Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Food Farming Efficiency Concept and Its Implications for Productivity
Enhancement

Saptana

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
E-mail : saptono_07@yahoo.co.id

Naskah masuk : 12 Juli 2012 Naskah diterima : 10 September 2012

ABSTRACT

Basic problems for farm business improvement are lack of types, quantity, quality, and continuity of
agricultural products supply in accordance with market demand dynamics. Improving agricultural productivity can
be carried out through efficiency enhancement and technology breakthrough. Empirical studies on technical
efficiency (TE) show that Indonesian farming TE values for some food commodities are moderate to high (0.50-
0.80) suggesting that the food-crop farm business are not fully technically efficient. Meanwhile, the allocative
efficiencies (AE) of some food-crop farm businesses range from 0.45 to 0.70, and economic efficiencies (EE) vary
from 0.35 to 0.60 indicating low to moderate efficiency levels. Socio-economic factors affecting the lower technical
inefficiencies are: (a) land size, (b) household income, (c) formal education of household heads, and (d)
household heads experience in farming. Strategies to improve farm business efficiency are through
transformation of traditional farming to modern one In the future the farming should be driven by innovation in
science and technology and skilled human resources.

Key words: technical efficiency, allocative efficiency, economic efficiency, productivity, and farm business

ABSTRAK

Permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi dalam pengembangan usahatani adalah belum


terwujudnya ragam, kuantitas, kualitas, dan kesinambungan pasokan berbagai produk pertanian yang sesuai
dengan dinamika permintaan pasar. Berkaitan dengan permasahan tersebut maka upaya peningkatan
produktivitas pertanian dapat dilakukan dengan peningkatan efisiensi dan terobosan teknologi baru. Hasil review
studi empiris pencapaian efisiensi teknis (TE) usahatani pangan di Indonesia tergolong moderat hingga tinggi
(0,50-0,80) yang menunjukkan usahatani beberapa komoditas belum sepenuhnya efisien secara teknis.
Sementara itu, tingkat efisiensi alokatif (AE) beberapa usahatani pangan berkisar (0,45-0,70) dan efisiensi
ekonomi (EE) berkisar (0,35-0,60), berada pada level rendah hingga moderat. Faktor sosial-ekonomi yang
berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis pada usahatani pangan adalah : (a) variabel luas garapan, (b)
variabel pendapatan rumah tangga, (c) variabel pendidikan formal KK, dan (d) Variabel pengalaman KK dalam
usahatani. Pilihan strategi peningkatan efisiensi usahatani dapat di lakukan dengan transformasi usahatani dari
usahatani tradisional ke arah kebudayaan industrial, selanjutnya ke depan harus mengarah pada usahatani yang
digerakkan oleh inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta SDM yang terampil.

Kata kunci : efisiensi teknis, efisiensi alokatif, efisiensi ekonomi, produktivitas, dan usahatani

PENDAHULUAN untuk memecahkan masalah kemiskinan di


negara-negara berkembang (WDR, 2008).
Urgensi pembangunan pertanian untuk
Pertanian untuk pembangunan (agri- pembangunan nasional suatu negara secara
culture for development) sebagai salah satu teoritis telah teruji dan tidak terbantahkan lagi,
strategi pembangunan yang dipandang efektif namun dalam tataran impelementasi kebijakan

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

109
terutama di negara-negara berkembang sering pangan yang sesuai dengan dinamika
terjadi kebijakan yang salah urus sehingga permintaan pasar dan preferensi konsumen.
sektor pertanian terabaikan dan mengalami Hal tersebut berkaitan dengan beberapa
jebakan kemiskinan. permasalahan pokok sebagai berikut : (1) pola
Pembangunan pertanian dihadapkan pemilikan lahan yang sempit dan tersebar; (2)
pada permasalahan pokok yang terkait dengan sistem usahatani yang kurang intensif karena
pertumbuhan permintaan pangan yang lebih lemahnya permodalan petani; (3) stagnasi
cepat dari pertumbuhan produksinya. Per- teknologi budidaya beberapa komoditas
tumbuhan permintaan pangan yang cepat pangan; (4) masih relatif rendahnya tingkat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk, efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi
pertumbuhan industri pangan, dayabeli masya- ekonomi yang dicapai pada beberapa
rakat, serta perubahan selera menyebabkan komoditas pangan; dan (5) lemahnya
kebutungan pangan nasional meningkat konsolidasi kelembagaan di tingkat petani.
dengan cepat. Di sisi lain, kapasitas produksi Berdasarkan permasalahan pokok
pangan nasional terkendala oleh kompetisi tersebut di atas, makalah ini akan membahas
dalam penggunaan lahan, perubahan iklim aspek efisiensi pada komoditas pangan serta
yang ekstrim, fenomena degradasi sumber- menganalisis sumber-sumber pertumbuhan
daya pertanian, dan terbatasnya dukungan produktivitas dan efisiensi usahatani pangan.
infrastruktur pertanian. Kondisi tersebut
menghambat upaya peningkatan produksi
pangan nasional. Kendala-kendala tesebut TINJAUAN KONSEPTUAL EFISIENSI
sangat berpengaruh terhadap upaya pening-
katan efisiensi usahatani. Dalam situasi Farrel (1957) menyatakan alasan
demikian pemahaman terhadap konsepsi pentingnya pengukuran efisiensi : (1) Masalah
efisiensi dan review hasil studi empiris efisiensi pengukuran efisiensi usahatani adalah penting
usahatani sangat penting untuk mencari untuk ahli teori ekonomi maupun pembuat
sumber pertumbuhan produktivitas pertanian. kebijakan pertanian; (2) Jika alasan-alasan
Coelli et al. (1998) mengemukakan teoritis efisiensi relatif dari berbagai sistem
bahwa terdapat tiga sumber pertumbuhan ekonomi harus diuji, maka penting untuk
produktivitas yaitu : (1) perubahan teknologi mampu membuat pengukuran efisiensi aktual;
(technological change); (2) peningkatan (3) Jika perencanaan ekonomi sangat terkait
efisiensi teknis, dan (3) skala usaha. Tekno- dengan industri tertentu adalah penting untuk
logi baru akan menggeser kurva produksi ke mengetahui seberapa jauh industri tersebut
atas dan berdampak meningkatkan produk- dapat diharapkan untuk meningkatkan
tivitas dan pendapatan petani. Efisiensi teknis outputnya dengan menaikkan efisiensi, tanpa
dan alokatif akan meningkatkan produktivitas menyerap sumberdaya-sumberdaya tambahan
melalui kombinasi penggunaan input dan lainnya.
minimisasi rasio biaya input. Masalah in- Dalam teori ekonomi mikro yang
efisiensi dalam usahatani pangan (termasuk standar, konsep fungsi produksi membentuk
hortikultura) masih dihadapi dibanyak negara dasar untuk deskripsi hubungan input-output
berkembang, seperti halnya Indonesia bagi petani. Jika diasumsikan faktor produksi
a
(Erwidodo, 1990; Erwidodo, 1992 ; Erwidodo, homogen dan informasi lengkap tentang
b
1992 ; Daryanto, 2000; Sumaryanto, 2003; teknologi yang ada, fungsi produksi mewakili
dan Wahida, 2005; Sukiyono, 2005; Saptana, sejumlah metode untuk menghasilkan output.
2011; dan Nahraeni, 2012). Permasalahan- Byerlee (1987) mengemukakan bahwa dalam
permasalahan pokok yang dihadapi mencakup istilah ekonomi, inefisiensi teknis mengacu
masalah teknis maupun sosial-ekonomi. pada kegagalan untuk beroperasi pada fungsi
Permasalahan-permasalahan pokok produksi yang disebabkan oleh penentuan
yang dihadapi dalam pengembangan usaha- waktu dan cara aplikasi input produksi.
tani pangan, khususnya di sentra-sentra Penyebab potensial inefisensi teknis adalah
produksi di Indonesia adalah belum informasi tidak sempurna, kapabilitas teknis
terwujudnya ragam, kuantitas, kualitas, dan yang rendah, dan motivasi yang tidak
kesinambungan pasokan berbagai produk memadai (Daryanto, 2000).

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

110
Farel (1957) menguraikan bahwa total teknik maupun secara alokatif efisien. Secara
efisiensi ekonomi menjadi komponen teknis ringkas dapat dikatakan EE sebagai
dan alokatif. Efisiensi teknis (TE) didefinisikan kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam
sebagai kemampuan suatu petani untuk berproduksi untuk menghasilkan sejumlah
mendapatkan output maksimum dari output yang telah ditentukan sebelumnya.
penggunaan suatu set (bundle) input (Tylor et Secara ekonomik efisien bahwa kombinasi
al., 1986; Ogundari and Ojo, 2006). Efisensi input-output akan berada pada fungsi produksi
teknis (TE) berhubungan dengan kemampuan frontier dan jalur pengembangan usaha
petani untuk berproduksi pada kurva frontier (expantion path). Berdasarkan artikel, ketiga
isoquan. Dapat juga diartikan sebagai pendekatan tersebut diperkenalkan secara
kemampuan petani untuk memproduksi pada lebih luas oleh Aigner, Lovell dan Schmidt
tingkat output tertentu dengan menggunakan (1977) maupun Meeusen dan Van den Broek
input minimum pada tingkat teknologi tertentu. (1977).
Lau dan Yotopoulus (1971) mengatakan, Berdasarkan pengertian di atas untuk
seorang produsen lebih efisien secara teknis mencapai efisiensi ekonomi dapat dilakukan
daripada produsen lainnya, apabila secara dengan dua pendekatan. Pertama, apabila
konsisten mampu menghasilkan produk yang biaya yang tersedia sudah tertentu besarnya,
lebih tinggi, dengan menggunakan faktor maka menggunakan input optimal hanya dapat
produksi yang sama. dicapai dengan cara memaksimumkan output.
Efisiensi alokatif (AE) adalah Kedua, jika output yang akan dicapai sudah
kemampuan suatu petani untuk menggunakan tertentu besarnya, optimasi dari proses
input pada proporsi yang optimal pada harga- produksi ini hanya dapat dicapai dengan cara
harga faktor produksi dan teknologi produksi meminimumkan biaya. Tingkat pencapaian
yang tetap (Tylor et al., 1986; Ogundari and efisiensi ekonomi sangat menentukan kesejah-
Ojo, 2006). Dapat juga didefinisikan sebagai teraan petani.
kemampuan petani untuk memilih tingkat Terdapat empat implikasi kebijakan
penggunaan input minimum di mana harga- yang dapat dihasilkan dari bahasan tentang
harga faktor dan teknologi sudah tertentu. efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis, yakni
Efisiensi alokatif menjelaskan kemampuan (Ellis, 1988): (a) Jika petani memang dibatasi
petani dalam menghasilkan sejumlah output oleh teknologi yang tersedia, maka hanya
pada kondisi minimisasi rasio biaya input. perubahan teknologi secara nyata yang dapat
Efisiensi alokatif mengacu pada meningkatkan kesejahteraan petani; (b)
kemampuan petani merespon sinyal ekonomi Dengan asumsi bahwa petani secara alokatif
dan memilih kombinasi input optimal pada responsif terhadap perubahan harga, maka
harga-harga input yang berlaku. Berdasarkan kebijakan harga input dan output mungkin
konsep efisiensi teknis dan alokatif, maka mempunyai pengaruh yang sama pada biaya
dapat dikatakan bahwa proses produksi tidak yang lebih rendah; (c) Jika inefisiensi adalah
efisien karena dua hal berikut (Sumaryanto et akibat dari ketidaksempurnaan pasar, maka
al., 2003). Pertama, karena secara teknis tidak mekanisme bekerjanya pasar harus diperbaiki;
efisien. Ini terjadi karena ketidakberhasilan dan (d) Jika petani secara teknik inefisien
mewujudkan produktivitas maksimal; artinya maka pendidikan dan penyuluhan pertanian
per unit paket masukan tidak dapat perlu ditingkatkan.
menghasilkan produksi maksimal. Kedua,
secara alokatif tidak efisien karena pada
tingkat harga-harga masukan dan keluaran PENGUKURAN EFISIENSI DAN
tertentu, proporsi penggunaan masukan tidak PENERAPAN PADA USAHATANI PANGAN
optimum. Ini terjadi karena produk penerimaan
marginal (marginal revenue product) tidak Debertin (1986) mengemukakan bah-
sama dengan biaya marginal (marginal cost) wa fungsi produksi menunjukkan jumlah
masukan yang digunakan. maksimum output yang bisa dicapai dengan
Gabungan kedua efisiensi teknik dan mengkombinasikan berbagai jumlah input.
alokatif disebut efisiensi ekonomi (EE), artinya Fungsi produksi frontir digunakan untuk lebih
bahwa produk yang dihasilkan baik secara menekankan kepada kondisi output maksimum

