas Kebun BKLE (a.TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.
Perumahan Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g.
Masjid; h. Gudang dan Kantor BMS, i. Polibun)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan salah satu unit usaha dari
PT Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA Grup). PT WNA dipimpin oleh
seorang Kepala Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer
Plantation). Seorang Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah untuk
melaksanakan kegiatannya, Departemen Support yang terdiri dari staf PAD
(Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information System), Chief
Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan
Kepala Traksi Wilayah. Struktur organisasi PT WNA wilayah IV dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Kebun Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM)
yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasie) dan tiga Asisten Divisi. Asisten
Divisi akan dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport,

17

mandor perawatan, mandor panen, mandor chemis (semprot), mandor pupuk, dan
mandor mekanik. Bagian kantor yaitu Kasie akan dibantu oleh accounting,
kasier, admin, personalia, dan mantri tanaman.
Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola
dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan
yang meliputi produksi, sumber daya manusia, dan biaya yang dibantu oleh
asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya bertanggung
jawab langsung dengan Kepala Wilayah.
Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas
melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi.
Selain itu juga memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan
kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM
dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor dan kerani
divisi.
Kepala Administrasi yaitu orang yang bertanggung jawab dalam
mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Dalam tugasnya dibantu oleh
karyawan di kantor kebun. Struktur organisasi kebun Bangun Koling Estate
(BKLE) dapat dilihat pada Lampiran 7.
Kebun BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan non staf.
Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala
Administrasi sedangkan karyawan non staf yaitu pekerja langsung di lapangan
dan tidak langsung seperti mandor, kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri
dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Karyawan Harian Tetap (KHT) dan
Karyawan Bulanan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di kebun BKLE
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE
No Status Pegawai Jumlah
1 Staf 5
2 Bulanan 14
3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 199
4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 180
Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.16
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

18

Hari kerja setiap minggu adalah enam hari dengan 7 jam kerja, sedangkan
hari jumat hanya 5 jam kerja. Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian
antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. Pada kebun BKLE diperolah
hasil HK/ha yaitu 0.16. Menurut Pahan (2010) perkebunan kelapa sawit
memerlukan HK/ha atau tenaga kerja sebanyak 0.2 orang setiap ha nya. Sistem
pembayaran gaji untuk karyawan berbeda-beda tergantung pada statusnya.
Perbedaan terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan dari
perusahaan. Ketentuan yang berlaku pada kebun BKLE untuk karyawan adalah
sebagai berikut :
1. Karyawan Bulanan: mendapatkan tunjangan beras, mendapat fasilitas
rumah dan listrik, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan
kebun, mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dari perusahaan dan
tunjangan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat.
2. Karyawan Harian Tetap (KHT): mendapatkan tunjangan beras,
mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung sesuai
dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1,456,000 per bulan, mendapatkan
tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas biaya kesehatan apabila sakit.
3. Karyawan Harian Lepas (KHL): tidak mendapatkan tunjangan beras
dan tunjangan JAMSOSTEK, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji
yang didapatkan per bulan yaitu jumlah upah harian sebesar Rp 58,240 per
HK dikalikan hari kerja, setelah bekerja tiga bulan KHL dapat diangkat
menjadi karyawan KHT.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek
manajerial. Aspek teknis yaitu melakukan kegiatan teknis di lapangan selama
menjadi karyawan harian. Aspek manajerial yaitu melakukan kegiatan sebagai
supervisor untuk mempelajari manajerial dan sistem administrasi kebun. Dalam
pelaksanaan magang selalu diarahkan oleh manajer kebun, asisten divisi, kasie
kebun, mandor I, krani divisi, mandor pupuk, mandor chemist (semprot), mandor
perawatan, mandor panen, dan krani panen.

Pelaksanaan Teknis
Penulis melakukan kegiatan teknis dengan menjadi Karyawan Harian
Lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pelaksanaan
kegiatan dimulai dari mengikuti apel pagi pukul 04.45 WIB. Pada apel pagi
dijelaskan untuk kegiatan hari itu dimasing-masing kemandoran dengan terlebih
dahulu melakukan absensi. Apel dipimpin oleh asisten divisi atau mandor I.
Semua pekerjaan selesai pada pukul 13.25 WIB dengan waktu untuk istirahat
antara pukul 10.00-10.30 WIB. Pekerjaan teknis yang dilakukan penulis meliputi
pemupukan, pengendalian hama/penyakit dan gulma, aplikasi janjang kelapa
sawit, dan pemanenan.

Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman dan Gulma

Pengendalian Hama
Kegiatan pengendalian hama penting dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman kelapa sawit dan sanitasi kebun. Pengendalian hama
dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati untuk mengendalikan ulat api.
Kebun BKLE menanam tanaman Turnera ulmifolia dan Neprolephis biserata
untuk mengendalikan ulat api. Tanaman ini adalah inang bagi predator hama ulat
api. Tanaman Turnera ulmifolia ditanam disepanjang jalan utama dan jalan antar
blok. Pengendalian kumbang tanduk dilakukan dengan cara membuat perangkap

20

yang disebut dengan ferotrap. Perangkap ini dipasang di jalan antar blok. Di
dalam perangkap ini terdapat bahan kimia yang disebut feromond yang dapat
menarik kumbang tanduk jantan datang karena aroma bahan kimia ini seperti zat
yang dikeluarkan kumbang tanduk betina, sehingga merangsang kumbang jantan
masuk ke dalam perangkap.

Pengendalian Gulma
Gulma yang banyak ditemukan di kebun BKLE adalah Mikania micranta,
Chromolaena odorata, Ageratum conizoides, Dicrapnotheris linearis,
Neprolephis biserata, Melastoma malabathricum, dan Clidemia hirta. Khusus
untuk gulma Neprolephis biserata dibiarkan hidup pada gawangan mati dan
pokok kelapa sawit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat evaporasi pada
tanah sehingga kelembaban tetap terjaga.
Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma dengan cara manual
dilakukan di gawangan dan piringan. Alat yang digunakan yaitu parang dan
golok. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di gawangan dilakukan
dengan cara membabat atau menebas gulma anak kayu yang ada pada gawangan
mati ataupun gawangan hidup. Standar kerja pengendalian gulma secara manual
di gawangan adalah 2 HK setiap gawangan (1 ha).
Pembabatan dilakukan dengan sistem ancak giring, pembabat akan
berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum selesai.
Gulma ditebas 20 cm dari permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual
0.5 ha/HK. Kegiatan piringan manual adalah membersihkan gulma yang terdapat
pada piringan pokok dan mengutip brondolan hitam agar tidak tumbuh menjadi
kentosan serta menarik kacangan yang menutupi tanaman kelapa sawit. Prestasi
kerja untuk piringan manual yaitu 0.5 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma
manual umumnya dilakukan pada tanaman yang baru menghasilkan, karena pada
kondisi ini tanaman memerlukan banyak perawatan dan keadaan piringan yang
harus bersih.
Kegiatan pengendalian gulma manual dilakukan pada blok M 20 di divisi
II. Pembabatan gulma dan piringan manual dilakukan kurang maksimal karena
kurangnya tenaga kerja. Selain itu kondisi lahan dan topografi yang sulit untuk
dilalui tenaga kerja karena sebagian besar tergenang air, lahan yang penuh rawa,

21
dan lahan yang curam. Di bawah ini adalah gambar kegiatan pengendalian gulma
secara manual yang dilakukan karyawan kebun BKLE.

a b
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Manual. (Gambar a. Tebas Gawangan;
Gambar b. Babat Piringan dan Garuk Kacangan)

Pengendalian gulma dengan menggunakan kimia. Metode ini


menggunakan herbisida, aplikasinya dengan cara disemprotkan langsung pada
gulmanya secara merata. Penyemprotan dilakukan pada TBM dan TM kelapa
sawit. Pengendalian gulma dilakukan pada gawangan, piringan, TPH, dan pasar
pikul. Bahan herbisida yang digunakan untuk pengendalian di gawangan adalah
Meta-prima 20 WP (metil metsulfuron) sedangkan pada piringan menggunakan
KLEENUP 480 SL (glifosat).
KLEENUP 480 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik
berbentuk larutan, berwarna coklat muda, digunakan untuk mengendalikan alang-
alang pada pertanaman kelapa sawit, dan lahan tanpa tanaman serta gulma
berdaun sempit. Bahan aktifnya yaitu isopropil amina glifosat 480 g/l atau setara
dengan glifosat 356 g/l.
Meta-prima 20 WP adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat
selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat didispersikan
dalam air untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sempit, dan teki pada kelapa
sawit. Bahan aktifnya adalah metil metsulfuron 20%. Herbisida ini digunakan
untuk mengendalikan Ageratum conyzoides, Clidemia hirta, Synedrella nudiflora,
dan Colopogonium mucunoides.
Metode pengendalian gulma yang dilakukan di kebun BKLE adalah
sistem Blok Spraying System (BSS), yaitu penyemprotan dari blok satu ke blok
yang lain. Tim semprot menggunakan TUS (truk untuk semprot) yang memiliki
tangki berkapasitas 2,000 liter air. Tim BSS TUS kebun BKLE memiliki 30

22

tenaga kerja dan 2 tenaga pengairan atau pembawa herbisida yang dibagi menjadi
10 Kelompok Kecil Penyemprot (KKP) dan digunakan untuk satu estate. Alat
sprayer yang digunakan adalah SA-15 dengan nozel VLV 100 dan VLV 200.
Kapasitas sprayer ini yaitu 15 liter. Nozel VLV 100 memiliki flow rate 400-430
ml/menit untuk semprot piringan dan semprot semak sedangkan VLV 200
memiliki flow rate 900-915 ml/menit untuk semprot gawangan. Warna nozel
memiliki lebar semprot yang berbeda-beda. Nozel merah memiliki lebar semprot
2 meter dengan flow rate 2,475 ml/menit, nozel biru lebar semprot 1.5 meter
dengan flow rate 1,630 ml/menit, nozel hijau lebar semprot 1 meter dengan flow
rate 900 ml/menit, nozel kuning lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680
ml/menit. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan gawangan menggunakan nozel
warna merah, hijau, dan biru. Warna biru digunakan untuk semprot alang-alang.
Contoh perhitungan volume semprot nozel hijau dengan kecepatan jalan 48
meter/menit adalah:
,
Volume semprot =
.

, /
= = 187,500 ml/menit
/

= 187.5 l/menit
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk penyemprot adalah bendera batas
ancak, topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan
rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot karena
menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Namun pada
kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat
kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan penyemprotan.

Gambar 3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan


23

Pengendalian gulma pada piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan dengan
menggunakan herbisida glifosat (merek dagang KLEENUP 480 SL) dan metil
metasulfuron (merek dagang Meta-prima 20 WG). Dosis glifosat adalah 0.3
liter/ha sedangkan metil metsulfuron adalah 0.016 kg/ha. Sebelumnya glifosat
sudah dicampur dengan air 1:1 dan metil metsulfuron juga dicampur dengan air
1:10, kemudian dicampur dengan glifosat. Biasanya dosis yang digunakan untuk
glifosat 100 cc dan meta prima 30 cc yang diencerkan sesuai dengan volume kap
15 liter. Tangki diisi penuh sehingga dalam satu tangki semprot dapat mengisi
hingga 126 kali kap yang bervolume 15 liter. Standar prestasi kerja untuk
penyemprotan piringan adalah 3 ha/HK dan untuk semprot gawangan 2 ha/HK.
Rotasi kerja semprot yaitu 4 kali setahun.

Pemupukan

Pengambilan contoh daun (LSU)


Leaf Sampling Unit (LSU) adalah satu unit areal yang digunakan sebagai
pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan sebagai pokok
pengamatan Kesatuan Contoh Daun (KCD) dengan tujuan sebagai contoh yang
cukup serta mewakili untuk informasi kesuburan tanah dan perlakuan yang
diberikan dalam suatu luasan blok. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan
status hara tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan dalam rangka
penyusunan program pemupukan tahunan yang dilakukan oleh Departemen Riset
Bumitama Gunajaya Agro Group, menentukan pelepah ke 1 dan 17 dengan tepat
yang merupakan tempat pengambilan sample daun dan rachis yang benar.
Beberapa ketentuan yang digunakan dalam penentuan pokok yang
dijadikan sebagai tanaman contoh adalah:
1. Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan
tidak terkena penyakit tanaman.
2. Selain itu tanaman juga tidak terletak dipinggir jalan dan bangunan.
3. Apabila pokok yang diamati mati maka KCD bergeser satu pokok ke
depannya.

