Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ANALISA PENGARUH INTENSITAS SUMBER CAHAYA PENGINDUKSI

FLUORESENSI TERHADAP INTENSITAS FLUORESENSI KLOROFIL PADA


DAUN BAYAM MENGGUNAKAN METODE FLUORESCENCE IMAGING

Minarni, Iswanti Sihaloho*

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau


*e-mail : iswantisihaloho93@gmail.com

ABSTRACT

Chlorophyll fluorescnce imaging and spectroscopy has been developed intensively


during last decade to detect early symptoms of plant diseases and effects of
environtmental stresses on plants. An economical, portable, and remote sensing system
is needed for those purposes. In this research, a fluorescence imaging system was built
using a LED with 465 nm wavelength, some neutral density filters and a 3 Mega Pixel
CMOS camera. The intensities of LED light were varied using 5 different optical
densities of the neutral density filters which were represented by their optical power
after filtered 5,0 mW; 3,3 mW; 2,0 mW; 1,5 mW; and 0,7 mW respectively. This
system was used to investigate the relation between the intensity of LEDs as a
fluorescence inducer and the fluorescence intensity of spinach leaves grown under two
variations of sunlight intensity. The variations were about 90% using plastic cover and
40% using plastic plus paranet cover. The spinach plant was Amaranthus tricolar
varitas. The differences between chlorophyll fluorescence intensity of the spinach
leaves for both treatment were also investigated. The fluorescence intensities were
found from RGB plot using ImageJ software. The reseach results showed that intensity
of LED light influenced the fluorescence intensity resulted on the spinach leaves. The
higher the intensity of LED, the higher the fluorescence intensity. The spinach leaves
grown without paranet provided higher fluorescence intensity however, the difference
between both treatments was seen higher when LED intensity was the lowest which was
about 41,6% difference.

Keywords : Fluorescence Imaging, ImageJ, CMOS camera, LED-Induced Fluorescence,


Excitation Intensity Variation

PENDAHULUAN Beberapa metode telah


Pertumbuhan, perkembangan, dikembangkan untuk mendeteksi
dan hasil yang akan diperoleh dari penyakit dan pengaruh lingkungan pada
setiap tanaman dipengaruhi oleh faktor tanaman. Pada umumnya metode
lingkungan dan penyakit tanaman. deteksi yang digunakan pada tanaman
Pengaruh lingkungan dapat adalah metode diagnosa secara manual
menimbulkan kerugian besar khususnya dengan melihat tanda-tanda visual dan
pada sektor perkebunan, sehingga metode molekular (Ardiana, 2008 ;
diperlukan sistem deteksi untuk Putra dkk, 2013 ; Pandin, 2010).
mendeteksi pengaruh lingkungan dan Metode ini membutuhkan keahlian
penyakit pada tanaman. khusus dan biaya yang mahal serta