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

111
yang dapat dihasilkan dalam proses produksi Total efisiensi ekonomi (EE) adalah sama
(Coelli et al., 1998). dengan perkalian efsiensi teknis dengan
efisiensi alokatif. Dapat disimpulkan bahwa
efisiensi teknis dan alokatif bisa diukur dari
Konsep Pengukuran Efisiensi Berorientasi segi fungsi produksi frontier dan asosiasi first
Input dan Output order condition (FOC) atau dengan mengguna-
Terdapat cukup banyak konsep pe- kan dual fungsi biaya (Taylor et al., 1986).
ngukuran efisiensi (Coelli et al., 1998): Hasil kajian menunjukkan bahwa
pertama, pengukuran berorientasi input (iput- efisiensi teknis (TE) tidak harus berimplikasi
oriented measures) dan pengukuran ber- efisiensi ekonomi maupun minimisasi biaya.
orientasi output (output-oriented measures). Petani dapat mencapai TE dengan meng-
Kedua, pengukuran efisiensi parametrik dan gunakan input tanpa mempertimbangkan
non parametrik. Selanjutnya efisiensi para- harga-harga input produksi. Terlepas dari
metrik dapat diklasifikasikan ke dalam tingkat produksi yang relatif tinggi, produsen
parametrik determisnistik, parametrik statistik yang mengikuti strategi ini tidak akan mungkin
determisnistik, dan parametrik statistik meminimalkan biaya. Pengukuran efisiensi
stokastik. menurut Farrel semula sah untuk teknologi
Pada pengukuran efisiensi berorien- restriktif yang dicirikan oleh CRS atau
tasi input (input-oriented measures) dan homogenitas linier. Analisis Farrel tidak
berorientasi output (output-oriented measures) mempertimbangkan level produksi optimal
keduanya dapat diterapkan untuk meng- karena skala produksi tidak terbatas pada
estimasi efisiensi produksi pada semua CRS. Tetapi, pengukuran Farrel telah
kegiatan usahatani pangan dan non pangan. digeneralisir menjadi teknologi yang kurang
Pengukuran efisiensi berorientasi input adalah restriktif (Fare and Lovell, 1978; Forsund and
mengukur efisiensi dari minimisasi biaya Hjalmarsson, 1979; dan Forsund et al., 1980).
penggunaan input-input dalam usahatani untuk Metode pengukuran berorientasi
mencapai output tertentu. Jika informasi output seperti yang diilustrasikan (Coelli et al.,
harga-harga input tersedia maka efisiensi 1998), dijelaskan dengan menggunakan kurva
alokatif dapat dihitung. kemungkinan produksi. Pengukuran berorien-
Asumsi yang digunakan adalah tasi output adalah mengukur efisiensi melalui
constant return to scale (CRS) memungkinkan maksimasi output yang dihasilkan dan jika
teknologi untuk direpresentasikan dengan harga-harga input dan output tersedia maka
menggunakan unit isoquan. Pada kondisi efisiensi alokatif juga dapat dihitung.
pengukuran berorientasi input (input-oriented Pendekatan ini mudah terkena kesalahan di
measures) dapat menunjukkan kondisi yang dalam pengukuran (measurement errors),
efisien penuh (fully efficient) atau unit isoquan sedangkan dalam proses pengambilan data di
yang efisien atau eficient unit isoquant (EUI). lapang kesalahan yang terjadi juga relatif
Unit isoquan yang efisien menunjukkan tinggi. Namun pendekatan ini lebih banyak
kombinasi input-input yang efisien secara digunakan karena sebagian besar petani
teknis yang digunakan untuk memproduksi berperilaku maksimasi output.
satu unit output. Seorang petani dikatakan Efek inefisiensi itu dikurangkan pada
efisien secara teknis dalam usahataninya jika frontier produksi dan ditambahkan pada
petani tersebut mampu menghasilkan output frontier biaya (Coelli et al., 1998). Hal ini
yang sama, tetapi dengan jumlah penggunaan disebabkan untuk fungsi produksi merepresen-
kombinasi input yang lebih sedikit. Nilai tasikan output maksimum, artinya inefisiensi
efisiensi teknis (TE) bervariasi antara 0 dan 1. yang terjadi menyebabkan tingkat output yang
Jika TE = 1 menunjukkan petani secara teknis dicapai dalam praktek petani lebih rendah dari
efisien penuh. Jika data harga input tersedia, output frontiernya. Pada fungsi biaya
efisiensi alokatif bisa ditentukan. merepresentasikan biaya minimum, artinya
Seorang petani dikatakan efisiensi inefisiensi yang terjadi mengakibatkan biaya
secara alokatif (AE) jika petani yang meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan
bersangkutan beroperasi kurva isoquan yang dalam praktek petani lebih besar dibandingkan
bersinggungan dengan garis biaya (isocost). biaya frontiernya.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

112
Konsep Pengukuran Efisiensi Parametrik corrected ordinary least Squares (COLS) dan
dan Non Parametrik parametric linier programming (PLP), Aigner
Dua konsep alternatif untuk meng- dan Chu (1968). Richmon (1974) memberikan
estimasi fungsi frontier dan pengukuran pendekatan alternatif untuk mengestimasi
efisiensi produksi ditinjau dari karakteristik fungsi produksi frontier statistik deterministik
(properties) adalah non parametrik dan yaitu dengan OLS terkoreksi (COLS), mudah
parametrik (Coelli et al., 1998). Pendekatan diaplikasikan dan tidak memerlukan asumsi
non parametrik yang telah dikembangkan khusus tentang galat. Selanjutnya Kumbhakar
Farrell (1957) dikenal juga sebagai Data dan Lovell (2000) memperluas metode esti-
Envelopment Analysis (DEA). Metode ini telah masi untuk frontier statistik deterministik dapat
diaplikasikan oleh Fare et al. (1985) yang dilakukan dengan goal programming (GP),
melibatkan analisis multi input, multi output corrected ordinary least Squares (COLS), dan
dan variasi skala penerimaan (variable retrun modified ordinary least squares (MOLS). Afriat
to scale). DEA menggunakan metode linear (1972) memodifikasi model Aigner dan Chu
programming yang dalam aplikasinya juga (1968) dengan mengasumsikan distribusi dua
banyak menggunakan metode linier goal parameter dan galat, dan diusulkan bahwa
programming. Pendekatan non parametrik lain model diestimasi dengan MLE. Schmit (1976)
yang telah banyak dilakukan adalah menunjukkan bahwa estimator linier dan
pendekatan Total Faktor Productivity (TFP) kuadratik programing adalah estimasi maksi-
(Coelli et al., 1998). Keunggulan pendekatan mum likelihood jika galatnya diasumsikan
non parametrik adalah tidak menghendaki memiliki distribusi eksponensial atau distribusi
bentuk fungsi yang khusus untuk merepresen- setengah normal.
tasikan teknologi yang ada. Kelemahan Keuntungan dari penggunaan pende-
utamanya adalah bersifat deterministik dan katan frontier statistik deterministik adalah
mengasumsikan bahwa semua deviasi dari hasil analisis untuk model menggunakan data
frontier adalah inefisiensi. sampel yang memadai dapat diuji kelayakan
Pendekatan parametrik mengacu pada statistiknya (Aigner dan Chu, 1968; Richmon,
setiap metode frontier yang dikonstruksi 1974; serta Scmidt, 1976). Dengan demikian
adalah parametrik, misalnya fungsi produksi pendekatan ini lebih cocok untuk estimasi
frontier Cobb-Douglas atau translog. Pende- efisiensi usahatani karena telah memasukkan
katan parametrik dapat dibedakan menjadi variasi acak, jika dibandingkan pendekatan
pendekatan parametrik deterministik dan fron- non parametrik. Scmidt (1976) mengemukakan
tier stokastik (Bravo-Ureta dan Pinherio,1993). bahwa pendekatan frontier statistik deter-
Sementara itu, Kumbhakar dan Lovell (2000) ministik mempunyai kelemahan yang sama
menggunakan pendekatan parametrik untuk dengan pendekatan non-parametrik dan
data cross-sectional dibedakakan menjadi pendekatan parametrik deterministik, yaitu
pendekatan parametrik deterministik, frontier terletak pada diperlukannya bentuk fungsional
stokastik, dan frontier distance. Pendekatan ini tertentu dan semua penyimpangan dari frontier
memerlukan spesifikasi eksplisit tentang dikategorikan sebagai inefisiensi teknis.
teknologi produksi. Pendekatan ini mempunyai asumsi implisit
bahwa semua variasi acak adalah karena
Disebut frontier parametrik determinis- inefisiensi teknis dan tidak diperbolehkan
tik karena output di batasi dari atas oleh fungsi adanya variasi acak diluar kontrol petani.
produksi yang tidak bersifat stokastik. Dalam Pendekatan frontier deterministik belum
hal ini galad satu sisi (one-sided error term) mempertimbangkan kemungkinan kemungkin-
akan memaksa output lebih kecil dari fungsi an bahwa kinerja usahatani dapat juga
produksi frontier. Hal ini berbeda dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang
pendekatan non-parametrik, karena pada pen- berada di luar kontrol petani.
dekatan ini teknologi yang ada diekspresikan
dengan bentuk fungsi produksi spesifik. Pendekatan parametrik dapat diguna-
kan untuk estimasi fungsi produksi, fungsi
Teknik statistika digunakan untuk biaya, dan fungsi keuntungan dan dapat
mengestimasi frontier statistik determenistik, menggunakan beberapa metode estimasi
dalam hal ini dapat dilakukan dengan