24

4. Jumlah blok yang diambil sebagai blok KCD adalah seluruh blok TM
yang ada.
5. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sampel dalam satu blok /KCD
adalah 1 % dari total pokok blok/KCD.
Penentuan contoh tanaman diambil dari baris ketiga dari ujung blok
tanaman di pinggir jalan utama dan dihitung setiap 10 baris tanaman. Tanaman
contoh pertama mulai dari pokok ketiga kemudian selang 10 tanaman sebagai
contoh tanaman kedua. Apabila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman
maka KCD selanjutnya pindah1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10
baris tanaman dari tanaman terakhir. Kemudian tanaman diberi tanda dengan cat
biru pada pangkal pelepah untuk semua pengamatan KCD sampai seluruh
tanaman dalam satu blok selesai agar tahun berikutnya tidak terjadi kesalahan,
tanda tersebut digunakan sampai tanaman diremajakan. Apabila tanaman contoh
mati maka KCD adalah tanaman yang letaknya dua pohon di depannya.
Kemudian tanaman diberi tanda panah (arah ke atas) artinya memasuki jalur
pokok sampel pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping
(sesuai arah perpindahan jalur sampel) artinya tanda keluar dari baris tersebut dan
pindah ke baris berikutnya pada pokok terakhir saat keluar jalur sampel.

Penanganan contoh daun


Sebelum mengambil daun yang digunakan untuk dianalisis dilakukan
pengamatan gejala defisiensi (N, K, Mg, B dan Cu) atau kondisi abnormal lainnya
pada tanaman saat pengambilan sampel di lapangan dengan ketentuan sebagai
berikut : a) Nilai 0 : apabila tanaman di sekitar pokok KCD tidak terdapat
tanaman yang mengalami defisiensi, b) Nilai 1 : apabila tanaman disekitar pokok
KCD terdapat 1-2 tanaman yang defisiensi, c) Nilai 2 : apabila tanaman disekitar
pokok KCD terdapat 3-4 tanaman yang defisiensi, d) Nilai 3 : apabila tanaman
disekitar pokok KCD terdapat 5-6 tanaman yang defisiensi.
Pengambilan contoh daun dilakukan antara pukul 07.00 s.d 12.00 WIB
dan tidak sedang hujan. Pengambilan contoh daun ditentukan pada pelepah ke 17
dengan cara menghitungnya berdasarkan daun pertama (pucuk tajuk) yang telah
membuka seluruhnya (100%). Kemudian pelepah ke 17 tersebut diambil dengan

25

egrek/parang/gergaji. Bagian tengah pada pelepah itu digunakan sebagai


pengambilan contoh daun. Untuk mengetahui bagian tengahnya dengan cara
meraba permukaan pelepah sampai ketemu bagian yang dinamakan pentil pada
pelepah itu. Selanjutnya satu jengkal dari bagian pentil diambil 12 anak daun yang
masing-masing 6 helai daun dari sebalah kanan dan kiri. Contoh dari masing-
masing blok dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi tanda atau label yang
jelas. Plastik dari masing-masing blok jangan sampai tercampur dengan blok lain.
Contoh daun dikirim ke bagian research untuk dilakukan analisis.

Gambar 4. Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun


Bagian sampel anak daun yang diambil untuk dianalis di laboratorium
adalah 1/3 bagian lembar anak daun ke arah pangkal atau kira-kira diiambil 20
cm. Sampel daun jangan sampai kotor karena jatuh ke tanah atau kena cat. Lidi
dari sampel daun dilepaskan dari helaian daun dan dibuang. Apabila sampel
daun belum dikirim ke laboratorium karena hari libur, maka sampel tersebut
jangan di tutup rapat di dalam plastik, kalau cuaca cerah, untuk menghindari
proses fermentasi, sampel di jemur atau dioven selama 24 jam dengan suhu 60-
65C. Setelah dikeringkan, sampel daun kemudian digiling (dihancurkan)
menggunakan alat penggiling daun, selanjutnya dimasukkan kedalam kantong
plastik dan diberi label dengan jelas.
Sampel daun setiap KCD dibagi menjadi 2 bagian; satu bagian untuk
dikirim ke laboratorium tanah dan satu bagian lagi disimpan sebagai file
(pertinggal) dan disimpan pada tempat yang kering dan dingin (suhu ruangan 25
C). Lama penyimpanan file (pertinggal) adalah dua tahun, setelah itu baru dapat
dibuang, hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi kesalahan analisa
(perhitungan) oleh pihak laboratorium, maka dapat dilakukan analisa kembali

26

dengan menggunakan file (pertinggal) yang ada. Kemudian seluruh sampel daun
yang telah digiling (dihancurkan) diberi label, dimasukkan kedalam kantong
plastik besar dan ditutup dengan rapat, di pack (bungkus) dengan rapi untuk
dikirim. Sebelumnya harus pastikan bahwa kolom pada blangko isian LSU terisi
semua dengan data yang di ambil di lapangan.

Penyimpanan Pupuk
Pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan terlebih dahulu disimpan di
gudang pupuk. Pada kebun BKLE terdapat dua gudang yaitu di divisi II dan divisi
III. Gudang ini masih dibuat dari kayu namun sirkulasi udara dalam ruangan
sudah cukup. Pupuk yang diletakan di dalam gudang diberi alas dari kayu agar
tidak lembab. Lantai untuk gudang pupuk disemen agar tidak mudah lembab juga.
Pupuk ditata rapi di dalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan.

Gambar 5. Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS

Tenaga Kerja Pemupukan


Jumlah tenaga kerja tim pemupukan adalah 32 orang yang terdiri dari 7
orang penguntil pupuk, 4 orang tenaga bongkar muat, 7 orang tenaga pengecer,
dan 14 orang tenaga penabur. Pada kebun BKLE tenaga penabur dan pengecer
dibagi menjadi 7 Kelompok Kecil Pemupuk (KKP) yang digunakan untuk satu
estate. Satu KKP terdiri dari 1 tenaga pelangsir dan 2 tenaga penabur. Satu
anggota KKP tetap menjadi satu tim kecil. Apabila salah satu dari anggota KKP
tidak bekerja maka diganti oleh tenaga kerja penguntil. Tenaga kerja bongkar
muat selalu bergantian dengan tenaga penguntil dalam hal pembagian kerja.
Selain sebagai bongkar muat pupuk, tenaga kerja bongkar muat juga berkewajiban
mengumpulkan kembali karung pupuk yang tececer di jalan Collection Road (CR)

27

dan melipatnya per 10 karung dan diletakkan di gudang pupuk kembali. Jika tidak
ada pupuk yang diuntil maka semua tenaga kerja akan dikerahkan di lapangan.

Sistem Teknis Pemupukan


Teknis pemupukan di kebun BKLE menggunakan disiplin aplikasi pupuk
5T (Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Tempat, Tepat Waktu, Tepat Jenis dan
Administrasi).
Penguntilan pupuk. Kegiatan penguntilan dilakukan untuk memudahkan
dalam pelangsiran pupuk ke lapang, menjamin agar pupuk yang diaplikasikan
tepat dosis, dan menjamin agar pupuk tidak menggumpal. Penguntilan pupuk
adalah kegiatan menakar kembali pupuk dari karung sak ke dalam karung untilan
agar pupuk yang diapalikasikan tepat dosis sesuai rekomendasi perusahaan. Pupuk
yang diuntil didahulukan pupuk yang stok lama. Berat untilan untuk masing-
masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Pupuk RP dan MOP berat tiap untilannya adalah 16 kg, sedangkan pupuk borat
berat tiap untilan10 kg. Karung-karung untilan disusun teratur agar mudah untuk
dihitung saat bongkar muat. Prestasi kerja untuk penguntil pupuk RP dan Borat
adalah 2 ton/HK. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk RP adalah:
Pemupukan pada blok K16 (tahun tanam 2007, luas 26.59 ha, dan jumlah
pokok 3,042 ). Pupuk diuntil menjadi 16 kg/untilan. Artinya tiap untilan untuk 8
pokok tanaman karena dosisnya 2 kg/pokok. Kebutuhan pupuk yaitu = 3,042 x 2
kg= 6,084 kg.
Jumlah pupuk dibutuhkan = 6,084 kg: 50 kg/karung = 122 karung.
Jumlah untilan pupuk yang dibutuhan 6,084 kg : 16 kg/untilan =380 untilan.

Gambar 6. Penguntilan Pupuk di Gudang BMS


28

Pengambilan pupuk di gudang. Kegiatan ini dilakukan olen tenaga


bongkar muat. Biasanya pengambilan pupuk dilakukan pagi hari ketika apel pagi
dan dilakukan oleh 2-4 orang. Teknis pengambilan pupuk terlebih dahulu harus
mengetahui berapa ton untuk kegiatan pupuk pada hari itu. Setelah itu dimuat ke
dump truck. Kapasitas truck maksimal adalah 7 ton. Jumlah pupuk yang
diaplikasikan tiap hari berbeda-beda tergantung tenaga kerja yang ada. Waktu
yang diperlukan untuk bongkar muat pupuk ke dump truck adalah 30-45 menit.
Norma kerja untuk tenaga bongkar muat yaitu 4 ton/HK.
Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan memindahkan
pupuk dari gudang ke tempat aplikasi dengan menggunakan drump truck.
Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga bongkar muat sebanyak 2 orang. Untilan
pupuk yang telah dimasukan ke dalam truck ditempatkan pada pasar pikul. Jumlah
untilan yang diletakan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per
setengah pasar pikul (dua kali untuk mencari tembusan pasar pikul) yang ada pada
blok tersebut sehingga kita mengetahui jumlah untilan yang dibutuhkan. Untilan
diletakan di jalan Collection Road (CR) kemudian oleh tenaga pelangsir pupuk
diletakan dipasar pikul. Untilan pupuk jangan sampai diletakkan di parit dan
pengikat karung untilan jangan sampai lepas untuk menghindari pupuk tercecer di
jalan. Tenaga pelangsir pupuk juga akan mengumpulkan kembali bekas karung
untilan dan menggulung per 10 karung untuk di bawa ke gudang lagi. Pupuk yang
telah dilangsir harus habis diaplikasiakan pada hari itu juga dan jangan sampai ada
untilan pupuk yang tertinggal di lahan.

Gambar 7. Pelangsiran Pupuk di Jalan CR


Pengeceran pupuk. Kegiatan pengeceran pupuk adalah memindahkan
untilan pupuk dari pinggir jalan Collection Road (CR) ke dalam blok. Setiap satu
KKP memiliki satu pengecer. Perbandingan pengecer dan penabur pupuk yaitu

29

1:2. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan angkong
dan diletakkan di pinggir pokok sampai dengan pasar tengah, dengan terlebih
dahulu mengetahui dosis per pokok dan berat untilan sehingga kita mengetahui
pada selang berapa pokok untilan itu akan diletakan. Bekas karung untilan pupuk
dibawa dan diletakkan di jalan CR dan diambil oleh tenaga pelangsir.
Penaburan pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua orang tenaga
dalam satu KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dan takaran
yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Metode pemupukan RP,
MOP, dan kieserite menggunakan sistem tebar membentuk huruf U atau
mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Tujuan dari
penggunaan sistem ini agar pupuk dapat memepercepat pelapukan pelepah yang
disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif banyak
dijumpai dibawah tumpukan pelepah daun. Pemupukan borate dilakukan
melingkari pokok dan diaplikasikan di piringan dengan jarak 5-8 cm dari pokok
sawit. Pupuk Chelated Zinkcoper diaplikasikan dengan cara ditugal empat lubang
pada setiap pokok sawit dengan jarak 45-50 cm dari pokok.