637
waktu yang lama untuk melihat satu per pengaruh lingkungan lebih efisien
satu tanaman secara detail pada daun dilakukan (Calderon et al., 2011 ;
dan batangnya. Sankaran et al., 2010).
Perkembangan teknologi di Secara umum metode deteksi
bidang sumber cahaya yaitu LED dan menggunakan spektroskopi fluoresensi
laser serta perkembangan di bidang klorofil dapat dilakukan dengan dua
spektroskopi fluoresensi memungkinkan metode yaitu metode langsung pada
untuk mengembangkan metode deteksi daun dan metode tidak langsung.
dini yang ekonomis, efisien, portable Metode deteksi secara langsung dapat
dan remote sensing. Beberapa metode dilakukan dengan menggunakan cahaya
spektroskopi seperti spektroskopi matahari sebagai sumber cahaya
visible-near infrared, spektroskopi mid- penginduksi pada daun. Namun deteksi
infrared, dan spektroskopi fluoresensi hasil fluoresensi juga dapat dilakukan
telah dikembangkan dalam beberapa dengan menggunakan laser atau LED
tahun terakhir ini untuk mendeteksi sebagai sumber cahaya penginduksinya
pengaruh lingkungan pada tanaman. yang dilakukan dengan membawa daun
Salah satunya yaitu penelitian Belasque tanaman atau tanaman utuh ke
et al. (2008) yang menggunakan metode laboratorium (Saito et al., 2005 ; Yang
spektroskopi untuk mengetahui dan Yu, 2012 ; Hsiao et al., 2010 ;
penyakit dan tekanan mekanik pada Lemboumba, 2006). Spektroskopi
tanaman jeruk serta penelitian fluoresensi yang menggunakan kamera
Sankaran dan Reza (2013) yang CCD (Charge Coupled Device) dan
menggunakan spektroskopi mid- CMOS (Complementary Metal Oxide
infrared dalam mengetahui penyakit Semiconductor) sebagai detektor sering
Huanglongbin pada daun jeruk. disebut fluorescence imaging atau
Penelitian kedepan adalah menentukan pencitraan fluoresensi.
marker (penanda) untuk berbagai Hubungan antara spektrum
penyakit dan gangguan pada tanaman fluoresensi dan intensitas yang
berdasarkan spektrum fluoresensi diemisikan bergantung terhadap
klorofil. intensitas dan panjang gelombang
Cahaya akan diserap oleh sumber cahaya penginduksi. Penelitian
klorofil untuk proses fotosintesis ketika lebih lanjut diperlukan untuk
cahaya matahari mengenai daun. Tetapi mengetahui panjang gelombang dan
tidak semua cahaya tersebut digunakan intensitas sumber cahaya yang efisien
untuk proses fotokimia sebagian cahaya yang dapat memberikan penanda yang
akan emisikan dalam bentuk fluoresensi lebih baik.
dan panas. Ketiga proses ini saling Pada penelitian ini, sebuah
berkompetesi. Apabila terjadi sistem optik pencitraan fluoresensi yang
peningkatan pada salah satu proses terdiri dari sumber cahaya penginduksi
maka akan terjadi penurunan efisiensi yaitu LED, ND filter, lensa dan kamera
pada dua proses yang lain (Maxwell dan CMOS dibangun dan dikarakterisasi.
Johnson, 2000). Dengan mengukur hasil Sistem ini digunakan untuk mendeteksi
fluoresensi dari klorofil, informasi fluoresensi klorofil pada daun bayam
tentang perubahan efisiensi proses yang mengalami perlakuan yaitu
fotokimia dan panas dapat diketahui, perbedaan intensitas cahaya matahari.
dan pengukuran fluoresensi karena Intensitas dari sumber cahaya

638
penginduksi fluoresensi (LED) yang ImageJ digunakan untuk menganalisa
digunakan divariasikan. Hubungan spektrum fluoresensi yang dihasilkan.
antara intensitas spektrum fluoresensi ImageJ akan menampilkan hubungan
terhadap variasi intensitas cahaya antara intensitas sebagai nilai dari RGB
penginduksi fluoresensi (LED) pada dan posisi pixel dari daun yang disinari
daun bayam yang tumbuh karena cahaya LED.
pengaruh intensitas cahaya matahari Penelitian ini dimulai dengan
yang berbeda dianalisa. Analisa pencarian benih bayam. Benih bayam
dilakukan dengan menggunakan yang digunakan adalah bayam hijau
program ImageJ untuk memperoleh varietas Amarantus tricolar.
RGB value dari image daun yang Pembenihan dilakukan oleh Petani
direkam kamera ketika daun disinari bayam yang telah berpengalaman.
cahaya LED. Pembenihan dilakukan pada polybag
berdiameter 15 cm, yang telah diisi
METODE PENELITIAN dengan campuran tanah dan kompos
Sampel dengan perbandingan 1 : 1. Ini
(Daun) dilakukan 3 hari sebelum biji bayam
LED
disebar. Benih bayam ini disebar secara
300
merata dan ditutup tipis dengan tanah.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan
sore hari dengan ukuran 125 ml per
Komputer polybag. Pemupukan pertama dilakukan
7 hari setelah penaburan benih bayam.
Kamera
Pupuk yang digunakan adalah pupuk
CCD NPK mutiara yang telah dicairkan
Gambar 1. Skema Sistem Penelitian
(Leumbomba, 2006) dengan perbandingan 15 gr pupuk untuk
100 mL air. Pemupukan kedua
Gambar 1 adalah skema dilakukan 7 hari kemudian, dengan
penelitian yang dilakukan pada pupuk yang diberikan tetap NPK
penelitian ini. LED yang digunakan mutiara, namun tanpa dicairkan. Setiap
yaitu high power LED yang disebut sampel akan diberikan 5-8 butir pupuk,
dengan ELJ 465-627 merk Roithner bergantung dari banyaknya tumbuhan
dengan panjang gelombang 465 nm dalam satu polybag (Irianti dkk, 2013).
(biru) langsung diarahkan ke neutral Setelah berumur 10 hari dari
density filter (ND filter) untuk penyebaran benih, bayam dipindahkan
divariasikan intensitasnya yaitu dari kebun bayam untuk mulai diberi
sebanyak 5 variasi intensitas. Sinar biru perlakuan. Perlakuan yang diberikan
yang telah melewati ND filter tersebut adalah perbedaan intensitas radiasi
diteruskan pada daun. Pengamatan cahaya matahari dengan menggunakan
fluoresensi atau perubahan warna pada naungan. Naungan yang digunakan ada
daun akan direkam menggunakan dua jenis yaitu plastik dan naungan
kamera CMOS yang dihubungkan plastik plus paranet. Naungan paranet
dengan komputer. Kamera CMOS 3MP digunakan untuk mengurangi intensitas
yang digunakan dilengkapi dengan radiasi cahaya matahari, sedangkan
software perekam gambar. Gambar naungan plastik berfungsi untuk
direkam dalam file bmp. Program melindungi tanaman dari hujan.