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

113
a
(Ordinary Least Square/OLS atau Maximum digunakan misalnya oleh Erwidodo (1992 dan
b
Likelihood/ML) dengan data empiris untuk 1992 ), Siregar (1987), Sumaryanto (2001),
mengestimasi parameter dari fungsi tersebut. Sumaryanto et al. (2003), dan Wahida untuk
Kekuatan utama dari pendekatan parametrik estimasi efisiensi usahatani padi di beberapa
stokastik adalah dengan memasukkan daerah sentra produksi di Indonesia.
gangguan stokastik (error term). Pendekatan Pendekatan ini juga telah digunakan Sukiyono
ini memisahkan deviasi-deviasi dari frontier (2005) pada usahatani cabai merah di Rejang
atas inefisiensi sistematik atau aktual dari Lebong. Fauziyah (2010) telah menggunakan
usahatani dan komponen-komponen acak SPF yang telah memasukkan unsur risiko
yang bersifat stokastik dan bukan karena pada usahatani tembakau menurut agroeko-
inefisiensi dalam pengelolaan usahatani. sistem di Pamekasan. Selanjutnya Saptana
Selain itu, metode parametrik stokastik (2011) menggunakan SPF dengan memasuk-
mengijinkan uji statistik seperti uji hipotesis kan unsur risiko pada usahatani cabai merah
atas struktur produksi dan tingkat efisiensi di Jawa Tengah. Demikian juga halnya
(Coelli et al., 1998). Kelemahan utama pende- Nahraeni (2012) juga telah menggunakan SPF
katan fungsi produksi parametrik stokastik dengan memasukkan nilai keberlanjutan untuk
adalah menghendaki secara eksplisit bentuk usahatani kentang dan kubis di Jawa Barat.
fungsi yang menggambarkan teknologi yang Tinjauan historis perkembangan pen-
ada, asumsi tentang distribusi inefisiensi dan dekatan pengukuran efisiensi secara lebih
ketidakmampuannya untuk bekerja dengan terperinci terdiri atas : (1) frontier non
multi output. Dengan demikian metode ini parametrik, yang dalam pengukurannya
tidak dapat digunakan untuk analisis sistem menggunakan Total Factor Productiviy (TFP)
usahatani komoditas pangan yang bersifat dan Data Envelopment Analysis (DEA), (2)
tumpangsari (multiple croopping). frontier parametrik deterministik, (3) frontier
Coelli (1995) dan Coelli et al. (1998) statistik deterministik, (4) frontier statistik
berpendapat bahwa mengestimasi fungsi stokastik yang belum memasukkan unsur
produksi frontier memiliki dua keuntungan risiko; (5) frontier statistik stokastik yang telah
utama dibanding dengan mengestimasi fungsi memasukkan unsur risiko; dan (6) Peng-
produksi rata-rata. Pertama, estimasi fungsi gunaan frontir statistik stokastik dengan
produksi rata-rata hanya memberikan fungsi memasukkan nilai keberlanjutan.
teknologi rata-rata yang dicapai petani, Dari tinjauan historis menunjukkan
sedangkan estimasi fungsi produksi frontier bahwa produksi frontir stokastik (stochastic
sangat dipengaruhi oleh petani yang production frontier/SPF) yang memasukkan
mempunyai kinerja usahatani terbaik (the best unsur gangguan acak (error term) adalah
practices) yang mencerminkan teknologi yang model yang dipandang relevan untuk analisis
digunakan. Kedua, fungsi produksi frontier efisiensi usahatani tanaman pangan, seperti
mewakili hasil estimasi metode praktek terbaik padi, palawija, dan sayuran. Selanjutnya
di mana efisiensi usahatani dapat diukur. penelitian SPF yang telah memasukkan unsur
Salah satu metode estimasi tingkat risiko akan lebih baik jika digunakan untuk
efisiensi teknis yang banyak digunakan adalah analisis efisiensi usahatani komoditas bernilai
melalui pendekatan dengan frontier statistik ekonomi tinggi (usahatani sayuran, usaha
stokastik atau frontier stokastik, yang dalam ternak broiler, usahaternak petelur). Peng-
implementasinya menggunakan stochastic gunaan SPF yang telah memasukkan unsur
production frontier (SPF). Metode ini pertama risiko lebih memiliki kekuatan yang baik jika
kali diperkenalkan oleh Aigner et al. (1977); menggunakan data time series. Namun
dan dalam saat yang bersamaan juga demikian aplikasi SPF yang telah
dilakukan oleh Meeusen dan van den Broek memasukkan unsur risiko telah cukup banyak
(1977). Pengembangan pada tahun-tahun digunakan untuk analisis data cross section.
berikutnya banyak dilakukan seperti oleh Kumbhakar (2002) melakukan spesifikasi dan
Battese dan Coelli (1988, 1992, 1995), Coelli estimasi risiko produksi, perilaku risiko dan
et al. (1998), Waldman (1984) dan Greene efisiensi teknis pada usaha penangkapan Ikan
(1993). Pendekatan SPF juga pernah Salmon. Fauziyah (2010) melakukan kajian

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

114
pengaruh perilaku petani dalam menghadapi tidak terbatas pada alokasi sumberdaya
risiko produksi terhadap alokasi penggunaan pertanian tradisional saja, tetapi harus diikuti
input pada usahatani tembakau di dengan perubahan teknologi, investasi di
Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Selanjut- bidang penelitian, input baru, serta penyuluhan
nya Saptana (2011) melakukan analsis dan pendidikan.
efisiensi produksi dan perilaku petani terhadap Pendapat yang mengatakan bahwa
risiko produktivitas cabai merah di Provinsi petani gurem efisien dikaitkan pada motivasi
Jawa Tengah. Sementara itu, analisis efisiensi individu untuk memaksimumkan keuntungan.
produksi dengan memasukkan nilai Jika asumsi tersebut diterima, maka
keberlanjutan seperti yang telah dilakukan pengambilan keputusan petani tercakup petani
(Nahraeni, 2012) dapat dilakukan usahatani pangan mencakup aspek-aspek berikut: (a)
komoditas bernilai ekonomi tinggi (Kentang jenis tanaman apa yang akan diusahakan, (b)
dan Kubis) pada agroekosistem lahan kering seberapa luas yang akan ditanam, (c) musim
dataran tinggi (pegunungan) yang umumnya tanam apa yang akan dipilih, (d) pada jenis
berlereng. lahan apa akan ditanam, (e) metode atau cara
Model SPF banyak digunakan dalam berproduksi seperti apa yang akan dipilih
analisis efisiensi usahatani pada usahatani untuk digunakan, (f) akan dijual kapan, dalam
pangan dilandasi beberapa argumen : (a) Sifat bentuk apa dan ke mana hasil produksi akan
dasar industri biologi adalah bersifat stokastik, dipasarkan.
terlebih untuk komoditas komersial bernilai Tingkat keuntungan maksimum yang
ekonomi tinggi (sayur-sayuran, buah-buahan, dicapai petani berkaitan erat dengan efisiensi
usaha ternak unggas komersial) yang rentan produksi usahatani. Proses produksi tidak
terhadap gejolak faktor eksternal, seperti faktor efisien karena dua hal berikut (Ellis, 2003;
iklim, cekaman cuaca, serangan HPT, serta Sumaryanto et al., 2003): (1) karena secara
fluktuasi harga; (b) Parameter yang bekerja teknis tidak efisien, hal ini terjadi karena
dalam proses produksi dan parameter yang ketidakberhasilan mewujudkan produktivitas
mencerminkan kapabilitas manajerial usaha- maksimal; artinya per unit paket masukan
tani dalam model SPF diestimasi secara (input bundle) tidak dapat menghasilkan
simultan agar konsisten (Kumbhakar, 1987; produksi maksimal, dan (2) secara alokatif
Kumbhakar dan Lovell, 2000); (c) Penggunaan tidak efisien karena pada tingkat harga-harga
model SPF belakangan dengan meng- masukan dan keluaran tertentu, proporsi
asumsikan heterokedastis, juga telah berhasil penggunaan masukan tidak optimum disebab-
memasukkan unsur risiko; dan (d) kan karena produk penerimaan marginal
Penggunaan model SPF juga telah berhasil (marginal revenue product) tidak sama dengan
memasukkan nilai keberlanjutan. Beberapa biaya marginal (marginal cost) masukan yang
keterbatasan dari pendekatan ini adalah : (1) digunakan. Dalam praktek sehari-hari orientasi
teknologi yang dianalisis harus diformulasikan para petani dalam suatu wilayah dan
oleh struktur yang cukup rumit, (2) distribusi ekosistem yang relatif homogen cenderung
dari simpangan satu-sisi harus dispesifikasi mengejar efisiensi teknis melalui upaya
sebelum mengestimasi model, (3) struktur memaksimalkan produktivitas.
tambahan harus dikenakan terhadap distribusi Dalam pembahasan perilaku petani
inefisiensi teknis, dan (4) sulit diterapkan untuk gurem untuk memaksimalkan keuntungan
usahatani yang memiliki lebih dari satu output (Ellis, 2003) menyimpulkan upaya pencapaian
atau sistem tumpang sari. petani gurem yang efisien sulit diwujudkan,
namun pemikiran mengenai maksimasi
Faktor-Faktor Determinan Efisiensi keuntungan yang terbatas sangat berarti untuk
menunjukkan bahwa petani gurem pada
Salah satu hipotesis tentang rumah dasarnya juga melakukan usahatani dengan
tangga petani gurem adalah hipotesis T. W menggunakan perhitungan ekonomi.
Schultz (1964) yang menyatakan bahwa
keluarga petani gurem adalah efisien tetapi Dalam praktek usahatani, walaupun
telah memiliki pengalaman panjang dalam
miskin. Selanjutnya Schultz menyatakan
berusahatani untuk komoditas pertanian,
bahwa peningkatan produktivitas pertanian