Gambar 8. Penaburan Pupuk RP


Pengawasan kualitas pemupukan. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh
mandor pupuk dan asisten divisi dengan tujuan untuk memastikan kegiatan
pemupukan sudah berjalan sesuai dengan SOP pemupukan kebun BKLE. Hasil
dari pengawasan ini digunakan sebagai bahan evaluasi dan upaya untuk
memperbaiki kinerja pemupukan kebun BKLE.
Premi Pemupukan. Premi yang dilakukan di kebun BKLE yaitu premi
tetap dan premi hari libur. Premi tetap Rp 400,000/bulan untuk mandor pupuk dan
Rp 2,500/hari untuk karyawan. Premi hari libur Rp 45,000/hari hadir untuk

30

mandor pupuk dan Rp 36,670 untuk karyawan pupuk. Selain itu juga karyawan
akan mendapat extra fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari.

Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan


Kegiatan di lapangan yang penulis amati adalah ketepatan dosis saat
menguntil pupuk di gudang. Penulis menimbang kembali sampel untilan yang
telah diuntil oleh pekerja yaitu pupuk Rock Phospate (RP) dan Borate. Data yang
didapatkan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP
TK (orang) Bobot/Until (kg) Bobot Rataan (kg) Ketepatan Dosis (%)

4 16 15.5 96.8

4 16 15.8 98.7

4 16 15.7 98.1

4 16 15.5 96.8

Rata-rata 97.6
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh persentase rata-
rata ketepatan dosis penguntilan pupuk RP yaitu 97.6%.
Tabel 10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB
TK (orang) Bobot/Until (kg) Bobot Rataan (kg) Ketepatan Dosis (%)

2 10 9.5 95

5 10 9.7 97

5 10 9.3 93

4 10 9.8 98

Rata-rata 95.7

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)


Hasil pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk HGFB diperoleh bahwa
persentase rata-rata sebesar 95.7%.
Pengamatan ketepatan dosis pemupukan MOP
Ketepatan dosis aplikasi di lapangan penting karena tanaman kelapa sawit
akan mengalami defesiensi hara apabila kekurangan unsur hara yang dibutuhkan.

31

Dibawah ini hasil pengamatan terhadap ketepatan dosis aplikasi pupuk MOP yang
dilakukan di tiga blok.
Tabel 11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan
Blok/ pokok diamati Dosis/pokok Dosis tidak % dosis % tepat dosis
Ulangan (pohon) (kg) sesuai (pohon) tidak sesuai
1 60 1.25 9 15 85
2 60 1.25 12 20 80
3 60 1.25 8 13.33 86.67
Rata-rata 9.67 2.08 83.89

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)


Hasil pengamatan diperoleh untuk rata-rata ketepatan dosis pemupukan di
lapangan sebesar 83.89% dari rekomendasi yang telah ditetapkan untuk per pokok
tanaman.
Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP
Aplikasi penaburan pupuk berpengaruh terhadap persentasi pupuk yang
diserap oleh tanaman. Penulis melakukan pengamatan ketepatan aplikasi pupuk
RP pada satu blok. Ketepatan diamati dari kondisi penyebaran pupuk dan jarak
taburnya. Hasil pengamatan terhadap ketepatan aplikasi dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

100
95
90
Persentase

85
80
75

Tenaga Penabur

Sumber: Pengamatan Lapang (2012)


Gambar 9. Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23
Gambar diatas menunjukan bahwa rata-rata ketepatan aplikasi pupuk RP
yang penulis amati mempunyai nilai ketepatan sebesar 93%.

32

Pengamatan Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk


Prestasi tenaga kerja pemupuk sangat berpengaruh terhadap tingkat
efesiensi pemupukan. Semakin efisien dalam kegiatan pemupukan maka dapat
meningkatkan kualitas pemupukan dari tenaga kerja. Hasil pengamatan terhadap
prestasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk
Jenis Dosis/pokok Jumlah pupuk Standar Tenaga kerja Prestasi
Tanggal pupuk (kg) diaplikasi (kg) (kg) (orang) kerja (kg/HK)
21/02/12 RP 2 kg 10,000 600 15 666.67
23/02/12 RP 2 kg 10,000 600 15 666.67
24/02/12 RP 2 kg 8,117 600 15 541.13
05/03/12 MOP 1.25 kg 4,000 550 7 571.42
07/03/12 MOP 1.25 kg 4,534 550 9 503.77
08/03/12 MOP 1.25 kg 4,793 550 9 532.55
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap prestasi kerja tenaga penabur


diperoleh rata-rata untuk pemupukan RP sesuai dengan standar kebun tetapi untuk
pemupukan MOP ada yang belum sesuai dengan standar kebun.
Pengamatan Gejala Defesiensi Hara
Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat mengakibatkan tanaman
mengalami defesiensi hara. Apabila tanaman mengalami defesiensi hara akan
mengurangi hasil produksi buah yang dihasilkan. Di bawah ini tabel hasil
pengamatan gejala defesiensi hara pada kebun BKLE.
Tabel 13. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Kebun BKLE
Defesiensi Hara (pohon)
pokok pokok
Ulangan
diamati defesiensi
N P K Mg B
(pohon) (pohon)

1 330 245 124 24 63 2 32


2 330 273 95 14 103 32 29
3 330 271 139 25 82 7 18
Total 990 789 358 63 248 41 79
Rata-rata 119.3322.3 216.08 82.6720.00 13.6716.07 26.337.37

% 79.69 36.16 6.36 25.05 4.14 7.98


Sumber: Pengamatan Lapang (2012)

33

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap gejala


defesiensi hara diperoleh jumlah persentase tanaman terdefesiensi pada kebun
BKLE yaitu sebanyak 79.69%.
Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Rock Phospate
Pengamatan ketepatan tempat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemerataan pupuk dan lokasi tempat pupuk ditebar. Lokasi penebaran dapat
mempengaruhi tingkat keefektifan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan RP
Ulangan Jumlah Distribusi pupuk Lokasi penebaran
Pengamatan
(pohon) Terpupuk Tidak Susunan Piringan Gawangan Susunan Susunan
(pohon) terpupuk Pelepah (pohon) (pohon) Pelepah Pelepah
(pohon) (pohon) dan dan
Gawangan Piringan
(pohon) (pohon)

1 60 59 1 43 3 4 2 7

2 60 58 2 41 1 7 4 5

3 60 60 0 52 0 1 3 4

Total 180 178 3 136 4 12 9 16

% 98.8 1.2 76.7 2.3 6.7 5.2 9.1

Sumber: Pengamatan Lapang (2012)


Hasil pengamatan terhadap ketepatan tempat untuk pemupukan RP yaitu
sebanyak 76.7% telah sesuai pada tempatnya yaitu disusunan limbah pelepah.

Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit


Aplikasi janjang kosong (jangkos) bertujuan untuk konservasi tanah,
menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi
losses nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga
terjadinya erosi tanah, dan menambah unsur hara pada tanaman kelapa sawit
karena sebagai pupuk organik. Selain itu dapat meningkatkan efektifitas
pemupukan dan sumber hara tambahan terutama kalium. Janjang kosong
merupakan hasil limbah dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari
stasiun perebusan dan stasiun pemipilan. Komposisi nutrisi yang terkandung
dalam janjang kosong sawit disajikan pada tabel 15.

34

Tabel 15. Komposisi Kandungan Nutrisi Janjang Kosong Sawit


Kadar Hara dalam JJK Sebanding dengan Pupuk
Unsur Hara
(kg/ha/tahun) per Ton JJK
N Nitrogen 5.4 8.0 kg Urea
P Phosphorus 0.4 2.9 kg RP
K Kalium, Potasium 35.3 18.3 kg MOP
Mg Magnesium 2.7 5.0 kg Kieserit
Sumber: SOP BGA (2012)
Rata-rata 1 ton JJK mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8 kg
urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, 5 kg kieserit. Cara aplikasi janjang kosong di
kebun BKLE dilakukan secara manual pada Divisi II. JJK diangkut dari PKS
setelah mengantar TBS dan diletakan di pinggir jalan Collection Road (CR). Satu
truk berisi sekitar 7 ton JJK. Alat yang digunakan untuk aplikasi yaitu tandu dan
gancu. Tenaga kerja yang digunakan untuk satu tumpukan atau 7 ton JJK yaitu 2
orang. Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi 1 tahun sekali pada lahan yang sama.
Dosis aplikasi JJK yaitu 27 ton/ha atau 200 kg/pokok ( 1 ha 136 pokok).
Berdasar kalibrasi untuk bobot 1 tandu adalah 50 kg sehingga 1 pokok
diperkirakan di butuhkan 4-5 tandu. Aplikasinya disusun pada sisi susunan
pelepah berbentuk kotak atau di gawangang mati. Penebaran JJK satu lapis untuk
menghindarkan berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Prestasi kerja untuk
aplikasi JJK yaitu 3,000 kg/HK.

Gambar 10. Aplikasi Janjang Kosong TBS

Pemanenan TBS
Panen adalah kegiatan dari mulai pemotongan TBS, pengutipan brondolan,
pemotongan pelepah, pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH, dan

35

pengangkutan tandan dan brondolan ke PKS. Faktor yang menentukan


keberhasilan panen adalah kesiapan sarana dan prasarana, kriteria kematangan
tandan, dan manajemen panen (rotasi, sistem panen). Pada kebun BKLE ini
menerapkan sistem BHS (Block Harvesting System).

Persiapan panen
Persiapan panen dimulai dari kondisi prasarana dari lapangan sampai
dengan ke pabrik pengolahan. Sarana jalan yang memadai akan meningkatkan
kinerja karyawan sehingga produksi akan tetap meningkat. Selain itu yang harus
diperhatikan adalah:
1. Pasar pikul, jalan ini dibuat dengan interval 2 baris tanaman 1 jalan pikul
dan lebar 1.2 m. Jalan pikul harus tetap dalam kondisi bersih agar proses
pengangkutan TBS dari piringan pohon ke TPH berjalan baik. Pembuatan
jalan ini dengan menggunakan manual atau mekanik.
2. Titi panen, beton atau kayu yang digunakan pemanen untuk menyebrang
parit dalam mengangkut buah dari piringan ke TPH.
3. Pasar tengah, jalan di tengah-tengah blok yang memotong jalan pikul
untuk mempermudah pengecekan oleh asisten. Jalan ini harus selalu dalam
kondisi bersih.
4. Pasar kumis, jalan yang memotong ujung gawangan untuk mengarah ke
TPH dengan lebar 1.2 m.
5. TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), setiap 3 pasar pikul dibuat 1 TPH
dengan ukuran 4 m x 6 m. Tempat ini harus selalu bersih dan sebaiknya
dibuat secara permanen.

Peralatan panen
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan panen dapat dilihat pada Tabel
16.

36

Tabel 16. Peralatan Panen Kebun BKLE


No Alat Fungsi
1 Dodos memotong TBS umur < 6 tahun
2 Egrek memotong TBS umur > 6 tahun
3 Angkong (Kereta mengangkut TBS dari piringan ke TPH
buah)
4 Gancu menarik tandan buah dan menyusun buah di TPH
5 Karung wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai alas
brondolan pada TPH
6 Tojok memuat TBS dari TPH ke truk buah dan
menyusunnya
7 Stempel cap sebagai identitas pemanen
Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Tenaga pemanen
Kebutuhan tenaga panen tergantung pada keadaan topografi, kerapatan
panen, luas kebun, dan umur tanaman. Standar yang diterapkan pada kebun BKLE
yaitu 3-4 ha/HK. Tenaga pemanen di Divisi II dari dua kemandoran yaitu 40
orang yang dibagi menjadi 10 KKP (Kelompok Kecil Pemanen) dengan anggota 4
orang.