639
Sistem optik dibangun dalam sumber cahaya penginduksi akan
sebuah kotak hitam untuk semakin menurun.
meminimalkan cahaya ruang. Sistem
dibangun seperti Gambar 1. Pengukuran
spektrum fluoresensi dilakukan setelah
bayam berumur 25 hari dari waktu
penyebaran benih. Daun bayam dibawa
ke Laboratorium untuk disinari cahaya
LED. Daun bayam terlebih dahulu
didiamkam selama 30 menit dalam
ruang gelap. Daun bayam sebanyak 5
sampel dari setiap naungan untuk
dirata-ratakan disinari cahaya LED
dengan variasi intensitas sumber cahaya
penginduksi. Spektrum fluoresensi yang
diperoleh dengan variasi intensitas Gambar 2. Grafik Intensitas Sumber
penginduksi fluoresensi dari daun Cahaya Penginduksi berdasarkan Nilai
bayam yang mengalami perlakuan Optical Density
dianalisa menggunakan program Image
J. Intensitas sumber cahaya
penginduksi yang berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN menghasilkan intensitas fluoresensi
Pada penelitian ini intensitas yang berbeda pula. Sumber cahaya
sumber cahaya penginduksi penginduksi yang digunakan adalah
divariasikan menggunakan ND filter, LED dengan panjang gelombang 465
dimana ND filter memiliki nilai optical nm. Gambar 3 dan Gambar 4
density (OD) yang berpengaruh pada memperlihatkan intensitas fluoresensi
jumlah cahaya yang mengenainya. klorofil lebih tinggi tanpa menggunakan
Perbedaan variasi antara satu sama lain ND filter baik itu untuk sampel yang
diwakili oleh daya cahaya LED setelah menggunakan naungan plastik ataupun
ND filter. Daya cahaya LED yang sampel yang menggunakan naungan
dihasilkan tanpa menggunakan ND plastik plus paranet. Intensitas
filter adalah 5,0 mW, sedangkan daya fluoresensi klorofil yang menggunakan
cahaya yang dihasilkan dengan ND filter lebih tinggi pada nilai OD 22
menggunakan ND filter secara berturut- dengan daya cahaya LED 3,3 mW dan
turut adalah 3,3 mW; 2,0 mW; 1,5 yang paling rendah yang menggunakan
mW; dan 0,7 mW. nilai OD 30 dengan daya cahaya LED
Gambar 2 merupakan grafik 0,7 mW. Intensitas fluoresensi yang
intensitas sumber cahaya penginduksi dihasilkan berbanding lurus dengan
yaitu LED versus nilai optical density intensitas sumber cahaya penginduksi
dari setiap ND filter. Dari grafik terlihat yang digunakan. Semakin tinggi
bahwa intensitas sumber cahaya intensitas sumber cahaya penginduksi
penginduksi berbanding terbalik dengan maka akan semakin tinggi pula nilai
nilai optical density dari ND filter. intensitas fluoresensi yang dihasilkan.
Dengan meningkatnya nilai optical
density yang digunakan maka intensitas