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

115
namun petani tidak selalu dapat mencapai melalui bimbingan dan penyuluhan, belajar
tingkat efisiensi seperti yang diharapkan. secara mandiri, belajar dari petani lain atau
Walaupun mempergunakan paket teknologi orang tuanya secara turun-temurun, penga-
yang sama, pada musim yang sama, dan di laman, maupun dari sumber-sumber informasi
lahan yang sama sekalipun keragaman selalu lainnya. Bahkan diungkapkan bahwa kemam-
muncul. Hal ini disebabkan hasil yang dicapai puan baca tulis petani juga ikut mempengaruhi
pada dasarnya merupakan resultante karena pada jaman kini sebagian dari
bekerjanya demikian banyak faktor, baik yang informasi yang tersedia adalah dalam bentuk
yang dapat dikendalikan (internal), faktor yang bahasa tulisan yang dapat diakses dari
tidak dapat dikendalikannya (eksternal), serta berbagai media.
faktor yang mempengaruhi intensitas input dan Wujud kapabilitas manajerial dalam
harga relatinya (Coelli et al., 1998). aspek budidaya usahatani pangan tercermin
Sumaryanto (2003) memilah faktor dalam aplikasi teknologi usahatani dan kualitas
eksternal menjadi dua kategori faktor keputusan yang diambil. Jenis masukan apa
eksternal: (a) "strictly external" karena mutlak saja yang digunakan, berapa jumlah yang
berada di luar kendali petani (iklim, bencana digunakan (kuantitas), mutu input yang diguna-
alam) dan (b) "quasi external" karena dengan kan (kualitas), bagaimana kombinasi input-
suatu aksi kolektif, intens dan waktu yang input yang digunakan, kapan (dan berapa kali),
cukup (dengan dibantu pihak-pihak yang dan dengan cara bagaimana mengaplikasi-
kompeten) petani mempunyai kesempatan kannya merupakan unsur-unsur pokok yang
untuk mengubahnya (harga, infrastruktur, dan tercakup dalam aplikasi teknologi tersebut.
sebagainya). Faktor-faktor internal berkaitan Petani dalam menjalankan okupasinya
sangat erat dengan kapabilitas manajerial mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu
petani dalam melaksanakan praktek usaha- sebagai kultivator (tukang tani) yang
tani. Tercakup dalam gugus faktor ini adalah bertanggung jawab akan kehidupan tanaman
tingkat penguasaan teknologi pembibitan, yang diusahakan. Fungsi yang kedua adalah
budidaya, pasca panen, serta kemampuan petani sebagai manager usahatani yang
petani mengakumulasikan dan mengolah dijalankan, yang bertanggung jawab dalam
informasi yang relevan dengan usahataninya memanfaatkan segala aset dan sumberdaya
sehingga pengambilan keputusan dapat yang dimiliki dalam rangka memaksimumkan
dilakukannya secara tepat, merupakan bebe- keuntungannya (Slamet, 2008). Sebagai
rapa cakupan faktor internal yang penting. manager usahatani berfungsi antara lain : (1)
Kualitas sumberdaya manusia (petani) meru- Mengambil keputusan dasarnya, yaitu segala
pakan faktor internal yang sangat penting. hal yang akan dilakukan yang berkaitan
Semakin tinggi kualitas SDM petani dengan usahataninya; (2) Merencanakan
diharapkan akan semakin tinggi kemampuan usahatani yang akan dilakukan; (3) Melaksa-
petani di dalam mengadopsi teknologi, nakan kegiatan usahatani yang telah di-
mengelola usahatani, dan kualitas keputusan rencanakan; dan (4) Memasarkan hasil
yang diambilnya, sehingga dapat mening- usahataninya. Mutu keputusan yang diambil
katkan efisiensi usahatani. Variabel-variabel petani sebelum mulai usahatani sangat
seperti pendidikan formal, pendidikan informal, penting dalam menentukan efisien tidaknya
pelatihan keterampilan, pengalaman ber- usahatani yang akan dijalankan.
usahatani, manajemen usahatani, dan umur
petani merupakan beberapa indikator penting Pada akhirnya, kapabilitas manajerial
yang dapat dijadikan sebagai faktor-faktor akan tercermin dari keluaran atau output yang
penentu tingkat efisiensi usahatani. dihasilkan ketika saatnya panen tiba. Jika
produksi yang diperoleh mendekati potensi
Kapabilitas manajerial berkaitan erat maksimum dari suatu aplikasi teknologi yang
dengan kemampuan mengakumulasikan dan terbaik (the best practiced) di suatu ekosistem
mengolah informasi sehingga pengetahuan yang serupa, maka dapat dikatakan bahwa
petani tentang usahatani khususnya maupun petani tersebut telah mengelola usahataninya
aspek sosial ekonomi yang relevan pada dengan efisiensi yang tinggi. Artinya tingkat
umumnya mempunyai peranan yang penting. produksi atau produktivitas yang dicapainya
Sebagian dari pengetahuan tersebut diperoleh mendekati produksi frontir.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

116
PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP Model (ID) yang diperkenalkan oleh Hayami
EFISIENSI USAHATANI dan Rutan (1985). Salah satu pertanyaan
utama Hayami dan Rutan (1985) yang juga
diacu oleh Hanafiah (1986) adalah bagaimana
Salah satu model pembangunan terkait hubungan di antara perubahan-perubahan
dengan teknologi adalah model difusi terutama teknologi, kelembagaan dan ekonomi tersebut
pada periode pra-industrialisasi. Model difusi dapat menjamin kesinambungan proses
untuk pembangunan pertanian merupakan pembangunan pertanian. Hayami dan Ruttan
dasar pemikiran dalam pengembangan memberikan perhatian bagaimana mengidenti-
penelitian dan penyuluhan dalam pengelolaan fikasi kondisi yang mendukung pertumbuhan
usahatani terutama komoditas pangan di sektor pertanian yang berkesinambungan da-
negara-negara berkembang (Roger, 1983). lam proses pembangunan secara keseluruhan.
Pemikiran-pemikiran tersebut melahirkan
program-program penelitian dan pengem- Berdasar kajian tersebut, dalam
bangan usahatani, serta penyuluhan dalam penyusunan model ID, Hayami dan Ruttan
rangka menciptakan kondisi bagi peningkatan (1985) mengemukakan hipotesis pokok yaitu :
produktivitas pertanian. Keberhasilan peningkatan produktivitas per-
tanian secara cepat ditentukan oleh kemam-
Adiratma (1986) mengklasifikasikan puan untuk menciptakan teknologi yang
teknologi dalam sektor pertanian ke dalam secara ekologis dan ekonomis dapat diterap-
teknologi biologi, teknologi kimia, teknologi kan dan dikembangkan di tiap wilayah
agronomis, dan teknologi mekanis. Selanjut- pembangunan. Hayami dan Ruttan (1985)
nya Hanafiah (1986) secara lebih luas juga mengajukan hipotesis tentang produk-
membagi jenis-jenis teknologi ke dalam inovasi tivitas pertanian yang tinggi di negara-negara
teknologi produksi, inovasi prinsip-prinsip berkembang, yaitu : (1) Perkembangan sektor
organisasi dan strukturnya, inovasi barang non-pertanian, yang mampu memberikan
konsumsi, dan inovasi nilai-nilai sosial politik. dampak terhadap peningkatan produksi
Difusi inovasi teknologi terutama di bidang pertanian, disebabkan kemampuan sektor ini
pertanian dirasakan sebagai sesuatu proses menyediakan faktor produksi modern yang
yang paling lambat jika dibandingkan dengan murah bagi sektor pertanian, seperti traktor
bidang industri, seperti introduksi benih dan pupuk buatan; (2) Kapasitas masyarakat
unggul, pemupukan secara lengkap dan ber- pertanian dalam menciptakan inovasi teknologi
imbang, penggunaan pestisida yang mengikuti yang berkesinambungan untuk meningkatkan
kaidah ekologi, mekanisasi pertanian, serta permintaan input yang dihasilkan sektor
rekayasa kelembagaan. industri. Kondisi, proses, mekanisme, dan
Hick (1932) dalam Varian (1992) sistem tersebut di atas sangat menentukan
menulis buku yang terkenal The theory of tingkat produktivitas per-tanian dalam proses
wages mengemukakan bahwa perubahan pembangunan pertanian.
teknologi yang bias terhadap pemakaian salah Semaoen (1992) mengemukakan ter-
satu faktor produksi didorong (induced) oleh dapat empat macam karakteristik abstraksi
struktur harga faktor produksi tersebut. teknologi, yaitu : (1) efisiensi teknis yang
Perubahan harga relatif dari faktor masukan ditunjukkan oleh intersep, (2) skala operasi
akan berpengaruh terhadap arah penemuan dari proses produksi, (3) intensitas faktor
(invention) dan penyebaran (inovation) masukan, dan (4) kemudahan substitusi antar
teknologi. Teori induced innovation dari Hick faktor masukan yang dikenal dengan
bertitik tolak pada suatu keyakinan dan bukti elastisitas substitusi. Dua macam karakteristik
empiris bahwa kenaikan harga relatif dari abstraksi teknologi yaitu efisiensi teknis dan
salah satu faktor produksi terhadap faktor perolehan terhadap skala (return of scale)
produksi lainnya akan mendorong perubahan adalah tidak tergantung pada ratio
teknologi yang akan mengurangi penggunaan produktivitas marjinal dari faktor masukan.
produksi tersebut relatif terhadap faktor Tetapi elastisitas substitusi dan daya substitusi
produksi lainnya. teknis antar faktor (marginal rate of technical
Pemikiran Hick tersebut merupakan substitution/MRTS) adalah bergantung pada
dasar bagi teori An Induced Development produktivitas marginal dari faktor masukan.

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

117
Pengaruh perbaikan teknologi terhadap dengan memberikan sejumlah input yang lebih
efisiensi produksi diteliti oleh Theingi dan sedikit, sehingga akan menurunkan biaya
Thanda (2005) dalam sebuah konferensi produksi. Selanjutnya dikemukakan bahwa
penelitian pertanian internasional untuk dengan adanya perbaikan teknologi akan
pembangunan. Hasil penelitian dengan judul menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi
analisis efisiensi teknis sistem produksi beras produksi secara positif dan vertikal ke atas.
pada lahan irigasi di Myanmar diperoleh Secara grafik keterkaitan konsep efisiensi dan
temuan bahwa masalah yang dihadapi oleh perubahan teknologi (yang direpresentasikan
petani antara lain adalah harga pupuk yang pergeseran fungsi produksi) dapat disimak
tinggi, kekurangan air irigasi, keterbatasan pada Gambar 1 berikut.
investasi, minimnya pengetahuan tentang Hasil-hasil kajian di Indonesia banyak
proteksi tanaman, serta sulitnya memperoleh dilakukan pada usahatani pangan, terutama
benih yang berproduktivitas tinggi. Berdasar- untuk komoditas padi. Hasil kajian Jatileksono
kan hasil estimasi dengan menggunakan (1987) tentang distribusi manfaat dari
fungsi produksi frontier stokastik, menunjukkan perubahan teknologi dan kebijakan pemerintah
bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dan pada usahatani padi di Indonesia
penggunaan pupuk berpengaruh positif dan menyimpulkan bahwa manfaat produsen dari
nyata terhadap peningkatan produktivitas perubahan teknologi secara akseleratif
usahatani kecil. meningkat dengan pertumbuhan (22 %/tahun)
Menurut Gathak dan Ingersent (1984), selama (1969-1983) dan berhasil diidentifikasi
perbaikan teknologi dalam bidang pertanian bahwa (36 %) merupakan pengaruh
memiliki dua karakteristik, yaitu : (1) perubahan teknologi. Selanjutnya Jati Leksono
membentuk fungsi produksi baru yang lebih (1994) melakukan penelitian tentang
tinggi dari penggunaan sejumlah input yang Pengaruh varietas terhadap peningkatan
jumlahnya tetap, dan (2) dapat dihasilkan produktivitas dan distribusi pendapatan
output yang sama akan dapat dihasilkan dengan mengambil kasus di Lampung, hasil

Gambar 1. Konsep Efisiensi berdasarkan Fungsi Produksi dengan Perbaikan Teknologi


Sumber : Coelli at al., 1998
Keterangan :
TPP1 : kurva kemungkinan produksi teknologi unggul
TPP2 : kurva kemungkinan produksi teknologi lebih rendah
D : inefisiensi teknis dan alokatif
B : efisiensi teknis, inefisiensi alokatif
C : inefisiensi teknis, efisiensi alokatif
A : efisiensi teknis dan alokatif