Kriteria Matang Panen


Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen
adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Kriteria matang
panen yaitu:
1. jumlah buah yang membrondol per tandan, untuk tandan >10 kg (2
brondolan/kg tandan) dan tandan < 10 kg (1 brondolan/kg tandan)
2. tandan yang dipanen masuk fraksi 1, 2, dan 3
3. pada areal yang bergelombang 5 brondolan/tandan agar kehilangan
brondolan dapat ditekan.
Pada kebun BKLE menerapakan buah yang dapat dipanen jika terdapat 5
brondolan terlepas secara alami dari tandan. Brondolan yang lepas akan
bertambah saat buah yang dipanen jatuh ketanah. Ketentuan di TPH minimal buah

37

sudah membrondol 6. Pada kenyataan di lapangan ada buah yang mentah, kurang
matang, dan terlalu matang ketika dipanen. Selain itu juga banyak dijumpai buah
abnormal yang sering disebut buah batu. Oleh karena itu diperlukan pengalaman
dan kriteria matang buah yang baik bagi pemanen sehingga dapat
mengidentifikasi buah normal dan abnormal serta kualitas panen menjadi bagus.

Rotasi Panen
Rotasi panen atau pusingan panen adalah lamanya waktu yang diperlukan
antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama di
blok yang sama. Rotasi panen mempengaruhi mutu buah, transportasi, biaya
potong buah, dan pengolahan TBS. Rotasi panen yang sesuai dengan
perkembangan buah dan diterapkan pada kebun BKLE adalah 7 hari. Pusingan 7
hari berkaitan dengan presentase brondolan jatuh, biaya produksi, dan
produktivitas. Ketika dilakukan rotasi 7 hari maka produktivitas tinggi karena
waktu tidak habis untuk mengutip brondolan dan prensentasi buah mentah rendah
sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Rotasi panen tergantung kerapatan
buah dan kapasitas pemanen. Apabila rotasi panen tidak dilakukan secara tepat
dan disiplin sehingga terlambat panen akan menyebabkan tanaman terserang
Marasmius sp.

Ancak Panen dan Seksi Panen


Ancak panen adalah areal dengan luasan tertentu yang harus selesai
dipanen pada hari itu. Luas ancak panen ditentukan oleh jumlah tenaga kerja dan
disesuaikan dengan jam kerja. Luasan ancak tenaga kerja pemanen pada setiap
blok rata-rata 1 ha (2 pasar) sehingga setiap seksi luasan yang harus dipanen 3-4
ha setiap hari. Pada kebun BKLE dilakukan sistem panen ancak giring tetap per
mandoran, artinya menyelesikan panen dengan menggiring pemanen ancak demi
ancak secara bersambung yang diatur oleh mandor panen. Keuntungan sistem ini
yaitu jumlah tenaga kerja dapat diatur, manajemen pelaksanaan panen berdasar
presentase kerapatan panen, tidak ada persaingan antar mandor dan mandor aktif
mengawasi. Tapi kerugiannya yaitu tanggung jawab karyawan sangatlah kecil
yaitu hanya ancak masing-masing.

38

Seksi panen yaitu pembagian luasan areal ang ditergetkan untuk dipanen
dalam waktu satu hari. Satu seksi panen yaitu empat blok pada divisi II. Seksi
panen tergantung dari potensi produksi pada blok tersebut yang dilakukan pada
sensus produksi semester. Seksi panen mempermudah dalam pengontrolan asisten
atau mandor dan mempermudah perpindahan ancak dari blok yang satu dengen
blok berikutnya. Pada divisi II seksi panen dibagi menjadi 6 seksi dengan luasan
yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha, seksi B
dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19 dengan
luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E dari
blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21 dengan
luasan 72.51 ha.

Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang tandannya dapat dipanen dari
luasan tertentu. Angka kerapatan panen bermanfaat untuk peramalan produksi
esok hari, jumlah pemenen, alat angkut dan rencana pengolahan TBS.

Pelaksanaan panen
Panen yang dilakukan di kebun BKLE untuk setiap pemanen mulai dari
pemotongan buah dari tandan, kutip brondolan, dan pengangkutan tandan ke TPH.
Selain itu pemanen juga langsung memotong pelepah yang tidak berfungsi
menyusun pelepah, dan potong gagang panjang. TBS harus tersusun rapi di TPH,
sedangkan brondolan yang telah dikumpulkan di dalam karung diletakkan di
sebelah TBS. Tandan disusun menurut baris yakni 5-10 tandan per baris dengan
tangkai menghadap kearah jalan. Setelah itu akan diperiksa dan di grading oleh
krani panen sebelum diangkut ke PKS oleh krani transport.
Dalam melakukan kegiatan panen sebaiknya pemangkasan pelepah jangan
terlalu berat karena akan berpengaruh menurunkan produksi buah. Pemangkasan
pelepah sebaiknya mempertahankan jumlah pelepah 48-56 pelepah setiap pohon.
Kondisi piringan pokok harus bersih dari gulma agar memudahkan pemanen saat
mengutip brondolan. Selain itu dalam pengutipan brondolan harus memperhatikan
brondolan yang jatuh di ketiak pelepah dan mengutipnya, jika tidak dikutip akan
menjadi sarang penyakit.

39

Pelaksanaan panen dilakukan serentak di blok yang sama agar


mempermudah dalam pengecekan buah. Tenaga pemenen melakukan kegiatan
panen dari blok satu ke blok yang lain secara bersama-sama pada seksi masing-
masing setiap hari.

Pengangkutan panen ke PKS


Pengangkutan buah (TBS dan brondolan) dari TPH ke pabrik harus
segera dilakukan pada hari buah panen. Operasi pengangkutan selalu saling
mendukung dengan operasi panen. Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS
menggunakan dump truck. Pengangkutan TBS tidak boleh melebihi kapasitas
yang ditentukan oleh perusahaan yaitu maksimal buah yang diangkut bobotnya
7.5 ton/dump truck.

Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)


Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit untuk kebun BKLE yaitu Selucing Agro
Mill (SAGM). Letaknya kira-kira 2 jam dari kebun BKLE. Sebelum buah diolah
menjadi CPO terlebih dahulu dilakukan kembali grading di PKS dengan tujuan
sebagai kontrol terhadap mutu panen TBS. Tandan buah yang overrape akan
meningkatkan kadar asam lemak bebas karena mempunyai kadar asam lemak
yang tinggi, sedangkan tandan mentah menurunkan kadar ekstraksi karena
kandungan minyak yang ada belum mencapai maksimal. Sebagai sample PKS
akan menagmbil 100 tandan secara acak dari drump truck untuk grading. Ketika
penulis mengikuti kegiatan ini TBS dari kebun BKLE untuk tingkat ripe nya
sebesar 89%. Nilai ini cukup tinggi karena minimal standar yang di tetapkan oleh
perusahaan untuk tingkat ripe nya sebesar 87%. Setelah dilakukan grading
barulah buah di masukan kedalam pabrik pengolahan untuk diolah menjadi CPO.

Perawatan Jalan dan Piringan Manual


Rawat jalan merupakan kegiatan memperbaiki dan menjaga infrastruktur
agar semua kegiatan dapat berjalan lancar. Kegiatan yang dilakukan di kebun
BKLE adalah membuat parit disamping kanan kiri jalan, memperbaiki jembatan
yang rusak, membersihkan jalan yang tergenang air agar cepat kering, menimbun
jalan yang sering membuat truck tergelincir dengan menggunakan kayu atau pasir,

40

dan menimbun jalan yang berlubang dengan tanah atau pasir. Pekerjaan rawat
jalan dilakukan dengan standar 7 jam /HK. Apabila rawat jalan di satu tempat
selesai makan akan dilanjutkan ke tempat berikutnya yang perlu di perbaiki lagi.
Pada Divisi II kebun BKLE mempunyai tenaga kerja rawat jalan sebanyak 4
orang.
Rawat jalan dilakukan secara manual dan mekanis. Perbedaan disini
adalah apabila menggunakan cara manual akan membutuhkan tenaga kerja yang
banyak, biaya tenaga kerja lebih murah, butuh waktu yang lama untuk
menyelesaikan pekerjaan, dan jalan rusak dapat langsung diperbaiki. Jika
menggunakan cara mekanis membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit,
pekerjaan cepat selesai, biaya yang dikeluarkan lebih banyak, dan sulit
memperbaiki pada jalan-jalan yang medannya susah dilewati. Masalah yang sulit
untuk diatasi di kebun BKLE yaitu kondisi jalan yang kurang memadai sehingga
perlu ditimbun laterit agar tanah menjadi keras sehingga akses pekerjaan menjadi
lebih cepat dan lancar.
Piringan manual adalah membersihkan gulma dan pelepah yang ada pada
piringan kemudian membuangnya ke gawangan mati. Pekerjaan ini dilakukan
oleh tenaga perawatan. Selain itu pekerjaan piringan manual pada TM juga
dilakukan garuk brondolan hitam, tarik kacangan, dan cabut kentosan. Tenaga
kerja untuk piringan manual yaitu 8 orang wanita. Tiap orang berkewajiban
membersihkan 3-4 pasar pikul atau 0.5 ha/HK dan memenuhi 7 jam/HK.

Kegiatan Simulasi Kebun (Field Visit)


Field visit adalah kegiatan dalam pemeriksaan hancak panen dan mutu
buah di TPH bersama dengan asisten divisi dan mandor. Kegiatan ini dilakukan
pada setiap divisi secara bergantian. Pemeriksaan dilakukan pada blok dimana
tempat buah dipanen.
Kegiatan dimulai dari memeriksa buah tinggal, kutip brondolan, grading
mutu buah, pelepah sengkleh, pelepah U-shape, dan over pruning. Field visit
bertujuan untuk meninjau langsung dan memeriksa mutu buah di lapangan karena
terkadang masih ada buah mentah dan buah kurang matang yang ikut terangkut
ke PKS. Dengan adanya kegiatan ini menumbuhkan jiwa malu pada pekerja

41

apabila diketahui banyak orang sehingga akan ada tindakan perbaikan,


mengurangi kehilangan buah sehingga kualitas buah tetap terjaga, dan
menerapkan disiplin bekerja pada karyawan.

Penggunaan Bor Biopori


Bipori adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang sedalam 100
cm dengan tujuan sebagai resapan air. Tanaman sawit memerlukan drainase yang
baik untuk mengoptimalkan pertumbuhannya. Salah satu solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembuatan lubang resapan
biopori. Lubang biopori berfungsi untuk menjaga jumlah air tanah tetap tersedia
pada musim kemarau, efektivitas drainase pada lahan saat musim penghujan dan
dapat digunakan sebagai media pembuatan kompos.
Aplikasi lubang biopori yaitu pada kanan dan kiri pokok sejajar dengan
baris tanaman atau untuk satu pokok ada dua lubang biopori jaraknya 4-5 meter
dari pokok. Tenaga kerja yang melakukan kerja bor biopori pada divisi II kebun
BKLE adalah satu orang. Standar yang ditetapakan yaitu dalam 1 HK
mendapatkan 68 lubang biopori.

Kegiatan Sekat Air, Monding, dan Siltpit


Sekat air yaitu membendung air yang ada di parit jalan dan membuat arus
airnya menggunakan paralon agar arus air dapat dikontrol dan mengurangi tingkat
terkikisnya tanah dan mencegah erosi. Selain itu juga bisa sebagai sumber air
untuk penyemprotan agar tidak perlu mengisi air di truck BSS. Cara
menimbunnya menggunakan karung yang sebelumnya diisi dengan tanah atau
pasir dan diikat secara kuat kemudian menyusunnya di parit jalan sampai air dapat
terbendung. Tenaga untuk sekat air yaitu 3 orang. Standar yang ditetapkan untuk
kegiatan ini yaitu 2-3 sekat/HK.
Monding adalah kegiatan menimbun atau membumbun tanaman kelapa
sawit yang tumbuh miring agar tanaman menjadi lebih kuat perakaranya sehinga
tidak tumbang. Tenaga untuk pekerjaan ini yaitu 2 orang. Jika diborongkan
standar yang ditetapkan yaitu Rp 20,000/pokok.