640
cahaya matahari ini dilakukan pada saat
bayam telah mengalami perlakuan
menggunakan luxmeter. Intensitas rata-
rata radiasi cahaya matahari yang
diperoleh selama pengamatan adalah
464,2 W/m2 untuk sampel yang
menggunakan naungan plastik dan
208,2 W/m2 untuk sampel yang
menggunakan naungan plastik plus
paranet.
Penggunaan naungan
berpengaruh pada intensitas cahaya
Gambar 3. Intensitas Fluoresensi
matahari yang mengenai sampel.
dengan Perbedaan Sumber Cahaya
Naungan plastik yang bertujuan
Penginduksi pada Daun Bayam
melindungi sampel dari hujan
Menggunakan Naungan Plastik
meneruskan 90% intensitas cahaya
matahari, sedangkan naungan plastik
plus paranet meneruskan intensitas
cahaya matahari sebesar 40% dari
intensitas cahaya matahari tanpa
naungan, dimana intensitas rata-rata
radiasi cahaya matahari tanpa naungan
adalah 520,0 W/m2.
Gambar 5 memperlihatkan
intensitas fluoresensi maksimum pada
daun bayam yang menggunakan
naungan plastik dan daun bayam yang
menggunakan naungan plastik plus
paranet. Intensitas fluoresensi
Gambar 4. Intensitas Fluoresensi
maksimum untuk setiap daun bayam
dengan Perbedaan Sumber Cahaya
yang mengalami perlakuan perbedaan
Penginduksi pada Daun Bayam
intensitas radiasi cahaya matahari
Menggunakan Naungan Plastik plus
bervariasi. Intensitas fluoresensi
Paranet
maksimum lebih tinggi pada tanaman
bayam yang tumbuh menggunakan
Selain bergantung pada
naungan plastik daripada tanaman
intensitas cahaya penginduksi, intensitas
bayam yang tumbuh dengan naungan
fluoresensi juga bergantung pada
plastik plus paranet.
sampel yang digunakan. Pada penelitian
Tanaman bayam yang tumbuh
ini daun bayam varietas Amaranthus
dengan pengaruh naungan plastik
tricolar yang digunakan sebagai sampel
memiliki kesempatan lebih banyak
merupakan daun bayam yang telah
menyerap energi cahaya matahari untuk
diberi perlakuan perbedaan intensitas
proses fotosintesis. Tanaman bayam
cahaya matahari. Intensitas radiasi
yang tumbuh dengan adanya pengaruh
cahaya matahari diukur pada pukul
naungan plastik plus paranet menyerap
12.00 WIB setiap hari selama 10 hari
lebih sedikit energi cahaya matahari.
pengamatan. Pengukuran intensitas