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

118
kajian menunjukkan bahwa pertumbuhan meningkatkan pendapatan dari Rp. 68.186,-
produktivitas akibat adopsi teknologi varietas /ha menjadi Rp. 399.879,-/ha atau meningkat
modern meningkatkan harga lahan terutama (486,45%); dan (3) penggunaan teknologi baru
pada lahan sawah irigasi teknis, distribusi juga telah meningkatkan efisiensi usahatani.
pendapatan rumah tangga petani tidak secara
nyata memburuk, serta terjadi realokasi
penggunaan tenaga kerja ke kegiatan HASIL-HASIL ANALISA EFISIENSI
usahatani non padi. USAHATANI PADA BEBERAPA
KOMODITAS PANGAN
Hasil kajian Darwanto (1993) tentang
peningkatan varietas padi dan pertumbuhan
produktivitas di Indonesia dengan meng- Model frontier dapat diklasifikasikan
gunakan pendekatan Total Factor Productivity atas dua tipe yakni model frontier parametrik
(TFP) dan data sekunder memberikan dan non parametrik. Model parametrik
beberapa hasil pokok : (1) Faktor yang secara dibedakan atas parametrik deterministik dan
signifikan mempengaruhi TFP usahatani padi parametrik stokastik. Model frontier
di Indonesia adalah irigasi, adopsi varietas deterministik mengasusmsikan bahwa deviasi
modern, Program BIMAS, dan Modal Manusia; dari frontier disebabkan oleh adanya
dan (2) Pada TFP padi varietas modern inefisiensi, sedangkan pendekatan frontier
variabel yang secara signifikan mempengaruhi stokastik mengijinkan adanya gangguan acak
pertumbuhan TFP usahatani padi di Indonesia (error term). Model fungsi frontier stokastik
adalah irigasi, varietas IR generasi 2, varietas mengintegrasikan struktur gangguan acak atas
IR generasi 3, Program BIMAS dan rasio dua hal yakni komponen yang merefleksikan
harga pupuk terhadap output. inefisiensi (one-sided error) yang berhubungan
Sudaryanto dan Kasryno (1999) dengan faktor-faktor yang dapat dikontrol
melakukan penelitian tentang adopsi varietas petani yang sangat terkait dengan
padi modern dan penyesuaian pasar faktor keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial
produksi di Indonesia (1999) menyimpulkan petani dan komponen yang menangkap
bahwa penggunaan benih varietas padi gangguan yang tidak dapat dikontrol oleh
modern dan irigasi berkontribusi pada senjang petani seperti faktor perubahan iklim
hasil dalam return to land. Friyatno (2002) (kekeringan, kebanjiran), serangan OPT dan
melakukan kajian tentang analisis penerapan fluktuasi harga.
intensifikasi usahatani padi sawah pasca krisis Model ekonometrika untuk melakukan
ekonomi di Kabupaten Subang, Jawa Barat estimasi efisiensi dapat juga dipisahkan ke
menyimpulkan bahwa pendapatan usahatani dalam pendekatan primal dan dual, hal ini
pada kelompok tani maju (dengan meng- tergatung dari perilaku asumsi yang
gunakan teknologi lebih maju) mencapai Rp. digunakan. Dari kajian berbagai literatur
8,4 juta/ha, untuk kelompok biasa sebesar Rp. menunjukkan bahwa pendekatan primal lebih
5,2 juta/ha, dan pada petani yang tidak banyak digunakan di dalam estimasi frontier,
berkelompok memberikan tingkat pendapatan walaupun pendekatan dual dengan
sebesar Rp. 4,9 juta/ha. Perbedaan tersebut menggunakan pendekatan fungsi biaya
terutama disebabkan penggunaan varietas maupun fungsi keuntungan akhir-akhir ini juga
yang ditanam, di mana petani maju telah mendapat perhatian yang makin besar
menggunakan varietas unggul dan pemupukan (Kumbakar, 2000). Di samping itu, estimasi
yang lebih baik serta adanya kemudahan- fungsi produksi frontier juga dapat dibedakan
kemudahan terutama dalam mengakses input atas jenis data yang digunakan yakni data
produksi. penampang melintang (cross section) dan
Hasil penelitian Handaga (1991) panel data.
tentang analisis dampak teknologi baru yang Salah satu studi terbaru yang
diintroduksikan ESCAP CGPRT terhadap mencoba untuk melihat manfaat antar metode
usahatani kedelai menyimpulkan : (1) yang digunakan dalam analisis efisiensi adalah
penerapan teknologi baru biaya usahatani studi dari Bravo-Ureta (2007). Secara
sebesar (69,56%) terutama untuk biaya tenaga terperinci, studi tersebut mencoba mengkaji
kerja dan biaya modal; (2) teknologi baru telah beberapa hal, yakni : (1) apakah metode

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

119
parametrik (baik deterministik maupun Sumaryanto, 2001; Siregar dan Sumaryanto,
stokastik) menghasilkan nilai TE yang berbeda 2003; Sumaryanto, 2003; Wahida, 2005,
dengan metode non parametrik; (2) apakah Fauziyah, 2010, Saptana, 2011, Nahraeni,
bentuk fungsi memiliki pengaruh atau efek 2012). Battese (1992) memberikan ulasan
pada nilai TE; (3) apakah model data panel komprehensif tentang aplikasi frontier produksi
menghasilkan nilai rata-rata TE yang sama parametrik untuk usaha pertanian, khususnya
dengan yang dihasilkan model frontier dengan usahatani padi. Ogundari dan Ojo melakukan
data cross section; (4) apakah nilai TE dari studi efisiensi teknis, alokatif dan efisiensi
pendekatan primal berbeda dengan ekonomi untuk ubikayu di Osun State, Nigeria
pendekatan dual; (5) apakah model dengan (2006). Sedangkan Qayyum dan Ahmad
ukuran contoh besar dan jumlah variabel (2006) melakukan analisis efisiensi dan
(banyak atau sedikit) memiliki pengaruh pada keberlanjutan kelembagaan keuangan mikro di
nilai TE; (6) apakah nilai TE bervariasi antar Asia Selatan (Pakistan, India dan Banglades).
jenis komoditas yang dianalisis; (7) apakah Sementara itu, Wilson et al. (1998)
lokasi geografis (negara, wilayah) memberikan ulasan tentang aplikasi frontier
menghasilkan rata-rata TE yang spesifik; dan produksi kentang di Inggris dengan
(8) apakah tingkat pendapatan (negara) menggunakan data sekunder dari Departemen
mempengaruhi nilai estimasi TE. Pertanian, Perikanan, dan Pangan. Bravo-
Untuk mendapatkan atas jawaban Ureta dan Pinheiro (1993) menyampaikan
tersebut, Bravo-Ureta et al. (2007) mengkaji ulasan komprehensif tentang aplikasi berbagai
sebanyak 167 hasil studi empiris dengan metode frontier untuk usaha pertanian negara
komposisi sebagai berikut : 42 studi berkembang. Bravo-Ureta dan Pinheiro (1993)
menggunakan metode non parametrik, 32 menguji sebanyak 30 studi dari 14 negara.
studi menggunakan metode parametrik Survei mereka menunjukkan bahwa padi
deterministik dan 117 menggunakan metode paling banyak diteliti diantara usaha pertanian.
frontier parametrik stokastik. Hasil studi Coelli (1995) juga menyimpulkan hal yang
menyarankan bahwa tidak ada kesimpulan sama dalam surveinya, dengan melaporkan
yang berkaitan dengan penggunaan berbagai 11 aplikasi frontier untuk usahatani padi dari
bentuk fungsi. Sementara itu, analisis lainnya 38 makalah. Padi paling banyak mendapat
menyimpulkan bahwa nilai estimasi yang perhatian karena perannya yang vital bagi
dihasilkan oleh model parametrik fungsi suplai pangan dari berbagai negara di dunia.
stokastik frontier lebih tinggi dibandingkan Battese (1992), Bravo-ureta dan Pinheiro
dengan yang dihasilkan oleh model parametrik (1993) dan Coelli (1995) menunjukkan bahwa
deterministik. Hasil kajian juga menunjukkan frontier parametrik lebih populer dari frontier
bahwa model frontier parametrik stokastik non parametrik. Fogasari dan Latruffe meng-
adalah metode yang banyak digunakan oleh kaji efisiensi teknis dan teknologi pertanian di
para peneliti di bidang pertanian baik di dalam Eropa Timur (Hungaria) dan Eropa Barat
negeri maupun luar negeri. Hal tersebut (Perancis) dengan membandingkan komoditas
menunjukkan bahwa studi dengan model pangan dan susu dengan pendekatan Data
frontier parametrik stokastik lebih sesuai untuk Envelopment Analysis (DEA). Lambarraa et
kajian-kajian usahatani tanaman pangan, al. (2007) menganalisis efisiensi usahatani
karena usaha ini sangat dipengaruhi oleh jeruk di Spanyol dengan menggunakan
gangguan acak yang disebabkan oleh faktor pendekatan Total Factor Productivity dan
eksternal. Stochastic Frontier Model.
Ada banyak aplikasi metodologi Model frotier stokastik telah digunakan
frontier terutama di negara-negara berkem- secara luas dalam analisis efisiensi usahatani
bang (Kalirajan 1981; Kalirajan dan Shand, terutama untuk usahatani padi, terutama di
1989; Kalirajan, 1991; Bauer, 1990; Battese, Asia, yaitu Banglades, Cina, India, Indonesia,
1992; Battese dan Coelli, 1992; dan Beck Jepang, Pakistan, Filipina, dan Srilanka.
1991) dan beberapa juga dijumpai di negara Tampaknya di Indonesia aplikasi model
maju (Wilson et al., 1998; Fogasari dan stoshasitic production frontier (SPF) juga
Latruffe, 2007; dan Lambarraa et al., 2007), banyak dijumpai untuk usahatani padi.
serta di Indonesia (Erwidodo, 1990; Beberapa studi yang dilakukan oleh Tabor
(1991), Erwidodo (1990) dan Trewin et al.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