42

Siltpit yaitu membuat lubang dengan panjang 400 cm lebar 40 cm dan


dalamnya 60 cm diantara dua pokok tanaman sawit. Fungsi dari siltpit yaitu untuk
konservasi tanah dan air. Selain itu juga mencegah erosi pada tanaman kelapa
sawit di areal berbukit/lereng, mendapatkan atau menampung air serta mencegah
pupuk terbawa oleh air. Standar yang diterapkan oleh perusahaan yaitu 0.3 ha/HK
atau kalau diborongkan yaitu Rp 20,000/lubang.

Penunasan (Prunning)
Penunasan pelepah merupakan upaya untuk menjamin jumlah pelepah
yang optimum dipohon, kebersihan tanaman, fotosintesis, dan pembentukan
bunga betina. Tujuan dari kegiatan ini untuk keseimbangan fisiologis tanaman,
sanitasi, memperlancar penyerbukan, memudahkan panen, menghindarkan
brondolan tersangkut di pelepah. Pemangkasan sebaiknya dilakukan 10-12 bulan
sekali. Jumlah pelepah yang tinggal dipohon 48-56 pelepah (6-7 lingkar) untuk
umur 8 tahun dan 40-48 pelepah untuk umur > 8 tahun (5-6 lingkar). Pemotongan
pelepah saat panen seminimal mungkin dan dipotong mepet ke batang dengan
bekas potongan miring ke luar berbentuk tapak kuda dengan sudut 30. Jumlah
pelepah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, bobot tandan, dan
produksi TBS.
Penyusunan pelepah yang dilakukan di kebun BKLE menggunakan sistem
U-shape. Pelepah disusun berbentuk huruf U dan di letakkan di sekitar pokok
tanaman, yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro di sekitar pokok tanaman,
mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air tetap terjaga, dan mencegah erosi.
Penunasan dilakukan tiap pekerja berkewajiban menunas 2 pasar pikul sekitar 4
baris tanaman 30-40 pokok. Alat yang digunakan dodos dan parang. Pruning
dilakukan secara borongan dan pruning harian yang dihitung per HK. Pruning
harian bertugas 1 pekerja menunas 30 pokok dan upah dibayarkan hanya berupa
HK. Pruning borongan dilakukan setelah pruning harian dihari kerja atau hari
libur dan upah yang dibayar per pokok yang dikerjakan untuk TM diberi premi Rp
700 dan TBM Rp 1,500.

43

Aspek Manajerial

Manajemen Tingkat Non Staf


Kegiatan manajerial yang penulis lakukan yaitu 3 minggu sebagai
pendamping mandor dan 6 minggu sebagai pendamping asisten. Penulis
mengikuti semua kegiatan yang dilakukan baik di lapangan maupun di kantor
kebun meliputi pengawasan di lapangan dan administrasi di kantor kebun.

Pendamping Mandor
Selama menjadi pendamping mandor penulis mengikuti kegiatan dalam
pengawasan di lapangan yaitu sebagai mandor pupuk, krani divisi, mandor
chemist, mandor panen, mandor I, mandor perawatan, krani buah, dan krani
transportasi.

Mandor I
Mandor I bertugas untuk mengontrol dan mengawasi semua karyawan
lapang dan melaporkan ke asisten divisi. Mandor I membantu asisten divisi dalam
mengontrol pekerja di lapangan dan bertanggung jawab untuk mengkordinasikan
semua mandor dalam pembuatan program kerja. Selain itu juga membuat RKH
(Rencana Kerja Harian), merakapitulasi buku saku mandor, memeriksa absensi
lapang dan kator divisi, membantu asisten divisi dalam pembuatan Lembar Harian
Asisten (LHA), mengawasi ketepatan program kerja dan prestasi kerja, dan
memeriksa buah hasil laporan kerani panen. Administrasi kewajiban yang
dilakukan mandor I adalah mengisi laporan harian mandor, melakukan
rekapitulasi taksasi potong buah, mengisi format pemeriksaan aplikasi pupuk,
mutu semprot, mutu buah dan mutu tansportasi.

Krani Divisi
Sebagai kerani divisi penulis mempelajari dan memasukan semua data
Laporan Harian Mandor (LHM) per divisi, memasukan data premi semua
karyawan divisi, monitoring stok gudang, menginput data ke website Bumitama
Plantation System (BPS), melayani pengeluaran bahan yang dibutuhkan oleh

44

mandor, dan mengabsen semua karyawan lapang ketika apel pagi. Selain itu juga
menginput data Surat Pengiriman Buah (SPB) dan Kartu Kendaraan (KKD).
Kerani divisi adalah seorang yang mengurus bagian administrasi tingkat divisi.
Setiap pagi hari mengisi papan rencana kerja harian dan mengisi laporan harian
asisten serta membantu dalam pembayaran gaji karyawan.

Mandor Panen
Selama menjadi mandor panen penulis mempelajari tugas-tugas mandor
panen misalnya mengetahui rotasi dan pusingan panen, blok yang dipanen,
mengecek mutu hancak panen, dan jumlah tenaga kerja pemenen. Mandor panen
harus mengawasi semua kegiatan panen di lapangan. Mandor panen mengecek
mutu hancak dan mutu panen dari pemanen setelah kegiatan panen dilakukan.
Setelah itu pada jam kedua mandor panen mengikuti apel sore, membuat laporan
harian mandor, membuat denda pemanen dan mutu hancak panen. Selain
mengawasi kegiatan lapang, kegiatan administratif panen yang dilakukan setiap
hari harus tepat karena sebagai bahan evaluasi dalam proses pengambilan
keputusan misalnya masalah denda panen, alat bantu supervisi, dan masalh potong
buah.

Mandor Pupuk
Penulis melakukan pengawasan terhadap tenaga penabur, tenaga bongkar
muat pupuk, dan tenaga untilan pupuk ketika menjadi mandor pupuk tim BMS
BKLE. Penulis mengawasi dalam pemupukan organik maupun pemupukan
anorganik. Selain itu juga mengisi buku monitoring pemupukan dan mengecek
kualitas dan hancak pemupukan, mengetahui rekomendasi pemupukan untuk blok
yang akn dipupuk, mengetahui luasan blok yang dipupuk, mengetahui rencana
kerja harian dan menulis laporan harian mandor pupuk. Adapun kegiatan
administratif harian yang dilakukan mandor pupuk adalah membuat laporan
rekapitulasi kegiatan pemupukan untuk luas yang dipupuk, blok yang dipupuk,
jumlah pupuk yang diaplikasi. Selain itu juga mengisi buku atau peta
perkembangan realisasi pemupukan.

45

Mandor Chemist
Mandor chemist memiliki kewajiban untuk mengawasi kegiatan semprot
di lapangan diantaranya memeriksa mutu semprot dan alat-alat semprot agar tetap
terawat. Selain itu juga mengisi LHM, mengisi rencana kerja harian semprot dan
realisasi kerja semprot setiap hari. Penulis ikut beperan dalam mengawasi dan
menyiapkan alat-alat serta bahan semprot sebelum dibawa ke lapangan. Penulis
mengawasi tenaga kerja sebanyak 18 orang dalam penyemprotan. Mandor ini juga
harus memperhatikan keselamatan kerja penyemprot dengan cara menggunakan
APD.

Krani Buah
Kerani panen harus melakukan grading buah yang ada di TPH dan
membaca stempel pemanen setiap hari sebelum diangkut ke PKS oleh kerani
transportasi. Kerani buah mencatat hasil pemeriksaan buah dalam buku
penerimaan buah, mengisi daftar premi pemanen, menghitung jumlah tandan dan
brondolan yang diangkut ke drump truck, mengisi daftar buah mentah, mengecek
buah restant, dan mencatat kesalahan dan denda pemanen. Ketika menjadi
pendamping krani buah penulis melakukan grading buah di TPH dan mencatat
hasil pemeriksaan buah di TPH.

Krani Transportasi
Ketika menjadi krani transportasi penulis belajar dalam mengisi Surat
Pengantar Buah (SPB), mengawasi kegiatan karyawan yang memuat buah ke
dalam dump truck, mengarahkan unit dan tenaga bongkar muat buah ke lapangan
kemudian membuat laporan sebelum buah dibawa ke PKS. Krani transportasi
harus memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tertinggal di TPH. Apabila
dump truck tidak bisa masuk ke jalan karena kondisi jalan rusa, maka oleh
karyawan panen buah akan dilangsir manual ke tempat yang bisa dump truck itu
bisa melewatinya.

46

Manajemen Tingkat Staf


Manajemen tingkat staf yaitu manager, kepala seksi administrasi, dan
asisten divisi. Manager bertanggung jawab atas seluruh kegiatan teknis maupun
administrasi. Manager dibantu oleh asisten divisi bertanggung jawab dalam
mengelola perkembangan divisi dan kegiatan lapangan dan seorang kepala seksi
administrasi yang bertanggung jawab dalam hal seluruh administrasi kebun.

Pendamping Asisten
Asisten divisi berkewajiban dalam hal mengelola divisi dalam hal teknis
dan administratif dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Dalam prakteknya di
lapangan akan dibantu oleh mandor dan administrasi akan dibantu oleh kerani
divisi. Asisten divisi bertanggung jawab penuh dengan operasional kebun selama
24 jam dari kegiatan kebun maupun lingkungan masyarakat. Tugas di lapangan
yang utama yaitu produksi buah agar tetap tinggi, pemupukan yang efektif dan
efisien, pengendalian gulma, perawatan jalan, dan perawatan kebun.
Selama menjadi pendamping asisten divisi penulis menjalankan lebih dari
satu bulan dengan fokus pada kegiatan pengawasan dan koreksi serta mencari
solusi ketika ada masalah terutama pada kegiatan pemupukan. Pendamping
asisten turut dalam hal pengawasan kegiatan harian secara langsung dan koreksi
terhadap hasil kualitas kegiatan sesuai dengan pedoman kerja kebun BKLE.
Penulis juga ikut belajar dalam hal pembuatan rencana kerja bulanan, mengawasi
kegiatan pemupukan, mengikuti simulasi Field Visit, mengikuti simulasi
pemupukan BMS.
Dalam kegiatan administrasi penulis juga membantu mengabsen karyawan
ketika apel pagi, membuat rencana kerja harian, melakukan taksasi produksi, dan
membantu kegiatan pembagian uang ketika gajian.

PEMBAHASAN

Konsep Pemupukan
Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap
tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman.
Efesiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya dengan tingkat
produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan
rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan keefektifan
dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional
dan rekomendasi pemupukan. Kehilangan hara pupuk dapat terjadi melalui
penguapan, pencucian, aliran permukaan karena erosi. Keefektifan dan efisiensi
pemupukan dipengaruhi beberapa faktor penting dalam pemupukan dan juga
kualitas dari pemupukan itu sendiri.
Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua yaitu kualitas pupuk yang
ditentukan oleh jumlah kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan
kualitas teknik penaburan pupuk di lapangan yang berkaitan dengan pengelolaan
dan organisasi kerja serta administrasinya. Menurut Fauzi et al., (2008) dalam
pemberian pupuk harus memperhatikan kunci keefektifan dan keberhasilan
pemupukan diantaranya: ketepatan jenis pupuk, ketepatan dosis pupuk, ketepatan
waktu pemupukan, ketepatan cara pemupukan dan ketepatan tempat pupuk
diaplikasikan.