641
Besarnya energi cahaya matahari yang Semakin tinggi Intensitas sumber
diserap mempengaruhi intensitas cahaya penginduksi maka semakin
fluoresensi dari tanaman bayam tinggi intensitas fluoresensi. Intensitas
tersebut. Semakin besar energi cahaya fluoresensi lebih tinggi pada tanaman
matahari yang diserap oleh tanaman bayam yang tumbuh menggunakan
maka akan semakin tinggi intensitas naungan plastik dibandingkan dengan
fluoresensinya. tanaman bayam yang tumbuh dengan
Persentase perbedaan intensitas naungan plastik plus paranet, namun
fluoresensi antara daun bayam perbedaan intensitas fluoresensi antara
menggunakan naungan plastik dengan kedua perlakuan lebih besar ketika
daun bayam menggunakan naungan intensitas cahaya penginduksi lebih
plastik plus paranet tanpa menggunakan kecil. Dengan demikian, metode
ND filter adalah 21,8%, sedangkan spektroskopi fluoresensi klorofil
persentase perbedaan intensitas menggunakan LED sangat
fluoresensi yang menggunakan ND memungkinkan untuk menandakan
filter secara secara berturut-turut adalah perubahan lingkungan pada tanaman.
26%; 31,1%; 31,8%; dan 41,6%.
Perbedaan persentase ini DAFTAR PUSTAKA
memperlihatkan bahwa perbedaan Ardiana, D.W. 2008. Teknik Deteksi
intensitas fluoresensi antara kedua Citrus Tristeza Virus Strain
perlakuan lebih besar ketika intensitas Indonesia pada Kultivar Jeruk
cahaya penginduksi yang lebih kecil. dengan Metode DAS-Compound
Direct ELISA. Buletin Teknik
Pertanian 13: 51-54.
Belasque, J. Jr., M. C. G. Gasparoto, L.
G. Marcassa. 2008. Detection of
mechanical and disease stresses
in citrus plants by fluorescence
spectroscopy. Applied Optics 47:
1922-1926.
Calderon, A. E., I. T. Pacheco, J. A. P.
Medina, R. A. O. Rios, R. J. R.
Troncoso, C. V. Mora, E. R.
Garcia, R. G. G. Gonzalez.
Gambar 5. Intensitas Fluoresensi 2011. Description of
Maksimum pada Daun Bayam photosynthesis measurement
Menggunakan Naungan Plasik dan methode in green plants
Menggunakan Naungan Plastik plus involving optical techniques,
Paranet advantages and limitations.
African Journal of Agricultural
KESIMPULAN DAN SARAN Research 6 : 2638-2647
Sebuah sistem deteksi telah Hsiao, S. C, S. Chen, I. C. Yang, C. T.
dibangun untuk mendeteksi pengaruh Chen, C. Y. Tsai, Y. K Chuang,
sumber cahaya penginduksi pada daun F. J. Wang, Y. L. Chen, T. S.
bayam yang mengalami perlakuan Lin, Y. M. Lo. 2010. Evaluation
perbedaan intensitas cahaya matahari. of plant seedling water stress

642
using dynamic fluorescence Advanced Techniques for
index with blue LED-based Detecting Plant Diseases.
fluorescence imaging. Computers and Electronics in
Computers and Electronics in Agriculture 72: 113.
Agriculture 72: 127-133. Sankaran, S., E. Reza. (2013).
Irianti, L., R. Syawal, D. Hermansyah, Comparison of visible-near
R. Rosyiati. 2013. Manfaat infrared and mid-infrared
pekarangan sebagai sumber spectroscopy for classification of
Pangan dan Gizi. Pusat huanglongbing and citrus canker
Penganekaragaman Konsumsi infected leaves. Agric Eng Int :
dan Keamanan Pangan. Badan CIGR Journal 15 : 75-79.
Ketahanan Pangan. Kementerian Yang, H., H. Yu. 2011. Study on
Pertanian RI. chlorophyll fluorescence
Lemboumba, Saturnun Ombinda. 2006. spectrum in the application of
Laser induced chlorophyll the BP-ANN for diagnosing
fluorescence of plant material. cucumber diseases and insect
Thesis at the Univesity of pests. Journal of food,
Stellenbosch. Agriculture and environment 10:
Maxweel, K., G. N. Johnson. 2000. 563-566
Review Article: Chlorophyll
Fluoresence a Practical
Guide. Journal of Experimental
Botany 51: 659-668.
Pandin, D. S. 2010. Penanda DNA
untuk Pemulihan Tanaman
Kelapa (Cocosnucifera L.).
Perspektif 51: 21-35.
Putra, G.P.D., W. Ardiartayasa, M.
Sritamin. 2013. Aplikasi Teknik
Polymerase Chain Reaction
(PCR) terhadap Variasi Gejala
Penyakit Citrus Vein Phloem
Degeneration (CVPD) pada
Beberapa Jenis Daun Tanaman
Jeruk. E-jurnal Agroekteknologi
Tropika 2: 82-91.
Saito, Y., T. Matsubara, F. Kobayashi,
T. Kawahara, A. Nomura. 2005.
Laser-induced Fluorescence
Spectroscopy for In-vivo
Monitoring of Plant Activities.
Information and Technology for
Sustainable and Vegetable
Production 05 : 699-708.
Sankaran, S., A. Mishra, R. Ehsani, C.
Davis. (2010). A Review of

643

You might also like