120
(1995), Daryanto (2000), Sumaryanto (2001) usahatani kubis sudah tergolong tinggi dengan
dan Sumaryanto et al. (2003), serta Wahida nilai AE 0,77. Sementara itu, nilai efisiensi
(2005) menggunakan frontier stokastik untuk ekonomi (EE) untuk usahatani kentang dan
analisis efisiensi untuk usahatani padi. Studi kubis tergolong rendah, masing-masing hanya
Llewelyn dan William (1996) menggunakan 0,38 dan untuk usahatani kubis 0,56.
analisis non-parametrik produksi tanaman Hasil kajian Nahraeni (2012) meng-
pangan (termasuk padi) di Jawa Timur. Nilai ungkapkan bahwa faktor yang berpengaruh
TE usahatani padi sangat bervariasi, sebagai positif dan signifikan terhadap produksi
ilustrasi hasil kajian Kalirajan (1981) diperoleh kentang dan kubis dataran tinggi adalah luas
nilai TE 0.50 di India, Sumaryanto et al. (2003) lahan, jumlah benih, jumlah pestisida, dan
memperoleh besaran TE 0.71 (Sumaryanto et jumlah pupuk kandang, sedangkan kemiringan
al., 2003) dan 76,00 persen (Wahida) di DAS lahan mempengaruhi produksi kentang secara
Brantas, Jawa Timur, Indonesia pada input negatif. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
dan teknologi yang digunakan. kemiringan lahan maka produksi semakin
Fauziyah (2010) melihat pengaruh kecil. Baik pada tanaman kentang maupun
perilaku petani dalam menghadapi risiko kubis, luas lahan mempunyai elastisitas yang
produksi terhadap alokasi input pada paling tinggi, sehingga dapat dikatakan lahan
usahatani tembakau dengan menggunakan merupakan faktor dominan yang mempe-
pendekatan fungsi produksi frontir stokastik ngaruhi produksi, diikuti oleh jumlah benih dan
dan menyimpulkan bahwa secara kese- jumlah pupuk kandang yang digunakan.
luruhan, berdasarkan perhitungan nilai Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh
inefisiensi alokatif > 0 artinya petani tembakau positif terhadap efisiensi teknik untuk kentang
masih bersifat underuse dalam penggunaan adalah umur, akses terhadap kredit, status
input produksi, dan belum efisien secara teknis lahan, dan sistem konservasi. Semakin tinggi
maupun alokatif. Tingkat efisiensi teknis dan pendidikan, keanggotaan dalam kelompok,
efisiensi alokatif usahatani tembakau tergolong frekuensi penyuluhan efisiensi semakin tinggi.
moderat hingga tinggi masing-masing berkisar Pengalaman tidak berpengaruh secara
(0,61-0,89) dan (0,50-0,85). signifikan. Berbeda dengan kentang pada
Aplikasi model frontier untuk komo- kubis umur, pendidikan, pengalaman dan
ditas hortikultura masih jarang ditemukan di status lahan bukan faktor penentu inefisensi
Indonesia. Sukijono (2005) melakukan analisis teknis.
efisiensi usahatani cabai merah di Rejang Dengan perbedaan tingkat inefisiensi
Lebong, Bengkulu namum masih terbatas antar petani padi dan beberapa hortikultura,
untuk analisis efisiensi teknis dengan nilai TE adalah layak menanyakan mengapa sebagain
0,65-0,99. Saptana (2011) melakukan analisis petani relatif tinggi efisiensinya sedangkan
efisiensi produksi dan perilaku petani terhadap yang lain secara teknis kurang efisien.
risiko produksi cabai merah di Provinsi Jawa Prosedur dua langkah telah banyak digunakan
Tengah menyimpulkan tingkat efisiensi teknis untuk eksplorasi faktor-faktor yang menerang-
pada usahatani cabai merah besar dan cabai kan inefisiensi. Prosedur ini dikritik oleh
merah keriting tergolong tinggi (>0,84), beberapa penulis yang berpendapat bahwa
sedangkan tingkat pencapaian efisiensi variabel sosio-ekonomi harus dimasukkan
alokatif dan efisiensi ekonomi tergolong secara langsung dalam model frontier produksi
moderat masing-masing (>0,60) dan (>0,50). karena variabel tersebut mungkin mempunyai
Nahraeni (2012) melakukan kajian dampak langsung terhadap efisiensi. Terlepas
efisiensi dan nilai keberlanjutan usahatani dari kritik tersebut, prosedur dua langkah
sayuran dataran tinggi yaitu kentang dan kubis masih populer. Keunggulan prosedur dua
di Provinsi Jawa Barat. Hasil kajian menyim- langkah adalah mudah melakukan estimasi.
pulkan bahwa petani kentang dan kubis dalam Namun dengan berkembangnya alat-alat
pengelolaan usahataninya belum efisien, analisis seperti Program frontier 4.1, STATA
namun nilai TE sudah tergolong tinggi masing- maka prosedur satu langkah saat ini mulai
masing sebesar 0,84 dan 0,73. Nilai efisiensi banyak digunakan.
alokatif untuk usahatani kentang tergolong Studi tentang sumber TE pada
rendah nilai AE 0,47, sedangkan untuk usahatani memperhatikan peran keputusan

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

121
manajerial dan variabel sosio-ekonomi. Beberapa faktor sosial-ekonomi yang
Keputusan manejerial menentukan kemam- berpengaruh nyata terhadap in-efisiensi teknis
puan seorang petani sebagai manajer untuk pada usahatani cabai merah, yaitu (Saptana,
memilih kombinasi input dan pola output 2011) : (a) koefisien parameter variabel rasio
usahatani yang dipandang tepat, varietas dan pendapatan rumah tangga dari usahatani
jumlah benih, dosis dan jenis pupuk, waktu cabai merah terhadap pendapatan total rumah
aplikasi pemupukan dan pestisida, teknik dan tangga berpengaruh negatif dan nyata
sistem tanam, serta teknik panen dan pasca terhadap inefisiensi; (b) koefisien parameter
panen. Variabel sosioekonomi bukan bagian rasio luas garapan usahatani cabai merah
dari proses produksi fisik, tetapi mempunyai terhadap total lahan garapan berpengaruh
efek terhadap variabel keputusan manajemen. positif dan nyata pada selang kepercayaan
Variabel sosio-ekonomi paling banyak hingga; (c) koefisien parameter pendidikan KK
digunakan untuk menerangkan variasi tingkat rumah tangga petani cabai merah terhadap
usahatani baik padi maupun non padi dalam tingkat ketidak-efisienan ternyata bertanda
hal TE, yaitu ukuran lahan usahatani, negatif dan nyata; dan (d) nilai koefisien
pendidikan, umur dan pengalaman petani, parameter variabel pengalaman KK rumah
kontak petani dengan petugas penyuluhan, tangga petani dalam berusahatani cabai
pendapatan, ketersediaan dan aksessibilitas merah juga memberikan pengaruh negatif dan
air irigasi, aksessibilitas terhadap kelemba- nyata (tanpa memasukkan unsur risiko) serta
gaan koperasi, dan rotasi tanaman. Peranan memberikan negatif dan tidak nyata (dengan
ukuran usahatani ada beberapa perbedaan, memasukkan unsur risiko).
misalnya, Xu dan Jeffrey (1998) menemukan Nahraeni (2012) melakukan analisis
hubungan signifikan antara inefisiensi teknis efisiensi dengan memasukkan nilai keber-
dan ukuran usahatani. Tetapi beberapa studi lanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di
tidak menemukan hubungan seperti itu (Dav Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa
dan Hossain, 1998; Erwidodo, 1990; Squires kontribusi terkecil terhadap keberlanjutan
dan Tabor, 1991). usahatani diberikan oleh modal, diikuti oleh
Kontak dengan pelayanan penyuluhan sarana produksi dan lahan. Secara rata-rata
pertanian adalah penting dalam menerangkan sumberdaya yang digunakan oleh petani
inefisiensi teknis. Penyuluhan ternyata kurang produktif dibandingkan dengan tolok
berhubungan negatif dengan inefisiensi teknis ukurnya. Petani dapat meningkatkan nilai
dalam studi yang dilakukan oleh Kalirajan keberlanjutannya dengan mengganti sumber-
(1981), Kalirajan (1984), Kalirajan dan Flinn daya yang kurang produktif dengan yang
(1983), dan Kalirajan dan Shand (1989). produktif dan bergerak kearah produksi
Aksessibilitas terhadap kelembagaan koperasi frontiernya.
berhubungan negatif dengan inefisiensi teknis
pada usahatani kentang di Inggris (Wilson et
al., 1998). Demikian juga akses terhadap SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN
kredit juga berhubungan negatif dengan PRODUKTIVITAS
inefisiensi teknis pada usahatani padi
(Kalirajan dan Shand, 1989). Pendapatan non Secara teoritis terdapat tiga sumber
usahatani mempunyai hubungan yang negatif pertumbuhan produktivitas, yaitu perubahan
dengan inefisiensi teknis usahatani (Xu dan teknologi (technological change/TC), pening-
Jeffrey, 1998), demikian juga pendapatan katan efisiensi teknis (technical efficiency, TE),
perkapita (Sumaryanto et al., 2003) dan dan skala usaha ekonomi (economic of
pendapatan dari usahatani padi (2005). scale/ES) (Coelli et al., 1998). Sumber
Pendidikan umumnya memiliki dampak positif pertumbuhan produktivitas yang terpenting
dan nyata terhadap TE dan berhubungan adalah perubahan teknologi dan peningkatan
negatif dengan inefisiensi teknis pada berbagai efisiensi usahatani. Peningkatan efisiensi
usahatani. Variabel pengalaman bertani suatu teknis dapat dilakukan dengan peningkatan
komoditas tertentu ternyata signifikan kemampuan teknis dan kapabilitas manajerial
mempengaruhi TE. Biasanya, umur petani untuk teknologi yang telah ada. Keterampilan
tidak signifikan dalam menerangkan TE. teknis berkaitan dengan peningkatan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