Tepat Jenis
Pemilihan jenis pupuk disarankan agar hati-hati mengingat banyak jenis
pupuk di pasar dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. Jenis pupuk yang
digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik yang dipakai adalah limbah dari kebun dan limbah dari
proses pengolahan kelapa sawit. Limbah yang berasal dari kebun yaitu sisa-sisa
tanaman pelepah dan daun kacangan yang ditumpuk di gawangan mati. Limbah
pengolahan kelapa sawit yaitu jenjang kosong kelapa sawit. Jenjang kosong ini
dari pabrik pengolahan kelapa sawit dikembalikan lagi ke lahan sebagai pupuk
48

organik. Jenjang kosong ini diaplikasikan di antara pokok tanaman di sela-sela


gawangan pelepah mati berbentuk U-shape antar pokok tanaman.
Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang mengandung garam mineral
dan digunakan sesuai umur tanaman. Pupuk ini terdiri dari pupuk mikro dan
pupuk makro. Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak sedangkan pupuk mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah
yang sedikit. Pada tanaman menghasilkan (TM) pupuk makro yang digunakan
adalah pupuk MOP, RP, Urea, Palmo, dan Kiesrite sedangkan pada pupuk mikro
digunakan pupuk Borate. Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2011 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 17. Realisasi Pemupukan di Kebun BKLE Tahun 2011
Nama Rencana (kg) Realisasi (kg)
Palmo 14 570,957 8,704
Palmo 16 9,952 480,230
NPK 15:15:15 0 4,080
NPK 12:12:12 17,379 7,181
Urea 358,245 340,041
Rock Phosphate 642,055 659,107
MOP Kanada 554,123 557,791
Kieserit 261,754 261,251
HGF-Borate 64,345 62,870
Chelated Zincopper 35,410 23,387
MOP Jerman 6,686 0
Total 2,520,906 2,404,642
% Teralisasi 95.39%
Sumber: Data Kebun BKLE (2012)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa rencana pemupukan kebun
terealiasi sebesar 95.39%. Ada beberapa pupuk yang dalam aplikasi di lapang
tidak sesuai dengan rencana tetapi pupuk itu digantikan oleh pupuk lain seperti
Palmo 14 dan Palmo 16, MOP Kanada dan MOP Jerman, serta NPK15:15:15 dan
NPK 12:12:12. Selain itu kenyataan di lapangan menunjukan bahwa pupuk yang
diberikan sering diganti dengan jenis lainnya dengan alasan ketidaktersediaan
pupuk di pasar atau pertimbangan lain. Penggantian suatu jenis pupuk dengan
pupuk lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan unsur hara
serta keseimbangan dan pengaruh bahan ikutannya (Sutarta et al., 2003).
49
Penggantian jenis pupuk yang telah dianjurkan dengan jenis pupuk lain perlu
dikonsultasikan dengan PPKS guna mendapatkan pertimbangan secara teknis.
Jenis pupuk yang digunakan di kebun BKLE pada tahun 2011 adalah
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan adalah Urea
untuk memenuhi kebutuhan N, MOP untuk memenuhi kebutuhan K, RP untuk
memenuhi kebutuhan P, Kieserit untuk memenuhi kebutuhan Mg, HGFB (High
Grade Fertilizer Borate) untuk memenuhi kebutuhan B, dan Chelated Zincoper
untuk memenuhi kebutuhan Zn dan Cu. Pupuk majemuk yang digunakan yaitu
Palmo 14, Palmo 16, NPK 12:12:12, dan NPK 15:15:15. Pupuk majemuk
memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu lebih praktis
dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasi di lapangan karena
satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar hara
yang dibutuhkan tanaman (Poeloengan et al., 2003). Namun harga pupuk
majemuk tegolong lebih mahal dan saat aplikasi di lapangan biasanya tanaman
lebih memerlukan salah satu unsur hara dalam jumlah yang lebih besar atau
sedikit dibanding kandungan hara pada pupuk majemuk.

Tepat Dosis
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk adalah hasil
analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi
pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun sebelumnya, dan hasil
pengamatan di lapangan seperti gejala defesiensi hara (Winarna et al., 2003).
Penentuan dosis pemupukan di kebun BKLE berdasarkan buku rekomendasi
pemupukan dari pihak riset BGA yang sebelumnya dilakukan analisis daun dan
analisis tanah terlebih dahulu.
Penulis mengamati ketepatan dosis untilan dan ketepatan dosis pemupukan
di lapangan. Ketepatan dosis untilan dengan mengambil sampel sebanyak 30
karung until pada setiap untilan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa persentase
hasil rata-rata ketepatan dosis untilan yang dilakukan oleh tenaga penguntil untuk
pupuk RP yaitu 97.6% dan pupuk HGFB yaitu 95.7% (standar kebun 95%). Hal
ini menunjukan bahwa tenaga penguntil pupuk sudah mengetahui ketepatan dosis
untuk jenis pupuk yang berbeda-beda. Selain itu tenaga penguntil pupuk sudah
50

terlatih dan profesional dalam hal ketepatan dosis walaupun belum sampai 100%.
Standar kerja untuk tenaga penguntil pupuk yaitu 2,000 kg/HK. Penulis
menghitung ketepatan dosis pemupukan di lapangan dengan mengamati
pemupukan MOP. Sample yang diambil sebanyak 60 pohon dengan tiga ulangan.
Sampel diambil setiap baris pada kelipatan sebelas dengan mengambil 6-7 pohon
per baris. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ketepatan dosis rata-rata untuk
pemupukan MOP yaitu 83.89% (standar kebun 90%). Nilai ini cukup tinggi
namun masih dibawah standar kebun. Hal ini karena penabur masih menggunakan
takaran pupuk yang sama untuk berbagai jenis pupuk yang berbeda. Selain itu
juga mereka kurang mengetahui tentang dosis pupuk per pokok.
Pelaksanaan pemupukan sebenarnya sudah memperhatikan kondisi areal
pemupukan, mengetahui jarak pemupukan dari pokok, dan sebaran pupuk. Akan
tetapi, tenaga penabur lebih memperhatikan dan mengutamakan target output
yang tercapai. Mereka kurang memperhatikan dosis yang digunakan dan cara
penaburan pupuk yang baik. Tenaga penabur hanya mengacu pada prinsip bahwa
pupuk harus tertabur pada tanaman. Oleh karena itu ketepatan dosis pupuk MOP
di lapangan untuk kebun BKLE kurang memenuhi prinsip tepat dosis pemupukan.

Tepat Waktu
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik, tanah, logistik pupuk,
serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Kegiatan
pemupukan di kebun BKLE dibagi menjadi dua semester yaitu semester I
(Januari-Juni) dan semester II (Juli-Desember). Berdasarkan buku program
pemupukan tahun 2012 pada kebun BKLE aplikasi pemupukan RP dan kieserite
dilakukan sekali setahun dan pada semester I, sedangkan apliaksi pemupukan
MOP, Urea, HGFB, Palmo, dan Chelated Zinkcoper dilakukan dua kali setahun.
Urutan aplikasi pemupukan kebun BKLE yaitu RP-HGFB-Chelated Zinkcoper-
Palmo-Kieserite-MOP-Urea.
Penetapan waktu aplikasi pupuk didasarkan pada pola curah hujan
(Winarna, 2003). Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan
pelaksanaan pemupukan tepat waktu diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit
diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan
51
untuk aplikasi pupuk. Data curah hujan Januari-April 2012 dapat dilihat pada
Gambar 11, rencana waktu aplikasi pemupukan pada Tabel 18, dan realisasi
pemupukan bulan Januari-April 2012 pada Tabel 19.

250

200
206.9
150
156
mm

100 134.5
110
50

0
Januari Februari Maret April
Bulan

Gambar 11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012


Tabel 18. Rencana Aplikasi Pemupukan kebun BKLE

Jenis Bulan Aplikasi Pupuk Kebun BKLE


Pupuk
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
RP 1xaplikasi (R1)
HGFB R1 R2
C.Zinc R1 R2
Palmo R1 R2
MOP R1 R1 R2 R2
Urea R1 R1 R2 R2
Kieserite 1xapksi(R1)
Keterangan: R1 aplikasi rotasi I
R2 aplikasi rotasi II
Tabel 19. Realisasi Aplikasi Pemupukan BKLE Bulan Januari-April 2012
Jenis Bulan Aplikasi Pupuk Kebun BKLE
Pupuk Jan Feb Mar Apr
RP 1xaplikasi (R1)
HGFB R1
Palmo R1
MOP R1
Sumber: Pengamatan Lapang (2012)
Waktu pemupukan yang optimal dilaksanakan pada saat curah hujan
antara 100-250 mm/bulan dengan batas minimal curah hujan 60 mm/bulan dan
maksimal 300 mm/bulan. Aplikasi pemupukan diusahakan untuk setiap semester
52

selesai dalam waktu dua bulan untuk memberikan keseimbangan hara di dalam
tanah sehingga unsur hara tersebut akan mudah diserap oleh tanaman. Aplikasi
pupuk urea pada musim kemarau (curah hujan <100mm/bulan) sebaiknya tidak
dilakukan karena memiliki potensi penguapan yang tinggi. Sebaliknya pada
kondisi curah hujan lebih dari 250 mm/bulan aplikasi pupuk urea, MOP, RP,
HGFB, dan kieserit juga sebaiknya tidak dilakukan karena menyebabkan
kehilangan tinggi melalui proses pencucian.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis rata-rata curah hujan bulan
Januari-April 2012 yaitu 151.85 mm/bulan. Sesuai rekomendasi rotasi pemupukan
di kebun BKLE dengan curah hujan tersebut tepat untuk aplikasi pupuk RP,
HGFB, MOP, dan Palmo. Dalam kondisi curah hujan yang optimal untuk
pemupukan dapat mengurangi tingkat kehilangan pupuk akibat pencucian, erosi,
dan aliran air. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat
keefektifan tenaga kerja dan penyerapan hara oleh tanaman lebih baik, serta
mengurangi penguapan pupuk akibat panas.
Berdasarkan Tabel 19 realisasi pemupukan di BKLE mengalami
ketidaktepatan dari rencana aplikasi pemupukan. Hal ini terjadi pada beberapa
aplikasi pemupukan seperti RP, HGFB, dan Palmo. Aplikasi pupuk tersebut
megalami kemunduran dari rencana pemupukan karena hari hujan dan
keterlambatan datangnya pupuk ke gudang kebun akibat keterbatasan alat
transportasi dan stok gudang sentral yang tidak selalu tersedia. Sebaliknya pada
pupuk MOP diaplikasikan lebih cepat karena pemupukan ini menggunakan stok
pupuk tahun kemarin yang masih ada di gudang kebun. Oleh karena itu ketepatan
waktu pemupukan kebun BKLE berdasarkan curah hujan dapat dikatakan tepat
waktu namun secara teknis di lapangan masih belum memenuhi prinsip ketepatan
waktu.

Tepat Cara dan Tempat


Pada umumnya ada tiga cara aplikasi pupuk yaitu secara manual, mekanis,
dan aplikasi melalui udara. Metode yang umum digunakan oleh perkebunan
dalam aplikasi pemupukan adalah cara tebar (broadcast) dan dibenam (pocket).
Pada dasarnya cara pemupukan yang efektif yaitu bagaimana pupuk itu lebih
53

cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum mugkin hilang karena penguapan
dan aliran permukaan.
Pemupukan di kebun BKLE dilakukan secara manual yaitu dengan sistem
tebar dan dibenamkan. Pupuk Chelated Zinkcoper dan Palmo pada areal berpasir
diaplikasikan dengan cara dibenamkan dengan jarak 50 cm dari pokok tanaman.
Pupuk urea, kieserit, dan MOP diaplikasikan dengan ditebar berbentuk U-shape
dengan radius 1.5-2 m dari pangkal pokok (arah dalam piringan) dan pupuk RP
berbentuk U-shape dengan ditebar radius >2 m dari pangkal pokok (arah luar
piringan). Pupuk HGFB daplikasikan tebar disekeliling pokok dengan radius 0.5-1
m dari pangkal pokok. Penebaran dengan radius 2 m atau pada pelepah dan
berbentuk U-shape dilakukan karena akar tertier dan kwarter yang aktif menyerap
hara lebih banyak terdapat dibawah pelepah di gawangan mati dibanding pada
piringan (Lubis, 2008).
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis untuk menghitung ketepatan
cara/aplikasi pada pemupukan RP didasarkan pada kondisi penyebaran pupuk di
piringan, pupuk diecer, pokok yang dipupuk, dosis/takaran pupuk, untilan tinggal,
dan karung tinggal. Penulis mengamati 15 penabur pada satu blok. Tanaman yang
diamati yaitu tiga baris sampai pasar tengah untuk masing-masing penabur.
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata ketepatan aplikasi tenaga penabur untuk
pupuk RP adalah 93%. Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja penabur cukup
tepat dalam kegiatan aplikasi pupuk yang dilakukan karena standar kebun 90%.
Tenaga penabur telah mengetahui dan memperhatikan aplikasi pada piringan dan
kondisi kemerataan pupuk pada pirirngan. Hasil pengamatan ketepatan aplikasi
dapat dilihat pada Gambar 9.
Berdasarkan pengamatan penulis pada penempatan aplikasi pupuk RP
terdapat 1.2% pokok pengamatan tidak terpupuk dan 98.8% pokok pengamatan
terpupuk. Pokok yang tidak terpupuk berada di sekitar pasar tengah. Hal ini
karena takaran pupuk yang digunakan tidak dikalibrasi dan hanya mengandalkan
perkiraan sehingga ketepatan dosis pupuk yang diaplikasikan pada tiap pokok
menjadi tidak rata dan tidak sampai pasar tengah. Selain itu juga karena piringan
yang kotor dan tertutup oleh gulma serta kacangan membuat pokok tidak
terpupuk.
54

Pada pengamatan penempatan aplikasi pupuk RP terlihat bahwa 2.3%


pupuk ditebar di piringan, 6.7% ditebar di gawangan, 5.2% ditebar di susunan
pelepah dan gawangan, 9.1 % ditebar di susunan pelepah dan piringan, serta
76.7% (standar kebun 95%) pupuk telah ditebar tepat di susunan pelepah.
Artinya ketepatan penempatan pupuk masih cukup rendah. Hal ini karena
kurangnya arahan dari asisten dan mandor pupuk serta tidak adanya perhatian dari
penabur pupuk dalam penebaran menjadi sebab kesalahan dalam penempatan
lokasi pemupukan.

Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk


Prestasi tenaga kerja pemupuk adalah kemampuan seorang pemupuk
dalam melakukan pekerjaan penaburan pupuk, dilihat dari output yang dihasilkan.
Standar untuk setiap tenaga penabur adalah 550-600 kg/HK pada hari normal
kerja (7 jam) sedangkan pada hari jumat 350-400 kg/HK sesuai dengan jenis
pupuk dan dosis pupuk yang digunakan.
Hasil pengamatan penulis berdasarkan Tabel 12 rata-rata untuk
pemupukan RP prestasi tenaga penabur dari bobot yang diaplikasikan telah
mencapai standar kebun. Akan tetapi, pada pengamatan hari jumat tanggal 24
Maret 2012 tenaga penabur pupuk tidak mencapai standar kebun. Hal ini karena
pada tanggal tersebut output pemupukan distandarkan pada hari normal (7 jam)
untuk mengejar target pemupukan RP, agar bulan Maret selesai dan mengurangi
persediaan pupuk di gudang pupuk. Prestasi tenaga kerja penabur untuk aplikasi
pupuk MOP masih dibawah standar kebun kecuali pada tanggal 5 Maret 2012.
Hal ini disebabkan oleh jumlah tenaga penabur yang berlebih. Sebagai contoh
pada tanggal 7 Maret 2012 dengan output/HK adalah 550 kg dan jumlah pupuk
4,534 kg maka tenaga kerja yang dibutuhkan seharusnya 8 orang saja. Hal ini
berakibat pemupukan lebih cepat selesai tetapi dari segi biaya akan bertambah.
Selain itu juga kurang efisiennya tenaga kerja dalam mengatur jam kerja, padahal
jika mereka menggunakan jam kerja dengan baik output yang dicapai akan lebih
besar dari standar kebun.
Penulis juga melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang tenaga
penabur untuk mengetahui output penabur pupuk berdasarkan umur, lama bekerja
55

sebagai penabur pupuk, dan pendidikan. Data diperoleh dari data sekunder jumlah
aplikasi pupuk oleh tenaga pemupuk dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Profil Pemupuk dan Prestasinya
Nama Umur Pendidikan Lama Prestasi ST Dev
Pemupuk (tahun) Bekerja kerja
(tahun) (kg/HK)
Hernita 39 SD 6 786.9 218.50
Rukhayah 40 SD 6 786.6 218.50
Misnah 31 SMP 1 786.9 218.54
Supriatin 35 SMA 1 825.2 210.29
Suharni 38 SMP 1 825.2 210.29
Sutimah 43 SD 6 835.1 197.28
Siti Rahma 29 SMP 2 835.4 197.15
Mahni 31 SD 1 851.8 204.62
Aswi 40 SD 4 851.9 204.57
Riska 21 SMA 0.5 858 209.79
Sumber: Data Kebun (2012)
Data diuji dengan uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat
pendidikan dengan prestasi, lama bekerja dengan prestasi. Hasil menunjukan
bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara pengaruh umur, tingkat
pendidikan, dan lama bekerja terhadap prestasi yang dicapai penabur pupuk. Dari
hasil ini menunjukan bahwa kualifikasi tenaga penabur pupuk relatif merata.

Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan


Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting karena berbanding
lurus dengan produksi buah. Jika pemupukan dilakukan tidak sesuai prosedur
yang ada, maka akan berakibat menurunnya produktivitas kelapa sawit. Dalam
kaitannya dengan kegiatan pemupukan di kebun BKLE terdapat beberapa
hambatan diantaranya adalah:
a. Gudang penyimpanan pupuk yang kurang memadai sehingga ketika hujan
turun akan menyebabkan pupuk yang telah diuntil membatu. Sebaiknya
dibuat gudang pemupukan yang sesuai standar penyimpanan pupuk dan
56

dipisahkan antara pupuk yang telah diuntil dengan pupuk yang belum
diuntil agar mudah dalam perhitungan kebutuhan pupuk dan stok pupuk
digudang.
b. Takaran untilan dan takaran penabur yang digunakan untuk berbagai
macam jenis pupuk menyebabakan tidak tepatnya dosis untilan dan
penaburan. Hal ini karena tidak adanya pengawasan pada kegiatan
penguntilan pupuk dan jarang sekali dilakukan penimbangan sampel
untilan oleh tenaga penguntil. Perlu adanya pengawasan dalam ketepatan
bobot untilan dan sering dilakukan kalibrasi takaran agar sesuai dosis yang
direkomendasikan.
c. Pelangsir dan pengecer pupuk cukup sulit menentukan jumlah untilan
pupuk dengan benar karena perbedaan jumlah pokok antara rekomendasi
dengan di lapangan sehingga untilan pupuk tidak sesuai. Oleh karena itu
perlu dilakukan sensus pokok yang rutin untuk mengetahui jumlah
tanaman dan kondisi blok yang ada.
d. Penabur pupuk kurang memperhatikan ketepatan dosis per pokok sehingga
masih ada pokok tidak terpupuk dan pupuk tercecer di pasar tengah.
Sebaiknya sebelum kegiatan pemupukan, dilakukan penjelasan tentang
pentingnya ketepatan dosis kepada penabur agar mereka menyadari bahwa
selain bekerja juga harus dituntut kualitas pemupukan.
e. Kurangnya simulasi dari mandor atau asisten tentang aplikasi pemupukan
yang benar kepada penabur. Oleh karena itu perlu dilakukan simulasi
terlebih dahulu sebelum pemupuk masuk ke blok oleh asisten atau mandor
pupuk.
Oleh karena itu, upaya dalam meningkatkan keefektifan pemupukan dapat
dilakukan dengan cara pengaturan transportasi yang baik, penyediaan tenaga kerja
yang cukup, akses atau prasarana jalan yang baik, pemupukan dengan
berpedoman pada prinsip 5T, pengawasan atau supervisi yang baik, penerapan
reward dan punishment yang adil. Apabila upaya diatas dapat dijalankan maka
efektivitas pemupukan dapat tercapai.
57

Defisiensi Tanaman
Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman
pemupukan tanaman kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu, dan B. Masing-masing
unsur hara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Faktor penyebab
defesiensi yaitu jumlah pupuk yang diberikan tidak mencukupi, genangan air,
aplikasi pupuk yang buruk, dan perkiraan efesiensi pemupukan yang tidak tepat.
Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa defisiensi salah satu unsur hara
dapat dideteksi secara visual pada daun tanaman kelapa sawit.
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis secara visual terhadap gejala
defisiensi hara yaitu sebanyak 36.16% mengalami defisiensi unsur N, 25.05%
mengalami defisiensi unsur K, 7.98% mengalami defisiensi unsur B, 6.36%
mengalami defisiensi unsur P, dan 4.14% mengalami defisiensi unsur Mg. Gejala
defesiensi N disebabkan oleh berkurangnya mineralisasi N pada tanah dan tidak
cukupnya atau tidak efektifnya aplikasi nitrogen. Selain itu juga aplikasi
pemupukan yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah ditentukan.
Dampaknya yaitu menurunnya produksi tanaman kelapa sawit pada tahun
berikutnya. Peta status hara daun kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 8.

Biaya Pemupukan dan Cost/Ha Pemupukan


Menurut Adiwiganda (2002) biaya pemeliharaan tidak kurang dari 50 %
adalah biaya pemupukan dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan.
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar
sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap biaya
pemeliharaan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa biaya pemupukan kebun
BKLE untuk tahun 2011 tanaman menghasilkan sebesar Rp 10,496,352,201 dan
biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan sebesar Rp 15,306,286,506. Total
cost/ha untuk kegiatan pemupukan adalah Rp 5,030,337. Artinya bahwa rata-rata
untuk kegiatan pemupukan dalam 1 ha membutuhkan biaya sebesar Rp 5,030,337.
Secara umum untuk biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan pada tahun 2011
dapat dilihat pada Lampiran 10.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pelaksanaan magang sudah sesuai dengan tujuan, terutama pada aspek
khusus pemupukan. Manajemen pemupukan pada kebun Bangun Koling Estate
(BKLE) secara umum dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapakan oleh
PT. Bumitama Gunajaya Agro pada setiap masing-masing kegiatan dari
pemeliharaan sampai dengan panen.
Dalam mencapai produksi yang optimal harus memperhatikan prinsip
pemupukan 5T (Tepat Dosis, Tepat Jenis, Tepat Cara, Tepat Waktu, Tepat
Tempat). Ketepatan jenis dan ketepatan cara di kebun BKLE secara umum sudah
berlangsung dengan baik. Ketepatan dosis untilan sudah sesuai dengan standar
kebun tetapi dalam aplikasi di lapangan masih belum tercapai sesuai dengan
rekomendasi. Kriteria ketepatan waktu belum berlangsung secara baik karena
terjadi kemunduran jadwal pemupukan akibat belum tersedianya pupuk di gudang
kebun. Aplikasi pupuk disesuaikan dengan pola curah hujan. Kriteria ketepatan
tempat juga belum sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh kebun.
Realisasi pemupukan belum sepenuhnya dilakukan sesuai rekomendasi,
hal ini dapat diketahui masih cukup banyak tanaman yang mengalami defesiensi
hara. Penggunaan tenaga kerja pemupukan masih belum efisien sehingga
berdampak pada menurunnya efesiensi pemupukan. Dari hasil uji korelasi
menunjukan pengaruh umur, pendidikan, dan lama bekerja sangat lemah
pengaruhnya terhadap prestasi yang dicapai pemupuk.

Saran
Siklus pemupukan di kebun BKLE perlu ditingkatkan kembali dalam hal
teknis pemupukan untuk mengurangi ketidakefisienan waktu, tenaga kerja, dan
biaya yang dikeluarkan. Perlu disusun strategi untuk meningkatkan efesiensi
pemupukan sehingga tercapainya realisasi pemupukan, kualiatas pemupukan, dan
mengoptimalkan konsep pemupukan 5T. Selain itu perlu dilakukan kalibrasi
terhadap target tenaga pemupukan dan disesuaikan dengan dosis, jenis pupuk, dan
kondisi areal, serta keadaan infrastruktur. Pendataan dan kalibrasi secara
59

terkontrol terhadap alat-alat dan perlengkapan kesehatan bagi tenaga pemupuk


seperti takaran untilan, takaran penabur, dan APD harus dilakukan secara rutin.
Kegiatan pengawasan pemupukan dari Asisten Divisi sebagai koordinator BMS
harus dilakukan setiap hari agar dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
kegiatan pemupukan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Kelapa Sawit. Dalam


S. Mangoensoekarjo (Eds.). Manajemen Tanah dan Pemupukan
Budidaya Tanaman Perkebunan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

. 2002. Field management on fertilizer application at oil palm


plantation. Seminar on Fertilizer Management for Oil Palm, Organized
by PT Sentana Adidaya Pratama, Canadian Potash Exporter (Canpotex),
Potash and Phosphate Institut (PPI) and Indonesian Oil Palm Research
Institut (IOPC). Bali. P. 40.