122
pengetahuan dan praktek-praktek usahatani. Analisis efisiensi dengan memasukkan unsur
Kapabilitas manajerial berkaitan dengan risiko dipandang sangat penting terutama
variabel-variabel sosial ekonomi yang akan berkaitan dengan perubahan iklim yang
menentukan kualitas pengambilan keputusan. ekstrim, terlebih untuk komoditas pangan
Rendahnya tingkat produktivitas usa- bernilai ekonomi tinggi, seperti cabai merah,
hatani pangan di Indonesia dapat disebabkan kentang, dan kobis.
oleh beberapa faktor sebagai berikut: stagnasi Pemberdayaan petani pada berbagai
teknologi, alokasi penggunaan input yang usahatani pangan dalam proses transformasi
belum sepenuhnya efisien, adanya sumber- dapat difokuskan pada beberapa langkah
sumber inefisiensi, dan masalah skala berikut: pertama, perubahan motivasi utama
usahatani yang tidak optimal. Secara dalam usahatani pangan, dari usahatani yang
operasional peningkatan efisiensi teknis dapat bersifat tradisional menjadi usaha agribisnis
dilakukan melalui terobosan teknologi baru, yang berorientasi bisnis komersial. Kedua,
difusi dan adopsi teknologi baru secara usaha pertanian harus diusahakan dengan
partisipatif, serta peningkatan keterampilan skala ekonomi yang cukup memadai sehingga
teknis dan kapabilitas manajerial. Terobosan dicapai skala ekonomi. Ketiga, sistem
teknologi baru pada usahatani pangan usahatani dari menggunakan cara-cara
difokuskan pada penggunaan benih unggul tradisional berbasis input seadanya ke dan
(unggul lokal dan hibrida), pemupukan lengkap tenaga kerja berketrampilan rendah ke arah
dan berimbang, penggunaan pupuk organik usahatani sistem intensif berbasis input
terstandarisasi, penambahan kapur pada modern dan tenaga kerja berketerampilan
tanah masam, pengendalian organisme peng- tinggi. Keempat, pengembangan industri
ganggu tanaman dengan teknologi pengenda- perbenihan dan pupuk organik skala kelompok
lian hama secara terpadu (PHT), serta tani agar mampu menyediakan benih dan
penaganan pasca panen secara prima. pupuk organik terstandar yang memenuhi
Secara keseluruhan, berdasarkan aspek jumlah, kualitas, keberagaman, serta
analisis efisiensi alokatif dan ekonomi kontinyuitas pasokan. Kelima, menyusun
sebagian besar usahatani pangan belum rekomendasi teknis budidaya untuk
efisien. Peningkatan efisiensi alokatif dapat meningkatkan efisiensi produksi usahatani
dilakukan dengan dukungan penelitian status pangan melalui Good Agricultural Practices.
hara tanah, alokasi penggunaan input secara Keenam, dukungan permodalan dari kredit
lebih efisien, perbaikan kualitas input yang program untuk pengembangan usahatani
digunakan, dan memperbaiki struktur pasar pangan sebagai bisnis komersial. Terakhir,
baik input maupun output. Artinya pertum- memperbaiki struktur pasar baik pasar input
buhan kesejahteraan petani kini dan ke depan (benih, pupuk, obat-obatan, serta alat dan
tidak cukup hanya bertumpu pada efisiensi mesin pertanian, pasar financial, dan pasar
teknis tanpa peningkatan efisiensi alokatif dan tenaga kerja) dan pasar output hasil produksi
ekonomi. pangan.
Bokusheva dan Hockmann (2004) Pilihan strategi pengembangan bisnis
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang usahatani kini dan ke depan adalah : pertama,
menjadi penyebab turunnya produktivitas pengembangan bisnis usahatani pangan
adalah terjadinya inefisiensi teknis. Banyak berdasarkan potensi sumberdaya lokal dan
studi-studi di negara-negara berkembang SDM yang ada di suatu wilayah (local resource
termasuk di Indonesia yang mengkaji tentang based and un-skil labor based atau factor
tingkat efisiensi produksi dan penyebab driven). Pada tahap ini dapat dikembangkan
terjadinya inefisiensi, namun sebagian besar usahatani skala kecil dengan sistem usahatani
dari penelitian tersebut tidak mempertim- tradisional. Kedua, pengembangan usahatani
bangkan faktor risiko (Villano et al., 2005). dengan kebudayaan industrial, yakni dengan
Kumbakhar (2002) telah mengemukakan memanfaatkan barang-barang modal modern
bahwa produksi suatu komoditas dipengaruhi dan didukung oleh SDM yang makin terampil
oleh efisiensi tidaknya alokasi penggunaan (capital and semi-skill labor based atau capital
input, ada tidaknya masalah in-efisiensi teknis, driven). Pada tahap ini dapat dikembangkan
dan faktor risiko produksi dalam usahatani. usahatani skala moderat dengan usahatani

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

123
pangan secara semi intensif. Ketiga, Tingkat pencapaian efisiensi teknis
pembangunan usahatani yang digerakkan oleh (TE) usahatani beberapa komoditas pertanian
inovasi teknologi, yakni pembangunan di Indonesia tergolong moderat hingga tinggi
agribisnis yang memanfaatkan ilmu (0,50-0,85) yang mengindikasikan usahatani
pengetahuan dan teknologi dan SDM yang beberapa komoditas pertanian belum efisien
terampil (knowladge and skilled labor based hingga efisien, efisiensi alokatif (0,45-0,70)
atau knowladge driven). Pada tahap ini dapat menunjukkan usahatani beberapa komoditas
dikembangkan usahatani pangan skala pertanian tidak efisien hingga cukup efisien.
menengah-besar secara intensif. Petani- Sementara itu, tingkat pencapaian efisiensi
petani kecil dikonsolidasikan melalui kelompok ekonomi (0,35-0,60) yang merefleksikan
tani, gabungan kelompok tani, atau asosiasi beberapa komoditas pertanian belum efisien
komoditas. hingga cukup efisien.
Terdapat empat implikasi kebijakan
PENUTUP yang dapat dihasilkan dari bahasan tentang
efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis : (a) jika
petani memang dibatasi oleh teknologi yang
Efisiensi teknis (TE) sebagai tersedia, maka hanya perubahan teknologi
kemampuan suatu petani untuk mendapatkan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
output maksimum dari penggunaan kombinasi petani; (b) dengan asumsi bahwa petani
input. Efisensi teknis (TE) berhubungan secara alokatif responsif terhadap perubahan
dengan kemampuan petani untuk berproduksi harga, maka kebijakan harga input dan output
pada kurva frontier isoquan. Dapat juga dapat meningkatkan efisiensi alokatif; (c) jika
diartikan sebagai kemampuan petani untuk inefisiensi adalah akibat dari ketidak-
memproduksi pada tingkat output tertentu sempurnaan pasar, maka kinerja pasar
dengan menggunakan input minimum pada seharusnya diperbaiki; dan (d) jika petani
tingkat teknologi tertentu. Pencapaian secara teknik inefisien maka pendidikan petani
efisiensi teknis hingga mendekati frontir sangat dan penyuluhan pertanian, serta pengalaman
penting sebagai salah satu sumber dalam praktek usahatani perlu ditingkatkan.
pertumbuhan produktivitas produksi pangan. Upaya menurunkan inefisiensi teknis
Efisiensi alokatif adalah kemampuan dapat dilakukan dengan : (a) meningkatkan
petani untuk menggunakan input pada luas lahan garapan; (b) meningkatkan sumber-
proporsi yang optimal pada harga faktor sumber pendapatan baik pertanian maupun
produksi dan teknologi produksi yang tetap. non pertanian; (c) meningkatkan pendidikan
Petani yang bergerak pada usahatani pangan formal KK; (d) meningkatkan pengalaman
harus memilih tingkat penggunaan input usahatani KK; (e) meningkatkan pengetahuan
minimum di mana harga-harga faktor dan teknis budidaya; (f) meningkatkan akses petani
teknologi tetap. Untuk efisiensi alokatif yang ke pasar input dan output; (h) meningkatkan
tinggi maka perlu didukung kebijakan subsidi partisipasi dalam kelompok tani; serta (i)
input dan harga output yang memberikan melakukan kegiatan penanganan pasca
insentif kepada petani untuk mengoptimalkan panen.
penggunaan input. Pilihan strategi pemberdayaan petani
Efisiensi ekonomi adalah kemampuan dapat di lakukan dengan transformasi
yang dimiliki oleh petani dalam berproduksi usahatani dari usahatani tradisional dengan
untuk menghasilkan sejumlah output yang berbasis SDA dan SDM dengan keterampilan
telah ditentukan sebelumnya (predetermined dan kapabilitas manajerial yang masih rendah
quantity of output). Petani yang memiliki ke arah kebudayaan industrial, yakni dengan
efisiensi ekonomi tinggi beroperasi mendekati menggunakan input produksi modern dan
fungsi produksi frontier dan jalur didukung oleh SDM yang makin terampil,
pengembangan usaha (expantion path). Bagi selanjutnya ke depan harus mengarah pada
petani yang terpenting adalah pencapaian usahatani yang digerakkan oleh inovasi ilmu
efisiensi ekonomi yang tinggi karena akan pengetahuan dan teknologi dan SDM yang
menentukan kesejahteraannya. terampil.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

124
DAFTAR PUSTAKA Meta Regession Analysis. J Prod Anal
(2007), 27(2007) : 57-72.
Coelli, T.J. 1995. Recent Development in Frontier
Adiratma, E. R. 1986. Mekanisme Pertanian dalam Estimation and Efficiency Measurement.
Hubungannya dengan Kesempatan Kerja. Australlian Journal of Agricultural
Prisma No. 3 Tahun XV. Economics, 39(2) : 219-245.
Afriat, S. N. 1972. Efficiency Estimation of Coelli, T., D.S.P. Rao, and G.E. Battese. 1998. An
Production Function. International Introduction to Efficiency and Productivity
Economic Review, 13(3) : 568-598. Analysis. Kluwer Academic Publishers,
Aigner, D.J., C.A.K. Lovell and P. Schmidt. 1977. London.
Formulation and Estimation of Stochastic Coelli, T. J. 1995. Recent Development in Frontier
Frontier Production Function Models. Estimation and Efficiency Measurement.
Journal of Econometrics, 6(1) : 21-37. Australlian Journal of Agricultural
Byerlee, D. 1987. Maintaining the Momentum in Economics, 39(2) : 219-245.
Post-Green Revolution Agriculture: A Darwanto, D. H. 1993. Rice Varietal Improvment
Micro-level Perspective from Asia. MSU and Productivity Growth In Indonesia.
International Development Paper No. 10. Unpublished Ph.D. Disertation. University
University of Michigan. of The Philippine, Los Banos.
Battese, G. E. and T. J. Coelli. 1988. Prediction of Daryanto, Heny. K. 2000. Analysis of The
Firm-Level Technical Efficiencies with A Technical Efficiency of Rice Production in
Generalized frontier Production Function West Java Province, Indonesia : A
and Panel Data. Journal of Econometric, Stochastic Frontier Production Function
38(1988) : 387-339. Approach. A Thesis Submitted for Degree
Battese, G.E. 1992. Frontier Production Function of Doctor of Philosophy. School of
and Technical Efficiency : a Survey of Economics University of New England
Empirical Applications in Agricultural Armidale, NSW, 2351, Australia.
Economics. Agricultural Economics, 7(1) : Debertin, David L. 1986. Agricultural Production
185-208. Economics. Macmillan Publishing
Battese, G. E and T. J. Coelli. 1995. A Model for Company. United State of America.
Technical Inefficiency Effect in a Stochastic Dav, U. K. and M. Hossain. 1995. Farmers
Frontier Production for Panel Data. Education, Modern Technology and
Empirical Economics, 20(1995) : 325-332. Technical Efficiency of Rice Growers.
Bauer, P. W. 1990. Recent Development in The Bangladesh Journal of Agricultural
Econometric Estimation of Frontier. Economics, 18(1) : 1-13.
Journal of Econometrics, 46 (October- Ellis, F. 1988. Peasant Economics : Farm
November 1990) : 39-56. Household and Agricultural Development.
Beck, M. 1991. Empirical Applications of Frontier Cambridge University Press. Cambridge.
Production Function Estimation: Frontier Ellis, F. 2003. Peasant Economics (Petani Gurem :
Version 2.0, Economic Letter, 39 (1) : 29- Rumah Tangga Usahatani dan
32. Pembangunan Pertanian). Diterjemahkan
Bokhuseva, R. dan H. Hockmann. 2004. Output oleh Adi Sutanto, Broto Handoko, Dompak
Volatility in Russian Agriculture : The M. Napitupulu, Evita S. Hani, Maleha, dan
Significance of Risk and Inefficiency. Tatiek Koerniawati. UMM Press. Malang.
Working Paper. Institute of Agricultural Erwidodo. 1990. Panel Data Analysis on Farm-
Development in Central and Eastern Level Efficiency, Input Demand and Output
Europe (IOMA). Theodor-Lieser, 2, Supply of Rice Farming in West Java,
06110. Halle, Germay. Indonesia. Unpublished Ph.D Disertation,
Bravo-Ureta, B.E. and A. Pinheiro. 1993. Efficiency Michigan State University, East Lansing.
Analysis of Developing Country a
Erwidodo. 1992 . Stochastic Production Frontier
Agriculture: A Review of The Frontier and Panel Data : Measuring Economic
Function Literature. Agriculture and Efficiency on Wetland Rice Farm in West
Resource Economics Review, 22(1) : 88- Java. Jurnal Agro Ekonomi, 11(2):19-36.
101. b
Erwidodo. 1992 . Stochastic Profit Frontier and
Bravo-Ureta, B.E., Solis D., Lopez V. H. M, Panel Data : Measuring Economic
Maripani, J. F., Thiam, A., and T. Rivas.
2007. Technical Efficiency in Farming : a

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

125
Efficiency on Wetland Rice Farm in West Perspective. John Hopkins University
Java. Jurnal Agro Ekonomi, 11(2) : 19-38. Press, Baltimore and London.
Fare, R., S. Grosskopf, and C.A.K. Lovell. 1985. Hanafiah, T. 1986. Teori dan Strategi
The Measurement of Efficiency of Pembangunan Pertanian. Jurusan Sosial
Production. Kluwer-Nijhoff, Boston. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Farrell, M. J. 1957. The Measurement of Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Productive Efficiency. Journal of The Handaga, E. 1991. Analisis Dampak Tekhnologi
Royal Statistical Society, Series A, 120(3) : Baru terhadap Usahatani Kedele (Studi
253-290. Kasus di Desa Sumberharjo, Kecamatan
Fauziyah, Elys. 2010. Pengaruh Perilaku Petani Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Provinsi
Dalam Menghadapi Risiko Produksi Jawa Tengah). Skripsi S1. Jurusan Ilmu-
Terhadap Alokasi Input Usahatani Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Tembakau : Pendekatan Fungsi Produksi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Frontir Stokastik. Disertasi S3. Sekolah Jati Leksono. 1987. Equity Achiefment in The
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Indonesian Rice Economy, Gajah Mada
Bogor. University Press, Yogyakarta.
Fogasari, J., and L. Latruffe. 2007. Technical Jati Leksono. 1994. Varietal Improvment,
Efficiency and Technology in Eastern and Productivity Change, and Income
Western Agriculture : A Comparison of Distribution : The Case of Lampung,
Crop and Dairy Farms in Hungary and Indonesia, dalam David C. Critina and
France. Paper Prepared for Persentation Keijiro Otsuka (edited) Modern Rice
th
at the Joint IAAE-104 EAAE Seminar, Technology and Income Distribution in
Agricultural Economic and Transition : Asia. Lynne Rienner Publisher Boulder
What was Expected, What We Observed, and London, and IRRI Manila.
the Lessons Learned. Corvinus University Kalirajan, K. P. 1981. An Econometric of Analysis
of Budapest (CUB), Budapest, Hungary. of Yield Variability in Paddy Production.
September 6-8, 2007. Canadian Journal of Agricultural
Forsund, F.R., and L. Hjalmarsson. 1979. Economics, 29(3) : 283-294.
Generalised Farrell Measures of Efficiency Kalirajan, K. P., and J. C. Flinn. 1983. The
: An Aplication to Milk Processing in Meusurement of Farm-Specific Technical
Swedish Dairy Plants. Economic Journal Efficiency. Pakistan Journal of Applied
89(3) : 294-315. Economic 2 : 167-180.
Forsund, F.R., C.A.K. Lovell and P. Schmidt. 1980. Kalirajan, K. P, 1984. Farm-Spesific Technical
A Survey of Frontier Production Function Efficiencies and Development Policies.
and Their Relationship to Efficiency Journal of Econometric Studies, 11(1) : 3-
Measurement. Journal of Economics, 13: 13.
5-25.
Kalirajan, K. P. And R. T. Shand. 1989.
Friyatno, S. 2002. Analisis Penerapan Intensifikasi Ageneralized Measure of Technical
Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Efficiency. Pakistan Journal of Applied
Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang, Economics, 21(1) : 25-34.
Jawa Barat). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Kalirajan, K.P., 1991. The Importance of Rfficient
Bogor. Use in the Adoption of Technology : A
Micro Panel Data Analysis. Journal of
Ghatak, S., and K. Ingersent. 1984. Agricultural Productivity Analysis, 2:113-126.
and Economic Development. The John
Hopkins University Press. Baltimore, Kumbhakar, S. C., and C. A. K. Lovell. 2000.
Meryland. Stochastic Frontier Analysis. Cambridge
University Press.
Greene, W. H. 1993. The Econometric Approach to
Efficiency Analysis, in H. O. Fried, C. A. K. Kumbhakar, C S. 2002. Specification and
Lovell and S. S. Schmiddt (eds). The Estimation of Production Risk, Risk
Meusurement of Produvtive Efficiency : Preferences and Technical Efficiency.
Techniques and Applications. Oxford American Journal Agricultural Economic,
University Press, New York, 68-119. 84(1) (Februari 2002) : 8-22.
Hayami, Y., and V. Ruttan. 1985. Agricultural Lambarraa, F., J. M. Gil, and T. Serra. 2007. Are
Development. An International The Spanish Citrus Farm Efficient? Paper
Prepared Persentation at the I

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

126
Mediterranean Confference of Agro-Food Journal of Agricultural Science, 4 (2) : 33-
rd
Social Scientiests. 103 EAAE Seminar 39.
Adding Valuae to the Agro-Food Supply Slamet, M. 2008. Sistem Sosial Perdesaan :
Chain in the Future Euromediterranean Defisiensi Petani Sebagai Manager
rd th
Space. Barcelona, Spain, Aprill 23 -25 , Usahatani. Departemen Komunikasi dan
2007. Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Lau, L. J., and P. A. Yotopoulus. 1971. A Test for Ekologi Manusia, IPB. Disampaikan pada
Relative Efficiency and Aplication to Indian Seminar Rutin Pusat Penelitian dan
Agriculture. A. E. R., 61 (March), 94-109. Pengembangan Sosial Ekonomi dan
Llewelyn, R. V., and J. R. William. 1996. Kebijakan Pertanian. Bogor.
Nonparametric Analysis of Technical, Pure Squires, D., and Tabor. 1991. Technical Efficiency
Technical, and Scale Efficiencies for Food and Future Production Gains in Indonesia
Crop Production in East Java, Indonesia. Agriculture. Developing Economies, 29(2)
Agricultural Economics, 15(1) : 113-126. : 258-270.
Meeusen, W., and J.V.D. Broeck. 1977. Efficiency Sudaryanto, T dan F. Kasryno. 1999. Modern Rice
Estimation from Cobb-Douglas Production Variety Adoption and Factor-Market
Function with Composed Error. Adjusment in Indonesia. Dinamika Inovasi
International Economic Review, 18(June Sosial Ekonomi dan kelembagaan
1977) : 435-444. Pertanian, Buku I, Pusat Penelitian Sosial
Nahraeni, W. 2012. Efisiensi dan Nilai Ekonomi Pertanian, Bogor.
Keberlanjutan Usahatani Sayuran Dataran Sukiyono, Ketut. 2005. Faktor Penentu Tingkat
Tinggi di Provinsi Jawa Barat. Disertasi Efisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah di
S3, Sekolah Pascasarjana, Institut Kecamatan Selupu Rejang Lebong. Jurnal
Pertanian Bogor. Bogor. Agroekonomi, 23(2) : 176-190.
Qayyum, A. and M. Ahmad. 2006. Efficiency and Sumaryanto. 2001. Estimasi Tingkat Efisiensi
Sustainability of Micro Finance Institution in Usahatani Padi dengan Fungsi Produksi
South Asia. Pakistan Institute of Frontir Stokstik. Jurnal Agro Ekonomi, 19
Development Economics (PIDE), Pakistan. (1) : 65-84.
Richmond, J. 1974. Estimating The Efficiency of Sumaryanto, Wahida dan M. Siregar. 2003.
The Production. International Economic Determinan Efisiensi Teknis Usahatani di
Review, 15(1) : 515-521. Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Agro
Schultz, T. W. 1964. Transforming Traditional Ekonomi, 21 (1):72-96.
Agriculture. New Haven : Yale University Taylor, T. G., H.E. Drumond and A.T. Gomes.
Press. 1986. Agricultural Credit Program and
Saptana, 2011. Efisiensi Produksi dan Perilaku Production Efficiency : an Analysis of
Petani terhadap Risiko Produktivitas Cabai Traditional Farming in Southern Minas
Merah di Jawa Tengah. Disertasi Program Gerais Brazil. American Journal of
Doktor (S3) Tidak Dipublikasikan, Sekolah Agricultural Economics , 68(1) : 100-117.
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Theingi, M and Thanda, K .2005. Analysis of
Bogor. Technical Efficiency of Irrigated Rice
Schmidt, P. 1976. On the Statistical Estimation of Production System in Myanmar.
Parametric Frontier Production Function. Conference on International Agricultural
The Review of Economics and Statistics, Research for Development- Stuttgart-
37(2) : 355-374. Hohenheim, October 11-13, 2005.

Semaoen, I. 1992. Ekonomi Produksi Pertanian : Trewin, R., L. Weugo, Erwidodo and S. Bahri. 1995.
Teori dan Aplikasi. Ikatan Sarjana Analysis of Technical Efficiency Over
Ekonomi Indonesia (ISEI). Times of West Javanese Rice Farm.
Auatralian Journal of Agricultural
Siregar, M. 1987. Effects of Some Selected Economics, 39(2) : 143-163.
Variables on Rice-Farmers Technical
Efficiency. Jurnal Agro Ekonomi, 6(1 & 2) : Varian, H. R. 1992. Microeconomic Analysis. Third
94-102. Edition. University of Michigan. W. W.
Norton & Company. New York.
Siregar, M., and Sumaryanto. 2003. Estimating
Soyabean Production Efficiency in Irrigated Vilano, R. A, C. J. ODonnell and G. E. Battese.
Area of Brantas River Basin. Indonesian 2005. An Investigation of Production Risk,
Risk Preferences and Technical Efficiency:
Evidence from Rainfed Lowland Rice

KONSEP EFISIENSI USAHATANI PANGAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Saptana

127
Farms in the Phiippines. Working Paper WDR. 2008. World Development Report 2008:
Series in Agricultural and Resource Agriculture for Development. Permanent
Economics, No. 2005-1 : 1-24. URL for this page:
Waldman, Donald M. 1984. Properties of Technical http://go.worldbank.org/ZJIAOSUFU0
Efficiency Estimators in The Stochastic Wilson, P., D. Hadley, S. Ramsden and I. Kaltas.
Frontier Model. Journal of Econometrics, 1998. Measuring and Explaining in UK
25(3) : 353 354. Potato Production. Journal of Agricultural
Wahida. 2005. Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Economics, 49(3) : 294-305.
Usahatani Padi dan Palawija Di Perariran Xu, X. And S.R. Jeffery. 1998. Efficiency and
Sungai Brantas : Pendekatan Stochastic technical progress in traditional and
Frontier. Tesis S2, Sekolah Pasca Sarjana, modern agriculture : Evidance from rice
Institut Pertanian Bogor. production in China. Agricultural
Economics 18(2) : 157-165.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 2, Desember 2012 : 109 -128

128

You might also like