Andayani, D. 2008. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT Era Mitra Agro Lestari (BSP
Group), Sarolangun, Jambi. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 70 hal.

Darmosarkoro, W. 2003. Defesiensi dan Malnutrisi Hara pada Tanaman Kelapa


Sawit. Dalam W. Darmosarkoro. E.G Sutarta, dan Winarna (Eds).
Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

Ditjenbun. 2011. Ekspor Produk Kelapa Sawit Terus Naik.


http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-
news/203-ekspor-produk-kelapa-sawit-terus-naik.html [30 Januari
2012].

Ditjenbun. 2011. Luas Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Seluruh


Indonesia. www.ditjenbun.deptan.go.id/index.php/ teknik-
budidaya.html. [ 30 Januari 2012].

Fauzi, Y., E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit:


Budidaya Pemanfaatan Hasil Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran
Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.

Febriana, R. 2009. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq.) di Perkebunan PT Sari Aditya Loka I (PT Astra Agro Lestari,
Tbk.), Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Skripsi. Program Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 97 hal.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia , Edisi 2.


Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. 362 hal.

61

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya


Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal.

Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Poeloengan, Z., M.L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E.S. Sutarta. 2003.
Permasalahan Pemupukan pada Kelapa Sawit. Dalam W.
Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. PPKS. Medan

Qomar, T.R. 2010. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun
Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 80 hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan


Pengolahan.Yogyakarta:Kanisius

Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan Unsur


Hara dan Sumber Hara pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Dalm
W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

Winarna, W. Darmosarkoro, dan E.S Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan


Tanaman Kelapa Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan
Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
13

LAMPIRAN

63

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis (satuan/HK) Lokasi


Penulis Karyawan Standar
13 Februari 2012 Orientasi Lapang Divisi III
14 Februari 2012 Orientasi Lapang Divisi II dan III
15 Februari 2012 Field Visit (Panen) Blok O30
16 Februari 2012 Mengutip Brondolan (Panen) 2 ha 6 ha 3 ha Blok M28, M24
17 Februari 2012 Cek Brondolan Jatuh dan Simulasi Divisi II
LSU
18 Februari 2012 Perawatan Manual 7 jam 7 jam 7 jam Blok M20
19 Februari 2012 LIBUR
20 Februari 2012 Piringan Manual 7 jam 7 jam 7 jam Blok M20
21 Februari 2012 Pemupukan RP Blok K16,L16,K17
22 Februari 2012 Aplikasi Jangkos 3 ton 7 ton 7 ton Blok M22, M23
23 Februari 2012 Pemupukan RP Blok K17,K18
24 Februari 2012 Pemupukan RP Blok k18,K19
25 Februari 2012 Pemupukan RP Blok L23,M23
26 Februari 2012 LIBUR
27 Februari 2012 Penguntilan Pupuk Borate 7 jam 7 jam 7 jam Gudang Pupuk

64

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis (satuan/HK) Lokasi


Penulis Karyawan Standar
28 Februari 2012 Penguntilan Pupuk Borate 7 jam 7 jam 7 jam Gudang Pupuk
29 Februari 2012 Semprot Piringan (BSS) 1.5 ha 3 ha 3 ha Blok L22,L23
1 Maret 2012 Semprot Piringan (BSS) 1.8 ha 3 ha 3 ha Blok L20,L21
2 Marte 2012 Pemupukan Borate Blok K20,K21
3 Maret 2012 Pengambilan Data Sekunder Kantor Kebun
4 Maret 2012 LIBUR

65

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi


Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan
diawasi (orang) diawasi (ha) (Jam)
5 Maret 2012 Mandor Pupuk (MOP) 15 32.18 7 Blok L22,L21
6 Maret 2012 Pengambilan Data Sekunder 5 Kantor Kebun
7 Maret 2012 Mandor Pupuk (MOP) 15 14.51 7 Blok M19
8 Maret 2012 Mandor Pupuk (MOP) 9 24.48 7 Blok K20
9 Maret 2012 Mandor pupuk (RP) 18 67.4 8 Blok M20,M21
10 Maret 2012 Pengambilan Data Sekunder 6 Kantor Kebun
11 Maret 2012 LIBUR
12 Maret 2012 Aplikasi Jangkos 10 11.64 7 Blok K14
13 Maret 2012 Mandor Until Pupuk (Borate) 4 7 Gudang Pupuk
14 Maret 2012 Krani Divisi 10 Kantor Kebun
15 Maret 2012 Krani Divisi 10 Kantor Kebun
16 Maret 2012 Krani Divisi 10 Kantor Kebun
17 Maret 2012 Krani Divisi 7 Kantor Kebun
18 Maret 2012 LIBUR
19 Maret 2012 Krani Transportasi 3 7 Blok L22,L21

66

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi


Jumlah KHL yang Luas Areal yang Lama Kegiatan
diawasi (orang) diawasi (ha) (Jam)
20 Maret 2012 Membantu Administrasi Kebun 8 Kantor Kebun
21 Maret 2012 Membantu Administrasi Kebun 8 Kantor Kebun
22 Maret 2012 Membantu Administrasi Kebun 7 Kantor Kebun
23 Maret 2012 LIBUR
24 Maret 2012 Mandor Until Pupuk (Borate) 4 7 Gudang Pupuk
25 Maret 2012 LIBUR

67

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi

Jumlah Mandor Luas Areal Lama Kegiatan


yang diawasi (orang) yang diawasi (ha) (jam)
26 Maret 2012 Traksi Gudang 9 Kantor Kebun
27 Maret 2012 Penguntilan Pupuk RP 1 7 Gudang Pupuk
28 Maret 2012 Proses Pengolahan CPO (PKS) 9 PKS SAGM
29 Maret 2012 Administrasi Kebun 7 Kantor Kebun
30 Maret 2012 Pemupukan RP 2 62.15 8 K07 dan K14
31 Maret 2012 Pemupukan RP 2 87.40 8 M08, M09, N09
1 April 2012 LIBUR
2 April 2012 Pemupukan RP 2 91.50 9 K 11, K12, K13
3 April 2012 Pengambilan Data Sekunder 7 Kantor Divisi II
4 April 2012 Administrasi BMS 1 7 Kantor BMS
5 April 2012 Pemupukan RP 2 88.70 9 K28, M28, M29
6 April 2012 LIBUR
7 April 2012 Administrasi Kantor BMS 1 7 Kantor BMS
8 April 2012 LIBUR
9 April 2012 Administrasi Kantor BMS 1 7 Kantor BMS

68

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi

Jumlah Mandor Luas Areal Lama Kegiatan


yang diawasi (orang) yang diawasi (ha) (jam)
10 April 2012 Pemupukan RP 2 28.50 7 Blok M26
11 April 2012 Administrasi Kantor BMS 1 7 Kantor BMS
12 April 2012 Krani Divisi 9 Kantor Kebun
13 April 2012 Krani Divisi 7 Kantor Kebun
14 April 2012 Review Pengamatan Magang 7 Kantor Divisi II
15 April 2012 LIBUR
16 April 2012 Supervisi Dosen 5 Metro Pundu
17 April 2012 Pengambilan Data Sekunder 7 Kantor Divisi II
18 April 2012 Melengkapi Administrasi 8 Kantor Kebun
Kantor Kebun
19 April 2012 Review Pengamatan Magang 8 Kantor Divisi III
20 April 2012 Pengambilan Data Sekunder 7 Kantor Kebun
21 April 2012 Administrasi Klinik Kebun 5 Klinik Kebun
22 April 2012 LIBUR
23 April 2012 Administrasi Kantor BMS 6 Kantor BMS

69

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi

Jumlah Mandor Luas Areal Lama Kegiatan


yang diawasi (orang) yang diawasi (ha) (jam)
24 April 2012 Review BSS 7 Kantor BSS
25 April 2012 Review BSS 7 Kantor BSS
26 April 2012 Presentasi 3 Kantor Kebun
27 April 2012 Field Visit 8 Blok L 23
28 April 2012 Administrasi Kantor Kebun 7 Kantor Kebun
29 April 2012 LIBUR
30 April 2012 Review Pengamatan Magang 6 Kantor Kebun
1 Mei 2012 Review Pengamatan Magang 6 Kantor Kebun
2 Mei 2012 Review Pengamatan Magang 6 Kantor Divisi II
3 Mei 2012 Review Pengamatan Magang 7 Kantor Divisi II
4 Mei 2012 Pengambilan Data Sekunder 4 Kantor Kebun
5 Mei 2012 Pengambilan Data Sekunder 4 Kantor Kebun
6 Mei 2012 LIBUR
7 Mei 2012 Review Draf Skripsi 5 Kantor Kebun
8 Mei 2012 Ujian 2 Kantor Kebun

70

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Lokasi

Jumlah Mandor Luas Areal Lama Kegiatan


yang diawasi (orang) yang diawasi (ha) (jam)
9 Mei 2012 Administrasi Kebun 8 Kantor Kebun
10 Mei 2012 Administrasi Kebun 9 Kantor Kebun
11 Mei 2012 Administrasi Kebun 6 Kantor Kebun
12 Mei 2012 Administrasi Kebun 9 Kantor Kebun
13 Mei 2012 LIBUR

71

Lampiran 4. Peta Kebun Bangun Koling Estate (BKLE)



72
Lampiran 5. Data Curah Hujan Kebun BKLE Tahun 2007-2011

TAHUN
Rata-Rata
BULAN 2007 2008 2009 2010 2011
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
JANUARI 13 232,6 13 484,0 14 298,3 16 471,0 14 415,8 14 380,3
PEBRUARI 16 467,9 11 511,0 13 246,0 13 285,5 6 292,0 12 360,5
MARET 15 349,5 13 404,0 18 800,5 16 318,5 10 233,8 14 421,3
APRIL 19 698,0 14 469,5 14 558,0 11 198,5 12 373,0 14 459,4
MEI 10 201,6 7 145,5 10 293,0 15 437,1 8 208,5 10 257,1
JUNI 14 162,5 9 277,5 7 245,0 18 464,8 6 105,0 11 251,0
JULI 12 235,9 13 119,0 6 242,0 15 414,8 4 81,0 10 218,5
AGUSTUS 6 680,0 17 439,8 1 17,0 12 201,0 2 8,5 8 269,3
SEPTEMBER 1 12,0 12 271,0 2 26,0 13 532,3 4 62,8 6 180,8
OKTOBER 13 489,0 18 615,0 10 544,0 16 427,8 8 233,5 13 461,9
NOVEMBER 12 327,0 18 362,5 20 546,5 18 404,3 9 342,0 15 396,5
DESEMBER 19 382,0 22 369,5 22 850,8 12 363,8 11 249,3 17 443,1
JUMLAH 150 4.238 167 4.468 137 4.667 175 4.519 94 2.605 145 4.099
BK 1,0 - 2,0 - 1,0 0,8
BL 2,0 0,4
BB 11,0 12,0 10,0 12,0 9,0 10,8
Keterangan: BK= MM < 60 mm, BL= MM 60-100 mm, BB= MM > 100 mm
,
Q= 100% Q = 100% 7,4%
,

Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson tipe iklim kebun BKLE termasuk kelas A

73

Lampiran 6. Struktur Organisasi Kebun Bangun Koling Estate



74

Lampiran 7. Peta Jenis Tanah Kebun BKLE



75

Lampiran 8. Peta Status Hara Daun Kebun BKLE



76

Lampiran 9. Struktur Organisasi Kebun Wilayah IV



77

Lampiran 10. Biaya Pemupukan TM Tahun 2011

You might also like